SKRIPSI
OLEH:
SITI KHADIJAH
NIM 111501159
SKRIPSI
OLEH:
SITI KHADIJAH
NIM 111501159
OLEH:
SITI KHADIJAH
NIM 11501159
Disetujui oleh:
Pembimbing I, Panitian Penguji,
Yuandani, S.Farm., M.Si., Ph.D., Apt. Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan. M.Si., Apt.
NIP 198303202009122004 NIP 1975061102005012003
Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt. Dadang Irfan Husori, S.Si., M.Sc, Apt.
NIP 195209271981031007 NIP 98204112012121001
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia yang
Antibodi Sel Imun Mencit Jantan”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat
Sumatera Utara.
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan,
M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi yang telah menyediakan
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuandani, S.Farm M.Si, Ph.D., Apt., dan
Bapak Edy Suwarso, S.U., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Ibu Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si., Apt., selaku ketua
penguji, dan Bapak Dadang Irfan Husori, S.Si., Apt., selaku anggota penguji yang
telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini, dan Ibu Prof. Dr.
Masfria, M.S., Apt., selaku dosen pembimbing akademik serta Bapak dan Ibu staf
pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah banyak membimbing penulis selama
dan tak terhingga kepada keluarga tercinta, Alm. Ayahanda Ir. Suyuda,Ibunda
Jamila,dan adikku Siti Nadya Salsabila. Sahabat tercinta Asyrun Alkhairi Lubis
S.Farm., Apt., yang senantiasa memberikan kasih sayang, semangat dan doa yang
tak ternilai dengan apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
sahabat tersayang jihan, ina, arisya, silvi dan teman-teman tersayang intan, nona,
lisa, maria, neneng, taufik, raissa, serta Mahasiswa/i angkatan 2011 Fakultas
Farmasi USU yang selalu mendoakan, membantu dan memberi semangat dalam
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga
Siti Khadijah
NIM 111501159
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bkan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini
ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima
sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Siti Khadijah
NIM 111501159
ABSTRAK
ABSTRACT
Halaman
Judul ............................................................................................................ i
2.4.2 Imunosupresor...................................................................... 15
LAMPIRAN ............................................................................................... 37
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Lampiran Halaman
PENDAHULUAN
Tumbuhan merupakan keragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita, baik
yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman
dalam hal ini obat tradisional dipandang lebih ekonomis dan memiliki efek
tahan tubuh yaitu dengan meningkatkan efektivitas sistem imunitas tubuh supaya
sel-sel imun dapat terus melawan penyebab penyakit dan tubuh dapat terhindar
dari berbagai penyakit. Manusia sejak dilahirkan telah dilengkapi dengan sistem
pertahanan tubuh yang spesifik maupun non spesifik. Dengan sistem pertahanan
tubuh yang disebut sistem imun ini diharapkan manusia dapat menangkal berbagai
bakteri, virus, jamur, dan zat-zat asing lain yang dapat menimbulkan berbagai
Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang dapat melindungi tubuh
dari unsur-unsur patogen, misalnya bakteri, virus, dan parasit yang dapat
dari kemampuan sistem imun mengenal dan melakukan reaksi yang tepat untuk
menyingkirkan patogen tersebut (Kresno, 2011). Bila sistem imun bekerja pada
yaitu respon imun nonspesfik dan respon imun spesifik (Kresno, 2010).
mereaktivasi sistem imun dengan berbagai cara seperti meningkatkan jumlah dan
banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat
Merupakan salah satu tanaman asli indonesia yang akhir-akhir ini populer sebagai
tanaman yang secara empiris dapat menobati berbagai macam penyakit, yaitu
menggunakan metode ELISA berdasarkan parameter titer IgM dan IgG pada
satu tumbuhan tradisional yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat yaitu
temui hampir di setiap bagian tumbuhan, meliputi batang, daun, biji, daging dan
flavonoid, terpenoid, resin, tannin, polifenol, fenol, lignan, minyak asiri dan
sterol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wagner (1984) yang secara umum
imunostimulator.
respon profilerasi limfosit (Roit, 1989). Metode yang digunakan dalam dalam
diantaranya memungkinkan dua komponen respon imun diukur pada spesies yang
ini adalah:
imunostimulator?
adalah:
b Fraksi n-heksan daun mahkota dewa dapat mempengaruhi titer antibodi sel
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebagai berikut:
dewa.
imunomodulator
Fraksi n-Heksan
Daun mahkota
dewa 25; 50; 100
mg/kg BB
Respon Volume
hipersensitivitas pembengkakan
Suspensi
Levamisol 25
mg/kg BB
TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Phaleria
tanaman umumnya 1-3 m, tetapi ada yang bisa mencapai 5 m. Kulit batang
Batangnya bulat dan bergetah dengan diameter batang tanaman dewasa mencapai
15 cm. Tanaman ini akan mengeluarkan bunga dan diikuti dengan munculnya
menjadi merah marun setelah berumur 2 bulan. Buahnya berbentuk bulat dengan
ukuran bervariasi mulai dari sebesar bola pingpong sampai sebesar buah apel.
Daun mahkota dewa merupakan daun tunggal bentuknya lonjong, memanjang dan
berujung lancip dengan letak daun berhadapan, bertangkai pendek, ujung dan
pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, warnanya hijau
Daun dan kulit buah mahkota dewa dapat digunakan dalam keadaan segar
atau setelah dikeringkan (Hariana, 2009). Daun mahkota dewa yang berwarna
hijau dengan permukaan licin juga digunakan sebagai pengobatan alergi dengan
Sistem imun adalah sistem pertahanan tubuh yang terdiri dari sel atau
gabungan sel, molekul-molekul, dan atau jaringan yang berperan dalam penolakan
terhadap infeksi molekul lain seperti virus, bakteri, protozoa dan parasit (Salmon,
1989).
tubuhnya sendiri (self). Sel khusus tersebut adalah limfosit yang merupakan sel
Bila sistem imun bekerja pada zat yang diangap asing, maka ada dua jenis
respon imun yang mungkin terjadi, yaitu respon imun nonspesifik dan respon
Adapun komponen dari sistem imun terdiri dari komponen humoral dan
komponen seluler.
1. Sel limfoid
limfoid yang terkait dalam mengenali antigen, yaitu limfosit T, limfosit B, dan sel
natural killer (NK). Kecuali sel NK, limfosit dilengkapi dengan molekul reseptor
2001). Limfosit B adalah sel yang dapat membentuk imunoglobulin (Ig) (Kresno,
2001).
Sel T adalah sel yang bertanggung jawab dalam respon imun selular. Sel T
menjadi sel plasma, memperkuat aktivitas sel T sitotoksik dan sel T supresor yang
sesuai, dan mengaktifkan makrofag. Sel Th dapat dibedakan menjadi sel Th1 dan
Th2. Sel Th1 berperan sebagai limfosit yang akan melepaskan sitokin yang
Sel Ts adalah sel yang berperan dalam membatasi reaksi imun melalui
mekanisme “check and balance” dengan limfosit yang lain. Sel Ts menekan
aktivitas sel T lainnya dan sel B. Sel Th dan sel Ts akan berinteraksi dengan
adanya metode umpan balik. Sel Th membantu sel Ts beraksi dan sel Ts akan
menekan sel T lainnya. Dengan demikian sel Ts dapat menghambat respon imun
Sel Tc adalah sel yang mampu menghancurkan sel cangkokan dan sel yang
b. Limfosit B
Sel B adalah sel yang dapat membentuk imunoglobulin (Ig) dan merupakan 5-
15% dari limfosit dalam sirkulasi darah. Sel B dapat mengenal antigen yang
alamiah terhadap pertumbuhan sel kanker dan berbagai penyakit infeksi, tanpa
sehingga dapat dibedakan dari sel-sel normal. Pengenalan ini mungkin terjadi
melalui reseptor serupa lektin pada permukaan sel NK yang menghantar sel
pembunuh dan sasaran saling berhadapan pada jarak yang dekat (Roitt, 2002).
2. Sel fagosit
yang berperan sebagai sel efektor dalam respon imun non spesifik (Subowo,
2009).
a. Komplemen
antibodi, dan terdiri atas sekitar 20 jenis protein yang berbeda satu dengan yang
lain baik dalam sifat kimia maupun dalam fungsi imunologik. Jika komplemen
diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon
Sitokin adalah suatu molekul protein yang dikeluarkan oleh sel T ketika
diaktifkan oleh antigen. Sitokin tersebut akan menarik makrofag masuk ke tempat
CRP merupakan zat yang dibentuk oleh tubuh pada saat infeksi. Perannya
adalah sebagai opsonin (zat yang dapat meningkatkan proses fagositosis) dan
d. Antibodi
dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari poliferasi sel B akibat adanya kontak
• Imunoglobulin G
imunoglobulin. IgG dapat menembus plasenta masuk ke janin dan berperan pada
imunitas bayi sampai umur 6-9 bulan. IgG dan komplemen bekerja saling
IgA kadarnya terbanyak ditemukan dalam cairan sekresi saluran nafas, cerna
dan kemih, air mata, keringat, ludah, dan air susu ibu yang lebih berupa IgA
sekretori (sIgA) yang merupakan bagian terbanyak. IgA dapat bekerja sebagai
• Imunoglobulin M
IgM dibentuk paling dahulu pada respon imun primer terhadap kebanyakan
• Imunoglobulin D
IgD ditemukan dalam serum dengan kadar yang sangat rendah. IgD
merupakan komponen permukaan utama sel B dan pertanda dari diferensiasi sel B
yang lebih matang. IgD merupakan 1% dari total imunoglobulin dan banyak
ditemukan pada membran sel B bersama IgM yang dapat berfungsi sebagai
• Imunoglobulin E
IgE mudah diikat sel mast, basfil dan eosinofil yang memiliki reseptor untuk
fraksi Fc dari IgE. IgE dibentuk setempat oleh sel plasma dalam selaput lendir
Respon imun adalah tanggapan sistem imun terhadap zat asing, setelah
dinyatakan bahwa respon imun seseorang terhadap patogen terdiri atas respon
imun alami atau respon imun non spesifik dan respon imun adaptif atau respon
(innate immunity), artinya bahwa respon terhadap zat asing yang masuk ke dalam
tubuh dapat terjadi walaupun tubuh belum pernah terpapar pada zat tersebut
(Kresno, 2010). Respon imun nonspesifik dapat mendeteksi adanya zat asing dan
sel-sel fagosit yaitu sel-sel polimorfonuklear, makrofag dan sel natural killer
menghadapi antigen asing tidak memerlukan reseptor khusus, maka dalam respon
imun spesifik ini diperlukan sel khusus (spesifik) dalam menghadapi antigen
asing. Di dalam respon imun ini paling sedikit melibatkan 3 jenis sel, yaitu
(Subowo, 2009).
immunity) dimulai dari pengenalan zat asing hingga penghancuran zat asing
spesifik, limfosit merupakan sel yang memainkan peranan penting karena sel ini
mampu mengenali setiap antigen yang masuk ke dalam tubuh, baik yang terdapat
Limfosit T atau sel T yang berpoliferasi atas rangsangan antigen larut dan
berfungsi memicu sel B untuk memproduksi antibodi, dan subset yang lain yaitu
berfungsi untuk menghambat atau menekan produksi antibodi oleh sel B (Kresno,
1991).
2.4 Imunomodulator
imunosupresor.
2.4.1 Imunostimulator
melepaskan interferon dan interleukin (Tan dan Rahardja, 2007). Bahan yang
2.4.1.1 Levamisole
2.4.2 Imunosupresor
untuk mencegah reaksi penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang
merupakan respon imun seluler yang melibatkan aktivasi sel Th yang akan
Respon imun spesifik dapat berupa respon imun seluler dan respon imun
METODE PENELITIAN
penyiapan hewan percobaan dan pengujian respon hipersensitivitas tipe dan titer
antibodi pada hewan percobaan. Data hasil penelitian dianalisis secara ANAVA
(analisis variansi) dan Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey
menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0 dan
Mann Whitney.
2.1.1 Alat-alat
neraca listrik, oral sonde, mikro pipet, plethysmometer digital,spuit 1ml, dan
2.1.2 Bahan-bahan
daun mahkota dewa, Natrium Carboxy Methyl Cellulose (CMC) Na, akuades, sel
darah merah sapi (SDMS), larutan Phosphate Buffered Saline (PBS), larutan
dengan berat badan 20-35 gram yang berumur 8-12 minggu.Sebelum digunakan,
mencit dipelihara selama 2 minggu dalam kandang yang baik untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, dan diberi makan pelet hewan serta air.
Fraksi diperoleh dari Amos P. Lumban Tobing pada Juni 2016. Metode
fraksinasi yang digunakan yaitu metode maserasi, sesuai dengan yang tertera
heksan sampai seluh serbuk terendam, ditutupi dan dibiarkan selama 5 hari
terlindung dari cahaya, sambil sesekali diaduk. Kemudian sampel disaring dan
heksan, dimasukkan dalam wadah dan disimpan ditempat yang terlindung dari
cahaya selama 2 hari (Ditjen POM, 1979). Seluruh maserat digabung dan
kemudian dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -40ºC sampai diperoleh
fraksi kental.
Hewan yang digunakan adalah mencit jantan dengan berat 20-35 g dibagi 5
dan 3 kelompok uji. Tiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit.Sebelum digunakan
lebih satu minggu dalam kandang yang baik pada suhu ruangan untuk
Keterangan:
n= besar sampel
t= jumlah kelompok perlakuan
jumlah hewan yang digunakan 5 ekor. Perhitungan jumlah hewan yang digunakan
Pengambilan tablet levamisol yaitu dengan cara ditimbang dan digerus tidak
kurang dari 20 tablet. Ditimbang serbuk yang telah dihaluskan tersebut kemudian
(Depkes, 1995).
tanda. Perhitungan serbuk levamisol yang ditimbang dapat dilihat pada (Lampiran
4).
Untuk dosis 100 mg/kg BB dibuat dengan cara sebagai berikut; Ditimbang
lumpang. Kemudian tuang sedikit demi sedikit suspensi CMC Na 0,5% sambil
ml dan dicukupkan dengan suspensi CMC Na 0,5% hingga garis tanda. Begitu
juga untuk pembuatan dosis 25 mg/kg BB dan 50 mg/kg BB dilakukan hal yang
sama.
Darah segar dikumpulkan dari sapi yang disembelih, diperoleh 500 ml. Kemudian
es.
Darah sapi segar yang telah diberi antikoagulan dimasukkan dalam tabung
menit untuk memisahkan plasma dari sel darah merah. Lapisan atas yang berupa
plasma dibuang dan lapisan bawah yang berupa endapan sel darah merah
disentrifugasi lagi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Lapisan atas yang
jernih dibuang dan lapisan bawah adalah SDMS murni. SDMS ditambahkan PBS
pembengkakan telapak kaki hewan uji (foot paw swelling test) (Lakshmi, 2003;
Ray, 1996).
sebagai berikut:
kontrol positif.
Tiap kelompok diinjeksikan dengan 0,1 ml sel darah merah sapi (SDMS)
1%secara intraperitoneal pada hari ke-0. Kemudian pada hari berikutnya diberikan
perlakuan satu kali setiap hari selama 7 hari. Pada hari ke-7, sendi kaki mencit
sebelah kanan diberi tanda batas pengukuran volume kaki mencit.Volume kaki
0,1 ml sel darah merah sapi (SDMS) 1% secara intraplantar pada telapak kaki
sebelah kanan.
mencelupkan kaki mencit ke dalam tabung yang berisi larutan triton terlihat pada
kenaikan skala pada plethysmometer sebagai volume waktu tertentu (Vt) kaki
volume waktu tertentu (Vt) dengan volume awal (V0) (Shivaprasad, 2006).
Tiap kelompok diinjeksikan dengan 0,1 ml sel darah merah sapi (SDMS)
1% secara intraperitoneal pada hari ke-0. Kemudian diberikan perlakuan satu kali
diambil melalui pembuluh darah vena di bagian ekor. Sampel darah dikumpulkan
lubang, ditambahkan larutan PBS dengan volume yang sama, dan diencerkan dua
kali lipat (1:2; 1:4; 1:8; 1:16; 1:32; 1:64; 1:128; 1:256; 1:512; 1:1024; 1:2048)
kemudian ditambahkan SDMS dengan volume yang sama dengan volume serum
dan PBS. Kemudian diamati penggumpalan yang terjadi (Makare, et al., 2001;
Puri, et al., 1993). Nilai titer antibodi ditentukan berdasarkan pengenceran terakhir
(Hargono, 2000).
rata diantara perlakuan. Dilanjutkan dengan menggunakan uji Post Hoc Turkey
pada data yang normal dan uji Mann Whitney pada data yang tidak normal untuk
sama dengan fraksi yang digunakan Amos P. Lumban Tobing pada Juni 2016.
Hasil skrining fitokimia yang telah dilakukan Amos P. Lumban Tobing diperoleh
bahwa serbuk simplisia dan fraksi n-Heksan memiliki kandungan senyawa kimia
Heksan bersifat non polar sehingga hanya dapat melarutkan senyawa metabolit
kadar air 7,2 %, kadar sari larut air 26,52 %, kadar sari larut etanol 55,98 %,
kadar abu total 10,83 % dan kadar abu tidak larut asam 0,24 %.
antibodi yang digunakan untuk melihat pengaruh fraksi terhadap aktivitas dan
mekanisme sistem imun humoral yang melibatkan sel T dan sel B.Menurut
memungkinkan dua komponen respon imun diukur pada spesies yang sama
Pengujian dilakukan dengan cara menginduksi sel imun mencit dengan sel
Antigen yang telah diinduksikan ke dalam tubuh hewan coba mencit akan dikenal
oleh sistem imun spesifik dengan membentuk sel B memori. Antigen akan
merangsang sel B untuk berubah menjadi sel plasma dan mensekresi antibodi
Imunoglobulin M (IgM). Pada hari keenam dan hari ketujuh dalam serum mulai
dapat dideteksi antibodi IgG (Srihidayati, et all., 2012). Pemberian sel darah
merah sapi (SDMS) yang digunakan sebagai antigen pada mencit dimaksudkan
merah sapi (SDMS) digunakan PBS (Phosphate Buffered Saline) sebagai larutan
pencuci dan larutahn pengencer. Pencucian sel darah merah sapi (SDMS)
bertujuan untuk memperoleh sel darah merah sapi yang murni artinya tidak
yang diukur pada hari ke-8 setelah sehari sebelumnya sel imun mencit
Hemaglutinasi adalah ikatan antara sel darah merah sebagai antigen dengan
lingkungan dengan pH netral, sel darah merah bermuatan negatif sehingga akan
terjadi aksi tolak-menolak antar sel. Oleh karena itu sel darah merah yang
menjaga agar sel darah merah tetap dalam kondisi pH netral, sehingga tetap
bermuatan negatif.
Hemaglutinasi terbentuk karena adanya ikatan silang antara sel darah merah
berikatan dengan sel darah merah adalah IgM. IgM mempunyai ukuran yang besar
dan valensi yang tinggi, sehingga dapat melawan rintangan elektrik dan
terjadinya aglutinasi. Antibodi lainnya seperti IgG mempunyai ukuran dan valensi
darah merah yang digunakan sebagai antigen adalah sel darah merah sapi (SDMS)
yang diperoleh dapat diketahui dengan mudah. Data hasil penelitian dapat dilihat
karena antigen mengaktivasi sel T terutama sel Th1. Aktivasi sel T menyebabkan
sistem imun.
respon terhadap hipersensitivitas dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.1.
0,2
+
0,1
0
CMC Na 0,5% FHDMD 25 FHDMD 50 FHDMD 100 Levamisol 25
mg/kg bb mg/kg bb mg/kg bb mg/kg bb
Perlakuan
Pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.1 terlihat bahwa FHDMD dosis 25, 50 dan
100 mg/kg bb, dan suspensi levamisol dosis 25 mg/kg bb menunjukkan volume
pembengkakan yang jauh berbeda dengan suspensi CMC 0,5% sebagai kontrol
masing-masing bernilai 0,256, 0,526 dan 0,564 ml. Untuk melihat ada tidaknya
perbedaan dari setiap perlakuan pada tiap kelompok hewan coba, maka dilakukan
sama atau berbeda antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain dilakukan uji
Post Hoc Tukey terhadap semua perlakuan dimana hasil uji tersebut dapat dilihat
dengan kontrol pelarut CMC Na 0,5%. FHDMD 50, 100 mg/kg bb dan suspensi
Suspensi Levamisol tidak berbeda signifikan dengan FHDMD 100 mg/kg bb dan
FHDMD 50 mg/kg bb, dan berbeda signifikan dengan FHDMD 25 mg/kg bb.
menanggapi antigen terutama peningkatan respon imun spesifik selular. Sel yang
berperan dalam respon imun selular adalah sel T terutama sel Th. Sel Th
tidak berbeda pada titer antibodi. Titer antibodi sel imun mencit dapat dilihat pada
7
+
6 *
+
*
Titer Antibodi (µl)
4 * *
3 +
0
CMC Na 0,5% FHDMD 25 FHDMD 50 FHDMD 100 Suspensi
mg/kg bb mg/kg bb mg/kg bb Levamisol 25
mg/kg bb
Perlakuan
Pada Gambar 4.2 dan Tabel 4.1 terlihat bahwa FHDMD dosis 25, 50, dan
100 mg/kg bb menujukkan nilai titer antibodi yang jauh berbeda dengan CMC Na
menunjukkan peningkatan nilai titer antibodi senilai 5,69. Nilai ini lebih besar
mg/kg bb yang bernilai 3,77, 4,85 dan 3,77.Untuk melihat ada atau tidaknya
perbedaan dari setiap perlakuan pada tiap kelompok hewan percobaan, dilakukan
terhadap titer antibodi sel imun, dengan nilai signifikansi (p < 0,05). Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian FHDMD dosis 25, 50, dan 100
kelompok perlakuan FHDMD dosis 25, 50, 100 mg/kg bb dan suspensi Levamisol
Levamisol 25 mg/kg bb. FHDMD 100 mg/kg bb tidak berbeda signifian dengan
Peningkatan titer antibodi terjadi karena peningkatan aktivitas sel Th, yaitu
sel Th2 untuk menstimulasi produksi dan meningkatkan aktivitas sel B dalam
efek stimulasi fraksi n-Heksan daun mahkota dewa terhadap respon imun humoral
imunostimulator. Maka dapat disimpulkan bahwa efek suatu bahan sangat erat
4.1 Kesimpulan
respon titer antibodi sel imun mencit jantan, pada dosis100 mg/kg bb dan
imunomodulatorsebagai imunostimulan
4.2 Saran
Agoes, A.H. (2010). Tanaman Obat Indonesia. Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika. Halama 71.
Amos, P. L. (2016). Efek Imunomodulator Ekstrak N-Heksan Daun Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) Pada Mencit Jantan. Sripsi
Universitas Sumatera Utara.
Bellanti, J.A. (1993). Immunology III. Washington. D.C: Georgetown University
School of Medicine. Halaman 18.
Bratawidjaja, K. (2012). Sistem Imun. Dalam: Imunologi Dasar. Edisi 7. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. Halaman 158-166.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Depkes RI.
Halaman: 333
Depkes RI. (1999). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid V. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI dan Kesejahteraan Sosisal RI Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Halaman 147.
Ditjen POM RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman: 33.
Dyah, N., dan Firman. (2007). Mahkota Dewa dan Manfaatnya. Bekasi: Ganeca
Exact. Halaman 5-7.
Emelda, A., Rahman, S., dan Hardianti. (2015). Efek Imunostimulan Infus Buah
Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Asal Kab. Sidrab
Sulawesi Selatan Terhadap Sekresi Antibodi Tikus Putih (Rattus
Norvegicus) Jantan Dengan Teknik Hemaglutinasi. Jurnal Universitas
Muslim Indonesia. Halaman: 38
Faradilla, M., dan Immaculata, M. (2014). Efek Immunomodulator Polisakarida
Rimpang Temu Putih (Curcuma Zedoaria (Christm.) Roscoe). Jurnal Ilmu
Kefarmasian. 12(2): 2.
Fulzele, S.V., Satturwar, P.M.., Joshi, S.B., dan Dorle, A.K. (2003). Study Of The
Immunomodulatory activity Of Haridradi Ghirta in Rats. Indian Journal of
Pharmacol. 35: 53.
Handojo, I. (2003). Pengantar Imunologi Dasar. Surabaya: Airlangga University
Press. Halaman 1.
Hargono, D., Winarso, M.W., dan Werawati, A. (2000).. Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura procumbens Lour. Merr.) Terhadap Aktivitas Sistem
Imun Mencit Putih. Cermin dunia Kedokteran.
Lakshmi, V., Pandey, K., Puri, A., Saxena, R.P., dan Saxena, K.C. (2003).
Immunostimulant Principles from Curculigo orchioides.
J.Eth.Pharmacol89(2): 181-184.
Uji Hipersensitivitas
FHDMD :
• Dosis 25 mg/kg bb
(5 ekor)
• Dosis 50 mg/kg bb Kontrol negatif : Kontrol positif :
(5 ekor) CMC Na 0,5 % Levamisol 25 mg/kg bb
• Dosis 100 mg/kg bb
(5 ekor) (5 ekor) (5 ekor)
Hasil
FHDMD :
• Dosis 25 mg/kg bb
(5 ekor)
• Dosis 50 mg/kg bb Kontrol negatif : Kontrol positif :
(5 ekor)
CMC Na 0,5 % Levamisol 25 mg/kg bb
• Dosis 100 mg/kg bb
(5 ekor) (5 ekor) (5 ekor)
Hasil
25 mg
= x 5,97 g = 0,25 gr
20 x 29,46 mg
100 𝑚𝑚𝑚𝑚
- Jumlah yang diberikan : 𝑥𝑥 25 𝑔𝑔 = 2,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
1000 𝑔𝑔
2,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
- Jumlah suspensi yang diberikan : = 0,25 𝑚𝑚𝑚𝑚
10 𝑚𝑚𝑚𝑚 /𝑚𝑚𝑚𝑚
(n-1)(t-1) ≥ 15
(n-1)(5-1) ≥ 15
(n-1) 4 ≥ 15
4n-1 ≥ 15
4n ≥ 16
16
n≥
4
n≥4
n=4
artinya dimulai dari 4 ekor.
(timbangan hewan)
(plethysmometer digital)
(mencit jantan)
Hemaglutinasi (+)
(-)
Hemaglutinasi (+)
Hemaglutinasi (+)
Hemaglutinasi (+)
Hemaglutinasi (+)
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
VolumeKakiMencit
.459 4 19 .765
Descriptives
VolumeKakiMencit
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
ANOVA
VolumeKakiMencit
Total 1.370 23
Dependent Variable:VolumeKakiMencit
Tukey HSD CMC-Na 0,5% Dosis25mg/kgbb -.16600 .06584 .127 -.3640 .0320
Homogeneous Subsets
VolumeKakiMencit
Kelompok N 1 2 3
Dosis25mg/kgbb 5 .2560
Dosis50mg/kgbb 5 .5260
Dosis100mg/kgbb 5 .7280
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not
guaranteed.
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
TiterAntibodi
14.595 4 20 .000
Descriptives
TiterAntibodi
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Dosis25mg/kgbb 5 10.80
Dosis50mg/kgbb 5 18.80
Levamisol25mg/kgbb 5 10.80
Total 25
Test Statisticsa,b
TiterAntibodi
Chi-Square 20.718
df 4
b. Grouping Variable:
Kelompok
MANN WHITNEY
a. Kelompok CMC-Na dan dosis 25 mg/kgbb
Ranks
Total 10
Test Statisticsb
TiterAntibodi
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.694
Total 10
Test Statisticsb
TiterAntibodi
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.685
Total 10
Test Statisticsb
TiterAntibodi
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.694
Total 10
Test Statisticsb
TiterAntibodi
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.694
Total 10
Test Statisticsb
TiterAntibodi
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.694
Total 10
Test Statisticsb
TiterAntibodi
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.694
Total 10
Test Statisticsb
TiterAntibodi
Mann-Whitney U 12.500
Wilcoxon W 27.500
Z .000
Total 10
Test Statisticsb
TiterAntibodi
Mann-Whitney U 7.000
Wilcoxon W 22.000
Z -1.193
Total 10
Test Statisticsb
TiterAntibodi
Mann-Whitney U 1.500
Wilcoxon W 16.500
Z -2.410
Total 10
Test Statisticsb
TiterAntibodi
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.694
Homogeneous Subsets
TiterAntibodi
Kelompok N 1 2 3
Dosis25mg/kgbb 5 3.7700
Levamisol25mg/kgbb 5 3.7700
Dosis50mg/kgbb 5 4.8500
Dosis100mg/kgbb 5 5.6900