Anda di halaman 1dari 73

EFEK IMUNOMODULATOR FRAKSI N-HEKSAN DAUN MAHKOTA

DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) TERHADAP RESPON


HIPERSENSITIVITAS DAN TITER ANTIBODI SEL IMUN MENCIT
JANTAN

SKRIPSI

OLEH:
SITI KHADIJAH
NIM 111501159

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


EFEK IMUNOMODULATOR FRAKSI N-HEKSAN DAUN MAHKOTA
DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) TERHADAP RESPON
HIPERSENSITIVITAS DAN TITER ANTIBODI SEL IMUN MENCIT
JANTAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
SITI KHADIJAH
NIM 111501159

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


PENGESAHAN SKRIPSI

EFEK IMUNOMODULATOR FRAKSI N-HEKSAN DAUN MAHKOTA DEWA


(Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) TERHADAP RESPON
HIPERSENSITIVITAS DAN TITER ANTIBODI SEL IMUN MENCIT JANTAN

OLEH:
SITI KHADIJAH
NIM 11501159

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 31Maret 2017

Disetujui oleh:
Pembimbing I, Panitian Penguji,

Yuandani, S.Farm., M.Si., Ph.D., Apt. Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan. M.Si., Apt.
NIP 198303202009122004 NIP 1975061102005012003

Yuandani, S.Farm., M.Si., Ph.D., Apt.


Pembimbing II, NIP 198303202009122004

Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt. Dadang Irfan Husori, S.Si., M.Sc, Apt.
NIP 195209271981031007 NIP 98204112012121001

Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt.


NIP 195209271981031007

Medan, April 2017


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.


NIP 195707231986012001

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia yang

berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Efek Imunomodulator Fraksi n-Heksan Daun Mahkota Dewa (Phaleria

macrocarpa (Scheff) Boerl) Terhadap Respon Hipersensitivitas Dan Titer

Antibodi Sel Imun Mencit Jantan”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan,

M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi yang telah menyediakan

fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuandani, S.Farm M.Si, Ph.D., Apt., dan

Bapak Edy Suwarso, S.U., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing penulis dengan penuh

kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan saran-saran selama

penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Ibu Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si., Apt., selaku ketua

penguji, dan Bapak Dadang Irfan Husori, S.Si., Apt., selaku anggota penguji yang

telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini, dan Ibu Prof. Dr.

Masfria, M.S., Apt., selaku dosen pembimbing akademik serta Bapak dan Ibu staf

pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah banyak membimbing penulis selama

masa perkuliahan hingga selesai.

Universitas Sumatera Utara


Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus

dan tak terhingga kepada keluarga tercinta, Alm. Ayahanda Ir. Suyuda,Ibunda

Jamila,dan adikku Siti Nadya Salsabila. Sahabat tercinta Asyrun Alkhairi Lubis

S.Farm., Apt., yang senantiasa memberikan kasih sayang, semangat dan doa yang

tak ternilai dengan apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

sahabat tersayang jihan, ina, arisya, silvi dan teman-teman tersayang intan, nona,

lisa, maria, neneng, taufik, raissa, serta Mahasiswa/i angkatan 2011 Fakultas

Farmasi USU yang selalu mendoakan, membantu dan memberi semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum

sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, April 2017


Penulis,

Siti Khadijah
NIM 111501159

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Siti Khadijah

Nomor Induk Mahasiswa : 111501159

Program Studi : S-! Reguler

Judul Skripsi : Efek Imunomodulator Fraksi n-Heksan Daun


Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff)
Boerl) Terhadap Respon Hipersensitivitas dan Titer
Antibodi Sel Imun Mencit Jantan.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bkan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini
ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima
sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, April 2017


Yang membuat pernyataan,

Siti Khadijah
NIM 111501159

Universitas Sumatera Utara


EFEK IMUNOMODULATOR FRAKSI N-HEKSAN DAUN
MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) TERHADAP
RESPON HIPERSENSITIVITAS DAN TITER ANTIBODI SEL IMUN
MENCIT JANTAN

ABSTRAK

Imunomodulator membantu tubuh untuk mengoptimalkan fungsi sistem


imun. Penggunaan tanaman obat semakin berkembang dimasyarakat, salah
satunya adalah tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl)
yang daunnya diduga memiliki aktivitas sebagai imunomodulator. Kandungan
yang terdapat pada tanaman ini meliputi alkaloid, flavonoid, saponin, dan
triterpenoid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek
imunomodulator fraksi n-Heksan daun mahkota dewa (FHDMD) pada mencit
jantan.
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Uji respon hipersensitivitas
dengan mengukur pembengkakan telapak kaki mencit sedangkan uji titer antibodi
ditentukan dengan hemaglutinasi. 25 ekor mencit dibagi menjadi 5 kelompok
(CMC Na 0,5%, fraksi n-Heksan daun mahkota dewa dengan dosis 25 mg/kg BB,
50 mg/kg BB dan 100 mg/kg BB dan levamisol 25 mg/kg BB) diberikan secara
oral satu kali sehari selama 7 hari yang sebelumnya diinduksi dengan 0,1 ml sel
darah merah sapi 1%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa FHDMD dosis 25, 50, 100 mg/kg
BB dapat meningkatkan respon hipersensitivitas dan titer antibodi sel imun mencit
jantan dan terdapat perbedaan yang signifikan dengan CMC-Na 0,5% (p<0,05),
respon hipersensitivitas dan titer antibodi yang paling baik ditunjukkan pada
FHDMD dosis 100 mg/kg BB dengan perbedaan yang tidak signifikan dengan
Levamisol 25 mg/kg BB. Hal ini menunjukkan bahwa FHDMD mempunyai efek
imunomodulator.

Kata kunci : Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl., imunomodulator., respon


hipersensitivitas., titer antibodi.

Universitas Sumatera Utara


IMMUNOMODULATOR EFFECT OF N-HEKSAN FRACTION OF
MAHKOTA DEWA(Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) LEAVES ON
HYPERSENSITIVITY RESPONSE AND IMMUNE CELLS ANTIBODY
TITER IN MALE MICE

ABSTRACT

Immunomodulator helps the body to optimize the function of the immune


system. The utilization of medicinal plants progressively growing in the society,
one of which is mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl). The leaves
was reported to have an imunomodulatory activity. This plant contains alkaloids,
flavonoids, saponins, and triterpenoids. The purpose of this study was to
investigate the immunomodulatory effect of n-hexane fraction of Mahkota Dewa
(HFMDL) Leaves in male mice.
The study was conducted by experimental. Hypersensitivity response test
was measured by swelling of the feet of mice while theantibody titers test was
determined byhemagglutination. Twenty five mice were divided into 5 groups
(CMC Na 0,5%, n-hexane fraction of MahkotaDewa leaves at dose of 50 mg/kg
BW, 100 mg/kg BWand levamisole at dose 25 mg/kg BW) were administered
orally once daily for 7 days previously induced by 0.1 ml of 1% cow red blood
cells.
The results showed that HFMDL dose 25, 50, 100 mg/kg BW increased
the hypersensitivity response and antibody titer of the male mice and significantly
different from those produced by CMC-Na 0,5% (p < 0.05), the highest activity
on hypersensitivity response and antibody titer showed at EAEMDL dose 100
mg/kg BW which not significantly different with Levamisol®. This study proved
that the HFMDL has immunomodulatory effect.

Keyword:Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl., immunomodulatory.,


hypersensitivity response., antibody titer.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

Judul ............................................................................................................ i

Lembar Pengesahan .................................................................................... iii

Kata Pengantar ............................................................................................ iv

Surat Pernyataan ......................................................................................... vi

Abstrak ........................................................................................................ vii

Abstract ....................................................................................................... viii

Daftar Isi .................................................................................................... ix

Daftar Tabel ................................................................................................ xi

Daftar Gambar............................................................................................. xii

Daftar Lampiran .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 3

1.3 Hipotesis ....................................................................................... 4

1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 4

1.6 Kerangka pikir................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 6

2.1 Tanaman Mahkota Dewa ............................................................... 6

2.1.1 Sistematika Tanaman ........................................................... 6

2.1.2 Nama Daerah ....................................................................... 6

2.1.3 Deskripsi Tanaman .............................................................. 6

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Bagian yang Digunakan ....................................................... 7

2.1.5 Manfaat Daun Mahkota Dewa ............................................. 7

2.2 Sistem Imun ................................................................................... 7

2.2.1Komponen Sistem Imun ....................................................... 8

2.2.1.1 Komponen Selular ................................................... 8

2.2.1.2 Komponen Humoral ................................................ 10

2.3 Respon Imun ................................................................................. 13

2.3.1 Respon Imun Non Spesifik .................................................. 13

2.3.2 Respon Imun Spesifik .......................................................... 13

2.4 Imunomodulator ............................................................................. 14

2.4.1 Imunostimulator ................................................................... 14

2.4.1.1 Levamisol ................................................................ 15

2.4.2 Imunosupresor...................................................................... 15

2.5 Metode Pengujian Efek Imunomodulator ...................................... 16

2.5.1 Uji Respon Hipersensitivitas................................................ 16

2.5.2 Titer Antibodi....................................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 17

2.1 Alat dan Bahan .............................................................................. 17

2.1.1 Alat-alat ............................................................................... 17

2.1.2 Bahan-bahan ........................................................................ 17

2.2 Hewan percobaan .......................................................................... 18

2.3 Fraksi n-Heksan Daun Mahkota Dewa ......................................... 18

2.4 Penyiapan Hewan Percobaan ........................................................ 18

2.5 Penyiapan Kontrol, Bahan uji, dan Antigen .................................. 19

Universitas Sumatera Utara


2.5.1 Penyiapan suspensi CMC Na 0,5% .................................... 19

2.5.2 Penyiapan suspensi Levamisol ......................................... 20

2.5.3 Penyiapan suspensi Fraksi uji .............................................. 20

2.5.4 Penyiapan larutan PBS ......................................................... 20

2.5.5 Penyiapan Sel Darah Merah Sapi ........................................ 21

2.6Uji Respon Hipersensitivitas .......................................................... 21

2.7 Uji Titer Antibodi .......................................................................... 22

2.8 Analisis Data ................................................................................. 23

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 24

3.1 Pengujian Efek Imunomodulator .................................................. 24

3.1.1 Respon Hipersensitivitas ..................................................... 27


3.1.2 Titer Antibodi ...................................................................... 29
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 33

4.1 Kesimpulan ................................................................................... 33

4.2 Saran .............................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 34

LAMPIRAN ............................................................................................... 37

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Volume pembengkakan kaki mencit dan titer antibodi ................... 27

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka pikr penelitian ............................................................. 5

3.1 Diagram Volume pembengkakan kaki mencit ............................ 28

3.2 Diagram Titer antibodi sel imun mencit ....................................... 30

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat identifikasi tumbuhan ........................................................ 37

2. Surat ethical clearance............................................................... 38

3. Bagan alur penelitian .................................................................. 39

4. Perhitungan serbuk levamisol yang ditimbang ........................... 40

5. Contoh perhitungan dosis.......................................................... 41

6. Perhitungan federer ................................................................... 42

7. Gambar alat-alat ........................................................................ 43

8. Gambar hewan percobaan ......................................................... 45

9. Pembengkakan kaki mencit dan hemaglutinasi ........................ 46

10. Hasil Uji Statistik ...................................................................... 49

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan merupakan keragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita, baik

yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

dahulu, tumbuhan sudah digunakan sebagai tanaman obat walaupun

penggunaannya disebarkan secara turun-temurun. Penggunaan tanaman obat

dalam hal ini obat tradisional dipandang lebih ekonomis dan memiliki efek

samping yang lebih kecil daripada obat sintetik (Yuniarti, 2008).

Salah satu upaya pencegahan penyakit adalah melalui peningkatan daya

tahan tubuh yaitu dengan meningkatkan efektivitas sistem imunitas tubuh supaya

sel-sel imun dapat terus melawan penyebab penyakit dan tubuh dapat terhindar

dari berbagai penyakit. Manusia sejak dilahirkan telah dilengkapi dengan sistem

pertahanan tubuh yang spesifik maupun non spesifik. Dengan sistem pertahanan

tubuh yang disebut sistem imun ini diharapkan manusia dapat menangkal berbagai

bakteri, virus, jamur, dan zat-zat asing lain yang dapat menimbulkan berbagai

gangguan penyakit (Kumala, et al., 2012).

Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang dapat melindungi tubuh

dari unsur-unsur patogen, misalnya bakteri, virus, dan parasit yang dapat

menyebabkan infeksi pada manusia. Respon imun terhadap patogen tergantung

dari kemampuan sistem imun mengenal dan melakukan reaksi yang tepat untuk

menyingkirkan patogen tersebut (Kresno, 2011). Bila sistem imun bekerja pada

Universitas Sumatera Utara


zat yang dianggap asing, maka ada dua jenis respon imun yang mungkin terjadi,

yaitu respon imun nonspesfik dan respon imun spesifik (Kresno, 2010).

Imunomodulator merupakan zat ataupun obat yang dapat mengembalikan

ketidakseimbangan sistem kekebalan yang terganggu dengan cara merangsang

dan memperbaiki fungsi sistem kekebalan (Kumala, et al., 2012). Imunostimulator

adalah senyawa yang dapat meningkatkan respon imun. Imunostimulator dapat

mereaktivasi sistem imun dengan berbagai cara seperti meningkatkan jumlah dan

aktivitas sel T, NK-cells dan makrofag (Tan dan Rahardja, 2007).

Indonesia yang beriklim tropis menyebabkan tanahnya subur sehingga

banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat

obat adalah tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl).

Merupakan salah satu tanaman asli indonesia yang akhir-akhir ini populer sebagai

tanaman yang secara empiris dapat menobati berbagai macam penyakit, yaitu

kanker dan penyakit kulit seperti alergi (Hariana, 2009).

Pada penelitian Rahayu (2013) menyatakan bahwa daun mahkota dewa

mempunyai efek imunostimulan yang diuji efeknya terhadap respon humoral

menggunakan metode ELISA berdasarkan parameter titer IgM dan IgG pada

mencit. Berdasarkan hasil penelitian Salsabila (2013) menunjukkan bahwa salah

satu tumbuhan tradisional yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat yaitu

daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl). Manfaatnya dapat di

temui hampir di setiap bagian tumbuhan, meliputi batang, daun, biji, daging dan

kulit buah yang didalamnya terkandung senyawa-senyawa alkaloid, saponin,

flavonoid, terpenoid, resin, tannin, polifenol, fenol, lignan, minyak asiri dan

sterol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wagner (1984) yang secara umum

Universitas Sumatera Utara


menyebutkan bahwa golongan terpenoid, alkaloid atau polifenol mempunyai sifat

imunostimulator.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengujian efek

imunomodulator. Beberapa di antaranya adalah uji respon hipersensitivitas,

pengukuran antibodi (titer antibodi), uji transformasi limfosit T, uji komplemen,

indeks migrasi makrofag, uji granulosit, bioluminisensi radikal, respon fagositik,

respon profilerasi limfosit (Roit, 1989). Metode yang digunakan dalam dalam

pengujian efek imunomodulator secara spesifik adalah hipersensitivitas dan titer

antibodi. Menurut Makare et al., (2001), metode tersebut mempunyai keuntungan

diantaranya memungkinkan dua komponen respon imun diukur pada spesies yang

sama dibawah kondisi ideal, relatif sederhana dan tidak mahal.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan uji efek

imunomodulator fraksi n-Heksan daun mahkota dewa terhadap respon

hipersensitivitasdan titer antibodi sel imunmencit jantan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah pada penelitian

ini adalah:

a Apakah fraksi n-heksan daun mahkota dewa dapat mempengaruhi respon

hipersensitivitas pada mencit jantan?

b Apakah fraksi n-heksan daun mahkota dewa dapat mempengaruhi titer

antibodi sel imun mencit jantan?

c Apakah fraksi n-heksan daun mahkota dewa mempunyai efek

imunostimulator?

Universitas Sumatera Utara


1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini

adalah:

a Fraksi n-heksan daun mahkota dewa dapat mempengaruhi respon

hipersensitivitas mencit jantan.

b Fraksi n-heksan daun mahkota dewa dapat mempengaruhi titer antibodi sel

imun mencit jantan.

c Fraksi n-heksan daun mahkota dewa mempunyai efek imunostimulator.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebagai berikut:

a Untuk mengetahui efek imunomodulator fraksi n-heksan daun mahkota

dewa dengan mempengaruhi respon hipersensitivitas mencit jantan.

b Untuk mengetahui efek imunomodulator fraksi n-heksan daun mahkota

dewa dengan mempengaruhi titer antibodi sel imun mencit jantan.

c Untuk mengetahui efek imunostimulator fraksi n-heksan daun mahkota

dewa.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a Mengembangkan daun mahkota dewa menjadi suatu sediaan herbal

terstandar dengan efek imunomodulator.

b Menambah inventaris tanaman obat yang berkhasiat sebagai

imunomodulator

Universitas Sumatera Utara


1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Adapun kerangka pikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.1

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Fraksi n-Heksan
Daun mahkota
dewa 25; 50; 100
mg/kg BB
Respon Volume
hipersensitivitas pembengkakan
Suspensi
Levamisol 25
mg/kg BB

Titer antibodi Hemaglutinasi


Suspensi
CMC-Na 0,5%

Gambar 1.1 Diagram Kerangka Pikir Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Mahkota Dewa

Berikut adalah sistematika tanaman, daerah, deskripsi tanaman, bagian yang

digunakan dan manfaat tanaman mahkota dewa.

2.1.1 Sistematika Tanaman

Sistematika tanaman mahkota dewa adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Malvales

Familia : Malvaceae

Genus : Phaleria

Spesies : Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.

2.1.2 Nama Daerah

Sumatera : simalakama (Melayu),

Jawa : makutadewa (Jawa) (Depkes, 1999).

2.1.3 Deskripsi Tanaman

Tanamanmahkota dewa berbentuk perdu yang berumur tahunan. Tinggi

tanaman umumnya 1-3 m, tetapi ada yang bisa mencapai 5 m. Kulit batang

mahkota dewa berwarna coklat kehijauan, sementara kayunya berwarna putih.

Batangnya bulat dan bergetah dengan diameter batang tanaman dewasa mencapai

15 cm. Tanaman ini akan mengeluarkan bunga dan diikuti dengan munculnya

Universitas Sumatera Utara


buah setelah 9-12 bulan kemudian. Buahnya berwarna hijau saat muda dan

menjadi merah marun setelah berumur 2 bulan. Buahnya berbentuk bulat dengan

ukuran bervariasi mulai dari sebesar bola pingpong sampai sebesar buah apel.

Daun mahkota dewa merupakan daun tunggal bentuknya lonjong, memanjang dan

berujung lancip dengan letak daun berhadapan, bertangkai pendek, ujung dan

pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, warnanya hijau

tua, panjang 7-10 cm, dan lebar 2-5 cm (Harmanto, 2001).

2.1.4 Bagian yang digunakan

Daun dan kulit buah mahkota dewa dapat digunakan dalam keadaan segar

atau setelah dikeringkan (Hariana, 2009). Daun mahkota dewa yang berwarna

hijau dengan permukaan licin juga digunakan sebagai pengobatan alergi dengan

cara direbus (Dyah, 2007).

2.1.5 Manfaat daun mahkota dewa

Tanaman mahkota dewa berkhasiat antara lain sebagai antitumor, analgesik,

antiradang (antiinflamasi), antivirus, antibakteri dan antidiare (Salsabila, 2013).

2.2 Sistem Imun

Sistem imun adalah sistem pertahanan tubuh yang terdiri dari sel atau

gabungan sel, molekul-molekul, dan atau jaringan yang berperan dalam penolakan

mikroorganisme penyebab infeksi. Sistem imun berguna sebagai perlindungan

terhadap infeksi molekul lain seperti virus, bakteri, protozoa dan parasit (Salmon,

1989).

Semua makhluk hidup vertebrata mampu memberikan tanggapan dan

menolak benda-benda atau konfigurasi yang dianggap asing oleh tubuhnya.

Universitas Sumatera Utara


Kemampuan ini disebabkan oleh sel-sel khusus yang mampu mengenali dan

membedakan konfigurasi asing (non-self) dari konfigurasi yang berasal dari

tubuhnya sendiri (self). Sel khusus tersebut adalah limfosit yang merupakan sel

imunokompeten dalam sistem imun. Konfigurasi asing tersebut dinamakan

antigen atau imunogen, sedangkan proses serta fenomena yang menyertainya

dinamakan respon imun (Subowo, 1993)

Bila sistem imun bekerja pada zat yang diangap asing, maka ada dua jenis

respon imun yang mungkin terjadi, yaitu respon imun nonspesifik dan respon

imun spesifik (Kresno, 2010).

2.2.1 Komponen Sistem Imun

Adapun komponen dari sistem imun terdiri dari komponen humoral dan

komponen seluler.

2.2.1.1 Komponen Selular

Komponen seluler ini terdiri dari:

1. Sel limfoid

Sel limfoid bertugas untuk mengenali antigen. Terdapat beberapa sel

limfoid yang terkait dalam mengenali antigen, yaitu limfosit T, limfosit B, dan sel

natural killer (NK). Kecuali sel NK, limfosit dilengkapi dengan molekul reseptor

untuk mengenali antigen (Subowo, 2009). Limfosit T atau sel T memegang

peranan penting dalam mengontrol respon imun secara keseluruhan (Kresno,

2001). Limfosit B adalah sel yang dapat membentuk imunoglobulin (Ig) (Kresno,

2001).

Universitas Sumatera Utara


a. Limfosit T

Sel T adalah sel yang bertanggung jawab dalam respon imun selular. Sel T

dapat dibedakan sebagai berikut:

• Sel Thelper (Sel Th)

Sel Th adalah sel yang membantu meningkatkan perkembangan sel B aktif

menjadi sel plasma, memperkuat aktivitas sel T sitotoksik dan sel T supresor yang

sesuai, dan mengaktifkan makrofag. Sel Th dapat dibedakan menjadi sel Th1 dan

Th2. Sel Th1 berperan sebagai limfosit yang akan melepaskan sitokin yang

bersifat proinflamasi, sedangkan sel Th2 berperan dalam memproduksi antibodi

dengan menstimulasi sel B menjadi sel plasma (Sherwood, 2001).

• Sel Tsuppresor (Sel Ts)

Sel Ts adalah sel yang berperan dalam membatasi reaksi imun melalui

mekanisme “check and balance” dengan limfosit yang lain. Sel Ts menekan

aktivitas sel T lainnya dan sel B. Sel Th dan sel Ts akan berinteraksi dengan

adanya metode umpan balik. Sel Th membantu sel Ts beraksi dan sel Ts akan

menekan sel T lainnya. Dengan demikian sel Ts dapat menghambat respon imun

yang berlebihan dan bersifat antiinflamasi (Sherwood, 2001).

• Sel Tcytotoxic (Sel Tc)

Sel Tc adalah sel yang mampu menghancurkan sel cangkokan dan sel yang

terinfeksi virus dengan mengeluarkan zat-zat kimiawi sebelum replikasi virus

terjadi (Sherwood, 2001).

b. Limfosit B

Sel B adalah sel yang dapat membentuk imunoglobulin (Ig) dan merupakan 5-

15% dari limfosit dalam sirkulasi darah. Sel B dapat mengenal antigen yang

Universitas Sumatera Utara


berkadar sangat rendah. Hal ini disebabkan sel B mempunyai sIg (Surface

immunoglobulin) yang berfungsi sebagai reseptor untuk antigen (Kresno, 1991).

c. Sel Natural Killer (NK)

Sel Natural Killer (NK) memegang peranan penting dalam pertahanan

alamiah terhadap pertumbuhan sel kanker dan berbagai penyakit infeksi, tanpa

sensitisasi sebelumnya (Kresno, 2001). Sel NK diperkirakan dapat mengenal

struktur-struktur glikoprotein yang muncul pada permukaan sel terinfeksi virus

sehingga dapat dibedakan dari sel-sel normal. Pengenalan ini mungkin terjadi

melalui reseptor serupa lektin pada permukaan sel NK yang menghantar sel

pembunuh dan sasaran saling berhadapan pada jarak yang dekat (Roitt, 2002).

2. Sel fagosit

Sel fagosit terbagi atas fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear

yang berperan sebagai sel efektor dalam respon imun non spesifik (Subowo,

2009).

2.2.1.2 Komponen Humoral

Komponen humoral ini terdiri dari:

a. Komplemen

Komplemen merupakan mediator terpenting dalam reaksi antigen-

antibodi, dan terdiri atas sekitar 20 jenis protein yang berbeda satu dengan yang

lain baik dalam sifat kimia maupun dalam fungsi imunologik. Jika komplemen

diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon

inflamasi. Komplemen juga berperan sebagai opsonin yang dapat meningkatkan

fagositosis (Kresno, 2001).

Universitas Sumatera Utara


b. Sitokin

Sitokin adalah suatu molekul protein yang dikeluarkan oleh sel T ketika

diaktifkan oleh antigen. Sitokin tersebut akan menarik makrofag masuk ke tempat

terjadinya induksi. Sitokin terlibat dalam komunikasi sel-sel, bertindak sebagai

mediator untuk meningkatkan respon imun melalui interaksi dengan reseptor

permukaan sel tertentu pada leukosit (Fulzele, et al., 2003).

c. C-Reactive Protein (CRP)

CRP merupakan zat yang dibentuk oleh tubuh pada saat infeksi. Perannya

adalah sebagai opsonin (zat yang dapat meningkatkan proses fagositosis) dan

dapat mengaktifkan komplemen (Roitt, 2002).

d. Antibodi

Antibodi adalah imunoglobulin (Ig) yang merupakan golongan yang

dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari poliferasi sel B akibat adanya kontak

dengan antigen. Menurut perbedaan struktur dan aktivitas biologis, antibodi

dibedakan menjadi 5 subkelas:

• Imunoglobulin G

Paling banyak ditemukan dalam cairan tubuh terutama ekstravaskular untuk

memerangi mikroorganisme dan toksiknya. IgG merupakan komponen utama

imunoglobulin serum, kadarnya dalam serum merupakan 75% dari semua

imunoglobulin. IgG dapat menembus plasenta masuk ke janin dan berperan pada

imunitas bayi sampai umur 6-9 bulan. IgG dan komplemen bekerja saling

membantu sebagai opsonin pada pemusnahan antigen.

Universitas Sumatera Utara


• Imunoglobulin A

IgA kadarnya terbanyak ditemukan dalam cairan sekresi saluran nafas, cerna

dan kemih, air mata, keringat, ludah, dan air susu ibu yang lebih berupa IgA

sekretori (sIgA) yang merupakan bagian terbanyak. IgA dapat bekerja sebagai

opsonin, yaitu dapat meningkatkan efek bakteriolitik komplemen dan

menetralisasi toksin serta dapat mengaglutinasikan kuman, mengganggu

motilitasnya sehingga memudahkan fagositosis.

• Imunoglobulin M

IgM merupakan imunoglobulin paling efisien dalam aktivitas komplemen.

IgM dibentuk paling dahulu pada respon imun primer terhadap kebanyakan

antigen dibanding dengan IgG. IgM dapat mencegah gerakan mikroorganisme

patogen, memudahkan fagositosis dan merupakan aglutinator poten antigen.

• Imunoglobulin D

IgD ditemukan dalam serum dengan kadar yang sangat rendah. IgD

merupakan komponen permukaan utama sel B dan pertanda dari diferensiasi sel B

yang lebih matang. IgD merupakan 1% dari total imunoglobulin dan banyak

ditemukan pada membran sel B bersama IgM yang dapat berfungsi sebagai

reseptor antigen pada aktivitas sel B.

• Imunoglobulin E

IgE mudah diikat sel mast, basfil dan eosinofil yang memiliki reseptor untuk

fraksi Fc dari IgE. IgE dibentuk setempat oleh sel plasma dalam selaput lendir

saluran nafas dan cerna.

Universitas Sumatera Utara


2.3 Respon Imun

Respon imun adalah tanggapan sistem imun terhadap zat asing, setelah

terjadi proses pengenalan oleh sel-sel pengenal (limfosit). Secara umum

dinyatakan bahwa respon imun seseorang terhadap patogen terdiri atas respon

imun alami atau respon imun non spesifik dan respon imun adaptif atau respon

imun spesifik (Subowo, 2009).

2.3.1 Respon Imun Nonspesifik

Respon imun nonspesifik pada umumnya merupakan imunitas bawaan

(innate immunity), artinya bahwa respon terhadap zat asing yang masuk ke dalam

tubuh dapat terjadi walaupun tubuh belum pernah terpapar pada zat tersebut

(Kresno, 2010). Respon imun nonspesifik dapat mendeteksi adanya zat asing dan

melindungi tubuh dari kerusakan yang diakibatkannya, tetapi tidak mampu

mengenali dan mengingat zat asing tersebut. Komponen-komponen utama respon

imun nonspesifik adalah pertahanan fisik, kimiawi, humoral dan selular.

Pertahanan ini meliputi epitel dan zat-zat antimikroba yang dihasilkan

dipermukaannya, berbagai jenis protein dalam darah termasuk komplemen-

komplemen sistem komplemen, mediator inflamasi lainnya dan berbagai sitokin,

sel-sel fagosit yaitu sel-sel polimorfonuklear, makrofag dan sel natural killer

(NK) (Kresno, 2010).

2.3.2 Respon Imun Spesifik

Berbeda dengan respon imun non spesifik yang sel-selnya dalam

menghadapi antigen asing tidak memerlukan reseptor khusus, maka dalam respon

imun spesifik ini diperlukan sel khusus (spesifik) dalam menghadapi antigen

asing. Di dalam respon imun ini paling sedikit melibatkan 3 jenis sel, yaitu

Universitas Sumatera Utara


limfosit T, limfosit B, dan sel makrofag yang bertindak sebagai sel pelengkap

(Subowo, 2009).

Respon imun spesifik merupakan imunitas yang didapat (adaptive

immunity) dimulai dari pengenalan zat asing hingga penghancuran zat asing

tersebut dengan berbagai mekanisme (Subowo, 1993). Dalam respon imun

spesifik, limfosit merupakan sel yang memainkan peranan penting karena sel ini

mampu mengenali setiap antigen yang masuk ke dalam tubuh, baik yang terdapat

intraseluler maupun ekstraseluler. Secara umum, limfosit dibedakan menjadi dua

jenis yaitu limfosit T dan limfosit B (Kresno, 2010).

Limfosit T atau sel T yang berpoliferasi atas rangsangan antigen larut dan

berfungsi memicu sel B untuk memproduksi antibodi, dan subset yang lain yaitu

sel Ts (T suppresor-inducer) yang berpoliferasi atas rangsangan antibodi serta

berfungsi untuk menghambat atau menekan produksi antibodi oleh sel B (Kresno,

1991).

2.4 Imunomodulator

Imunomodulator adalah senyawa tertentu yang dapat meregulasi sistem

imun dengan tujuan menormalkan atau membantu mengoptimalkan sistem imun.

Mekanisme pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling

berpengaruh. Imunomodulator dapat dibagi menjadi 2, yaitu imunostimulator dan

imunosupresor.

2.4.1 Imunostimulator

Imunostimulator adalah senyawa yang dapat meningkatkan respon imun.

Imunostimulator dapat mereaktivasi sistem imun dengan berbagai cara seperti

Universitas Sumatera Utara


meningkatkan jumlah dan aktivitas sel T, NK-cells dan makrofag serta

melepaskan interferon dan interleukin (Tan dan Rahardja, 2007). Bahan yang

dapat merangsang sistem imun, seperti: levamisole, isoprenosin, hidroksiklorokin,

dan arginin (Bratawidjaja, 2012).

2.4.1.1 Levamisole

Levamisol adalah derivat tetramizol, obat cacing yang dapat meningkatkan

poliferasi sitotoksisitas sel T serta mengembalikan energi pada beberapa penderita

dengan kanker (imunostimulasi nonspesifik). Levamisol dapat meningkatkan efek

antigen, mitogen, limfokin, dan faktor kemotaktik untuk merangsang limfosit,

granulosit dan makrofag (Bratawidjaja, 2012).

Levamisol adalah salah satu imunopotensiator nonspesifik yang telah

diketahui mampu meningkatkan respon imunitas tubuh, baik selular maupun

humoral. Levamisol lebih berperan dalam imunitas selular yaitu merangsang

poliferasi limfosit T (Widjaja, 1999).

2.4.2 Imunosupresor

Imunosupresor adalah senyawa yang dapat menurunkan respon imun.

Imunosupresor mampu menghambat traskripsi dari sitokin dan memusnahkan sel

T (Tan dan Rahardja, 2007). Kegunaannya di klinik terutama pada transplatasi

untuk mencegah reaksi penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang

menimbulkan kerusakan atau gejala sistemik, seperti autoimun atau auto-

inflamasi. Obat-obat imunosupresi digunakan pada penderita yang akan menjalani

transplatasi dan penyakit autoimun oleh karena kemampuannya yang dapat

menekan respon imun seperti azatioprin, dan siklofosfamid (Bratawidjaja, 2012).

Universitas Sumatera Utara


2.5 Metode Pengujian Efek Imuomodulator

Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengujian efek

imunomodulator. Beberapa di antaranya adalah uji respon hipersensitivitas,

pengukuran antibodi (titer antibodi), uji transformasi limfosit T, uji komplemen,

indeks migrasi makrofag, uji granulosit, bioluminisensi radikal,respon fagositik,

respon proliferasi limfosit.

2.5.1 Uji Respon Hipersensitivitas

Uji respon hipersensitivitas merupakan pengujian efek imunomodulator

terkait dengan respon imun spesifik. Respon hipersensitivitas tipe lambat

merupakan respon imun seluler yang melibatkan aktivasi sel Th yang akan

melepaskan sitokin yang bersifat proinflamasi dan meningkatkan aktivitas

makrofag yang ditandai dengan pembengkakan kaki hewan (Roit, 1989).

2.5.2 Titer Antibodi

Respon imun spesifik dapat berupa respon imun seluler dan respon imun

humoral. Penilaian titer antibodi merupakan pengujian terhadap respon imun

humoral yang melibatkan pembentukan antibodi. Peningkatan nilai titer antibodi

terjadi karena peningkatan aktivasi sel Th yang menstimulasi sel B untuk

pembentukan antibodi dan peningkatan aktivasi sel B dalam pembentukan

antibodi (Roit, 1989).

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan tahapan

penelitian yaitu penyiapan sampel, skrining simplisia, karakterisasi simplisia,

penyiapan hewan percobaan dan pengujian respon hipersensitivitas tipe dan titer

antibodi pada hewan percobaan. Data hasil penelitian dianalisis secara ANAVA

(analisis variansi) dan Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey

menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0 dan

Mann Whitney.

2.1. Alat dan Bahan

2.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas

laboraturium,microtiration plate96, microtube, mortir dan stamfer, neraca hewan,

neraca listrik, oral sonde, mikro pipet, plethysmometer digital,spuit 1ml, dan

centrifuge PLC series, kandang mencit.

2.1.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunnakan dalam penelitian ini adalah fraksi n-Heksan

daun mahkota dewa, Natrium Carboxy Methyl Cellulose (CMC) Na, akuades, sel

darah merah sapi (SDMS), larutan Phosphate Buffered Saline (PBS), larutan

tritron, tablet levamisol, heparin (inviclot®).

Universitas Sumatera Utara


2.2 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah mencit jantan

dengan berat badan 20-35 gram yang berumur 8-12 minggu.Sebelum digunakan,

mencit dipelihara selama 2 minggu dalam kandang yang baik untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungannya, dan diberi makan pelet hewan serta air.

2.3 Fraksi n-heksan Daun Mahkota Dewa (FHDMD)

Fraksi diperoleh dari Amos P. Lumban Tobing pada Juni 2016. Metode

fraksinasi yang digunakan yaitu metode maserasi, sesuai dengan yang tertera

dalam Farmakope Indonesia Edisi III (1979).

Serbuk simplisia dan mahkota dewa dimaserasi dengan 75 bagian pelarut n-

heksan sampai seluh serbuk terendam, ditutupi dan dibiarkan selama 5 hari

terlindung dari cahaya, sambil sesekali diaduk. Kemudian sampel disaring dan

filtat diproleh, sedangkan residu di rendam kembali menggunakan 25 bagian n-

heksan, dimasukkan dalam wadah dan disimpan ditempat yang terlindung dari

cahaya selama 2 hari (Ditjen POM, 1979). Seluruh maserat digabung dan

dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator pada temperature ±40ºC,

kemudian dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -40ºC sampai diperoleh

fraksi kental.

2.4 Penyiapan Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan adalah mencit jantan dengan berat 20-35 g dibagi 5

kelompok, 1 kelompok untuk kontrol pembawa, 1 kelompok untuk kontrol positif,

dan 3 kelompok uji. Tiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit.Sebelum digunakan

Universitas Sumatera Utara


sebagi hewan percobaan, semua mencit dipelihara terlebih dahulu selama kurang

lebih satu minggu dalam kandang yang baik pada suhu ruangan untuk

penyesuaian lingkungan, pengontrolan kesehatan dan berat badan. Mencit diberi

makan pelet hewan dan tetap diberi air minum.

Penentuan besar sampel dihitung dengan rumus Federer (Arkeman dan

David, 2006) sebagai berikut:


(n-1) (t-1) ≥ 15

Keterangan:
n= besar sampel
t= jumlah kelompok perlakuan

jumlah hewan yang digunakan 5 ekor. Perhitungan jumlah hewan yang digunakan

dapat dilihat pada (Lampiran 6).

2.5 Penyiapan Kontrol, Bahan Uji, dan Antigen

Penyiapan kontrol, bahan uji, dan antigen meliputi penyiapan CMC

0,5%,penyiapan suspensi levamisol, penyiapan suspensi fraksi n-heksan daun

mahkota dewa dan penyiapan sel darah merah sapi.

2.5.1 Penyiapan Suspensi CMC Na 0,5%

Sebanyak 0,5 gNa-CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi aquadest

yang dipanaskan. Didiamkan selama 15 menit lalu digerus hingga diperoleh

massa yang transparan, diencerkan dengan aquadest, dihomogenkan dan

dimasukkan ke labu tentukur 100 ml,dicukupkan volumenya dengan aquadest

hingga 100 ml.

Universitas Sumatera Utara


2.5.2 Penyiapan Suspensi levamisol

Pengambilan tablet levamisol yaitu dengan cara ditimbang dan digerus tidak

kurang dari 20 tablet. Ditimbang serbuk yang telah dihaluskan tersebut kemudian

ditimbang seksama sejumlah serbuk setara dengan lebih kurang 25 mg levamisol

(Depkes, 1995).

Pembuatan suspensi levamisol dilakukan dengan cara sebagai berikut:

levamisol 29,46 mg (setara dengan 25 mg levamisol) sebanyak 0,25 mg ditimbang

dan dimasukkan kedalam lumpang. Digerus serbuk kemudian ditambahkan

suspensi CMC Na 0,5% secukupnya. Digerus hingga homogen dan dituangkan

kedalam labu tentukur 25 ml,ditambahkan suspensi CMC Na 0,5% sampai batas

tanda. Perhitungan serbuk levamisol yang ditimbang dapat dilihat pada (Lampiran

4).

2.5.3 Penyiapan Suspensi Fraksi n-heksan Daun Mahkota Dewa (FHDMD)

Untuk dosis 100 mg/kg BB dibuat dengan cara sebagai berikut; Ditimbang

100 mg fraksi n-heksan daun mahkota dewa, kemudian dimasukkan ke dalam

lumpang. Kemudian tuang sedikit demi sedikit suspensi CMC Na 0,5% sambil

digerus hingga homogen, setelah homogen dituangkan ke dalam labu tentukur 10

ml dan dicukupkan dengan suspensi CMC Na 0,5% hingga garis tanda. Begitu

juga untuk pembuatan dosis 25 mg/kg BB dan 50 mg/kg BB dilakukan hal yang

sama.

2.5.4 Penyiapan Phosphate Buffered Saline (PBS)

Pembuatan PBS dilakukan dengan cara sebagai berikut: melarutkan 1 tablet

PBS dalam 200 ml aquadest (sigma).

Universitas Sumatera Utara


2.5.5 Penyiapan Sel Darah Merah Sapi (SDMS)

Penyiapan dan pembuatan SDMS dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Darah segar dikumpulkan dari sapi yang disembelih, diperoleh 500 ml. Kemudian

ditambahkan 1,5 ml antikoagualan dan dimasukkan ke dalam termos yang berisi

es.

Darah sapi segar yang telah diberi antikoagulan dimasukkan dalam tabung

sentrifus sebanyak 5 ml dan disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5

menit untuk memisahkan plasma dari sel darah merah. Lapisan atas yang berupa

plasma dibuang dan lapisan bawah yang berupa endapan sel darah merah

ditambahkan larutan PBS sebanyak 3 ml. Tabung kemudian dibolak-balik dengan

perlahan-lahan sampai SDMS tercampur secara homogen, kemudian

disentrifugasi lagi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Lapisan atas yang

jernih dibuang dan lapisan bawah adalah SDMS murni. SDMS ditambahkan PBS

sebanyak 3 ml homogenkan sehingga diperoleh SDMS 50%. Kemudian diambil

0,2 ml SDMS 50%, ditambahkan larutan PBS sebanyak 10 ml sehingga diperoleh

SDMS 1% (Emelda, 2015).

2.6 Uji Respon Hipersensitivitas

Efek imunomodulator fraksi n-heksan daun mahkota dewa ditentukan

dengan mengukur volume respon hipersensitivitasmenggunakan uji

pembengkakan telapak kaki hewan uji (foot paw swelling test) (Lakshmi, 2003;

Ray, 1996).

Sebanyak 25 ekor mencit dibagi menjadi 5 kelompok dengan pembagian

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


a Kelompok I diberi suspensi CMCNa 0,5%sebagai kontrol pelarut.

b Kelompok II diberi suspensi fraksi n-heksan Daun Mahkota Dewa

(FHDMD) dengan dosis 25 mg/kg bb.

c Kelompok III diberi FHDMD dengan dosis 50 mg/kg bb.

d Kelompok IV diberi FHDMD dengan dosis 100 mg/kg bb.

e Kelompok V diberi suspensi levamisol dengan dosis 25 mg/kg bb sebagai

kontrol positif.

Tiap kelompok diinjeksikan dengan 0,1 ml sel darah merah sapi (SDMS)

1%secara intraperitoneal pada hari ke-0. Kemudian pada hari berikutnya diberikan

perlakuan satu kali setiap hari selama 7 hari. Pada hari ke-7, sendi kaki mencit

sebelah kanan diberi tanda batas pengukuran volume kaki mencit.Volume kaki

mencit diukur sebagai volume awal (V0).Kemudian mencit diinjeksikan dengan

0,1 ml sel darah merah sapi (SDMS) 1% secara intraplantar pada telapak kaki

sebelah kanan.

Pada hari kedelapan (setelah 24 jam) diukur volume pembengkakan kaki

mencit dengan plethysmometer digital. Pengukuran dilakukan dengan

mencelupkan kaki mencit ke dalam tabung yang berisi larutan triton terlihat pada

kenaikan skala pada plethysmometer sebagai volume waktu tertentu (Vt) kaki

mencit. Volume pembengkakan kaki mencit ditentukan berdasarkan selisih antara

volume waktu tertentu (Vt) dengan volume awal (V0) (Shivaprasad, 2006).

2.7 Uji Titer Antibodi

Tiap kelompok diinjeksikan dengan 0,1 ml sel darah merah sapi (SDMS)

1% secara intraperitoneal pada hari ke-0. Kemudian diberikan perlakuan satu kali

Universitas Sumatera Utara


setiap hari selama 7 hari. Pada hari ke-7, sampel darah masing-masing mencit

diambil melalui pembuluh darah vena di bagian ekor. Sampel darah dikumpulkan

dalam tabung mikro (microtube), kemudian dilakukan pemusingan 1900 rpm

dengan alat sentrifugasi selama 10 menit dan diambil serumnya.

Nilai titer atibodi ditentukan dengan metode hemaglutinasi. Duapuluh lima

mikroliter (25 µl) serum diteteskan ke dalam lubang microtitration plate96

lubang, ditambahkan larutan PBS dengan volume yang sama, dan diencerkan dua

kali lipat (1:2; 1:4; 1:8; 1:16; 1:32; 1:64; 1:128; 1:256; 1:512; 1:1024; 1:2048)

kemudian ditambahkan SDMS dengan volume yang sama dengan volume serum

dan PBS. Kemudian diamati penggumpalan yang terjadi (Makare, et al., 2001;

Puri, et al., 1993). Nilai titer antibodi ditentukan berdasarkan pengenceran terakhir

dimana antibodi masih terdeteksi melalui hemaglutinasi terlihat secara visual.

Nilai titer antibodi tersebut selanjutnya ditransformasikan dengan [2log(titer)+1]

(Hargono, 2000).

2.8 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi

17.0.Data ditentukan homogenitas dan normalitasnya untuk menentukan analisis

statistik yang digunakan.Data dianalisis dengan menggunakan uji ANAVA satu

arah (One-Way ANOVA) dan Kruskal-Wallis untuk menentukan perbedaan rata-

rata diantara perlakuan. Dilanjutkan dengan menggunakan uji Post Hoc Turkey

pada data yang normal dan uji Mann Whitney pada data yang tidak normal untuk

mengetahui variabel mana yang memiliki perbedaan. Berdasarkan nilai signifikan,

P<0,05 dianggap signifikan.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini digunakan fraksin-Heksan daun mahkota dewa yang

sama dengan fraksi yang digunakan Amos P. Lumban Tobing pada Juni 2016.

Hasil skrining fitokimia yang telah dilakukan Amos P. Lumban Tobing diperoleh

bahwa serbuk simplisia dan fraksi n-Heksan memiliki kandungan senyawa kimia

yang berbeda. Simplisia memiliki kandungan senyawa kimia alkaloid, flavonoid,

tanin, saponin, steroid dan triterpenoid. Sedangkan fraksi n-Heksan hanya

memiliki kandungan steroid/triterpenoid. Hal ini disebabkan oleh pelarut n-

Heksan bersifat non polar sehingga hanya dapat melarutkan senyawa metabolit

skunder non polar (Harbone, 1987). Hasil pemeriksaan karakteristik diperoleh

kadar air 7,2 %, kadar sari larut air 26,52 %, kadar sari larut etanol 55,98 %,

kadar abu total 10,83 % dan kadar abu tidak larut asam 0,24 %.

3.1 Pengujian Efek Imunomodulator

Pada penelitian ini, pengujian efek imunomodulator fraksin-Heksan Daun

Mahkota Dewa dilakukan dengan metode respon hipersensitivitas dan titer

antibodi yang digunakan untuk melihat pengaruh fraksi terhadap aktivitas dan

mekanisme sistem imun humoral yang melibatkan sel T dan sel B.Menurut

Makare et al., (2001), metode tersebut mempunyai keuntungan diantaranya

memungkinkan dua komponen respon imun diukur pada spesies yang sama

dibawah kondisi ideal, relatif sederhana dan tidak mahal. Pembanding

Universitas Sumatera Utara


yangdigunakan adalah levamisol dengan dosis 25 mg/kg bb. Dosis dipilih

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Razdan, et all., (2008).

Pengujian dilakukan dengan cara menginduksi sel imun mencit dengan sel

darah merah sapi(SDMS)sebagai antigen secara intraperitoneal pada hari ke-0.

Antigen yang telah diinduksikan ke dalam tubuh hewan coba mencit akan dikenal

oleh sistem imun spesifik dengan membentuk sel B memori. Antigen akan

merangsang sel B untuk berubah menjadi sel plasma dan mensekresi antibodi

spesifik (Hendarsula,2011). Antibodi pertama yang terbentuk adalah

Imunoglobulin M (IgM). Pada hari keenam dan hari ketujuh dalam serum mulai

dapat dideteksi antibodi IgG (Srihidayati, et all., 2012). Pemberian sel darah

merah sapi (SDMS) yang digunakan sebagai antigen pada mencit dimaksudkan

untuk merangsang pembentukan antibodi spesifik. Pada pembuatan sel darah

merah sapi (SDMS) digunakan PBS (Phosphate Buffered Saline) sebagai larutan

pencuci dan larutahn pengencer. Pencucian sel darah merah sapi (SDMS)

bertujuan untuk memperoleh sel darah merah sapi yang murni artinya tidak

dicemari oleh protein serum (Kumala, et al., 2012).

Respon hipersensitivitas diketahui dari volume pembengkakan kaki mencit

yang diukur pada hari ke-8 setelah sehari sebelumnya sel imun mencit

diinduksikan kembali dengan SDMS secara intraplantar. Pengukuran nilai titer

antibodi dilakukan pada hari ke-7 dengan menggunakan metode hemaglutinasi.

Hemaglutinasi adalah ikatan antara sel darah merah sebagai antigen dengan

antibodi sehingga menimbulkan suatu gumpalan yang dapat dilihat. Pada

lingkungan dengan pH netral, sel darah merah bermuatan negatif sehingga akan

terjadi aksi tolak-menolak antar sel. Oleh karena itu sel darah merah yang

Universitas Sumatera Utara


digunakan disuspensikan dalamlarutan penyangga dengan pH ±7 (PBS) untuk

menjaga agar sel darah merah tetap dalam kondisi pH netral, sehingga tetap

bermuatan negatif.

Hemaglutinasi terbentuk karena adanya ikatan silang antara sel darah merah

dengan antibodi. Antibodi yang mempunyai kemampuan lebih besar untuk

berikatan dengan sel darah merah adalah IgM. IgM mempunyai ukuran yang besar

dan valensi yang tinggi, sehingga dapat melawan rintangan elektrik dan

membentuk ikatan silang dengan sel darah merah sehingga menyebabkan

terjadinya aglutinasi. Antibodi lainnya seperti IgG mempunyai ukuran dan valensi

yang lebih kecil, sehingga kemampuannya melawan rintangan elektrik lebih

lemah dibandingkan dengan IgM (Kuby, 1994).

Terkait dengan prinsip hemaglutinasi di atas, maka dalam penelitian inisel

darah merah yang digunakan sebagai antigen adalah sel darah merah sapi (SDMS)

karena memiliki muatannegatif yang lebih kuat, sehingga kemampuannya untuk

berikatan dengan antibodi semakin kuat. Dengan demikian, hasil hemaglutinasi

yang diperoleh dapat diketahui dengan mudah. Data hasil penelitian dapat dilihat

pada tabel 4.1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 Volume Pembengkakan Kaki Mencit dan Nilai Titer
Antibodi(Rerata±SEM)

No Kelompok Perlakuan Volume kaki mencit Nilai titer antibodi


(ml) (µl)
1 CMC Na 0,5 % 0,0900±0,0469 2,5700±0,14697
2 Suspensi FHDMD 25 0,2560±0,03789 3,7700±0,14697
mg/kg bb
3 Suspensi FHDMD 50 0,5260±0,03655 4,8500±0,24000
mg/kg bb
4 Suspensi FHDMD 100 0,7280±0,04176 5,6900±0,44091
mg/kg bb
5 Suspensi Levamisol 25 0,5640±0,05758 3,7700±0,14697
mg/kg bb

3.1.1 Respon Hipersensitivitas

Pembengkakan terkait langsung dengan cell mediated immunity(CMI),

karena antigen mengaktivasi sel T terutama sel Th1. Aktivasi sel T menyebabkan

pelepasan beberapa sitokin yang bersifat proinflamasi. Sitokin tersebut akan

menarik makrofag ke tempat terjadinya induksidan mengaktivasinya sehingga

menyebabkan peningkatan aktivitas fagositik untuk melawan antigen yang masuk

(Fulzele, et al.,2003). Penarikan makrofag inilah yang menyebabkan terjadinya

pembengkakan. Semakin besar pembengkakan menunjukkan semakin tinggi

respon hipersensitivitas sehingga dapat menggambarkan peningkatan aktivitas

sistem imun.

Hasil pengukuran volume pembengkakan kaki kanan mencit sebagai

respon terhadap hipersensitivitas dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.1.

Universitas Sumatera Utara


0,9
+
0,8 *
Volume pembengkakan (ml) 0,7
0,6 *
*
0,5
0,4
0,3 +

0,2
+
0,1
0
CMC Na 0,5% FHDMD 25 FHDMD 50 FHDMD 100 Levamisol 25
mg/kg bb mg/kg bb mg/kg bb mg/kg bb

Perlakuan

Gambar 4.1 Volume pembengkakan kaki mencit pada berbagai


perlakuan(Rerata±SEM). * = p < 0,05 dengan CMC-Na 0,5%, + =
p < 0,05 dengan Levamisol 25 mg/kgbb.

Pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.1 terlihat bahwa FHDMD dosis 25, 50 dan

100 mg/kg bb, dan suspensi levamisol dosis 25 mg/kg bb menunjukkan volume

pembengkakan yang jauh berbeda dengan suspensi CMC 0,5% sebagai kontrol

pelarut. FHDMD dosis 100 mg/kg bb dengan volume pembengkakan 0,728ml

menunjukkan volume pembengkakan yang lebih besar dibandingkan dengan

FHDMD dosis 25, 50 mg/kg bb dan suspensi levamisol 25 mg/kg bb yang

masing-masing bernilai 0,256, 0,526 dan 0,564 ml. Untuk melihat ada tidaknya

perbedaan dari setiap perlakuan pada tiap kelompok hewan coba, maka dilakukan

analisis variansi (ANAVA) menggunakan program SPSS versi 17.0 terhadap

volume pembengkakan kaki mencit. Hasil uji Anava menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan terhadap volume

pembengkakan kaki mencit dengan nilai signifikansi (p < 0,05).

Universitas Sumatera Utara


Untuk mengetahui kelompok perlakuan mana yang memiliki efek yang

sama atau berbeda antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain dilakukan uji

Post Hoc Tukey terhadap semua perlakuan dimana hasil uji tersebut dapat dilihat

pada (lampiran 10).

Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa volume pembengkakan kaki

mencit kelompok perlakuan FHDMD dosis 25 mg/kg bb tidak berbeda signifikan

dengan kontrol pelarut CMC Na 0,5%. FHDMD 50, 100 mg/kg bb dan suspensi

Levamisol 25 mg/kg bb berbeda signifikan dengan kontrol pelarut CMC Na 0,5.

Suspensi Levamisol tidak berbeda signifikan dengan FHDMD 100 mg/kg bb dan

FHDMD 50 mg/kg bb, dan berbeda signifikan dengan FHDMD 25 mg/kg bb.

FHDMD 100 mg/kg bb dan FHDMD 50 mg/kg bb berbeda signifikan dengan

FHDMD 25 mg/kg bb.

Peningkatan volume pembengkakan kaki mencit merupakan gambaran

adanya peningkatan respon hipersensitivitas mencit tersebut. Peningkatan respon

ini mengindikasikan adanya peningkatan kemampuan sel imun mencit dalam

menanggapi antigen terutama peningkatan respon imun spesifik selular. Sel yang

berperan dalam respon imun selular adalah sel T terutama sel Th. Sel Th

memproduksi IFN-y yang kemudian mengaktivasi makrofag (Kresno, 2010).

Dengan demikian, fraksin-Heksan daun mahkota dewa menunjukkan efek

stimulan terhadap sel T terutama sel Th.

3.1.2 Titer Antibodi

Titer antibodi ditentukan dengan metode hemaglutinasi. Penentuan

hemaglutinasi titer antibodi bertujuan untuk mengetahui respon imun humoral

melawan SDMS. Peningkatan respon imun humoral dibuktikan dengan adanya

Universitas Sumatera Utara


peningkatan titer antibodi mencit yang mengindikasikan peningkatan kepekaan

sel T dan sel B terkait dengan produksi antibodi.

Efek pemberian FHDMD dan suspensi levamisol menunjukkan hasil yang

tidak berbeda pada titer antibodi. Titer antibodi sel imun mencit dapat dilihat pada

Gambar 4.2 dan Tabel 4.1

7
+
6 *
+
*
Titer Antibodi (µl)

4 * *

3 +

0
CMC Na 0,5% FHDMD 25 FHDMD 50 FHDMD 100 Suspensi
mg/kg bb mg/kg bb mg/kg bb Levamisol 25
mg/kg bb
Perlakuan

Gambar 4.2Titer Antibodi Sel Imun Mencit pada berbagai perlakuan


(Rerata±SEM). * = p < 0,05 dengan CMC-Na 0,5%,+ = p < 0,05
dengan Levamisol 25 mg/kgbb.

Pada Gambar 4.2 dan Tabel 4.1 terlihat bahwa FHDMD dosis 25, 50, dan

100 mg/kg bb menujukkan nilai titer antibodi yang jauh berbeda dengan CMC Na

0,5% sebagai kontrol pelarut. Pemberian FHDMD dosis 100 mg/kg bb

menunjukkan peningkatan nilai titer antibodi senilai 5,69. Nilai ini lebih besar

dibandingkan dengan FHDMD dosis 25, 50 mg/kg bb dan suspensi Levamisol 25

mg/kg bb yang bernilai 3,77, 4,85 dan 3,77.Untuk melihat ada atau tidaknya

perbedaan dari setiap perlakuan pada tiap kelompok hewan percobaan, dilakukan

Universitas Sumatera Utara


analisis uji Mann Whitneyterhadap titer antibodi. Hasil uji Mann Whitney

menunjukkan adanya perbedaan yangsignifikan antara kelompok perlakuan

terhadap titer antibodi sel imun, dengan nilai signifikansi (p < 0,05). Berdasarkan

uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian FHDMD dosis 25, 50, dan 100

mg/kg bb memberikan efek peningkatan titer antibodi sel imun mencit.

Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa nilai titer antibodi mencit

kelompok perlakuan FHDMD dosis 25, 50, 100 mg/kg bb dan suspensi Levamisol

25 mg/kg bb berbeda signifikan dengan kontrol pelarut CMC Na 0,5. Suspensi

Levamisol tidak berbeda signifikan dengan FHDMD25mg/kg bb. FHDMD 100

mg/kg bb berbeda signifikan dengan FHDMD 25mg/kg bb dan suspensi

Levamisol 25 mg/kg bb. FHDMD 100 mg/kg bb tidak berbeda signifian dengan

FHDMD 50 mg/kg bb.

Peningkatan titer antibodi terjadi karena peningkatan aktivitas sel Th, yaitu

sel Th2 untuk menstimulasi produksi dan meningkatkan aktivitas sel B dalam

pembentukkan antibodi (Roit,1989). Antibodi akan berikatan dengan antigen yang

menginfeksi tubuh. Ikatan antigen dan antibodi memberikan gambaran adanya

efek stimulasi fraksi n-Heksan daun mahkota dewa terhadap respon imun humoral

yang berikatan dengan stimulasi.

Maka dapat disimpulkan bahwa FHDMD dapat meningkatkan sistem imun,

FHDMD memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dengan levamisol.

Levamisol merupakan salah satu imuopotensiator nonspesifik yang telah diketahui

mampu meningkatkan respon imunitas tubuh, baik selular mapun humoral

(Widjaja, 1999). Sehingga suspensi fraksi n-Heksan Daun Mahkota Dewa

(FHDMD) dapat digunakan sebagai imunostimulator. Berdasarkan pengamatan

Universitas Sumatera Utara


tersebut, daun mahkota dewa dapat digunakan sebagai imunostimulator terkait

dengan pengaruhnya dalam meningkatkan respon hipersensitivitas dan titer

antibodi sel imun mencit.

Menurut wagner (1985), senyawa yang mempunyai bioaktifitas sebagai

imunostimulan adalah golongan senyawa polisakarida, terpenoid, alkaloid, dan

polifenol. Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian Kumala, et all., (2012)

menemukan bahwa ekstrak etanol Pegagang (Centella asiatica (I.)

Urban.)mengandung senyawa alkaloid dan terpenoid yang bersifat

imunostimulator. Maka dapat disimpulkan bahwa efek suatu bahan sangat erat

kaitannya dengan senyawa kimia yang terkandung dalam bahan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, daun mahkota dewa dianggap memiliki efek

imunostimulan berdasarkan kerjanya yang mampu meningkatkan respon

hipersensitivitas dan titer antibodi secara signifikan.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa :


a. Pemberian fraksin-Heksan daun mahkota dewa dapat mempengaruhi

respon hipersensitivitas pada mencit jantan, pada dosis 100 mg/kg bb

dan 50 mg/kg bb diperoleh volume pembengkakan rata-rata 0,728ml dan

0,526 ml sebanding dengan kontrol positif (levamisol) volume

pembengkakan yang diperoleh 0,564ml.

b. Pemberian fraksin-Heksan daun mahkota dewa dapat mempengaruhi

respon titer antibodi sel imun mencit jantan, pada dosis100 mg/kg bb dan

50 mg/kg bb diperoleh nilai titer antibodi rata-rata5,69 µl dan 4,85 µl

lebih tinggi dibandingkan kontrol positif (levamisol) nilai titer antibodi

yang diperoleh 3,77 µl.

c. Fraksin-Heksan daun mahkota dewa menunjukkan aktivitas

imunomodulatorsebagai imunostimulan

4.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian

ini terkait dengan efek daun mahkota dewaterhadap sistem imun.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A.H. (2010). Tanaman Obat Indonesia. Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika. Halama 71.
Amos, P. L. (2016). Efek Imunomodulator Ekstrak N-Heksan Daun Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) Pada Mencit Jantan. Sripsi
Universitas Sumatera Utara.
Bellanti, J.A. (1993). Immunology III. Washington. D.C: Georgetown University
School of Medicine. Halaman 18.
Bratawidjaja, K. (2012). Sistem Imun. Dalam: Imunologi Dasar. Edisi 7. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. Halaman 158-166.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Depkes RI.
Halaman: 333
Depkes RI. (1999). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid V. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI dan Kesejahteraan Sosisal RI Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Halaman 147.
Ditjen POM RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman: 33.
Dyah, N., dan Firman. (2007). Mahkota Dewa dan Manfaatnya. Bekasi: Ganeca
Exact. Halaman 5-7.
Emelda, A., Rahman, S., dan Hardianti. (2015). Efek Imunostimulan Infus Buah
Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Asal Kab. Sidrab
Sulawesi Selatan Terhadap Sekresi Antibodi Tikus Putih (Rattus
Norvegicus) Jantan Dengan Teknik Hemaglutinasi. Jurnal Universitas
Muslim Indonesia. Halaman: 38
Faradilla, M., dan Immaculata, M. (2014). Efek Immunomodulator Polisakarida
Rimpang Temu Putih (Curcuma Zedoaria (Christm.) Roscoe). Jurnal Ilmu
Kefarmasian. 12(2): 2.
Fulzele, S.V., Satturwar, P.M.., Joshi, S.B., dan Dorle, A.K. (2003). Study Of The
Immunomodulatory activity Of Haridradi Ghirta in Rats. Indian Journal of
Pharmacol. 35: 53.
Handojo, I. (2003). Pengantar Imunologi Dasar. Surabaya: Airlangga University
Press. Halaman 1.
Hargono, D., Winarso, M.W., dan Werawati, A. (2000).. Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura procumbens Lour. Merr.) Terhadap Aktivitas Sistem
Imun Mencit Putih. Cermin dunia Kedokteran.

Universitas Sumatera Utara


Hariana, A.H. (2009). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri kedua. Jakarta:
Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 109.
Harmanto, N. (2001). Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa. Jakarta: Agro
Media Pustaka. Halaman 4.
Hendarsula, A.R. (2011). Uji Aktivitas Immunostimulan Ekstrak Etanol Sarang
Semut pada Tikus Putih Jantan. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Kuby, J. (1994). Imunology. Edisi ke-2. New York: W.H. Freeman and Company.
Halaman 23-45.
Kumala, S., Dewi, T.A., dan Nugroho, A.Y. (2012). Efek Imunostimulan Ekstrak
Etanol Herba Pegagan (Centell asiatica (L.) Urban.) Terhadap Ig G Mencit
Jantan Yang Diinduksi Sel Darah Merah Domba.Jakarta: Jurnal
Universitas Pancasila.
Kresno, B.S. (1991). Imunologi: Diagnosis dan Proses Laboraturium. Edisi
Kedua. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Halaman 13-14
Kresno, B.S. (2001). Suplemen I: Diagnosis dan Proses Laboratorium. Edisi
Keempat. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Halaman: 10-11.
Kresno, B.S. (2010). Imunology: Diagnosis dan Proses Laboraturium. Edisi
Kelima. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Halaman 179.

Lakshmi, V., Pandey, K., Puri, A., Saxena, R.P., dan Saxena, K.C. (2003).
Immunostimulant Principles from Curculigo orchioides.
J.Eth.Pharmacol89(2): 181-184.

Makare, N., Bodhankar, S., and Rastogi, V. (2001). Immunomodulatory Activity


Of Alcoholic Extract Of Mangifera indica L. In Mice. J.
Ethanopharmacol. 78(2): 133-137
Puri, A., Saxena, R., Saxena, R.P., Saxena, K.C., Srivastava, V., dan Tandon, J.S.
(1993). Imunostimulant Agents from Andrographis paniculata. J.
Nat.Prod. 56(7): 995-999.
Ray, A., Banerjee, B.D., dan Sen, P. (1996). Modulation of Humoral and Cell-
mediated Immune Response by Azadirachta indica in Mice. Ind. J. Exp
Biol. 34(7): 698-701.
Razdan, R dan Roy, S. (2008). Study of The Immunomodulatory Activity of A
Polyherbal Drug. J. Dept. Of Pharmacology, Karmataka, India. (3) 336.

Universitas Sumatera Utara


Roit, I., Brostoff, J., dan Male, D. (1989). Imunology. Edisi Kedua. London:
Gower Medical Publishing. Halaman 1-10.
Salmon, E.S. (1989). Obat-obatan dan Sistem Imun. Dalam buku: Farmakologi
Dasar dan Klinik. Editor: Bertram G.Katzung. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Halaman 836-840.
Salsabila, D, T., Wuisan, J., Mambo, C. (2013). Uji Efek Analgesik Ekstrak Daun
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) pada Mencit (Mus musculus).
JurnalFakultas Kedokteran Universitas Sam Patulangi. Halaman 873.
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem.Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 378-384.

Shivaprasad, H.N., Kharya, M.D., Ranna, A.C., dan Mohan, S. (2006).


Preliminary Immunomodulatory Activities of Aqueous Extract of
Terminalia chebula. J. Chem. Department of Pharmacy. 44(1): 32-34.

Srihidayati, M., Dwiyana., Zaraswati., Alie., Karunia. (2010). Efek Imuostimulan


Dari Kultur Kering Lactobacillus Casei pada Hewan Uji Kelinci
(Oryctolagus cuniculus) Jantan. Jurnal FMIPA Universitas Hasanuddin
Makasar.
Subowo. (1993). Imunobiologi. Bandung: Angkasa. Halaman 134-137.
Tan, H.T., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan
dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit PT. Elex
Media Komputindo. Halaman: 164-166.
Wagner, H. (1984). Immunostimulants of Fungi and Higher Plants. Definition
Scope Aims Stimulants. Halaman: 26.
Widjaja, S., Magdalena, M., dan Salim, Z. (1999). Efek Imunopotensial Levamisol
Terhadap Sintetis Zat Anti Pada Mahasiswa Yang Diiumunisasi Hepatitis
B. J. Kedokteran Trisakti. Halaman 70
Yuniarti, T. (2008). Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Jakarta: Penerbit
PT. Buku Kita. Halaman: 83-85.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Surat Ethical Clearance

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Bagan Alur Penelitian

Uji Hipersensitivitas

25 ekor mencit jantan


Diinduksi dengan SDMS 1% sebanyak 0,1 ml secara i.p

FHDMD :

• Dosis 25 mg/kg bb
(5 ekor)
• Dosis 50 mg/kg bb Kontrol negatif : Kontrol positif :
(5 ekor) CMC Na 0,5 % Levamisol 25 mg/kg bb
• Dosis 100 mg/kg bb
(5 ekor) (5 ekor) (5 ekor)

Diberikan perlakuan selama 7 hari secara per oral


Diberikan tanda batas pada sendi kaki mencit sebelah kanan
Dilakukan pengukuran volume kaki mencit (V0) pada kaki
yang telah diberi tanda batas
Diinjeksikan dengan 0,1 ml SDMS 1% secara intraplantar
pada telapak kaki sebelah kanan
Dilakukan pengukuran volume pembengkakan kaki mencit
pada hari kedelapan (setelah 24 jam) (Vt)

Hasil

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Lanjutan

Uji Titer Antibodi

25 ekor mencit jantan


Diinduksi dengan SDMS 1% sebanyak 0,1 ml secara i.p

FHDMD :
• Dosis 25 mg/kg bb
(5 ekor)
• Dosis 50 mg/kg bb Kontrol negatif : Kontrol positif :
(5 ekor)
CMC Na 0,5 % Levamisol 25 mg/kg bb
• Dosis 100 mg/kg bb
(5 ekor) (5 ekor) (5 ekor)

Diberikan perlakuan selama 7 hari secara per oral


Diambil darah melalu vena ekor dan masukkan ke
dalammicrotube
Disentrifus dengan kecepatan 1900 rpm selama 10 menit
Diambil serumnya sebanyak 25 µl dan diteteskan ke dalam
lubang microtitration plate 96
Ditambahkan larutan PBS dan SDMS 1% sebanyak 25 µl
Dilakukan pengenceran sebanyak dua kali (1:2; 1:4; 1:8; 1:16;
1:32; 1:64; 1:128; 1:256; 1:512; 1:1024; 1:2048; 1:4096)
Diamati penggumpalan yang terjadi
Ditentukan nilai titer antibodi berdasarkan pengenceran yang
terakhir
Ditransformasikan nilai titer antibodi dengan [2log(titer)+1]

Hasil

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Perhitungan Serbuk Levamisol Yang ditimbang

Bobot 20 tablet = 5,97 g

Kandungan Levamisol / Tablet = 29,46 mg

Serbuk yang ditimbang setara 25 mg Levamisol :

25 mg
= x 5,97 g = 0,25 gr
20 x 29,46 mg

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Contoh Perhitungan Dosis untuk dosis 100 mg/kg bb

Misalnya BB mencit = 25 gram


100 𝑚𝑚𝑚𝑚
- Konsentrasi EHDMD : = 10𝑚𝑚𝑚𝑚/𝑚𝑚𝑚𝑚
10 𝑚𝑚𝑚𝑚

100 𝑚𝑚𝑚𝑚
- Jumlah yang diberikan : 𝑥𝑥 25 𝑔𝑔 = 2,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
1000 𝑔𝑔

2,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
- Jumlah suspensi yang diberikan : = 0,25 𝑚𝑚𝑚𝑚
10 𝑚𝑚𝑚𝑚 /𝑚𝑚𝑚𝑚

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Perhitungan federer

(n-1)(t-1) ≥ 15
(n-1)(5-1) ≥ 15
(n-1) 4 ≥ 15
4n-1 ≥ 15
4n ≥ 16
16
n≥
4
n≥4
n=4
artinya dimulai dari 4 ekor.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Gambar alat-alat

(oral sonde & spuit) (pipet mikro)

(timbangan hewan)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. (Lanjutan)

(centrifuge PLC series)

(plethysmometer digital)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Gambar Hewan Percobaan

(mencit jantan)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Pembengkakan Kaki Mencit dan Hemaglutinasi

(sebelum di induksi antigen)

(24 jam setelah di induksi antigen)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. (Lanjutan)

Hemaglutinasi CMC Na 0,5 %

Hemaglutinasi (+)

(-)

Hemaglutinasi Levamisol 25 mg/kg bb

Hemaglutinasi (+)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. (Lanjutan)

Hemaglutinasi FHDMD 25 mg/kg bb

Hemaglutinasi (+)

Hemaglutinasi FHDMD 50 mg/kg bb

Hemaglutinasi (+)

Hemaglutinasi FHDMD 100 mg/kg bb

Hemaglutinasi (+)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Uji Statistik
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VolumeKakiMencit CMC-Na 0,5% .415 4 . .716 4 .017

Dosis25mg/kgbb .245 5 .200* .892 5 .368

Dosis50mg/kgbb .270 5 .200* .923 5 .551


*
Dosis100mg/kgbb .167 5 .200 .967 5 .855

Levamisol25mg/kgbb .317 5 .111 .833 5 .146

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

VolumeKakiMencit

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.459 4 19 .765

Descriptives

VolumeKakiMencit

95% Confidence Interval for Mean

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum

CMC-Na 0,5% 4 .0900 .09381 .04690 -.0593 .2393 .03 .23

Dosis25mg/kgbb 5 .2560 .08473 .03789 .1508 .3612 .17 .36

Dosis50mg/kgbb 5 .5260 .08173 .03655 .4245 .6275 .44 .64

Dosis100mg/kgbb 5 .7280 .09338 .04176 .6121 .8439 .62 .86

Levamisol25mg/kgbb 5 .5640 .12876 .05758 .4041 .7239 .46 .77

Total 24 .4471 .24403 .04981 .3440 .5501 .03 .86

ANOVA

VolumeKakiMencit

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.187 4 .297 30.794 .000

Within Groups .183 19 .010

Total 1.370 23

Universitas Sumatera Utara


Multiple Comparisons

Dependent Variable:VolumeKakiMencit

95% Confidence Interval


Mean Difference
(I) Kelompok (J) Kelompok (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD CMC-Na 0,5% Dosis25mg/kgbb -.16600 .06584 .127 -.3640 .0320

Dosis50mg/kgbb -.43600* .06584 .000 -.6340 -.2380


*
Dosis100mg/kgbb -.63800 .06584 .000 -.8360 -.4400
*
Levamisol25mg/kgbb -.47400 .06584 .000 -.6720 -.2760

Dosis25mg/kgbb CMC-Na 0,5% .16600 .06584 .127 -.0320 .3640

Dosis50mg/kgbb -.27000* .06208 .003 -.4567 -.0833

Dosis100mg/kgbb -.47200* .06208 .000 -.6587 -.2853


*
Levamisol25mg/kgbb -.30800 .06208 .001 -.4947 -.1213
*
Dosis50mg/kgbb CMC-Na 0,5% .43600 .06584 .000 .2380 .6340
*
Dosis25mg/kgbb .27000 .06208 .003 .0833 .4567

Dosis100mg/kgbb -.20200* .06208 .030 -.3887 -.0153

Levamisol25mg/kgbb -.03800 .06208 .971 -.2247 .1487

Dosis100mg/kgbb CMC-Na 0,5% .63800* .06584 .000 .4400 .8360

Dosis25mg/kgbb .47200* .06208 .000 .2853 .6587


*
Dosis50mg/kgbb .20200 .06208 .030 .0153 .3887

Levamisol25mg/kgbb .16400 .06208 .102 -.0227 .3507

Levamisol25mg/kgbb CMC-Na 0,5% .47400* .06584 .000 .2760 .6720


*
Dosis25mg/kgbb .30800 .06208 .001 .1213 .4947

Dosis50mg/kgbb .03800 .06208 .971 -.1487 .2247

Dosis100mg/kgbb -.16400 .06208 .102 -.3507 .0227


*
LSD CMC-Na 0,5% Dosis25mg/kgbb -.16600 .06584 .021 -.3038 -.0282

Dosis50mg/kgbb -.43600* .06584 .000 -.5738 -.2982


*
Dosis100mg/kgbb -.63800 .06584 .000 -.7758 -.5002
*
Levamisol25mg/kgbb -.47400 .06584 .000 -.6118 -.3362

Dosis25mg/kgbb CMC-Na 0,5% .16600* .06584 .021 .0282 .3038


*
Dosis50mg/kgbb -.27000 .06208 .000 -.3999 -.1401

Dosis100mg/kgbb -.47200* .06208 .000 -.6019 -.3421


*
Levamisol25mg/kgbb -.30800 .06208 .000 -.4379 -.1781
*
Dosis50mg/kgbb CMC-Na 0,5% .43600 .06584 .000 .2982 .5738

Dosis25mg/kgbb .27000* .06208 .000 .1401 .3999


*
Dosis100mg/kgbb -.20200 .06208 .004 -.3319 -.0721

Universitas Sumatera Utara


Levamisol25mg/kgbb -.03800 .06208 .548 -.1679 .0919

Dosis100mg/kgbb CMC-Na 0,5% .63800* .06584 .000 .5002 .7758

Dosis25mg/kgbb .47200* .06208 .000 .3421 .6019


*
Dosis50mg/kgbb .20200 .06208 .004 .0721 .3319

Levamisol25mg/kgbb .16400* .06208 .016 .0341 .2939


*
Levamisol25mg/kgbb CMC-Na 0,5% .47400 .06584 .000 .3362 .6118
*
Dosis25mg/kgbb .30800 .06208 .000 .1781 .4379

Dosis50mg/kgbb .03800 .06208 .548 -.0919 .1679


*
Dosis100mg/kgbb -.16400 .06208 .016 -.2939 -.0341

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Homogeneous Subsets
VolumeKakiMencit

Subset for alpha = 0.05

Kelompok N 1 2 3

Tukey HSDa,,b CMC-Na 0,5% 4 .0900

Dosis25mg/kgbb 5 .2560

Dosis50mg/kgbb 5 .5260

Levamisol25mg/kgbb 5 .5640 .5640

Dosis100mg/kgbb 5 .7280

Sig. .108 .974 .115

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,762.

b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not
guaranteed.

Universitas Sumatera Utara


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TiterAntibodi CMC-Na 0,5% .367 5 .026 .684 5 .006

Dosis25mg/kgbb .367 5 .026 .684 5 .006

Dosis50mg/kgbb .349 5 .046 .771 5 .046

Dosis100mg/kgbb .367 5 .026 .684 5 .006

Levamisol25mg/kgbb .367 5 .026 .684 5 .006

a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances

TiterAntibodi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

14.595 4 20 .000

Descriptives

TiterAntibodi

95% Confidence Interval for Mean


Std.
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum

CMC-Na 0,5% 5 2.5700 .32863 .14697 2.1619 2.9781 2.21 2.81

Dosis25mg/kgbb 5 3.7700 .32863 .14697 3.3619 4.1781 3.41 4.01

Dosis50mg/kgbb 5 4.8500 .53666 .24000 4.1837 5.5163 4.01 5.21

Dosis100mg/kgbb 5 5.6900 .98590 .44091 4.4658 6.9142 4.61 6.41

Levamisol25mg/kgbb 5 3.7700 .32863 .14697 3.3619 4.1781 3.41 4.01

Total 25 4.1300 1.20000 .24000 3.6347 4.6253 2.21 6.41

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank

TiterAntibodi CMC-Na 0,5% 5 3.00

Dosis25mg/kgbb 5 10.80

Dosis50mg/kgbb 5 18.80

Universitas Sumatera Utara


Dosis100mg/kgbb 5 21.60

Levamisol25mg/kgbb 5 10.80

Total 25

Test Statisticsa,b

TiterAntibodi

Chi-Square 20.718

df 4

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:
Kelompok

MANN WHITNEY
a. Kelompok CMC-Na dan dosis 25 mg/kgbb
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

TiterAntibodi CMC-Na 0,5% 5 3.00 15.00

Dosis25mg/kgbb 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

TiterAntibodi

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.694

Asymp. Sig. (2-tailed) .007

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

b. Kelompok CMC-Na dan dosis 50 mg/kgbb


Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

TiterAntibodi CMC-Na 0,5% 5 3.00 15.00

Dosis50mg/kgbb 5 8.00 40.00

Universitas Sumatera Utara


Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

TiterAntibodi CMC-Na 0,5% 5 3.00 15.00

Dosis50mg/kgbb 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

TiterAntibodi

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.685

Asymp. Sig. (2-tailed) .007

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

c. Kelompok CMC-Na dan dosis 100 mg/kgbb


Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

TiterAntibodi CMC-Na 0,5% 5 3.00 15.00

Dosis100mg/kgbb 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

TiterAntibodi

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.694

Asymp. Sig. (2-tailed) .007

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Universitas Sumatera Utara


d. Kelompok CMC-Na dan levamisol 25 mg/kgbb
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

TiterAntibodi CMC-Na 0,5% 5 3.00 15.00

Levamisol25mg/kgbb 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

TiterAntibodi

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.694

Asymp. Sig. (2-tailed) .007

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

e. Kelompok dosis 25 mg/kgbb dan dosis 50 mg/kgbb


Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

TiterAntibodi CMC-Na 0,5% 5 3.00 15.00

Levamisol25mg/kgbb 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

TiterAntibodi

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.694

Asymp. Sig. (2-tailed) .007

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Universitas Sumatera Utara


f. Kelompok dosis 25 mg/kgbb dan dosis 100 mg/kgbb
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

TiterAntibodi Dosis25mg/kgbb 5 3.00 15.00

Dosis100mg/kgbb 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

TiterAntibodi

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.694

Asymp. Sig. (2-tailed) .007

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

g. Kelompok dosis 25 mg/kgbb dan levamisol 25 mg/kgbb


Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

TiterAntibodi Dosis25mg/kgbb 5 5.50 27.50

Levamisol25mg/kgbb 5 5.50 27.50

Total 10

Test Statisticsb

TiterAntibodi

Mann-Whitney U 12.500

Wilcoxon W 27.500

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a

a. Not corrected for ties.


b. Grouping Variable: Kelompok

Universitas Sumatera Utara


h. Kelompok dosis 50 mg/kgbb dan dosis 100 mg/kgbb
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

TiterAntibodi Dosis50mg/kgbb 5 4.40 22.00

Dosis100mg/kgbb 5 6.60 33.00

Total 10

Test Statisticsb

TiterAntibodi

Mann-Whitney U 7.000

Wilcoxon W 22.000

Z -1.193

Asymp. Sig. (2-tailed) .233

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

i. Kelompok dosis 50 mg/kgbb dan levamisol 25 mg/kgbb


Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

TiterAntibodi Dosis50mg/kgbb 5 7.70 38.50

Levamisol25mg/kgbb 5 3.30 16.50

Total 10

Test Statisticsb

TiterAntibodi

Mann-Whitney U 1.500

Wilcoxon W 16.500

Z -2.410

Asymp. Sig. (2-tailed) .016

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Universitas Sumatera Utara


j. Kelompok dosis 100 mg/kgbb dan levamisol 25 mg/kgbb
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

TiterAntibodi Dosis100mg/kgbb 5 8.00 40.00

Levamisol25mg/kgbb 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

TiterAntibodi

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.694

Asymp. Sig. (2-tailed) .007

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Homogeneous Subsets

TiterAntibodi

Subset for alpha = 0.05

Kelompok N 1 2 3

Tukey HSDa CMC-Na 0,5% 5 2.5700

Dosis25mg/kgbb 5 3.7700

Levamisol25mg/kgbb 5 3.7700

Dosis50mg/kgbb 5 4.8500

Dosis100mg/kgbb 5 5.6900

Sig. 1.000 1.000 .168

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai