OLEH:
SALMAH HANDAYANI LUBIS
NIM 137014018
TESIS
OLEH:
SALMAH HANDAYANI LUBIS
NIM 137014018
Telah di uji dan dinyatakan LULUS dihadapan komisi penguji pada hari Jumat
tanggal dua puluh empat bulan Agustus tahun dua ribu delapan belas.
Mengesahkan :
Anggota Komisi Penguji Tesis : Dr. Poppy Anjelisa Z Hasibuan, S.Si., M.Si., Apt.
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri,
bukan plagiat dan apabila dikemudian hari diketahui tesis saya tersebut plagiat
karena kesalahan saya sendiri maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh
Program Studi Magister Farmasi Fakultas Farmasi USU. Saya tidak akan
menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam
keadaan sehat.
vi
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan tesis ini. Penulis berharap semoga tesis ini dapat
memberikan manfaat yang berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya bagu bidang
Farmasi.
vii
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN
ERITROPOIETIN PASIEN RAWAT JALAN PENYAKIT GINJAL
KRONIS STADIUM 5 DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM
MALIK MEDAN
ABSTRAK
viii
Universitas Sumatera Utara
COST EFFECTIVENESS ANALYSIS OF ERYTHROPOETIN
TREATMENT IN OUTPATIENT CHRONIC KIDNEY DESEASE STAGE
5 ADMITTED HAJI ADAM MALIK HOSPITAL MEDAN
ABSTRACT
Chronic kidney disease (CKD) remaind as a global health problem due to
its high morbidity, mortality and costs treatment. The aim of this study was to
determine the type of erythropoetin therapy which is more cost-effective in used
with CKD patients stage 5, so necessary to perform cost effectiveness analysis
(CEA) and cost utility (CUA) should be used EPO based on hemoglobin (Hb)
value and score of Quality of Life (QoL) with CKD patients stage 5.
This study was cohort with a prospective and retrospective approach form
August to October 2017 which was diagnosed with CKD stage 5 a diagnosis of
comorbidities who were treated at Haji Adam Malik Hospital Medan. The QoL of
stage 5 CKD was analyzed using SF-36 instruments with scores categorized as
follows: very good, ≥ 80; good, 75 - < 80; medium, 60 - < 75; bad, < 60. Data
obtained were analyzed used Microsoft Excel and Chi Square statistical tests.
The results of this study showed that generally the characteristics of
patients were male (n = 52; 59%), p = 0.562. The average age of patients (n = 88)
was 48.74 ± 14.08 years. Statistical results showed no correlation between
increasing Hb levels with QoL, p = 0.916. The patient's Hb value was obtained
9.28 ± 1.25 (g/dl). The QoL of patients was 47.01 ± 18.41 percent. The QoL of
patients is still relatively poor (n = 63; 71.7%). The ICER value on the diagnosis
group complication nephropathy hypertension and diabetic nephropathy with
single hemapo therapy obtained minus (- Rp 18,420) with the total direct medical
costs per patient (Rp 17,182,170; effectiveness = 50%). The single hemapo
therapy gives results that more cost effective than other EPO therapy with CKD
patients stage 5 (eprex and recormon or combination with hemapo).
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL.................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN............................................................................. v
ABSTRACT ................................................................................................. ix
xi
xii
5.2 Saran..................................................................................... 99
xiii
C : Cost
DN : Diabetic nephropathy
EPO : Eritropoietin
Hb : Hemoglobin
HD : Hemodialisis
HN : Hypertension nephropathy
SF-36 : Short-form
U : Utilitas
xiv
Tabel Halaman
xv
xvi
Gambar Halaman
2.5 Quality adjusted life year dari hipotesis intervensi terapi .............. 37
xvii
Lampiran Halaman
7 Surat izin penelitian dari Litbang kepada Instalasi Rekam Medis . 117
8 Surat izin penelitian dari Litbang kepada Instalasi Hemodialisa ... 118
9 Surat izin penelitian dari Litbang kepada Direktur Keuangan ....... 119
10 Surat izin penelitian dari Litbang kepada Instalasi SIRS ............... 120
14 Hubungan nilai kualitas hidup (QoL) dengan diagnosis pasien ..... 125
xviii
26.6 Perhitungan jumlah dan biaya obat simtomatik diagnosis ....... 173
xix
PENDAHULUAN
membahayakan jiwa penderita, salah satunya adalah penyakit ginjal kronis (PGK)
(Anonim, 2016a).
Pada tahun 2012 total biaya hemodialisis yang ditanggung oleh PT. Askes
maupun jaminan asuransi lainnya sebesar 227 milyar rupiah dan merupakan
tindakan medis yang menyerap porsi terbesar dari biaya kesehatan. Pada tahun
2014, pembiayaan pelayanan kesehatan oleh BPJS meningkat menjadi sebesar 2,2
triliun rupiah. Pada tahun 2015 sebanyak 2,68 triliun rupiah dihabiskan untuk
penyakit gagal ginjal, baik rawat inap maupun rawat jalan. Pembiayaan penyakit
hemodialisis rutin meningkat dari tahun ke tahun, hampir setengah juta pasien
lipid yang dapat memperburuk kondisi ginjal dan kardiovaskular (Thomas, et al.,
1
Universitas Sumatera Utara
2008). Kondisi hipertensi yang terjadi menyebabkan memburuknya kondisi pasien
pada pasien dengan PGK dapat berisiko terjadinya kejadian kardiovaskular dan
prognosis dari penyakit ginjal sendiri (Marsden, 2009). Berdasarkan data dari
13,5 juta memiliki creatinin clearance (CrCl) ≤ 50 ml/menit dan kejadian anemia
yang ditandai dengan kadar hemoglobin < 11 g/dl sebesar 800000 orang (Hsu, et
al., 2002). Terapi rHuEPO pada pasien PGK telah terbukti bermakna secara klinik
pasien PGK. Selain itu terapi rHuEPO dapat mengurangi kebutuhan transfusi
kualitas hidup yang baik perlu perubahan pola pikir dan cara pandang pasien
2
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Desita (2010) bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien PGK yaitu kondisi
penyerta dan penatalaksanaan medis yang dijalani. Banyak cara menilai kualitas
hidup pasien, salah satunya adalah menggunakan instrumen short form 36 (SF-36)
yang dapat digunakan untuk menilai kualitas hidup pasien secara umum pada
PGK stadium 5.
dari pengguna hemapo 75553, eprex 26990, recormon 26657 dan diluar merek
tersebut sebanyak 6612. Jumlah pasien PGK yang menjalani hemodialisis dan
biaya oleh pihak pemberi jaminan asuransi kesehatan (BPJS Kesehatan) dalam
dibeberapa pelayanan kesehatan atau rumah sakit, untuk itu perlu dilakukan
jalan penyakit ginjal kronis stadium 5 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H.
Adam Malik Medan guna untuk mengetahui perbandingan biaya dan efektivitas
terapi dari jenis eritropoietin yang diberikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
3
Universitas Sumatera Utara
memberikan tambahan informasi bagi pengambil kebijakan dan keputusan di
RSUP H. Adam Malik Medan terkait kebijakan terapi eritropoietin bagi pasien
sebagai berikut:
kombinasinya?
1.3 Hipotesis
ini adalah:
4
Universitas Sumatera Utara
c. Pemberian terapi eritropoietin jenis hemapo tunggal lebih cost effective
kombinasinya.
diagnosis.
diagnosis.
ini adalah:
a. Bagi RSUP H. Adam Malik Medan dapat menjadi acuan pemilihan jenis obat
eritropoietin yang lebih efektif digunakan dalam jangka panjang pada pasien
PGK stadium 5.
keputusan untuk memilih obat yang lebih cost effective digunakan bagi pasien
PGK stadium 5.
5
Universitas Sumatera Utara
c. Bagi program studi Magister Farmasi Univeristas Sumatera Utara dapat
eritropoietin.
kesehatan yang diteliti pada penelitian ini adalah biaya langsung medis (direct
Efektivitas terapi:
hemoglobin
Pasien hemodialisis (Hb) jumlah pasien yang
reguler terdiagnosis PGK mencapai Hb target
stadium 5 yang menerima (10,0 - 12,0 g/dl)
terapi eritropoietin alfa
(hemapo, eprex) dan Kualitas hidup
eritropoietin beta (QoL) Skor SF-36 (QALY)
(recormon)
biaya pelayanan
medis/honor dokter,
Total biaya
Dikelompokkan biaya hemodialisis,
langsung medis
berdasarkan diagnosis biaya transfusi darah,
(direct medical
komorbiditas PGK dan biaya laboratorium,
pemberian terapi cost):
biaya obat
eritropoietin (Epo) eritropoietin, biaya
obat simtomatik.
Cost-effectiveness
analysis (CEA) CER dan ICER
National Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2007, penyakit ginjal kronis
(PGK) didefenisikan sebagai suatu kerusakan ginjal dimana nilai dari glomerulo
filtration rate (GFR) kurang dari 60 ml/min/1,73 m² selama tiga bulan atau lebih.
irreversibel dan hilangnya nefron ke arah penurunan nilai dari GFR. Nilai GFR
laju filtrasi glomerulus dan albuminurea dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Keterangan:
hijau = risiko rendah
kuning = cukup berisiko tinggi
orange = risiko tinggi
merah = berisiko sangat tinggi
7
Universitas Sumatera Utara
Tingkat keparahan penyakit ginjal kronis dikelompokkan berdasarkan
warna hijau, hal ini menunjukkan pada stadium tersebut risiko masih rendah.
Stadium 3a (GFR = 45-59 ml/min/1,73m²) berada pada warna kuning, orange dan
merah, hal ini menunjukkan bahwa pada stadium tersebut ada 3 kemungkinan
risiko yang akan terjadi yaitu cukup berisiko yang dapat berubah menjadi risiko
menjadi tinggi dan risiko sangat tinggi, semua tergantung dari kategori nilai
orange dan merah, hal ini menunjukkan pada stadium tersebut mempunyai risiko
tinggi dan seketika dapat berubah menjadi risiko sangat tinggi. Stadium 4 (GFR =
warna merah yang mempunyai beban risiko yang sangat tinggi (KDIGO, 2012).
Klasifikasi penyakit ginjal kronis didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar
derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar
derajat penyakit dibuat atas dasar GFR yang dihitung dengan mempergunakan
sebagai berikut:
8
Universitas Sumatera Utara
Rumus perhitungan cleareance creatinin (Clcr) untuk laki-laki:
a. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural
kelainan patologis dan terdapat tanda kelainan ginjal termasuk kelainan dalam
komposisi darah atau urin atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging test).
dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Pada keadaan tidak terdapat kerusakan
ginjal lebih dari 3 bulan dan GFR sama atau tidak lebih dari 60
2.2 Albuminurea
albumin yang banyak. Albumin adalah protein utama yang terdapat dalam darah,
senyawa kompleks yang terdapat di hampir semua bagian tubuh, termasuk otot,
tulang, rambut, dan kuku. Protein yang berada dalam aliran darah juga melakukan
2017).
9
Universitas Sumatera Utara
Mekanisme terjadinya albuminuria adalah pada saat darah melewati ginjal
yang sehat, maka ginjal akan menyaring produk limbah dan zat-zat sisa yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh lalu membuangnya melalui urin, sedangkan albumin dan
protein lain merupakan zat yang masih diperlukan oleh tubuh sehingga tidak
protein dari darah dapat bocor ke dalam urin, jika proteinuria tidak terkontrol,
menjadi lebih berat dan seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal
(Muhlisin, 2017).
paling umum adalah diabetes dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Keduanya
atau proteinuria. Contoh penyebab albuminuria selain darah tinggi dan diabetes
adalah obat-obatan, trauma atau cedera racun infeksi. Gangguan sistem kekebalan
termasuk kegemukan pada usia di atas 65 tahun. Riwayat keluarga penyakit ginjal
2017).
Banyaknya protein dalam urin dapat ditandai dengan urin yang berbusa.
Disamping itu, karena protein telah meninggalkan tubuh, darah tidak bisa lagi
perut, atau wajah. Pembengkakan ini disebut edema. Ini adalah tanda-tanda
10
Universitas Sumatera Utara
hilangnya protein (proteinuria) dalam jumlah besar dan menunjukkan bahwa
seseorang mengalami albuminuria atau tidak dan apakah protein dalam urine
skrining terhadap penyakit ginjal, dokter akan memeriksa sampel urin acak untuk
mendeteksi adanya proteinuria. Protein ini mudah dan cepat ditemukan dengan
pengujian dipstick urin, jika tes skrining ini negatif maka tes urine yang lebih
akurat dapat dilakukan untuk mengukur rasio disebut rasio albumin kreatinin.
Rasio albumin kreatinin terhadap sampel urin pagi dianggap akurat, tapi kadang-
(Muhlisin, 2017).
Tujuan pengobatan albuminuria adalah mengontrol glukosa darah atau gula darah,
dan tekanan darah. Pasien dengan diabetes harus dilakukan tes glukosa darah
dengan rutin, mengatur pola makan yang sehat, mengkonsumsi obat yang
diresepkan, dan melakukan olah raga atau latihan yang direkomendasikan oleh
dokter. Seseorang dengan diabetes dan tekanan darah tinggi mungkin memerlukan
obat darah tinggi seperti ACE inhibitor atau angiotensin receptor blocker (ARB).
Obat ini telah diketahui dapat melindungi fungsi ginjal yang lebih baik dibanding
menggunakan ACE inhibitor atau ARB. Orang yang memiliki tekanan darah
11
Universitas Sumatera Utara
tinggi dan albuminuria, tetapi tidak diabetes, juga dianjurkan menggunakan obat
darah tinggi ACE inhibitor atau ARB. Para ahli kesehatan merekomendasikan
bahwa orang dengan penyakit ginjal harus menjaga tekanan darah nya di bawah
140/90 mmHg. Untuk menjaga target ini, seseorang mungkin perlu untuk
mengambil kombinasi dua atau lebih obat tekanan darah yaitu golongan diuretik
dikombinaskan dengan ACE inhibitor atau ARB. Selain glukosa darah dan
penyakit kardiovaskular, dan anemia lebih sering terjadi pada pasien PGK
dibandingkan pada pasien yang tidak memiliki PGK (Collins, 2011). Sebanyak
12
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
= Tanpa PGK
= PGK stadium 1
= PGK stadium 2
= PGK stadium 3
= PGK stadium 4-5
diabetes, dan gangguan lipid, yang dapat memperburuk keadaan ginjal dan
c. Pengobatan hiperlipidemia
d. Penurunan proteinuria
Kontrol tekanan darah dan manajemen diabetes yang tepat juga dapat
10 g/dl dengan syarat pemberian ESA yaitu tidak ada anemia defisiensi besi
absolut yaitu Saturasi Transferin (ST) < 20% dan Ferritin Serum (FS) < 100
ng/ml (PGK non-dialisis dan PGK dialisis), < 200 ng/ml (PGK hipertensi
13
Universitas Sumatera Utara
dialitik), apabila didapatkan anemia defisiensi besi absolut harus dikoreksi
b. Terapi ESA fase koreksi tujuannya adalah untuk mengoreksi anemia renal
ii. dosis ESA dapat diberikan eritropoietin alfa dan beta, dimulai dengan
iii. target respon yang diharapkan: Hb naik sekitar 0,5 – 1,5 g/dl dalam
iv. bila target respon tercapai: pertahankan dosis ESA sampai target Hb
vi. bila Hb naik > 1,5 g/dl dalam 4 minggu atau Hb mencapai 12 - 13
g/dl turunkan dosis 25%. Bila Hb > 13 g/dl, dihentikan pemberian ESA.
vii. monitoring status besi selama terapi ESA, berikan suplemen besi
sesuai.
c. Terapi ESA fase pemeliharaan dilakukan bila target Hb sudah tercapai (Hb 10 -
12 g/dl).
i. dosis eritropoietin alfa dan beta dimulai dari dosis 2000 - 5000
minggu.
14
Universitas Sumatera Utara
ii. monitor Hb setiap bulan dan periksa status besi secara berkala. Bila
15
Universitas Sumatera Utara
Hb < 10g/dl
Status besi
Target respon :
Belum
Dosis ↓ 25% STOP
Tercapai
Cari penyebab respon
ESA tidak adekuat Evaluasi 1 bulan
CERA: sama dengan fase koreksi dalam 1 bulan diberikan setiap 4 minggu
16
Universitas Sumatera Utara
2.5 Recombinant Human Erythropoietin
terdiri dari 3 jenis sediaan farmasetika yaitu eritropoietin alfa, eritropoeitin beta,
(rHuEPO) subjek yang disekresi di dalam urin, lebih bersifat asam dari pada
rHuEPO yang dianalisis dari serum karena adanya perbedaan sifat muatan
Eritropoietin alfa dan beta diproduksi dari Chinese hamster ovary (CHO) dan
eritropoietin omega diproduksi dari sel Baby Hamster Kidney (Deicher, 2004 ;
terglikosilasi berat yang terdiri atas 165 asam amino dengan berat molekul 30400
4-13 jam pada pasien dengan gagal ginjal kronis. Eritropoietin tidak dapat di
paling umum adalah pada manusia dengan anemia yang berhubungan dengan
kelainan fungsi ginjal, ketika ginjal tidak berfungsi secara normal, maka akan
17
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan produksi sel darah merah yang rendah atau anemia, oleh sebab itu
(Anonim, 2017d).
gagal ginjal kronis pada pasien dengan dialisa. Terapi pada gejala renal anemia
pada pasien-pasien yang belum mengalami dialisa. Dosis terapi dari pasien
anemia dengan gagal ginjal, dapat diberikan secara intravena atau subkutan.
contoh untuk pasien hemodialisis melalui arteriovenous fistula pada akhir dari
dialisa. Pada pasien non hemodialisis, pemberian secara subkutan akan selalu
tersedia untuk menghindari kebocoran pembuluh darah vena perifer (David, et.al.,
2010).
eksaserbasi hipertensi tidak disebabkan oleh peningkatan hematokrit atau Hb. Hal
ini terjadi karena nitric oxide (NO) resisten dapat menyebabkan vasokonstriksi,
karena peningkatan hematokrit dapat menyebabkan defisit perfusi pada otak. Hal
ini terjadi karena EPO menyebabkan peningkatan hematokrit lebih dari 80%.
Bahaya yang lebih besar lagi adalah kemungkinan infark serebral (Iperen, 2001).
18
Universitas Sumatera Utara
Farmakokinetik eritropoietin diukur berdasarkan konsentrasi serum
tidak berbeda dengan eritropoietin eksogen karena struktur protein yang sama
meningkat dengan cepat, dan akan mencapai kadar puncak tertinggi serta secara
cepat pula kadar dalam plasma akan menurun dalam waktu 6-9 jam. Pada
pemberian secara subkutan, kadar dalam plasma akan meningkat dalam waktu 12-
diferensiasi proses kompartemen sel erythroid induk dan juga memiliki efek
percepatan terkait pemasangan sel dan pengurangan waktu siklus sel. Efek lebih
kasus rHuEPO dapat menyebabkan nyeri dan iritasi lokal ketika diinjeksikan,
sedangkan pada pemberian secara intravena (i.v) memiliki efek samping demam
setelah pemberian, oleh karena itu lebih dianjurkan pemberian secara intravena
19
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Struktur kimia eritropoietin
dari 60% protein dan 40% karbohidrat yang mempengaruhi eritropoisis sel
darah merah. Human gen eritropoietin merupakan single Copy-gen, yang terletak
pada kromosom 7 yang terdiri dari 5 ekson dan 4 intron, 165 asam amino peptida.
eritropoietin 18.000 terdiri dari 2 buah rantai disulfida, 4 a-helical bundle, dengan
sumsum tulang mengatur produksi sel darah, dan mencegah apoptosis dari sel
sama dengan eritropoietin alfa, perbedaannya rantai kabon eritropoietin beta lebih
(Anonim, 2017c).
20
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Konsensus Manajemen Anemia pada Gagal Ginjal Kronis oleh
PERNEFRI 2001 target Hb > 10 g/dL dan hematokrit > 30%. Parameter yang
hematokrit, indeks sel darah merah, jumlah retikulosit, parameter status besi
tubuh yaitu serum iron (SI), total iron binding capacity (TIBC), saturasi
uremia menyebabkan terjadinya keadaan defisiensi besi, oleh karena itu pada
defisinisi besi yaitu ferritin serum, saturasi transferrin, dll. Pemberian terapi
dengan rHuEPO pada keadaan uremia dan non uremia menyebabkan terjadinya
keadaan defisiensi besi oleh karena itu pada pemberian terapi rHuEPO perlu
diperhatikan gejala dan tanda keadaan defisiensi besi yaitu ferritin serum,
saturasi transferin.. Ada dua bentuk keadaan iron deficient erythropoiesis dapat
simpanan besi tubuh yang normal (atau bahkan meningkat) tetapi suplai
< 20%). Secara umum, kadar ferritin serum < 100 µg/L berhubungan
21
Universitas Sumatera Utara
dengan adanya functional iron deficiency pada pemberian terapi dengan
reticulocyte Hb content (CHr). Pada penderita yang memenuhi salah satu dari
kriteria di atas (saturasi transferrin < 20%, ferritin serum < 100 µg/dL, > 10%
meningkat pada penderita CHF, kadar tersebut masih tetap kurang untuk
22
Universitas Sumatera Utara
penyakit pembuluh darah (vaskular). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
penderita gagal ginjal terdapat suatu hubungan tidak langsung dengan adanya
pemberian rHuEPO karena rHuEPO memiliki efek anti apoptosis dan efek
stimulasi angiogenesis (Meer, et al., 2003). EPO juga memiliki peran pada
pada sel endotel selama proses reperfusi dan dapat melindungi miokardium
dan menjaga aliran darah, karena proses apoptosis mencapai puncaknya pada
Efek samping rHuEPO antara lain hipertensi, nyeri kepala, nyeri tulang,
mual, udem, lemah dan diare. Terapi eritropoietin dilaporkan juga mempunyai
23
Universitas Sumatera Utara
eritropoietin yang pernah dilaporkan terjadi adalah flu-like symptom yang
akan mereda 24 jam setelah pemberian. Efek samping lain yang pernah
sekitar 20-20% pasien, dan paling sering akibat peningkatan hematokrit yang
oleh peningkatan hematokrit atau Hb. Hal ini terjadi karena nitric oxide (NO)
2.6 Hemodialisis
dari tahun 2009 sampai 2015 ada sebanyak 36 juta warga dunia meninggal akibat
Chronic Kidney Disease (CKD). Lebih dari 26 juta orang dewasa di Amerika atau
sekitar 17% dari popuasi orang dewasa terkana CKD (Bomback & Bacris, 2011).
24
Universitas Sumatera Utara
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi
penderita PGK stadium 5 dan pada pasien dengan acute kidney injury (AKI) yang
(Daurgirdas, et al.,2007).
Pemeriksaan cadangan zat besi tubuh adalah dengan pemeriksaan zat besi
di sumsum tulang atau sel hati namun karena keduanya merupakan tindakan
invasif maka modalitas pemeriksaan ini jarang dilakaukan. Selain kedua biopsi
tersebut terdapat modalitas pengukuran status besi lainnya yaitu feritin serum,
saturasi transferin, SI, TIBC, Feritin eritrosit, reseptor transferin terlarut (soluble
yang paling banyak digunakan untuk menilai cadangan zat besi dalam tubuh
berkolerasi positif dengan gambaaran cadangan zat besi di sumsum tulang (Bell,
1995).
tubuh manusia. Feritin terdiri dari 24 subunit dengan 2 tipe yaitu di hati (L) dan
jantung (H), dengan berat molekul 19 dan 21 kDa. Subunit H memiliki peranan
yang penting dalam mendetoksifikasi besi secara cepat oleh karena aktivitas
25
Universitas Sumatera Utara
feroksidasenya, dimana oksidasi besi menjadi bentuk Fe (III), sedangkan subunit
Fungsi feritin adalah sebagai penyimpanan zat besi terutama di dalam hati, limpa
dan sumsum tulang. Zat besi yang berlebihan akan disimpan dan bila diperlukan
di dalam tubuh dan berperan dalam mobilisasi feritin serum. Pada penyakit hati
akut maupun kronis kadar feritin serum meningkat, hal ini disebabkan
pengambilan feritin dalam sel hati terganggu dan terdapat pelepasan feritin dari
sel hati yang rusak. Pada penyakit keganasan sel darah merah, kadar feritin
Pada keadaan infeksi dan inflamasi terjadi gangguan pelepasan zat besi dari sel
oleh konsentrasi cadangan besi intrasel dan berkaitan pula dengan cadangan zat
walaupun kerusakan hati belum kelihatan, sebagaimana terjadi pada kasus tahap
awal hemochromatosis idiopatik. Kadar feritin dalam serum juga telah digunakan
besi, seperti peradangan, penyakit hati kronis, dan kanker (Anonim, 2017a).
Kadar ferritin serum dapat diukur secara rutin dan sangat berguna untuk
deteksi dini anemia defisiensi besi pada orang yang tampak sehat. Pengukuran
serum feritin secara klinis sangat signifikan untuk memantau defisiensi zat besi
pada ibu hamil, pendonor darah, dan pada pasien dialisis ginjal (Anonim, 2017a).
26
Universitas Sumatera Utara
Feritin manusia memiliki berat molekul sekitar 450000 dalton, dan terdiri
dari protein pelindung di sekitar inti besi; setiap molekul feritin terdiri dari 4.000
atom besi. Dalam kondisi normal, ini mungkin merupakan 25% dari total besi
dalam beberapa bentuk isomer. Konsentrasi ferritin yang tinggi ditemukan pada
(Anonim, 2017a).
Kadar feritin serum tinggi yang ekstrim > 2000 ng/ml, biasanya
Kebanyakan laporan kasus mengenai kelebihan besi dijumpai pada masa belum
kemampuan dalam menilai status besi pada pasien PGK yang berada dalam
penyakit ginjal kronis dan lebih dari 40-70% pasien dengan penyakit ginjal
2010).
27
Universitas Sumatera Utara
2.9 Hemoglobin
dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-
paru ke seluruh tubuh, pada mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin juga
keluar tubuh. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat
gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Mutasi
dengan porfirin yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka
Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin; globin sebagai
istilah generik untuk protein globular. Struktur kimia hemoglobin dapat dilihat
28
Universitas Sumatera Utara
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4
subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang
berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih
16000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64000
2010).
dalam darah normal kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini
29
Universitas Sumatera Utara
2.10 Farmakoekonomi
2.10.1 Pengertian farmakoekonomi
dari biaya terapi dalam suatu sistem pelayanan kesehatan tentang proses
dalam hal ini mencakup bagaimana mendapatkan terapi yang efektif, menghemat
bertujuan untuk mendapatkan pengobatan dengan biaya yang lebih efisien dan
beberapa alternatif tindakan atau intervensi di bidang kesehatan, dilihat dari aspek
biaya dan aspek kesehatan yang menjadi konsekwensi dari penggunaan alternatif
Obat baru dengan iuran yang lebih baik dari obat standart yang sudah ada,
menjadi tidak bermanfaat jika harganya terlalu tinggi, menurut ilmu ekonomi,
sumber daya (salah satunya adalah uang) selalu terbatas oleh karena itu, payer
harus secara tepat mengalokasikan dana yang terbatas untuk memilih suatu obat
yang memberikan manfaat paling besar. Dalam konteks makro seperti negara
30
Universitas Sumatera Utara
pengambil kebijakan harus dapat mengalokasikan anggaran belanja negara yang
terbatas untuk menyediakan jenis pelayanan kesehatan yang secara klinis terbukti
paling efektif dan sesuai dengan karakteristik dari populasi yang ada dinegara
berbagai kemungkinan iuran dan konsekwensi (klinis dan ekonomi) yang akan
timbul ketika suatu obat atau terapi disediakan dalam sistem pelayanan kesehatan
pengobatan pada kondisi yang sama. Selain itu juga dapat membandingkan
pengobatan yang berbeda pada kondisi yang berbeda (Vogenberg, 2001). Dimana
hasilnya bisa dijadikan informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan
kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis. Informasi farmakoekonomi saat ini
dianggap sama pentingnya dengan informasi khasiat dan keamanan obat dalam
pengalokasian sumber daya secara efisien, kebutuhan pasien dimana dari sudut
31
Universitas Sumatera Utara
2.10.3 Metode farmakoekonomi
kualitas obat yang dibandingkan, tetapi juga aspek ekonominya. Aspek ekonomi
atau unit moneter menjadi prinsip dasar kajian farmakoekonomi, hasil kajian yang
yang paling efisien dari sumber daya kesehatan yang terbatas jumlahnya. Metode-
a. Cost-effectiveness analysis
analysis merupakan suatu cara untuk memilih dan menilai program atau obat
yang terbaik bila terdapat beberapa pilihan dengan tujuan yang sama. Kriteria
sehingga program yang mempunyai discounted unit cost terendah yang akan
1994).
kondisi seseorang serta jenis yang bervariasi untuk setiap kondisi penyakit,
32
Universitas Sumatera Utara
(Setiawan, 2017). Perbedaan dan perbandingan model farmakoekonomi dapat
33
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan CEA dengan analisis farmakoekonomi yang lain adalah
pengukuran outcome dinilai dalam bentuk non moneter. Outcome dapat diukur
berdasarkan pengaruh klinik dari suatu terapi, misalnya milimeter air raksa
cholesterol (LDL-C). Pada umumnya klinisi dan pembuat keputusan lebih mudah
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛
CER =
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛
b. Lebih mahal dan lebih efektif daripada terapi alternatif, ketiga; lebih murah
tambahan biaya terhadap pilihan yang lain. Jika biaya tambahan ini rendah, berarti
obat tersebut dapat dipilih, sebaliknya jika biaya tambahan sangat tinggi maka
obat tersebut tidak baik untuk dipilih (Drummond, 1999 dan Schulman, 2000).
34
Universitas Sumatera Utara
Dalam menentukan bagaimana suatu produk obat obatan maupun produk
perbandingan nilai biaya dan efektivitas terapi dari pengobatan yang dihasilkan
melalui gambaran diagram efektivitas biaya seperti terlihat pada Gambar 2.4.
Kuadran-IV Kuadran-I
Kuadran-III Kuadran-II
poin awal dari biaya dan efektivitas pembanding standar, menunjukkan seberapa
besar selisih biaya dibandingkan poin awal (axis y) dan seberapa besar selisih
pembanding standar, maka poin akan berada pada kuadran I, dan tradeoff dari
alternatif lebih murah dan lebih efektif, poin akan berada pada kuadran II dan
alternatif tersebut lebih cost effective dibandingkan standar. Jika suatu alternatif
lebih murah dan kurang efektif, poin akan berada pada kuadran III dan tradeoff
harus dipertimbangkan. Jika suatu alternatif lebih mahal dan kurang efektif, maka
poin akan berada pada kuadran IV dan terapi standar lebih cost effective dibanding
35
Universitas Sumatera Utara
b. Cost-utility analysis
CEA, karena outcome dinilai menggunakan tipe ukuran outcome klinik yang
khusus yaitu quality adjusted life year (QALY). Kelebihan CUA yaitu dapat
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛
CUR =
𝑈𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛
Perhitungan rasio antara biaya dan output dilakukan pada metode ini.
CUA adalah cost per QALY (quality adjusted life year). Contohnya jika seorang
al., 1997), maka untuk menghitung QALY perlu dilakukan beberapa langlah
yaitu:
36
Universitas Sumatera Utara
ii. metode penentuan utility
Metode yang sering digunakan untuk menentukan pilihan, atau mengukur skor
utility, yaitu rating scale (RS), standard gamble (SG), dan time tradeoff
kondisi kesehatan berada antara 0,0 (meninggal) dan 1,0 (kesehatan sempurna).
akan ditentukan niali utility. Keunggulan assesment utility langsung dari pasien
Nilai QALY diperoleh dengan mengalikan utility dengan lama hidup. Contoh
dan diberikan terapi awal pada tingkat status kesehatan yang sama (Andayani,
2013). Luas daerah antara dua kurva yang menggambarkan awal terapi sampai
1
status kesehatan
0.8
0.6
0.4 kontrol
0.2 terapi
0
0 bulan 6 bulan 12 bulan
waktu (bulan)
Gambar 2.5 Quality adjusted life year dari hipotesis intervensi terapi
37
Universitas Sumatera Utara
Luas daerah antara dua kurva pada akhir intervensi dapat dihitung sebagai berikut:
QALYsc = [0,5 (0,4 + 0,5) 6 + 0,5 (0,5 + 0,6) 6)] /12 = 0,5
QALYst = [0,5 (0,4 + 0,5) 6 + 0,5 (0,5 + 0,65) 6)] /12 = 0,5125
c. Cost-benefit analysis
Cost-benefit analysis atau analisis manfaat biaya adalah analisis
perbandingan dari dua atau lebih produk atau jasa farmasi dengan manfaat (hasil
penanganan yang tidak saling berhubungan dengan hasil yang berbeda secara nilai
investasi tertinggi. Hasil tipe analisis ini ditampilkan dalam istilah manfaat bersih
dan membagi hasilnya dengan biaya, atau rasio manfaat-biaya, seperti akan
dengan biaya jika program perawatan penyakit dilakukan. Semakin tinggi benefit
38
Universitas Sumatera Utara
d. Cost-minimization analysis (CMA)
Kekurangan CMA yaitu tidak bisa digunakan jika outcome dari masing-masing
intervensi tidak sama. Contoh CMA yaitu membandingkan dua obat generik yang
dinyatakan ekuivalen oleh FDA. Jika obat yang dibandingkan ekuivalen, hanya
perbedaan biaya obat yang digunakan untuk memilih salah satu yang nilainya
Terdapat tipe analisis lain untuk mengukur biaya, misalnya jika hanya
disajikan daftar biaya dan daftar beberapa outcome, tanpa dilakukan perhitungan
2013). Tipe analisis ekonomi yang lain adalah analisis cost-of-illness (COI), yang
dibandingkan dengan penyakit lain. Dalam studi COI, peneliti menentukan total
beban ekonomi dari suatu penyakit tertentu dalam masyarakat. Biaya yang
dihitung dalam metode ini dibagi menjadi dua kategori, biaya langsung atau biaya
yang terkait dengan terapi atau pencegahan dan biaya tidak langsung atau biaya
Biaya langsung medis adalah biaya yang dikeluarkan oleh pasien terkait
39
Universitas Sumatera Utara
mendeteksi suatu penyakit seperti kunjungan pasien, obat-obat yang
Biaya langsung nonmedis adalah biaya yang dikeluarkan pasien yang tidak
sakit, makanan, jasa pelayanan lainnya yang diberikan pihak rumah sakit
(Vogenberg, 2001).
atau biaya yang hilang akibat waktu produktif yang hilang. Sebagai contoh
dapat memberikan nafkah pada keluargnyanya, selain itu sejumlah biaya yang
al., 2005).
Biaya tidak terwujud merupakan biaya yang dikeluarkan bukan hasil tindakan
medis, tidak dapat diukur dalam mata uang. Biaya yang sulit diukur seperti rasa
40
Universitas Sumatera Utara
e. Opportunity cost
Jenis biaya ini mewakili manfaat ekonomi bila menggunakan suatu terapi
pada tujuan yang lain. Opportunity cost adalah nilai yang dikorbankan. Sebagai
(Vogenberg, 2001).
f. Incremental cost
Incremental cost disebut juga biaya tambahan, merupakan biaya tambahan atas
dari suatu alternatif dan menyediakan cara lain untuk menilai dampak
2.10.5 Perspektif
karena berkaitan dengan jenis informasi dan data yang dibutuhkan dalam
melakukan studi atau evaluasi, terutama data biaya yang akan dicakup dalam studi
yang mebayar biaya kesehatan (payer) dan societal. Selain keempat perspektif
41
Universitas Sumatera Utara
yang biasa digunakan dalam studi farmakoekonomi adalah perspektif pemerintah
Keterangan:
kriteria kesehatan yaitu fungsi fisik, keterbatan peran karena kesehatan fisik,
tubuh sakit, persepsi kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi sosial, peran
42
Universitas Sumatera Utara
keterbatan karena masalah emosional, dan kesehatan psikis. Short-form (SF-36)
adalah sebuah kuesioner survei kesehatan untuk menilai kualitas hidup, yang
dan preferensi kesehatan berbasis indeks, oleh karena itu SF-36 telah terbukti
berguna dalam survei umum dan populasi khusus, membandingkan relatif beban
dari jawaban setiap pertanyaan sesuai dengan nomor pertanyaan pada instrumen
43
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5 Penentuan skor jawaban setiap pertanyaan berdasarkan nomor
Nomor Pertanyaan Kategori perubahan Skor yang diperoleh
respon
24, 25, 28, 29, 31 1 0
2 20
3 40
4 60
5 80
6 100
2, 33, 35 1 0
2 25
3 50
4 75
5 100
Berdasarkan penilaian skor SF-36, maka nilai skor kualitas hidup rata-rata
adalah 60, dibawah skor tersebut kualitas hidup dinilai kurang baik. Nilai skor 100
recall), yaitu pengukuran standar (> 4 minggu) dan akut (< 1 minggu) (Ware,
2000). Penentukan skor rata-rata dari jawaban setiap pertanyaan pada Tabel 2.6.
44
Universitas Sumatera Utara
2.12. Kerangka Teori Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka teori penelitian dapat dilihat pada
Hemodialisis reguler
Hormon glikoprotein:
Produksi EPO endogen menjadi
lebih kecil
EPO yang dihasilkan tidak cukup untuk
menstimulasi poduksi sel darah merah
oleh sum-sum tulang (bone marrow).
UREMIA (Uremic Related Anemia)
HJ C815H1317N233O241S5 : 39%
Eritropoietin alfa: Eritropoietin beta: C809H1301N229O240S5 : 24 %
Oligosakarida Oligosakarida
Disintesis dari sel Chines Hamster Ovary (CHO) Disintesis dari sel Chines Hamster Ovary (CHO)
45
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
data dari status pasien dan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). Penelitian ini
pada suatu saat (WHO, 2001; Susila dan Suyanto, 2014). Pengumpulan data
Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan. Ruang lingkup penelitian ini adalah
penyerta. Perhitungan biaya ditinjau dari biaya langsung medis (direct medical
cost) yaitu biaya obat eritropoietin yang lebih cost effective. Analisis data
46
Universitas Sumatera Utara
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Rumah Sakit (SIRS) di RSUP H. Adam Malik Medan. Pengambilan data periode
Agustus - Oktober 2017 dilakukan pada bulan Desember 2017 - Mei 2018.
3.3.1 Populasi
Populasi target adalah seluruh pasien rawat jalan yang rutin melakukan
cuci darah 2 kali seminggu periode Agustus - Oktober 2017 terdiagnosis PGK
Adam Malik Medan. Populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak
Populasi target berupa data rekam medis pasien periode Agustus - Oktober
2017 sebanyak 250 pasien, dari populasi target yang memenuhi kriteria inklusi
dan kriteria eksklusi sebanyak 106 pasien yang rutin melakukan cuci darah, tetapi
yang mempunyai data lengkap dan bersedia berpartisipasi terhadap penelitian dan
(subjek).
47
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Subjek
tertentu seperti sifat (karakteristik) populasi atau ciri-ciri yang sudah diketahui
a. Kriteria inklusi:
penelitian.
b. Kriteria eksklusi:
i. data status pasien yang tidak lengkap dan tidak rutin melakukan cuci
48
Universitas Sumatera Utara
Dalam menghitung besarnya sampel digunakan rumus sebagai berikut, dengan
N 250
n= = = 71 (jumlah minimum)
1+N (d2 ) 1+250 (0.12 )
Keterangan:
N = besar populasi
n = jumlah minimum
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 10% (0,1)
Survei pendahuluan
Kriteria eksklusi:
- data pasien tidak lengkap
- pasien menjalani kemoterapi
Populasi studi( n = 88)
PGK stadium 5
dikelompokkan berdasarkan
komplikasi penyakit penyerta
Analisis data
49
Universitas Sumatera Utara
Pencatatan terhadap biaya yang digunakan dalam terapi pengobatan PGK
dokter), biaya pelayanan jasa sarana, biaya laboratorium, biaya transfusi darah
(Packed Red Cell / PRC), biaya obat eritropoetin, biaya obat terapi simptomatik,
a. Karakteristik pasien
gambaran proporsi dari usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan pasien. Data
penyakit penyerta PGK stadium 5. Data penggunaan obat meliputi jenis, dosis,
50
Universitas Sumatera Utara
c. Biaya langsung medis
Kesehatan, maka biaya yang dimasukkan dalam analisis biaya langsung medis.
Biaya langsung medis meliputi jasa sarana hemodialisis, jasa pelayanan medis,
biaya laboratorium, biaya transfusi darah (PRC), biaya terapi obat eritropoietin
biaya per unit dengan jumlah unit yang digunakan dari masing-masing kelompok,
kemudian dijumlahkan seluruh biaya dari resources yang digunakan pada setiap
kelompok.
d. Outcomes
i. hemoglobin (Hb)
51
Universitas Sumatera Utara
penyerta, data diuji menggunakan uji Chi- square (Lampiran 14 halaman
125).
e. Analisis biaya
i. cost-effectiveness analysis
berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑠 𝐸𝑃𝑂(𝐴) −𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑠 𝐸𝑃𝑂 (𝐵)
ICER = 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑝𝑖 𝐸𝑃𝑂 (𝐴)−𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑝𝑖 𝐸𝑃𝑂 (𝐵)
52
Universitas Sumatera Utara
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 𝐸𝑃𝑂 (𝐴)−𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 𝐸𝑃𝑂 (𝐵)
ICUR =
𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝐴)−𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝐵)
a. Biaya langsung medis (direct medical cost) adalah biaya yang dikeluarkan
untuk pengobatan terapi PGK stadium 5 yang meliputi biaya jasa sarana
biaya medis yang dikeluarkan oleh pasien rawat jalan PGK stadium 5 HD
reguler rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik
c. Analisis utilitas biaya adalah suatu analisis untuk membandingkan total biaya
medis yang dikeluarkan oleh pasien rawat jalan PGK stadium 5 (Hemodialisis
f. Kualitas hidup adalah penilaian status kesehatan pasien penyakit ginjal kronis
53
Universitas Sumatera Utara
3.8 Langkah-Langkah Penelitian
Sebelum penelitian dan data pasien diperoleh terlebih dahulu membuat surat
7 halaman 117).
g. Kepala Instalasi SIRS untuk pengambilan data biaya pasien BPJS Kesehatan
54
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
Malik Medan periode Agustus - Oktober 2017 diperoleh sebanyak 250 pasien
serta bersedia mengisi lembar informed consend untuk dijadikan sebagai subjek
penelitian.
dan pekerjaan. Karakteristik subjek pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
4.1 dan hasil uji Chi-Square dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 122-123.
55
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian penyakit ginjal kronis stadium 5
Pasien PGK
No Karakteristik
Subjek (n = 88) stadium 5 (%) p
Jenis kelamin
1 Laki-laki 52 59
0,562
Perempuan 36 41
Usia (tahun)
15 - 24 7 7
25 - 34 12 13
2 35 - 44 14 14
0,007
45 - 54 23 23
55 - 64 34 34
65 - 74 10 10
Pendidikan
SD 13 15
SLTP 10 11
3
SLTA 45 51 0,446
Diploma 4 5
Sarjana 16 18
Pekerjaan
Pensiun 2 2
Lain-lain 3 3
Mahasiswa/Pelajar 7 8
4 Pegawai swasta 8 9
0,033
Petani/Buruh 9 10
PNS 11 13
IRT 22 25
Wiraswasta 25 28
terdapat 52 pasien laki-laki (59%) dan 36 pasien perempuan (41%). Secara umum
setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan. Pada
hal ini disebabkan perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondisi
56
Universitas Sumatera Utara
fisiologi (Budiarto & Anggraini, 2002), dalam hal ini pola hidup dan kebiasaan
hidup pasien PGK stadium 5 berjenis kelamin laki-laki lebih buruk dibandingkan
yang signifikan antara jumlah pasien laki-laki dan perempuan (p = 0,562 > 0,05).
Grafik perbandingan usia pasien berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dapat
41%
59%
Laki-laki Perempuan
2014 terhadap ketahanan hidup pasien baru yang terdata selama tahun 2014
menunjukkan bahwa jenis kelamin pada laki-laki paling dominan 2179 (55,57%)
(PERNEFRI, 2014).
PGK yang menjalani hemodialisis. Hasil uji statistik kelompok usia menunjukkan
terdapat perbedaan yang bermakna secara signifikan p = 0,007 (p < 0,05). Nilai
rerata umur pasien diperoleh 48,74 ± 14,09 tahun. Gambaran karaktersitik usia
57
Universitas Sumatera Utara
10% 7%
12%
15-24
25-34
35-44
45-54
14% 55-64
34% 65-74
23%
tahun 2014, menyatakan distribusi usia pasien hemodialisis dalam persen pada
tahun 2014 kelompok usia terbanyak sebanding antara usia 45-54 (tahun) dan 55-
Pasein PGK usia muda akan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik karena
kondisi fisik yang lebih baik dibandingkan usia tua. Penderita dalam usia
produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat pasien tersebut masih muda
dan mempunyai harapan hidup yang lebih tinggi, sebagai tulang punggung
keluarga, sementara pada pasien yang berusia tua menyerahkan keputusan pada
keluarga atau anak-anaknya. Faktor usia semakin tua, pasien merasa capek dan
hemodialisis. Usia erat kaitannya dengan prognose penyakit dan harapan hidup
yang memperberat fungsi ginjal sangat besar bila dibandingkan dengan usia
58
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan karakteristik dari kelompok pendidikan menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan SLTA diperoleh yang paling tinggi yaitu 45 pasien (51%),
dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lain. Hal ini disebabkan karena
selama ini akan kebiasaan pola hidup yang buruk yang telah dilakukan sehingga
dapat berisiko terhadap gangguan terhadap fungsi ginjal. Sumber makanan dan
berlebihan seperti obat anti inflamasi dan suppllemen diluar dari batas instruksi
hari pada tikus terjadi penurunan kadar kreatinin urin dan volume urin dan
peningkatan kadar kreatinin serum yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan
Tingkat pendidikan pasien PGK stadium 5 dapat dilihat pada Gambar 4.3.
S a r ja na 16 (18%)
D ip lo ma 4 (5%)
SLTA 45 (51%)
SLTP 10 (11%)
SD 13 (15%)
59
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuliaw (2009) bahwa
yang lebih luas, kemungkinan pasien tersebut dapat mengontrol dirinya dalam
mengatasi masalah yang dihadapinya, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi,
kejadian, mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan,
lebih langgeng dari pada yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).
hasil yang bervariasi yang terdiri dari wiraswasta, IRT, PNS, petani/buruh,
30
25
20
15
10
60
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji statistik pada kelompok pekerjaan terdapat perbedaan yang
signifikan pada kelompok pekerjaan, dimana nilai p = 0,033 (p < 0,05). Pada
sebagai IRT. Pekerjaan merupakan sesuatu kegiatan atau aktifitas seseorang yang
bekerja pada orang lain atau instansi kantor, perusahaan untuk memperoleh
penghasilan yaitu upah atau gaji baik berupa uang maupun barang sehari-hari
pelayanan kesehatan yang ada mungkin tidak mempunyai cukup uang untuk
pekerjaan akan berpengaruh pada frekuensi dan distribusi penyakit. Hal ini
Medan periode Agustus - Oktober 2017. Pasien yang terdiagnosis PGK stadium 5
diagnosis dan penyakit penyerta yaitu hypertension nephropathy (HN), terdiri dari
61
Universitas Sumatera Utara
penyakit diabetic nephropathy (DN), terdiri dari 4 model terapi eritropoietin yaitu
dengan komplikasi penyakit penyakit ginjal obstruktif infektif (PGOI) terdiri dari
sesuai dengan jenis obat yaitu eritropoietin alfa (eprex = 2000 IU; hemapo = 3000
IU) dan eritropoietin beta (recormon = 2000 IU). Pemberian obat eritropoietin
stadium 5 dan jenis terapi eritropoietin dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi pasien berdasarkan kelompok diagnosis PGK stadium 5 dan
jenis terapi eritropoietin
62
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Distribusi pasien berdasarkan kelompok diagnosis PGK stadium 5 dan
jenis terapi eritropoietin
Hemapo + Eprex 3
Hemapo + Recormon 2
Hemapo + Eprex + Recormon 3
DN Hemapo 8
Recormon 1
Hemapo + Eprex 4 17
Hemapo + Recormon 4
HN + DN Hemapo 2
Hemapo + Eprex 1 4
Hemapo + Recormon 1
GNC Hemapo 9
Recormon 1
Eprex 1 20
Hemapo + Eprex 2
Hemapo + Recormon 7
PGOI Hemapo 5
Hemapo + Eprex 2 9
Hemapo + Recormon 2
Indonesia bahwa eritropoietin alfa (hemapo) paling banyak digunakan pada pasien
hemapo sebagai terapi pilihan utama untuk pengobatan PGK dengan gangguan
produksi eritropoietin diginjal. Hal ini disebabkan karena dari segi harga dan dosis
per syringe hemapo berbeda dengan terapi eritropoietin lainnya, dimana hemapo
syringe, sementara dosis terkecil kemasan eritropoietin alfa dan beta yang lain
63
Universitas Sumatera Utara
sehingga lebih dominan pilihan obat mengarah kepada dosis kemasan yang lebih
besar per syringe obat (hemapo 3000 IU) karena dari selisih harga tidak jauh
berbeda dengan eprex dan recormon. Jumlah pasien pengguna terapi eritropoietin
di Indonesia dan wilayah Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar 4.5.
R e c o r mo n 26657 R e c o r mo n 73
Eprex 26990
Eprex 917
H e ma p o 75553
H e ma p o 6491
L a in - la i n 6612
Gambar 4.5 Grafik pengguna program terapi eritropoietin pasien PGK yang
menjalani hemodialisis (PERNEFRI, 2014)
instalasi hemodialisa Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, maka
HN + DN
5%
PGOI
10%
HN
43%
DN
19%
GNC
23%
64
Universitas Sumatera Utara
4.3 Biaya Langsung Medis
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, maka biaya yang dimasukkan dalam analisis
efektivitas hanya adalah biaya langsung medis. Biaya langsung medis adalah
biaya yang dikeluarkan oleh pemberi asuransi, dalam hal ini BPJS Kesehatan,
terkait dengan jasa pelayanan (insentif dokter), jasa sarana (alat hemodialisis),
biaya obat simtomatik. Daftar biaya yang terkait biaya langsung medis pasien
65
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Kategori resources pengobatan pasien PGK stadium 5
66
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Kategori resources pengobatan pasien PGK stadium 5
hemodialisis yang ditetapkan oleh RSUP. H. Adam Malik Medan kepada BPJS
Kesehatan sebesar Rp 165.000. Total biaya honor dokter dan perawatan pasien
67
Universitas Sumatera Utara
16.500.000), GNC (Rp 82.500.000) dan PGOI (Rp 37.125.000). Rincian biaya
total honor dokter (jasa pelayanan) dapat dilihat pada Lampiran 20 halaman 142.
hemodialisis dan ruangan yang digunakan pasien pada saat proses hemodialisis
berlangsung. Biaya jasa sarana yang ditetapkan RSUP. H. Adam Malik Medan
kepada BPJS Kesehatan sebesar Rp 385.000 untuk kelas III. Berikut adalah
(Gambar 4.7) seperangkat alat hemodialisis dan ruangan yang digunakan pada
saat pasien melakukan cuci darah di instalasi hemodialisa RSUP H. Adam Malik
Medan.
seminggu) yang paling besar menyerap biaya adalah pelayanan jasa sarana
sebesar (Rp 385.000) dengan total biaya yang dikeluarkan dari masing-masing
diagnosis. Satu kali perlakuan tindakan cuci darah maka rumah sakit akan
68
Universitas Sumatera Utara
mengklaim tagihan biaya pelayanan hemodialisis kepada BPJS Kesehatan (Kelas
III) sebesar Rp 385.000 (sesuai golongan ataupun kelas yang tercantum pada kartu
peserta BPJS Kesehatan). Total biaya jasa pelayanan sarana hemodialisis pasien
86.625.000). Rincian biaya dan total jasa sarana pasien PGK stadium 5 selama 3
bulan berdasarkan diagnosis dan kelompok terapi eritropoietin dapat dilihat pada
pasien PGK stadium 5 dengan hemodialisis reguler adalah salah satu persyaratan
diketahui apakah nilai kreatinin plasma, serum iron (zat besi), TIBC, feritin serum
dan kadar hemoglobin pada pasien dapat dikatakan layak diberikan eritropoietin
atau tidak. Apabila hasil pemeriksaan hemoglobin (Hb) pasien kecil sama dengan
7 g/dl maka tindakan hemodialisis tidak dapat diberikan, sehingga pasien harus
69
Universitas Sumatera Utara
Total biaya langsung medis pada pemeriksaan laboratorium secara
hasil pemeriksaan kadar Hb pasien kecil dari atau sama dengan 7 g/dl. Untuk itu
dengan 8 g/dl. Biaya transfusi darah (Packed Red Cells) merupakan bagian dari
untuk kelanjutan tindakan hemodialisis reguler. Biaya PRC per kantong darah
harga obat di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan dan harga e-catalogue yang
daftar, jenis, spesifikasi teknisa dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia
70
Universitas Sumatera Utara
barang/jasa pemerintah (Anonim, 2017). Perhitungan biaya penggunaan
eritropoietin dapat dilihat pada Lampiran 24 halaman 147 dan 148. Profil
71
Universitas Sumatera Utara
d. Diagnosis glomerulo nephritis chronic (GNC)
72
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan model terapi eritropoietin alfa dan eritropoietin beta terhadap
alfa yang paling banyak digunakan pada pasien PGK stadium 5 dengan
eritropoietin beta yang digunakan pada PGK stadium 5 adalah (recormon = 143).
halaman 149–152.
item nama obat yang rutin diberikan kepada 88 pasien yang menderita PGK
stadium 5 yang mengalami komplikasi penyakit penyerta. Salah satu diantara obat
tersebut adalah terapi obat hipertensi seperti tablet amlodipin 10 mg, 5 mg; tablet
bisoprolol 2,5 mg, 5 mg; tablet valsartan 80 mg, 160 mg; telmisartan 80 mg,
obat simtomatik maka akan diperoleh total biaya keseluruhan penggunaan obat
153-173.
73
Universitas Sumatera Utara
4.4. Total Biaya Langsung Medis
Total biaya langsung medis yang dihitung dalam penelitian ini adalah jasa
Tabel 4.7 Biaya langsung medis berdasarkan diagnosis dan kelompok terapi
eritropoietin
Total biaya
langsung medis Biaya langsung
Diagnosis Model Terapi EPO
(Rp) medis
per pasien (Rp)
Hemapo 497.256.351 17.759.155
HN Recormon 18.660.961 18.660.961
Eprex 17.022.889 17.022.889
Hemapo + Eprex 55.655.918 18.551.973
74
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Biaya langsung medis berdasarkan diagnosis dan kelompok terapi
eritropoietin
Penelitian ini menggunakan outcome klinis sekunder, maka total biaya langsung
medis yang digunakan dihitung sebagai biaya langsung medis per pasien.
eritropoietin yang mencapai target hemoglobin (10,0 – 12,0 g/dl) dan kualitas
hidup pasien PGK stadium 5 setelah menerima terapi eritropoietin. Kualitas hidup
75
Universitas Sumatera Utara
4.5.1 Hemoglobin
Evaluasi efektivitas
No Terapi EPO Total
Efektif Tidak efektif
1 Hemapo subjek (n) 9 19 28
% 32,14 67,86 100
2 Recormon subjek (n) 0 1 1
% 0 100 100
3 Eprex subjek (n) 0 1 1
% 0 100 100
4 Hemapo + Eprex subjek (n) 1 3 4
% 25 75 100
5 Hemapo + subjek (n) 0 2 2
Recormon % 0 100 100
6 Hemapo + Eprex + subjek (n) 0 2 2
Recormon % 0 100 100
jumlah (n) 10 28 38
Total
% 26,32 73,68 100
Evaluasi efektivitas
No Terapi EPO Total
Efektif Tidak efektif
Hemapo subjek (n) 4 4 8
1
% 50 50 100
2 Recormon subjek (n) 0 1 1
% 0 100 100
3 Hemapo + Eprex subjek (n) 1 3 4
% 25 75 100
4 Hemapo + subjek (n) 2 2 4
Recormon % 50 50 100
jumlah (n) 7 10 17
Total
% 41,18 58,82 100
76
Universitas Sumatera Utara
c. Diagnosis komplikasi hypertension nephrophaty dan diabetic nephrophaty
(HN + DN)
Evaluasi efektivitas
No Terapi EPO Total
Efektif Tidak efektif
1 Hemapo subjek (n) 1 1 2
% 50 50 100
2 Hemapo + Eprex subjek (n) 0 1 1
% 0 100 100
3 Hemapo + Recormon subjek (n) 0 1 1
% 0 100 100
jumlah (n) 1 3 4
Total
% 25 75 100
Evaluasi efektivitas
No Terapi EPO Total
Efektif Tidak efektif
1 Hemapo subjek (n) 2 7 9
% 22,22 77,78 100
2 Recormon subjek (n) 0 1 1
% 0 100 100
3 Eprex subjek (n) 0 1 1
% 0 100 100
4 Hemapo + Eprex subjek (n) 0 2 2
% 0 100 100
5 Hemapo + Recormon subjek (n) 3 4 7
% 42,86 57,14 100
jumlah (n) 5 15 20
Total
% 25,00 75,00 100
Evaluasi efektivitas
No Terapi EPO Total
Efektif Tidak efektif
1 Hemapo subjek (n) 1 4 5
% 20,00 80,00 100
2 Hemapo + Eprex subjek (n) 1 1 2
% 50 50 100
3 Hemapo + Recormon subjek (n) 1 1 2
% 50 50 100
jumlah (n) 3,00 6 9
Total
% 33,33 66,67 100
77
Universitas Sumatera Utara
Perbandingan efektivitas terapi menggunakan 3 model terapi eritropoietin
(hemapo tunggal dan kombinasinya dengan eprex dan recormon) dapat dilihat
0 0
25
25 50
42.86
0 50
50
50
32.14
50 22.22
20
HN DN HN + DN GNC PGOI
E FE K TIV ITAS TE R AP I ( % )
Hemapo Hemapo + Recormon Hemapo + Eprex
nephrophaty (DN) yang terdiri dari pemberian hemapo (50%), kombinasi hemapo
dan recormon (50%), kombinasi hemapo dan eprex (25%). Berdasarkan gambar
grafik 4.8, secara keseluruhan pemberian terapi hemapo tunggal (warna biru)
Nilai Hb rata-rata PGK stadium 5 diperoleh 9,28 ± 1,25 (g/dl). Hal ini
menunjukkan bahwa dari 88 pasien yang dijadikan sebagai subjek penelitian, ada
sebagian pasien mempunyai nilai Hb yang mencapai target Hb dialisis yaitu >
10,5 – 12,0 g/dl dan ada sebahagian pasien yang tidak mencapai target Hb dialisis
78
Universitas Sumatera Utara
4.5.2 Quality adjusted life year (QALY)
SF-36 yang terdiri dari 36 butir pertanyaan. Sort-from (SF-36) adalah suatu
kuesioner survei kesehatan yang mengukur 9 kriteria kesehatan yaitu fungsi fisik,
nyeri, persepsi kesehatan secara umum, perubahan kesehatan. Skor 100 yang
nilai utilitas 1,0 dan skor 0 untuk kematian dengan nilai utilitas 0,0. Contohnya,
jika skor SF-36 seorang pasien PGK stadium 5 diperoleh 60, maka nilai utilitas
pasien tersebut sebesar 0,6. Nilai utilitas digunakan untuk mendapatkan nilai
QALY, yaitu outcome yang digunakan dalam analisis utilitas biaya. Kualitas
hidup berdasarkan skala dimensi kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 18 dan 19
halaman 132 dan 136. Quality adjusted life year diperoleh dari perkalian nilai
utilitas dengan jumlah tahun. Kualitas hidup pasien PGK stadium 5 berdasarkan
Skor SF-
No Inisial Jenis kelamin Model terapi EPO QALY
36 (QoL)
1 LPS L Hemapo 71 0,707
2 TJ P Hemapo 19 0,194
3 ROYS L Hemapo 36 0,357
4 RTG L Hemapo 58 0,579
5 SG L Hemapo 43 0,435
6 TR P Hemapo 43 0,435
7 SW P Hemapo 23 0,228
8 RT L Hemapo 46 0,456
79
Universitas Sumatera Utara
a. Diagnosis hypertension nephropathy (HN)
9 SO L Hemapo 35 0,346
10 RMS L Hemapo 26 0,261
11 EBG P Hemapo 19 0,193
12 MM L Hemapo 50 0,503
13 SARL P Hemapo 73 0,732
14 AAS L Hemapo 50 0,504
15 B L Hemapo 39 0,389
16 DB L Hemapo 43 0,428
17 DBT P Hemapo 73 0,735
18 ES L Hemapo 76 0,757
19 HAH L Hemapo 46 0,458
20 HB P Hemapo 44 0,438
21 HS P Hemapo 43 0,431
22 JK L Hemapo 56 0,557
23 JP L Hemapo 55 0,553
24 J L Hemapo 69 0,693
25 JT L Hemapo 15 0,146
26 KS P Hemapo 37 0,371
27 KT L Hemapo 45 0,454
28 SY P Hemapo 34 0,344
29 D P Recormon 28 0,282
30 PLL L Eprex 31 0,313
31 AAP L Hemapo + Eprex 70 0,701
32 DT L Hemapo + Eprex 42 0,422
33 EYS L Hemapo + Eprex 36 0,363
34 SA L Hemapo + Recormon 44 0,443
35 MS L Hemapo + Recormon 24 0,238
36 PG P Hemapo + Eprex + Recormon 29 0,29
37 S L Hemapo + Eprex + Recormon 48 0,485
38 UKM P Hemapo + Eprex + Recormon 83 0,826
80
Universitas Sumatera Utara
b. Diagnosis diabetic nephropathy (DN)
7 FHR P Hemapo 29 0,286
8 RH L Hemapo 62 0,618
9 PP L Recormon 36 0,363
10 ROSS P Hemapo + Eprex 55 0,554
11 LG P Hemapo + Eprex 66 0,663
12 H P Hemapo + Eprex 27 0,269
13 ECIS L Hemapo + Eprex 46 0,46
14 PKS L Hemapo + Recormon 50 0,501
15 SS P Hemapo + Recormon 27 0,269
16 NT L Hemapo + Recormon 68 0,685
17 AF L Hemapo + Recormon 67 0,674
Skor
No Inisial Jenis kelamin Model terapi EPO SF-36 QALY
(QoL)
1 MYO L Hemapo 53 0,533
2 SH P Hemapo 20 0,197
3 RSP L Hemapo 63 0,632
4 U P Hemapo 73 0,729
5 SOS L Hemapo (81) 0,807
6 SKL P Hemapo (79) 0,793
7 BSM L Hemapo (68) 0,676
8 FA L Hemapo 29 0,294
9 HBS P Hemapo 42 0,417
10 HST L Recormon (75) 0,749
11 YP L Eprex (79) 0,792
12 HP L Hemapo + Eprex (64) 0,638
13 PMH P Hemapo + Eprex (73) 0,732
14 A L Hemapo + Recormon (60) 0,601
15 UIN L Hemapo + Recormon 28 0,276
81
Universitas Sumatera Utara
d. Diagnosis glomerulo nephritis chronic (GNC)
16 P L Hemapo + Recormon 39 0,389
17 BT L Hemapo + Recormon (74) 0,744
18 FSS L Hemapo + Recormon 44 0,443
19 M P Hemapo + Recormon 43 0,431
20 MG L Hemapo + Recormon 44 0,442
pasien 47,00 ± 18,41 (%). Hal ini menunjukkan bahwa ada sebahagian pasien
yang mencapai nilai QoL ≥ 65,41% (utilitas ≥ 0,65) dan sebagian lagi ada yang
medis yang dijalani. Faktor lain penyebab terjadinya anemia akibat penurunan
82
Universitas Sumatera Utara
Yuliaw (2009) bahwa faktor etiologi yang sering terjadi pada pasien hemodialisis
diagnosis yang lain. Kelompok diagnosis GNC terdiri dari pemakaian terapi
recormon (n = 7; U = 0,5). Hubungan diagnosis dan QoL pasien dapat dilihat pada
Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Penilaian kualitas hidup pasien PGK stadium 5 berdasarkan kelompok
diagnosis
No Sangat baik Baik Cukup Buruk
Diagosis
n % n % n % n %
1 HN + DN 0 0 0 0 0 0 4 4,5
2 PGOI 2 2,3 0 0 1 1,1 6 7
3 DN 0 0 0 0 5 5,7 12 14
4 GNC 1 1,1 2 2,3 7 8 9 10,2
5 HN 1 1,1 1 1,1 5 5,7 32 36
= 4; 4,5%) pasien yang terdiri dari diagnosis (PGOI = 2,3%), (GNC = 1,1%), (HN
= 1,1%). Kualitas hidup pasien kategori baik diperoleh (n = 3; 3,4%), terdiri dari
83
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil uji statistik antara nilai QoL dan diagnosis pasien,
terdapat hubungan kualitas hidup pasien dengan diagnosis pasien, dimana pada
dimana nilai p = 0,039. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Desita
pasien PGK yang menjalani hemodialisis seperti stadium penyakit ginjal dan
penatalaksanaan medis yang dijalani. Hal ini terbukti bahwa komplikasi penyakit
PGK stadium 5 akan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Hasil uji statistik
kualitas hidup pasien PGK stadium 5 berdasarkan skala dapat dilihat Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Dimensi kualitas hidup pasien PGK stadium 5 berdasarkan skala
Sangat
Skala dimensi Baik Cukup Buruk
No baik
kesehatan
n % n % n % n %
1 Fungsi fisik 6 7 5 6 37 42 40 45
Keterbatasan akibat
2 21 24 5 6 0 0 62 70
masalah fisik
3 Emosional 15 17 0 0 13 15 60 68
4 Energi 9 10 5 6 21 24 53 60
5 Kesejahteraan 4 5 1 1 14 16 69 78
6 Fungsi sosial 5 6 21 24 21 24 41 47
7 Rasa nyeri 18 20 5 6 16 18 49 56
Persepsi kesehatan
8 0 0 0 0 4 5 84 95
umum
9 Perubahan kesehatan 71 81 14 16 0 0 3 3
tingkat kualitas hidup sangat baik sampai dengan kualitas buruk dapat dilihat pada
Tabel 4.12.
84
Universitas Sumatera Utara
Dimensi skala kualitas hidup pasien diperoleh pada skala perubahan
kesehatan mempunyai persentase kualitas hidup pasien yang sangat baik yaitu (n
= 71; 81%). Kualitas hidup pasien rawat jalan PGK stadium 5 dengan
mempengaruhi kualitas hidup pasien PGK adalah faktor individu, keadaan medis,
seseorang dalam kehidupan, masa depan dan pengambil keputusan. Pasien yang
termasuk lanjut usia akan menyerahkan keputusan kepada keluarga dan anaknya.
Usia berkaitan dengan prognose penyakit dan harapan hidup mereka yang berusia
hemodialisis. Kelelahan tersebut dirasakan oleh semua pasien terutama pada usia
yang dihitung adalah biaya langsung medis. Biaya langsung medis meliputi jasa
darah (PRC), biaya terapi obat eritropoietin dan obat-obat lainnya (simtomatik).
85
Universitas Sumatera Utara
4.6.1 Perhitungan cost-effectiveness ratio (CER)
biaya langsung medis dengan outcome klinis, yaitu persentase pasien yang
PGK stadium 5. Perhitungan nilai CER pada setiap kelompok diagnosis dapat
86
Universitas Sumatera Utara
c. Diagnosis komplikasi hypertension nephropathy (HN) dan diabetic
nephropathy (DN)
Total biaya
Efektivitas (E) CER
No Model Terapi EPO langsung medis per
(%) (C)/(E)
pasien (C) (Rp)
(Rp)
1 Hemapo 17.182.170 50,00 343.643
2 Hemapo + Eprex 17.080.024 0 0
Hemapo +
3 18.103.158 0 0
Recormon
Total biaya
Efektivitas (E) CER (C)/(E)
No Model Terapi EPO langsung medis
(%) (Rp)
per pasien (C) (Rp)
1 Hemapo 17.907.748 20,00 895.387
2 Hemapo + Eprex 17.661.524 50,00 353.230
Hemapo +
3 18.805.176 376.104
Recormon 50,00
Nilai CER yang diberi tanda lingkaran merupakan nilai yang terendah
perhitungan nilai CER dari lima (5) kelompok diagnosis PGK stadium 5, urutan
nilai CER yang paling rendah hingga paling tinggi diperoleh pada diagnosis
87
Universitas Sumatera Utara
Diagnosis DN terapi hemapo dan recormon dengan nilai (CER = Rp 351.616 ; E =
50%). Diagnosis PGOI terapi dengan kombinasi hemapo dan eprex (CER = Rp
merupakan bagian dari ICER, meskipun analisis CER telah memberikan informasi
yang bermanfaat, ciri khas dari analisis efektivitas biaya adalah analisis
Nilai ICER pada penelitian ini diperoleh dari perbandingan antara selisih
total biaya langsung medis dari masing-masing kelompok dengan selisih outcome
klinis (Hb target). Nilai ICER yang diperoleh merupakan besarnya biaya
88
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13 Perhitungan incremental cost-effectiveness ratio (ICER) pasien PGK
stadium 5 berdasarkan diagnosis
a. Diagnosis hypertension nephropathy (HN)
Total biaya
langsung Efektivi ICER
Model Terapi ∆C ∆E
No medis per tas (∆C)/(∆E)
EPO
pasien (C) (E) (%) (Rp)
(Rp)
1 Hemapo 17.759.155 32,14
Hemapo + -792.81 7,14 -111.039
2 18.551.973
Eprex 25
Total biaya
langsung Efektivit ICER
Model Terapi ∆C ∆E
No medis per as (E) (∆C)/(∆E)
EPO
pasien (C) (%) (Rp)
(Rp)
Hemapo +
1 18.399.243 25
Eprex
818.451 -25 -32.738
Hemapo +
2 17.580.792 50
Recormon
Total biaya
langsung Efektivitas ICER
Model Terapi ∆C ∆E
No medis per (E) (∆C)/(∆E)
EPO
pasien (C) (%) (Rp)
(Rp)
1 Hemapo 17.182.170 50
Hemapo + -920.988 50 - 18.420
2 18.103.158 0
Recormon
89
Universitas Sumatera Utara
d. Diagnosis glomerulo nephrithis chronic (GNC)
Total biaya
langsung Efektivitas ICER
Model Terapi ∆C ∆E
No medis per (E) (∆C)/(∆E)
EPO
pasien (C) (%) (Rp)
(Rp)
1 Hemapo 18.237.519 22,22
76793 -20,63 -3.722
Hemapo +
2 18.160.726 42,86
Recormon
tunggal dan kombinasinya, terkecuali pada diagnosis PGOI diperoleh nilai ICER
diagnosis (HN + DN) dengan terapi hemapo tunggal diperoleh minus (-Rp
18.420) dengan total biaya langsung medis per pasien (Rp 17.182.170), nilai
tersebut paling rendah diantara model terapi eritropoietin yang lain dan
eritropoietin yang lain. Menurut Andayani (2013) menyatakan bahwa suatu terapi
lebih efektif dan murah jika ICER memberikan nilai negatif atau mendekati
negatif.
90
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan diagram efektivitas biaya dapat diartikan, jika suatu alternatif
lebih mahal dan lebih efektif dibandingkan pembanding standar maka titik berada
pada kuadran I, jika suatu alternatif lebih murah dan lebih efektif maka titik akan
berada di kuadran II, jika suau alternatif lebih murah namun kurang efektif maka
titik akan berada di kuadran III, sedangkan jika suatu alternatif lebih mahal dan
kurang efektif maka titik akan berada pada kuadran IV. Pemberian hemapo pada
PGK stadium 5 berada pada kuadran II yaitu efektivitas lebih baik dengan biaya
Biaya
Kuadran IV Kuadran I
(CUR) dan incremental cost-utility ratio (ICUR) dari setiap kelompok diagnosis
PGK stadium 5.
membandingkan total biaya langsung medis per pasien dengan skor qualiy
91
Universitas Sumatera Utara
adjusted life years (QALY). Terdapat perbedaan antara nilai CUR pada setiap
Total biaya
No langsung medis
Model Terapi EPO (C) Utilitas CUR (C)/(U)
per pasien (Rp) (U) (Rp)
1 Hemapo 17.759.155 0,5 35.518.311
2 Recormon 18.660.961 0,3 62.203.203
3 Eprex 17.022.889 0,3 56.742.963
4 Hemapo + Eprex 18.551.973 0,5 37.103.945
5 Hemapo + Recormon 17.711.636 0,3 59.038.787
6 Hemapo + Eprex +
Recormon 17.182.700 0,5 34.365.400
Total biaya
langsung medis
No Model Terapi EPO (C) Utilitas CUR (C)/(U)
per pasien (Rp) (U) (Rp)
1 Hemapo 17.897.639 0,4 44.744.097
2 Recormon 16.972.837 0,4 42.432.093
3 Hemapo + Eprex 18.399.243 0,5 36.798.485
4 Hemapo + Recormon 17.580.792 0,5 35.161.584
Total biaya
No Model Terapi EPO langsung medis (C) Utilitas CUR (C)/(U)
per pasien (Rp) (U) (Rp)
1 Hemapo 17.182.170 0,4 42.955.425
2 Hemapo + Eprex 17.080.024 0,4 42.700.060
3 Hemapo + Recormon 18.103.158 0,4 45.257.895
92
Universitas Sumatera Utara
d. Diagnosis glomerulo nephrithis chronic (GNC)
Total biaya
No Model Terapi EPO langsung medis (C) Utilitas CUR (C)/(U)
per pasien (Rp) (U) (Rp)
1 Hemapo 18.237.519 0,6 30.395.865
2 Recormon 17.833.462 0,7 25.476.374
3 Eprex 17.381.184 0,8 21.726.480
4 Hemapo + Eprex 18.205.944 0,7 26.008.491
5 Hemapo + Recormon 18.160.726 0,5 36.321.452
maka pemberian model terapi eprex yang mempunyai nilai CUR paling rendah
Pada penelitian ini, untuk mengetahui nilai ICUR berdasarkan nilai CUR
yang diperoleh paling rendah dengan nilai utilitas (U) lebih baik. Kelompok
diagnosis GNC yang memperoleh nilai CUR yang lebih rendah dibandingkan
93
Universitas Sumatera Utara
kelompok diagnosis yang lain, sehingga kelompok diagnosis GNC dijadikan
penyakit.
pengobatan dengan Gross Domestic Product per capita (GDP per capita).
Tingkatannya adalah high cost effective (kurang dari GDP per capita), cost
effective (antara satu hingga tiga kali GDP per capita) dan not cost effective (lebih
dari tiga kali GDP per capita). Berdasarkan data Word Bank tahun 2017, current
price untuk GDP per capita Indonesia US$ 3.846,9 sedangkan nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika berdasarkan data Bank Indonesia sebesar Rp 13.558 per
Desember 2017, sehingga GDP per capita Indonesia dalam Rupiah per Desember
diperlukan untuk memperoleh peningkatan kualitas hidup pasien per QALY. Pada
kelompok GNC diperoleh biaya langsung medis yang terendah adalah model
terapi eprex (Rp 17.382.284), dengan nilai utilitas (0,8), sementara berdasarkan
GNC memperoleh penilaian kualitas hidup pasien yang tinggi (0,8) dengan
tercapai (0%), sementara pada penggunaan terapi hemapo penilaian kualitas hidup
22,22% dengan total biaya langsung medis per pasien (Rp 18.237.519), sehingga
94
Universitas Sumatera Utara
pada kasus PGK stadium 5 pencapaian efektivitas terapi pengobatan
pasien PGK stadium 5 atau sebaliknya kualitas hidup pasien PGK stadium 5 tidak
dengan terapi eprex diperoleh nilai CUR yang terendah (Rp 21.726.480). Total
biaya langsung medis pada pemberian model terapi eprex pada kelompok GNC
sebagai acuan dalam perhitungan penentuan nilai ICUR dari model terapi yang
lain kemudian dianalisis nilai ICUR yang diperoleh lalu dibandingkan terhadap
Perhitungan nilai ICUR kelompok diagnosis GNC dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Perhitungan nilai ICUR diagnosis glomerulo nephritis chronic (GNC)
antara model terapi eprex dan hemapo
Total biaya
ICUR
langsung Utilitas ∆U
Model terapi EPO ∆C (Rp) (∆C/∆U)
medis (C) (U) % (%)
(Rp)
(Rp)
Eprex 17.381.184 0,8
-856.335 0,2 -4.281.675
Hemapo 18.237.519 0,6
Nilai ICUR yang diperoleh dari perbandingan pemberian terapi hemapo dan
eprex adalah minus (-Rp 4.281.675). Nilai minus yang diperoleh tidak
chronic (GNC).
dari 1 kali GDP per capita (Rp 52.156.270), maka pemberian eritropoietin dengan
95
Universitas Sumatera Utara
berbagai model terapi eritropoietin merupakan terapi yang berbiaya tinggi (high
pencapaian kadar Hb dengan kualitas hidup pasien dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Hubungan nilai target hemoglobin dengan kualitas hidup pasien
Korelasi r p
(10,0 – 12,0 g/dl) tergolong masih rendah. Nilai Hb rata-rata diperoleh 9,28 ± 1,25
(g/dl). Nilai Hb minimum diperoleh 5,7 g/dl dan maksimum 12,2 g/dl (Lampiran
15 halaman 127) artinya hanya 1 pasien yang mempunyai nilai (Hb = 12,2 g/dl)
berjenis kelamin laki-laki dewasa ≥ 13 g/dl dan perempuan dewasa (tidak hamil)
penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini
(2016) yang menyatakan bahwa pasien yang memiliki kadar hemoglobin tinggi
cenderung diikuti dengan kualitas hidup yang baik, tetapi dalam penelitian ini
tidak terbukti pada pasien PGK stadium 5 dan tidak terdapat hubungan antara
96
Universitas Sumatera Utara
peningkatan kadar Hb dengan pemberian terapi eritropoietin dapat meningkatkan
(komorbit).
tidak mempengaruhi pencapaian kualitas hidup pasien, hal ini disebabkan karena
mempengaruhi kualitas hidup pasien menjadi lebih buruk (Desita, 2010), sehingga
kategori kualitas hidup pasien PGK stadium 5 dominan tergolong buruk yang
faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien PGK adalah umur,
jenis kelamin, etiologi gagal ginjal, cara terapi, status nutrisi dan kondisi
komplikasi (HN + DN), glomerulo nephritis chronic (GNC) dan penyakit ginjal
obstruktif infektif (PGOI). Kondisi komorbid dan komplikasi pasien PGK stadium
pencapaian target hemoglobin dengan kualitas hidup pasien dapat dilihat pada
97
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
kualitas hidup pasien PGK stadium 5, nilai p diperoleh 0,916 (p > 0,05)
kombinasi hemapo dengan eprex dan recormon pada pasien PGK stadium
5 diagnosis komplikasi (HN + DN). Total biaya langsung medis per pasien
98
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran
Quality of Life).
Exel) guna untuk mempermudah dalam pemilihanh terapi obat yang lebih
cost efective.
99
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
100
101
102
Sanders, H.N., Rabb, A.H, dan Bittle, R.N. (1994). Nutritional Implications of
Recombinant Human Erythropoietin Therapy in Renal Disease. J Am
Diet Assoc. 94: 9-1023.
Schulman, K.A., Glick, H. dan Polsky, D. (2000). Pharmacoeconomics:
Economics evaluation of pharmaceuticals. In Strom BL (eds).
Pharmacoepidemiology. John Wileuy. 573-601.
Setiawan, D., (2017). Farmakoekonomi Modeling. UMP Press. Purwokerto.
Halaman. 1-10
Silva, O.M., Oliveira, F., Ascari, R., dan Trinadade L. (2012). The Quality of Life
of The Patients Suffering from Chronic Renal Insufficiency Undergoing
Hemodyalisis. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12817541. Diakses
15 Maret 2017
Sofia, P., Bisri, T., dan Wargahadibrata, A.H. (2005). Effect Neuroprotector
Epoetin Alfa After Brain Trauma: A Histopathology Brain Rats
Study. Anesth Crit Care. 23(3): 203–13.
Stevens LA, Li S, Wang C, et al. (2010). Prevalence of CKD and comorbid illness
in elderly patients in the United States: results from the Kidney Early
Evaluation Program (KEEP). Am J Kidney Dis.(55) : S23-S33.
Suwitra, K. (2014). Penyakit ginjal kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
K SM, Setiati S, Interna Publishing. editors: Buku ajar ilmu penyakit
dalam. 6nd ed. Jakarta: 2159-2165.
Thomas R, Kanso A, Sedor JR. (2008). Chronic kidney disease and its
complications. Prim Care. (35) : 329-344.
103
Ware, J.E. (2000). SF-36 Health Survey Update. Spine. 25(24): 3130-3139.
104
KEMENTERIAN KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN KESEHATAN RM.2.11/IC.Spenelitian/2016
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Nama :
H. ADAM MALIK Tgl.Lahir:
Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Km.12 Kotak Pos 246 No. RM :
Telp. (061) 8364581-8360143-8360051 Fax. 8360255 (Mohon ditempel Label)
MEDAN-20136
LEMBAR PENJELASAN
JUDUL PENELITIAN :
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Eritropoietin Pasien Rawat Jalan Penyakit Ginjal Kronik
Stadium 5 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
INSTANSI/SMF PELAKSANA :
Fakultas Farmasi USU Medan
105
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Lembar penjelasan dan persetujuan pasien
KEMENTERIAN KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN KESEHATAN RM.2.11/IC.Spenelitian/2016
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Nama :
H. ADAM MALIK Tgl.Lahir:
Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Km.12 Kotak Pos 246 No. RM :
Telp. (061) 8364581-8360143-8360051 Fax. 8360255 (Mohon ditempel Label)
MEDAN-20136
LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Nama : …………………………………………………….
Alamat : ……………………………………………………
Bersedia untuk turut serta sebagai subyek dalam penelitian atas nama :
Salmah Handayani Lubis, S.Farm.,Apt.
Dengan judul penelitian : Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Eritropoietin Pasien
Rawat Jalan Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan.
Menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di kemudian hari.
Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan tanpa
paksaan dari pihak manapun.
Medan, Desember 2017
…………………………….
Nama terang
Saksi :
106
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Lembar Penjelasan dan Persetujuan Pasien
KEMENTERIAN KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN KESEHATAN RM.2.11/IC.Spenelitian/2016
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Nama :
H. ADAM MALIK Tgl.Lahir:
Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Km.12 Kotak Pos 246 No. RM :
Telp. (061) 8364581-8360143-8360051 Fax. 8360255 (Mohon ditempel Label)
MEDAN-20136
107
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2 Identitas data responden
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap bagian pernyataan dalam
kuesioner ini.
2. Mohon kesediaan Bapak/Ibu/saudara/i untuk mengisi kuesioner tersebut
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya sesuai dengan petunjuk
pengisian.
3. Semua pernyataan sedapat mungkin diisi dengan jujur dan lengkap.
4. Apabila ada pernyataan yang kurang dimengerti, silahkan meminta
petunjuk kepada peneliti atau peneliti pembantu
5. Atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i diucapkan terima kasih
4. Tingkat Pendidikan :
SMP SMA Akademi PT
5. Rata-rata penghasilan perbulan : < 1 juta, > 1 juta
6. Kapan terakhir dirawat di RS (dengan penyakit gagal ginjal):
a. Jika belum lama, pada bulan apa : ................
b. jika sudah lama, pada tahun berapa : ................
7. Kapan anda memulai terapi hemodialisa (cuci darah) :
bulan....................tahun............
8. Apakah anda sering mengalami keluhan berupa mual, muntah, mudah
lelah dan gatal?
107
Universitas Sumatera Utara
Ya, keluhan yang dirasakan....................................................
Tidak
9. Apakah anda mempunyai riwayat penyakit kronik sebelum dilakukan cuci
darah seperti diabetes mellitus (kencing manis), hipertensi (darah tinggi),
dan atau infeksi/batu pada saluran kencing atau ginjal?
Ya
Tidak
10. Apakah anda pernah atau sedang mengidap penyakit di bawah ini;
Kanker AIDS
tidak salah satu di atas Lain-lain...............................
11. Apakah anda pernah atau sering mengkonsumsi obat penambah darah atau
antihipertensi (darah tinggi) sebelum cuci darah atau selama yang
menjalani cuci darah?
Eritropoietin dan Vitamin penambah darah
Anti hipertensi (penurun tekanan darah)
dll...................
12. Apakah anda merokok : Ya
Tidak
Jika YA maka Responden berada pada tahapan perubahan perilaku ;
Prekontemplasi (gagal dalam usaha berhenti merokok)
Kontemplasi (Ada motivasi untuk berhenti merokok namun tidak
diatur tanggal dimulainya berhenti merokok)
Aksi (perokok merencanakan berhenti merokok dan telah berhenti
kurang dari 1 bulan)
Pemeliharaan (perokok telah berhenti merokok selama 1 bulan)
Terminasi (tidak tergoda untuk merokok dan mampu bertahan
tidak merokok lagi
TERIMA KASIH
108
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Formulir short form healt survey (SF-36)
109
Universitas Sumatera Utara
6 Menaiki anak tangga beberapa lantai
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, cukup terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
7 Menaiki anak tangga satu lantai atau jalan mendaki ± 100 meter
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, cukup terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
8 Membungkuk, berlutut atau jongkok
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, cukup terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
9 Berjalan lebih dari 1 kilometer (±1000 meter)
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, cukup terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
10 Berjalan beberapa ratus meter (±500 meter)
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, cukup terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
11 Berjalan seratus meter
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, cukup terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
12 Mandi dan berpakaian sendiri
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, cukup terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
Selama 1 bulan terakhir, apakah anda mempunyai masalah pada pekerjaan anda
atau aktivitas rutin yang disebabkan oleh kesehatan fisik anda ?
13 Mengurangi waktu dalam melakukan pekerjaan (tetap) atau
aktivitas lain
1. Ya
2. Tidak
14 Tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sempurna
1. Ya
2. Tidak
15 Hanya dapat melakukan pekerjaan/aktivitas tertentu
1. Ya
2. Tidak
16 Sulit melaksanakan pekerjaan/aktivias pokok atau anda
membutuhkan tenaga ekstra untuk melakukan hal tersebut
1. Ya
2. Tidak
Selama 1 bulan terakhir, apakah pekerjaan anda atau aktivitas rutin yang lain
terganggu karena masalah emosional (Seperti stres, depresi atau kecemasan)?
17 Mengurangi waktu dalam melakukan pekerjaan (tetap) atau
aktivitas lain
110
Universitas Sumatera Utara
1. Ya
2. Tidak
18 Tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sempurna
1. Ya
2. Tidak
19 Tidak melakukan pekerjaan rutin atau aktivitas lain secermat
biasanya
1. Ya
2. Tidak
20 Selama 1 bulan terakhir, seberapa besar kesehatan fisik atau
masalah emosional menghalangi aktivitas sosial anda yang
normal bersama keluarga, teman, tetangga atau kelompok
lainnya ?
1. Tidak sama sekali
2. Sedikit
3. Lumayan
4. Agak besar
5. Sangat besar
21 Seberapa besar rasa nyeri pada tubuh yang anda rasakan selama
1 bulan terakhir ini ?
1. Tidak sama sekali
2. Nyeri sangat ringan
3. Nyeri ringan
4. Nyeri sedang
5. Nyeri sekali
6. Luar biasa nyeri
22 Selama 1 bulan terakhir, apakah sering rasa nyeri tersebut
menggangu pekerjaan normal anda (termasuk pekerjaan
didalam dan diluar rumah) ?
1. Tidak sama sekali
2. Sedikit
3. Kadang-kadang
4. Cukup sering
5. Sangat sering
Pertanyaan ini mengenai perasaan anda dan bagaiman pikiran anda selama 1 bulan
terakhir. Sestiap pertanyaan berikanlah 1 jawaban yang mendekati dengan apa
yang anda rasakan 1 bulan terakhir.
23 Apakah anda penuh semangat ?
1. Setiap waktu
2. Sering
3. Kadang-kadang
4. Sekali-sekali
5. Jarang
6. Tidak pernah
24 Apakah anda selalu ragu-ragu dalam menghadapi sesuatu ?
1. Setiap waktu
2. Sering
3. Kadang-kadang
111
Universitas Sumatera Utara
4. Sekali-sekali
5. Jarang
6. Tidak pernah
25 Pernahkah anda merasa begitu tertekan sehingga rasanya tidak
ada yang dapat membahagiakan anda ?
1. Setiap waktu
2. Sering
3. Kadang-kadang
4. Sekali-sekali
5. Jarang
6. Tidak pernah
26 Apakah anda merasa begitu tentram ?
1. Setiap waktu
2. Sering
3. Kadang-kadang
4. Sekali-sekali
5. Jarang
6. Tidak pernah
27 Apakah anda merasa penuh energi ?
1. Setiap waktu
2. Sering
3. Kadang-kadang
4. Sekali-sekali
5. Jarang
6. Tidak pernah
28 Apakah anda merasa kecewa dan sedih ?
1. Setiap waktu
2. Sering
3. Kadang-kadang
4. Sekali-sekali
5. Jarang
6. Tidak pernah
29 Apakah anda merasa letih atau lesu ?
1. Setiap waktu
2. Sering
3. Kadang-kadang
4. Sekali-sekali
5. Jarang
6. Tidak pernah
30 Apakah anda merasa sebagai orang yang bahagia ?
1. Setiap waktu
2. Sering
3. Kadang-kadang
4. Sekali-sekali
5. Jarang
6. Tidak pernah
31 Apakah anda merasa capek ?
1. Setiap waktu
112
Universitas Sumatera Utara
2. Sering
3. Kadang-kadang
4. Sekali-sekali
5. Jarang
6. Tidak pernah
32 Selama 1 bulan terakhir, seberapa lama kesehatan fisik atau
masalah emosi yang mengganggu aktivitas sosial anda (seperti
mengunjungi teman, saudara dan yang lainnya)?
1. Selalu
2. Sering sekali
3. Kadang-kadang
4. Sekali-sekali
5. Tidak pernah
Menurut anda seberapa besar pernyataan dibawah ini yang sesuai dengan anda?
Jika sesuai seberapa benar, jika tidak sesuai seberapa salah.
33 Saya kelihatan lebih mudah sakit dibanding orang lain
1. Sangat benar
2. Benar
3. Tidak tahu
4. Salah
5. Sangat salah
34 Saya merasa sama sehatnya seperti orang lain yang saya kenal.
1. Sangat benar
2. Benar
3. Tidak tahu
4. Salah
5. Sangat salah
35 Saya merasa kesehatan saya akan memburuk
1. Sangat benar
2. Benar
3. Tidak tahu
4. Salah
5. Sangat salah
36 Kesehatan saya baik luar biasa
1. Sangat benar
2. Benar
3. Tidak tahu
4. Salah
5. Sangat salah
TERIMA KASIH
113
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4 Surat keterangan kelayakan etik
114
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5 Surat Izin penelitian dari Fakultas Farmasi USU
115
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6 Surat izin melakukan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan
116
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Surat izin penelitian dari Litbang kepada Instalasi Rekam Medis
117
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8 Surat izin penelitian dari Litbang kepada Intalasi Hemodialisa
118
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9 Surat izin penelitian dari Litbang kepada Direktur Keuangan
Direktur Keuangan
119
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10 Surat izin penelitian dari Litbang kepada Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS)
Ka. Instalasi S I R S
120
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11 Surat keterangan selesai penelitian di RSUP H. Adam Malik
121
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12 Uji statistik chi square karakterisik pasien
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Usia 88 19 72 48.74 14.088
Valid N (listwise) 88
122
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12 Uji statistik chi square karakterisik pasien
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 20.189a 20 .446
Likelihood Ratio 22.823 20 .298
Linear-by-Linear
3.384 1 .066
Association
N of Valid Cases 88
a. 24 cells (80.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .11.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 57.879a 40 .033
Likelihood Ratio 43.788 40 .314
Linear-by-Linear
6.553 1 .010
Association
N of Valid Cases 88
a. 49 cells (90.7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .05.
123
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13 Hubungan nilai hemoglobin dengan diagnosis pasien
Crosstab
Count
Nilai_Hb
Diagnosis DN 7 10 17
GNC 5 15 20
HN 10 28 38
HN+DN 1 3 4
PGOI 3 6 9
Total 28 60 88
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
N of Valid Cases 88
124
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14 Hubungan nilai kualitas hidup (QoL) dengan diagnosis pasien
Count
QoL
Diagnosis DN 0 0 5 12 17
GNC 1 2 8 9 20
HN 1 1 4 32 38
HN+DN 0 0 0 4 4
PGOI 2 0 1 6 9
Total 4 3 18 63 88
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
N of Valid Cases 88
125
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15 Deskriptif statistik nilai Hb dan kualitas hidup (QoL)
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Valid N
88
(listwise)
126
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16 Korelasi hemoglobin dengan kualitas hidup
Correlations
Hb QoL
Hb Pearson Correlation
1 .048
N 88 88
N 88 88
127
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17 Gambaran status pasien rawat jalan PGK stadium 5
Jenis Umur
No Inisial kelamin (tahun) Pendidikan Pekerjaan Diagnosis
1 AAS L 26 SLTA Mahasiswa HN
2 AS L 53 Diploma PNS PGOI
3 A L 41 SLTP Petani/Buruh GNC
4 BT L 38 SLTA Wiraswasta GNC
5 BSM L 43 Sarjana Wiraswasta GNC
6 B L 63 SLTP Pegawai HN
swasta
7 DB L 48 SLTA Wiraswasta HN
8 DBT P 30 SLTA Ibu Rumah HN
Tangga
9 DME L 62 Sarjana PNS HN+DN
10 ES L 59 SLTA Wiraswasta HN
11 EST P 68 SLTP IRT HN+DN
12 ECIS L 55 Sarjana PNS DN
13 FHR P 60 SLTA IRT DN
14 FHS P 35 Sarjana PNS PGOI
15 GM P 44 Sarjana IRT PGOI
16 HAH L 60 SLTA Wiraswasta HN
17 HB P 44 SLTA Wiraswasta HN
18 HBS P 33 Sarjana PNS GNC
19 JK L 48 Sarjana Wiraswasta HN
20 JP L 66 SD Petani/Buruh HN
21 JT L 59 SLTA Pegawai HN
swasta
22 KS P 66 SLTP Petani/Buruh HN
23 KT L 72 SD Petani/Buruh HN
24 LBD P 60 SD Wiraswasta DN
25 LS P 58 SLTA PNS DN
26 LP P 57 SLTA IRT DN
27 LPS L 23 SLTA Mahasiswa HN
28 LSH L 62 SLTA Pensiun PGOI
29 MY P 69 SLTP IRT DN
30 MGIR L 49 SLTA Petani/Buruh DN
31 M P 57 SD IRT GNC
32 MM L 53 Sarjana PNS HN
33 MT L 50 SLTA Wiraswasta DN
34 MYO L 50 SLTA Wiraswasta GNC
35 RMS L 56 SLTA Wiraswasta HN
36 RT L 63 Sarjana PNS HN
128
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17 Gambaran status pasien rawat jalan PGK stadium 5
129
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17 Gambaran status pasien rawat jalan PGK stadium 5
75 PP L 61 SLTA Pensiun DN
76 P L 47 SLTP Pegawai GNC
swasta
77 SPIN L 60 SLTA Petani/Buruh PGOI
78 SS P 48 SD IRT DN
79 D P 65 SD IRT HN
80 HS P 50 SLTA PNS HN
81 J L 53 SLTA Pegawai HN
swasta
82 PG P 48 SLTA Petani/Buruh HN
83 ROS P 69 SD IRT PGOI
84 S L 57 SD Pegawai HN
swasta
85 SA L 60 SLTA Pegawai HN
Swasta
86 UKM P 56 SLTA IRT HN
87 AF L 28 SLTP Wiraswasta DN
88 HST L 25 SLTA Mahasiswa GNC
130
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18 Skoring kualitas hidup pasien PGK stadium 5 berdasarkan skala dan dimensi kesehatan
131
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18 Skoring Kualitas Hidup Pasien PGK Stadium 5 Berdasarkan Skala dan Dimensi Kesehatan
132
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18 Skoring kualitas hidup pasien PGK stadium 5 berdasarkan skala dan dimensi kesehatan
133
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18 Skoring kualitas hidup pasien PGK stadium 5 berdasarkan skala dan dimensi kesehatan
134
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18 Skoring kualitas hidup pasien PGK stadium 5 berdasarkan skala dan dimensi kesehatan
135
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19 Penilaian kualitas hidup pasien PGK stadium 5 berdasarkan skala dan dimensi kesehatan
No Inisial JK Fungsi Keterbatasan akibat Emosional Energi Kesejahteraan Fungsi Rasa Kesehatan Peralihan
Fisik masalah fisik sosial nyeri umum kesehatan
1 AF L 4 1 3 3 4 3 2 4 1
2 AAS L 3 4 4 3 4 4 1 4 1
3 AS L 1 1 3 1 1 2 1 4 1
4 A L 3 4 4 4 4 2 3 3 1
5 AG P 2 4 4 3 3 3 4 4 1
6 AAP L 1 1 3 3 4 4 1 4 4
7 BT L 2 1 1 2 3 3 2 4 1
8 BSM L 3 1 1 3 4 4 1 4 1
9 B L 4 4 4 4 4 3 4 4 1
10 D P 4 4 4 4 4 4 3 4 1
11 DT L 3 4 4 4 4 3 4 4 1
12 DB L 3 4 4 4 4 2 3 4 1
13 DBT P 3 1 1 1 3 1 1 4 1
14 DME L 3 4 4 4 4 2 4 4 1
15 ES L 3 1 1 3 3 1 1 4 1
16 EST P 4 4 4 4 4 4 4 4 1
17 ECIS L 3 4 3 4 4 3 4 4 1
18 EBG P 4 4 4 4 4 4 4 4 1
19 EYS L 4 4 4 4 4 4 4 4 1
20 FA L 4 4 4 4 4 4 4 4 1
21 FSS L 3 4 4 3 4 2 4 4 1
22 FHR P 4 4 4 4 4 4 4 4 1
136
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19 Penilaian kualitas hidup pasien PGK stadium 5 berdasarkan skala dan dimensi kesehatan
Keterbatasan
No Inisial JK Fungsi akibat Emosional Energi Kesejahteraan Fungsi Rasa Kesehatan Peralihan
Fisik masalah fisik sosial nyeri umum kesehatan
23 FHS P 2 1 1 1 1 1 1 4 1
24 GM P 4 4 4 4 3 4 4 4 2
25 HAH L 3 4 4 4 4 3 4 4 1
26 H P 4 4 4 4 4 4 3 4 2
27 HP L 3 1 3 4 4 4 3 4 1
28 HB P 3 4 4 4 4 4 4 4 1
29 HBS P 3 4 4 4 4 3 4 4 1
30 HS P 3 4 4 3 4 2 4 4 1
31 HST L 1 1 1 3 3 4 1 4 1
32 JK L 3 2 3 4 4 2 4 4 1
33 JP L 3 4 3 4 3 2 1 4 1
34 J L 3 2 1 4 3 2 3 4 2
35 JT L 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36 KBS P 4 4 4 3 4 4 4 4 1
37 KS P 4 4 4 4 4 4 4 4 1
38 KT L 3 4 4 3 4 4 4 4 1
39 LG P 3 1 1 4 4 2 3 4 1
40 LBD P 4 4 4 4 4 4 4 4 1
41 LS P 4 4 4 4 4 4 4 4 2
42 LP P 4 4 4 4 4 4 4 4 1
137
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19 Penilaian kualitas hidup pasien PGK stadium 5 berdasarkan skala dan dimensi kesehatan
138
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19 Penilaian kualitas hidup pasien PGK stadium 5 berdasarkan skala dan dimensi kesehatan
No Inisial JK Fungsi Keterbatasan akibat Emosional Energi Kesejahteraan Fungsi Rasa Kesehatan Peralihan
Fisik masalah fisik sosial nyeri umum kesehatan
63 RSP L 3 4 3 3 4 3 1 4 1
64 ROS P 4 4 4 4 4 4 4 4 2
65 ROSS P 4 4 4 1 3 3 3 4 1
66 ROYS L 4 4 4 4 4 2 4 4 1
67 RTG L 3 4 3 3 4 4 3 4 1
68 RH L 2 2 4 4 4 3 2 4 1
69 SH P 4 4 4 4 4 4 3 4 4
70 SPIN L 4 4 4 4 4 3 4 4 1
71 SARL P 3 1 3 2 1 2 1 4 1
72 SS P 4 4 4 4 4 2 4 4 1
73 S L 3 4 4 2 4 4 4 4 1
74 SOS L 2 1 1 1 2 2 2 3 1
75 SL L 4 4 4 3 4 4 4 4 1
76 SSS P 4 4 4 3 4 4 3 4 2
77 SW P 4 4 4 4 4 4 4 4 2
78 SKL P 1 1 1 1 3 1 1 3 1
79 SY P 4 4 4 4 4 3 3 4 1
80 SO L 4 4 4 4 4 4 4 4 1
81 SG L 3 4 4 3 4 4 4 4 1
139
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19 Penilaian kualitas hidup pasien PGK stadium 5 berdasarkan skala dan dimensi kesehatan
No Inisial JK Fungsi Keterbatasan akibat Emosional Energi Kesejahteraan Fungsi Rasa Kesehatan Peralihan
Fisik masalah fisik sosial nyeri umum kesehatan
82 SA L 4 4 4 3 4 3 4 4 2
83 TR P 4 2 4 3 4 2 4 4 1
84 TJ P 4 4 4 4 4 4 4 4 2
85 U P 3 1 1 3 3 3 1 4 1
86 UIN L 4 4 4 4 4 4 4 4 2
87 UKM P 1 1 1 1 3 1 1 3 1
88 YP L 1 1 1 1 3 3 1 4 1
140
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19 Penilaian kualitas hidup pasien PGK stadium 5 berdasarkan skala dan dimensi kesehatan
141
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 20 Perhitungan total biaya honor dokter
Honor Total biaya Total biaya
Diagnosis Model Terapi EPO (n) dokter honor honor
(Rp) dokter (Rp) dokter (Rp)
142
Universitas Sumatera Utara
143
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 21 Perhitungan biaya jasa sarana hemodialisis
Jumlah Jasa sarana
Model Terapi subjek kunjung HD Total biaya Total biaya
Diagnosis
EPO (n) an HD (Rp) HD (Rp) HD
(Rp)
25
Hemapo 28 385.000 269.500.000
25
Recormon 1 385.000 9.625.000
25
Eprex 1 385.000 9.625.000
HN Hemapo +
25 365.750.000
Eprex 3 385.000 28.875.000
Hemapo +
25
Recormon 2 385.000 19.250.000
Hemapo +
Eprex + 25
Recormon 3 385.000 28.875.000
25
Hemapo 8 385.000 77.000.000
25
Recormon 1 385.000 9.625.000
DN
Hemapo + 163.625.000
25
Eprex 4 385.000 38.500.000
Hemapo +
25
Recormon 4 385.000 38.500.000
25
Hemapo 2 385.000 19.250.000
Hemapo +
HN + DN 25 38.500.000
Eprex 1 385.000 9.625.000
Hemapo + 1 25
Recormon 385.000 9.625.000
25
Hemapo 9 385.000 86.625.000
25
Recormon 1 385.000 9.625.000
GNC 25
Eprex 1 385.000 9.625.000 192.500.000
Hemapo +
25
Eprex 2 385.000 19.250.000
Hemapo +
25
Recormon 7 385.000 67.375.000
25
Hemapo 5 385.000 48.125.000
Hemapo +
PGOI 25
Eprex 2 385.000 19.250.000 86.625.000
Hemapo +
25
Recormon 2 385.000 19.250.000
Total biaya jasa sarana hemodialisis 847.000.000
143
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22 Perhitungan biaya pemeriksaan laboratorium
144
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. Perhitungan biaya pemeriksaan laboratorium
(1) x (3) x (3) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (6) x
Hemapo 9 26.000 29.000 59.000 201.000 26.000 26.000 26.000 31.000 73.000 73.000 29.000 920.000 8.280.000
(1) x (3) x (3) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (6) x
GNC
Recormon 1 26.000 29.000 59.000 201.000 26.000 26.000 26.000 31.000 73.000 73.000 29.000 920.000 920.000
(1) x (3) x (3) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (6) x
Eprex 1 26.000 29.000 59.000 201.000 26.000 26.000 26.000 31.000 73.000 73.000 29.000 920.000 920.000 18.400.000
Hemapo + (1) x (3) x (3) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (6) x
Eprex 2 26.000 29.000 59.000 201.000 26.000 26.000 26.000 31.000 73.000 73.000 29.000 920.000 1.840.000
Hemapo + (1) x (3) x (3) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (6) x
Recormon 7 26.000 29.000 59.000 201.000 26.000 26.000 26.000 31.000 73.000 73.000 29.000 920.000 6.440.000
(1) x (3) x (3) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (6) x
Hemapo 5 26.000 29.000 59.000 201.000 26.000 26.000 26.000 31.000 73.000 73.000 29.000 920.000 4.600.000
PGOI Hemapo + (1) x (3) x (3) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (6) x
Eprex 2 26.000 29.000 59.000 201.000 26.000 26.000 26.000 31.000 73.000 73.000 29.000 920.000 1.840.000 8.280.000
Hemapo + (1) x (3) x (3) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (1) x (6) x
Recormon 2 26.000 29.000 59.000 201.000 26.000 26.000 26.000 31.000 73.000 73.000 29.000 920.000 1.840.000
145
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 23 Perhitungan biaya transfusi darah (Packed Red Cells)
Subjek PRC/ Harga Total harga
Diag Model terapi
(n) kantong PRC PRC
nosis EPO
darah (bag) (Rp) (Rp)
Hemapo 7
15 270.000 4.050.000
Hemapo 0 0 270.000 -
Recormon 0 0 270.000 -
DN
Hemapo + Eprex 1 4 270.000 1.080.000
Hemapo +
Recormon 2 5 270.000 1.350.000
Hemapo 0 0 270.000 -
HN +
DN Hemapo + Eprex 0 0 270.000 -
Hemapo +
Recormon 0 0 270.000 -
Hemapo 2
4 270.000 1.080.000
Eprex 0 0 270.000 -
GNC
Recormon 0 0 270.000 -
146
Universitas Sumatera Utara
147
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 24 Perhitungan biaya penggunaan eritropoietin berdasarkan diagnosis dan kelompok terapi
Eprex 1 - 15 - - 1.871.100 -
1 HN
Hemapo + Eprex 3 17 46 - 2.997.729 5.738.040 - 94.513.671
147
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 24 Perhitungan biaya penggunaan eritropoietin berdasarkan diagnosis dan kelompok terapi
Hemapo 2 23 - 4.055.751 - -
\3 HN + DN
Hemapo + Eprex 1 2 11 - 352.674 1.372.140 -
8.726.697
Hemapo + Recormon 1 16 1 - 2.821.392 124.740 -
Total biaya penggunaan eritropoietin diagnosis HN + DN
7.229.817 1.496.880 -
Hemapo 5 71 - - 12.519.927 - -
5 PGOI
Hemapo + Eprex 2 12 23 - 2.116.044 2.869.020 -
25.140.402
Hemapo + Recormon 2 13 - 33 2.292.381 - 5.343.030
Total biaya penggunaan eritropoietin diagnosis PGOI
16.928.352 2.869.020 5.343.030
148
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 25 Perhitungan penggunaan eritropoietin dan pencapaian target Hb
dialisis (10,0 – 12,0 g/dl) berdasarkan diagnosis dan kelompok
terapi
Jumlah Hb
No Inisial EPO (g/dl) Total pemakaian
Model terapi EPO (Syringe) EPO (syringe)
1 AAS Hemapo 21 8
2 B Hemapo 21 6,8
3 DB Hemapo 21 8
4 DBT Hemapo 20 7,4
5 ES Hemapo 2 12,2
6 EBG Hemapo 21 9,2
7 HAH Hemapo 18 9,4
8 HB Hemapo 16 9,8
9 JK Hemapo 4 [11,5]
10 RMS Hemapo 12 8,3
11 RT Hemapo 7 [10]
12 ROYS Hemapo 19 7,7
13 RTG Hemapo 6 [11,1]
14 KS Hemapo 5 [10,6]
15 HS Hemapo 8 8,6 Hemapo (394)
16 KT Hemapo 21 [10,2]
17 MM Hemapo 11 7,5
18 J Hemapo 6 6,6
19 JP Hemapo 14 [10]
20 LPS Hemapo 20 8,7
21 SARL Hemapo 15 [10]
22 SW Hemapo 22 7,9
23 SY Hemapo 22 8,2
24 SD Hemapo 15 [10,2]
25 SG Hemapo 7 [10,8]
26 TR Hemapo 17 9,9
27 TK Hemapo 16 9,3
28 JT Hemapo 7 9,7
29 D Recormon 19 6,8 Recormon (19)
30 PLL Eprex 15 9,3 Eperex (15)
31 AAP Hemapo + Eprex 2 + 20 9,3
Hemapo (17) + Eprex
32 DT Hemapo + Eprex 2 + 16 8,7
(46)
33 EYS Hemapo + Eprex 7+5 9,8
149
Universitas Sumatera Utara
a. Diagnosis hypertension nephropathy (HN)
Jumlah Hb
No Inisial Model terapi EPO EPO (g/dl) Total pemakaian EPO
(Syringe) (syringe)
150
Universitas Sumatera Utara
c. Diagnosis hypertension nephropathy (HN) + diabetic nephropathy (DN)
Model Hb
Inisial terapi EPO Jumlah EPO (g/dl)
No (Syringe) Total pemakain EPO
1 DME Hemapo 5 [11,8]
Hemapo (23)
2 EST Hemapo 18 9
Hemapo + Hemapo (2) + Eprex
3 SL Eprex 2 +11 7,6 (11)
Hemapo + Hemapo (16) +
4 SSS Recormon 16 + 1 9 Recormon (1)
151
Universitas Sumatera Utara
e. Diagnosis penyakit ginjal obstruktif infektif (PGOI)
Keterangan :
[ ] = Nilai Hb dialisis tercapai (10,0 – 12,0 g/dl)
152
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 26 Perhitungan jumlah obat dan biaya obat simtomatik PGK stadium 5
berdasarkan diagnosis dan kelompok terapi eritropoietin
26.1 Perhitungan jumlah obat dan biaya obat simtomatik diagnosis hypertension
nephropathy (HN).
a. Kelompok terapi Hemapo
153
Universitas Sumatera Utara
a. Kelompok terapi Hemapo
154
Universitas Sumatera Utara
b. Kelompok terapi Recormon
155
Universitas Sumatera Utara
d. Kelompok terapi (Hemapo + Eprex)
Harga Jumlah
obat per Obat Total
No Nama obat unit Satuan (unit) harga obat
(Rp) (Rp)
1 Amlodipin 10 mg 214 tablet 77 16.478
2 Amlodipin 5 mg 113 tablet 63 7.119
3 Asam askorbat 50 mg 140 tablet 14 1.960
4 Asam mefenamat 500 mg 160 tablet 7 1.120
5 Asam tranexamat 500 mg 1.358 tablet 9 12.222
6 Calsium laktat 500 mg 121 tablet 42 5.082
7 Deksametason injeksi 2.108 ampul 2 4.216
8 Doksisiklin 100 mg 365 tablet 7 2.555
9 Domperidon 10 mg 121 tablet 16 1.936
10 Hemafort 1.069 tablet 70 74.830
11 ISDN 5 mg 119 tablet 7 833
12 Kalsitrol (D3)-Osteocal 0,25mcg 2.295 tablet 91 208.845
156
Universitas Sumatera Utara
e. Kelompok terapi (Hemapo + Recormon)
157
Universitas Sumatera Utara
26.2 Perhitungan jumlah obat dan biaya obat simtomatik diagnosis diabetic
nephrophaty (DN)
a. Kelompok terapi Hemapo
Jumlah
Harga Obat
No Nama obat obat per Satuan (unit) Total harga
unit (Rp) obat (Rp)
1 Amlodipin 10 mg 214 tablet 392 83.888
2 Amlodipin 5 mg 113 tablet 441 49.833
3 Antasida DOEN susp 60 ml 2.643 botol 5 13.215
4 Asam asetil salisilat 80 mg 120 tablet 21 2.520
5 Asam askorbat 50 mg 140 tablet 9 1.260
6 Asam tranexamat 500 mg 1.358 tablet 9 12.222
7 Atenolol 50 mg - Fenormin 422 tablet 14 5.908
8 Bisoprolol 5 mg 346 tablet 77 26.642
9 Calsium laktat 500 mg 121 tablet 112 13.552
10 Captopril 50 mg 168 tablet 7 1.176
11 Deksametason injeksi 2.108 ampul 4 8.432
12 Domperidon 10 mg 121 tablet 46 5.566
13 Hemafort 1.069 tablet 303 323.907
14 ISDN 5 mg 119 tablet 27 3.213
Kalsitrol (D3)-Osteocal 0,25
15 mcg 2.295 tablet 392 899.640
16 Klobazam 10 mg 1.301 tablet 35 45.535
Larutan asam amino -
17 KIDMIN 63.002 botol 3 189.006
18 Larutan asam amino - EAS 66.780 botol 1 66.780
19 Loratadin 10 mg 160 tablet 5 800
20 Lovenox 0,4 ml 117.500 syringe 9 1.057.500
21 Metil prednisolon 4 mg 281 tablet 18 5.058
22 Metoklopramide 5 mg 153 tablet 16 2.448
23 Natrium diklofenak 50 mg 279 tablet 15 4.185
Nipedipin 30 mg - Adalat
7
24 oros 4.666 tablet 32.662
25 Nefrofer injeksi 53.760 ampul 9 483.840
26 Omeprazol 20 mg 768 tablet 237 182.016
27 Parasetamol 500 mg 66 tablet 546 36.036
28 Setrizin 10 mg 123 tablet 57 7.011
29 Sukralfat 100 ml susp 11.250 botol 4 45.000
30 Sukralfat 500 mg-Ulsidex 379 tablet 17 6.443
31 Valsartan 80 mg - Diovan 2.048 tablet 437 894.976
158
Universitas Sumatera Utara
a. Kelompok terapi Hemapo
47
32 Valsartan 160 mg - Diovan 3.200 tablet 150.400
Total biaya obat simptomatik diagnosis DN,
kelompok terapi Hemapo 4.660.670
159
Universitas Sumatera Utara
b. Kelompok terapi Recormon
160
Universitas Sumatera Utara
7
19 Metoklopramide 5 mg 153 tablet 1.071
Natrium diklofenak 25
7
20 mg 201 tablet 1.407
Natrium diklofenak 50
11
21 mg 279 tablet 3.069
Nipedipin 30 mg -
77
22 Adalat oros 4.666 tablet 359.282
6
23 Novorapid flex pen 109.620 pen 657.720
70
24 Omeprazol 20 mg 768 tablet 53.760
252
25 Parasetamol 500 mg 66 tablet 16.632
46
26 Setrizin 10 mg 123 tablet 5.658
1
27 Sukralfat 100 ml susp 11.250 botol 11.250
Sukralfat 500 mg-
7
28 Ulsidex 379 tablet 2.653
7
29 Telmisartan 40 mg 4.288 tablet 30.016
Valsartan 80 mg -
175
30 Diovan 2.048 tablet 358.400
Valsartan 160 mg -
78
31 Diovan 3.200 tablet 249.600
Total biaya obat simptomatik diagnosis DN,
kelompok terapi (Hemapo + Eprex) 4.606.777
161
Universitas Sumatera Utara
d. Kelompok terapi (Hemapo + Recormon)
162
Universitas Sumatera Utara
d. Kelompok terapi (Hemapo + Recormon)
Valsartan 160 mg -
30 Diovan 3.200 tablet 38 121.600
Total biaya obat simptomatik diagnosis DN, kelompok terapi
(Hemapo + Recormon) 2.395.991
26.3 Perhitungan jumlah obat dan biaya obat simtomatik PGK stadium 5
diagnosis hypertension nephropathy (HN) dan diabetic nephrophaty (DN)
163
Universitas Sumatera Utara
Valsartan 80 mg -
25 Diovan 2.048 tablet 28 57.344
Valsartan 160 mg -
26 Diovan 3.200 tablet 8 25.600
Total biaya obat simptomatik diagnosis (HN + DN),
kelompok terapi Hemapo 968.589
164
Universitas Sumatera Utara
c. Kelompok terapi (Hemapo + Recormon)
26.4 Perhitungan jumlah obat dan biaya obat simtomatik PGK stadium 5
diagnosis glomerulo nephritis chronic (GNC)
a. Kelompok terapi Hemapo
Harga
obat per Jumlah
Nama obat unit Satuan Obat Total harga
No (Rp) (unit) obat (Rp)
1 Allupurinol 300 mg 269 tablet 7 1.883
2 Amlodipin 10 mg 214 tablet 476 101.864
3 Amlodipin 5 mg 113 tablet 338 38.194
Antasida DOEN susp 60
4 ml 2.643 botol 7 18.501
5 Asam mefenamat 500 mg 160 tablet 35 5.600
6 Asam tranexamat 500 mg 1.358 tablet 37 50.246
7 Bisoprolol 2,5 mg 597 tablet 56 33.432
8 Bisoprolol 5 mg 346 tablet 126 43.596
9 Calsium laktat 500 mg 121 tablet 126 15.246
11 Captopril 50 mg 168 tablet 79 13.272
12 Deksametason injeksi 2.108 ampul 15 31.620
13 Domperidon 10 mg 121 tablet 52 6.292
165
Universitas Sumatera Utara
a. Kelompok terapi Hemapo
166
Universitas Sumatera Utara
a. Kelompok terapi Recormon
6 Bisoprolol 5 mg 346 tablet 7 2.422
7 Calsium laktat 500 mg 121 tablet 28 3.388
8 Domperidon 10 mg 121 tablet 7 847
9 Deksametason injeksi 2.108 ampul 2 4.216
10 Hemafort 1.069 tablet 21 22.449
Kalsitrol (D3)-Osteocal
11 0,25 mcg 2.295 tablet 28 64.260
12 Klobazam 10 mg 1.301 tablet 7 9.107
13 Laxadin sirup 9.856 botol 2 19.712
14 Levofloxacin 500 mg 632 tablet 7 4.424
15 Metoklopramide 5 mg 153 tablet 7 1.071
16 Nefrofer injeksi 53.760 ampul 1 53.760
17 Omeprazol 20 mg 768 tablet 28 21.504
18 Parasetamol 500 mg 66 tablet 70 4.620
19 Siprofloksasin 500 mg 409 tablet 10 4.090
20 Setrizin 10 mg 123 tablet 6 738
Valsartan 80 mg -
21 Diovan 2.048 tablet 56 114.688
Valsartan 160 mg -
22 Diovan 3.200 tablet 14 44.800
Total biaya obat simptomatik diagnosis GNC,
kelompok terapi Recormon 410.992
167
Universitas Sumatera Utara
c. Kelompok terapi Eprex
11 Omeprazol 20 mg 768 tablet 28 21.504
12 Parasetamol 500 mg 66 tablet 63 4.158
13 Setrizin 10 mg 123 tablet 8 984
14 Sukralfat 100 ml susp 11.250 botol 1 11.250
Valsartan 160 mg -
15 Diovan 3.200 tablet 77 246.400
Total biaya obat simptomatik diagnosis GNC,
kelompok terapi Eprex 840.084
168
Universitas Sumatera Utara
c. kelompok terapi (Hemapo + Eprex)
Valsartan 160 mg -
24 Diovan 3.200 tablet 18 57.600
Total biaya obat simptomatik diagnosis GNC,
kelompok terapi (Hemapo + Eprex) 2.406.962
169
Universitas Sumatera Utara
d. Kelompok terapi (Hemapo + Recormon)
Nipedipin 30 mg -
26 Adalat oros 4.666 tablet 14 65.324
27 Nefrofer injeksi 53.760 ampul 1 53.760
28 Omeprazol 20 mg 768 tablet 196 150.528
29 Parasetamol 500 mg 66 tablet 469 30.954
30 Setrizin 10 mg 123 tablet 82 10.086
31 Siprofloksasin 500 mg 409 tablet 12 4.908
32 Sukralfat 100 ml susp 11.250 botol 5 56.250
Sukralfat 500 mg-
33 Ulsidex 379 tablet 14 5.306
Valsartan 80 mg -
34 Diovan 2.048 tablet 441 903.168
Valsartan 160 mg –
35 Diovan 3.200 tablet 57 182.400
Total biaya obat simptomatik diagnosis GNC,
kelompok terapi (Hemapo + Recormon) 3.606.462
26.5 Perhitungan jumlah obat dan biaya obat simtomatik PGK stadium 5
diagnosis penyakit ginjal obstruktif infectif (PGOI)
a. Kelompok terapi Hemapo
Harga
obat per Jumlah Total
No Nama obat unit Satuan Obat harga
(Rp) (unit) obat (Rp)
1 Amlodipin 10 mg 214 tablet 322 68.908
2 Amlodipin 5 mg 113 tablet 252 28.476
3 Antasida DOEN susp 60 ml 2.643 botol 5 13.215
4 Asam askorbat 50 mg 140 tablet 14 1.960
5 Asam mefenamat 500 mg 160 tablet 35 5.600
6 Asam tranexamat 500 mg 1.358 tablet 9 12.222
7 Atenolol - Fenormin 50 mg 422 tablet 436 183.992
8 Bisoprolol 5 mg 346 tablet 14 4.844
9 Calsium laktat 500 mg 121 tablet 70 8.470
10 Captopril 25 mg 103 tablet 14 1.442
11 Captopril 50 mg 168 tablet 4 672
12 Deksametason injeksi 2.108 ampul 9 18.972
13 Domperidon 10 mg 121 tablet 21 2.541
14 Hemafort 1.069 tablet 246 262.974
15 ISDN 5 mg 119 tablet 71 8.449
Kalsitrol (D3)-Osteocal 0,25
16 mcg 2.295 tablet 154 353.430
170
Universitas Sumatera Utara
b. Kelompok terapi Hemapo
171
Universitas Sumatera Utara
b. Kelompok terapi (Hemapo + Eprex)
172
Universitas Sumatera Utara
c. Kelompok terapi (Hemapo + Recormon)
Valsartan 80 mg –
21 Diovan 2.048 tablet 77 157.696
Valsartan 160 mg -
22 Diovan 3.200 tablet 18 57.600
173
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 27 Perhitungan total biaya langsung medis pasien PGK stadium 5 berdasarkan diagnosis dan kelompok terapi eritropoietin
Biaya
Total Total harga langsung
Model Terapi
Diagnosis subjek Total biaya Total biaya biaya Total biaya Total harga EPO (Rp) obat Total biaya medis
EPO
honor dokter simtomatik langsung per pasien
(n) (Rp) HD (Rp) Lab (Rp) PRC (Rp) Hemapo Eprex Recormon (Rp) medis (Rp) (Rp)
25.760.00
Hemapo 28 115.500.000 269.500.000 0 4.050.000 69.476.778 - - 12.969.573 497.256.351 17.759.155
Hemapo + Eprex 3 12.375.000 28.875.000 2.760.000 - 2.997.729 5.738.040 - 2.910.149 55.655.918 18.551.973
Hemapo +
Recormon 2 8.250.000 19.250.000 1.840.000 540.000 705.348 - 4.209.660 628.264 35.423.272 17.711.636
Hemapo + Eprex
+ Recormon 3 12.375.000 28.875.000 2.760.000 - 3.174.066 997.920 2.266.740 1.099.374 51.548.100 17.182.700
174
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 27 Perhitungan total biaya langsung medis pasien PGK stadium 5 berdasarkan diagnosis dan kelompok terapi eritropoietin
Biaya
Total harga langsung
Diagnosis Model Terapi EPO subjek Total biaya Total biaya Total biaya Total biaya Total harga EPO (Rp) obat Total biaya medis
honor simtomatik langsung per pasien
(n) dokter (Rp) HD (Rp) Lab (Rp) PRC (Rp) Hemapo Eprex Recormon (Rp) medis (Rp) (Rp)
Hemapo + Eprex 2 8.250.000 19.250.000 1.840.000 540.000 881.685 3.243.240 - 2.406.962 36.411.887 18.205.944
Hemapo +
Recormon 7 28.875.000 67.375.000 6.440.000 - 17.104.689 - 3.723.930 3.606.462 127.125.081 18.160.726
175
Universitas Sumatera Utara