Anda di halaman 1dari 6

Tutorial Farmakoterapi Terapan

Bu Tita
KASUS PENYAKIT KULIT (ACNE VULGARIS)
Nn TS berusia 14 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin dengan keluhan utama jerawat dan bercak
kemerahan di seluruh wajah sejak 5 hari sebelumnya. Anamnesis didapatkan bahwa pasien mulai berjerawat hilang
timbul sejak dua tahun sebelumnya. Jerawat bermula dari komedo yang secara perlahan menjadi bintik merah dan
kadang bernanah. Jerawat semakin bertambah banyak menjelang menstruasi. Dalam dua bulan terakhir, pasien
mengatakan bahwa jerawat lebih banyak yang bernanah dan terasa nyeri.
Menstruasi pertama terjadi ketika berusia 13 tahun. Siklus menstruasi seringkali tidak teratur, kadang 2 bulan
sekali. Di samping itu terjadi penipisan dan kerontokan rambut terutama di bagian samping kepala, sedangkan di
lengan dan tungkai terdapat pertumbuhan rambut yang berlebihan, namun tidak pada area janggut, dada, ataupun
ketiak.
Pasien telah berobat ke dokter umum, diobati dengan siprofloksasin serta krim kombinasi betametason valerat dan
neomisin sulfat, yang keduanya digunakan dua kali per hari. Setelah penggunaan kedua obat tersebut, muncul
bercak kemerahan yang gatal di seluruh wajah disertai jerawat semakin parah. Oleh karena adanya bercak
kemerahan tersebut, ibu pasien menganjurkan pasien mengoleskan salep 2-4 dua kali per hari.
Namun demikian, jerawat bernanah dan nyeri serta bercak kemerahan semakin parah. Riwayat penggunaan krim
kombinasi betametason valerat dan neomisin sulfat sebelumnya disangkal dan tidak diketahui adanya riwayat alergi
terhadap komponen krim tersebut.
Pemeriksaan dermatologi menunjukkan adanya 80 lesi komedo, 50 lesi pustul, dan 6 lesi nodulokistik dengan
jumlah lesi total 136 lesi. Selain itu terdapat pula plak eritematosa dengan batas tegas. Beberapa lesi pustul pecah
mengeluarkan nanah dan sebagian mengering menjadi krusta tebal berwarna kekuningan. Oleh karena terdapat
tanda hiperandrogenisme pada pasien, maka dilakukan pemeriksaan ginekologis dan laboratorium.
Pemeriksaan ultrasonografi di bagian Obstetri dan Ginekologi menunjukkan bentuk dan ukuran uterus normal dan
tidak didapatkan massa pada adneksa. Pasien didiagnosis sebagai amenorea sekunder. Pemeriksaan hormon
testosteron total menunjukkan masih dalam batas normal (0,20 ng/mL)

Terminologi terbagi menjadi beberapa jenis dengan penyebab,


Lesi : benjolan abnormal, tonjolan, luka terbuka, atau gejala, dan penanganan yang berbeda-beda
area kulit dengan warna yang berbeda. Krusta : tumpukan jaringan yang sudah mati, atau
Pustul (jerawat nanah) : benjolan kecil di permukaan cairan nanah yang mengeras, atau gumpalan darah
kulit yang berisi nanah, sehingga dikenal pula dengan yang menebal menjadi warna kehitaman
sebutan jerawat nanah Hiperandrogenisme (Kelebihan hormon androgen) :
Nodulokistik (jerawat batu) : jerawat membentuk kondisi ketika kadar hormon androgen di dalam tubuh
nodul atau benjolan jerawat batu yang meradang. lebih dari kadar normal.
Warnanya pun bisa berubah menjadi ungu atau merah Ginekologis : cabang kedokteran yang fokus pada
tua kesehatan tubuh dan organ reproduksi wanita. Cabang
Eritematosa : munculnya bercak kemerahan pada ini mencakup diagnosis, penanganan, hingga
kulit akibat pelebaran pembuluh darah. Kondisi ini perawatan penyakit yang terkait dengan organ
reproduksi Wanita
Obstretri : cabang kedokteran yang berhubungan  Paparan sinar matahari berlebih
dengan kehamilan dan persalinan, termasuk proses  Penggunaan pakaian oklusif seperti bantalan bahu,
ransel ikat kepala, dan bra underwire
sebelum, selama, dan setelah seorang wanita
 Gangguan endokrin seperti sindrom ovarium
melahirkan polikistik dan bahkan kehamilan
Adneksa : sebutan bagi organ penyokong rahim,  Faktor genetik mempengaruhi persentase asam
lemak bercabang dalam sebum. Perkiraan
seperti tuba falopii, ovarium, dan jaringan lain di
heritabilitas berkisar antara 50-90% 
sekitarnya
Amenorea sekunder : seseorang mempunyai Epidemiologi
masa/periode atau siklus menstruasi yang normal akan Jerawat mungkin muncul pada masa remaja, dan
terus berlanjut hingga awal tiga puluhan. Jerawat lebih
tetapi kemudian tidak menstruasi selama 3 bulan atau sering terjadi pada pria daripada wanita. Populasi
lebih secara berurutan perkotaan lebih terpengaruh daripada populasi
pedesaan. Sekitar 20% dari individu yang terkena
mengembangkan jerawat parah, yang menghasilkan
Pengertian Acne Vulgaris
jaringan parut. Beberapa ras tampaknya lebih
-adalah ondisi kulit yang biasanya muncul di wajah terpengaruh daripada yang lain. Orang Asia dan
dan punggung, terkadang disertai dengan peradangan. Afrika cenderung mengembangkan jerawat parah,
-adalah suatu penyakit peradangan kronik dari unit tetapi jerawat ringan lebih sering terjadi pada populasi
pilosebaseus disertai penyumbatan dari penimbunan kulit putih. Secara umum, populasi dengan kulit lebih
bahan keratin ductus kelenjar yang diatandai dengan gelap juga cenderung mengalami hiperpigmentasi.
adanya komedo, papula, pustula, nodul, kista sering Jerawat juga dapat berkembang pada neonatus tetapi
ditemukan pula skar pada daerah predileksi seperti dalam kebanyakan kasus, sembuh secara sponta.
muka, bahu bagian atas dari ekstremitas superior,
dada dan punggung Patofisiologi
Selama pubertas, di bawah pengaruh androgen,
Etiologi sekresi sebum meningkat karena 5-alpha reductase
merupakan kelainan kulit pada usia remaja yang mengubah testosteron menjadi DHT yang lebih poten,
umumnya dapat sembuh sendiri dan bersifat yang berikatan dengan reseptor spesifik di kelenjar
multifaktor. Angka prevalensi akne vulgaris sebasea sehingga meningkatkan produksi sebum. Hal
diperkirakan sebesar 70-87% pada usia remaja. ini menyebabkan peningkatan hiperproliferasi
Hormon androgen berperan dalam patogenesis akne epidermis folikel, sehingga terjadi retensi sebum.
vulgaris melalui stimulasi proliferasi keratinosit Folikel yang membesar pecah dan melepaskan bahan
folikel, sehingga akan menyebabkan sumbatan pada kimia pro-inflamasi ke dalam dermis, merangsang
ostium folikel. Selain itu, androgen akan peradangan. C. _ acnes,  Staphylococcus epidermis ,
mempengaruhi produksi sebum melalui proliferasi dan Malassezia furfur menginduksi peradangan dan
dan diferensiasi sebosit. menginduksi proliferasi epidermal folikel.
Akne vulgaris timbul sebagai penanda pubertas
saat hormon seksual mulai diproduksi. Derajat Faktor-faktor yang memperparah jerawat antara lain:
keparahan akne vulgaris mungkin berkorelasi dengan  Makanan dengan angka glikemik tinggi seperti
kadar hormon seksual yang diekskresikan. Pada produk susu (yang juga mengandung hormon),
perempuan, akne vulgaris umumnya mendahului awal junk food, dan coklat yang menyebabkan faktor
pubertas dan kambuh beberapa hari menjelang pertumbuhan seperti insulin yang merangsang
menstruasi. hiperproliferasi epidermal folikel
Jerawat terjadi karena hipersensitivitas kelenjar  Kosmetik berbasis minyak dan pijat wajah
sebasea terhadap tingkat androgen yang bersirkulasi  Sebuah flare-up pramenstruasi pada jerawat
normal, yang diperparah oleh P. acnes dan tampaknya mengikuti edema duktus pilosebaceous.
peradangan. Penyebab jerawat antara lain sebagai Ini terjadi pada 70% pasien wanita.
berikut:  Kecemasan dan kemarahan yang parah dapat
 Penggunaan obat-obatan seperti lithium, steroid, memperburuk jerawat, mungkin dengan
dan antikonvulsan merangsang hormon stres.
 Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dosis
Penatalaksanaan rendah 20 mcg bersama dengan cyproterone
Terapi Topikal acetate sebagai anti-androgen digunakan untuk
 Retinoid topikal seperti asam retinoat, adapalen, jerawat berulang yang parah.
dan tretinoin digunakan sendiri atau dengan  Spironolakton (25 mg per hari) juga dapat
antibiotik topikal lain atau benzoil peroksida. digunakan pada pria. Ini mengurangi produksi
Asam retinoat adalah agen komedolitik terbaik, androgen dan menghalangi aksi testosteron. Jika
tersedia sebagai krim 0,025%, 0,05%, 0,1%, dan diberikan pada wanita, maka kehamilan harus
gel. dihindari karena obat tersebut dapat menyebabkan
 Klindamisin topikal 1% hingga 2%, nadifloxacin feminisasi pada janin.
1%, dan gel dan lotion azitromisin 1% tersedia.  Bekas luka diobati dengan penyerahan, asam
Estrogen digunakan untuk jerawat Grade 2 hingga trikloroasetat, rol kulit, jarum mikro, atau laser
Grade 4. CO2 fraksional.
 benzoil peroksida topikal sekarang tersedia dalam
kombinasi dengan adapalen, yang berfungsi Klasifikasi
sebagai komedolitik serta persiapan antibiotik. Ini
Klasifikasi acne yang paling ‘tua’ adalah klasifikasi
digunakan sebagai konsentrasi 2,5%, 4%, dan 5%
oleh Pillsburry pada tahun 1956, yang
dalam basis gel.
mengelompokkan acne menjadi 4 skala berdasarkan
 Asam azelaic bersifat antimikroba dan komedolitik
perkiraan jumlah dan tipe lesi, serta luas keterlibatan
tersedia 15% atau 20% gel. Hal ini juga dapat
kulit.
digunakan dalam pigmentasi pasca inflamasi
jerawat. Klasifikasi lainnya oleh Plewig dan Kligman (2005),
 Asam beta hidroksi seperti asam salisilat yang mengelompokkan acne vulgaris menjadi :
digunakan sebagai gel topikal 2% atau 1. Acne komedonal
pengelupasan kimia dari 10% hingga 20% untuk - Grade 1: Kurang dari 10 komedo pada tiap sisi
seborrhoea dan jerawat komedonal, serta, wajah
pigmentasi setelah penyembuhan jerawat. - Grade 2 : 10-25 komedo pada tiap sisi wajah
 Dapson topikal digunakan untuk jerawat - Grade 3 : 25-50 komedo pada tiap sisi wajah
komedonal dan papula, meskipun ada beberapa - Grade 4 : Lebih dari 50 komedo pada tiap sisi wajah
kekhawatiran dengan individu yang kekurangan 2. Acne papulopustul
G6PD. - Grade 1 : Kurang dari 10 lesi pada tiap sisi wajah
- Grade 2 : 10-20 lesi pada tiap sisi wajah
Terapi Sistemik - Grade 3 : 20-30 lesi pada tiap sisi wajah
 Doxycycline 100 mg dua kali sehari sebagai - Grade 4 : Lebih dari 30 lesi pada tiap sisi wajah
antibiotik dan obat anti-inflamasi karena 3. Acne konglobata : bentuk akne yang berat, sehingga
mempengaruhi sekresi asam lemak bebas dan tidak ada pembagian tingkat beratnya penyakit.
dengan demikian mengontrol peradangan. Biasanya lebih banyak diderita oleh laki-laki. Lesi
 Minocycline 50 mg dan 100 mg kapsul digunakan yang khas terdiri dari nodulus yang bersambung, yaitu
sebagai dosis sekali sehari. suatu masa besar berbentuk kubah berwarna merah
 Antibiotik lain seperti amoksisilin, eritromisin, dan dan nyeri. Nodul ini mula-mula padat, tetapi
trimetoprim/sulfametoksazol kadang-kadang kemudian dapat melunak mengalami fluktuasi dan
digunakan, dan jika pertumbuhan bakteri yang regresi, dan sering meninggalkan jaringan parut
berlebihan atau infeksi menyamar sebagai jerawat,
antibiotik lain seperti ciprofloxacin dapat
digunakan pada 'jerawat' terkait pseudomonas. 
 Isotretinoin digunakan sebagai 0,5 mg/kg sampai 1
mg/kg berat badan dalam rejimen denyut nadi
harian atau mingguan. Ini mengontrol produksi
sebum, mengatur hiperproliferasi epidermal
pilosebaceous, dan mengurangi peradangan dengan
mengendalikan P. acnes . Ini dapat menimbulkan
kekeringan, tidak berbulu, dan cheilitis.
Diagnosis
Diagnosis acne vulgaris dapat ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan klinis. Keluhan penderita
dapat berupa gatal atau sakit, tetapi pada umumnya
keluhan penderita lebih bersifat kosmetik. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan komedo, baik komedo
terbuka maupun komedo tertutup. Adanya komedo
diperlukan untuk menegakkan diagnosis acne
vulgaris. Selain itu, dapat pula ditemukan papul,
pustul, nodul, dan kista pada daerah-daerah predileksi
yang mempunyai banyak kelenjar lemak. Pemeriksaan
laboratorium bukan merupakan indikasi untuk
penderita acne vulgaris, kecuali jika dicurigai adanya
hiperandrogenis.
SOAP pecah mengeluarkan nanah dan sebagian mengering
Subject menjadi krusta tebal berwarna kekuningan. Oleh
Pasien perempuan berusia 14 tahun karena terdapat tanda hiperandrogenisme pada pasien,
Keluhan : jerawat dan bercak kemerahan di seluruh maka dilakukan pemeriksaan ginekologis dan
wajah sejak 5 hari sebelumnya. laboratorium.
pasien mulai berjerawat hilang timbul sejak dua tahun Pemeriksaan ultrasonografi di bagian Obstetri dan
sebelumnya. Jerawat bermula dari komedo yang Ginekologi menunjukkan bentuk dan ukuran uterus
secara perlahan menjadi bintik merah dan kadang normal dan tidak didapatkan massa pada adneksa.
bernanah. Jerawat semakin bertambah banyak Pasien didiagnosis sebagai amenorea sekunder.
menjelang menstruasi. Dalam dua bulan terakhir, Pemeriksaan hormon testosteron total menunjukkan
pasien mengatakan bahwa jerawat lebih banyak yang masih dalam batas normal (0,20 ng/mL)
bernanah dan terasa nyeri.
Menstruasi pertama terjadi ketika berusia 13 tahun. Assesment
Siklus menstruasi seringkali tidak teratur, kadang 2 Ketidaktepatan pemilihan obat : neomisin sulfat dan
bulan sekali. Di samping itu terjadi penipisan dan betametason valerat
kerontokan rambut terutama di bagian samping Dikarenakan sudah tidak direkomendasikan para ahli
kepala, sedangkan di lengan dan tungkai terdapat dermatologi, karena tingginya angka kejadian
pertumbuhan rambut yang berlebihan, namun tidak dermatitis kontak alergik. Timbulnya keluhan berupa
pada area janggut, dada, ataupun ketiak. bercak kemerahan yang terasa gatal disertai bintil
Pasien telah berobat ke dokter umum, diobati dengan bernanah di wajah setelah penggunaan selama 3 hari.
siprofloksasin serta krim kombinasi betametason Terapi obat yang diberikan :
valerat dan neomisin sulfat, yang keduanya digunakan  doksisiklin 2x100mg
dua kali per hari. Setelah penggunaan kedua obat  gel klindamisin fosfat 1,2% 2 kali perhari
tersebut, muncul bercak kemerahan yang gatal di  metilprednisolon 2 x 4 mg
seluruh wajah disertai jerawat semakin parah. Oleh  noretisteron 5 mg
karena adanya bercak kemerahan tersebut, ibu pasien  kombinasi siproteron asetat 2 mg & etinilestradiol
menganjurkan pasien mengoleskan salep 2-4 dua kali 35 mcg selama 2 minggu.
per hari. Reaksi obat yang tidak dikehendaki : Obat yang
Namun demikian, jerawat bernanah dan nyeri serta diberikan memberikan efek samping yang
bercak kemerahan semakin parah. Riwayat memberatkan kondisi pasien, yaitu pada penggunaan
penggunaan krim kombinasi betametason valerat dan siprofloksasin serta krim kombinasi betametason
neomisin sulfat sebelumnya disangkal dan tidak valerat dan neomicin. Setelah penggunaan kedua obat
diketahui adanya riwayat alergi terhadap komponen tersebut, muncul bercak kemerahan yang gatal di
krim tersebut. seluruh wajah disertai jerawat semakin parah.
Penambahan salep 2-4 memperparah jerawat bernanah
Object dan nyeri serta bercak kemerahan semakin parah.
Pemeriksaan dermatologi menunjukkan adanya 80 lesi Interaksi obat : -
komedo, 50 lesi pustul, dan 6 lesi nodulokistik dengan Indikasi tanpa obat : Siklus menstruasi seringkali
jumlah lesi total 136 lesi. Selain itu terdapat pula plak tidak teratur, kadang 2 bulan sekali. Di samping itu
eritematosa dengan batas tegas. Beberapa lesi pustul
terjadi penipisan dan kerontokan rambut terutama di
bagian samping kepala, sedangkan di lengan dan
tungkai terdapat pertumbuhan rambut yang
berlebihan, namun tidak pada area janggut, dada,
ataupun ketiak.
Obat tanpa indikasi : -
Duplikasi : -
Overdose : -
Underdose : -

Planning
Terapi Farmakologi
Obat yang diberikan kepada pasien yaitu :
1. metilprednisolon 2 x 4 mg
merupakan obat yang cara kerjanya menyerupai
hormone kortikosteroid
2. noretisteron 5 mg
obat dengan kandungan hormone progesterone
buatan, untuk mengobati gangguan siklus
menstruasi
3. kombinasi siproteron asetat 2 mg dan
etinilestradiol 35 mcg selama 2 minggu.
Cara kerja siproteron asetat memiliki 2
mekanisme, yaitu secara langsung menghambat
reseptor androgen dan sebagai progesteron bila
dikombinasi dengan kontrasepsi. Penggunaan
etinilestradiol berguna dalam meningkatkan
sintesis sex hormone binding globulin (SHBG)
yang akan mengikat testosteron, sehingga akan
menurunkan jumlah testosteron aktif
4. doksisiklin 2 x 100 mg dan dikombinasikan
dengan gel klindamisin fosfat 1,2% 2 kali per
hari sesuai rekomendasi.

Terapi Non-Farmakologi
perawatan wajah, perawatan kulit kepala dan rambut,
diet tinggi lemak, diet tinggi karbohidrat, diet tinggi
yodium, alkohol, makanan pedas

Anda mungkin juga menyukai