BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2: Telangiectasis
Spider angioma
Nevus araneus dengan arteriola di tengah, dikelilingi pembuluh-
pembuluh darah lebih banyak terjadi di area yang terkena matahari. Spider
angioma yang multipel juga bisa terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh
penurunan katabolisme di hepardan pada wanita normal tidak hamil kelainan
ini bisa hilang spontan.
Eritema palmar
Bisa terjadi pada banyak wanita hamil, tetapi juga bisa dihubungkan
dengan penyakit liver, karena estrogen dan penyakit vaskular kolagen.
Perubahan ini bisa berkurang tanpa terapi dan hilang setelah persalinan.
6
Pyogenik Granulane
Bentuk nodular yang kemerahan dan berair, berasal dari proliferasi
jaringan granulasi. Lesi ini bisa ada di mana saja, tetapi terutama di
gingiva.Terapinya adalah eksisi atau kauter. Beberapa lesi bisa hilang spontan
setelah melahirkan. Bendungan vena dan meningkatnya permeabilitas
pembuluh darah selama kehamilan, umumnya disebabkan oleh edema kulit
dan jaringan subkutaneus, terutama di vulva dan kaki. Varicosities bisa terjadi
di kaki dan sekitar anus (hemoroid) menghilang setelah melahirkan walaupun
sering tidak sembuh sempurna.
Striae distensae
Stretch mark atau striae distensae atau striae gravidarum adalah lesi
kulit yang umum hampir 90% pada wanita hamil trimester ke tiga, yang
ditandai dengan garis-garis atrofi warna merah muda. Predileksi di perut,
bokong, payudara, atau paha. Lebih lebih sering terjadi pada wanita yang lebih
muda, wanita dengan bayi yang lebih besar, dan wanita dengan indeks massa
tubuh yang lebih. Penyebab stretch markmultifaktorial dan termasuk faktor
fisik (misalnya, peregangan kulit) dan faktor hormonal (misalnya, efek steroid
adrenokortikal, estrogen, dan relaxin pada serat elastis kulit).
Linea nigra
Linea nigra adalah garis hiperpigmentasi yang ditemukan di perut
pada wanita hamil dan biasanya terlihat pada trimester kedua. Garis ini
biasanya vertical, berwarna hitam berpigmen kecoklatan di sepanjang
garis tengah kulit dan dapat berkembang. Hal ini terjadi sebagai bentuk
ketegangan pada peningkatan dinding perut dengan adanya kemajuan usia
kehamilan. Jika semakin terlihat dan terutama pada wanita multipara,
hanya lapisan kulit, fasia, dan peritoneum yang dapat menutupi dinding
rahim anterior, serta bagian janin dapat diraba melalui celah otot ini.
8
bahwa PG memiliki seluruh insidensi 0,5 kasus per juta orang per tahun.
Pada tahun 1999, sebuah studi menemukan kelompok terbesar dari 87
pasien di Inggris dengan total kehamilan 278, dan di mana yang menderita
komplikasi PG sebanyak 142 pasien.
Secara mortalitas/morbilitas, tidak ada peningkatan mortalitas
maternal atau fetal yang telah diketahui. Besarnya prevalensi bayi-bayi
prematur dan kurang masa kehamilan (KMK) pada usia gestasional
berhubungan dengan PG. Sebanyak 5-10% bayi yang dilahirkan
terpengaruh dengan ibunya bisa menunjukkan penularan secara kutan,
dengan larutan autoantibodi maternal yang telah dibersihkan.
Pasien-pasien dengan PG memiliki prevalensi relatif atas penyakit-
penyakti autoimun lainnya, termasuk Hashimoto thyroiditis, penyakit
Graves dan anemia berat, berhubungan pula dengan haplotipe DR 4 dan
HLA-DR3. PG jarang diderita oleh orang-orang berkulit hitam dari pada
orang-orang berkulit putih, dapat mencerminkan hubungannya dengan
haplotipe HLA khusus. Kondisi ini hanya mempengaruhi kaum wanita.
c. Gejala Klinis
Pada sekitar setengah kasus yang pernah diteliti, lesi
awal PG adalah lesi urtikaria di abdomen. Penyakit tersebut sesungguhnya
disebut herpes gestasionis dengan berdasarkan pada ciri bula yang berbentuk
herpes morfologis, namun istilah ini merupakan pemberian nama yang
salah dikarenakan tidak ada hubungan dengan beberapa infeksi virus
herpes sebelumnya dan yang aktif. Tanda khas dari PG ini adalah adanya
vesikel, bula serta pruritus.
Secara khusus PG timbul pada akhir trimester ketiga kehamilan,
berupa serangan akut dari papula urtikaria pruritik serta bula pada perut
bagian bawah dan sekitar anus. Pruritus sering menggangu di dalam
aktivitas keseharian. Lesi bisa muncul selang beberapa waktu selama
kehamilan tetapi lesi itu paling umum berkembang selama trimester ke
dua dan ke tiga dalam kehamilan dengan onset rata-rata 21 minggu dari
15
10.000 sampai 50.000 kehamilan dan onset pada periode postpartum rata-
rata 20% kasus.
Gejala-gejala bisa reda pada akhir kehamilan, akan tetapi
pemulihan kembali secara luar biasa terjadi pada masa postpartum. PG
biasanya muncul secara spontan selama berminggu- minggu hingga
berbulan-bulan sesudah melahirkan dan mungkin lebih cepat pada saat
menyusui.
PG bisa kambuh pada haid yang terus menerus, penggunaan
kontrasepsi oral dan dapat terjadi pada kehamilan berikutnya. Studi cohort
pada tahun 1999 oleh Jenkins et al., menunjukkan tidak ada hubungan
antara perubahan pasangan dan perkembangan PG pada kehamilan
berikutnya. PG juga dapat dihubungkan dengan terjadinya tumor-tumor
trofoblastik, seperti mola hidatidosa atau choriocarcinoma.
f. Pemeriksaan Histopatologis
Berbeda dengan PG, pemeriksaan biopsi biasanya normal, tetapi
Spongiosis di bagian fokal dan parakeratosis terkadang dapat ditemukan.
Di dalam papilar dan dermis bagian tengah, ditemukan infiltrat
limfohistiositik dengan sejumlah variabel eosinofilis dan dermal edema.
g. Penatalaksanaan
Kortikosteroida topikal dan antihistamin dapat diberikan untuk
pengobatan PUPPP. Kortikosteroida sistemik diperlukan
untuk meringankan beberapa gejala namun harus dengan pengawasan
sistemik.
h. Prognosis
PUPPP cenderung tidak kambuh di dalam kehamilan berikutnya
dan tidak ditemukan hubungan antara tentang penggunaan kontraseptif
hormonal dengan tingkat kejadian PUPPP. Efek terhadap janin terhadap
kejadian PUPPP belum terbukti. Prognosis PUPPP adalah baik, terutama
pada perempuan-perempuan yang baru melahirkan.