Ruam kulit berwarna merah, berbentuk tidak rata, datar atau agak menonjol pada perut.
Bercak kulit terkadang memiliki lepuhan berisi cairan pada bagian tengahnya. Seringkali
kulit di sekitarnya tampak pucat. Ruam menyebar ke paha, bokong, dan adakalanya ke
lengan. Ratusan bercak yang gatal dapat muncul. Rasa gatal ini dapat cukup mengganggu
hingga membuat wanita hamil tidak dapat tidur pada malam hari.
Ruam kulit biasanya muncul saat 2-3 minggu terakhir kehamilan dan adakalanya beberapa
hari terakhir menjelang persalinan. Namun, ruam kulit ini dapat terjadi kapan saja setelah
usia kehamilan 24 minggu. Biasanya ruam kulit menghilang dengan cepat setelah persalinan
dan tidak muncul kembali pada kehamilan berikutnya.
Perubahan fisis dan hormonal yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas, ada
hubungannya dengan beberapa perubahan pada kulit. Sebagian besar kelainan atau penyakit
kulit yang bersamaan dengan kehamilan, tidak mempengaruhi kehamilan dan tumbuh
kembang janinintrauterin secara murni. Namun, bila diikuti dengan infeksi sekunder sampai
terjadi sepsis, morbiditas maternal dan neonatal dapat meningkat. Dengan demikian,
diperlukan diagnosis pasti sehingga pengobatannya dapat adekuat, tepat, dan berhasil guna.
Pruritus gravidarum
Pruritus gravidarum dapat didefinisikan sebagai gatal yang menyeluruh selama
kehamilan tanpa adanya ruam (walaupun bisa ada ekskoriasi). Lebih dari 14 % perempuan
hamil menyeluruh gatal, tetapi pruritus sering dihubungkan dengan kolestatis yang terjadi
hanya pada 15 % perempuan hamil dengan kejadian tersering pada trimester III. Derajat
gatal bervariasi, tetapi biasanya lebih berat pada ekstremitas. Gatal sering terbatas pada
dinding perut bagian depan dan biasanya berhubungan dengan regangan kulit dan timbulnya
striae. Gatal karena kolestatis berhubungan dengan kadar serum asam bilirubin dan tes-tes
fungsi hepar. Ini mengidentifikasikan bahwa ruam-ruam pada perempuan hamil dapat
dilakukan tes fungsi hepar terutama yang pernah mengalami gatal-gatal tanpa ruam. Pruritus
biasanya menghilangkan segera setelah melahirkan, tetapi berulang sekitar 50 % pada
kehamilan berikutnya.
Dilaporkan adanya peningkatan persalinan rematur dan kematian perinatal terjadi hanya
pada mereka yang secara klinik benar-benar timbul ikterus.
Pengobatan : secara simptomatik pada kasus yang ringan biasanya cukup dengan
pelicin / pelembab kulit dan antipruritus topikal. Pengobatan dengan cahaya oltraviolet atau
sinar matahari secukupnya juga dapat mengurangi rasa gatal. Pada kasus yang lebih berat,
dapat diberi kolestiramin. Antihistamin oral dikatakan juga cukup membantu.
Pruritic urticarial papules dan plaques of pregnancy (PUPPP)
Merupakan penyakit kulit pruritus yang paling sering ditemukan. Ditandai dengan
papul eritematosa, plak, dan lesi urtikaria. Penyebab dan patogenesisnya tidak diketahui.
Biasanya muncul pada trimester III. Sering juga disebut Polimorphic Eruption of Pregnancy
(PEP).erupsi ini disebut juga Toxaemic rash of pregnancy.
Muncul pertama kali pada daerah abdomen, biasanya pada daerah regangan striae,
menyebar ke paha, jarang ke bokong dan lengan. Biasanya penyakit ini tidak didapatkan pada
pertengahan badan ke atas dan wajah walaupun pernah dilaporkan adanya lesi pada wajah
pada penyakit yang berkelanjutan. Kurang lebih 15 %dari pasien tersebut berkembang
menjadi preeklampsia.
Penyebab dan patogenesis PUPPP belum diketahui. Banyak penelitian yang
melaporkan resiko terjadi PUPPP meningkat pada berat badan ibu yang naik berlebihan
selama kehamilan. Sebuah studi lain menghubungkan antara jenis kelamin janin dan PUPPP
(janin laki-laki dibandingkan perempuan adalh 2 : 1).
Kebanyakn pasien mengeluh sangat gatal dan membaik dengan cepat setelah
melahirkan. Rata-rata lesi kulit ini timbul pada umur kehamilan 36 minggu. Sering terjadi
pada primipara dan jarang berulang pada kehamilan berikutnya.
Tidak didapatkan adanya kelainan hormon atau autoimun. Pada pemeriksaan histologik
didapatkan epidermis normal disertai dengan infiltrasi perivaskular superfisial dari limfosit
dan histiosit serta edema papilar dermis. Gambaran lainnya berupa epidermis yang
mengalami spongiosa dengan perivaskular dermis dan infiltrasi limfohistiosit unterstitial
sehingga menunjukkan edema yang jelas dan adanya eosinofilia.
Dengan perwanaan imunofluoresen kulit tidak didapatkan adanya imunoglobulin atau
deposisi komplemen (pada herpes gestasionis, didapatkan antibodi positif).
Pengobatan : terapi dengan memakai steroid topikal secara umum berhasil pada
kebanyakan perempuan. Namun, sebagian lagi mungkin memerlukan steroid sistemik. Obat-
obat antipruritus seperti hidroksizin atau difenhidramin cuku membantu untuk mengatasi rasa
gatal. Tujuan utama adalah untuk mengatasi rasa gatal. Dilaporkan adanya kelainan kulit
pada janin, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan adanya peningkatan malformasi, lahir
mati, atau prematuritas.
Impetigo Herpetiformis
Impetigo herpetiformis merupakan istilah yang menyesatkan karena bukan merupakan
penyakit bakteri ataupun virus. Nama ini diberikan pada kondisi yang mirip psoriasis pustular
yang tampak pada pasien hamil yang sebelumnya tidak menderita psoriasis. Namun,
beberapa penulis masih tidak setuju akan penyebab pasti dari impertigo herpetiformis apakah
disebabkan oleh adanya kehamilan atau suatu bentuk psoriasis pustular yang sedrhana yang
dipicu oleh kehmilan. Penyebab pasti kehamilan ini belum diketahui. Didapatkan adanya
hipoparatiroidisme dan hipokalsemia pada penderita, tetapi kontribusinya masih belum jelas.
Namun, hipokalsemia dapat memperberat penyakit psoriasis pustular.
Oumeish dan kawan-kawan melaporkan adanya seorang perempuan dengan penyakit
kult yang kambuh dalam sembilan kali kehamilannya. Pada tiga kehamilannya terjadi
hidrosefal dan tiga kematian perinatal (janin) yang tidak dapat dijelaskan. Perempuan ini juga
menderita lesi kulit yang karakteristik pada saat mendapat estrogen progesteron oral
kontrasepsi.
Tanda khas lesi dari impetigo herpetiformis adalah pustul steril yang terbentuk
mengelilingi pinggir suatu daerah yang eritema. Karakteristik lesi eritematosa dimulai pada
daerah lipatan dan selanjutnya meluas ke parifer. Biasanya meliputi membran mukosa.
Pemeriksaan histologik menunjukkan adanya lesi mikroabses, dimana terkumpul
neutrofil dalam jumlah yang besar sebagai pustul yang menyerupai spons dan diberi nama
spongioform pustule of kogoj.
Secara klinik penyakit ini ditandai dengan ratusan pustul steril yang translusen yang
muncul pada suatu dasar eritematosa yang tidak beraturan atau plak, dengan rasa gatal yang
tidak berat. Daerah yang sering menderita adalah ketiak, daerah di bawah buah dada,
umbilikus, paha, lipatan bokong, tangan , dan juga mengenai kuku (onikolisis). Gejala ini
sering tamak disertai dengan demam, menggigil, mual, muntah, dan diare disertai dehidrasi
berat. Delirium dan kejang merupakan komplikasi yang jarang timbul, biasanya berhubungan
dengan hipokalsemia. Kematian dapat terjadi bila komplikasi septikemia.
Pengobatan : dianjurkan pemberian prednison 15 30 mg per oral/hari. Antibiotik
diberikan jika disertai infeksi sekunder. Dapat juga diberi pengobatan topikal dengan
kompres basah dengan atau tanpa steroid. Cairan dan elektrolit, khususnya kalsium harus
dimonitor dan dinormalkan. Efek terhadap janin yaitu tingginya insiden morbiditas dan
mortalitas janin.
Tabel 1.1 Perubahan Kulit yang spesifik pada kehamilan
Persentase Umumnya Peningkatan
Lokasi
Penyakit pada Bentuk lesi muncul pada kematian
terbanyak
kehamilan trimester janin
Pruritus
1,5 2,0 Pruritus, Di mana saja
gravidarum III Ya
tidak ada
ruam
PUPPP
0,6 Papul, plak, Perut, paha
III Tidak
urtikaria terutama
pada strie
Prurigo
0,3 Ekskoriasi Ekstremitas
gestasionis II Tidak
papul
Pempighoid
0,002 Papul, Di mana saja
gestasionis II atau III Ya (?)
vesikel
Impetigo
Sangat jarang Pustula Ketiak,
herpetiformis , II, atau III Ya
belahan
bokong
Dermatitis
Sangat jarang Akne, Bokong,
Autoimun I (?)
urtikasria ekstremitas
Progesteron
Akne Vulgaris
Akne merupakan penyakit dari pilosebase. Dipengaruhi oleh androgen seperti
testoteron dan dehydropiandrosteron sulfate (DHEA-S), yang meningkatkan aktivitas
kelenjar sebase. Sementara itu, estrogen mengurangi aktivitas dan ukuran kelenjar sebasea.
Bisa berupa papul-papul eritametosa, pustul, komedo, dan kista pada wajah, punggung
dan dada. Kehamilan mempunyai pengaruh yang bervariasi terhadap akne karena adanya
beberapa faktor yang mempengaruhi selain hormonal.
Pengobatan : selama kehamilan akne dapat diobati dengan benzoil peroksidase topikal,
asam salisilat, atau antibiotik topikal seperti eritromisin atau klindamisin. Sulfonamid oral
dan topikal sebaiknya dihindari jika kehamilan menjelang aterm. Pada keadaan yang lebih
berat dapat diobati dengan eritromisin oral 1 g/hari.
Dermatitis Apotik
Dermatitis atopik merupakan suatu penyakit kulit yang tidak jelas alasnya, ditandai
oleh dermatitis eksematous dengan disertai rasa gatal yang intensif. Lensi menjadi liken jika
pasien terperangkap dalam siklus scratch itch. Tampaknya karena faktor iritabel kulit yang
diwariskan pasien yang mempunyai riwayat pribadi atau keluarga yang dimulai dengan eksim
saat kanak-kanak, asma, demam tinggi, atau rinitis alergika. Penyakit ini mungkin memburuk
(52 %) atau membaik (24 %) selama kehamilan.
Eritema Nodosum
Patogenesis yang sebenarnya dari penyakit kulit yang kelihatannya autoimun ini tidak
diketahui. Meskipun demikian, berhubungan dengan peyakit keganasan, infeksi, obat-obatan,
dan kehamilan. Secara klinis ditandai dengan nodul-nodul eritematosa yang hangat, nyeri di
tungkai bawah bagian anterior, nodul ini kemudian berkembang menjadi lesi ecchimoid yang
seperti memar dan sembuh tanpa jaringan parut dalam 3 6 minggu. Nodul berukuran
diameter 1 15 cm, multipel, dan biasanya bilateral.
Eritema nodosum dipresipitasi oleh kehamilan,. Demikian juga pada pemberian
kontrasepsi oral sehingga diduga adannya pengaruh estrogen pada penyakit ini.
Pengobatan : ditujukan pada penyakit dasar yang mempresipitasi timbulnya eritema
nodosum. Dilaporkan tidak tampak adanya pengaruh buruk terhadap kehamilan dan hasil
luaran janin.
Penyakit Fox-Fordyce
Insiden penyakit ini jarang. Sering disebut apokrin miliaria karena dipikir serupa
dengan prickly heat atau heat rash yang melibatkan kelenjar ekrin. Multipel papul-papul
folikular yang gatal dan berbentuk kubah timbul pada daerah ketiak dan anogenital, daerah
yang kaya kelenjar apokrin. Penyakit ini biasanya mengalami perbaikan selama kehamilan
atau dengan pemberian oral kontrasepsi, kemungkinan karena efek estrogen. Tampaknya
aktivitas kelenjar apokrin menurun selama kehamilan, tidak seperti pada aktivitas ekrin.
Pengobatan : respon terhadap pemberian steroid beragam