PEMBAHASAN
2.1. Perubahan Fisiologis Kulit dalam Kehamilan
Perubahan-perubahan hormonal yang dipicu oleh kehamilan normal
mungkin menimbulkan pengaruh yang cukup besar pada kulit yang dapat
meningkatkan kadar hormon estrogen, progesteron, dan berbagai androgen
dalam plasma serta dapat menstimulasi kadar melanocyte-stimulating hormone
(MSH) dalam plasma sebagai akibat dari membesarnya lobus intermedius
hipofisis.
2.1.1 Hiperpigmentasi
Perubahan kulit yang acapkali terjadi pada ibu hamil di antaranya adalah
hiperpigmentasi. Secara fisik, perubahan ini terjadi saat kulit tampak berwarna
lebih gelap atau pekat dari warna sekitarnya. Biasanya Hiperpigmentasi ini bisa
terjadi pada perut (linea nigra), areola (daerah sekitar puting susu), sekitar
kemaluan, pusar, dan kadang-kadang pada wajah dan leher, serta pada lipatan-
lipatan kulit seperti ketiak, paha, dan
selangkangan.
Perubahan warna (hiperpigmentasi)
terjadi dikarenakan meningkatnya kadar
hormon MSH (Melanocyte Stimulating
Hormon). MSH ini mengakibatkan
penumpukan pigmen melanin yang berlebihan sehingga tidak heran
menimbulkan warna lain pada kulit. Tetapi setelah melahirkan, ketika kadar
hormon tersebut kembali normal, keadaan hiperpigmentasi akan berangsur
menurun dan menghilang.
Menurut Vaughan Jones dan Black (1999), dan 90 persen wanita hamil
kulitnya menjadi lebih gelap dengan derajat bervariasi. Penyebab pastinya tidak
diketahui, tetapi bahwa meningkatnya kadar melanocyte-stimulating hormone
dalam serum merupakan penyebabnya masih diragukan. Pada mamalia, estrogen
berperan dan melanogenesis dan mungkin menjadi faktor pemicu.
Hiperpigmentasi mulai tampak pada awal kehamilan dan lebih jelas pada wanita
yang berkulit hitam. Efek ini lebih menonjol pada bagian-bagian tubuh yang
secara alami lebih gelap seperti areola, perineum, umbilikus. Daerah yang sering
1
terkena gesekan, termasuk ketiak dan paha pada bagian dalam juga menjadi
lebih gelap. Apabila mengalami pigmentasi, linea alba berganti nama menjadi
linea nigra.
Pigmentasi pada wajah yang disebut sebagai topeng kehamilan disebut
juga sebagai kloasma atau melasma. Hal ini dijumpai pada paling sedikit
separuh wanita hamil. Melasma diperparah oleh pajanan sinar matahari atau
sinar ultraviolet lain; keparahannya dapat dikurangi dengan menghindari pajanan
sinar matahari berlebihan atau menggunakan tabir surya. Melasma disebabkan
oleh mengendapnya melanin kedalam makrofag epidermis atau dermis dan
walaupun yang pertama biasanya mereda postpartum, melanosis dermis dapat
menetap sampai 10 tahun pada sepertiga wanita. Kontrasepsi oral dapat
memperparah melasma dan harus dihindari pada wanita rentan. Apabila sangat
mengganggu, pemberian topikal salep atau krim hidroksikuinon 2 sampai 5
persen atau tretinoin 0,1 persen dapat memberikan perbaikan (Griffits
dkk.1993;Kimbrough-Green dkk., 1994).
2.1.2 Nevus
Nevus melanositik atau nevus jinak yaitu tumor-tumor kulit berpigmen
yang dapat membesar dan bertambah gelap selama kehamilan. Biasanya nevus
bula Namun,
ini sulit dibedakan dengan melanoma malignum. besar tegang
Pennoyer dkk. secara
papul
cermat
yang besar
mengamati lesi lesi jinak ini dan mendapatkan bahwa hanya 6% dari 129
nevuseritematosa
yang berubah diameternya selama kehamilan 4 dari jumlah tersebut,
meningkat sebesar 1 mm dan 4 berkurang sebesar 1 mm. Mereka menyimpulkan
bahwa perubahan yang lebih mencolok terjadi
pada lesi non-melanositik. Dengan demikian,
walaupun nevus secara histologist terbukti
memiliki melanosit yang berukuran besar dan
mengalami peningkatan pengendapan
melanin, tidak terdapat bukti bahwa nevus mengalami transformasi maligna
selama kehamilan.
2
Selama kehamilan, terjadi peningkatan anagen (rambut yang sedang
tumbuh) yang sebanding dengan rambut telogen (rambut dalam keadaan
istirahat) (Lynfield, 1960; Randall, 1994). Estrogen memperpanjang fase anagen
dan androgen memperbesar folikel rambut di daerah-daerah dependen misalnya
janggut (Paus dan Cotsarelis, 1999). Postpartum, berbagai efek ini lenyap dan
rambut mengalami kerontokan yang nyata. Telogen effluvium adalah kerontokan
rambut yang agak mendadak yang tampak dimulai sekitar 1 sampai 4 bulan
postpartum. Proses ini kadang-kadang ditandai oleh rontoknya rambut dalam
jumlah yang mengkhawatirkan, biasanya saat menyisir atau keramas. Untungnya
proses ini swasirna, dan wanita yang bersangkutan dapat diyakinkan bahwa
rambut akan tumbuh pulih dalam 6 sampai 12 bulan (Headington, 1993; Kois
dan Phelan, 1994).
Hirsutisme ringan sering terjadi selama kehamilan, dan hal ini paling jelas
di wajah. Yang paling terkena adalah wanita yang secara genetis rentan
mengalami pertumbuhan rambut kasar. Derajat hirsutisme yang lebih berat
jarang terjadi, dan apabila disertai oleh tanda-tanda lain maskulinisasi, perlu
segera dipertimbangkan kemungkinan
adanya sumber androgen lain.
2.1.4 Perubahan Vasculer
Selama kehamilan terjadi peningkatan
aliran darah kulit disertai penurunan nyata
resistensi vaskular perifer (Spetz, 1964).
Hal ini diperkirakan berfungsi untuk
mengeluarkan kelebihan panas yang terjadi akibat meningkatnya metabolisme.
Terdapat sejumlah perubahan yang dipicu oleh hormon estrogen pada pembuluh-
pembuluh darah yang cukup sering dijumpai. Perubahan pembuluh darah kapiler
tersebut berupa:
3
a. Pucat karena vasokonstriksi
4
2.2. Dermatitis pada Kehamilan
Sejumlah penyakit kulit diketahui khas pada masa hamil, atau apabila tidak
khas, lebih sering dijumpai selama gestasi. Terminologi mengenai hal ini masih
membingungkan. Shornick (1998) menyimpulkan bahwa hanya tiga penyakit
yang secara universal diterima sebagai hal yang unik untuk kehamilan :
kolestasis, pruritic urticarial papules and plaques of pregnancy, dan herpes
gestasionis. Pruritus selama kehamilan sering dijumpai, tetapi insidennya jelas
bersifat subjektif. Pada hampir 3200 wanita hamil yang secara cermat diteliti
selama lebih dari setahun, Roger dkk. (1994) mendapatkan bahwa 1,6 persen
mengalami pruritus yang signifikan berdasarkan protokol mereka.
5
Pruritic Urticarial Papules And Plaques Of Pregnancy (PUPPP, papula
dan plak urtikaria pruritik pada kehamilan) disebut juga dengan erupsi
polimorfik pada kehamilan di Inggris, merupakan dermatosis pruritik yang
sering terjadi pada kehamilan. Pada sebuah penelitian yang dilakukan Roger
dkk.(1994), 25 dari hampir 3200 wanita (0.8 %) menderita dermatosis ini selama
hamil. Dermatosis ini ditandai dengan erupsi kulit
sangat gatal yang biasanya muncul pada hamil tua.
6
2.2.3 Prurigo pada Kehamilan
Lesi-lesi ini memiliki banyak nama. Menurut Shornick (1998), penyakit ini
mencakup prurigo gestasionis dan dermatitis papular, yang tampaknya adalah
varian-varian dari penyakit yang sama dan tidak
spesifik untuk kehamilan. Varian yang ringan dan lebih
sering ditemukan, prurigo gestasionis, ditandai dengan
lesi-lesi kecil, gatal dan cepat mengalami ekskoriasi
yang terletak di lengan bawah dan badan. Lesi
biasanya muncul pada minggu ke-25 sampai 30,
dan tidak dijumpai vesikel atau bula. Dermatitis
papular, yang diuraikan oleh Spangler dkk. Pada
tahun 1962, adalah dermatitis pada kehamilan
tahap lanjutan yang jarang dijumpai. Penyakit
ini ditandai dengan erupsi pruritik generalisasi.
Lesi tampak sebagai papula-papula yang lunak, berwarna merah, ungu sampai
merah coklat, dengan sebagian memiliki krusta hemoragik dibagian tengahnya.
7
ditandai dengan adanya erupsi luas yang sangat gatal dengan lesi yang bervariasi
dari papul eritematosa dan edematosa sampai vesikel dan bula tegang yang
besar.Tempat yang sering terkena adalah abdomen dan ekstremitas. Eksaserbasi
dan remisi selama hamil sering terjadi dan sampai 75% wanita mengalami
eksaserbasi intrapartum (shornick,1998). Pada kehamilan selanjutnya biasanya
kambuh dan umumnya timbul lebih dini dan lebih berat.
Ini adalah suatu erupsi pustular yang jarang dan mungkin timbul pada
kehamilan tahap lanjut. Sebagian penulis menganggapnya sebagai suatu bentuk
psoriasis pustulosa yang timbul bersamaan dengan kehamilan, sementara penulis
lain menganggapnya sebagai suatu dermatosis kehamilan tersendiri (Aronson dan
Halaska, 1995). Oumeish dkk. (1982) melaporkan seorang wanita yang
mengalami kekambuhan dermatosis ini pada sembilan kehamilannya. Pada tiga
kehamilan terjadi hidrosefalus janin. Juga terjadi dua kematian perinatal yang
sebabnya tidak diketahui. Wanita ini juga mengalami lesi kulit khas saat mendapat
kontrasepsi oral estrogen-progesteron.
8
sampai beberapa bulan setelah melahirkan. Morbiditas dan mortalitas janin
berkaitan dengan keparahan infeksi pada ibu,
tetapi mungkin terjadi bahkan penyakit yang
sudah terkendali (Vaughan-Jones dan Black,
1999; Wolf dkk., 1995).
Lesi vaskular dapt dibagi menjadi dua kategori utama : hemangioma dan
malformasi vaskular.
2.3.2 Hemangioma
9
sampai beberapa sentimeter dan biasanya soliter; sampai dengan 20% melibatkan
lesi multipel. Hemangioma terjadi terutama pada perempuan (3:1) dan terdapat
peningkatan insidensi pada bayi prematur. Sekitar 55% terjadi sejak saat lahir,
sisanya berkembang pada usia minggu pertama. Hemangioma superfisial
mencapai ukuran maksimumnya dalam 6-8 bulan, tetapi hemangioma profunda
dapat tumbuh selama 12-14 bulan. Hemnagioma tersebut kemudian mengalami
resolusi spontan, lambat, yang memerlukan waktu 3-10 tahun.
10
pada bayi dengan hemangioma kulit yang mengenai daerah dagu, bibir,
mandibula, serta leher memerlukan visualisasi langsung jalan napas. Hemangioma
jalan napas yang bergejala berkembang pada lebih dari 50% bayi dengan
hemangioma wajah yang luas dengan distribusi janggut.
Malformasi vena tampak sebagai plak dan nodus lunak, berwarna biru dan
dapat dikompresi, yang dapat terbentuk pada setiap permukaan kulit. Kelainan ini
muncul pada saat lahir dan membesar secara lambat akibat pelebaran vena yang
anomaly. Malforasi vena dapat cukup kecil dan minimal, atau lesi yang amat besar
yang dapat menimbulkan cacat berat dan dapat diperburuk oleh thrombosis,
infeksi, dan edema jaringan sekitarnya.
Malformasi limfatik (limfangioma) tersusun dari saluran limfe yang
berdilatasi yang dilapisi oleh endotel limfatik normal. Lesi ini dapat superficial
atau profunda dan sering disertai dengan anomaly pembuluh limfe regional.
Istilah limfangioma sirkumskriptum digunakan untuk menggambarkan tipe
malformasi limfatik yang paling lazim, yang dapat muncul pada saat lahir atau
tampak pada masa kanak-kanak awal. Daerah predileksinya adalah mukosa oral,
11
ekstremitas proksimal, dan fleksura sendi. Lesi ini terdiri dari kumpulan papula
gelatinosa merah sampai ungu, yang berukuran 2-5 mm.
Higroma kistik merupakan anomalikistik pembuluh limfe berupa massa
multilokular, yang jinak dan bersifat congenital. Lesi ini biasanya ditemukan pada
daerah leher. Eksisi bedah atau skleroterapi merupakan pilihan terapi yang
tersedia untuk malformasi vena dan limfatik. Ukuran tumor cenderung membesar
dan harus ditangani dengan eksisi bedah.
2.3.4 Nevi Melanositik Kongenital
12
Nevi kongenital raksasa merupakan nevi yang akan berukuran mendekati
20cm pada masa kanak-kanak (pada bayi baru lahir, 5-12cm) dan merupakan
salah satu defek lahir yang paling dramatis. Nevi ini dapat menempati 15-35%
permukaan tubuh, yang paling sering mengenai batang tubuh atau kepala dan
daerah leher. Pigmentasi sering beraneka ragam dari cokelat muda sampai hitam.
Kulit yang terkena terasa halus, nodular atau kasar. Hipertrikosis yang gelap dan
jelas sering ada. Banyak bercak cokelat muda yang lebih kecil (1-5cm) (nevi
satelit) dan tersebar difus. Nevus berkembang menjadi melanoma maligna pada
sekitar 2-10% pasien yang terkena.
Nevi melasonitik didapat atau mole merupakan lesi kulit yang lazim.
Nevi melanositik dapat terjadi pada usia berapa pun; namun, lesi tampak
berkembang paling cepat pada anak prapubertas dan usia belasan tahun. Nevi
melasonitik merupakan papula cokelat bundar atau oval yang berbatas tegas. Lesi
paling banyak dijumpai pada wajah, dada, dan tubuh bagian atas. Riwayat
keluarga, tipe kulit, dan pemajanaan matahari dianggap merupakan faktor
etiologis utama. Pigmentasi irregular, pertumbuhan cepat, perdarahan, dan
perubahan dalam konfigurasi atau tepi lesi merupakan tanda degenerasi maligna
yang mencemaskan. Eksisi bedah dan pemeriksaan histology diindikasikan pada
mole yang mengalami perubahan dengan cepat atau mempunyai tanda demikian.
Nevi biru merupakan papula atau tumor yang jarang, berwarna biru atau
hitam gelap, oval, berbentuk kubah dan berukuran 1-3 cm yang ditemukan pada
setengah tubuh bagian atas. Nevus ini tumbuh lambat dan mempunyai
kecenderungan menjadi ganas, tetapi dapat sukar untuk dibedakan secara klinis
13
dari tumor vaskular atau nevi melanosit atipikal. Jika diagnosisnya diragukan ,
biopsi eksisi merupakan tindakan diagnosis dan kuratif.
Diagnosis yang akurat dan tepat pada waktunya sangat penting karena
terdapat banyak penyebab lepuhan kulit yang berbeda. Keparahan penyakit dapat
berkisar dari lesi impetigo bulosa yang terlokalisasi dengan baik sampai bula
urtikaria yang sangat meradang dari pemfigoid bulosa dan deskuamasi tersebar
yang mengancam nyawa yang ditemukan pada nekrolisis epidermolitik toksik.
14
Desmosom, hemidesmosom, dan fibril penambat mempermudah adhesi
dari sel ke sel. Kelainan genetic atau destruksi imun struktur ini menimbulkan
bula. Demosom menghubungkan keratinosit yang berdekatan pada satu sama lain
dan berfungsi sebagai dan plak adhesi intradermal. Kehilangan integritas protein
desmoglein 1 atau 3 menyebabkan plak desmosomal yang kurang sempurna dan
pembentukan lepuhan intraepidermal. Hemidesmosom penting pada adhesi
epidermis terhadap dermis yang berada di bawahnya. Kolagen tipe XVII (juga
15
Penyakit ini disebabkan oleh Gluten, suatu protein yang ditemukan dalam
gandum hitam, gandum, dan barley, berperan dalam patogenesis DH. Atrofi vili
yeyunum dan inflamasi usus kecil terjadi, yang diikuti dengan enteropati.
16
Pada penyakit pemfigus vulgaris timbul bulla di lapisan terluar dari
epidermis klit dan membrane mukosa. Pemfigus vulgaris adalah autoimmune
disorder yaitu system imun memproduksi antibody yang menyerang spesifik
pada protein kulit dan membrane mukosa. Antibodi ini menghasilkan reaks yang
menimbulkan pemisahan pada lapisan sel epidermis (akantolisis) satu sama lain
karena kerusakan atau abnormalitas substansi intrasel. Tepatnya perkembangan
antibody menyerang jaringan tubuh (autoantibody) belum diketahui.
17