Anda di halaman 1dari 21

Gangguan Haid

F. Haid

Adalah : perdarahan secara periodic dan siklis dari rahim disertai pengeluaran
(deskuaminasi) endometrium

1. Haid normal:
a. Siklus haid di pengaruhi 3 unsur:
1) SSP: Korteks serebri, Hipothalamus, Hipofise,
2) Ovarium: Perkembangan folikel, esterogen, Progesteron.
3) Endometrium/uterus: Fase proliferasi, Fase sekresi, Menstruasi.
b. Siklus haid normal: 21-35 hari
c. Lama haid: 3-7 hari
d. Jumlah darah: 35-50 cc

Pada tiap silus haid dikenal

 Stadium menstruasi atau desquamasi : pada masa ini endometrium dilepaskan


dari dinding rahim disertai perdarahan : hanya lapisan tipis yang tertinggal yang
disebut stratum besale, stadium ini berlangsung 4 hari.
 Stadium post menstrum atau stadium regenerasi: luka yang terjadi karena
endometrium dilepaskan, berangsur-angsur di tutup kembali oleh selaput lendie
baru yang terjadi dari sel epitel kelenjar-kelenjarendometrium. Pada saat ini tebal
endometrium ± 0,5 mm, stadium ini sudah mulai waktu stadium menstruasi
berlangsung ± 4 hari.
 Stadium instrumenstrum atau stadium poliferasi : pada masa ini endometrium
tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm. kelenjar-kelenjar tumbuhnya lebih cepat dari
jaringan lain hingga berkelok. Stadium poliferasi berlangsung dari hari ke-5
sampai ke-14 dari hari pertama haid.
 Stadium preamenstrum atau stadium sekresi : pada stadium ini endometrium
tetap tebalnya tapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku dan
mengeluarkan getah. Dalam endometrium sudah tertimbun glycogen dan kapur
yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk sel telur. Stadium sekresi ini
berlangsung dari ke 14-28, kalau tidak terjadi kehamilan maka endometrium
dilepaskan dengan perdarahan dan berulang lagi sesuai siklus haid.
Pada tiap siklus haid FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh lobus
enterior hipofisis yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat
berkembang dalam ovarium. Umumnya satu folikel, kadang-kadang juga lebih
dari satu berkembang menjadifolikel de Graaf yang membuat esterogen.
Esterogen ini menekan produksi FSH, sehingga lobus interior hipofisis dapat
mengeluarkan hormone gonadotropin yang kedua yakni LH (luteinizinghormone).
Seperti telah diuraikan produksi hormone gonadotropin (FSH dan LH) adalah
dibawah pengaruh releasing hormone (RH) yang FH ini sangat dipengaruhi oleh
umpan balik esterogen terhadap hipotalamus. Pula oleh pengaruh dari luar.
Seperti cahaya, bau-abuan melalui bulbus olfaktorius, dan hal psikologik. Salah
satu contoh ialah di Negara bermusim dingin dan panas kehamilan lebih banyak
pada musim semi (mulai adanya cahaya) dan musim panas (ada banyak
cahaya). Sampai dimana bau bauan mempunyai pengaruh terhadap manusia
masih harus diselidiki lebih lanjut. Akan tetapi, apa yang ditemukan pada
percobaan dengan pheromones (bau bau yang merangsang berahi) pada kera
menyongkong dugaan bahwa bulbus alfaktorius mempunyai peranan untuk
mempengaruhi pengeluaran releasing hormones Pheromones terdiri atas
berbagai macam lemak, seperti asam asetat, propionat, isobutirat, isoveloriat,
dan isokaproat. Bahwa factor psikologik mempunyai peranan pula dapat
ditemukan antara lain pada wanita dengan pseudocyesis.
Bila penyaluran releasing hormone normal berjalan baik, maka produksi
gonadotropin-gonadotropin akan baik pula, sehingga follikel de Graaf selanjutnya
makin lama makin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang
mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium:
menyebabkan endometrium tumbuh atau berproliferasi. Di bawah pengaruh LH
follikel de Graaf menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, dan
kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh ovarium). Pada ovulasi ini
kadang-kadang terdapat pendarahan sedikit yang akan merangsang peritoneum
di pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain
(Mittelschmerz). Pula dapat diikuti oleh adanya pendarahan vagina sesedikit.
Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum (berwarna merah oleh karena
perdarahan tersebut diatas), yang akan menjadi korpus luteum (warnanya
menjadi kuning) di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic
hormones), suatu hormone gonadotropin juga. Korpus luteum menghasilkan
hormone progesteron. Progesreron ini mempunyai pengaruh terhadap
endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjar
berkeluk-keluk dan bersekresi (masa sekresi) Bila tidak ada pembuahan, korpus
luteun berdegenera dan ini mengakibatkan bahwa kadar estrogen dan
progesterone menurun. Menurutnya kadar estrogen dan progesterone
menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak
dilatasi dan statis dengan hipermenia yang diikuti oleh spasme dan iskemia.
Setelah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium
yang nekrotik Fase ini disebut haid atau mensis. Bila mana ada pembuahan
dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut diatas dipertahankan bahkan
berkembang menjadi korpus luteum graviditatis.
2. Dysfungsional Uterine Bleeding/ DUB: Perdarahan uterus abnormal (jumlah,
frekuensi dan lamanya) yang terjadi baik di dalam maupun diluar siklus haid
yang semata-mata disebabkan oleh gangguan fungsionil poros hypothalamus-
hopofise ovarium-endometrium.
3. Gangguan Haid:
a. Kelainan dalam banyak darah dan lamanya haid (Hipermenorea atau
menoraghia, Hipomenorea)
b. Kelainan siklus haid (polimenorea, Oligohidramnion Amenorea)
c. Perdarahan diluar haid (Metrorragia)
d. Gangguan haid yang ada hubungan dengan haid. (ketegangan prahaid,
perdarahan ovulasi ( Mittleschmerz), Dismenorea.)
4. Hipermenorea
a. Jadwal Siklus haid tetap, tetapi kelainan terletak pada jumlah perdarahan
lebih banyak dan dapat disertai gumpalan darah dan lama perdarahan
lebih dari 8 hari.
b. Penyebab
1) Kelainan uterus mioma uteri, hipoplasia, infeksi
2) Kelainan darah
3) Gangguan hormonal
c. Diagnosis
1) A/ haid banyak-banyak
2) 35 thn →→→ kuretase
d. Pengobatan
1) Progesterone: 16-25 siklus haid
2) Kombinasi E dan P: 16-25 siklus haid
3) Pil KB yang mengandung progesterone tinggi
5. Hipomenorea
Adalah : Jadwal Siklus haid tetap, tetapi lama perdarahan memendek kurang
dari 3 hari. Hipomenorhoe dapat disebabkan kesuburan endometrium kurang
baik karena keadaan gizi penderita yang rendah, penyakit menahun dan
gangguan hormonal.
Pengobatan : kombinasi E dan P hari ke 16-25 siklus haid
6. Menorhagia
a. ialah perdarahan haid yang banyak dari normal atau lebih lama dari
normal
b. sebab:
1) hipoplasia rahim
2) Astenia
3) Selama atau sesudah menderita penyakit
4) Pertumbuhan dirahim seperti mioma polip endometrium
5) Infeksi rahim
c. Pengobatan : Tergantung penyebab
1) Uterotonika
2) Operasi
3) Antibiotik
7. Amenorea
a. Ialah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih
b. Jenisnya:
1) Amenore primer bila seseorang wanita belum pernah mendapat
menstruasi pada usia 18 tahun atau lebih.
2) Amenore sekunder Bila seorang wanita per mendapatkan haid
kemudian terhenti sela tiga bulan berturut-turut atau lebih.
c. Sebab sebab
1) Keadaan fisiologis (Pada keadaan sebelum pubertas/menarche,
dalam kehamilan, maklaktasi, menopause
2) Kelainan pada aksis hipotalamus hipofisis ovarium
3) Kelainan congenital
4) Kerusakan sistem hormonal,
5) Penyakit-penyakit kronis dan kelainan gizi
d. Pengobatan: Tergantung penyebab
Secara umum hormonal dan perbaikan kesehatan
8. Pseudoamenore
a. Pada keadaan ini haid ada, tetapi darah haid tidak keluar karena
tertutupnya saluran alat kelamin
b. Gejala :
1) Nyeri siklik tanpa haid
2) Terlihat tonjolan diselaput dara yang tertutup berwarna kebiruan
karena darah yang terkumpul dibelakangnya.
c. Pengobatan insisi
9. Metroraghia
a. aIalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan
haid.
b. Pembagian:
1) Metroragia yang disebabkan oleh adanya kehamilan, seperti:
Abortus, Kehamilan diluar kandungan
2) Metroragia diluar kehamilan, disebabkan oleh:
 Karena luka yang tidak sembuh seperti pada Ca rahim: pada
waktu menopause, lebih sering pada wanita yang tidak
punya anak. Ca leher rahim: pada wanita yang banyak anak,
Perdarahan kontak (seng gama), erosi dan polip.
 Peradangan
 Hormonal
c. Pengobatan: Tergantung penyebab, operasi, penyinaran (radiasi) dan
hormonal
10. Dismenorea
a. lalah nyeri sebelum, sewaktu atau sesudah haid
b. Pembagian:
1) Dismenorea primer: Sejak pertama haid, biasanya tidak ada
kelainan alat kandungan.
a) Sebab: Psikogen, Penyakit kronis, penyempitan leher rahim
dan hormonal
b) Pengobatan: Psikoterapi, Analgetik, hormonal
2) Dismenore sekunder: terjadi kemudian, biasanya ada kelainan
a) Sebab: Infeksi, Mioma uteri dan polip Endometriosis
b) Terapi: tergantung penyebab Antibiotik.
11. Polimenorea: pada polimenorea terdapat siklus yang memendek dari biasa yaitu
kurang dari 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif tetap. Polimenorea
merupakan gangguan hormonal, dengan umur korpus luteum memendek,
sehingga siklus menstruasi menjadi lebih pendek.

Jenis/ Tipe Siklus Tipe Fertilitas Pengobatan


Pathogenesis Perdarahan Hormonal
Fase Bifasik Teratur + E : 2 x1
Folikuler
Memendek Hari Ke 3-8
Insufisiensi
Korpus Bifasik Sering + P : 5-10 mg/hr
Luteum Memanjang Hari Ke 18-25
Hanya Fase Monofasin Umumnya - Induk
Folikuler (anovulator) Memanjang Ovulasi

12. Oligomenorea : siklus yang memanjang ( >35 hari), sedangkan jumlah


perdarahan tetap. Oligomeroes disebabkan oleh gangguan hormonal.

Jenis/ Tipe Siklus Tipe Fertilitas Pengobatan


Pathogenesis Perdarahan Hormonal
Fase Folikuler Bifasik Teratur + Tidak perlu
Fase sekresi
Memanjang Bifasik Umumnya + Tidak perlu
Teratur
Hanya Fase Bifasik Memanjang - Induk
Sekresi Ovulasi
A. Infeksi Alat Kandungan

1. Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga peritoneum.
Untuk mencegah terjadinya infeksi dari luar dan untuk menjaga supaya infeksi
tak meluas. masing masing alat kandungan memiliki mekanisme pertahanan.
2. Vulva: Umumnya resisten terhadap infeksi dan Vulva ditutup oleh labia mayora
dan minor
3. Vagina: Selaput lendir tebal dan mengandung glikogen Basil doderlein buat
asam laktat sehingga pH menjadi rendah.
4. Leher rahim: Menghasilkan lendir menyukarkan masuknya kuman keatas.
5. Rahim: Pengelupasan selaput lendir rahim saat menstruasi
6. Saluran Telur: rambut getar dan gerak peristaltik kearah uterus.

Pembagian:

a. Infeksi rendah dari vulva, vagina, leher rahim dan gejala umumnya keputihan
b. Infeksi Tinggi dari rahim, saluran telur, indung telur dan ongga peritoneum, dan
gejala umumnya

keputihan dan nyeri

Keputihan Fisiologi Patologi


Jumlah Tidak berlebihan Banyak/berlebihan
Warna Jernih Putih, hijau, kuning
Bau Tidak berbau Busuk, amis
Rasa Tidak berasa Gatal, panas

1. Vulvitis
a. Radang selaput lendir labia dan sekitarnya.
b. Gejala perasaan panas dan nyeri terutama waktu kencing, Keputihan,
Gangguan senggama, Vulva memerah.
c. Sebab: Kurang kebersihan, Kuman, Jamur, Trikomonas
d. Pengobatan: Tergantung penyebab
2. Vaginitis
a. Penyebab Kebersihan yang kurang, Tampon didalam vagina, senggama
yang tidak bersih, Benda asing.
b. Gejala: Keputihan, perasaan panas atau nyeri vagina, perasaan gatal
pada vulva.
c. Pengobatan: antibiotik yang sesuai
3. Servisitis
a. Sebab Kuman, Tindakan intrauterine yang tidak sehat, Sekunder dari
Vagina.
b. Gejala Keputihan yang hebat, erosi di mulut rahim memerah, sekunder
dapat terjadi kolpitis dan vaginitis
c. Pengobatan : antibiotic
4. Endometritis akut
a. Terutama terjadi postpartum dan post abortum.
b. Gejala Demam, darah nifas berbau, kadang terjadi metroragia
c. Pengobatan : uterotonika, istirahat (fowler) antibiotic
5. Salfingitis akut
a. Sumbernya dari kuman
b. Dapat disebabkan oleh : kuman yang naik dari rongga uterus, kuman
yang menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari apendiks yang
meradang, kuman yang bersal dari aliran darah.
c. Gejala : demam tinggi, kadang menggigil, nyeri kiri dan kanan di perut
bagian bawah terutama ditekan, mual, muntah, menoragia, dan
dismenore
d. Pengobatan : istirahat antibiotic.

Bab 4
KLIMAKTERIUM, MENOPAUSE DAN SENIUM
Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti yang terdiri dari
kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani yang pertama kali digunakan
untuk menggambarkan berhentinya haid, ini merupakan suatu akhir proses biologis dari
siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormone Estrogen yang
dihasilkan ovarium (indung telur).

Penurunan kadar Estrogen, menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur,


dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause, ada tiga periode menopause,
yaitu :

1. Klimaterium, yaitu merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa
senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan pramenopause, antara usia 40
tahun, ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid
yang memanjang dan relative banyak.
2. Menopause, yaitu saat haid terakhir atau berhentinya menstruasi, dan bila
sesudah menopause disebu pascamenopause bila telah mengalami menopause
12 bulan sampai menuju ke senium, umumnya terjadi pada usia 50- an tahun.
3. Senium adalah periode sesudah pasca menopaus yaitu ketika individu mampu
menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik
antara usia 65 tahun.

Beberapa wanita juga mengalami berbagai gejala karena perubahan keseimbangan


hormone. Bagian-bagian tubuh dapat mulai menua dengan jelas, tetapi kebanyakan
wanita seharusnya tetap aktif secara fisik, mental dan seksual sesudah menopause
seperti sebelumnya.
Menopause mulai pada umur yang berbeda pada orang orang yang berbeda umur,
yang umum adalah sekitar 50 tahun meskipun ada sedikit wanita memulai menopause
pada umur 30-an, sementara wanita-wanita lain mulainya menopause tertunda sampai
umur 50-an.

A. TAHAP-TAHAP DALAM MENOPAUSE


Menoapause di bagi dalam beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Pra menopause
a. Fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium
b. Gejala-gejala yang timbul :
1) Siklus haid yang tidak teratur
2) Perdarahan haid yang memanjang
3) Jumlah darah haid yang banyak
4) Nyeri haid.
2. Peri menopause
a. Fase peralihan antara pra menopause dan pasca menopause,
b. Gejala-gejala yang timbul :
1) Siklus haid yang tidak teratur.
2) Siklus haid yang panjang.
3. Menopause
a. Haid alami terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen dalam
tubuh.
b. Keluhan keluhan yang timbul pada menopause Keringat malam
hari, mudah marah, sulit tidur, haid tidak teratur, gangguan fungsi
seksual, kekeringan vagina, sering terasa panas, gangguan pada
tulang, badan bertambah gemuk, gelisah, rasa khawatir, sulit
konsentrasi, mudah lupa, sering tidak dapat" menahan kencing,
nyeri otot sendi, stress, depresi

B. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA MENOPAUSE

Perubahan terjadi selama menopause adalah:

1. Perubahan Organ Reproduksi


Akibat berhentinya haid, berbagai reproduksi akan mengalami perubahan.
2. Perubahan Hormon
Sesuatu yang berlebihan atau kurang tentu mengakibatkan timbulnya
suatu reaksi pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah
perubahan hormone estrogen yang menjadi berkurang. Meski perubahan
terjadi juga pada hormon lainnya, seperti progesteron, tetapi perubahan
yang mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh maupun organ
reproduksi, juga psikis adalah perubahan hormon estrogen Menurunnya
kadar hormon ini menyebabkan terjadi perubahan haid menjadi sedikit,
jarang, bahkan siklus haidnya mulai terganggu, hal ini disebabkan tidak
tumbuhnya selaput lendir rahim akibat rendahnya hormon estrogen.
3. Perubahan Fisik
Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat
menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita,
keadaan ini berupa keluhan ketidak nyamanan yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Perubahan Emosi
selain fisik perubahan psikis juga sangat mempengaruhi kualitas hidup
seorang wanita dalam menjalani mana menopause sangat tergantung
pada masing masing individu, pengaruh ini sangat tergantung pada
pandangan masing masing wanita terhadap menopause, termasuk
pengetahuannya tentang menopause.

C. UPAYA UPAYA MENGHADAPI MENOPAUSE

Menopause adalah suatu hal yang alami, merupakan yang terjadi pada wanita
saat menopause sering berkaitan den gan gizi Antara lain, berat badan bertambah
karena aktivi tas berkurang sehingga pengeluaran energy pun berkurang. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Kebutuhan kalori dan zat gizi harus cukup, Kalsium bias diperoleh dari
susu, keju dan sereal.
2. Karbohidrat, Batasi mengkomsumsi lemak.
3. Vitamin.
Vitamin yang diperlukan antara lain :
a. Vitamin A, C dan E untuk anti oksidan
b. Vitamin D untuk penyerapan kalsium yang terdapat pada kuning
telur, hati, mentega, dan keju.
c. Vitamin B kompleks yang berguna untuk memperlambat datangnya
menopause terdapat pada kacang-kacang dan sereal C
4. Untuk memperlambat datangnya menopause, hindari kafein, kopi, alkohol,
minuman bersoda, rempah rempah dan makanan berlemak.
5. Terapi Hormon
a. Terapi sulih hormon atau HRT (Hormon Replacement Therapy)
merupakan pilihan untuk mengurangi keluhan pada wanita dengan
keluhan atau sindroma menopause.
b. Terapi sulih hormon juga berguna untuk mencegah berbagai
keluhan yang muncul akibat menopause, vagina kering, dan
gangguan pada seluruh kandung kemih.
c. Penggunaan terapi sulih hormon juga dapat mencegah
perkembangan penyakit akibat dari kehilangan hormon estrogen
seperti osteoporosis dan jantung koroner.
d. Dengan pemberian terapi sulih hormon, kualitas hidupnya dapat
ditingkatkan sehingga memberikan kesempatan untuk dapat hidup
nyaman, secara fisiologis maupun psikologi.

Bab 5

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV-AIDS

1. PMS ditularkan dari orang ke orang melalui kontak seksual per vaginal, oral atau
anal dengan patner yang terinfeksi, dan atau dari bumil yang terinfeksi kepada
janin atau bayinya saat kehamilan, persalinan
2. Sebagian besar asimptomatik
3. . Risiko tertinggi umur dibawah 25 th
4. Wanita lebih mudah terinfeksi dan sering asimptomatik
5. Wanita tanpa pengobatan timbul pelvic inflamatory disease (PID), infertilitas,
kehamilan ektopik, kanker saluran reproduksi, keguguran, kematian bayi dan
rentan terhadap HIV
6. Pria tanpa pengobatan rentan terhadap HIV, epididymitis, infertilitas, Reiter's
syndrome

A. GONORRHEA
1. Disebabkan oleh N Gonorrhoeae
2. Ditemukan pada saluran genitalia, mulut, mata, tenggorokan dan anus
3. Insidens tertinggi 15-24 tahun
4. Transmisi kontak sexual (vaginal dan amall
5. Transmisi vertical ibu ke anak
6. N. gonorrhoeae Gram negatip diplococcus
7. Mayoritas asimptomatik/ gejalanya ringan
8. Gejala: vagian/ penile discharge, nyeri pada saat kencing
9. Komplikasi pada wanita PID kehamilan ektopik infertilitas
10. Komplikasi pada pria epididymitis
11. Pada neonatal kebutaan
12. Asimptomatik 10% pria, 50% wanita

Manifestasi klinis

a. Uretritis, gatal, panas, dub, darah, nyeri ereksi


b. Disuria, polakisuria, edema, secret mukopurulen

B. OPTHALMIA NEONATURUM
a. Terjadi akibat infeksi pada saat persalinan per vagina
b. Penyebab N Gonorrhoeae (20-75%), C. trachomatis (15-35%)
c. Ditandai dengan konjungtivitis purulenta
d. Infeksi GO tanpa terapi jadi buta
e. Pencegahan dengan pemberian silver nitrat aban antibiotika tetes mata yang
diberikan segera setelah lahir

Diagnosis laboratorium:

a. Sampel: sekret genital, rektal, faringeal atau okular


b. Banyak secret: bersihkan dengan KMnO4 atau sublimat
c. Mikroskopik : Gram negatip, diplokokus dalam lekosik PMN
d. Kultur media selektif Thayer Martin Deteksi molecular

TREATMENT RECOMMENDATIONS
Gonococcal infections of the urethra, cervix, rectum, pharynx
 Recommended regimens:
 Cefixime, 400 mg oral as single dose, or
 Ceftriaxone, 250 mg IM as single dose, or
 Ciprofloxacin, 500 mg oral as single dose, or
 Ofloxacin, 400 mg oral as single dose, or
 Alternative regimens (not recommended for pharyngeal gonorrhea)
 Spectinomycin, 2 g IM as single dose
 Penicillin resistance (<5%) amoxicillin (amoxycillin), 2 g or 3 g
orally, plus probenecid, 1 g orally as a single dose
 Chlamydia testing to axciude confection or routinely performed additional
treatment for C trachomatis are recommended

Special situations
 Pregnancy/breastfeeding:
 Ceftriaxone, 250 mg IM as single dose, or
 Spectinomycin, 2 g IM as single dose, or
 Amoxicillin, 2 g or 3 g orally, plus probenecid, I g orally as a single
dose, when N. gonorrhocae isolate is penicillin sensitive
 Disseminated gonococcal infection
 Ceftriaxone, 1 g IM or IV every 24 hours,
 Cefotaxime, I g IV every 8 hours, or
 Ciprofloxacin, 500 mg IV every 12 hours, or
 Spectinomycin, 2 g IM every 12 hours
 Continue therapy for 7 days, may be switched after one day to oral
regimens
 Ophthalmia neonaturum:
 Ceftriaxone, 25-50 mg/kg IV or IM as single dose, not to exceed
125 mg

C. Sifilis
1. Nama lain : lues
2. Penyebab Treponema pallidum
3. Ulkus soliter, ulat atau lonjong, dasar bersih dengan indurasi, tidak ada
rasa nyeri
4. Kelenjar getah bening membesar, umumnya bilateral kenyal, tidak ada
nyeri dan tidak disertai eritema 5. Intermitent disease dengan sifilis primer,
skunder, tersier dan latent

Gejala klinis:

 Masa tunas 2-4 minggu, kadang sampai 13 mg


 Pada stadium awal timbul 1 bh benjolan merah,
 menjadi luka, tidak sakit, dan akan hilang sendiri.
 6-8 mg stadium sekunder, ditandai bercak
 Merah pada tubuh atau benjolan kecil-kecil
 2-3 tahun akan terjadi masa laten, tanpa
 gejala, tetapi penyakit masih ada.
 3-10 th menyerang susunan syaraf otak, pembuluh darah dan jantung

Diagnosis:

a. Pemeriksaan langsung Mikroskop medan gelap


b. Pemeriksaan Imunofluoresen : Indirect Fluoresent Antibody Test
c. PCR
d. Serologi non treponemal test: VDRL, RPR treponemal test : TPHA

MOTHER TO-CHILD TRANSMISSION AND CONSEQUENCES


Risk
 Infection of the mother from conception to 7th month of pregnancy
transmission in 100%; abortion, stillbirth, severe congenital syphilis
 Infection at least 2 years before pregnancy or earlier reduced risk of
transmission to 50% or less
 Infection after 7th month of pregnancy or less: reduced risk of
transmission
 Infection 3-6 weeks before labor no placental transmission; of perinatal
transmission

Consequences
 Spontaneous abortion (second or third trimester) (10%)
 Stillbirth (10%)
 Infant death (20%)
 Congenital syphilis (20%)
 Healthy child (40 %)

D. CHANCROID
1. Sinonim soft chancre, ulkus molle
2. Ulkus genital multipel, bentuk tidak teratur, dasar kotor, tepi bergabung,
sekitar ulkus eritema dan edema.
3. Terasa sangat nyeri
4. Biasanya tidak disertai gejala sistemik
5. Penyebeb Haemophylus ducreyi
6. Bakteri Gram negative yang bersifat fakultatif anaerob Lesi mirip dengan
PMS yang lain
7. Reservoir : prostitusi
8. Kemungkinan penularan setelah Kontak seksual tunggal 0,35
9. Wanita terinfeksi tanpa terapi infeksius sampai 45 hari meningkatkan
resiko infeksi HIV
10. Dx kultur

Terapi:

1. Azitromycin per oral 1 gram single dose


2. Ceftriaxone, 250 mg im single dose
3. Ciprofloksasin, 2 x 500 mg, selama 3 hari
4. Erytromisin base, 4 x 500 mg, selama 7 hari

E. HERPES SIMPLEX VIRUS


1. Sinonim : Herpes, Herpes simplex, Cold sore, Fever blister, Herpes
febrilis, Herpes labialis, Herpes gladiatorum. Scrum pox, Herpetic
whitlow, genital herpes, herpes proginetalis
2. Inkubasi 2-10 hari, dapat sampai 3 minggu
3. Herpes genitalis primer diawali dengan papul, vesikel, ulkus erosi
multiple, berkelompok, di atas dasar eritematosa, terasa sangat nyeri,
nyeri dan edema di inguinal, limfadenopati bilateral, kenyal
4. Disertai gejala sistemik 5. Menyebabkan infeksi orolabial dan genital
herpes (70 90% HSV-2)

Manifestasi Klinis
a. Infeksi primer 3-7 hari limfadenopati, malaise, anoreksia, panas, nyeri,
rasa terbakar
b. Lesi spesifik, vesikel eritematosus, "umbilicated" diikuti dengan
pustulasi dan atau ulserasi.
c. Penyembuhan dalan 2-6 minggu, infeksi rekuren; manifestasi lebih
ringan.

Diagnosis

a. Kultur virus
b. Direct immunofluoresen
c. Serologi western blot
d. Teknik molecular

F. HUMAN PAPILLOMA VIRUS


a. HPV DNA tumor viruses: 100 genotypes
b. Menginfeksi epitel atau kulit atau mukosa dan menyebabkan benign
papilloma or warts
c. Genital HPV sering dijumpai pada dewasa muda
d. Condyloma acuminata (benign genital warts) disebabkan oleh HPV-6
atau 11.
e. Infeksi oleh HPV-6 & 18, berkaitan dengan kanker leher rahim Terjadi
anogenital neoplasia – squamous intraepithelial lesions (SIL)
f. Pasien dengan imunodefisiensi berisiko tinggi untuk mendapat infeksi
HPV yang persisten dan progresif

Table 79,2 management of anogenital warts with grading of recommendations


Grading of recommendation (1), based on randomized, control ed trials of good quality
and consistency, (2), well conducted dinical studies but no randomized dinical trials.

MANAGEMENT OF ANOGENITAL WARTS WITH GRADING OF


RECOMMENDATIONS
Cytotoxic agent
 Podophylotoxin 0,5% solution, 0,15% cream (1)
Physical destruction
 Cryotherapy (liquid nitrogen, cryoprobe) (1)
 Trichloroacetic acid (TCA) 80-90% solution (1)
 Electrosurgery (1)
 Scissors excision (1)
 Leser vaporization (2)
Immunomodulatory
Imiquimod 5% cream (1)
2003 Elsevier-nd Ra Bolognia, Jorizzo and rapini Dermatology - www.dermtext.com

G. LYMPHOGRANULOMA VENEREUM (LGV)


1. Sinonim :Durand-Nicolas-Favre disease, Cilmatic Bubo, Strumous bubo,
Parodenitis inguinale, Lymphogranuloma inguinale
2. Disebabkan : Chlamydia trachomatis serovars L 1-3
3. Melalui 3 fase :
a. Infeksi pada mukosa genital
b. Limfadenopati inguinal unilateral.
c. Massa dan bubo, proctocolitis.

Manifestasi klinis LGV

a. Malaese, nyeri kepala, demam, tanda radang limfangitis


b. Papula, erosion or ulcel
c. Herpeticform vesicle
d. Non specific urethritis or cervicitis

Diagnosis

a. Deteksi antibodi complement fixation test


b. Kultur dengan McCoy cells, Yolk sacs telur, otak tilous
c. Deteksi molekuler

Pengobatan LGV

a. Doksisiklin 2 x 100 mg per oral


b. Untuk wanita hamil Eritromisin 4 x 500 mg per oral
c. Lama pemberian 3 minggu

H. AIDS-HIV
1. Definisi
a. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency
Syndrome adalah penyakit yang merupakan kumpulan gejala
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena
seseorang terinfeksi virus HIV.
b. HIV adalah singkatan dari Human Immuno Virus, termasuk family
Retrovirus, yang menyerang sistem kekebalan tubuh terutama
limfosit

2. Epidemiologi (WHO)
Tiga masa epidemi:
a. Epidemic pertama Penyebaran terjadi melalui hubungan seksual
(homo, hetero) dari ibu terinfeksi pada bayi dan melalui darah yang
tercemar. Epidemi ini terjadi secara diam diam
b. Epidemic kedua Berjangkitnya AIDS (simptomatis)
c. Epidemic ketiga: Bersifat sosial yaitu rasa ketakutan berlebihan,
penolakan, prasangka, diskriminasi, dan pengucilan terhadap
penderita AIDS

3. Cara penularan HIV/AIDS


a. Melalui hubungan seks tanpa alat pelindung, misalnya kondom
b. Melalui transfusi darah yang mengandung virus HIV
c. Melalui jarum suntik, alat tusuk lain (tusuk jarum, tindik, tatto) pisau
cukur, sikat gigi yang telah terkena darah pengidap HIV
d. Melalui ibu hamil yang mengidap HIV dan ditularkan kepada
janinnya atau bayi pada proses menyusui.
e. Melalui transplantasi jaringan/organ dari penderita HIV

4. Yang mempunyai risiko tinggi tertular HIV/AIDS


a. Kelompok yang aktif melakukan hubungan seksual dengan banyak
pasangan tanpa alat pelindung
b. Penerima transfusi darah yang tidak diskrining virus HIV
c. Bayi yang lahir dari ibu pengidap HIV
d. Pengguna jarum suntik yang bergantian oleh pengguna narkoba suntik
e. Orang yang menerima transplantasi organ/ jaringan dari orang yang
terkena HIV/AIDS

5. Perjalanan Infeksi
a. Mana inkubasi 5-10 tahun.
1) Mana jendela (window period) masuk HIV prubahan serologik
(A+) 1-3/6 bulan, terjadi sindroma Retroviral akut
2) Masa tanpa gejala (asimptomatik) 5-10 tahun
3) Pembesaran kel Limfe pembesaran kelenjar limfe menetap dan
merata, lebih dari 1 bulan.
4) Gejala klinis
a) Gejala Utama
(1) Demam berkepanjangan
(2) Diare kronis> 1 bulan
(3) Penerunan berat badan> 10%/3 bln
b) Gejala minor
(1) Batuk kronis> 1 bulan
(2) Infeksi candida mulut/tenggorokan
(3) Pembengkakkan KGB menetap
(4) Herpes zoster berulang
(5) Bercak gatal diseluruh tubuh
b. AIDS (+) kalau ditemukan 2 gejala utama dan 1 gejala minor
c. Indicator Sarcoma Kaposi atau pneumonia pneumosistis carini

6. Cara pemeriksaan HIV/AIDS


a. Enzyme Linked Immuno-Sorbent Assay (ELISA)
b. Tes Western Blot (WB)

7. Prosedur Tes

8. VCT (Voluntary Counselling Testing atau Tes dan Konseling HIV)


VCT : adalah suatu program yang bertujuan untuk melakukan skrining
HIV dengan beberapa persyaratan.
a. Syarat-syarat VCT adalah :
1) Sukarela
2) Dilakukan oleh staf yang terlatih
3) Menjaga privasi dan kerahasiaan klien
b. Prinsip-prinsip untuk VCT
1) Konfidensialitas
2) Informed consent
3) Dukungan dan pelayanan pre dan pasca tes

9. Cara Pencegahan HIV/AIDS


a. Meningkatkan ketahanan keluarga melalui pesan kunci :
1) A : Abstinence'
2) B : Be faithfull'
3) C : 'Condom'
4) D : Drugs"
5) E : Eguipment'
b. Pilihan kontrasepsi pada ODHA
1) Kondom
2) Kontrasepsi Hormonal (pil, injeksi dan implanon)
3) IUD
4) Sterilisasi
5) Metode kelender
c. Pencegahan
1) Penyuluhan terhadap orang yang berperilaku risiko tinggi
terhadap penularan penyakit untuk mengurangi risiko
penularan
2) Deteksi infeksi (simptomatik & asimptomatik) yang tidak
mau memeriksakan dirinya untuk mendapatkan pengobatan
yang tepat
3) Penatalaksanaan yang efektif untuk yang terinfeksi
4) Pengobatan & penyuluhan terhadap mitra seksual dari
mereka yang terinfeksi
d. Pria dengan risiko tinggi
1) Mitra seksual > 1 dalam bulan terakhir.
2) Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan
terakhir.
3) Mengalami satu atau lebih episode PMS dalam bulan
terakhir.
4) Perilaku istri / mitra seksual resiko tinggi.
e. Wanita dengan risiko tinggi
1) Suami / mitra seksual menderita PMS.
2) Suami / mitra seksual / pasien sendiri mempunyai mitra
seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir.
3) Mempunyai mitra baru dalam 3 bulan terakhir
4) Mangalami satu atau lebih episode PMS dalam 1 bulan
terakhir.
5) Perilaku suami / mitra seksual berisiko tinggi

10. . Komunikasi - Informasi – Edukasi


a. PMS faktor risiko dalam penularan HIV.
b. PMS harus diobati secara paripurna dan tuntas
c. Kondom dapat melindungi dari PMS dan HIV
d. Tidak dikenal pencegahan primer PMS dengan obat.
e. Mengobati sendiri cukup berbahaya
f. Komplikasi PMS membahayakan pasien
g. PMS umumnya seksual. ditularkan lewat hubungan
Bab 6

DETEKSI DINI KANKER GINEKOLOGI (CERVICAL CANCER)

1. Termasuk pencegahan secunder (secondary prevention.


2. Dilakukan pada wanita yang belum ada gejala klinik
3. Untuk menemukan stadium kanker yang lebih awal (lesi prekanker)→
kesembuhan pengobatan lebih tinggi.
4. Untuk menurunkan insidensi kanker invasive (pada kanker serviks).

A. PRINSIP DETEKSI DINI (SKRINING):


Dapat dilakukan pada populasi yang besar (mass screening)
1. Biaya murah dan sederhana
2. Perjalanan penyakit cukup panjang (seperti pada kanker serviks)
3. Kesadaran masyarakat cukup tinggi
4. Tersedia tenaga skriner yang cukup dan terlatih

1. Dasar skrining kanker serviks


a. Kanker servikn keganasan utama di Negara berkembang.
b. Di Indonesia keganasan no. 1 pada kanker wanita
c. Umumnya kanker serviks 70% dating pada stadium lanjut (atadium à IIB)
perlu skrining untuk mengetahui penyakit lebih awal (prekanker).
d. Tingginya kanker serviks karena kurangnya program DETEKSI DINI yang
EFEKTIF

2. Kendala skrining kanker serviks:


a. Wilayah yang sangat luas terdiri atas beribu-ribu pulau
b. Kurangnya SDM sebagai pelaku skrining
c. Kurangnya tenaga ahli patologi anatomi
d. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan skrining.

3. Metode skrining:
a. TEST PAP (PAP SMEAR)
b. IVA (inspeksi visual dengan aplikasi asam asetat)
c. KOLPOSKOPISER
d. VIKOGRAVI
e. PAP NET (KOMPUTERISASI)
f. TEST molekuler DNA-HPV

B. PRINSIP DASAR TEST PAP:


1. Epitel permukaan serviks selalu akan mengelupas (eksfoliasi) dan diganti
lapisan epitel di bawahnya.
2. Epitel permukaan merupakan gambaran jaringan di bawahnya.
3. Sediaan TEST PAP harus meliputi komponen ekto serviks dan endo serviks.
1. Hasil bacaan sitologi TEST PAP :
1) Klas 1 : tidak tampak sel abnormal
2) Klas 2 : adanya sel yang atipik tapi tak ada tanda-tanda keganasan
3) Klas 3 : adanya sel2 yang abnormal tapi tidak menyokong untuk
keganasan.
4) Klas 4 : hasil sitologi cenderung menyokong suatu keganasan
5) Klas 5 : jelas ditemukan sel-sel yang menunjukkan keganasan
(cytologiconclusive for malignancy)

2. Akurasi test PAP:


a. SENSITIVITAS untuk DETEKSI neoplasia intraepitel serviks (NIS) 50-
98%
b. NEGATIF PALSU: 8-30% untuk lesi skuammosa dan 40% untuk lesi
adenomatosa
c. SPESIFISITAS: 93%.
d. NILAI prediksi POSITIF: 80,2%.
e. NILAI prediksi NEGATIF: 90,3%

C. KEUNTUNGAN IVA (INSPEKSI VISUAL DENGAN APLIKASI ASAM ASETAT)


1. Mudah, praktis, mampu laksana.
2. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga
3. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana.
4. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana.
1) Pelaksanaan skring IVA;
a) Ruangan tertutup.
b) Meja periksa ginekologis.
c) Sumber cahaya yang cukup untuk melihat serviks.
d) Speculum vagina
e) Asam asetat (3-5%).
f) Swab lidi kapas.
g) Sarung tangan.
2) Teknik IVA
a) Speculum → melihat serviks yang telah dipulas dengan
asam asetat 3-5%
b) Hasil (+) pada lesi prekanker terlihat warna bercak putih
yang disebut ACETO WHITE EPITELIUM
c) Tindak lanjut IVA (+) Biopsi
3) Akurasi IVA
a) SENSITIVITAS 95%
b) SPESIFISITAS 99,7%
c) NILAI prediksi POSITIF 88,5%
d) NILAI prediksi NEGATIF 99,9%
D. PROGRAM SKRINING OLEH WHO:
1. Skrining pada setiap perempuan minimal 1x pada usia 35-40 tahun
2. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun
Yang ideal dan optimal lakukan tiap 3 tahun pada wanita usia. 25-60 tahun

Anda mungkin juga menyukai