DISUSUN OLEH:
Resha Aulia Niswara
Dery Rochmat Zulfikar
Muhamad Farhan Ro’id
Diana Khoiritunnisa
Aji Farhan
b. Hypomenorhoe (kriptomenorrhea)
Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih kurang dari
biasanya. Lama perdarahan: Secara normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau
haid lebih lama dari 7 hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada
endometritis, mioma.
c. Polimenorea (Epimenoragia)
Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari,
sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa. d.
Oligomenorrhoe Suatu keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang
lebih dari 35 hari
d. Amenorca
Adalah keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut. Amenorca
Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun. Amenorea
Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami haid
tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.
e. Metroragia
Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.
Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan cktopik.
Metroragia diluar kehamilan.
f. Dismenore
Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75% wanita dan
memerlukan pengobatan. Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai
sekarang belum jelas.
Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun fungsional);
adalah nyeri haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat
kandungan.
Fisiologi
Reproduksi wanita di bagi atas 2 bagian, yaitu
Alat genitalia eksterna
1. Mons veneris adalah bagian yang menonjol di bagian depan simfisis, terdiri
dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat.
2. Labia mayora (bibir besar) adalah bagian lanjutan dari mons veneris yang
berbentuk lonjong. Kedua bibir in akan bertemu dan mem-bentuk perineum.
Bibir in mengandung kelenjar sebasea (lemak).
3. Labia minora (bibir kecil) adalah lipatan dibagian dalam bibir besar tapa
rambut. Diatas klitoris bibir ini bertemu dan membentuk pre-pusium klitoridis
dan dibawahnya bertemu membentuk prenulum klitoridis. Bibir in
mengelilingi orifisium vagina.
4. Klitoris, terletak di bawah prepusium klitoridis dan di atas orifisium
5. Vestibulum
a. Dibatasi oleh bibir kecil, bagian atas klitoris, dan bagian belakang (bawah)
pertemuan kedua bibir kecil
b. Bermuara pada uretra, dua lubang kelenjar bartholini dan kedia, lubang
saluran skene.
6. Hymen (selaput dara), jaringan yang menutupi lubang vagina.
7. Kelenjar Bartholini dan Skene
Alat genitalia interna
1. Vagina (liang senggama)
Terletak antara kandung kemih dan rectum. Panjang bagian depan 9 cm
dan dinding belakangnya 11 cm. Terdapat lipatan-lipatan melintang
disebut rugae Di wjung vagina terdapat serviks merupakan bagian dari
rahim. Bagian serviks yang menonjol disebut portio.
2. Uterus (rahim), berbentuk seperti buah alpukat, terletak dalam rongga
panggul kecil di antara kandung kemih dan anus.
3. Tuba fallopii adalah tubulo-muskuler yang panjangnya sekitar 12 cm
dengan diameternya 3-8 mm.
4. Ovarium terdapat dua buah yaitu kanan dan kiri. Ovarium mengarah pada
uterus tergantung pada ligamentum infundibulopelvikum dan melekat pada
ligamentum latum melalui mesovarium.
5. Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat diantara kedua lembar
ligamentum.
D. Etiologi
Penyebab gangguan haid dapat karena kelainan biologik (organik atau
disfungsional) atau dapat pula karena psikologik seperti keadaan - keadaan stress dan
gangguan emosi atau gangguan biologik dan psikologik. Siklus menstruasi
mempunyai hubungan tertentu terhadap keadaan fisik dan psikologik wanita. Banyak
penyebab gangguan haid, yaitu berdasarkan kelainan yang dijumpai seperti:
a. fungsi hormon terganggu haid terkait dengan system hormone yang diatur otak,
tepatnya dikelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke
indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu,
otomatis terjadi gangguan pada menstruasi.
b. Kelainan sistemik Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi
siklus haid karena sistem metabolism di dalam tubuhnya tak bekerja dengan
baik, atau wanita yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi
sistem merabolisme sehingga haid pun tidak teratur.
c. Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress,
wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan menurun drastis, bahkan sakit-
sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Jika metabolisme terganggu, haid pun
juga ikut terganggu.
d. Kelenjar gondok Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa
menyebabkan tidak teraturnya haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar
gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun kartalu rendah (hipotiroid) yang
dapat mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
e. Hormon prolaktin berlebih Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang
wanita tidak haid, karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada
wanita yang tidak sedang menyusui hormon prolaktin juga bisa tinggi, biasanya
disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala.
E. Tanda dan Gejala
Manifestasi gangguan menstruasi menurut Baziad 2012:
a. Nyeri merupakan tanda khas yang paling sering ditemukan pada disminorea
b. Kelemahan biasanya terjadi pada gangguan menstruasi hipermenora, pms,
disminorea
c. Pusing biasanya terjadi pada gangguan menstruasi hipermenorea, amenorea d.
Muntah
d. Spotting (bercak) biasanya terjadi pada gangguan menstruasi hipermenorea,
disminorea
e. Kram perut biasanya terjadi pada gangguan menstruasi hipermenorea, metroragia
Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi hipermenorea, amenorea
F. Patofisiologi
1. Fase Folikuler
Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi
pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi
pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar
FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 folikel
yang masing-masing mengandung 1 sel telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus
tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan
sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.
Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah
dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-
sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan.
Perdarahan menstruasi berlangsung selam 3-7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah
yang hilang sebanyak 28 -283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku
kecuali jika perdarahannya sangat hebat.
2. Fase ovulasi
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur.
Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan
kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya
pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan
nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz,
yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.
3. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah
melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk kapus
luteum yang menghasilkan sebagian besar progesteron. Progesteron menyebabkan
suhu tubuh sedikit meningkat selama fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus
yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan
terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang
baru akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus
luteum mulai menghasilkan HCG (hormone chorionic gonadotropin). Hormon ini
memelihara korpus luteum yang menghasilkan progesterone sampai janin bisa
menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya
peningkatan kadar HCG.
Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu:
1. Fase Menstruasi atau dekuamasi Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari
dinding uterus disertai perdarahan hanya stratum basale yang tinggal utuh.
Darah haid mengandung darah vena dan arteri dangan sel-sel darah merah
dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan struma yang mengalami
disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjar- kelenjar
vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.
2. Fase pasca haid atau fase regenerasi Luka endometrium yang terjadi akibat
pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh
selaput lendir yang tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase ini telah mulai sejak
fase menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.
3. Fase Proliferasi Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm.
Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid.
4. Fase pra haid atau fase sekresi Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan
berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini endometrium tebalnya
tetap, bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan
mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Di dalam endimetrium
tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk
telur yang dibuahi
G. Test Diagnostik
1. Rontgen: thorax terhadap tuberkulosis serta sella tursika
2. Sitologi-kagina
3. Tes toleransi glukosa
4. Pemeriksaan mata untuk mengetahui tanda tumor hipofise
5. Kerokan uterus
6. Pemeriksaan metabolisme basal atau T3 dan T4 tiroid
7. Laparoskopi
8. Pemeriksaan kromatin seks
9. Pemeriksaan kadar hormon
H. Penatalaksanaan Medis
a. Amenorea
Penatalaksanaan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika
penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita
dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Pengobatan di berikan bergantung
pada penyebab amenorea. Terapi hormonal dan konseling sebagai gangguan
konsep diri dapat diberikan kepada pasien Jika penyebabnya adalah olah raga yang
berlebihan, penderita dianjurkan untuk menguranginya. Jika seorang anak
perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi (amenore primer ) dan
selama hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3-6 bulan
untuk memantau perkembangan pubertasnya. Untuk merangsang menstruasi bisa
diberikan progesteron. Untuk merangsang perubahan pubertas pada anak
perempuan yang payudaranya belum membesar atau rambut kemaluan dan
ketiaknya belum tumbuh, bisa diberikan estrogen. Jika penyebabnya adalah tumor,
maka dilakukan pembedahan untuk mengangkat tumor tesebut.
b. Oligomenorea
Penatalaksanaan yang diberikan kepada penderita oligomenorea akan disesuaikan
dengan penyebabnya. Oligomenorea yang terjadi pada tahun-tahun pertama setelah
haid pertama dan oligomenorea yang terjadi menjelang menopause tidak
memerlukan pengobatan yang khusus. Sementara oligomenorea yang terjadi pada
gangguan nutrisi dapat diatasi dengan terapi nutrisi dan akan didapatkan siklus
menstruasi yang reguler kembali. Pada umumnya, disamping mengatasi faktor
yang menjadi penyebab timbulnya,penderita oligomenorea juga akan diterapi
dengan menggunakan terapi hormone.Jenis hormon yang diberikan akan
disesuaikan dengan jenis hormon yang mengalami penurunan dalam tubuh (yang
tidak seimbang). Pasien yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3
bulan setelah terapi diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang
terjadi.
c. Polimenorea
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh dengan
sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter jika polimenorea
berlangsung terus menerus. Polimenorea yang berlangsung terus menerus dapat
menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh akibat darah yang keluar terus
menerus.Disamping itu, polimenorea dapat juga akan menimbulkan keluhan
berupa gangguan kesuburan karena gangguan hormonal pada polimenorea
mengakibatkan gangguan ovulasi (proses pelepasan sel telur). Wanita dengan
gangguan ovulasi seringkali mengalami kesulitan mendapatkan keturunan.
d. Menoragia atau Hipermenore Pengobatan menorrhagia sangat tergantung kepada
penyebabnya. Untuk memastikan penyebabnya, dokter akan melakukan beberapa
pemeriksaan seperti pemeriksaan darah, tes pap smear, biopsi dinding rahim,
pemeriksaan USG, dan lain sebagainya. Jika menoragia diikuti oleh adanya
anemia, maka zat besi perlu diberikan untuk menormalkan jumlah hemoglobin
darah. Terapi hormonal yang diberikan iasanya berupa obat kontrasepsi kombinasi
atau pill kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron. Menorrhagia yang
terjadi akibat adanya mioma dapat diterapi dengan melakukan terapi hormonal
atau dengan pengangkatan mioma dalam rahim baik dengan kuretase ataupun
dengan tindakan operasi.
e. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari
biasa. Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat
sedikit (<30cc). Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium
kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan
hormonal(kekurangan estrogen maupun progesteron)
f. Metroragia Suatu perdarahan vagina antara periode menstruasi teratur merupakan
bentuk disfungsi disfungsi menstruasi yang paling signifikan karena hal itu dapat
menunjukkan adanya kanker, tumor jinak uterus, dan masalah-masalah psikologi
lainnya. Kondisi ini menegakkan diagnosa dan pengobatan dini. Meskipun
pendarahan antara periode menstruasi pada wanita yang menggunakan kontraseptif
oral biasanya bukan masalah yang serius, namun perdarahan tak teratur pada
wanita yang mendapat terapi penggantian hormon harus dievaluasi lebih lanjut.
g. Dismenorea
Terapi medis untuk klien disminorea diantaranya:
● Pemberian obat analgesik
● Terapi hormonal
Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi.
Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian messovarium ligamen
lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira
setinggi spina illiaka anterior superior, dan ligamentum ovarii propium, yang mengikat
ovarium ke uterus. Pada palpasi, ovarium dapat digerakkan. Ovarium memiliki asal
yang sama (homolog) dengan testis pada pria.Ukuran dan bentuk ovarium menyerupai
sebuah almond berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat berubah menjadi
dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi
yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah
maturasi seksual, luka panut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang membuat
permukaan nodular menjadi kasar (Zakiah, 2014)
1. Marg Liberal (margo yang bebas tanpa penggantung) dan Margo Mesovaricus
(margo yang menempel pada mesovarium)
2. Extremitas Uterina (superior) ujung yang yang dekat dengan uterus dan
Ekstremitas Tubaria (inferior) ujung yang dekat dengan Tubae Unterinae.
3. Facies Medialis (Facies yang datar yang menghadap ke Tubae Uterinae) dan
Facics Latelaris (facics yang lebih cembung yang menghadap ke Ligamentum
Suspensorium Ovarii)
Fisiologi Ovarium :
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk kelenjer dan tempat menghasilkan
ovum. Kelenjar itu berbentuk biji buah kenari, terletak di kanan dan kiri uterus, di
bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri
(Evelin, 2012).
Ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh epitelium
germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel
primordiial dan medula sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan
pembuluh darah, serabut sara dan sedikit otot polos. (Bobak, 2011).
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh peritoneum /serosa.
Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita nullipara panjang 6-8
cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita multipara. Berat uterus wanita yang
pernah melahirkan antara 50-70 gram. Sedangkan pada yang belum pernah melahirkan
beratnya 80 gram/ lebih.
Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa penelitian
mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1 sel neoplasma soliter
(satu sel ganas) yang berada diantara otot polos miometrium (otot polos di dalam
rahim). Selain itu didapatkan juga adanya faktor keturunan sebagai penyebab
mioma uteri. Pertumbuhan dari leiomioma berkaitan dengan adanya hormone
estrogen. Tumor ini menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa
reproduksi, ketika pengeluaran estrogen maksimal. Mioma uteri memiliki
kecenderungan untuk membesar ketika hamil dan mengecil ketika menopause
berkaitan dengan produksi dari hormon estrogen. Apabila pertumbuhan mioma
semakin membesar setelah menopause maka pertumbuhan mioma ke arah
keganasan harus dipikirkan. Pertumbuhan mioma tidak membesar dengan
pemakaian pil kontrasepsi kombinasi karena preparat progestin pada pil kombinasi
memiliki efek anti estrogen pada pertumbuhannya. Perubahan yang harus diawasi
pada leiomioma adalah perubahan ke arah keganasan yang berkisar sebesar 0,04%.
1. Umur :
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
2. Paritas :
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik :
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
E. Tanda dan gejala
Gejala klinik mioma uteri adalah:
1) Perdarahan tidak normal
Merupakan gejala yang paling umum dijumpai. Gangguan perdarahan
yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan metrorargia. Beberapa faktor
yang menjadi penyebab perdarahan ini antara lain adalah: pengaruh ovarium
sehingga terjadilah hiperplasia endometrium, permukaan endometrium yang
lebih luas dari pada biasa, atrofi endometrium, dan gangguan kontraksi otot
rahim karena adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga
tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat
perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah,
pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi
a. Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi
b. Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
c. Gangguan kontraksi otot rahim
d. Perdarahan berkepanjangan
Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena
kekurangan darah, pusing, cepat lelah dan mudah terjadi infeksi.
2) Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi:
a. Terasa berat di abdomen bagian bawah
b. Sukar miksi atau defekasi
c. Terasa nyeri karena tertekannya urat syaraf
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada
uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul.
3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi:
a. Kehamilan dapat mengalami keguguran
b. Persalinan prematurus
c. Gangguan saat proses persalinan
d. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas
e. Kala ke tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan
F. Patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyakdibanding miometrium
normal. Teori “Cell Nest” atau teori “Genitoblat” membuktikan dengan pemberian
estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur.
Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi
pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan
juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat
degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya,
mioma terdiri dari mioma submukosum, intramuskular dan subserosum.
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi.
sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi
pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan
menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat
menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga
uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan
menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau
ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat
dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba
falofii. Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal
ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.
G. Test Diagnostik
Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus Mioma Uteri
adalah :
1) Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit
turun/meningkat, Eritrosit turun.
2) USG (Ultrasonografi) : terlihat massa pada daerah uterus.
3) Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
4) Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5) Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi.
6) ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.
7) Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan
adanya Mioma Uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada
uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar paling baik diobservasi
melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma Uteri secara khas menghasilkan
gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun
pembesaran uterus. Adanya klasifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik
dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang
hipoekoik.
8) Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya Mioma Uteri submukosa, jika
tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
9) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma,
tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap
terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat
mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk
mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus -
kasus yang tidak dapat disimpulkan.
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu :
1. Penatalaksanaan koservatif sebagai berikut :
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
b. anemia, Hb < 89 % tranfusi PRC
c. Pemberian zat besi
d. Penggunaan agonis GnRH lenprotid asetat 3,75 mg 1M pada hari 1-3
menstruasi setiap minggu sebanyak 3 kali. Obat ini mengakibatkan
pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi
genedropin dan menciptakan keadaan hipohistrogonik yang serupa
yang ditekankan pada periode postmenopause efek maksimum dalam
mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu. Terapi
GnRH . Ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena
memberikan beberapa keuntungan , mengurangi kehilangan darah
selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfuse
darah, namun obat ini menimbulkan kehilangan masa tulang meningkat
dan osteoporosis pada waktu tersebut.
2. Penatalaksanaan operatif bila
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
b. Pertumbuhan tumor ceppat
c. Mioma subserosa, bertangkai, dan torsi
d. Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
e. Hipermenoria pada mioma submukosa
f. Penekanan pada organ sekitarnya
1. Radioterapi.
a. Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan.
c. Bukan mioma jenis submukosa
d. Tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada rectum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause.
2. Operasi
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada
penderita mioma uteri secara umum. Miomektomi dilakukan pada wanita
yang masih menginginkan keturunan. Syaratnya harus dilakukan kuretase
dulu, untuk menghilangkan kemungkinan keganasan.
Kerugian:
a) Melemahkan dinding uterus, sehingga dapat menyebabkan rupture uteri
pada waktu hamil.
b) Menyebabkan perlekatan.
c) Residif.
I. Komplikasi
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
2. Torsi ( putaran tungkai mioma ) dari :
1) Mioma uteri, subsemsa
2) Mioma uteri subumatosa
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguans
irkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah
syndrome abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak
terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat
banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang
menyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan gangguan-
gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri
3.Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi
4. Pengaruh timbale balik mioms dan kehamilan
1) Pengaruh mioma terhadap kehamilan
2) Infeksi
3) Abortus
4) Persalinan premature dan kelaianan letak
5) Infeksia uteria
6) Gangguan jalan persalinan
7) Retensi plasenta
5. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri bertangkai
⮚ Fisiologi
● Tubuh atau batang: Berbentuk seperti tabung atau silinder, tubuh penis
terdiri dari tiga ruang internal. Di dalam bilik-bilik ini ada jaringan
ereksi khusus seperti spons, yang berisi ribuan ruang besar yang terisi
darah saat seorang pria terangsang secara seksual.Saat penis terisi
darah, penis menjadi kaku dan ereksi, yang memungkinkan penetrasi
saat berhubungan seks. Kulit penis kendur dan elastis, memungkinkan
terjadinya perubahan ukuran penis selama ereksi.
● Kelenjar: Ini adalah ujung penis yang berbentuk kerucut. Kelenjar,
yang juga disebut kepala penis, ditutupi dengan lapisan kulit longgar
yang disebut kulup. Kulit ini terkadang dihilangkan dalam prosedur
yang disebut sunat.
Tabung yang mengangkut air mani dan urine keluar dari tubuh
terletak di ujung kelenjar penis. Area ini juga mengandung banyak
ujung saraf yang sensitif. Semen adalah cairan yang mengandung
sperma dan dikeluarkan (ejakulasi), melalui ujung penis saat pria
mencapai klimaks seksual (orgasme). Saat penis ereksi, aliran urine
tersumbat dari uretra, sehingga hanya air mani yang keluar saat
orgasme.
2. Skrotum
Skrotum adalah kantong longgar seperti kulit yang menggantung di
belakang penis. Skrotum menahan testis dan mengandung banyak saraf
serta pembuluh darah. Skrotum melindungi testis dengan cara
mengontrol suhu di area tersebut. Untuk perkembangan sperma yang
normal, suhu testis harus sedikit lebih dingin dari suhu tubuh. Otot-otot
khusus di dinding skrotum memungkinkannya berkontraksi
(mengencangkan) dan mengendur, menggerakkan testis lebih dekat ke
tubuh untuk kehangatan dan perlindungan.
3. Testis
Testis adalah organ oval seukuran buah zaitun yang sangat besar yang
terletak di dalam skrotum, diikat di kedua ujungnya oleh struktur yang
disebut korda spermatika. Testis bertanggung jawab memproduksi
testosteron, hormon seks utama pria, dan untuk memproduksi sperma.
Di dalam testis terdapat gulungan tabung yang disebut tubulus
seminiferus. Tubulus ini bertanggung jawab untuk memproduksi sel
sperma melalui proses yang disebut spermatogenesis.
4. Epididimis
Epididimis adalah tabung panjang melingkar yang terletak di bagian
belakang setiap testis. Ini berfungsi membawa dan menyimpan sel
sperma yang dibuat di testis. Testis juga memiliki fungsi untuk
mematangkan sperma sehingga siap melakukan pembuahan.
D. Etiologi
Penyakit menular seksual bisa disebabkan oleh:
● Bakteri, seperti clamidia trachomatis (klamidia), treponema pallidum (sifilis),
neisseria gonorrhoeae (gonore), ,
● Virus, seperti human papilomavirus (kutil kelamin),
● Komplikasi kehamilan.
● Peradangan mata.
● Radang sendi.
● Penyakit radang panggul.
● Infertilitas.
● Penyakit jantung.
● Kanker servik.
● Kanker dubur.
Bila ibu hamil tertular penyakit menular seksual, maka penyakit tersebut bisa
menular ke bayi dan menyebabkan beberapa masalah kesehatan berikut:
● Infeksi.
● Radang paru-paru.
● Meningitis.
● Kebutaan.
● Kehilangan pendengaran.
● Kerusakan otak.
● Kematian.
Bohl, Lowdermilk, & Jensen (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih bahasa Maris A.
Wijayarini, Peter 1. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC. Bemon Ralp C dan Martin L. Pernoll 2008.
Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.
PPNI (2016).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia;Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI