Anda di halaman 1dari 15

KONSEP KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR

DISUSUN OLEH :

HERMAN

IMAS

VINA

AKADEMI KEPERAWATAN YATNA YUANA LEBAK

Jln. Jend Sudirman Km. 2 Rangkasbitung, 42315

Telp. (0252) 201116 / 209831

Email : akperyatna@yahoo.co.id Website : www.akperyatna.co.id

LEBAK-BANTEN
A. Pembersihan Jalan Napas

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan(Nadya, 2013).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan
yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya
dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul (Siti Noorbaya & Herni
Johan, 2019).

Asfiksa neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada
saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis (Ani Triani &
Ika Putri Damayanti, 2015)

Riwayat mengonsumsi jamu selama hamil memiliki risiko 7 kali untuk


melahirkan bayi asfiksia, namun hasil ini tidak dapat disimpulkan bahwa jamu dapat
menyebabkan asfiksia karena terdapat beberapa hal yang tidak dapat diungkap dalam
penelitian ini terkait dengan diagnosis asfiksia pada bayi baru lahir seperti waktu
terpapar dengan pajanan, baik dalam hal keteraturan dalam mengonsumsi, dosis,
kekentalan, dan lain sebagainya. Kondisi bayi baru lahir sangat erat kaitannya dengan
keterampilan penolong persalinan. Bayi yang se- harusnya dapat lahir sehat, namun
karena pengelolaan persalinan yang kurang baik dan tenaga penolong yang tidak
terampil dapat menyebabkan bayi lahir dengan asfiksia (Dewi Purnamawati & Iwan
Ariawan, 2012).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir
biasa disebabkan karna faktor ibu seperti preeklampsi, postmatur, dan lilitan tali pusat
yang dimana terdapat hubungan dengan penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru
lahir (Desni Sagita Yona & Desi Kumalasari, 2017).

Semakin lama persalinan semakin tinggi morbilitas janin dan sering terjadi asfiksia
akibat partus lama.sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi pada partus
lama memerlukan perawatan yang khusus. Bahaya partus lama lebih besar lagi
apabila kepala bayi macet diperineum untuk waktu yang lama dan tengkorak kepala
janin terus terbentur pada panggul ibu. Partus lama kala II, bradikardia janin kadang
terjadi ketika ibu menahan nafas dalam waktu lama, dan usaha mengejan ibu dapat
meningkatkan tekanan terhadap kepala janin. Efek pada janin mengakibatkan oksigen
dalam darah turun dan aliran darah ke plasenta menurun sehingga oksigen yang
tersedia untuk janin menurun, akibatnya dapat menimbulkan hipoksia janin.
Berdsasarkan ini menunjukkan bahwa bayi dengan asfiksia terjadi pada ibu bersalin
yang mengalami partus lama (Jumung, Martinus 2014).

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
normal. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah
persalinan. Tingginya angka kematian janin dalam kandungan ini sebenarnya dapat
diatasi dengan Antenatal Care yang teratur, sehingga jika terdapat komplikasi maka
akan dapat diatasi dengan cepat. Dan ini berdasarkan

B. Merawat tali pusat

TEHNIK PERAWATAN BAYI

A. Perawatan Tali Pusat .


- Bersihkan pangkal tali pusat dengan menggunakan sabun dan air .Jika
menggunakan alkohol, gunakan cotton bud untuk mengusap tali pusat
terutama bagian pangkal tali pusat. Hal ini sebaiknya dilakukan setiap
kali mengganti popok bayi.
- Laporkan ke tenaga kesehatan jika tercium bau, terdapat keluaran
(nanah, cairan), atau peradangan di sekitar tali pusat.
- Penjepit dapat dilepas saat tali pusat telah kering (sekitar 24 jam)
- Popok/pampers tidak boleh menutupi tali pusat karena dapat mencegah
tali pusat untuk cepat kering.
- Tali pusat akan terlepas setelah hari ke-10 hingga hari ke-14.
- Saat tali pusat terlepas, beberapa tetes darah dapat keluar saat bayi
menangis. Hal ini akan membaik dengan sendiri dan bukan merupakan
tanda bahaya..
C. Menilai APGAR
PENILAIAN APGAR |
DESKRIPSI
- Penilaian Apgar adalah metode penilaian yang digunakan untuk mengkaji
kesehatan neonatus dalam 1 sampai 5 menit setelah lahir.
- Nilai Apgar merupakan standar evaluasi neonatus dan dapat digunakan
sebagai data dasar untuk evaluasi di kemudian hari.
- Nilai Apgar meliputi 5 kategori: frekuensi jantung, usaha bernapas, tonus otot,
iritabilitas refleks, dan warna neonatus.
- Setiap kategori diberi nilai 0, 1, atau 2: kelima nilai dijumlahkan, dengan nilai
tertinggi 10.
- Nilai 7 sampai 10 dianggap baik.
- Nilai 4 sampai 6 berarti bahwa kondisi neonatus  perlu diperhatikan dan
neonatus membutuhkan bersihan jalan napas dan oksigen tambahan.
- Nilai di bawah 4 berarti bahwa neonatus dalam bahaya yang serius dan perlu
resusitasi
D. Stimulasi
Bayi risiko tinggi ialah bayi yang secara klinis belum menunjukkan hambatan
perkembangan tetapi berpotensi untuk mengalami gangguan perkembangan akibat
faktor risiko biomedik, lingkungan psikososial atau sosial ekonomi. Faktor risiko
tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat mengganggu perkembangan otak,
sehingga mengganggu perkembangan gerak, komunikasi, kognitif, emosi-sosial dan
perilaku. Plastisitas otak adalah kemampuan susunan saraf untuk menyesuaikan diri
berupa perubahan anatomi, kemampuan neurokimiawi atau perubahan metabolik.
Stimulasi dini adalah rangsangan auditori, visual, taktil dan kinestetik yang diberikan
sejak perkembangan otak dini, dengan harapan dapat merangsang kuantitas dan
kualitas sinaps sel-sel otak, untuk mengoptimalkan fungsi otak. Stimulasi dini harus
memperhatikan tahapan maturasi otak, waktu, jenis stimulasi, cara melakukan
stimulasi, intensitas, perbedaan individual, keterpaduan dan dukungan program lain
yang berkelanjutan. Peran dokter dan perawat di ruang bayi baru lahir, serta orangtua
sangat penting, oleh karena itu mereka perlu dibekali pengetahuan dan ketrampilan
mengenai stimulasi dini.
E. Nutrisi dan cairan
Nutrisi
Air susu ibu (ASI) adalah emulsi lemak berbentuk globulus dalam air,
mengandung
agregat protein, laktosa, dan garam-garam organik yang diproduksi oleh alveoli
kelenjar payudara seorang ibu
ASI eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012
adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat,
vitamin, dan mineral). Pemberian ASI direkomendasikan sampai dua tahun atau lebih.
Alasan ASI tetap diberikan setelah bayi berusia 6 bulan, karena sekitar 2/3 kebutuhan
energi seorang bayi pada umur 6-8 bulan masih harus dipenuhi melalui ASI. Pada
umur 9-12 bulan sekitar ½ dari kebutuhannya dan umur 1-2 tahun hanya sekitar 1/3
dari kebutuhannya MENKES/SK/VI/2004 tentang pemberian ASI
secara eksklusif di Indonesia adalah:
1. Menetapkan ASI eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan dianjurkan dilanjutkan
sampai dengan anak berusia 2 tahun atau lebih dengan pemberian makanan tambahan
yang sesuai.
2. Tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang melahirkan
untuk memberikan ASI eksklusif dengan mengacu pada 10 langkah keberhasilan
menyusui.
Komponen dan Komposisi ASI
Nutrisi yang terkandung di dalam ASI cukup banyak dan bersifat spesifik pada
tiap ibu.Komposisi ASI dapat berubah dan berbeda dari waktu ke waktu disesuaikan
dengan kebutuhan bayi sesuai usianya. Berdasarkan waktunya, ASI dibedakan
menjadi tiga stadium, yaitu:
1. Kolostrum (ASI hari 1-7)
Kolostrum merupakan susu pertama keluar,berbentuk cairan kekuningan yang
diproduksi beberapa hari setelah kelahiran dan berbeda dengan ASI transisi dan ASI
matur. Kolostrum mengandung protein tinggi 8,5%, sedikit karbohidrat 3,5%, lemak
2,5%, garam dan mineral 0,4%, air 85,1%, dan vitamin larut lemak. Kandungan
protein kolostrum lebih tinggi, sedangkan kandungan laktosanya lebih rendah
dibandingkan ASI matang. Selain itu, kolostrum juga tinggi imunoglobulin A (IgA)
sekretorik, laktoferin, leukosit, serta faktor perkembangan seperti faktor pertumbuhan
epidermal. Kolostrum juga dapat berfungsi sebagai pencahar yang dapa
membersihkan saluran pencernaan bayi baru lahir. Jumlah kolostrum yang diproduksi
ibu hanya sekitar 7,4 sendok teh atau 36,23 mL per hari. Pada hari pertama bayi,
kapasitas perut bayi ≈ 5-7mL (atau sebesar kelereng kecil), pada hari kedua ≈ 12-13
mL, dan pada hari ketiga ≈ 22-27 mL (atau sebesar kelereng besar/gundu).
Karenanya, meskipun jumlah kolostrum sedikittetapi cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayi baru lahir.
2. ASI masa transisi (ASI hari 7-14) ASI ini merupakan transisi dari kolostrum ke
ASI matur. Kandungan protein makin menurun, namun kandungan lemak, laktosa,
vitamin larut air, dan volume ASI akan makin meningkat. Peningkatan volume ASI
dipengaruhi oleh lamanya menyusui yang kemudian akan digantikan oleh ASI matur.
3. ASI matur
ASI matur merupakan ASI yang disekresi dari hari ke-14 seterusnya dan
komposisinya relatif konstan. ASI matur, dibedakan menjadi dua, yaitu susu awal atau
susu primer, dan susu akhir atau susu sekunder. Susu awal adalah ASI yang keluar
pada setiap awal menyusui, sedangkan susu akhir adalah ASI yang keluar pada setiap
akhir menyusui. Susu awal, menyediakan pemenuhan kebutuhan bayi akan air. Jika
bayi memperoleh susu awal dalam jumlah banyak, semua kebutuhan air akan
terpenuhi.
Susu akhir memiliki lebih banyak lemak daripada susu awal, menyebabkan
susu akhir kelihatan lebih putih dibandingkan dengan susu awal. Lemak memberikan
banyak energi; oleh karena itu bayi harus diberi kesempatan menyusu lebih lama agar
bisa memperoleh susu akhir yang kaya lemak dengan maksimal.Komponen nutrisi
ASI berasal dari 3 sumber, beberapa nutrisi berasal dari sintesis di laktosit,beberapa
berasal dari makanan, dan beberapa dari bawaan ibu
Komponen nutrisi ASI terdiri dari:
1. Makronutrien
o „ Air
ASI mengandung lebih dari 80% air dan mengandung semua air yang dibutuhkan
bayi baru lahir. Oleh karena itu, bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi
mendapat tambahan air walaupun berada di suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai
saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal
tersebut yang dapat menyebabkan diare pada bayi yang mendapat susu formula
o „ Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dari protein susu
sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan kasein. Whey
merupakan suatu koloid terlarut, sedangkan kasein merupakan koloid tersuspensi.
Berdasarkan perbedaan jenis koloid tersebut, whey tahan terhadap suasana asam,
lebih mudah larut dalam air, dan lebih mudah diserap oleh usus bayi. Selain itu, whey
mempunyai fraksi asam amino fenilalanin, tirosin, dan metionin lebih renda dibanding
kasein, tetapi dengan kadar taurin lebih tinggi. Laktoferin mengikat zat besi dan
mencegah pertumbuhan bakteri yang memerlukan zat besi. IgA melindungi saluran
cerna bayi dari infeksi, sedangkan lisozim membunuh bakteri dengan merusak
membran bakteri. Kandungan nitrogen(25% ASI) terdapat juga pada urea, asam
urat, kreatin, kreatinin, asam amino, dan nukleotida, didominasi oleh asam glutamat
dan taurin.
ASI juga lebih kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik
yang tersusun dari 3 jenis, yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibandingkan
susu sapi. Selain itu, kualitas nukleotida ASI juga lebih baik. Nukleotida mempunyai
peran meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus merangsang pertumbuhan
bakteri baik dalam usus, serta meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh.
o „ Lemak
Sekitar setengah kalori dalam ASI adalah lemak. Bayi mendapatkan energinya
sebagian besar dari lemak. Kadar lemak tinggi juga dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Asam lemak dalam ASI kaya akan
asam palmitat,asam oleat, asam linoleat, dan asam alfa linolenat. Trigliserida adalah
bentuk lemak utama dengan kandungan antara 97-98%.15 Profil lemak ASI berbeda
dari profil lemak susu sapi atau susu formula. Lemak omega 3 dan omega 6 yang
berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI; ASI juga
mengandung banyak asam lemak rantai panjang di antaranya asam dokosaheksanoik
(DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan pada perkembangan jaringan
saraf dan retina mata. Susu sapi tidak mengandung kedua komponen ini, karena
itu hampir semua susu formula ditambahi DHA dan ARA. Jumlah lemak total di
dalam kolostrum lebih sedikit dibandingkan ASI matang, tetapi mempunyai persentasi
asam lemak rantai panjang yang tinggi. Lemak ASI terdapat di hindmilk (susu akhir);
oleh karena itu bayi harus menyusu sampai payudara kosong baru pindah ke payudara
lainnya
o „ Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa.Di dalam usus halus laktosa akan
dipecah oleh enzim laktase menjadi glukosa dan laktosa. Laktosa sangat penting
untuk perkembangan otak, meningkatkan penyerapan kalsium dan zat besi serta
diperlukan untuk flora mikro di usus bayi. Kadar laktosa dalam ASI hampir 2 kali
lipat dibandingkan laktosa dalam susu sapi atau susu formula; namun angka kejadian
diare karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang pada bayi yang
mendapat ASI; hal ini karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan
penyerapan laktosa susu sapi atau susu formula
o „ Karnitin
Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi untuk
mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin tinggi terutama
pada 3 minggu pertama menyusui, lebih tinggi di dalam kolostrum. Konsentrasi
karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi
yang mendapat susu formula
2. Mikronutrien
Vitamin
o „ Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor
pembekuan.Kadar vitamin K ASI seperempat kadar dalam susu formula. Bayi yang
hanya mendapat ASI berisiko perdarahan, walaupun angka kejadiannya kecil. Oleh
karena itu, bayi baru lahir perlu diberi suntikan vitamin K
o „ Vitamin D
Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Dengan
menjemur bayi pada pagi hari, akan didapat tambahan vitamin D yang berasal dari
sinar matahari. ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar sinar
matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan
vitamin D.
o „ Vitamin E
Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah.
Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan anemia hemolitik. Kandungan vitamin E
dalam ASI tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal.
o „ Vitamin A
Selain untuk kesehatan mata, vitamin A juga mendukung pembelahan sel, kekebalan
tubuh, dan pertumbuhan. Kandungan ASI tidak hanya vitamin A tetapi juga bahan
bakunya, yaitu beta karoten. Hal ini membantu tumbuh kembang dan daya tahan
tubuh baik pada bayi yang mendapat ASI.
o „ Vitamin larut dalam air
Hampir semua vitamin larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C
terdapat dalam ASI, kadarnya dipengaruhi makanan yang dikonsumsi ibu. Kadar
vitamin B1 dan B2 dalam ASI cukup tetapi kadar vitamin B6,B12, dan asam folat
mungkin rendah pada ibu gizi kurang. Vitamin B6 dibutuhkan padat tahap awal
perkembangan sistem saraf, oleh karena itu perlu ditambahkan pada ibu yang
menyusui; sedangkan vitamin B12 cukup didapat dari makanan sehari-hari, kecuali
ibu menyusui yang vegetarian
o Mineral
Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh
makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak dipengaruhi oleh status gizi ibu. Mineral
dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap
dibandingkan mineral dalam susu sapi. Mineral utama dalam ASI adalah kalsium
yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi
jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium ASI lebih rendah dari
susu sapi, tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium dipengaruhi
oleh kadar fosfor, magnesium, vitamin D, dan lemak. Kandungan zat besi dalam ASI
ataupun susu formula rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI
mempunyai risiko lebih kecil untuk mengalami kekurangan zat besi dibandingkan
bayi yang mendapat susu formula. Hal ini karena zat besi yang berasal dari ASI lebih
mudah diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4-7% pada susu formula.
Pemberian makanan padat yang mengandung zat besi mulai usia 6 bulan dapat
mengatasi masalah kekurangan zat besi. Mineral zink dibutuhkan tubuh karena
banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh. Kadar zink ASI
menurun cepat dalam 3 bulan menyusui. Seperti halnya zat besi, kandungan mineral
zink ASI juga lebih rendah dari susu formula, tetapi tingkat penyerapannya lebih baik.
Penyerapan zink di dalam ASI, susu sapi, dan susu formula berturut-turut 60%, 43-
50%, dan 27-32%.17 Mineral yang juga tinggi kadarnya dalam ASI dibandingkan
susu formula adalah selenium, yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan cepat.
3. Komponen Bioaktif
ASI mengandung berbagai faktor bioaktif (sel hidup, antibodi, sitokin, faktor
pertumbuhan,oligosakarida, hormon). Faktor bioaktif adalah unsur-unsur yang
memiliki efek pada proses biologis dan berdampak pada fungsi atau kondisi tubuh dan
kesehatan bayi. Faktor pertumbuhan memiliki efek signifikan pada usus bayi,
pembuluh darah, sistem saraf, dan sistem endokrin.
ASI mengandung banyak sel hidup (misalnya sel darah putih, sel induk). Pada
awal menyusui, bayi yang mendapat ASI dapat mengonsumsi hingga 10-12 sel darah
putih ibu setiap hari. IgA sekretorik adalah antibodi yang paling melimpah dalam
ASI. Sekretori Ig antibodi khusus melindungi permukaan mukosa.Selain itu, terdapat
protein anti-infeksi lain di ASI, seperti lisozim dan laktoferin.Komposisi
oligosakarida dalam ASI berbeda dari mamalia lainnya. Mereka adalah prebiotik
yang secara selektif mendorong pertumbuhan bakteri menguntungkan (probiotik).
Selain itu, oligosakarida bertindak sebagai ‘umpan’untuk patogen karena patogen
dapat berikatan dengan oligosakarida di usus bayi dan keluar bersama feses. Oleh
karena itu,patogen tidak dapat menembus dinding usus bayi dan menyebabkan
penyakit.
cairan
Kebutuhan bayi akan cairan berkaitan dengan asupan energi, suhu lingkungan
kegiatan fisik, kecepatan pertumbuhan dan berat jenis air seni. Air menyusun kira-kira
70% berat badan pada saat lahir yang kemudian menurun sampai 60% menjelang bayi
berusia 12 bulan. Jumlah air yang dibutuhkan oleh bayi (dan anak) lebih besar 50%
dibanding kebutuhan orang dewasa. Rasio cairan: energi adalah 1,5cc/ 1 kkal (rasio
orang dewasa =1cc/kkal) (Arisman, 2007).
Selain tergantung suhu dan kelembaban udara, serta berat badan dan aktivitas
bayi, rata-rata kebutuhan cairan bayi sehat sehari berkisar 80-100 ml/kg dalam
minggu pertama usianya hingga 140-160 ml/kg pada usia 3-6bulan. Jumlah ini dapat
dipenuhi cukup dari ASI saja jika dilakukan pemberian ASI eksklusif dan tidak
dibatasi (sesuai
‘permintaan’ bayi, siang dan malam),karena dua sebab:
 ASI terdiri dari 88% air.Kandungan air dalam ASI yang diminum bayi selam
pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan
kesehatan bayi. Bahkan bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI
pertama (kolostrum — cairan kental kekuningan), tidak memerlukan
tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan di dalam
tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan
‘keluar’pada hari ketiga atau keempat.
 ASI mempunyai kandungan bahan larut yang rendah. Salah satu fungsi utama
air adalah untuk menguras kelebihan bahanbahan larut melalui air seni.Zat-zat
yang dapat larut (misalnya sodium, potasium, nitrogen, dan klorida) disebut
sebagai bahanbahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna
hingga usia tiga bulan, mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air
seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena
ASI mengandung sedikit bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air
sebanyak anak-anak atau orang
dewasa (LINKAGES, 2002)
Kebutuhan cairan bayi usia 6-11 bulan umunya dapat dipenuhi dari ASI saja.
Cairan tambahan dapat diperoleh dari buah atau jus buah,sayuran, atau sedikit air
matang setelah pemberian makan. Penting diperhatikan untuk menjamin bahwa air
putih dan cairan lain tidak menggantikan ASI. Air dapat menghilangkan atau
mengencerkan kandungan gizi dari makanan pendamping kaya energi.Energi yang
dihasilkan dari bubur, sop,kaldu, dan makanan cair lain yang diberikan kepada bayi
umumnya di bawah batas yang dianjurkan untuk makanan pendamping (0,6
kcal/g).Mengurangi jumlah air yang ditambahkan pada makanan ini dapat
meningkatkan kondisi gizi anak dalam kelompok usia ini (LINKAGES, 2002)
Pemberian ASI selalu diakui sebagai cara yang optimal untuk memberi makan
bayi, kendati rekomendasi mengenai praktik pemberian ASI telah berubah seiring
semakin banyaknya informasi yang tersedia. Pada tahun 1991, pertemuan bersama
antara perwakilan WHO dan UNICEF yang puncaknya dalam bentuk Deklarasi
Innocenti tentang Perlindungan, Promosi dan Dukungan pada Pemberian ASI yang
mendefinisikan pemberian makanan bayi yang optimal adalah pemerian ASI ekslusif
mulai saat lahir hingga usia 4-6 bulan dan terus berlanjut hingga tahun kedua
kehidupan, maka tambahan yang sesuai baru diberikan ketika bayi berusia sekitar 6
bulan. Selanjutnya WHO menyelenggarakan konvensi Expert Panel Meeting yang
meninjau lebih dari 3000 makalah riset dan menyimpulkan sebagai rekomendasi
populasi bahwa periode 6 bulan merupakan usia bayi yang optimal untuk pemberian
ASI eksklusif. Kesimpulan ini diadopsi sebagai resolusi World Health Assembly pada
bulan Mei 2001 (Coutsoudis and Bentley, 2004)
ASI eksklusif adalah suatu keadaan dimana bayi hanya menerima ASI saja
tanpa makanan lainnya baik berupa cairan maupun makanan padat bahkan air
sekalipun, dengan pengecualian drops atau sirup yang terdiri dari vitamin, suplemen
mineral
atau obat-obatan (WHO, 2003).
F. Identifikasi
Metode identifikasi. Saat bayi baru lahir masih berada di ruang pelahiran,
tanggung jawab perawat adalah mempersiapkan dan memberikan beberapa bentuk
identifikasi. Sebagian besar rumah sakit menggunakan set gelang plastik fleksibel
berisi tiga atau empat buah dengan nomor yang sama di dalamnya. Nama ibu dan
nornor register, narna dokter, hari dan jam kelahiran, dan jenis kelamin bayi ditulis
pada kertas khusus yang disisipkan ke dalam setiap gelang. Dua gelang dipakaikan
pada bayi baru lahir, biasanya satu di pergelangan tangan dan satu lagi di pergelangan
kaki, gelang yang lain dipakaikan di pergelangan tangan ibu. Di beberapa rumah
sakit, gelang keempat dipakaikan kepada ayah atau orang terdekat sehingga si
pemakai gelang ini dapat membawa bayi dari dan ke ruang perawatan anak. Jumlah
gelang identitas harus tercatat pada status bayi baru lahir, dan informasi pada gelang
harus dicocokkan dengan ibu sesegera mungkin. Gelang diperiksa oleh perawat di
ruang perawatan anak ketika bayi baru lahir masuk ke ruang perawatan anak dan
diperiksa kembali dengan gelang ibu setiap kali bayi dibawa ke ibu untuk memastikan
kecocokan gelang bayi dan ibu.
Cap telapak kaki bayi baru lahir dan sidik jari ibu kadang-kadang digunakan
dan dibutuhkan sebagai metode identifikasi bayi baru lahir. Meskipun tidak lagi
direkomendasikan sebagai kegiatan yang universal, banyak rumah sakit yang masih
menggunakannya.
Kaki bayi harus bersih dan kering dan harus ditekan dengan kuat ke bantalan
tinta dan kemudian secara hati-hati dilekatkan ke format cap telapak kaki,

G. Profilaks

Tingkat pengetahuan tenaga penolong persalinan pada 15 puskesmas di Kota


Manado sebagian besar tergolong baik.Sebagian besar tenaga penolong persalinan
berpendapat bahwa profilaksis vitamin K bayi baru lahir harus diberikan pada semua
bayi baru lahir. Selain itu sebagian besar berpendapat bahwa profilaksis vitamin K
bermanfaat untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir, dan setuju vitamin K harus
selalu tersedia di puskesmas/pondok bersalin. Sebagian besar tenaga kesehatan tahu
bahwa profilasksi vitamin K tidak memberikan efek samping berbahaya terhadap bayi
sehingga mereka memberikan profilasksi vitamin K pada bayi baru lahir dan selalu
menyediakan vitamin K di puskesmas/pondok bersalin.

Pelatihan untuk mengembangkan pengetahuan dan pengenalan resiko


perdarahan pada bayi baru lahir penting diberikan pada setiap tenaga penolong
persalinan seperti bidan agar bisa mengenal dan melakukan pencegahan vitamin K
sesuai protokol yang telah ditentukan. Perlu penerapan protokol yang jelas bagi
petugas kesehatan agar dapat memberikan suntikan vitamin K tanpa harus menunggu
persetujuan dari dokter.

H. Kebersihan diri
Penatalaksaan pada bayi usia 6 jam penulis memberikan pendidikan kesehatan
tentang pencegahan infeksi, kehilangan panas, perawatan tali pusat, dan pemberian
ASI. Pencegahan infeksi menurut (Marmi, 2015) pencegahan infeksi yaitu dengan
cara : mencuci tangan sebelum melakukan kontak dengan bayi, memastikan bahwa
semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan
bersih, menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya
dengan mandi setiap hari, membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir
dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari..
I. Antropometri
Pengukuran antropometri adalah salah satu pemeriksaan yang rutin dilakukan
pada bayi baru lahir. Ini adalah kunci untuk menilai status gizi bayi serta memprediksi
komplikasi kesehatan jangka panjang. Parameter yang paling sering digunakan adalah
usia gestasi, berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran status antropometri bayi yang dirawat.
J. Menentukan sesuai gestasi
Penilaian usia kehamilan yang tepat penting dalam pemeriksaan bayi baru
lahir untuk menentukan penatalaksanaan selanjutnya. Salah satu metode untuk
menilai masa gestasi yang dipakai adalah New Ballard Score (NBS).Tujuan:
Mengetahui kesepakatan pengukuran New Ballard Score antara petugas paramedis
terlatih dan dokter spesialis anak pada bayi baru lahir.Metode: Rancang bangun
penelitian adalah studi cross-sectional, dila ukan pemeriksaan New Ballard Score oleh
spesialis anak dan petugas paramedis terlatih di RSIA Dentatama dari bulan Februari-
Maret 2008. Analisis statistik menggunakan korelasi Intraclass. Hasil: Penelitian
dilakukan pada 175 bayi baru lahir, 55,4% laki-laki dan 44,6% perempuan; 30,3%
lahir dengan sectio caesaria; 10,3% bayi lahir kurang bulan; pemeriksaan Ballard pada
hari kedua sebanyak 69,7%. Berdasarkan analisis korelasi intraclass terdapat
kesepakatan yang tinggi antara spesialis anak dan petugas paramedis terlatih ( r =
0,925 dan p <0,05 ). Pemeriksaan skor Ballard yang mendekati standar emas adalah
pemeriksaan saat usia bayi 48-96 jam (r=0,993 dan p<0,05).Kesimpulan: Terdapat
kesepakatan yang tinggi antara petugas paramedis yang terlatih dan dokter spesialis
anak dalam pengukuran masa gestasi menurut New Ballard Score pada bayi baru
lahir.
K. Pakayan dan selimut
Bayi berat lahir rendah (BBLR) memiliki risiko hipotermia lebih tinggi karena
lapisan lemak di bawah kulit bayi merupakan isolator untuk mencegah kehilangan
panas. Semakin kecil bayi maka lemak di bawah kulitnya semakin tipis sehingga
risiko kehilangan panas akan semakin tinggi.Penggunaan hipothermic baby blanket
diharapkan menjadi solusi untuk membantu pencegahan penurunan suhu tubuh BBLR
selama masa krisis. Berdasar atas tabel 1 diperlihatkan rerata berat badan bayi baru
lahir rendah pada kelompok hypothermic baby blanket sebesar 2.118,10 gram,
sedangkan pada kelompok perawatan standar memiliki rerata 2.138,10 gram. Hal
tersebut menunjukkan bahwa berat badan BBLR pada kedua kelompok termasuk
BBLR pada kategori satu karena berat badan bayi 1.500‒2.500 gram. Hasil penelitian
ini selaras dengan teori yang menyatakan bahwa berat badan BBLR dibagi menjadi 3
kategori: bayi berat lahir rendah dengan berat badan kurang dari 2.500 gram (1.500‒
2.500 gram); bayi berat lahir sangat rendah, berat kurang dari 1.500 gram (1.000‒
1.499 gram); bayi berat lahir amat sangat rendah, berat badan kurang dari 1.000 gram.
Analisis suhu ruangan pada kelompok hypothermic baby blanket memiliki rerata
27,690C, sedangkan kelompok perawatan standar memiliki rata-rata 27,590C. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa suhu ruangan mencapai suhu panas diatas 270
C, sedangkan berdasar atas World Health Organization yang dikutip oleh
Belsches.menyatakan bahwa suhu ruangan yang cocok bagi bayi 25‒270C. Pada
penelitian ini suhu ruang perawatan sedikit lebih tinggi daripada standar WHO karena
suhu ruangan
perawatan bayi saat pengambilan data berubahubah bergantung pada kondisi
lingkungan sekitar, tetapi selama melakukan penelitian tidak ditemukan suhu tubuh
BBLR yang mengalam hipertermia. Analisis Suhu tubuh BBLR pada kedua kelompok
sebelum dilakukan intervensi masih dalam keadaan hipotermia karena sistem
pengaturan suhu tubuh belum matang dan sistem metabolisme tubuh belum bekerja
sempurna sehingga bayi rentan kehilangan panas melalui evaporasi karena penguapan
kulit bayi basah akibat air ketuban.
Penggunaan hypothermic baby blanket sampai 6 jam pada BBLR diperoleh
hasil suhu tubuh BBLR menjadi stabil pada suhu normal dengan
rerata 37,260C dengan peningkatan suhu tubuh sebesar 1,780C. Hal ini terjadi karena
hypothermic baby blanket dapat memberikan kehangatan pada tubuh bayi sehingga
mempercepat proses adaptasi dengan lingkungan luar uterus dibanding dengan
perawatan standar. Selain itu, pemberian minum atau proses menyusui akan
meningkatkan metabolisme pada BBLR sehingga proses peningkatan dan stabilisasi
suhu tubuh akan lebih maksimal.
peningkatan suhu tubuh BBLR yang menggunakan hypothermic baby blanket
dari 1 jam ke 6 jam sebesar 0,910C lebih tinggi dibanding perawatan standar yang
mencapai 0,750C. Hal ini membuktikan bahwa baju ini efektif mencegah penurunan
suhu tubuh sejak bayi lahir sampai 6 jam karena lapisan plastik dapat memberikan
perlindungan terhadap tubuh bayi dari paparan dingin lingkungan sekitar baik melalui
konduksi,konveksi, radiasi, dan evaporasi, sedangkan menggunakan perawatan
standar memudahkan bayi mengalami penurunan suhu tubuh karena paparan dingin
dapat menembus langsung ke tubuh bayi melalui kain yang digunakan. Hasil
penelitian ini selaras dengan penelitian Leadford dkk.5 yang membandingkan
penggunaan kantong plastik dengan perawatan standar pada BBLR dan diperoleh
hasil bahwa penempatan bayi BBLR di dalam tas plastik berbiaya rendah dapat
mengurangi hipotermia tanpa mengakibatkan hipertermia. Sebuah systematic reviews
juga melaporkan bahwa pembungkus plastik dikombinasikan dengan sumber panas
lingkungan lainnya efektif mengurangi hipotermia.
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Valizadeh dkk. yang
membandingkan antara penggunaan pembungkus plastik dan selimut terhadap bayi
preterm ditemukan bahwa suhu tubuh rerata bayi yang dibungkus plastik lebih tinggi
dibanding dengan bayi yang menggunakan selimut. Pembungkusan bayi mencegah
transfer panas dengan mencegah pergerakan udara pada tubuh bayi. Hal serupa
diungkapkan oleh Rohana dkk. bahwa suhu tubuh bayi pada kelompok bayi yang
dibungkus plastik polietylene memiliki suhu lebih tinggi dibanding dengan bayi yang
dirawat menggunakan metode standar.
Kesimpulan terdapat Pengaruh Penggunaan hypothermic baby blanket dalam
meningkatkan dan menstabilkan suhu tubuh BBLR di RSU dr. Slamet Garut. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa penggunaa hypothermic
baby blanket penting dalam meningkatkan suhu BBLR dan menstabilkan suhu tubuh
BBLR sehingga bayi terhindar dari hipotermia.
 Pakaian Bayi
Perlengkapan bayi baru lahir yang pertama dibutuhkan adalah pakaian bayi.
Meskipun masih dibedong, bukan berarti Bunda tak memakaikan pakaian kepada si
buah hati ya. Pakaian ini berfungsi untuk melindungi bayi dari udara dingin, sebab
fisik bayi memang masih sangat sensitif dengan lingkungan barunya.
 Kain Bedong dan Selimut
Kain bedong berfungsi untuk menghangatkan tubuh bayi. Selain bedong lilit,
sekarang sudah ada juga bedong instan yang lebih praktis dipakaikan pada sang buah
hati. Lalu bagaimana dengan selimut? Ya, selimut dan bedong memiliki manfaat yang
sama; menghangatkan bayi. Meski demikian, rasanya Bunda harus tetap memiliki
dua-duanya ya. Selain menghangatkan tubuh bayi, selimut juga bisa dipakai saat
bepergian.
L. Posisioning dan Lingkungan
Pengaturan posisi tidur pada bayi baru lahir merupakan peran perawat
neonatus dalam mem-berikan perawatan rutin sehari-hari. Pengatur-an posisi
khususnya pada bayi prematur bu-kanlah hal yang mudah. Kesalahan pemberian
posisi dapat berakibat pada perubahan status fisiologis (peningkatan laju
pernapasan, freku-ensi nadi, dan penurunan saturasi oksigen), gangguan
kenyamanan dan kualitas tidur, in-toleransi minum, deformitas sendi panggul, dan
perdarahan pada otak (Peng, et al., 2014; Werth, Atallah, Zwartkruis-pelgrim, &
Aarts, 2016)
Sebaliknya, pemberian posisi yang tepat dapat meningkatkan kualitas tidur
bayi (Jarus, et al., 2011; Peng, et al., 2014; Richardson & Horne, 2013; Waitzman,
2007), dan meningkatkan ke-luaran klinis berupa peningkatan fungsi paru dengan
optimalisasi strategi pernapasan mela-lui positioning pada bayi prematur yang sedang
dirawat di unit khusus maupun intensif yang ditunjukkan dengan peningkatan SaO2
dan vo-lume tidal lebih tinggi (Gouna, et al., 2013; Madlinger-Lewis, et al., 2014).
Oleh karena itu, dibutuhkan perawat dengan keterampilan yang memadai agar bayi
prematur mendapatkan po-sisi yang paling tepat. Artikel ini bertujuan un-tuk
menjelaskan berbagai jenis posisi yang da-pat diberikan pada bayi prematur melalui
pen-dekatan studi literatur dan praktik klinis.
Hasil penelusuran artikel terkait menunjukkan bahwa posisi prone dan
semi/quarter-prone merupakan posisi yang banyak dikaji beberapa tahun terakhir
(Lihat Tabel 1). Posisi prone da-pat meningkatkan fungsi paru, meningkatkan fungsi
tidur tenang, dan tidur aktif pada bayi ba-ru lahir. Posisi semi/quarter-prone dapat
mem-bantu stabilisasi frekuensi napas pada bayi pre-matur yang menggunakan CPAP.
Posisi lateral kiri dapat digunakan sebagai alternatif per-baikan fungsi paru pada
bayi prematur. Posisi lateral kanan merupakan posisi alternatif dari posisi pronasi
yang terbukti dapat mengurangi residu lambung. Namun, terdapat terdapat ri-siko
penurunan cerebral flow pada bayi amat sangat prematur dengan posisi pronasi.

DAFTAR PUSTAKA
-GIZI BAYI
MISRAWATIE GOI
(Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Gorontalo)
e-mail: misrawatie.goi@alumni.ui.ac.id
- ASI Eksklusif: Nutrisi Ideal untuk Bayi 0-6 Bulan
Felicia Anita Wijaya
Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya, Denpasar, Bali
- Kesepakatan penilaian masa gestasi menurut new ballard score oleh paramedik
terlatih
SULISTYO, Henky, Prof. dr. Djauhar Ismail, MPH, Ph.D.,Sp.A(K)
UNIVERSITAS GADJAH MADA
- / Vol. 1 No. 3 (2019): Jurnal Medik dan Rehabilitasi (JMR), Volume 1,Nomor 3,
Januari 2019 /
- https://journal.unhas.ac.id/index.php/icon/article/view/12055/8219 Pengaruh
Penggunaan Hypothermic Baby Blanket Dalam Meningkatkan
dan Menstabilkan Suhu Tubuh BBLR di RSU Dr. Slamet Garut
Aam Maryamah1
, Ardini Saptaningsih Raksanagara2
, Adjat Sedjati Rasyad1,3,
Hidayat Wijayanegara1,3, Herry Garna3
, Ma’mun Sutisna1,4
Magister Terapan Kebidanan, STIKes Dharma Husada Bandung, 2
Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, 3
Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, 4
Politeknik Negeri Bandung
-Jurnal Keperawatan Indonesia, 2019, 22 (3), 169–181 © JKI 2019 DOI:
10.7454/jki.v22i3.619 pISSN 1410-4490; eISSN 2354-9203 Received March 2018;
Accepted July 2019
PEMBERIAN POSISI (POSITIONING) DAN NESTING PADA BAYI
PREMATUR: EVALUASI IMPLEMENTASI PERAWATAN DI NEONATAL
INTENSIVE CARE UNIT (NICU) Defi Efendi, Dian Sari, Yanti Riyantini4,
Novardian, Dian Anggur, Pipit Lestari
-JURNAL MIDWIFERY
Vol 3 No 1 Tahun 2021
DOI: 10.24252/jmw.v3i1.21028
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
(Literatur Review)
Leny Murniati,
Ferawati Taherong,
Syatirah
-Keperawatan maternitas
Kesehatan wanita, bayi,& keluarga
EDISI 18
Sharon J. Reeder, RN,PhD,FAAN
Leonide L. Martin, RN, MS, DrPH
Deborah Koniak-Griffin, GR,EdD,FAAN

Anda mungkin juga menyukai