DISUSUN OLEH :
HERMAN
IMAS
VINA
LEBAK-BANTEN
A. Pembersihan Jalan Napas
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan(Nadya, 2013).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan
yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya
dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul (Siti Noorbaya & Herni
Johan, 2019).
Asfiksa neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada
saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis (Ani Triani &
Ika Putri Damayanti, 2015)
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir
biasa disebabkan karna faktor ibu seperti preeklampsi, postmatur, dan lilitan tali pusat
yang dimana terdapat hubungan dengan penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru
lahir (Desni Sagita Yona & Desi Kumalasari, 2017).
Semakin lama persalinan semakin tinggi morbilitas janin dan sering terjadi asfiksia
akibat partus lama.sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi pada partus
lama memerlukan perawatan yang khusus. Bahaya partus lama lebih besar lagi
apabila kepala bayi macet diperineum untuk waktu yang lama dan tengkorak kepala
janin terus terbentur pada panggul ibu. Partus lama kala II, bradikardia janin kadang
terjadi ketika ibu menahan nafas dalam waktu lama, dan usaha mengejan ibu dapat
meningkatkan tekanan terhadap kepala janin. Efek pada janin mengakibatkan oksigen
dalam darah turun dan aliran darah ke plasenta menurun sehingga oksigen yang
tersedia untuk janin menurun, akibatnya dapat menimbulkan hipoksia janin.
Berdsasarkan ini menunjukkan bahwa bayi dengan asfiksia terjadi pada ibu bersalin
yang mengalami partus lama (Jumung, Martinus 2014).
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
normal. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah
persalinan. Tingginya angka kematian janin dalam kandungan ini sebenarnya dapat
diatasi dengan Antenatal Care yang teratur, sehingga jika terdapat komplikasi maka
akan dapat diatasi dengan cepat. Dan ini berdasarkan
G. Profilaks
H. Kebersihan diri
Penatalaksaan pada bayi usia 6 jam penulis memberikan pendidikan kesehatan
tentang pencegahan infeksi, kehilangan panas, perawatan tali pusat, dan pemberian
ASI. Pencegahan infeksi menurut (Marmi, 2015) pencegahan infeksi yaitu dengan
cara : mencuci tangan sebelum melakukan kontak dengan bayi, memastikan bahwa
semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan
bersih, menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya
dengan mandi setiap hari, membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir
dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari..
I. Antropometri
Pengukuran antropometri adalah salah satu pemeriksaan yang rutin dilakukan
pada bayi baru lahir. Ini adalah kunci untuk menilai status gizi bayi serta memprediksi
komplikasi kesehatan jangka panjang. Parameter yang paling sering digunakan adalah
usia gestasi, berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran status antropometri bayi yang dirawat.
J. Menentukan sesuai gestasi
Penilaian usia kehamilan yang tepat penting dalam pemeriksaan bayi baru
lahir untuk menentukan penatalaksanaan selanjutnya. Salah satu metode untuk
menilai masa gestasi yang dipakai adalah New Ballard Score (NBS).Tujuan:
Mengetahui kesepakatan pengukuran New Ballard Score antara petugas paramedis
terlatih dan dokter spesialis anak pada bayi baru lahir.Metode: Rancang bangun
penelitian adalah studi cross-sectional, dila ukan pemeriksaan New Ballard Score oleh
spesialis anak dan petugas paramedis terlatih di RSIA Dentatama dari bulan Februari-
Maret 2008. Analisis statistik menggunakan korelasi Intraclass. Hasil: Penelitian
dilakukan pada 175 bayi baru lahir, 55,4% laki-laki dan 44,6% perempuan; 30,3%
lahir dengan sectio caesaria; 10,3% bayi lahir kurang bulan; pemeriksaan Ballard pada
hari kedua sebanyak 69,7%. Berdasarkan analisis korelasi intraclass terdapat
kesepakatan yang tinggi antara spesialis anak dan petugas paramedis terlatih ( r =
0,925 dan p <0,05 ). Pemeriksaan skor Ballard yang mendekati standar emas adalah
pemeriksaan saat usia bayi 48-96 jam (r=0,993 dan p<0,05).Kesimpulan: Terdapat
kesepakatan yang tinggi antara petugas paramedis yang terlatih dan dokter spesialis
anak dalam pengukuran masa gestasi menurut New Ballard Score pada bayi baru
lahir.
K. Pakayan dan selimut
Bayi berat lahir rendah (BBLR) memiliki risiko hipotermia lebih tinggi karena
lapisan lemak di bawah kulit bayi merupakan isolator untuk mencegah kehilangan
panas. Semakin kecil bayi maka lemak di bawah kulitnya semakin tipis sehingga
risiko kehilangan panas akan semakin tinggi.Penggunaan hipothermic baby blanket
diharapkan menjadi solusi untuk membantu pencegahan penurunan suhu tubuh BBLR
selama masa krisis. Berdasar atas tabel 1 diperlihatkan rerata berat badan bayi baru
lahir rendah pada kelompok hypothermic baby blanket sebesar 2.118,10 gram,
sedangkan pada kelompok perawatan standar memiliki rerata 2.138,10 gram. Hal
tersebut menunjukkan bahwa berat badan BBLR pada kedua kelompok termasuk
BBLR pada kategori satu karena berat badan bayi 1.500‒2.500 gram. Hasil penelitian
ini selaras dengan teori yang menyatakan bahwa berat badan BBLR dibagi menjadi 3
kategori: bayi berat lahir rendah dengan berat badan kurang dari 2.500 gram (1.500‒
2.500 gram); bayi berat lahir sangat rendah, berat kurang dari 1.500 gram (1.000‒
1.499 gram); bayi berat lahir amat sangat rendah, berat badan kurang dari 1.000 gram.
Analisis suhu ruangan pada kelompok hypothermic baby blanket memiliki rerata
27,690C, sedangkan kelompok perawatan standar memiliki rata-rata 27,590C. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa suhu ruangan mencapai suhu panas diatas 270
C, sedangkan berdasar atas World Health Organization yang dikutip oleh
Belsches.menyatakan bahwa suhu ruangan yang cocok bagi bayi 25‒270C. Pada
penelitian ini suhu ruang perawatan sedikit lebih tinggi daripada standar WHO karena
suhu ruangan
perawatan bayi saat pengambilan data berubahubah bergantung pada kondisi
lingkungan sekitar, tetapi selama melakukan penelitian tidak ditemukan suhu tubuh
BBLR yang mengalam hipertermia. Analisis Suhu tubuh BBLR pada kedua kelompok
sebelum dilakukan intervensi masih dalam keadaan hipotermia karena sistem
pengaturan suhu tubuh belum matang dan sistem metabolisme tubuh belum bekerja
sempurna sehingga bayi rentan kehilangan panas melalui evaporasi karena penguapan
kulit bayi basah akibat air ketuban.
Penggunaan hypothermic baby blanket sampai 6 jam pada BBLR diperoleh
hasil suhu tubuh BBLR menjadi stabil pada suhu normal dengan
rerata 37,260C dengan peningkatan suhu tubuh sebesar 1,780C. Hal ini terjadi karena
hypothermic baby blanket dapat memberikan kehangatan pada tubuh bayi sehingga
mempercepat proses adaptasi dengan lingkungan luar uterus dibanding dengan
perawatan standar. Selain itu, pemberian minum atau proses menyusui akan
meningkatkan metabolisme pada BBLR sehingga proses peningkatan dan stabilisasi
suhu tubuh akan lebih maksimal.
peningkatan suhu tubuh BBLR yang menggunakan hypothermic baby blanket
dari 1 jam ke 6 jam sebesar 0,910C lebih tinggi dibanding perawatan standar yang
mencapai 0,750C. Hal ini membuktikan bahwa baju ini efektif mencegah penurunan
suhu tubuh sejak bayi lahir sampai 6 jam karena lapisan plastik dapat memberikan
perlindungan terhadap tubuh bayi dari paparan dingin lingkungan sekitar baik melalui
konduksi,konveksi, radiasi, dan evaporasi, sedangkan menggunakan perawatan
standar memudahkan bayi mengalami penurunan suhu tubuh karena paparan dingin
dapat menembus langsung ke tubuh bayi melalui kain yang digunakan. Hasil
penelitian ini selaras dengan penelitian Leadford dkk.5 yang membandingkan
penggunaan kantong plastik dengan perawatan standar pada BBLR dan diperoleh
hasil bahwa penempatan bayi BBLR di dalam tas plastik berbiaya rendah dapat
mengurangi hipotermia tanpa mengakibatkan hipertermia. Sebuah systematic reviews
juga melaporkan bahwa pembungkus plastik dikombinasikan dengan sumber panas
lingkungan lainnya efektif mengurangi hipotermia.
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Valizadeh dkk. yang
membandingkan antara penggunaan pembungkus plastik dan selimut terhadap bayi
preterm ditemukan bahwa suhu tubuh rerata bayi yang dibungkus plastik lebih tinggi
dibanding dengan bayi yang menggunakan selimut. Pembungkusan bayi mencegah
transfer panas dengan mencegah pergerakan udara pada tubuh bayi. Hal serupa
diungkapkan oleh Rohana dkk. bahwa suhu tubuh bayi pada kelompok bayi yang
dibungkus plastik polietylene memiliki suhu lebih tinggi dibanding dengan bayi yang
dirawat menggunakan metode standar.
Kesimpulan terdapat Pengaruh Penggunaan hypothermic baby blanket dalam
meningkatkan dan menstabilkan suhu tubuh BBLR di RSU dr. Slamet Garut. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa penggunaa hypothermic
baby blanket penting dalam meningkatkan suhu BBLR dan menstabilkan suhu tubuh
BBLR sehingga bayi terhindar dari hipotermia.
Pakaian Bayi
Perlengkapan bayi baru lahir yang pertama dibutuhkan adalah pakaian bayi.
Meskipun masih dibedong, bukan berarti Bunda tak memakaikan pakaian kepada si
buah hati ya. Pakaian ini berfungsi untuk melindungi bayi dari udara dingin, sebab
fisik bayi memang masih sangat sensitif dengan lingkungan barunya.
Kain Bedong dan Selimut
Kain bedong berfungsi untuk menghangatkan tubuh bayi. Selain bedong lilit,
sekarang sudah ada juga bedong instan yang lebih praktis dipakaikan pada sang buah
hati. Lalu bagaimana dengan selimut? Ya, selimut dan bedong memiliki manfaat yang
sama; menghangatkan bayi. Meski demikian, rasanya Bunda harus tetap memiliki
dua-duanya ya. Selain menghangatkan tubuh bayi, selimut juga bisa dipakai saat
bepergian.
L. Posisioning dan Lingkungan
Pengaturan posisi tidur pada bayi baru lahir merupakan peran perawat
neonatus dalam mem-berikan perawatan rutin sehari-hari. Pengatur-an posisi
khususnya pada bayi prematur bu-kanlah hal yang mudah. Kesalahan pemberian
posisi dapat berakibat pada perubahan status fisiologis (peningkatan laju
pernapasan, freku-ensi nadi, dan penurunan saturasi oksigen), gangguan
kenyamanan dan kualitas tidur, in-toleransi minum, deformitas sendi panggul, dan
perdarahan pada otak (Peng, et al., 2014; Werth, Atallah, Zwartkruis-pelgrim, &
Aarts, 2016)
Sebaliknya, pemberian posisi yang tepat dapat meningkatkan kualitas tidur
bayi (Jarus, et al., 2011; Peng, et al., 2014; Richardson & Horne, 2013; Waitzman,
2007), dan meningkatkan ke-luaran klinis berupa peningkatan fungsi paru dengan
optimalisasi strategi pernapasan mela-lui positioning pada bayi prematur yang sedang
dirawat di unit khusus maupun intensif yang ditunjukkan dengan peningkatan SaO2
dan vo-lume tidal lebih tinggi (Gouna, et al., 2013; Madlinger-Lewis, et al., 2014).
Oleh karena itu, dibutuhkan perawat dengan keterampilan yang memadai agar bayi
prematur mendapatkan po-sisi yang paling tepat. Artikel ini bertujuan un-tuk
menjelaskan berbagai jenis posisi yang da-pat diberikan pada bayi prematur melalui
pen-dekatan studi literatur dan praktik klinis.
Hasil penelusuran artikel terkait menunjukkan bahwa posisi prone dan
semi/quarter-prone merupakan posisi yang banyak dikaji beberapa tahun terakhir
(Lihat Tabel 1). Posisi prone da-pat meningkatkan fungsi paru, meningkatkan fungsi
tidur tenang, dan tidur aktif pada bayi ba-ru lahir. Posisi semi/quarter-prone dapat
mem-bantu stabilisasi frekuensi napas pada bayi pre-matur yang menggunakan CPAP.
Posisi lateral kiri dapat digunakan sebagai alternatif per-baikan fungsi paru pada
bayi prematur. Posisi lateral kanan merupakan posisi alternatif dari posisi pronasi
yang terbukti dapat mengurangi residu lambung. Namun, terdapat terdapat ri-siko
penurunan cerebral flow pada bayi amat sangat prematur dengan posisi pronasi.
DAFTAR PUSTAKA
-GIZI BAYI
MISRAWATIE GOI
(Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Gorontalo)
e-mail: misrawatie.goi@alumni.ui.ac.id
- ASI Eksklusif: Nutrisi Ideal untuk Bayi 0-6 Bulan
Felicia Anita Wijaya
Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya, Denpasar, Bali
- Kesepakatan penilaian masa gestasi menurut new ballard score oleh paramedik
terlatih
SULISTYO, Henky, Prof. dr. Djauhar Ismail, MPH, Ph.D.,Sp.A(K)
UNIVERSITAS GADJAH MADA
- / Vol. 1 No. 3 (2019): Jurnal Medik dan Rehabilitasi (JMR), Volume 1,Nomor 3,
Januari 2019 /
- https://journal.unhas.ac.id/index.php/icon/article/view/12055/8219 Pengaruh
Penggunaan Hypothermic Baby Blanket Dalam Meningkatkan
dan Menstabilkan Suhu Tubuh BBLR di RSU Dr. Slamet Garut
Aam Maryamah1
, Ardini Saptaningsih Raksanagara2
, Adjat Sedjati Rasyad1,3,
Hidayat Wijayanegara1,3, Herry Garna3
, Ma’mun Sutisna1,4
Magister Terapan Kebidanan, STIKes Dharma Husada Bandung, 2
Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, 3
Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, 4
Politeknik Negeri Bandung
-Jurnal Keperawatan Indonesia, 2019, 22 (3), 169–181 © JKI 2019 DOI:
10.7454/jki.v22i3.619 pISSN 1410-4490; eISSN 2354-9203 Received March 2018;
Accepted July 2019
PEMBERIAN POSISI (POSITIONING) DAN NESTING PADA BAYI
PREMATUR: EVALUASI IMPLEMENTASI PERAWATAN DI NEONATAL
INTENSIVE CARE UNIT (NICU) Defi Efendi, Dian Sari, Yanti Riyantini4,
Novardian, Dian Anggur, Pipit Lestari
-JURNAL MIDWIFERY
Vol 3 No 1 Tahun 2021
DOI: 10.24252/jmw.v3i1.21028
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
(Literatur Review)
Leny Murniati,
Ferawati Taherong,
Syatirah
-Keperawatan maternitas
Kesehatan wanita, bayi,& keluarga
EDISI 18
Sharon J. Reeder, RN,PhD,FAAN
Leonide L. Martin, RN, MS, DrPH
Deborah Koniak-Griffin, GR,EdD,FAAN