Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIVITAS PIJAT BAYI TERHADAP FREKUENSI DAN DURASI

MENYUSU BAYI PADA USIA 0 – 3 BULAN DI PUSKESMAS


SEKARAN GUNUNGPATI

MANUSCRIPT

Disusun Oleh :
Yuliana
NIM : 1804158

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018
EFEKTIVITAS PIJAT BAYI TERHADAP FREKUENSI DAN DURASI
MENYUSU BAYI PADA USIA 0 – 3 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SEKARAN GUNUNGPATI

Oleh :
Yuliana
NIM : 1804158

Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

A. Latar Belakang

Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan


seseorang. Dikatakan masa kritis karena pada masa ini bayi sangat peka terhadap
lingkungan dan dikatakan masa keemasan karena masa bayi berlangsung sangat
singkat dan tidak dapat diulang kembali. Usia perkembangan bayi terbagi 2 yaitu,
neonatus sejak lahir sampai usia 28 hari dan bayi dari usia 29 hari sampai 12 bulan (2).

Bayi adalah individu yang lemah dan memerlukan proses adaptasi. Bayi harus
dapat melakukan 4 penyesuain agar dapat tetap hidup yaitu penyesuaian perubahan
suhu, menghisap dan menelan, bernafas dan pembuangan kotoran. Kesulitan
penyesuaian atau adaptasi akan menyebabkan bayi mengalami penurunan berat badan,
keterlambaan perkembangan bahkan bisa sampai meninggal dunia (4)

Menyusui merupakan proses memberikan makanan pada bayi dengan


menggunakan air susu ibu lengsung dari payudara ibu. Jadi yang dimaksud disitu
bukan memberikan susu dengan menggunakan botol atau sarana lainnya. Dalam
proses laktasi kadang terjadi kegagalan yang sering disebabkan karena timbulnya
beberapa masalah baik masalah pada ibu maupun bayi. Salah satu faktor dari ibu
misalnya cara menaruh payudara ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan
puting terasa nyeri dan masih banyak lagi masalah yang lain (9)
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya
beberapa hal. Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya
adalah : Produksi ASI kurang (32%), ibu bekerja (16%), ingin dianggap modern (4%),
masalah pada putting susu (28%), pengaruh iklan pada susu formula (16%), pengaruh
orang lain terutama keluarga (4%) oleh karena itu dukungan untuk pemberian ASI
sangat diperlukan dari keluarga, masyarakat dan petugas kesehatan untuk
menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas (9).

Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi,
karena banyak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh bayi dan sangat penting
bagi pertumbuhan. ASI lebih unggul daripada susu formula dan susu sapi. Pemberian
ASI eksklusif adalah proses memberikan ASI saja kepada bayi selama 6 bulan tanpa
dicampur dengan tambahan cairan lain seperti susu formula, madu, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu dan biskuit (7)

Bayi merupakan individu dengan pola pertumbuhan dan perkembangan yang


unik. Kecemasan orang tua terfokus pada kenaikan berat badan bayi khususnya dalam
tahun – tahun pertama kehidupannya, kenaikan berat badan bayi sangat dipengaruhi
oleh asupan nutrisi (10).

Pijat bayi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan berat badan bayi,
karena pijat bayi mempunyai manfaat atau dampak yang positif antara lain :
menurunkan hormon stress, peningkatan kadar zat daya tahan tubuh (immunoglobin),
memperbaiki sirkulasi darah, merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan,
meningkatkan nafsu makan, mengubah gelombang otak yang dapat membuat bayi
tidur lelap, meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi menuju sel, meningkatkan
kenaikan berat badan dan mengeratkan ikatan batin antara bayi dengan orang tua
(Bonding), dan pijat bayi juga mempunyai manfaat utuk ibu yaitu meningkatkan
Volume ASI (3).

Dari Study Pendahuluan yang dilakukan di UPTD Puskesmas Sekaran


Gunungpati Cakupan ASI eksklusif belum mencapai 100 % , Cakupan ASI Eksklusif
UPDT Puskesmas Sekaran Gunungpati sudah mencapai 74,13 % , Kegagalan ASI
Eksklusif disebabkan karena bayi tidak mau menyusu, ibu bekerja, dan ibu yang
malas untuk memerah ASInya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Enny Fitriahadi dalam Jurnalnya yang
berjudul “Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Frekuensi dan Durasi Menyusu Bayi”
didapatkan bahwa pijat bayi minimal 3 kali seminggu dapat meningkatkan asupan
nutrisi bayi, sehingga status gizi bayi membaik.

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Efektivitas Pijat Bayi Terhadap Frekuensi dan Durasi Menyusu
pada Bayi Usia 0 – 3 Bulan di Wilayah UPTD Puskesmas Sekaran Gunungpati”.

B. Tinjauan Teori
1. Bayi Baru Lahir
a. Definisi
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari (3).
Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram (3).

b. Ciri-ciri

Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir


2500-4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera
menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan
baik, dan tidak ada cacat bawaan (3).

Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm,


lingkar dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut
jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak
terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan
lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik
(rooting, sucking, morro, grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki
testis sudah berada pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi
perempuan vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan
mayora, mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna
hitam kecoklatan (3)

c. Klasifikasi Bayi (3)


Usia perkembangan bayi terbagi 2 yaitu, neonatus sejak lahir
sampai usia 28 hari dan bayi dari usia 29 hari sampai 12 bulan.
Sedangkan menurut Rusli (2013) bayi adalah anak usia 0 sampai 12
bulan. Setiap bayi mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan
dalam masa hidupnya. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan
proses yang berkesinambungan, bersifat kontinyu dan pertumbuhan
merupakan bagian dari proses perkembangan. Pertumbuhan yang
meliputi perubahan tinggi badan, berat badan, gigi, struktur tulang,dan
karakteristik seksual. Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif.

Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis


perkembangan seseorang. Dikatakan masa kritis karena pada masa ini
bayi sangat peka terhadap lingkungan dan dikatakan masa keemasan
karena masa bayi berlangsung sangat singkat dan tidak dapat diulang
kembali.

Bayi adalah individu yang lemah dan memerlukan proses


adaptasi. Bayi harus dapat melakukan 4 penyesuaian agar dapat tetap
hidup yaitu penyesuaian perubahan suhu, menghisap dan menelan,
bernafas dan pembuangan kotoran. Kesulitan penyesuaian atau
adaptasi akan menyebabkan bayi mengalami penurunan berat badan,
keterlambatan perkembangan bahkan bisa sampai meniggal dunia.

Untuk mengetahui tumbuh kembang anak terutama


pertumbuhan fisiknya digunakan parameter antropometri. Berat badan
merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena
dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur.
Pada usia beberapa hari, berat badan akan mengalami penurunan yang
sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan lahir. Hal ini
disebabkan karena keluarnya menconium dan air seni yang belum
diimbangi asupan yang mencukupi, misalnya produksi ASI yang
belum lancar. Umumnya, berat badan akan kembali mencapai berat
lahir pada hari ke sepuluh. Pada bayi sehat, kenaikan berat badan
normal pada triwulan I adalah sekitar 700-1000 gram/bulan, pada
triwulan II sekitar 500-600 gram/bulan, pada triwulan III sekitar 350-
450 gram/bulan, dan triwulan IV sekitar 250-350 gram per bulan.

Berat badan bayi sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan,


gizi, lingkungan, jenis kelamin, status sosial. Berat badan salah satu
indikator antropometrik untuk menilai tumbuh pada bayi atau anak.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menaikkan berat badan
bayi yaitu memberikan gizi yang baik. Gizi berupa nutrisi yang
adekuat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi .

Nutrisi yang cukup dan seimbang dapat meningkatkan berat


badan bayi, sebalikya nutrisi yang kurang dapat menurunkan berat
badan bayi. Setelah bayi lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara
ekslusif yaitu pemberian ASI selama 6 bulan. Setelah 6 bulan anak
diberikan makanan tambahan atau makanan pendamping. Pemberian
makanan tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makan yang
baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat
pada masa bayi dan masa pertumbuhan selanjutnya. Selain pemberian
nutrisi yang cukup dan seimbang perlu dilakukan perawatan kesehatan
dasar berupa imunisasi, kontrol ke Puskesmas/Posyandu secara berkala
untuk memantau kesehatan anak.

2. Definisi ASI (7)


ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, lactose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua
belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Pada
usia 6 bulan pertama, bayi hanya perlu diberikan ASI saja atau dikenal
dengan sebutan ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian ASI
saja pada bayi 0-6 bulan tanpa pemberian tambahan cairan lain seperti
susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, dan nasi
tim.
Pemberian makanan yang baik dan tepat pada bayi sejak lahir
hingga usia dua (2) tahun merupakan salah satu upaya mendasar untuk
mencapai kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi serta untuk
memenuhi hak bayi atas ASI. Pola pemberian makan pada bayi lahir
sampai 2 tahun yang di rekomendasikan dalam Global Strategy on
Infant and Child Feeding adalah sebagai berikut : (1) Inisiasi Menyusu
Dini, (2) Menyusui secara ekslusif selama 6 bulan, (3) MP-ASI
diberikan mulai bayi berumur 6 bulan; dan (4) tetap menyusui hingga
anak berusia 24 bulan atau lebih.
Menyusui adalah cara alami untuk memberikan asupan gizi,
imunitas dan memelihara emosional secara optimal bagi pertumbuhan
dan perkembangan bayi. Tidak ada susu buatan (Susu Formula) yang
dapat menyamai ASI baik dalam hal kandungan nutrisi, faktor
pertumbuhan, hormon dan terutama imunitas. Karena imunitas bayi
hanya bisa didapatkan dari ASI.

a. Komposisi ASI (7)

Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor


yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras,
keadaan nutrisi dan diit ibu. Air susu ibu menurut stadium laktasi
adalah kolostrom, ASI transisi/peralihan dan ASI matur (Fikawati dkk,
2015).

1) Kolostrom
Cairan pertama kali yang keluar dari kelenjar payudara,
mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat
dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan
sesudah masa puerperium.Kolostrom keluar pada hari pertama
sampai hari keempat pasca persalinan.Cairan ini mempunyai
viskositas kental, lengket dan berwarna kekuning-kuningan.
Cairan kolostrom mengandung tinggi protein, mineral
garam,vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang
tinggi dibandingkan dengan ASI matur. Selain itu, kolostrom
rendah lemak dan laktosa.Protein utamanya adalah
immunoglobulin (IgG, IgA, IgM) berguna sebagai antibodi
untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan
parasit. Volume kolostrom antara 150-300 ml/24 jam.
Meskipun kolostrom hanya sedikit volumenya, tetapi volume
tersebut mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2
hari. Kolostrom berfungsi sebagai pencahar ideal yang dapat
mengeluarkan zat-zat yang tidak terpakai dari usus bayi baru
lahir dan mempersiapkan kondisi saluran pencernaan agar siap
menerima makanan yang akan datang.

2) ASI Peralihan
Merupakan peralihan dari kolostrom sampai menjadi ASI
matur.ASI peralihan keluar sejak hari ke 4-10 pasca
persalinan.Volumenya bertambah banyak dan ada perubahan
warna dan komposisinya. Kadar immunoglobulin menurun,
sedangkan kadar lemak dan laktosa meningkat.

3) ASI Matur
ASI yang keluar dari hari ke 10 pasca persalinan sampai
seterusnya.Komposisi relative konstan (adapula yang
menyatakan bahwa komposisi ASI relative mulai konstan pada
minggu ke 3 sampai minggu ke 5), tidak mudah menggumpal
bila dipanaskan.ASI pada fase ini yang keluar pertama kali atau
pada 5 menit pertama disebut sebagai foremilk. Foremilk lebih
encer, kandungan lemaknya lebih rendah namun tinggi laktosa,
gula protein, mineral dan air.

3. Pijat Bayi (8)


Pijat adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang
paling popular. Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan
yang dipraktekkan sejak abad keabad silam. Bahkan, diperkirakan ilmu
ini telah dikenal sejak awal manusia diciptakan kedunia, mungkin
karena pijat berhubungan sangat erat dengan kehamilan dan proses
kelahiran manusia.
Dampak pijat bayi bagi pertumbuhan anak disebabkan dengan
pijat bayi terjadi rangsangan terhadap hormon-hormon beta endorphin,
aktivitas nervus vagus, peningkatan produksi serotonin, dan terjadinya
perubahan gelombang otak. Rangsangan pada beta endorphin
berdampak pada meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak.
Selanjutnya aktivitas nervus vagus mempengaruhi penyerapan
makanan pada bayi yang diiringi oleh peningkatan asupan ASI oleh
bayi.
Aktivitas nervus vagus berdampak pada timbulnya rasa lapar
pada bayi sehingga nafsu makan bayi meningkat yang membuat bayi
lebih sering menyusu pada ibunya. Produksi serotonin pada bayi
berdampak pada peningkatan daya tahan tubuh bayi dan perubahan
gelombang otak bayi menyebabkan bayi akan tidur lebih lelap,
meningkatkan kesiagaan (alertness) dan konsentrasi.

4. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Kuantitatif
b. Design Penelitian
Quasy Eksperimental
c. Teknik pengumpulan data
Observasi
d. Sumber data
Data Primer
Data Sekunder
e. Metode analisa data
Univariate dan
Bivariate menggunakan uji paired t test dan independent test

5. Bibliografi
1. Catur Yuni Purwanti, 2017. Jurnal Penerapan Massage Endorphine
Menggunakan
2. Enny Fitriahadi, 2016. Jurnal Pengaruh Pijat Bayi Terhadap
Frekuensi dan Durasi Menyusu Bayi
3. Farida Y, Mardianti, Dkk, 2018. Jurnal Pengaruh Pijat Bayi
Terhadap Peningkatan Frekuensi dan Durasi Menyusu pada Bayi
Usia 1 – 3 Bulan
4. Mansur, H, 2009. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika
5. Maria Panggratia Mahuse, 2012. Hubungan Sikap Ibu Tentang ASI
Eksklusif Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang
6. Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Gunungpati, 2017
7. Roesli U, 2009. Mengenal ASI Eksklusif (Seri 1). Jakarta : Trubus
Agriwidya Anggota IKAPI
8. Sari Wiguna, 2013. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kejadian Sakit
pada Bayi Usia 4 sampai 6 Bulan di BPS Wandari Klego Boyolali
9. Susy Mariawati, 2013. Hubungan Pengetahuan Tentang Teknik
Menyusu Terhadap Perilaku Menyusui pada Ibu Primipara di
Puskesmas Patebon 02 Kabupaten Kendal
10. Utia Dina Nasiroh, Dkk, 2016. Perbedaan Frekuensi Menyusu ASI
Eksklusif Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pijat Bayi

Anda mungkin juga menyukai