Anda di halaman 1dari 5

Manajemen Laktasi untuk Keberhasilan

Menyusui
 Anak
 Menyusui

 dr. Fhathia Avisha, dr. Endah Setyaningsih, dr. Annisa Rahmania Yulman, Sp.A
 2022-08-03

Air susu ibu (ASI) merupakan satu-satunya nutrisi yang tepat untuk bayi karena
mengandung semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Menyusui dimulai segera setelah lahir kemudian diberikan secara eksklusif selama
enam bulan, dan dilanjutkan hingga dua tahun atau lebih. Pemberian ASI eksklusif
merupakan salah satu indikator program pemerintah dalam melaksanakan Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam rangka seribu hari pertama kehidupan
(Gerakan 1000 HPK), gerakan ini dimulai dari masa kehamilan hingga anak usia 2
tahun.

Menyusui dapat meningkatkan kelangsungan hidup anak dan melindungi anak dari
penyakit, serta menyusui mendorong pertumbuhan yang sehat dan meningkatkan sejak
dini perkembangan anak dan mendukung perkembangan otak yang sehat. Menyusui
tidak hanya baik untuk bayi, tetapi juga baik untuk ibu. Menyusui dapat melindungi
terhadap kejadian perdarahan pasca-melahirkan, depresi pasca melahirkan, penurunan
berat badan, kanker ovarium dan payudara, penyakit jantung, hipertensi, dislipidemia
dan diabetes tipe 2. Diperkirakan dengan meningkatnya tingkat menyusui dapat
mencegah tambahan 20.000 kematian ibu akibat kanker payudara.

Penelitian pada 123 negara menunjukkan bahwa di seluruh dunia 95 % dari bayi
pernah mendapat ASI. Namun, tingkat ini sangat bervariasi antara negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah, dengan negara-negara berpenghasilan tinggi.
Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, hanya 4 %, atau 1 dari 25
bayi, tidak pernah disusui, sedangkan negara-negara berpenghasilan tinggi, ditemukan
21 % bayi, atau 1 dari 5 bayi, tidak pernah menerima ASI.

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif


baik faktor internal dari ibu maupun eksternal. Faktor internal antara lain usia ibu, status
gizi ibu, dan tingkat pendidikan, sedangkan faktor eksternal adalah pengetahuan
tentang ASI eksklusif, tenaga kesehatan dan media massa. Selain itu beberapa alasan
ketidakmampuan ibu memberikan ASI eksklusif adalah ibu harus bekerja, produksi ASI
yang kurang, gencarnya promosi susu formula dan adanya ketidak pahaman dari ibu
tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif, padahal telah diketahui bahwa dari
manfaat pemberian ASI bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat besar.
Sehingga untuk keberhasilan menyusi ibu membutuhkan dukungan dan dorongan untuk
menyusui termasuk diruang publik, komunitas, konselor terlatih, teman sebaya, anggota
keluarga, serta terpenting dukungan dari suami.

Keberhasilan menyusui dimulai dari persiapan prenatal, inisiasi menyusu dini, pola
menyusu efektif, kenyamanan ibu, posisi dan perlekatan menyusu yang baik, menilai
kecukupan ASI serta memantau pertumbuhan dengan baik. Persiapan prenatal
bertujuan agar ibu dan keluarga dapat mempersiapkan diri dan belajar berbagai hal
seputar menyusui sebelum bayi lahir. Persiapan yang baik dapat membantu ibu dan
bayi dalam keberhasilan menyusui. Evaluasi dan edukasi mengenai laktasi biasanya
dimulai pada kehamilan trimester kedua dengan memberikan informasi lengkap
mengenai ASI dan mengikuti kelas laktasi. Kemudian dilanjutkan pada trimester ketiga
dengan menilai dan mendiskusikan berbagai hal yang mungkin menghambat proses
menyusui pasca persalinan serta memberikan informasi dan dukungan mengenai
inisiasi menyusu dini (IMD), rawat gabung bila bayi sehat, ASI eksklusif dan menyusu
hingga 2 tahun atau lebih.

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah Tindakan meletakkan bayi baru lahir yang telah
dikeringkan tanpa busana ke dada ibu, dengan slimut hangat dan tipis atau handuk
diatas punggung bayi segera setalh lahir minimal selama 1 jam dan sampai terjadi
isapan pertama. Proses IMD ini sebaiknya dilakukan pada ibu dan bayi yang bugar,
tanpa diganggu oleh prosedur atau pemeriksaan baik yang lahir spontan maupun
seksio sesarea. Aktivitas IMD memberikan dampak positif pada ibu dan bayi, antara lain
parameter tanda vital dan gula darah bayi batu lahir lebih baik, keberhasilan menyusu
eksklusif yang lebih tingi, interaksi ibu dan bayi lebih terjalin, ibu lebih sensitive
terhadap tanda lapar bayi, serta merangsang pembentukan microbiome atau bakteri
baik di usus bayi.

Perhatikan posisi dan perlekatan saat menyusui karena berdampak pada pengeluaran
ASI dan kenyamanan bagi ibu dan bayi.
Empat kunci posisi menyusu yang benar adalah:

 Kepala dan badan bayi membentuk garis lurus


 Wajah bayi menghadap payudara, hidung berhadapan dengan putting susu
 Badan bayi dekat ke tubuh ibu
 Ibu menggendong/mendekp badan bayi secara utuh

Empat kunci perlekatan menyusu yang benar adalah

 Bayi dekat dengan payudara dengan mulut terbuka lebar


 Dagu bayi menyentuh payudara
 Bagian areola di atas lebih banyak terlihat dibanding di bagian bawah mulut bayi
 Bibir bawah bayi memutar keluar (dower)

Bila posisi dan perlekatan benar, ujung putting ibu terlindungi karena diposisikan jauh
ke belakang mulut bayi ke arah langit-langit yang lunak. Terdapat tanda segera dan
tanda lanjut dari perlekatan yang kurang baik. Tanda segera meliputi pipi bayi kempot
selama menyusui, terdengar suara “klik”, bibir bawah melengkung kedalam. Gerakan
kepala bayi sering dan kurnag terdengar suara menelan, ibu merasa nyeri dan tidak
nyaman. Tanda lanjut adalah trauma ke putting ibu dan rasa sakit, kenaikan berat
badan yang buruk serta pasokan ASI yang rendah.

Pola menyusu efektif sejak awal menyusui harus diperhatikan agar kecukupan ASI
selama proses menyusu dapat terjaga. Berikut adalah pola menyusu efektif:7

 Menyusui sesering mungkin/semau bayi (8-12 kali sehari atau lebih)


 Bila bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan, lalu susui. Untuk membangunkan
bayi, dapat dilakukan dengan membuka pakaian bayi atau melepas selimut,
mengganti popok, dan meletakkan bayi dari kulit-ke kulit atau memijat.
 Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi yang lain
 Ibu memahami isyrat bayi (tanda lapar) berupa rooting, Gerakan atau suara
menghisap, meletakkan tangan ke mulut, gerakan mata yang cepat, desahan
dan kegelisahan.
 Apabila bayi sudah kenyang, tetapi payudara masih terasa penuh/kencang,
maka payudara perlu diperah, ASI disimpan. Hal ini bertujuan mencegah masitits
(peradangan pada payudara) dan menjaga pasokan ASI
Selain melakukan pola dan teknik menyusui yang benar, kita juga haru smengevaluasi
kecukupan ASI bagi bayi. Evaluasi kecukupan menyusui meliputi tanda menyusu
efektif dan pola pertumbuhan. Tanda menyusu efektif mencakup:7

 Bayi melakukan isapan lambat dan dalam


 Bayi berhenti sesaat dan menunggu sampai saluran ASI terisi lagi
 Bayi mengambil beberapa kali hisapan cepat untuk memulai aliran ASI
 Setelah ASi mengalir, bayi menghisap lebih lambat dan dalam kembali
 Terdengar suara menelan
 Pipi bayi membulat
 Frekuensi dan warna BAK dan BAB yang sesuai
 Payudara ibu terasa membesar dan berat, disertai ASI yang menetes diantara
atau selama menyusui

Kriteria kecukupan nutrisi dinilai dari pola pertumbuhan bayi sejak lahir yang
mendapatkan ASi eksklusif dan perlu dilakukan evaluasi berkala. Pola pertumbuhan
yang ditemukan adalah:

 Kehilangan berat badan rerata 7% pada 72 jam pertama (tidak melebihi 10%
pada bayi cukup bulan)
 Berat badan bayi minimal mencapai berat badan lahir pada usia 2 minggu
 Kenaikan berat badan 25-30 gram /hari dari hari ke-5 hingga 2 bulan
 Kenaikan berat badan selama mendapatkan ASi sesuai dengan kurva
pertumbuhan

Manajemen laktasi yang tepat dimulai dari persiapan prenatal hingga menyusu eksklusif
dan dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih meningkatkan keberhasilan
menyusui serta pertumbuhan dan perkembangan anak yang adekuat sejak dini.
Konsultasikan segera apabila anda mengalami kesulitan atau masalah dalam menyusui
agar segera mendapatkan tata laksana yang tepat. Jangan ragu untuk bertanya dan
berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter. Anda dapat membuat janji untuk telekonsultasi
melalui website dan nomor telepon RSUI.

Referensi:

1. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI. Pedoman


perencanaan program gerakan nasional percepatan perbaikan gizi dalam rangka
seribu hari pertama kehidupan (Gerakan 1000 HPK). Jakarta: Kementerian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI, 2013
2. Victora C. G. et al., Breastfeeding in the 21st century: epidemiology,
mechanisms, and lifelong effect. Lancet 2016; 387: 475–90.
3. Global Breastfeeding Advocacy Initiative, ADVOCACY BRIEF: Breastfeeding
and Early Childhood Development.
4. Victora C. G. et al., Breastfeeding in the 21st century: epidemiology,
mechanisms, and lifelong effect. Lancet 2016; 387: 475–90
5. UNICEF Global Databases: Infant and Young Child Feeding, 2018
6. Safitri A, dan Puspitasari D.A. Upaya Peningkatan Pemberian ASI Ekslusif dan
Kebijakannya di Indonesia. Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2018 Vol. 41 (1):
13-20
7. Kementrian Kesehatan RI. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kementrian
Kesehatan RI. 2021

Anda mungkin juga menyukai