Anda di halaman 1dari 9

PERENCANAAN PENGANGGARAN PENINGKATAN

CAPAIAN ASI EKSLUSIF

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan


Penilaian Mata Kuliah Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan

Disusun Oleh:
Kelompok II

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DHYANA PURA
2023
PERENCANAAN PENGANGGARAN PENINGKATAN
CAPAIAN ASI EKSLUSIF

I. LATAR BELAKANG

Praktik pemberian Air Susu Ibu (ASI) atau menyusui bayi dilakukan di berbagai
lapisan masyarakat di seluruh dunia, karena banyak manfaat yang diperoleh dari ASI dan
praktik menyusui. Pemberian makanan yang tepat dan optimal sangat penting untuk
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak usia bawah dua
tahun (baduta). Global Strategy on Infant and Young Child Feeding menyatakan bahwa
pemberian makanan yang tepat adalah menyusui bayi sesegera mungkin setelah lahir,
memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan, memberikan makanan pendamping ASI
yang tepat dan adekuat sejak usia 6 bulan, dan melanjutkan pemberian ASI sampai umur
2 tahun atau lebih. Pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif sampai bayi umur 6
bulan sangat menguntungkan karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit
penyebab kematian bayi. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga
menguntungkan ibu, yaitu mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi
kehilangan darah pada saat haid, mempercepat pencapaian berat badan sebelum hamil,
mengurangi risiko kanker payudara dan kanker rahim.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kesakitan dan kematian
bayi yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Di Indonesia ASI eksklusif
direkomendasikan oleh pemerintah diberikan kepada bayi 0-6 bulan, sedangkan makanan
tambahan diberikan setelah umur 6 bulan dan ASI dilanjutkan hingga umur 2 tahun. The
Lancet Braestfeeding Series tahun 2016 telah melaporkan bahwa pemberian ASI
eksklusif dapat menurunkan angka kematian karena infeksi sebanyak 88% pada bayi yang
berusia < 3 bulan, mencegah terjadinya stunting, dan penyakit kronis (Kemenkes RI,
2017). Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan pemberian ASI saja pada bayi selama
enam bulan, tanpa tambahan makanan lain. Pertumbuhan bayi 0-6 bulan memiliki
pencernaan yang belum sempurna sehingga belum mampu mencerna makanan selain
ASI. Kandungan gizi yang lengkap pada ASI memberikan banyak keuntungan
diantaranya pertumbuhan fisik yang sempurna, perkembangan kecerdasan dan
kematangan emosional. ASI mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,
zat besi, immunoglobulin, leukosit, laktoferin, faktor bifidus, lisozim dan taurin.
Kandungan gizi dan zat-zat inilah yang meyebabkan ASI sangat baik diberikan pada bayi
selama 6 bulan (Laila, 2011). Keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
berfluktuatif setiap tahunnya. Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di
Indonesia ditargetkan 80%. Tahun 2016 cakupan pemberian ASI eksklusif belum
mencapai target yaitu hanya sebesar 29,5%. Persentase pemberian ASI eksklusif di Bali
yaitu 60% dengan jumlah bayi berumur 0-6 bulan yang diberikan ASI eksklusif sebanyak
12.889 dari total 21.472 bayi. Dari delapan Kabupaten dan satu Kota yang ada di Bali
cakupan terendah pemberian ASI eksklusif ada di Denpasar yaitu sebesar 43,9%. Tahun
yang sama Puskesmas yang memiliki persentase terendah yaitu Puskesmas I Denpasar
Barat dengan cakupan sebesar 33,8% tahun 2016 (Dinas Kesehatan, 2017). Upaya-upaya
yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pemberian ASI yaitu
dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP-ASI)
pada tahun 1990. Ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di
Indonesia. Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif sebagai jaminan terpenuhinya hak
bayi untuk mendapatkan sumber makanan terbaik sejak dilahirkan sampai berusia 6
bulan. Ditetapkan pula UU No.36 Tahun 2009 pasal 128 menyatakan setiap bayi berhak
mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, kecuali atas indikasi medis (Santi, 2017).

II. MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud dan tujuan sebagai berikut :
a. Melakukan upaya peningkatan capaian ASI Eksklusif secara berkesinambungan
dengan dukungan dana APBD
b. Melaksanakan peningkatan pemberian ASI Eksklusif dalam upaya mengubah
prilaku masyarakat terutama ibu bayi.
c. Terlaksananya koordinasi ditingkat Organisasi Perangkat Daerah dan mitra kerja
lainnya sebagai upaya terciptanya lingkungan yang kondusif dalam pelaksanaan
program.
d. Memberikan pendidikan, pengetahuan serta informasi kepada masyarakat
khususnya wanita terkait pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi guna
mencapai peningkatan capaian ASI Eksklusif
III. RENCANA PENGGUNAAN BANTUAN DANA
Mengusulkan untuk mendapatkan dukungan anggaran dari Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah Provinsi tahun anggaran 2021. Anggaran tersebut dipergunakan untuk :
- Operasional Kesekretariatan
- Insentif Pengurus Harian dan belanja modal kantor
- Pelaksanaan Program Kegiatan
Adapun kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan merupakan lanjutan dari kegiatan
yang telah dilakukan sebelumnya dalam Peningkatan Capaian ASI Eksklusif. Dengan
dasar Kebijakan pemerintah terkait ASI eksklusif antara lain Peraturan Pemerintah
Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. UU Nomor 36 tahun 2009 Pasal
128 ayat 2 dan 3 yang menyebutkan bahwa selama pemberian ASI, pihak keluarga,
pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu secara penuh dengan
menyediakan waktu dan fasilitas khusus. Kegiatan yang akan dilaksanakan :
1. Operasional Sekretariatan
2. Honor atau upah Sekretaris dan staff
3. Pelaksanaan Program
a. Pemetaaan untuk update data
b. Pertemuan koordinasi program
c. Rapat Koordinasi
d. Rapat koordinasi Tim Asistensi
e. Pembinaan kesekretariatan KPA Kabupaten/Kota
f. pembuatan materi ASI Eksklusif
g. Sosialisasi dan publikasi
h. Bantuan petugas lapangan bagi Kabupaten/Kota.
i. Bantuan bagi upaya peningkatan ASI Eksklusif
j. Monitoring ke lokasi populasi kunci

IV. SASARAN PROGRAM KEGIATAN


Pelaksanaan Program pada Peningkatan ASI Eksklusif yang dapat menjadi sasaran yaitu:
1. Organisasi Perangkat Daerah terkait
2. Masyarakat Umum
3. Pelajar/ Remaha 15-24 tahun
4. Ibu hamil
5. Ibu menyusui
6. Mitra Kerja Terkait
7. Tenaga Kesehatan

V. FAKTOR PENYEBAB PEMBERIAN ASI ESKLUSIF

a. Paritas

Paritas adalah jumlah atau banyaknya persalinan yang pernah dialami ibu baik
lahir hidup maupun mati. Paritas 2 sampai 3 merupakan paritas paling aman ditinjau
dari sudut kematian maternal. Ibu dengan paritas tinggi lebih dari 3 memiliki angka
maternal yang tinggi karena dapat terjadi gangguan endometrium. Penyebab
gangguan endometrium tersebut dikarenakan kehamilan berulang. Sedangkan pada
paritas pertama berisiko karena rahim baru pertama kali menerima hasil konsepsi dan
keluwesan otot rahim masih terbatas untuk pertumbuhan janin. Ibu dengan jumlah
persalinan lebih dari satu kali akan mengalami peningkatan jumlah ASI pada hari
keempat postpartum jauh lebih tinggi dibandingkan ibu yang baru melahirkan pertama
kali.

b. Pekerjaan ibu

Ibu pekerja merupakan salah satu faktor yang menghambat keberhasil


pemberian ASI eksklusif, tan (2011) menunjukkan bahwa dibandingkan dengan ibu
yang tidak bekerja, ibu yang bekerja lebih kecil kemungkinannya untuk memberikan
ASI eksklusif. Ibu yang tidak mempunyai kesibukan di luar rumah namun tidak
memberikan ASI nya mengatakan bahwa susu formula lebih praktis, dan ini juga
menambah pemberian susu ke bayi karena ASI tidak lancar. Ibu terlihat juga malas
menyusukan bayinya dan lebih senang dengan menyusukan bayi menggunakan botol
susu. Ibu bekerja kemungkinan tidak memberikan ASI eksklusif karena kebanyakan
ibu bekerja mempunyai waktu merawat bayi yang lebih sedikit, sedangkan ibu tidak
bekerja besar kemungkinan memberikan ASI eksklusif, sehingga ibu tidak dapat
memberikan ASI secara eksklusif.
VI. INDIKATOR PENINGKATAN ASI EKSKLUSIF
ASI ekslusif dapat dikatakan berhasil jika memenuhi beberapa indikator.
Indikator keberhasilan ASI eksklusif yaitu diantaranya adalah Inisiasi Menyusu Dini
(IMD), frekuensi menyusui, tidak memberikan makanan selain ASI, status gizi ibu,
konsumsi harian ibu dan juga dukungan keluarga.
- Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dilakukan dengan cara meletakkan bayi secara
tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi bersentuhan pada kulit ibu yang
dilakukan sekurang-kurangnya satu jam segera setelah lahir. Jika kontak tersebut
terhalang oleh kain atau dilakukan kurang dari satu jam maka dianggap belum
sempurna dan tidak melakukan IMD. Keberhasilan pemberian IMD dipengaruhi oleh
perilaku ibu. Pengetahuan dan pemahaman ibu tentang IMD pada bayi baru lahir
menjadi suatu kebutuhan ibu dalam pelaksanaan IMD. Inisiasi menyusu dini (IMD)
menjadi faktor yang penting dalam pemberian ASI eksklusif. Dengan memberikan
ASI dalam satu jam pertama bayi akan mendapat zat gizi yang penting dan terlindung
dari penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya.

- Pemberian makanan yang tepat dan optimal

Ini sangat penting untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan


bayi dan anak usia bawah dua tahun (baduta). Menurut Global Strategy on Infant and
Young Child Feeding, pemberian makanan yang tepat adalah menyusui bayi sesegera
mungkin setelah lahir, memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan, memberikan
makanan pendamping ASI yang tepat dan adekuat. Cakupan pemberian ASI
eksklusif usia 6 bulan, dan melanjutkan pemberian ASI sampai umur 2 tahun atau
lebih.4 Pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif sampai bayi umur 6 bulan
sangat menguntungkan karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit
penyebab kematian bayi. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga
menguntungkan ibu, yaitu mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi
kehilangan darah pada saat haid , mempercepat pencapaian berat badan sebelum
hamil10, mengurangi risiko kanker payudara dan kanker rahim. Meskipun menyusui
dan ASI sangat bermanfaat, diperkirakan 85 persen ibu-ibu di dunia tidak
memberikan ASI secara optimal
VII. MANFAAT PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

WHO (2014) menunjukkan bahwa ASI memiliki potensi terbesar untuk


menurunkan angka kematian anak. ASI mengandung nutrisi yang tidak bisa
digantikan oleh bahan makanan lain. ASI 9 dapat memperkuat daya tahan tubuh anak
dan mencegah berbagai penyakit, seperti; infeksi saluran pernafasan, penyakit saluran
pencernaan, obesitas dan penyakit berbahaya lainnya. ASI dapat mencegah malnutrisi
dan melindungi bayi dari infeksi, karena ASI mengandung nutrisi yang tepat yang
dibutuhkan bayi (IDAI, 2009). Menurut Saleha (2009), manfaat ASI adalah sebagai
berikut:

a. Manfaat bagi ibu

ASI bermanfaat bagi ibu untuk mencegah postpartum,mempercepat pemulihan


Rahim kebentuk semula, mencegah anemia defisiensi besi, mempercepat ibu keberat
badan sebelum hamil, menunda kesuburan, menimbulkan rasa membutuhkan dan
mengurangi kemungkinan kanker kolorektal, kanker payudara dan kanker ovarium.

b. Manfaat bagi keluarga

Pemberian ASI baik untuk keluarga mudah untuk disusui, dan karena bayi
yang disusui jarang sakit, dapat menekan biaya keluarga sehingga dapat menghemat
biaya pengobatan.

c. Manfaat bagi bayi

ASI baik untuk bayi karena mengandung bahan yang sesuai dengan
kebutuhan, kalori dalam ASI yang mencukupi kebutuhan bayi usia 6 bulan, dan
mengandung zat pelindung. ASI dapat mempercepat perkembangan spikomotorik,
mendukung perkembangan kognitif, mendukung perkembangan penglihatan,
memperkuat ikatan antar ibu, dan mendukung kepribadian percaya diri.

d. Manfaat bagi Negara

ASI memiliki manfaat bagi Negara, yaitu: menghemat subsidi untuk anak
sakit dan pemakaian obat-obatan, menghemat biaya departemen penyediaan susu
formula dan alat menyusui, mengurangi polusi, dan memperoleh sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas.

VIII. KEBIJAKAN ASI EKSKLUSIF


Kebijakan ASI eksklusif Indonesia mengalami proses yang cukup panjang, R
Kunci Sukses Kebijakan Pemberian ASI Eksklusif 2 tercatat sampai saat ini terdapat
beberapa peraturan terkait dengan pemberian ASI eksklusif di Indonesia yaitu
Permenkes RI No 240/MENKES/PER/V/1985 tentang Pengganti ASI, Kepmenkes RI
No. 237/Menkes/SK/IV/1997 tentang Pemasaran Pengganti ASI, Peraturan
Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, dan Kepmenkes RI
No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara Eksklusif pada Bayi di
Indonesia. Dan yang terbaru adalah Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012
tentang Pemberian ASI Eksklusif.

IX. HAMBATAN DAN UPAYA MENGATASINYA


Peningkatan capaian ASI eksklusif masih menemui beberapa hambatan yang perlu dicari
jalan keluarnya. Adapun hambatan-hambatan tersebut adalah
1. Belum optimalnya pemahaman pentingnya ASI Eksklusif di kalangan masyarakat,
organisasi kepemudaan dan organisasi keagamaan secara luas
2. Belum optimalnya dukungan anggaran dalam upaya peningkatan ASI Eksklusif
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
3. Masih adanya tenaga kesehatan yang tidak melakukan IMD kepada ibu saat
melahirkan.
Hambatan-hambatan yangada saat ini telah diupayakan untuk mengatasinya dengan :
1. Mengoptimalkan kerjasama bersama lintas sektor terkait dan pemangku
kepentingan dalam rangka melaksanakan kegiatan koordinasi dan sosialisasi
tentang ASI Eksklusif kepada pengambil kebijakan dan masyarakat secara
luas;
2. Mengoptimalkan advokasi kepada eksekutif dan legislatif terkait dengan
anggaran dalam rangka peningkatan capaian ASI Eksklusif
3. Mengoptimalkan kegiatan pertemuan-pertemuan koordinasi Kabupaten / Kota
bersama stake holder dan lintas sektor terkait
4. Mengoptimalkan dan mendorong tenaga kesehatan agar dapat meemberikan
kesempatan kepada ibu untuk melakukan IMD
5. Menyediakan media dan menyebarluaskannya kepada kalangan masyarakat,
organisasi kepemudaan dan organisasi keagamaan secara luas

X. PENUTUP
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kesakitan dan
kematian bayi yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Di Indonesia
ASI eksklusif direkomendasikan oleh pemerintah diberikan kepada bayi 0-6 bulan,
sedangkan makanan tambahan diberikan setelah umur 6 bulan dan ASI dilanjutkan
hingga umur 2 tahun. Persentase pemberian ASI eksklusif di Bali yaitu 60% dengan
jumlah bayi berumur 0-6 bulan yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 12.889 dari
total 21.472 bayi. Dari delapan Kabupaten dan satu Kota yang ada di Bali cakupan
terendah pemberian ASI eksklusif ada di Denpasar yaitu sebesar 43,9%. Upaya
penanggulangan ini memerlukan kerja sama multi pihak baik Pemerintah, Sektor
Swasta, LSM, Akademisi, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat yang dilakukan secara
terkoordinasi, sinergis komprehensif dan terintegrasi.

Anda mungkin juga menyukai