Disusun Oleh:
Kelompok II
I. LATAR BELAKANG
Praktik pemberian Air Susu Ibu (ASI) atau menyusui bayi dilakukan di berbagai
lapisan masyarakat di seluruh dunia, karena banyak manfaat yang diperoleh dari ASI dan
praktik menyusui. Pemberian makanan yang tepat dan optimal sangat penting untuk
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak usia bawah dua
tahun (baduta). Global Strategy on Infant and Young Child Feeding menyatakan bahwa
pemberian makanan yang tepat adalah menyusui bayi sesegera mungkin setelah lahir,
memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan, memberikan makanan pendamping ASI
yang tepat dan adekuat sejak usia 6 bulan, dan melanjutkan pemberian ASI sampai umur
2 tahun atau lebih. Pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif sampai bayi umur 6
bulan sangat menguntungkan karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit
penyebab kematian bayi. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga
menguntungkan ibu, yaitu mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi
kehilangan darah pada saat haid, mempercepat pencapaian berat badan sebelum hamil,
mengurangi risiko kanker payudara dan kanker rahim.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kesakitan dan kematian
bayi yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Di Indonesia ASI eksklusif
direkomendasikan oleh pemerintah diberikan kepada bayi 0-6 bulan, sedangkan makanan
tambahan diberikan setelah umur 6 bulan dan ASI dilanjutkan hingga umur 2 tahun. The
Lancet Braestfeeding Series tahun 2016 telah melaporkan bahwa pemberian ASI
eksklusif dapat menurunkan angka kematian karena infeksi sebanyak 88% pada bayi yang
berusia < 3 bulan, mencegah terjadinya stunting, dan penyakit kronis (Kemenkes RI,
2017). Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan pemberian ASI saja pada bayi selama
enam bulan, tanpa tambahan makanan lain. Pertumbuhan bayi 0-6 bulan memiliki
pencernaan yang belum sempurna sehingga belum mampu mencerna makanan selain
ASI. Kandungan gizi yang lengkap pada ASI memberikan banyak keuntungan
diantaranya pertumbuhan fisik yang sempurna, perkembangan kecerdasan dan
kematangan emosional. ASI mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,
zat besi, immunoglobulin, leukosit, laktoferin, faktor bifidus, lisozim dan taurin.
Kandungan gizi dan zat-zat inilah yang meyebabkan ASI sangat baik diberikan pada bayi
selama 6 bulan (Laila, 2011). Keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
berfluktuatif setiap tahunnya. Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di
Indonesia ditargetkan 80%. Tahun 2016 cakupan pemberian ASI eksklusif belum
mencapai target yaitu hanya sebesar 29,5%. Persentase pemberian ASI eksklusif di Bali
yaitu 60% dengan jumlah bayi berumur 0-6 bulan yang diberikan ASI eksklusif sebanyak
12.889 dari total 21.472 bayi. Dari delapan Kabupaten dan satu Kota yang ada di Bali
cakupan terendah pemberian ASI eksklusif ada di Denpasar yaitu sebesar 43,9%. Tahun
yang sama Puskesmas yang memiliki persentase terendah yaitu Puskesmas I Denpasar
Barat dengan cakupan sebesar 33,8% tahun 2016 (Dinas Kesehatan, 2017). Upaya-upaya
yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pemberian ASI yaitu
dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP-ASI)
pada tahun 1990. Ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di
Indonesia. Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif sebagai jaminan terpenuhinya hak
bayi untuk mendapatkan sumber makanan terbaik sejak dilahirkan sampai berusia 6
bulan. Ditetapkan pula UU No.36 Tahun 2009 pasal 128 menyatakan setiap bayi berhak
mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, kecuali atas indikasi medis (Santi, 2017).
a. Paritas
Paritas adalah jumlah atau banyaknya persalinan yang pernah dialami ibu baik
lahir hidup maupun mati. Paritas 2 sampai 3 merupakan paritas paling aman ditinjau
dari sudut kematian maternal. Ibu dengan paritas tinggi lebih dari 3 memiliki angka
maternal yang tinggi karena dapat terjadi gangguan endometrium. Penyebab
gangguan endometrium tersebut dikarenakan kehamilan berulang. Sedangkan pada
paritas pertama berisiko karena rahim baru pertama kali menerima hasil konsepsi dan
keluwesan otot rahim masih terbatas untuk pertumbuhan janin. Ibu dengan jumlah
persalinan lebih dari satu kali akan mengalami peningkatan jumlah ASI pada hari
keempat postpartum jauh lebih tinggi dibandingkan ibu yang baru melahirkan pertama
kali.
b. Pekerjaan ibu
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dilakukan dengan cara meletakkan bayi secara
tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi bersentuhan pada kulit ibu yang
dilakukan sekurang-kurangnya satu jam segera setelah lahir. Jika kontak tersebut
terhalang oleh kain atau dilakukan kurang dari satu jam maka dianggap belum
sempurna dan tidak melakukan IMD. Keberhasilan pemberian IMD dipengaruhi oleh
perilaku ibu. Pengetahuan dan pemahaman ibu tentang IMD pada bayi baru lahir
menjadi suatu kebutuhan ibu dalam pelaksanaan IMD. Inisiasi menyusu dini (IMD)
menjadi faktor yang penting dalam pemberian ASI eksklusif. Dengan memberikan
ASI dalam satu jam pertama bayi akan mendapat zat gizi yang penting dan terlindung
dari penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya.
Pemberian ASI baik untuk keluarga mudah untuk disusui, dan karena bayi
yang disusui jarang sakit, dapat menekan biaya keluarga sehingga dapat menghemat
biaya pengobatan.
ASI baik untuk bayi karena mengandung bahan yang sesuai dengan
kebutuhan, kalori dalam ASI yang mencukupi kebutuhan bayi usia 6 bulan, dan
mengandung zat pelindung. ASI dapat mempercepat perkembangan spikomotorik,
mendukung perkembangan kognitif, mendukung perkembangan penglihatan,
memperkuat ikatan antar ibu, dan mendukung kepribadian percaya diri.
ASI memiliki manfaat bagi Negara, yaitu: menghemat subsidi untuk anak
sakit dan pemakaian obat-obatan, menghemat biaya departemen penyediaan susu
formula dan alat menyusui, mengurangi polusi, dan memperoleh sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas.
X. PENUTUP
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kesakitan dan
kematian bayi yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Di Indonesia
ASI eksklusif direkomendasikan oleh pemerintah diberikan kepada bayi 0-6 bulan,
sedangkan makanan tambahan diberikan setelah umur 6 bulan dan ASI dilanjutkan
hingga umur 2 tahun. Persentase pemberian ASI eksklusif di Bali yaitu 60% dengan
jumlah bayi berumur 0-6 bulan yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 12.889 dari
total 21.472 bayi. Dari delapan Kabupaten dan satu Kota yang ada di Bali cakupan
terendah pemberian ASI eksklusif ada di Denpasar yaitu sebesar 43,9%. Upaya
penanggulangan ini memerlukan kerja sama multi pihak baik Pemerintah, Sektor
Swasta, LSM, Akademisi, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat yang dilakukan secara
terkoordinasi, sinergis komprehensif dan terintegrasi.