PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
II. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Terciptanya pelayanan poli laktasi yang komprehensif di Puskesmas
sebagai bagian dari kebijakan UPT. Puskesmas Wates untuk mengupayakan
promosi ASI.
b. Tujuan Khusus
1. Terselenggaranya pelayanan laktasi/menyusui yang sesuai.
2. Terselenggaranya promosi ASI pada masyarakat
3. Terlaksananya edukasi, konseling serta motivasi tentang ASI Eksklusif.
2
1. Kebijakan upaya untuk peningkatan pemberian ASI Eksklusif
2. Pelayanan promosi ASI
3. Pelayanan konseling, edukasi dan motivasi
4. Intervensi, monitoring dan evaluasi
V. BATASAN OPRASIONAL
1. Konseling ASI
Serangkaian kegiatan yang tersistematis untuk mengidentifikasi masalah atau
kesulita menyusui dan penyediaan rencana tindak lanjut untuk mendukung
suksesnya menyusui atau mempertahankan menyusui.
2. Edukasi ASI
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memberikan informai tentang
manfaat asi dan prospek pemberian Asi baik untuk bayi ataupun ibu.
3. Motivasi ASI
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkat kepercayaan diri ibu agar
dapat mempertahankan proses menyusui.
4. Promosi ASI
Suatu kegiatan pemberian informasi satu arah yang bertujuan untuk
memaparkan tentang Asi eksklusif.
6. Konselor ASI
Tenaga kesehatan yang dilatih secara professional untuk dapat memberikan
konseling berkaitan dengan pemberian ASi secara eksklusif.
8. ASI Eksklusif
Merupakan pemberian ASI saja tanpa memberikan makanan atau minuman
apapun pada bayi.
9. Tenaga Kesehatan
Setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan serta memiliki
kemampuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan formal di bidang
3
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan.
10. Relaktasi
Serangkaian proses untuk mengupayakan ibu untuk menyusui kembali.
11. Bonding
Merupakan ikatan antara ibu dan bayi yang merupakan bagian dari hubungan
psikologis anak dan ibu.
4
BAB II
STANDART KETENAGAAN
5
h. Melakukan perencanaan monitoring untuk memantau kemampuan ibu
dalam hal menyusui
Penanggung jawab poli laktasi adalah satu tenaga gizi yang telah
medapatkan pelatihan konselor ASI. Poli laktasi merupakan poli penunjang
yang proses asuhannya juga melibatkan asuhan gizi yang dibuat dari poli gizi
UPT. Puskesmas Wates.
6
IV. PERAN DAN FUNGSI KETENAGAAN DI PUSKESMAS DALAM
PELAYANAN POLI LAKTASI
a. Dokter
b. Perawat/Bidan
c. Nutrisionist
Melakukan asuhan gizi pada pasien/klien, yang memiliki tugas pokok dan
fungus sebagai berikut :
7
3. Melakukan konseling terkait diet yang diperlukan untuk mendukung
proses menyusui.
d. Tenaga Farmasi
e. Securiti
8
BAB III
STANDART FASILITAS
I. DENAH RUANGAN
Mendukung kegiatan menyusui poli laktasi berada di sebelah poli KIA-KB dan
poli gizi. Berikut denah poli laktasi :
9
Poli laktasi UPT. Puskesmas Wates terletak di sebelah Poli Gizi. Letaknya
bersebelahan dengan poli DDTK. Poli Laktasi di tata dengan sangat terjaga
privasinya sehingga membuat ibu menjadi nyaman untuk menyusui. Luas
ruangan 3 x 6 M dengan ketinggian langit – langit 2,8 meter dengan atap
yang kokoh dan langit-langit tidak bocor dan tidak ditemukan adanya vector
Di bagian timur tembok ruangan laktasi terlihat lembab dan ditemukan jamur
tumbuh.Lantai berbahan granit dan tidak licin. Struktur tembok tidak berserat
dan mudah dibersihkan. Pintu dan jendela terbuka lebar dan terdapat tirai
yang mudah diatur untuk menjaga sisi privasi ibu yang menyusui atau yang
sedang menyusui bayinya. Ventilasi terjaga degan jumlah bukaan 15% dari
luas lantai ruangan. Tersedia kontak listri sebanyak 3 titik dan titik untuk
kulkas ASI terintegrasi dengan genset yang dapat dioperaiskan ketika listrik
padam.
JUMLAH
PERALATAN
NO JENIS PERALATAN Jumlah Satuan
I. Set ASI
1. Breast pump 15 Set
2 Botol Asi 15 Botol
1 Set
2. Cairan Desinfektan Ruangan
15 Buah
3 Pipa Naso Gastrik Tube
10
15 Buah
4 Spuit 20 ml
1 Buah
5 Plester
2 Buah
6 Tisue Roll
III. P erlengkapan
1. Tempat Sampah Tertutup 2 Buah
2. Waskom 1 Buah
3. Waslap 5 Buah
4 Bantal Menyusui 2 Buah
5 Boneka 1 Buah
6 Leaflet ASI 1 Set
7 Poster 5 Buah
IV. M eubelair
1. Sofa 2 Buah
2. Meja untuk ganti popok bayi 1 Buah
3. Meja perlengkapan 1 Buah
4 Keranjang Bayi 2 Buah
v. Peralatan Electrik
1 Kulkas ASI 1 Buah
2 Inkubator bayi 1 Buah
3 Alat Sterilator 1 Buah
4 Penghangat ASI 1 Buah
5 Kipas Angin 1 Buah
6 Dispenser Air 1 Buah
7 Flash Disk 1 Buah
11
3 Label 1 Set
4 Gunting 1 Buah
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. KONSELING ASI
Bukan suatu kebetulan kalau urutan dari suatu proses konseling adalah
seperti di atas ini, karena tanpa melakukan yang nomor 1 dengan baik dan
benar, seorang Konselor Laktasi belum bisa melakukan yang nomor 2.
Oleh karena itu, dalam melakukan konseling seorang Konselor Laktasi
dituntut untuk memiliki setidaknya beberapa keterampilan berikut ini:
12
Komponen utama dari suatu proses konseling, serta keterampilan dasar yang
HARUS dimiliki oleh seorang Konselor Laktasi adalah: kemampuan
berkomunikasi. Bagaimana caranya, dengancommunication skills-nya,
seorang Konselor Laktasi dapat membuat ibu untuk membuka diri, menyadari
sendiri persepsi keliru yang selama ini mungkin dimilikinya terkait dengan
kegiatan menyusui, serta kemudian berkeinginan untuk mengubah atau
memperbaiki persepsi keliru tersebut sehingga kegiatan menyusui dapat
berjalan lebih lancar. Tidak mudah tentunya. Salahngomong sedikit, bisa
berakibat ibu menutup diri dan menolak proses konseling yang sedang
dijalani. Perlu diingat, konseling adalah komunikasi dua arah antara ibu
menyusui dengan seorang Konselor Laktasi. Konseling BUKAN penyuluhan,
TIDAK SAMA dengan kegiatan pengajaran atau pemberian nasihat.
Seorang Konselor Laktasi yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik, akan
mengalami tantangan yang lebih besar ketika sedang menjalankan tugasnya.
Apa saja, sih, kemampuan komunikasi yang sebaiknya dimiliki dan
dipraktikkan.
Ketika suasana mulai mencair dan ibu mulai terlihat nyaman untuk bercerita,
sang Konselor Laktasi diharapkan memiliki kemampuan untuk menggali
cerita, riwayat dan keterangan sebanyak mungkin melalui beragam
pertanyaan terbuka yang diajukan–ciri dari kegiatan konseling yang berjalan
baik, si ibu lebih banyak bercerita dan berbicara dibandingkan dengan
Konselor Laktasinya.
13
keterampilan ini. Contoh: “Oh, jadi ibu belum tahu, ya, kalau ASI eksklusif
adalah 6 bulan?” (dengan nada lembut, sambil menyentuh tangan ibu dan
mimik muka penuh perhatian). Bandingkan dengan “Oh, jadi ibu belum tahu,
ya, kalau ASI eksklusif adalah 6 bulan?” (dengan nada meninggi dan
menuduh, alis dinaikkan sebelah, dan pandangan meremehkan).
2. Membangun Percaya Diri (building self confidence)
Kemampuan untuk menerima apa yang ibu pikirkan dan rasakan, meskipun
apa yang dipikirkan tersebut adalah salah, tanpa memberikan pembenaran
atas kesalahan tersebut. “Oh, jadi ibu khawatir, ya, ASI ibu sedikit karena
ukuran payudara ibu kecil?”
1. Ada tatap muka antara ibu dan Konselor Laktasi–dalam hal ini, konseling
melalui telepon dan email mungkin bisa katakan kurang efektif karena
sebagian besar teknik berkomunikasi tidak dapat dilakukan;
2. Kegiatan yang dilakukan satu lawan satu atau one on one, artinya seorang
Konselor Laktasi melakukan satu kesempatan konseling dengan hanya satu
14
ibu–kegiatan konseling tidak dapat dilakukan secara berkelompok, bahkan
dalam suatu KP Ibu sekalipun, karena hal tersebut akan mengarah pada
kegiatan penyuluhan dan pengajaran;
3. Dalam proses konseling selalu ada komunikasi dua arah, dengan porsi
berbicara yang lebih banyak pada si ibu menyusui–Konselor Laktasi tidak
mendikte, memerintah, menyuluh, mengajar atau menasihati;
Menyusui bukan hanya berguna buat bayi tapi juga sangat berguna buat si ibu.
Kontak fisik antara ibu dan bayi memang penting namun terlebih lagi faktor
psikologisnya. Menyusui membentuk ikatan yang kuat diantara ibu dan bayinya.
Para ibu yang menyusui merasakan adanya perasaan hangat dan saling
memberi respons, istilahnya in synch. Selain itu, menyusui dapat menimbulkan
rasa bangga, rasa dibutuhkan dan meningkatkan percaya diri ibu.
Rasa cinta kasih anak dan rasa aman adalah kebutuhan vital anak, mereka
membutuhkan afeksi dari orangtua. Ibu adalah orangtua pertama yang
membangun trust pada anak melalui pemberian ASI. Perasaan aman dan trust
adalah fondasi dalam perkembangan kepribadian anak. Menyusui adalah hal
pertama dan penting dalam menumbuhkan attachment (kelekatan) yang
dianggap penting untuk pertumbuhan psikologis bayi. Dari penelitian mengenai
breast feeding ditemukan bahwa attachment seorang anak pada ibu melalui
breast feeding menumbuhkan anak2 yang berkepribadian baik dalam keluarga
15
dengan orangtua yang lebih sensitif pada kebutuhan anak dan sebaliknya. Ibu
diharapkan menyusui bayinya sambil mengelus,
menyanyi/bersenandung,menatap mata anak, mengalirkan perasaan
menyenangkan kepada bayinya dan perasaan menyenangkan bagi ibu.
16
Depresi Pasca melahirkan disebabkan oleh interaksi diantara faktor hormonal
dan faktor psikologis yang menyangkut perubahan besar dalam hidup seorang
perempuan (menjadi seorang ibu) dan rasa khawatir apakah ‘saya’ dapat menjadi
ibu yang baik. Selain itu, adanya permasalahan dalam perkawinan atau bayi yang
sakit juga bisa menjadi faktor penyebab depresi paska melahirkan.
Untuk mencegah, bagaimana seorang ibu baru dapat membantu diri sendiri untuk
mengatasi mood yang kurang nyaman paska melahirkan?
5. Senam-senam sederhana
C. PENGAMATAN MENYUSUI
17
J. 7. Puting susu tidak terasa nyeri.
K. 8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
L. 9. Kepala bayi agak menengadah
M.
N. Akibat posisi menetek yang salah:
O.
P. Puting susu menjadi lecet
Q. Asi tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi asi
selanjutnya atau bayi enggan menyusu.
R. ASI bisa masuk ke dalam telinga bayi yang dapat menyebabkan
infeksi pada telinga yang dikenal dengan Otitis Media Akut (OMA)
18
BAB V
LOGISTIK
A. PERENCANAAN
Mengikuti system yang ada kebutuhan pelayanan di ruang ASI, dipesan
melalui Apoteker dan admen tepatnya bagian rumah tangga Puskesmas.
Kebutuhan pelayanan poli Laktasi terdiri dari 2 jenis yakni kebutuhan promosi
dan pelayanan itu sendiri. Untuk kebutuhan Promosi diajukan melalui dana
Dau untuk pemesanan leaflet dan sebagainya. Untuk kebutuhan penunjang
lainnya seperti tissue, spuit dan selang relaktasi melalui pernecanaan unit
obat.
B. PEMESANAN
Pemesanan disesuaikan dengan spesifikasi yang terstandar, dan yang telah
disetujui oleh kepala Puskesmas. Untuk jenis promosi dilakukan pemesanan
dengan alokasi belanja DAU untuk pendunkung pelayanan melalui unit
farmasi.
c. PENYIMPANAN
19
BAB IX
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jendral Bin Gizi Masyarakat dan KIA, 2014,
PEDOMAN PELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS, JAKARTA.
20
Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jendral Bin Gizi Masyarakat dan KIA, 2014,
PEDOMAN PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PGAT), JAKARTA.
Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jendral Bin Gizi Masyarakat dan KIA, 2014,
PEDOMAN GIZI SEIMBANG, JAKARTA.
21
22