PENDAHULUAN
Pemberian ASI eksklusif, yang mana memberikan hanya ASI saja selama enam bulan
tanpa disertai dengan makanan dan atau minuman lainnya kepada bayi. Dengan
diberikannya ASI eksklusif dapat meningkatkan kualitas kesehatan, pertumbuhan, dan
perkembangan hidup bayi(Kasnodihardjo,1998; Winarsih, 2004).ASI eksklusif
meningkatkan jalinan kasih sayang karena bayi yang sering berada dalam dekapan ibu
akan merasa kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram yang akan
menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian dan percaya diri
serta menjadi dasar spritual yang baik (Oetami Roesli, 2000)
Menurut WHO hanya sekitar 35% anak-anak di dunia yang mendapatkan ASI
eksklusif. (www.ejhd.uib.no)UNICEF melaporkan bahwa persentase bayi yang telah ASI
eksklusif di beberapa negara antara lain Asia Selatan 45%, Asia Timur 32%, Timur
Tengah 29%, Eropa Tengah 27%, dan Afrika 22%. (www.breastfeedingbasics.org.com).
Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia di tahun 1997 dan 2003, angka
pemberian ASI eksklusif turun dari 49% menjadi 39%. Berdasarkan survei yang sama,
ternyata hanya 14% bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI eksklusif, artinya 86% bayi
di Indonesia tidak mendapatkan ASI eksklusif. (www.menkokesra.go.id)
Ibu-ibu yg tidak memberikan ASI eksklusif ternyata disebabkan oleh banyak faktor.
Beberapa faktor yang mempengaruhi praktek pemberian ASI eksklusif antara lain
berkaitan dengan pengetahuan ibu (Berg,1986;Afriana,2004)
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengetahui pemberian ASI eksklusif serta
faktor-faktor yang berhubungan dengannya yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Pasar Manggis. Adapun responden penelitian adalah ibu-ibu yang memiliki
bayi berusia 6-12 bulan saat penelitian berlangsung. Penelitian ini dilakukan mulai bulan
Februari – Maret 2011 dengan metode cross sectional melalui kuesioner dan data primer
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pasar Manggis Kecamatan Setiabudi.
Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang Ilmu Kedokteran Komunitas yang
berjudul “ pemberian asi eksklusif dan faktor yang berhubungan dengannya “. Penelitian
ini akan dilakukan pada bayi usia 0-6 bulan di puskesmas kelurahan pasar manggis dan
penelitian ini dibuat untuk mengetahui hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan
faktor – faktor yang mempengaruhinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu (ASI) selama enam bulan secara terus
menerus sejak bayi lahir tanpa diselingi pemberian makanan ataupun minuman tambahn
lainnya (www.pdgmi.org).
Menurut WHO, secara keseluruhan pemberian ASI eksklusif mencakup hal sebagai
berikut, yaitu hanya ASI saja sampai umur enam bulan dimana menyusui dimulai 30
menit begitu setelah bayi lahir dan tidak memberikan makanan pre-lacteal seperti air gula
atau air tajin kepada bayi yang baru lahir. Menyusui sesuai kebutuhan bayi, memberikan
kolostrum kepada bayi, menyusui sesering mungkin (tanpa jadwal), termasuk pemberian
ASI pada malam hari dan cairan yang dibolehkan hanya vitamin atau mineral dan obat
dalam bentuk drops atau sirup.
Komposisi ASI
ASI mengandung nutrisi legkap yang dibutuhkan oleh bayi ( Jellife, 1978; King,
1985; WHO, 1979; Roesli, 2000). Terdiri dari :
1. Air
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital dan tanpa air akan terjadi dehidrasi.
Kandungan air di dalam ASI sangat besar yaitu 88 % dimana kegunaannya untuk
melarutkan zat – zat yang terdapat dalam ASI dan juga bisa meredakan rangsangan haus
pada bayi. Perbandingan air dan nutrisi di dalam ASI sangat seimbang. Oleh sebab itu
ASI merupakan makanan yang paling sempurna untuk bayi.
2. Protein
Protein merupakan salah satu bahan baku untuk tumbuh. Pada tahun pertama
kehidupan bayi, kualitas protein sangat berperan penting. Karena dimana saat itu
pertumbuhan bayi sangat cepat.
3. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah Laktosa. Laktosa didalam ASI lebih banyak
dibanding susu sapi yaitu sekitar 20-30 %. Laktosa mudah dicerna dan merupakan
sumber energi. Disalam usus laktosa dirubah menjadi asam laktat yang berfungsi untuk
membantu penyerapan kalsium, dimana penting untuk pertumbuhan tulang.
4. Lemak
Lemak utama yang terdapat dalam ASI adalah omega 3, omega 6, DHA, arachinoid
acid, yaitu lemak rantai panjang yang sangat penting untuk prtumbuhan otak.
5. Mineral
Mineral yang terkandung dalam ASI cukup lengkap. Walau jumlanya relatif rendah
namun cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi hingga usia 6 bulan.
6. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap untuk bayi hingga berusia 6 bulan.
Berdasarkan stadium laktasi, ASI dibagi dalam 3 bagian ( King, 1985; Suraatmaja, 1997)
yaitu :
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan caira pertama yang keluar dari kelenjar mamae mulai dari
pertama sampai hari ketiga ataupun keempat, dimana volumenya berkisar 150-300 ml/24
jam, berwarna lebih kekuningan dibandingkan susu matur.
Kolostrum merupakan pencahar yang sangat ideal untuk membersihkan zat – zat
yang tidak terpakai di usus bayi yang baru lahir hingga akhirnya siap untuk menerima
makanan yang akan datang. Kolostrum banyak mengandung protein dibandingkan susu
matur. Tetapi selain itu, antibodi juga banyak terdapat dalam kolostrum sehingga
memberikan perlindungan terhadap bayi hingga usia 6 bulan.
Di dalam kolostrum kadar karbohidrat dan lemak jauh lebih rendah dibandingkan
dengan susu matur namun kadar minealnya jauh lebih tinggi.
ASI transisi merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur, yang
dikeluarkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh masa laktasi. Pada masa ini, kadar
protein makin rendah namun kadar protein dan lemak makin tinggi. Volume ASI transisi
makin meningkat.
3. ASI matur
ASI matur adalah ASI yang keluar pada hari kesepuluh sampai seterusnya dan
volumenya relatif konstan. Merupakan cairan yang berwarna putih kekuning-kuningan,
mengandung faktor anti microbial dan tidak akan menggumpal jika dipanaskan. Pada ibu
yang sehat dengan produksi ASI yang cukup, ASI adalah makanan satu – satunya yang
cukup dan baik untuk pertumbuhan bayi hingga usia 6 bulan.
Faktor ini sering disebut sebagai faktor bifidus, dimana banyak terdapat dalam
kolostrum. Laktobasilus bifidus dalam usus bayi akan mengubah laktosa menjadi asam
laktat dan asam asetat yang menyebabkan suasana menjadi semakin asam. Suasana asam
ini akan menghambat pertumbuhan E.coli yang selalu meyebabkan diare pada bayi.
b. Laktoferin
Laktoferin mempunyai banya persamaan dengan kerja trasferin yitu suatu protein
yang mengikat Fe dalam darah. Namun selain itu Laktoferin juga menghambat
pertumbuhan Candida albicans dan E.coli.
c. Lisozim
Lisozim adalah suatu substrat anti infeksi yang bekhasiat memecahkan dinding sel
bakteri dari kuman – kuman gram positif.
d. Laktoperoksidase
Laktoperoksidase merupakan suatu enzim yang bersama zat lain akan membunuh
Streptokokus.
2. Faktor kekebalan spesifik, yaitu :
a. Sistem komplemen
ASI banyak mengandung komplemen C3 dan C4 ang dapat diaktifkan oleh antibodi
yang terdapat dalam IgA susu. Komplemen yang sudah diaktifkan dapat bekerja
menghancurkan sel bakteri dalam rongga usus.
b. Khasiat seluler
c. Immunoglobulin
Utami Roesli (2000) mengemukakan bahwa ada tujuh langkah untuk menuju
keberhasilan ASI Eksklusif, yaitu:
B. Pekerjaan Ibu
Makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja dan berpendidikan sangat berpengaruh
terhadap pemberian ASI terutama di kota-kota besar.Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian di RSCM pada tahun 1989 mengungkapkan bahwa salah satu alasan tidak
menyusui ASI secara eksklusif adalah karena ibu bekerja (Kasnodiharjo,at.al,1998).
Bekerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayi
karena ibu meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian ASI pun berkurang.Akan
tetapi seharusnya seorang ibu yang bekerja tetap dapat memberi ASI secara eksklusif
kepada bayinya dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui,perlengkapan
memerah ASI,dan dukungan Lingkungan keluarga (Soetjiningsih,1997).
Menurut Durjati ( 1984 ) rata – rata peberian ASI pada umumnya berkisar 6 – 9 bulan
banyak faktor yang mempengaruhinya. Adanya kecenderungan ibu – ibu yang juga
harus bekerja mencari nafkah menjadi penyebab kegagalan pemberian ASI.Pada ibu-
ibu yang bekerja diluar rumah tidak ada waktu untuk menyusui bayinya selama masa
jam kerja. Oleh karena itu banyak yang menghentikan pemberian ASI kepada
bayinya (Soetjiningsih, 1997 dalam Astilah, 2005).
C. Volume ASI
Banyak ibu yang merasa ASI-nya tidak keluar atau tidak cukup karena tidak
mengetahui bahwa kolostrum yang berjumlah sedikit sebenarnya suda hdapat
memenuhi kebutuhan bayi.
Menurut Cox (2006), dalam 48 jam pertama kehidupannya, bayi-bayi manusia tidak
membutuhkan air susu terlalu banyak, hanya setengah sendok teh kolostrum saat
pertama menyusu dan 1-2 sendok teh di hari kedua.
Cara termudah untuk mengevaluasi apakah seorang bayi telah mendapatkan ASI
yang diperlukannya adalah dengan menghitung berapa kali ia buang air kecil. Bila
bayi menggunakan popok kain, maka ia dapat dikatakan menerima cukup ASI bila
buang air kecil 6-8 kali dalam sehari (WHO,1993, La Leche League International,
1997).
Penyebab lain ASI tidak terasa cukup adalah adanya fase percepatan pertumbuhan
(growth spurt) pada bayi. Banyak pula ibu yang tidak mengetahui fase ini, dimana
kebutuhan asupan bayi melonjak secara tiba-tiba.Tandanya adalah bayi menjadi
gelisah dan lebih sering menyusu. Percepatan pertumbuhan ini lazim terjadi saat
bayi berusia 3 minggu, 6 minggu, dan 3 bulan dalam masa menyusui eksklusif (6
bulan) (La Leche League International, 1997). Namun, ibu tidak perlu merasa
khawatir dengan adanya percepatan pertumbuhan ini. Ibu hanya perlu menyusui atau
memerah payudara lebih sering agar produksi ASI meningkat (La Leche League
International, 1997). Sehingga tidak perlu menambah asupan bayi dengan makanan
non-ASI seperti susu formula atau makanan lunak.
Memberikan makanan tambahan asupan selain ASI seperti susu formula atau
makanan lunak akan membuat bayi merasa kenyang, hal ini membuat bayi tidak
menstimulir payudara dengan isapan sehingga payudara tidak terpacu untuk
memproduksi lebih banyak ASI. Ini dapat mengganggu proses menyusui.
Tenaga Kesehatan
Ada kecenderungan makin banyak ibu tidak menyusui bayinya karena faktor
keterbatasan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan mengenai ASI
eksklusif yang benar. ( Soetjiningsih, 1993 )
F. Pendapatan Keluarga
Tingkat sejahtera atau status ekonomi suatu rumah tangga dapat dilihat melalui
besarnya pendapatan atau pengeluaran keluarga tersebut (badan pusat statistik, 1998)
Studi pada wanita di India di dapat < 80 % yang berpendidikan tinggi dari kelompok
sosial ekonomi tertinggi tidak sanggup menyusukan bayinya selama 6 bulan,
sedangkan diantara kelas sosial terbawah kegagalan menyusui bayi paling sedikit 6
bulan paraktis tidak terjadi (Berg & Muscat, 1987).
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Rulina (1983) dalam Wardah (2003) bahwa ibu
yang keadaan sosial ekonomi rendah terpaksa berusaha menyusui sendiri, namun
perbedaan gizi pada ibu hanya akan mempengaruhi kauntitas dan tidak pada kualitas
ASI. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wardah (2003) didapatkan hasil dari 42,2%
Ibu yang sosial ekonominya rendah 8,8% memberikan ASI eklusif, akan tetapi dari
57,8%Ibu dengan sosial ekonomi tinggi hanya 7,9% memberikan asi ekslusif.
G. Umur Ibu
Belum terlalu banyak penelitian yang membahas mengenai hubungan umur ibu
dengan pola pemberian ASI maupun ASI eksklusif.Namun ada penelitian yang
menyatakan bahwa semakin bertambah umur ibu semakin kecil proporsi menyusui
ASI eksklusif.Persentase terbesar terdapat pada umur 21-30 tahun,yaitu sebesar
69,5%.Selanjutnya pada ibu dengan umur lebih dari 30 tahun akan menurun proporsi
menyusuinya (Sedia oetama,A.D.1997)
Apriningsih (1998) mengungkapkan bahwa semakin muda usia ibu semakin tinggi
kecenderungan untuk memberikan ASI.Hal ini mungkin disebabkan karena kurun
waktu yang paling aman secara biologis untuk reproduksi adalah 20 – 30 tahun
karena pada kurun waktu tersebut terjadi kematangan pertumbuhan organ genitalia
interna dan perkembangan horomon yang stabil(Madjid,1999).
Umur 35 tahun atau lebih bahi ibu beresiko tinggi dan erat kaitannya dengan anemia
gizi yang mempengaruhi produksi ASI yang dihasilkan (Husaini, 1989 dalam acep D,
2005). Penelitian Mulyati (2004) menyatakan 46,7% dari 15 ibu yang berumur kurang
dari 20 tahun memberikan ASI ekslusif dan hanya 45% ibu yang segera memberikan
ASInya segera bayi setelah lahir selama kurang dari 1 jam. Umur Ibu antara 20 – 35
tahun sebanyak 48,3% dari 172 ibu yang memberikan ASI eklusif dan 45,1% ibu
yang memberikan ASInya segera setelah bayi lahir. Sedangkan pada Ibu yang
berumur lebih dari 35 tahun sebanyak 81,3% dari 16 ibu memberikan ASI eklusif
pada bayinya dan 79,5% dari 16 Ibu yang memberikan ASInya segera setelah bayi itu
lahir.
H. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan indonesia (SDKI) dai tahun 1991 –
1997 ibu yang tidak pernah sekolah cenderung membbrikan ASI lebih dini satu jam
pertama setelah kelahiran adalah 11% daripada yang sudah pernah sekolah yaitu 7-
9%.Kejadian pemberian ASI pada hari pertama ibu-ibu yang tidak pernah sekolah
lebih tinggi yaitu sebesar 61% dibandingkan dengan ibu yang pernah sekolah
sebesar 51-53%.
Berdasarkan analisis data SDKI 1994,ibu yang berpendidikan < tamat SMP
dianggap mempunyai tingkat pendidikan rendah,hanya 46,1% yang memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya.Sedangkan pada ibu yang berpendidikan tamat SMP
ke atas (berpendidikan tinggi) ,49,6% diantaranya memberikan ASI eksklusif pada
bayinya.
Hasil penelitian Thaib dkk (1996) memperlihatkan bahwa semakin tinggi pendidikan
formal semakin rendah ibu yang memberikan ASI nya yaitu dengan tingkat
pendidikan formal SD terdapat 95,7% yang memberikan ASI kepada
bayinya.Pendidikan SLTP sebesar 76,1% memberikan ASI,dan yang berpendidikan
SLTA terdapat 64,2% yang memberikan ASI.
I. Paritas
Masalah laktasi atau menyusui sering terjadi terutama pada ibu yang baru pertama
kali menyusui bayinya (Soetjiningsih dan Suwendra 1991).
Amaliah (1996) menyatakan bahwa ibu yang baru memiliki anak pertama cenderung
untuk melakukan praktek menyusui kepada bayinya relatif rendah.Hal ini ungkin
disebabkan ibu yang berparitas satu sering mengalami masalah dalam menyusui
kaena selain kurang pengalaman juga mungkin berkaitan dengan kondisi payudara
yang kurang memadai (puting tenggelam,puting datar)untuk melakukan praktek
menyusui.Sebaliknya ibu yang berparitas dua atau lebih diasumsikan dapat
melakukan praktek menyusui secara optimal,karena pada semua proses produksi
termasuk untuk menyusui membutuhkan proes latihan yang terus menerus.
Marini (1998) mengungkapkan tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas
dengan pemberian kolostrum namun ada kecenderungan tingginya persentase ibu
yang memberikan kolostrum pada ibu yang paritasnya banyak.
Memberikan Asi sedini mungkin akan lebih baik karena membantu bayi
mempersiapkan diri menerima perubahan situasi.Selan itu keunggulan ASI dapat
ditunjang dengan pemberian yang benar,misalnya pemberian segera setelah lahir
kira-kira 30 menit pertama (Soetjiningsih,1997).
Tempat persalinan dan penolong persalinan juga berperan aktif dalam keberhasilan
pelaksanaan menyusui secara optimal.Untuk itu kebijakan tempat persalinan di
pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta dalam melaksanakan rawat
gabung yang memudahkan bagi ibu secara langsung dapat menyusui ibuna menjadi
sangatlah penting(Irianto,1998).
Untuk menggalakkan program pemberian ASI eksklusif, sejak Deklarasi akbar 1001
ibu hamil untuk melakukan inisiasi menyusui dini (IMD), Pemprov. DKI Jakarta
melakukan program peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam konseling
menyusui dan pemodelan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui, khususnya di
Jakarta Utara (www.depkominfo.go.id diakses tanggal 13 februari 211)yaitu, 1).
Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah
menuju keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI, 2) Sarana pelayanan
kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainnya 3) Menyiapkan ibu
hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah keberhasilan menyusui,
Memberikan konseling apabila ibu penderita infeksi HIV positif, 4) melakukan
kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (1/2 - 1 jam setelah lahir), 5) Membantu
ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan tubuh bayi dan
pelekatan mulut bayi pada payudara, 6) Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman
pralaktal sejak bayi lahir, 7) Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi, 8)
Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi, 9) Tidak memberikan dot/
kempeng, 10) Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan
kesehatan (www.idai.co.id)
Program pemberian ASI ekslusif tidak hanya digalakan di ibukota saja. Sejak tahun
2007, pemberian ASI menjadi program utama Pemerintah Daerah di Kabupaten
Klaten paska gempa di Yogyakarta tahun 2006. Demikian pentingnya pemberian
ASI terutama di saat darurat, sehingga Pemerintah Kabupaten Klaten telah
menggariskan kebijakan berupa : 1) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) menjadi bagian
dari prosedur pertolongan Asuhan Persalinan Normal (APN), 2) Program dan
kegiatan jajaran kesehatan dan organisasi profesi bebas dari sponsor produsen susu
formula, 3) Diterbitkannya Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 7
tahun 2008 tentang IMD dan ASI Eksklusif sebagai payung hukum program serta
advokasi Dinas kesehatan kepada Bupati dan Dewan di Kabupaten Klaten. PERDA
tersebut memuat antara lain : (i) Beri perlindungan kepada ibu dan bayi (ii) Tidak
menghilangkan hak ibu; (iii) yang digarap adalah lingkungan disekitar ibu seperti
keluarga, masyarakat dan institusi; (iv) prioritas tersedianya ruang menyusui di
institusi, perkantoran pemerintah /swasta dan
tempat-tempat umum (terminal, stasiun, mall). (Lucia v. Perdede, Pekan ASI
Sedunia 2009 : BREASTFEEDING :”A Vital Emergency Response” Are You
Ready ?)
Pernah baca /
ASI tidak nonton tv
keluar
TPB / TNTV
Tenaga Kes
Dukungan
Pendapatan
keluarga
ASI
ekslusif
Umur
Ibu
Tingkat
Paritas
Riw. Pemeriksaan
kehamilah
Praktek awal
menyusui
BAB III
KERANGKA KONSEP
Pernah baca /
ASI tidak nonton tv
keluar
TPB / TNTV
Tenaga Kes
Dukungan
ASI
Kelurahan Pasar
Manggis
RW Tidak
RW Kumuh
Kumuh
1. Definisi operasional
2. Hipotesis
Adanya hubungan antara pengetahuan ibu, ibu yang bekerja, volume ASI, promosi
susu formula dan dukungan dari keluarga, masyarakat, serta tenaga kesehatan
terhadap pemberian ASI eksklusif.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik studi cross sectional ( karena
prevalensi nya yg cukup besar berdasarkan data dari puskesmas ), melalui observasi dan
kuisioner pada ibu – ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan.
Populasi penelitian ini adalah Ibu – ibu yang mempunyaianak balita di Wilayah Kerja
Kecamatan Setiabudi, salah satunya di Puskemas Kelurahan Pasar Manggis dimana
balita yang diambil berusia7-12 bulan yang memenuhi kriteria inklusi yaitu partus
normal. Sedangkan kriteria eksklusi nya yaitu bayi yang lahir kembar dan BBLR.
IV.4 Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan oleh 6 orang, dimana setiap peneliti melakukan observasi dan
kuisioner pada bayi usia 7-12 bulan.
Sampel yang diambil harus memenuhi kriteria inklusi, yaitu ibu yang mempunyai
bayi usia 7-12 bulan yang tidak memliki cacat kongenital.
Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner dan obsevasi terhadap ibu bayi usia 7-
12 bulan yang melakukan pemberian ASI eksklusif serta ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif sebagai perbandingan.
Data terseir, diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan internet (situs) yang diakui
keabsahannya.
Data-data yang diperoleh akan dilakukan pengolahan data dengan tahapan sebagai
berikut:
KUISIONER
TAHUN 2011
Instrumen penelitian
No :
Nama Responden :
Jenis Kelamin :
1. Universitas
2. Akademi dan sederajat
3. Tamat SMA atau sederajad
4. Tamat SMP atau sederajad
5. Tamat SD atau sederajad
6. Tidak Tamat SD atau sederajad
7. Tidak sekolah
A5 Apa pekerjaan utama Bapak saat ini ?
1. PNS
2. Honorer
3. Pegawai swasta
4. TNI POLRI
5. Dagang
6. Buruh Banguna
7. Industri rumah tangga
8. Buruh Musimam
9. Petani
10. tidak bekerja
11. lain-lain….
1. Universitas
2. Akademu dan sederajat
3. Tamat SMA atau sederajad
4. Tamat SMP atau sederajad
5. Tamat SD atau sederajad
6. Tidak Tamat SD atau sederajad
7. Tidak sekolah
A7 Apa pekerjaan Utama Ibu saat ini ?
12. PNS
13. Honorer
14. Pegawai swasta
15. TNI?POLRI
16. Dagang
17. Buruh Banguna
18. Industri rumah tangga
19. Buruh Musimam
20. Petani
21. tidak bekerja
22. lain-lain….
98 tidak tahu/lupa
1. Ya
2. Tidak
B2 Kapan ibu pertama kali menyusui bayi ibu yang baru lahir?
1. < 4 bulan
2. 4 – 6 bulan
3. 6 – 12 bulan
4. lain-lain….
C2 Menurut ibu apakah komposisi susu formula saat ini bisa
menyamai komposisi Asi?
1. Ya
2. Tidak
C3 Menurut ibu keunggulan dari Asi apa?
4. lain-lain………
C4 Menurut ibu manfaat dari menyusui itu apa?
4. Lain-lain…..
E. Ibu bekerja
1. Ya
2. Tidak, Alasannya…..
D2 Tahukah anda bahwa undang-undang tenaga kerja mengatur bahwa
pekerja wanita patut di beri kesempatan un tuk menyusui bayinya?
1. Ya
2. Tidak
D3 Apakah tempat anda bekerja memberikan waktu atau kesempatan bagi
ibu untuk menyusui bayi ibu?
1. Ya
2. Tidak
D4 Apakah di tempat anda kerja tersedia ruang khusus untuk
memeras/memompa Asi?
1. Ya
2. Tidak, sebutkan dimana Ibu memeras Asi
E. Dukungan Keluarga
E1 Apakah suami ibu mendukung ibu dalam pemberian Asi ?
1. Ya
2. Tidak, alasan………
E2 Apakah suami ibu mendukung ibu dalam pemberian susu
formula ?
1. Ya
2. Tidak, alasan…………
E3 Apakah orang tua ibu atau mertua mendukung ibu dalam
pemberian Asi ?
1. Ya
2. Tidak, alasan…..
1. Ya
2. Tidak, alasan…..
F. Volume ASI
1. Ya
2. Tidak
F2 Apakah ibu merokok ?
1. Ya
2. Tidak
F3 Apakah ibu makan teratur dan cukup gizi ?
1. Ya
2. Tidak
F4 Apakah ibu mengkonsumsi alkohol ?
1. Ya
2. Tidak
F5 Apakah ibu menggunakan pil kontrasepsi ?
1. Ya
2. Tidak
G. Susu Formula
a. Langsung menolak
c. Berargumentasi
d. Lainnya, sebutkan
1. Ya
2. Tidak
G4 Pendapat Anda mengenai promosi Susu Formula saat ini:
a. Baik
d. Lainnya, sebutkan
Lampiran 2
ORGANISASI PENELITIAN
.
LEMBAGA PENELITAN PENELITI
BENDAHARA SEKRETARIAT
PEMASUKAN PENGELUARAN