Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberian ASI eksklusif, yang mana memberikan hanya ASI saja selama enam bulan
tanpa disertai dengan makanan dan atau minuman lainnya kepada bayi. Dengan
diberikannya ASI eksklusif dapat meningkatkan kualitas kesehatan, pertumbuhan, dan
perkembangan hidup bayi(Kasnodihardjo,1998; Winarsih, 2004).ASI eksklusif
meningkatkan jalinan kasih sayang karena bayi yang sering berada dalam dekapan ibu
akan merasa kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram yang akan
menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian dan percaya diri
serta menjadi dasar spritual yang baik (Oetami Roesli, 2000)
Menurut WHO hanya sekitar 35% anak-anak di dunia yang mendapatkan ASI
eksklusif. (www.ejhd.uib.no)UNICEF melaporkan bahwa persentase bayi yang telah ASI
eksklusif di beberapa negara antara lain Asia Selatan 45%, Asia Timur 32%, Timur
Tengah 29%, Eropa Tengah 27%, dan Afrika 22%. (www.breastfeedingbasics.org.com).
Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia di tahun 1997 dan 2003, angka
pemberian ASI eksklusif turun dari 49% menjadi 39%. Berdasarkan survei yang sama,
ternyata hanya 14% bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI eksklusif, artinya 86% bayi
di Indonesia tidak mendapatkan ASI eksklusif. (www.menkokesra.go.id)
Ibu-ibu yg tidak memberikan ASI eksklusif ternyata disebabkan oleh banyak faktor.
Beberapa faktor yang mempengaruhi praktek pemberian ASI eksklusif antara lain
berkaitan dengan pengetahuan ibu (Berg,1986;Afriana,2004)

1.2 Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum :
Diketahuinya gambaran pemberianASI eksklusif dan hubungannya dengan
pengetahuan ibu,ibu yang bekerja, volume ASI,promosi susu formula, serta
dukungan dari keluarga, masyarakat, dan tenaga medis di Kelurahan Pasar
Manggis.
1.3.2. Tujuan Khusus ( dari pertanyaan penelitian )

a. Diketahuinya persentasi angka pemberian ASI eksklusif pada bayi di


Kelurahan Pasar Manggis
b. Diketahuinya persentasi ibu-ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik
tentang ASI eksklusif di Kelurahan Pasar Manggis
c. Diketahuinya persentasi ibu-ibu yang bekerja yang memberikan ASI eksklusif
di Kelurahan Pasar Manggis
d. Diketahuinya persentasi ibu-ibu yang mempunyai volume ASI yang cukup di
Kelurahan Pasar Manggis
e. Diketahuinya persentasi ibu-ibu yang memberikan susu formula kepada
bayinya sebelum usia 6 bulan di Kelurahan Pasar Manggis
f. Diketahuinya persentasi ibu-ibu yang mendapatkan dukungan dari keluarga,
masyarakat, dan tenaga medis untuk memberikan ASI eksklusif di Kelurahan
Pasar Manggis
g. Diketahuinya faktor yang paling dominan yang mempengaruhi rendahnya
pemberian ASI eksklusif di kelurahan Pasar Manggis

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Aplikatif ( peningkatan program )

1.4.1.1 Puskesmas Tempat Penelitian

Upaya peningkatan efektifitas peran puskesmas dalam menanggulangi


rendahnya pemberian ASI eksklusif di kelurahan pasar manggis.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengetahui pemberian ASI eksklusif serta
faktor-faktor yang berhubungan dengannya yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Pasar Manggis. Adapun responden penelitian adalah ibu-ibu yang memiliki
bayi berusia 6-12 bulan saat penelitian berlangsung. Penelitian ini dilakukan mulai bulan
Februari – Maret 2011 dengan metode cross sectional melalui kuesioner dan data primer
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pasar Manggis Kecamatan Setiabudi.
Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang Ilmu Kedokteran Komunitas yang
berjudul “ pemberian asi eksklusif dan faktor yang berhubungan dengannya “. Penelitian
ini akan dilakukan pada bayi usia 0-6 bulan di puskesmas kelurahan pasar manggis dan
penelitian ini dibuat untuk mengetahui hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan
faktor – faktor yang mempengaruhinya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu (ASI) selama enam bulan secara terus
menerus sejak bayi lahir tanpa diselingi pemberian makanan ataupun minuman tambahn
lainnya (www.pdgmi.org).

Pada tanggal 7 April 2004 Departemen Kesehatan RI mengeluarkan ketetapan


mengenai pemberian ASI eksklusif bagi bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan.
Ketetapan ini dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No 250/Menkes/SK/IV/2004. Dan dianjurkan memberikan ASI sampai usia 2 tahun
diikuti pemberian makanan tambahan yang sesuai. Sebelumnya Departemen Kesehatan
RI telah mengeluarkan SK Menkes No 237/Menkes/SK/IV/1997 yang berisi anjuran
pemberian ASI eksklusif kepada bayi sampai berumur 4 bulan dan dianjurkan untuk
menyusui sampai usia 2 tahun.

Menurut WHO, secara keseluruhan pemberian ASI eksklusif mencakup hal sebagai
berikut, yaitu hanya ASI saja sampai umur enam bulan dimana menyusui dimulai 30
menit begitu setelah bayi lahir dan tidak memberikan makanan pre-lacteal seperti air gula
atau air tajin kepada bayi yang baru lahir. Menyusui sesuai kebutuhan bayi, memberikan
kolostrum kepada bayi, menyusui sesering mungkin (tanpa jadwal), termasuk pemberian
ASI pada malam hari dan cairan yang dibolehkan hanya vitamin atau mineral dan obat
dalam bentuk drops atau sirup.

Komposisi ASI

ASI mengandung nutrisi legkap yang dibutuhkan oleh bayi ( Jellife, 1978; King,
1985; WHO, 1979; Roesli, 2000). Terdiri dari :

1. Air

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital dan tanpa air akan terjadi dehidrasi.
Kandungan air di dalam ASI sangat besar yaitu 88 % dimana kegunaannya untuk
melarutkan zat – zat yang terdapat dalam ASI dan juga bisa meredakan rangsangan haus
pada bayi. Perbandingan air dan nutrisi di dalam ASI sangat seimbang. Oleh sebab itu
ASI merupakan makanan yang paling sempurna untuk bayi.

2. Protein

Protein merupakan salah satu bahan baku untuk tumbuh. Pada tahun pertama
kehidupan bayi, kualitas protein sangat berperan penting. Karena dimana saat itu
pertumbuhan bayi sangat cepat.

3. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah Laktosa. Laktosa didalam ASI lebih banyak
dibanding susu sapi yaitu sekitar 20-30 %. Laktosa mudah dicerna dan merupakan
sumber energi. Disalam usus laktosa dirubah menjadi asam laktat yang berfungsi untuk
membantu penyerapan kalsium, dimana penting untuk pertumbuhan tulang.

4. Lemak
Lemak utama yang terdapat dalam ASI adalah omega 3, omega 6, DHA, arachinoid
acid, yaitu lemak rantai panjang yang sangat penting untuk prtumbuhan otak.

5. Mineral

Mineral yang terkandung dalam ASI cukup lengkap. Walau jumlanya relatif rendah
namun cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi hingga usia 6 bulan.

6. Vitamin

ASI mengandung vitamin yang lengkap untuk bayi hingga berusia 6 bulan.

ASI menurut stadium laktasi

Berdasarkan stadium laktasi, ASI dibagi dalam 3 bagian ( King, 1985; Suraatmaja, 1997)
yaitu :

1. Kolostrum

Kolostrum merupakan caira pertama yang keluar dari kelenjar mamae mulai dari
pertama sampai hari ketiga ataupun keempat, dimana volumenya berkisar 150-300 ml/24
jam, berwarna lebih kekuningan dibandingkan susu matur.

Kolostrum merupakan pencahar yang sangat ideal untuk membersihkan zat – zat
yang tidak terpakai di usus bayi yang baru lahir hingga akhirnya siap untuk menerima
makanan yang akan datang. Kolostrum banyak mengandung protein dibandingkan susu
matur. Tetapi selain itu, antibodi juga banyak terdapat dalam kolostrum sehingga
memberikan perlindungan terhadap bayi hingga usia 6 bulan.

Di dalam kolostrum kadar karbohidrat dan lemak jauh lebih rendah dibandingkan
dengan susu matur namun kadar minealnya jauh lebih tinggi.

2. ASI masa transisi atau peralihan

ASI transisi merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur, yang
dikeluarkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh masa laktasi. Pada masa ini, kadar
protein makin rendah namun kadar protein dan lemak makin tinggi. Volume ASI transisi
makin meningkat.
3. ASI matur

ASI matur adalah ASI yang keluar pada hari kesepuluh sampai seterusnya dan
volumenya relatif konstan. Merupakan cairan yang berwarna putih kekuning-kuningan,
mengandung faktor anti microbial dan tidak akan menggumpal jika dipanaskan. Pada ibu
yang sehat dengan produksi ASI yang cukup, ASI adalah makanan satu – satunya yang
cukup dan baik untuk pertumbuhan bayi hingga usia 6 bulan.

Beberapa faktor kekebalan yang terdapat pada ASI

Di dalam ASI terdapat 2 macam kekebalan ( Santosa h, 1997; Ebrahim G J, 1986;


Hayward, 1983 ) yaitu :

1. Faktor kekebalan non spesifik, yaitu :

a. Faktor pertumbuhan laktobasilus bifidus

Faktor ini sering disebut sebagai faktor bifidus, dimana banyak terdapat dalam
kolostrum. Laktobasilus bifidus dalam usus bayi akan mengubah laktosa menjadi asam
laktat dan asam asetat yang menyebabkan suasana menjadi semakin asam. Suasana asam
ini akan menghambat pertumbuhan E.coli yang selalu meyebabkan diare pada bayi.

b. Laktoferin

Laktoferin mempunyai banya persamaan dengan kerja trasferin yitu suatu protein
yang mengikat Fe dalam darah. Namun selain itu Laktoferin juga menghambat
pertumbuhan Candida albicans dan E.coli.

c. Lisozim

Lisozim adalah suatu substrat anti infeksi yang bekhasiat memecahkan dinding sel
bakteri dari kuman – kuman gram positif.

d. Laktoperoksidase

Laktoperoksidase merupakan suatu enzim yang bersama zat lain akan membunuh
Streptokokus.
2. Faktor kekebalan spesifik, yaitu :

a. Sistem komplemen

ASI banyak mengandung komplemen C3 dan C4 ang dapat diaktifkan oleh antibodi
yang terdapat dalam IgA susu. Komplemen yang sudah diaktifkan dapat bekerja
menghancurkan sel bakteri dalam rongga usus.

b. Khasiat seluler

ASI mengandung berbagai macam sel, terutama makrofag 90 %, Limfosit dan


Leukosit polimorfonuklear sedikit. Makrofag bersifat ameboid dan fagositik terhadap
kuman – kuman Stafilokokus, E.coli dan Candida albicans. Limfosit dalam ASI terdiri
dari sel T dan sel B, dan ini aktif sebagai imunologik.

c. Immunoglobulin

Di dalam ASI dijumpai semua macam immunoglobulin. IgA dengan konsentrasinya


paling tinggi merupakan immunoglobulin yang paling penting dalam ASI karena
berperan penting dalam fungsi biologis.

Tujuh Langkah keberhasilan ASI Eksklusif

Utami Roesli (2000) mengemukakan bahwa ada tujuh langkah untuk menuju
keberhasilan ASI Eksklusif, yaitu:

1. Mempersiapkan payudara apabila diperlukan

2. Mempelajari ASI dan tata laksana menyusui

3. Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya

4. Memilih tempat melahirkan yang saying bayi

5. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI Eksklusif

6. Mencari klinik laktasi atau konsultasi lakstasi

7. Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui

2.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan ASI eksklusif,yaitu :


A. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif
Hasil penelitian Eki (2002) menyatakan bahwa persentase pemberian ASI eksklusif
lebih banyak pada ibu yang mempunyai tingkat pengetahusasn yang lebih baik
(60,9%) dibandingkan dengan ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan lebih rendah
(35,5%).
Ibu – ibu yang sering membaca surat kabar serta bisa mengikuti acara televise dan
radio akan mempunyai pengetahuan yang lebih tentang pemberian ASI eksklusif
secara benar dibandingkan dengan ibu yang jarang atau tidak pernah sama sekali
membaca Koran atau majalah. ( Kasnodiharjo, 1998 )

B. Pekerjaan Ibu
Makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja dan berpendidikan sangat berpengaruh
terhadap pemberian ASI terutama di kota-kota besar.Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian di RSCM pada tahun 1989 mengungkapkan bahwa salah satu alasan tidak
menyusui ASI secara eksklusif adalah karena ibu bekerja (Kasnodiharjo,at.al,1998).
Bekerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayi
karena ibu meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian ASI pun berkurang.Akan
tetapi seharusnya seorang ibu yang bekerja tetap dapat memberi ASI secara eksklusif
kepada bayinya dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui,perlengkapan
memerah ASI,dan dukungan Lingkungan keluarga (Soetjiningsih,1997).
Menurut Durjati ( 1984 ) rata – rata peberian ASI pada umumnya berkisar 6 – 9 bulan
banyak faktor yang mempengaruhinya. Adanya kecenderungan ibu – ibu yang juga
harus bekerja mencari nafkah menjadi penyebab kegagalan pemberian ASI.Pada ibu-
ibu yang bekerja diluar rumah tidak ada waktu untuk menyusui bayinya selama masa
jam kerja. Oleh karena itu banyak yang menghentikan pemberian ASI kepada
bayinya (Soetjiningsih, 1997 dalam Astilah, 2005).

C. Volume ASI
Banyak ibu yang merasa ASI-nya tidak keluar atau tidak cukup karena tidak
mengetahui bahwa kolostrum yang berjumlah sedikit sebenarnya suda hdapat
memenuhi kebutuhan bayi.
Menurut Cox (2006), dalam 48 jam pertama kehidupannya, bayi-bayi manusia tidak
membutuhkan air susu terlalu banyak, hanya setengah sendok teh kolostrum saat
pertama menyusu dan 1-2 sendok teh di hari kedua.
Cara termudah untuk mengevaluasi apakah seorang bayi telah mendapatkan ASI
yang diperlukannya adalah dengan menghitung berapa kali ia buang air kecil. Bila
bayi menggunakan popok kain, maka ia dapat dikatakan menerima cukup ASI bila
buang air kecil 6-8 kali dalam sehari (WHO,1993, La Leche League International,
1997).
Penyebab lain ASI tidak terasa cukup adalah adanya fase percepatan pertumbuhan
(growth spurt) pada bayi. Banyak pula ibu yang tidak mengetahui fase ini, dimana
kebutuhan asupan bayi melonjak secara tiba-tiba.Tandanya adalah bayi menjadi
gelisah dan lebih sering menyusu. Percepatan pertumbuhan ini lazim terjadi saat
bayi berusia 3 minggu, 6 minggu, dan 3 bulan dalam masa menyusui eksklusif (6
bulan) (La Leche League International, 1997). Namun, ibu tidak perlu merasa
khawatir dengan adanya percepatan pertumbuhan ini. Ibu hanya perlu menyusui atau
memerah payudara lebih sering agar produksi ASI meningkat (La Leche League
International, 1997). Sehingga tidak perlu menambah asupan bayi dengan makanan
non-ASI seperti susu formula atau makanan lunak.
Memberikan makanan tambahan asupan selain ASI seperti susu formula atau
makanan lunak akan membuat bayi merasa kenyang, hal ini membuat bayi tidak
menstimulir payudara dengan isapan sehingga payudara tidak terpacu untuk
memproduksi lebih banyak ASI. Ini dapat mengganggu proses menyusui.

D. Pengaruh Susu Formula


Masyarakat lebih banyak memilih susu formula ketimbang ASI karena
imingimingnya: membuat anak sehat dan cerdas. Iklan-iklannya terus diulang di
media cetak maupun elektronik. Jelas, akan membuat para orangtua memilih
membeli susu formula yang sebenarnya berisiko tinggi bagi perkembangan bayi.
Gencarnya gerakan kembali ke ASI masih kalah jauh dibanding gencarnya promosi
susu formula.

E. Dukungan dari keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan


 Keluarga
Dukungan kelurga merupakan faktor pendukung yang pada prinsipnya adalah
bersifat emosional maupun psikologis kepada ibu dalam memberikan ASI.
( Roesli, 2001 ).
Di Indonesia, mengidentifikasi keyakinan ibu untuk menyusui (self efficacy)
dan lingkungan rumah, terutama dukungan dari ayah, merupakan faktor yang
mempengaruhi menyusui eksklusif pada ibu bekerja maupun pada ibu yang
tidak bekerja (Wibowo, Februhartanty, Fahmida, Roshita, 2008).

Pada tingkat kelompok, berbagai penelitian telah mengidentifikasi sosok ayah


sebagai salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku menyusui ibu
(Februhartanty, 2008; Littman, Medendorp, Goldfarb, 1994; Pisacane,
Continisio GI, Aldimucci, D’Amora, Continisio P, 2005).
Seorang ibu yang tidak pernah mendapatkan nasehat atau penyuluhan tentang
ASI dari keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya ketika ia harus menyusui
sendiri bayinya. Hubungan harmonis dalam keluarga akan sangat
mempengaruhi lancarnya proses laktasi. ( Lubis, 2000 ).
 Masyarakat

Penelitian lain menyatakan jaringan sosial ibu merupakan faktor yang


mempengaruhi (Humphreys, Thompson, Miner, 1998).
Penelitian di Meksiko juga menemukan hubungan antara konseling kelompok
sebaya (peer counseling) dengan durasi menyusui karena semakin seringibu
menerima kunjungan konselor sebaya, semakin lama ia akan menyusui
bayinya (Morrow et al., 1999).
Melalui penelitian kualitatif mengenai menyusui di Inggris menyebutkan
bahwa ada ibu yang menganggap kegiatan menyusui sebagai sesuatu yang
tidak nyaman untuk dilakukan di depan umum dan merupakan suatu hal yang
tidak cocok dengan budaya barat yang modern sehingga memilih untuk
memberikan susu formula kepada bayinya (Earle, 2002). Ini menunjukkan
bahwa norma dan budaya yang berlaku di suatu masyarakat dapat
mempengaruhi keputusan ibu (Earle, 2002).

 Tenaga Kesehatan
Ada kecenderungan makin banyak ibu tidak menyusui bayinya karena faktor
keterbatasan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan mengenai ASI
eksklusif yang benar. ( Soetjiningsih, 1993 )
F. Pendapatan Keluarga
Tingkat sejahtera atau status ekonomi suatu rumah tangga dapat dilihat melalui
besarnya pendapatan atau pengeluaran keluarga tersebut (badan pusat statistik, 1998)
Studi pada wanita di India di dapat < 80 % yang berpendidikan tinggi dari kelompok
sosial ekonomi tertinggi tidak sanggup menyusukan bayinya selama 6 bulan,
sedangkan diantara kelas sosial terbawah kegagalan menyusui bayi paling sedikit 6
bulan paraktis tidak terjadi (Berg & Muscat, 1987).
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Rulina (1983) dalam Wardah (2003) bahwa ibu
yang keadaan sosial ekonomi rendah terpaksa berusaha menyusui sendiri, namun
perbedaan gizi pada ibu hanya akan mempengaruhi kauntitas dan tidak pada kualitas
ASI. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wardah (2003) didapatkan hasil dari 42,2%
Ibu yang sosial ekonominya rendah 8,8% memberikan ASI eklusif, akan tetapi dari
57,8%Ibu dengan sosial ekonomi tinggi hanya 7,9% memberikan asi ekslusif.
G. Umur Ibu
Belum terlalu banyak penelitian yang membahas mengenai hubungan umur ibu
dengan pola pemberian ASI maupun ASI eksklusif.Namun ada penelitian yang
menyatakan bahwa semakin bertambah umur ibu semakin kecil proporsi menyusui
ASI eksklusif.Persentase terbesar terdapat pada umur 21-30 tahun,yaitu sebesar
69,5%.Selanjutnya pada ibu dengan umur lebih dari 30 tahun akan menurun proporsi
menyusuinya (Sedia oetama,A.D.1997)
Apriningsih (1998) mengungkapkan bahwa semakin muda usia ibu semakin tinggi
kecenderungan untuk memberikan ASI.Hal ini mungkin disebabkan karena kurun
waktu yang paling aman secara biologis untuk reproduksi adalah 20 – 30 tahun
karena pada kurun waktu tersebut terjadi kematangan pertumbuhan organ genitalia
interna dan perkembangan horomon yang stabil(Madjid,1999).

Umur 35 tahun atau lebih bahi ibu beresiko tinggi dan erat kaitannya dengan anemia
gizi yang mempengaruhi produksi ASI yang dihasilkan (Husaini, 1989 dalam acep D,
2005). Penelitian Mulyati (2004) menyatakan 46,7% dari 15 ibu yang berumur kurang
dari 20 tahun memberikan ASI ekslusif dan hanya 45% ibu yang segera memberikan
ASInya segera bayi setelah lahir selama kurang dari 1 jam. Umur Ibu antara 20 – 35
tahun sebanyak 48,3% dari 172 ibu yang memberikan ASI eklusif dan 45,1% ibu
yang memberikan ASInya segera setelah bayi lahir. Sedangkan pada Ibu yang
berumur lebih dari 35 tahun sebanyak 81,3% dari 16 ibu memberikan ASI eklusif
pada bayinya dan 79,5% dari 16 Ibu yang memberikan ASInya segera setelah bayi itu
lahir.

H. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap sikap dan tingkah laku seseorang,semakin


tinggi tingkat pendidikan ibu terdapat adanya kecenderungan negatif dalam
pemberian ASI kepada bayinya.Hal ini mungkin disebabkan karena ibu yang
berpendidikan tinggi biasanya mempunyai banyak kesibukan di luar rumah,sehingga
cenderung sering meninggalkan bayinya.Sedang ibu yang berpendidikan rendah
lebih banyak tinggal di rumah sehingga lebih banyak mempunyai kesempatan untuk
menyusui bayinya (Depkes,2002).

Pendidikan akan memberikan kesempatan kepada orang untuk membuka jalan


pikiran dalam menerima ide-ide atau nilai-nilai baru. Tingkat pendidikan ibu
merupakan salah satu aspek sosial yang umumnya berpengaruh pada tingkat
pendapatan keluarga sebagai faktor ekonomi, pendidikan juga dapat mempengaruhi
sikap dan tingkah laku manusia dalam memberikan inisiasi dini serta memberikan
ASI secara eklusif kepada bayinya. (Sukanto. 1982 dalam Astiah , 2005)

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan indonesia (SDKI) dai tahun 1991 –
1997 ibu yang tidak pernah sekolah cenderung membbrikan ASI lebih dini satu jam
pertama setelah kelahiran adalah 11% daripada yang sudah pernah sekolah yaitu 7-
9%.Kejadian pemberian ASI pada hari pertama ibu-ibu yang tidak pernah sekolah
lebih tinggi yaitu sebesar 61% dibandingkan dengan ibu yang pernah sekolah
sebesar 51-53%.

Berdasarkan analisis data SDKI 1994,ibu yang berpendidikan < tamat SMP
dianggap mempunyai tingkat pendidikan rendah,hanya 46,1% yang memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya.Sedangkan pada ibu yang berpendidikan tamat SMP
ke atas (berpendidikan tinggi) ,49,6% diantaranya memberikan ASI eksklusif pada
bayinya.

Hasil penelitian Thaib dkk (1996) memperlihatkan bahwa semakin tinggi pendidikan
formal semakin rendah ibu yang memberikan ASI nya yaitu dengan tingkat
pendidikan formal SD terdapat 95,7% yang memberikan ASI kepada
bayinya.Pendidikan SLTP sebesar 76,1% memberikan ASI,dan yang berpendidikan
SLTA terdapat 64,2% yang memberikan ASI.

I. Paritas

Masalah laktasi atau menyusui sering terjadi terutama pada ibu yang baru pertama
kali menyusui bayinya (Soetjiningsih dan Suwendra 1991).

Amaliah (1996) menyatakan bahwa ibu yang baru memiliki anak pertama cenderung
untuk melakukan praktek menyusui kepada bayinya relatif rendah.Hal ini ungkin
disebabkan ibu yang berparitas satu sering mengalami masalah dalam menyusui
kaena selain kurang pengalaman juga mungkin berkaitan dengan kondisi payudara
yang kurang memadai (puting tenggelam,puting datar)untuk melakukan praktek
menyusui.Sebaliknya ibu yang berparitas dua atau lebih diasumsikan dapat
melakukan praktek menyusui secara optimal,karena pada semua proses produksi
termasuk untuk menyusui membutuhkan proes latihan yang terus menerus.

Penelitian Rulina (1981) di RS.Dr.Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa ASI


yang keluar pada hari pertama lebih banyak pada ibu-ibu yang multipara
(20,6%),sedangkan pada ibu-ibu yang primipara persentasenya 16,4%.

Marini (1998) mengungkapkan tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas
dengan pemberian kolostrum namun ada kecenderungan tingginya persentase ibu
yang memberikan kolostrum pada ibu yang paritasnya banyak.

J. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan

Hasil penelitian Rulina (1981) di RS.Dr.Cipto Mangunkusumo menemukan


hubungan yang bermakna antara adanya penyuluhan antenatal care dengan
keluarnya ASI.Sebanyak 27,6% ibu sudah keluar ASI nya pada hari pertama,yang
tentu saja mendorong keyakinan ibu untuk terus menyusui secara
eksklusif.Sedangkan yang tidak menerima penyuluhan antenatal care hanya 13%
saja yang keluar ASI nya pada hari pertama.

K. Praktek Awal Menyusui

Memberikan Asi sedini mungkin akan lebih baik karena membantu bayi
mempersiapkan diri menerima perubahan situasi.Selan itu keunggulan ASI dapat
ditunjang dengan pemberian yang benar,misalnya pemberian segera setelah lahir
kira-kira 30 menit pertama (Soetjiningsih,1997).

Penelitian Tarigan (1993) di Jakarta menunjukkan 88,5% ibu memberikan ASI


pada bayinya dalam satu jam setelah kelahiran.Menurutnya hal itu sangat
penting untuk mendorong ibu supaya memberikan ASI pada bayi
seterusnya.Sehingga peluang untuk memberikan ASI secara eksklusif menjadi
semakin besar.

L. Tempat Bersalin dan Penolong Persalinan

Tempat persalinan dan penolong persalinan juga berperan aktif dalam keberhasilan
pelaksanaan menyusui secara optimal.Untuk itu kebijakan tempat persalinan di
pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta dalam melaksanakan rawat
gabung yang memudahkan bagi ibu secara langsung dapat menyusui ibuna menjadi
sangatlah penting(Irianto,1998).

2.3 Program-program yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif

Pemerintah indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang


merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan,
karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 2 2% dari bayi meninggal
sebelum usia satu bulan. Menyusui satu jam pertama kehidupan yang diawali
dedngan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indikator global. Ini
merupakan hal baru bagi Indonesia, dan merupakan program pemerintah, sehingga
diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan baik
swasta maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan melaksanakan mendukung
suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan tercapai sumber daya
Indonesia yang berkualitas.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui peraturan nomor :


450/Menkes/SKN/2004 mengajak Bangsa Indonesia melaksanakan pemberian hanya
ASI saja selama 6 bulan kehidupan bayi dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2
tahun (Nuchsan Umar Lubis, Cermin Dunia Kedokteran 168 vol. 36 no. 2 Maret-
April 2009).
Berdasarkan SK Menkes yang mengajak dan mendukung ASI eksklusif, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta hingga kini terus menggalakkan program pemberian ASI
eksklusif melalui peningkatan kapasitas petugas kesehatan baik pemerintah maupun
swasta melalui program konseling menyusui. Program tersebut dilaksanakan dengan
berbagai dukungan lembaga swadaya masyarakat, juga tim penggerak PKK, untuk
terus menggalakkan program ASI eksklusif. (www.depkominfo.go.id diakses
tanggal 13 februari 211)

Untuk menggalakkan program pemberian ASI eksklusif, sejak Deklarasi akbar 1001
ibu hamil untuk melakukan inisiasi menyusui dini (IMD), Pemprov. DKI Jakarta
melakukan program peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam konseling
menyusui dan pemodelan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui, khususnya di
Jakarta Utara (www.depkominfo.go.id diakses tanggal 13 februari 211)yaitu, 1).
Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah
menuju keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI, 2) Sarana pelayanan
kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainnya 3) Menyiapkan ibu
hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah keberhasilan  menyusui,
Memberikan konseling apabila ibu penderita infeksi HIV positif, 4) melakukan
kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (1/2 - 1 jam setelah lahir), 5) Membantu
ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan tubuh bayi dan
pelekatan mulut bayi pada payudara, 6) Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman
pralaktal sejak bayi lahir, 7) Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi, 8)
Melaksanakan pemberian ASI  sesering dan semau bayi, 9) Tidak memberikan dot/
kempeng, 10) Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan
kesehatan (www.idai.co.id)

Program pemberian ASI ekslusif tidak hanya digalakan di ibukota saja. Sejak tahun
2007, pemberian ASI menjadi program utama Pemerintah Daerah di Kabupaten
Klaten paska gempa di Yogyakarta tahun 2006. Demikian pentingnya pemberian
ASI terutama di saat darurat, sehingga Pemerintah Kabupaten Klaten telah
menggariskan kebijakan berupa : 1) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) menjadi bagian
dari prosedur pertolongan Asuhan Persalinan Normal (APN), 2) Program dan
kegiatan jajaran kesehatan dan organisasi profesi bebas dari sponsor produsen susu
formula, 3) Diterbitkannya Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 7
tahun 2008 tentang IMD dan ASI Eksklusif sebagai payung hukum program serta
advokasi Dinas kesehatan kepada Bupati dan Dewan di Kabupaten Klaten. PERDA
tersebut memuat antara lain : (i) Beri perlindungan kepada ibu dan bayi (ii) Tidak
menghilangkan hak ibu; (iii) yang digarap adalah lingkungan disekitar ibu seperti
keluarga, masyarakat dan institusi; (iv) prioritas tersedianya ruang menyusui di
institusi, perkantoran pemerintah /swasta dan
tempat-tempat umum (terminal, stasiun, mall). (Lucia v. Perdede, Pekan ASI
Sedunia 2009 : BREASTFEEDING :”A Vital Emergency Response” Are You
Ready ?)

2.4. Kerangka Teori

Pernah baca /
ASI tidak nonton tv
keluar
TPB / TNTV

Fase percepatan Pengetahuan


pertumbuhan Ibu
Ibu yang
Bekerja

Keluarga Vol. ASI

Masyarakat Pengaruh susu


formula

Tenaga Kes
Dukungan

Pendapatan
keluarga

ASI
ekslusif
Umur
Ibu

Tingkat
Paritas

Riw. Pemeriksaan
kehamilah

Praktek awal
menyusui

Tempat bersalin &


penolong persalinan

BAB III

KERANGKA KONSEP

Pernah baca /
ASI tidak nonton tv
keluar
TPB / TNTV

Fase percepatan Pengetahuan


pertumbuhan Ibu
Ibu yang
Bekerja

Keluarga Vol. ASI

Masyarakat Pengaruh susu


formula

Tenaga Kes
Dukungan

ASI
Kelurahan Pasar
Manggis

RW Tidak
RW Kumuh
Kumuh

1. Definisi operasional

Variabel Def.operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala


ukur
ASI Pemberian ASI Kuisioner Wawancara ASI eks : + Ordinal
eksklusif terus menerus 6 ASI eks : -
bln pertama
kehidupan tanpa
makanan dan
atau minuman
tambahan
Pengetahuan Tingkat Kuisioner Wawancara Pengetahuan Ordinal
pemahaman >>
responden Pengetahuan
tentang ASI <<
eksklusif
Bekerja Jumlah waktu Kuisioner Wawancara Bekerja (+) Ordinal
yg digunakan Bekerja (-)
responden untuk
melakukan
aktivitas yang
menghasilkan
uang.
Volume Jumlah ASI Kuisioner Wawancara Volume ASI Ordinal
yang diberikan cukup
kepada bayi Volume ASI
dalam 1 hari kurang
sampai bayi
terlihat puas
Promosi Pengenalan ibu Kuisioner Wawancara Terpengaruh Ordinal
Susu terhadap susu promosi
formula formula Tidak
terpengaruh
promosi
Dukungan Dorongan Kuisioner Wawancara Dukungan Ordinal
positif yang (+)
diberikan Dukungan
kepada (-)
responden untuk
memberikan
ASI eksklusif

2. Hipotesis
Adanya hubungan antara pengetahuan ibu, ibu yang bekerja, volume ASI, promosi
susu formula dan dukungan dari keluarga, masyarakat, serta tenaga kesehatan
terhadap pemberian ASI eksklusif.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

IV.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik studi cross sectional ( karena
prevalensi nya yg cukup besar berdasarkan data dari puskesmas ), melalui observasi dan
kuisioner pada ibu – ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan.

IV.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pasar Manggis pada


tanggal 31 Januari 2011 – 2 April 2011.

IV.3 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah Ibu – ibu yang mempunyaianak balita di Wilayah Kerja
Kecamatan Setiabudi, salah satunya di Puskemas Kelurahan Pasar Manggis dimana
balita yang diambil berusia7-12 bulan yang memenuhi kriteria inklusi yaitu partus
normal. Sedangkan kriteria eksklusi nya yaitu bayi yang lahir kembar dan BBLR.
IV.4 Sampel Penelitian

IV.5 Cara Pengambilan Data

Penelitian dilakukan oleh 6 orang, dimana setiap peneliti melakukan observasi dan
kuisioner pada bayi usia 7-12 bulan.

Pengambilan responden dilakukan pada Rukun Tetangga ( RT ) yang telah ditentukan


di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pasar Manggis secara proporsional yang
dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif
pada bayi usia 7-12 bulan.

Sampel yang diambil harus memenuhi kriteria inklusi, yaitu ibu yang mempunyai
bayi usia 7-12 bulan yang tidak memliki cacat kongenital.

IV.6 Cara Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner dan obsevasi terhadap ibu bayi usia 7-
12 bulan yang melakukan pemberian ASI eksklusif serta ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif sebagai perbandingan.

Data sekunder, diperoleh dari puskesmas kelurahan pasar manggis.

Data terseir, diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan internet (situs) yang diakui
keabsahannya.

IV.7 Instrumen Penelitian / persiapan ke lapangan

a. Pengembangan Kuesioner uji coba kuisioner

IV.8 Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh akan dilakukan pengolahan data dengan tahapan sebagai
berikut:

- Editing data : memeriksa ulang kelengkapan isi kuesioner


- Pengelompokan data : Seluruh jawaban dikelompokkan bervariabel
- Tabulasi : pengolahan data dilakukan secara manual

IV.9 Analisis Data

Untuk menganalisis penberian antara asi eksklusif dan faktor-faktor. yang


berhubungan dengannya, pengujian dilakukan dengan uji chi-square terhadap rasio
prevalensi

IV.10 Penyajian Data

Tekstural : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat

Tabular : penyajian data dengan menggunakan tabel

IV.11 Organisasi Penelitian

A. Pembimbing dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas


Muhammadiyah Jakarta, dr.Kusdinar Achmad,MPH
B. Pembimbing dari Puskesmas kecamatan, dr. Tri Murti
C. Penyusun dan pelakasana penelitian
Ade Anggraini 2007730001
Ega Dianisya 2007730043
Feri Idham Laksono 2007730055
Lila Sandi Ismail 2007730073
Mia Shofianne L. 2007730080
Safitri Mayangsari 2007730109
Lampiran 1

KUISIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN

ASI EKSLUSIF PADA BALITA USIA 7-12 BULAN DI PUSKESMAS


KELURAHAN .....

TAHUN 2011

Instrumen penelitian

No :

Nama Kepala Keluarga :

Nama Responden :

Jenis Kelamin :

A. Identitas Responden & Karakteristik Sosial

A1 Umur Kepala Keluarga ……Tahun

A2 Umur Istri ……Tahun

A3 Jumlah Anak _ _ Orang


A4 Apa Pendidikan formal terakhir yang di tempuh oleh bapak ?

1. Universitas
2. Akademi dan sederajat
3. Tamat SMA atau sederajad
4. Tamat SMP atau sederajad
5. Tamat SD atau sederajad
6. Tidak Tamat SD atau sederajad
7. Tidak sekolah
A5 Apa pekerjaan utama Bapak saat ini ?

1. PNS
2. Honorer
3. Pegawai swasta
4. TNI POLRI
5. Dagang
6. Buruh Banguna
7. Industri rumah tangga
8. Buruh Musimam
9. Petani
10. tidak bekerja
11. lain-lain….

A6 Apa Pendidikan formal terakhir yang di tempuh oleh Ibu?

1. Universitas
2. Akademu dan sederajat
3. Tamat SMA atau sederajad
4. Tamat SMP atau sederajad
5. Tamat SD atau sederajad
6. Tidak Tamat SD atau sederajad
7. Tidak sekolah
A7 Apa pekerjaan Utama Ibu saat ini ?

12. PNS
13. Honorer
14. Pegawai swasta
15. TNI?POLRI
16. Dagang
17. Buruh Banguna
18. Industri rumah tangga
19. Buruh Musimam
20. Petani
21. tidak bekerja
22. lain-lain….
98 tidak tahu/lupa

99 tidak ada jawaban

B Status Asi Ekslusif

B1 Apakah ibu menyusui / Memberikan Asi?

1. Ya
2. Tidak
B2 Kapan ibu pertama kali menyusui bayi ibu yang baru lahir?

1. 0-30 menit setelah lahir sebelum bayi di bersihkan


2. 30 menit – 1 jam setelah kelahiran
3. 6 jam setelah kelahiran
4. 6 – 24 jam setelah kelahiran lebih dari 24 jam
B3 Sampai usia berapa bayi ibu di berikan Asi saja?......Bulan

B4 Mulai usia berapa bayi ibu mulai di berikan makanan atau


minuman selain asi ?........Bulan

C. Pengetahuan Gizi ibu Mengenai Asi

C1 Menurut ibu sampai usia berapa bayi harus di berikan Asi


saja?

1. < 4 bulan
2. 4 – 6 bulan
3. 6 – 12 bulan
4. lain-lain….
C2 Menurut ibu apakah komposisi susu formula saat ini bisa
menyamai komposisi Asi?

1. Ya
2. Tidak
C3 Menurut ibu keunggulan dari Asi apa?

1. Mudah di cerna Oleh bayi 1. Ya 2 Tidak

2. Lebih ekonomis 1. Ya 2 Tidak

3. Asi mengandung zat antibody 1. Ya 2 Tidak

4. lain-lain………
C4 Menurut ibu manfaat dari menyusui itu apa?

1. Lebih mudah pemberiannya 1. Ya 2 Tidak


2. mempererat hub kasih sayang 1. Ya 2 Tidak
Ibu dan Anak

3. Mencegah obesitas pada bayi 1. Ya 2 Tidak


4. lain-lain….
C5 Menurut ibu bahaya apa yang dapat di timbulkan dari
pemberian susu formula ?

1. Botol susu mudah tercemar 1. Ya 2 Tidak


dan sulit di bersihkan

2. pencernaan bayi terganggu 1. Ya 2 Tidak

3. Tidak mengandung Zat anti body 1. Ya 2 Tidak

4. Lain-lain…..

E. Ibu bekerja

D1 Selama ibu bekerja, apakah anda memeras/memompa Asi dan kemudian


disimpan untuk diberikan ke bayi anda?

1. Ya
2. Tidak, Alasannya…..
D2 Tahukah anda bahwa undang-undang tenaga kerja mengatur bahwa
pekerja wanita patut di beri kesempatan un tuk menyusui bayinya?

1. Ya
2. Tidak
D3 Apakah tempat anda bekerja memberikan waktu atau kesempatan bagi
ibu untuk menyusui bayi ibu?

1. Ya
2. Tidak
D4 Apakah di tempat anda kerja tersedia ruang khusus untuk
memeras/memompa Asi?

1. Ya
2. Tidak, sebutkan dimana Ibu memeras Asi
E. Dukungan Keluarga
E1 Apakah suami ibu mendukung ibu dalam pemberian Asi ?

1. Ya
2. Tidak, alasan………
E2 Apakah suami ibu mendukung ibu dalam pemberian susu
formula ?

1. Ya
2. Tidak, alasan…………
E3 Apakah orang tua ibu atau mertua mendukung ibu dalam
pemberian Asi ?

1. Ya
2. Tidak, alasan…..

E4 Apakah orang tua ibu atau mertua mendukung ibu dalam


pemberian susu formula ?

1. Ya
2. Tidak, alasan…..
F. Volume ASI

F1 Apakah Bayi langsung terlelap setelah disusui ?

1. Ya
2. Tidak
F2 Apakah ibu merokok ?

1. Ya
2. Tidak
F3 Apakah ibu makan teratur dan cukup gizi ?

1. Ya
2. Tidak
F4 Apakah ibu mengkonsumsi alkohol ?

1. Ya
2. Tidak
F5 Apakah ibu menggunakan pil kontrasepsi ?

1. Ya
2. Tidak
G. Susu Formula

G1 Apakah anda pernah dihubungi oleh bagian pemasaran /


produsen Susu
Formula?
1. Ya
2. Tidak

G2 Apa yang Anda lakukan ketika Anda dihubungi oleh


produsen Susu Formula?

a. Langsung menolak

b. Mendengarkan aau menerima saja semua penjelasannya

c. Berargumentasi

d. Lainnya, sebutkan

G3 (Bagi yang mengkonsumsi Susu Formula) Apakah Anda


mengkonsumsi Susu
Formula dari produsen tersebut?

1. Ya
2. Tidak
G4 Pendapat Anda mengenai promosi Susu Formula saat ini:

a. Baik

b. Sedikit meresahkan namun tidak mengganggu

c. Sangat meresahkan dan menganggu

d. Lainnya, sebutkan
Lampiran 2

ORGANISASI PENELITIAN

.
LEMBAGA PENELITAN PENELITI

BENDAHARA SEKRETARIAT

PENANGGUNG JAWAB PENANGGUNG JAWAB


PENELITI
PENGUMPULAN DATA LAH - SIS DATA

SAMPEL SAMPEL SAMPEL SAMPEL


Lampiran 3

JADWAL PENELITIAN ( 30 Januari – 02 April )


LAMPIRAN 4
BIAYA PENELITIAN

PEMASUKAN PENGELUARAN

ADE ANGGRAINI : Rp. 250.000,- Fotokopi : Rp. 50.000,-

EGA DIANISYA : Rp. 250.000,- Print : Rp. 150.000,-

FERI IDHAM LAKSONO : Rp. 250.000,- Penjilidan : Rp. 50.000,-

LILA SANDY ISMAIL : Rp. 250.000,- Transportasi : Rp. 400.000,-

MIA SHOFIANNE. L : Rp.250.000,- Souvenir Responden : Rp. 200.000,-

SAFITRI MAYANGSARI : Rp.250.000,- Pulsa : Rp. 200.000,-

Konsumsi : Rp. 400.000,-

Biaya tak terduga : Rp. 50.000,-

Jumlah : Rp. 1.500.000,- Jumlah : Rp. 1.500.000,-

Anda mungkin juga menyukai