Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Eksklusif

1. Definisi ASI Eksklusif

ASI ekslusif merupakan air susu ibu yang di beerikan kepada bayi sejak

dilahirkan selama enam buan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan

makanan dan minuman lainya United Nations International Children's

Emergency Fund (UNICEF) tahun 2015 dan WHO tahun 2016

menyatakan bahwa ASI eksklusif merupakan cara yang sempurna untuk

memberikan makanan dan minuman yang terbaik pada bayi pada usia

emnam bulan pertama kehidupan untuk pertumbuhan dan perkembangan

yang sehat. Pemberian ASI secara eksklusif diberikan pada bayi sejak

lahir sehingga bayi berumur enam bulan dan dianjurkan dilanjutkan

sampai anak berusia 2 tahun.

Kemenkes, (2016) Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk terus

diberikan sampai usia enam bulan, dengan terus menyusui disertai dengan

makanan pendamping yang tepat hingga dua tahun atau lebih. Pemberian

ASI eksklusif sejak lahir hingga usia 6 bulan dan Inisiasi Menyusui Dini

adalah dua praktek pemberian ASI yang penting untuk kelangsungan

hidup. Dari beberapa pengertian di atas, bahwa ASI eksklusif adalah

pemberian air susu ibu yang diberikan selama enam bulan pertama

kehidupan bayi tanpa diberikan makanan atau minuman lain. Dalam hal
ini, bayi tidak diperkenankan untuk diberi makanan apapun selain ASI,

baik itu air putih maupun makanan lainnya.

2. Jenis jenis ASI

a. Kolostrum

Kolostrum adalah cairan kekuning-kuningan yang diproduksi pada hari

pertama hingga keempat dengan kandungan protein dan zat antiinfeksi

yang tinggi serta berfungsi sebagai pemenuhan gizi dan proteksi bayi

baru lahir (Astutik, 2017).

b. Transitional milk (Air Peralihan)

ASI peralihan adalah air susu ibu yang setelah kolostrum. ASI

Peralihan diproduksi 8-20 hari kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut

air lebih tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah (Widuri, 2018).

c. Air Susu Matur

ASI matur adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan

dengan volume bervariasi 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya

stimulasi saat laktasi. ASI matur 90% nya adalah air yang diperlukan

untuk memelihara hidrasi bayi. Sedangkan 10% kandungannya adalah

karbohidrat, protein dan lemak yang diperlukan untuk kebutuhan hidup

dan perkembangan bayi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus

berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan.

Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun

kedua 200 – 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200ml/24 jam

Ada 2 tipe ASI matur, yaitu :


1. Foremilk : jenis ini dihasilkan selama awal menyusui dan

mengandung air, vitamin-vitamin dan protein.

2. Hind-milk : jenis ini dihasilkan setelah pemberian awal saat

menyusui dan mengandung lemak tingkat tinggi dan sangat

diperlukan untuk pertambahan berat bayi.

Kedua jenis tersebut di atas sangat dibutuhkan ketika ibu menyusui

yang akan menjamin nutrisi bayi secara adekuat yang diperlukan

sesuai tumbuh kembang bayi. Oleh karena itu sebaiknya menyusui

dilakukan sampai bayi terpuaskan (kenyang), sehingga terpenuhi

semua kebutuhan gizinya. Lebih sering bayi menghisap, lebih banyak

ASI yang diproduksi. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi

menyebabkan produksi ASI berkurang. Mekanisme ini disebut

mekanisme supply and demand (Proverawati Rahmawati,, 2017).

3. Fisiologi Laktasi

Selama kehamilan, estrogen kadar tinggi mendorong perkembangan

duktus, sementar progesteron kadar tinggi merangsang pembentukan

alveolus-lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin dan human chorionic

somatomammotropin juga ikut berperan dalam perkembangan kelenjar

mamalia dengan menginduksi enzim-enzim yang dibutuhkan. Sebagian

besar perubahan di payudara terjadi pada paruh pertama kehamilan

sehingga pada pertengahan kehamilan kelenjar mamalia telah mampu

menghasilkan susu. Akan tetapi, sekresi susu tidak terjadi sampai


persalinan. Konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi pada akhir

kehamilan mencegah laktasi dengan menghambat efek stimulatorik

prolaktin pada sekresi susu. Estrogen dan progesteron akan turun secara

drastis ketika plasenta keluar sehingga memicu terjadinya laktasi

(Sherwood, 2016).

Setelah produksi susu dimulai setelah persalinan, hormon prolaktin dan

oksitosin berperan penting dalam mempertahankan laktasi. Prolaktin

berguna untuk meningkatkan sekresi susu, sedangkan oksitosin berperan

dalam peyemprotan (ejeksi) susu. Pelepasan kedua hormon ini dirangsang

oleh refleks neuroendokrin yang dipicu oleh penghisapan puting payudara

oleh bayi (Maryunani, 2017).

Tiga refleks maternal utama sewaktu menyusui adalah sekresi prolaktin,

ereksi puting susu, dan refleks let-down. Prolaktin merupakan hormon

laktogenik yang berfungsi untuk memulai dan mempertahankan susu.

Prolaktin dilepaskan oleh hipofisis anterior yang dipicu oleh hipotalamus.

Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi

berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas,

dan lama bayi menghisap (Haryono Sulis, 2016).

Kontraksi sel-sel mioepitel khusus yang mengelilingi setiap alveolus

menyebabkan susu keluar dari alveolus, masuk ke duktus, dan menuju ke

puting payudara. Penghisapan payudara oleh bayi merangsang ujung saraf


sensorik di puting, menimbulkan potensial aksi yang merambat melalui

medula spinalis ke hipotalamus. Kemudian hipotalamus memicu hipofisis

posterior untuk mengeluarkan oksitosin. Oksitosin ini merangsang

kontraksi sel mioepitel di payudara untuk penyemprotan susu (refleks let-

down). Refleks letdown ini berlanjut selama bayi terus menyusui. Ibu

dapat merasakan sensasi refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi

kesemutan. Tanda-tanda lain let-down adalah tetesan susu dari payudara

sebelum bayi mulai memperoleh susu dari payudara ibu dan susu menetes

dari payudara lain yang tidak sedang dihisap oleh bayi (Hernilawati,

2016).

4. Manfaat ASI

a. Manfaat bagi bayi

Manfaat terpenting pemberian ASI eksklusif yang diperoleh bayi,

diantaranya:

1) ASI sebagai nutrisi

untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia

enam bulan ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal

dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan

kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang

paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tata

laksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal

akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal sampai usia enam


bulan. Setelah usia enam bulan, bayi harus mulai diberi makanan

padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia dua tahun atau

lebih (Roesli, 2017).

2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh

Karena mengandung berbagai zat anti-kekebalan sehingga akan

lebih jarang sakit Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat

imunoglobulin dari ibunya melalui plasenta. Namun, kadar zat ini

akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi

sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak berusia sekitar

sembilan sampai dua belas bulan (Dolan dkk., 2016).

3) ASI meningkatkan kecerdasan,daya penglihatan,dan kepandaian

bicara.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan, yaitu faktor

genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik menentukan potensi

genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orang tua yang tidak

dapat direkayasa, sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor

yang dapat menentukan apakah faktor genetik akan dapat tercapai

secara optimal yang dapat direkayasa. Secara garis besar, terdapat

tiga jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan, yaitu kebutuhan

untuk pertumbuhan fisik-otak, kebutuhan untuk perkembangan

emosional dan spiritual, dan kebutuhan untuk perkembangan

intelektual dan sosialisasi (Magfudi, 2016).


a. ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi,

mengandung protein yang spesifik untuk perlindungan terhadap

alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh.

b. Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan

protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang.

c. ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus

bayi serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti

diare atau sembelit.

d. Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki

berat badan yang ideal.

e. ASI mengandung zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan

dan perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi.

f. ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi

dari kerusakan.

g. Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu

membentuk rahang dan otot pipi yang baik.

h. ASI bermanfaat untuk perkembangan otak dan IQ bayi.

i. ASI memberikan keuntungan psikologis.

j. Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

1. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering dalam dekapan ibu karena menyusu akan

merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan


tenteram. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan

menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk

kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik

Marmi, (2018).

b. Manfaat bagi ibu

Pemberian ASI dapat membantu ibu memulihkan diri dari proses

persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama

membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat

perdarahan. Pemberian ASI juga merupakan cara yang penting bagi

ibu untuk mencurahkan kasih sayangnya pada bayi dan membuat bayi

merasa nyaman (Efendi, 2017).

a. Aspek kesehatan ibu

1) Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk semula

dan mengurangi perdarahan post partum karena isapan bayi pada

payudara akan merangsang kelenjar hipofise untuk mengeluarkan

hormon oksitosin. Oksitosin bekerja untuk kontraksi saluran ASI

pada kelenjar air susu dan merangsang kontraksi uterus.

2) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara

bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses

pembentukannya akan mempercepat kehilangan lemak.

3) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian

karsinoma payudara dan karsinoma ovarium.


4) Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar

dengan suhu yang sesuai sehingga dapat diberikan kapan dan di

mana saja.

b. Aspek Keluarga Berencana

Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai

kontrasepsi karena isapan bayi merangsang hormon

prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga

menunda kesuburan.

c. Aspek psikologi

Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia

pada ibu yang berhasil menyusui bayinya dan

memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.

d. Aspek ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif ibu tidak perlu

mengeluarkan biaya dan makanan bayi sampai

sedikitnya umur 6 bulan, dengan demikian akan

menghemat pengeluaran rumah tangga (Ruesli, 2018).

e. Aspek psikologi

Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia

pada ibu yang berhasil menyusui bayinya dan

memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.

f. Aspek ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif ibu tidak perlu

mengeluarkan biaya dan makanan bayi sampai

sedikitnya umur 6 bulan, dengan demikian akan

menghemat pengeluaran rumah tangga (Ruesli, 2018).

c. Manfaat bagi semua orang

ASI selalu bersih dan bebas dari hama yang menyebabkan

infeksi. Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan

khusus dan selalu tersedia sehingga dapat memudahkan

orang-orang di sekitar (Suryoprajogo, 2017).


Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI

1. Makanan Ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang dalam masa menyusui

tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air

susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai

zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan.

Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung

cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-

kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat

bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh

terhadap produksi ASI.

2. Ketentraman jiwa dan pikiran

Pembentukan dan pengeluaran air susu ibu sangat dipengaruhi

oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah,

kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk

ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui

bayinya.

3. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin

Banyak ahli mengungkapkan adanya pengaruh yang kurang baik

terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang

melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin karena lebih


menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung

dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan sehat. Masalah

pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan

pertama yang diberikan justru susu buatan. Hal ini memberikan

kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan

bahwa susu sapi lebih baik dari ASI.

4. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan

progesteron

Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan

menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon

estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI

bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan

oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan

adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD (Intra

Uterine Device) atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang

uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan

kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang

produksi ASI Freidman Stiadi , (2018),

2. Kendala Pemberian ASI Eksklusif


Pemberian ASI eksklusif sering mengalami kendala yang sering membuat ibu

pada akhirnya memutuskan untuk berhenti memberikan ASI eksklusif.

Berikut adalah beberapa alasan yang menyebabkan ibu tidak memberikan

ASI secara eksklusif Rasa takut yang tidak berdasar bahwa ASI yang mereka

hasilkan tidak cukup dan memiliki mutu yang jelek.

Tylor (2016) dapat dikaitkan dengan penampakan kolostrum yang terlihat

encer dan menyerupai air. Ibu harus memahami bahwa perubahan pada

komposisi ASI akan terjadi ketika bayinya mulai menghisap puting ibu. Ibu

juga harus memahami bahwa jumlah ASI dapat dipertahankan melalui isapan

puting (suckling) yang sering. IDAI (2015) bahwa keyakinan ibu terhadap

ketidakmampuannya memberikan ASI secara eksklusif dapat berdampak

pada produksi ASI yang kurang. Stres, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada

periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI

eksklusif. Beberapa faktor yang perlu diidentifikasi sebagai penyebab

berkurangnya ASI, seperti:

a) Faktor menyusui

Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan

inisiasi menyusu dini, menjadwal pemberian ASI, memberikan minuman

prelaktal, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusu,

dan tidak mengosongkan salah satu payudara saat menyusui (Tomey dan

Alligood 2018).

b) Faktor psikologis ibu

Persiapan psikologis ibu sangat mennetukan keberhasilan menyusui.


Perasaan ibu pada periode ini sangat mempengaruhi dalam keberhasilan

ASI eksklusif (Mercer, 2017).

c) Faktor fisik ibu

Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil

kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu

menyusui yang hamil, peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan

kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI.alkohol,

perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi

produksi ASI (Nurmadina, 2017).

d) Teknik pemberian ASI yang salah

Pemberian ASI merupakan kiat yang harus dipelajari. Baik ibu maupun

bayi perlu belajar bagaimana cara pemberian ASI yang berhasil. Ibu yang

kurang memahami teknik laktasi yang benar dapat menyebabkan nyeri

pada payudara ibu, lecet pada puting susu ibu, dan pembengkakan

payudara karena bayi tidak mampu meminum ASI secara efektif dari

dalam payudara tersebut.Kepercayaan yang keliru bahwa bayi mereka

haus dan memerlukan cairan tambahan.Kepercayaan ini berdampak

kepada perilaku ibu maupun anggota keluarga lain untuk memberikan

minuman selain ASI. Hal ini berakibat pada sedikitnya jumlah ASI yang

dihisap oleh bayi dan periode menyusu juga relatif lebih singkat

(Haryono, 2017).

e) Bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air

gula/dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran) Seringkali


sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih,air madu, atau susu

formula dengan dot. Hal ini tidak diperbolehkan karena selain akan

menyebabkan bayi malas menyusu, dikhawatirkan akan menyebabkan

reaksi alergi (IDAI, 2017).

f) Kelainan ibu; puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara

bengkak,engorgement, mastitis, dan abses. Kendala lainnya yang bisa

menghambat produksi ASI adalah kelainan ibu, seperti puting lecet,

payudara bengkak, dan mastitis. Ibu yang mengalami puting lecet akan

merasakan sakit saat menyusui. Hal ini disebabkan karena perlekatan

yang kurang baik.untuk mengatasi kendala ini, pengobatan yang sesuai

harus segera diberikan. Membangkitkan rasa percaya ibu dan memberikan

penjelasan bahwa kelainan hanya bersifat sementara akan membantu ibu

melanjutkan menyusui bayi. Posisikan bayi agar mulut bayi melekat

dengan baik sehingga rasa nyeri akan segera berkurang. Ibu tidak perlu

mengistirahatkan payudara, akan tetapi tetaplah memberi ASI sesuai

kebutuhan bayi (Stiatedi, 2017).

g) Kendala lainnya yaitu payudara penuh dan bengkak. Payudara penuh

berbeda dengan payudara bengkak. Payudara penuh terjadi beberapa hari

setelah persalinan dan ditandai dengan payudara terasa nyeri berat, keras

tetapi ASI masih bisa keluar, serta ibu tidak mengalami demam. Payudara

bengkak atau engorgement ditandai dengan payudara yang nampak

merah, mengkilat, dan sangat nyeri. Payudara bengkak ini disebabkan

karena adanya bendungan pada pembuluh darah dan limfe dan


pengeluaran ASI yang tidak sempurna. Cara menangani kedua kendala ini

adalah dengan menyusui bayi sesuai kebutuhan bayi. Ajarkan ibu cara

perlekatan dengan bayi secara benar (Kurniawan, 2017).

h) Ibu hamil ketika masih menyusui (Nurmadina, 2017) hal-hal yang harus

diperhatikan pada ibu hamil yang masih menyusui, di antaranya:

1. Bila bayi belum berusia enam bulan, ibu dianjurkan untuk terus

menyusui karena ASI masih merupakan makanan tunggal.

2. Bila bayi berusia 6-12 bulan, ibu dianjurkan untuk terus menyusui

karena ASI masih merupakan makanan utama.

3. Bila bayi sudah berusia lebih dari dua belas bulan, ibu boleh

menyapih anak tersebut.

4. Volume ASI dapat berkurang karena pengaruh hormon ibu hamil.

5. Puting ibu akan lecet.

6. Ibu akan mengalami keletihan.

7. Rasa ASI berubah ke arah kolostrum.

8. Terjadi kontraksi rahim karena hormon ibu hamil.

i) Ibu bekerja

Kembalinya ibu bekerja dapat mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif.

Ketik ibukembali bekerja, tingkat stres akan meningkat sehingga akan

berpengaruh kepada produksi ASI sendiri (Merce, 2016).

j) Kelainan bayi; bayi sakit, abnormalitas bayi (Kahn dan Antonucci, 2018).

1. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif


Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif.

Faktor-faktor ini perlu diperhatikan agar keberhasilan ASI eksklusif dapat

tercapai.

a. Faktor sosiodemografik

Faktor sosiodemografik yang berpengaruh terhadap keberhasilan ibu

dalam memberikan ASI Eksklusif adalah usia ibu, status pekerjaan ibu,

dan paritas. Februhartanty (2016) faktor usia ibu dan status pekerjaan

ibu memiliki hubungan negatif dengan keberhasilan ibu memberikan

ASI Eksklusif. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa semakin

bertambah usia ibu, frekuensi kegagalan pemberian ASI Eksklusif akan

meningkat status pekerjan ibu juga memiliki hubungan negatif

terhadaap keberhasilan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Hal ini

menunjukan bahwa ibu yang bekerja menunjukan bahwa ibu yang

bekerja meningkatkan frekuensi kegagalan pemberian ASI Eksklusif.

Ibu yang bekerja mengalami kendala dalam memberikan ASI Eksklusif

pada bayi nya,seperti alokasi waktu, kualitas kebersamaan dengan bayi,

beban kerja, stress, dan keyakinan ibu untuk memberikan ASI

Eksklusif akan terpengaruh. (Ida, 2016).

b. Faktor prenatal dan postnatal

Kurniawan (2017), terdapat beberapa faktor pre/postnatal yang

berpengaruh terhadap keberhasilan ibu memberikan ASI eksklusif,

seperti pemberian susu formula selama perawatan postpartum di

instansi pelayanan kesehatan, permasalahan menyusui dan kunjungan


ke klinik laktasi, pemberian MPASI pada bayi < 6 bulan, dan

pemakaian empeng. Selain itu, faktor pemungkin, seperti inisiasi

menyusu dini dan rawat gabung berpengaruh pada pemberian ASI

eksklusif ((Hartono, 2017).

c. Faktor psikososial

Swasono, (2017), bahwa keinginan dan keyakinan ibu yang kuat untuk

memberikan ASI eksklusif didapatkan pada sebagian besar ibu yang

berhasil memberikan ASI eksklusif. Keyakinan ibu yang kuat

merupakan faktor determinan yang penting terhadap keberhasilan

pemberian ASI eksklusif. Pada penelitian yang dilakukan oleh Forster,

menyatakan bahwa pada ibu yang memiliki keyakinan yang kuat lebih

sedikit mengalami permasalahan dalam menyusui.

(FortedannOxorn 2017) bahwa social support system termasuk

dukungan suami dan orang tua ibu memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap keberhasilan ibu memberikan ASI eksklusif. Pada penelitian

yang dilakukan Binns, et al., (dalam Kurniawan 2017) menunjukkan

bahwa dukungan suami dan orang tua ibu adalah support system yang

mendorong ibu menginisiasi dan mempertahankan laktasi, terutama

pada ibu yang baru akan memulai laktasi.

(Sari, 2016) faktor penguat yang berhubungan dengan pemberian ASI

eksklusif adalah dukungan suami, dukungan sarana dan tenaga


kesehatan, dukungan teman, dan dukungan keluarga (ibu dan ibu

mertua).

A. Dukungan Suami

Secara pisikologis seorang ibu yang di dukung suami atau keluarga

akan lebih bermotivasi untuk memberikan ASI Eksklusif kepada

bayinya (Bronfenbrenner,2017) bahwa untuk memenuhi ASI Eksklusif

di perlukan adanya keharmonisan hubungan pola menyusui tripartite

yaitu antara ayah, ibu dan bayi

Keberhasilan menyusui sangat ditentukan oleh peran ayah karena ayah

akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI yang sangat

dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Ayah dapat

berperan aktif dalam membantu ibu dalam memberikan ASI Eksklusif

dengan memberikan dukungan-dukungan emosional dan bantuan-

bantuan praktis lainnya, seperti mengganti popok, menyendawakan

bayi, menggendong, dan menenangkan bayi yang gelisah, memandikan

bayi, memberikan ASI perah, membawa bayi jalan-jalan di taman, dan

memijat bayi. Pengertian tentang perannya yang penting ini merupakan

langkah pertama bagi seorang ayah untuk dapat mendukung ibu agar

berhasil menyusui secara eksklusif (Roesli, 2016).

Seorang ayah punya peran penting dalam keberhasilan ibu menyusui.

Perasaan dan semangat ibu untuk menyusui dan untuk terus


memberikan yang terbaik bagi anaknya sangat bergantung pada peran

ayah untuk terus menjaga suasana kondusif. Proses menyusui menjadi

terhambat bila kondisi ayah dan ibu tidak harmonis, ibu tidak mendapat

dukungan dari suami, tidak bisa berkomunikasi dengan baik, dan

perasaan ibu yang tidak aman dan nyaman (Hartono, dalam Sari, 2015).

Dukungan suami yang merupakan faktor pendukung dalam

keberhasilan ASI Eksklusif merupakan suatu kegiatan yang bersifat

emosional maupun psikologis yang diberikan kepada ibu menyusui

dalam memberikan ASI. Hal ini berkaitan dengan pikiran, perasaan,

dan sensasi yang dapat memperlancar produksi ASI (Roesli, 2015).

Suami merupakan orang terdekat bagi ibu menyusui yang diharapkan

selalu ada di sisi ibu dan selalu siap memberi bantuan. Keberhasilan

ibu dalam menyusui tidak terlepas dari dukungan yang terus-menerus

dari suami. Jika ibu mendapatkan kepercayaan diri dan mendapat

dukungan penuh dari suami, motivasi ibu untuk menyusui akan

meningkat (Swasono, dalam Sari, 2017).

Suami dengan memberikan dukungan informasional maka ibu akan

terpapar informasi mengenai ASI Eksklusif. Adanya dukungan

informasional suami diharapkan ibu lebih dapat melaksanakan

pemberian ASI secara Eksklusif. Caplan (2018) dalam Friedman

(2018), Dukungan informasional, keluarga berfungsi sebagai sebuah

kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Suami


sebagai kepala keluarga memberikan penjelasan tentang pemberian

saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu

masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya

suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan

aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspekaspek dalam dukungan

ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

Dukungan suami adalah salah satu bentuk interaksi yang dididalamnya

terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang

bersifat nyata yng diakukan oleh suami terhadap istrinya (Hidayat,

2018). Pada dasarnya dukungan suami mengacu kepada dukungan

sosial keluarga yang berasal dari suami, ayah, ibu maupun dari mertua.

Hal ini berdasarkan pada teori yang menyebutkan bahwa dukungan

social keluarga mengacu pada dukungan – dukungan yang dipandang

oleh keluarga dapat berasal dari sumber internal yang meliputi

dukungan suami atau istri, atau dukungan dari saudara kandung dan

keluarga besar. Dukungan suami diharapkan mampu memberikan

manfaat atau sebagai pendorong ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

Dukungan suami merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif, maka suami dapat

memberikan dukungan kepada ibu yang menyusui ekslusif selama 6

bulan secara maksimal. Dukungan seorang suami yang dengan tegas

berpikiran bahwa ASI adalah yang terbaik, akan membuat ibu lebih

mudah memberikan ASI Eksklusif pada bayinya (Budiarto, 2018).


1. Faktor-faktor yang mempengaruhi suami dalam pemberian
ASI

Dukungan suami bukanlah hal yang mudah, karena

dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal

yang terdapat

dalam diri suami tersebut. Faktor- faktor yang

bersosialisasi dengan peran suami dalam mendukung

praktek pemberian ASI, antara lain adalah:

a. Faktor Internal

1. Tingkat pengetahuan tentang pemberian ASI

Pengetahuan ASI merupakan hasil tahu dan ini

terjadi setelah orang melakuan pengideran

terhadap subjek tertentu (Notoadmodjo,2018).

Semakin luas pengetahuan seseorang semakin

mudah orang dapat menerima perubahan dalam

tindakannya.

2. Tingkat pendapatan

Pada orang tua berpenghasilan rendah, kehadiran

seseorang bayi sering kali dilalui tanpa dukungan

suami, bagi orang tua yang berusia lanjut lebih

banyak tinggal bersama keluarganya. Hal ini

dikarenakan kurangnya pendapatan orang tua

tersebut untuk menghadapi anaknya (Hause

Stadidi,2017)
3. Motivasi

Motivasi atau niat untuk memberikan ASI

diantaranya, suami melihat temanya menyusui

bayinya dan mendapat dukungan dari temannya

agar ibu dapat menyusui bayinya. Disamping itu

suami mendapat dukungan dan dorongan dari

orang sekitar tentang pentingnya pemberian ASI,

sehingga suami akan

termotivasi untuk memberikan dukungan kepada

istrinya dalam pemberian ASI (Ariani,2016)

4. Sikap

Sikap dilakukan sebagai suatu respon evaluator,

respon akan timbul apabila individu dihadapkan

pada suatu stimulus yang menghendaki adanya

reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu

timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri

individu yang memberi kesimpulan terhadap

timulus dalam bentuk baik atau buruk, positif atau

negatif (Februhartanti, 2016)

5. Pengalaman

Saling berbagi pengalaman, bertukar informasi,

memberi semangat seputar kegiatan pemberian

ASI, agar ASI berhasil diberikan kepada bayi


(Bobak,2017)

6. Usia

Biasanya usia suami dengan usia remaja memiliki

pengetahuan yang terbatas dibandingkan dengan

suami yang berusia dewasa, maka terlalu banyak

orang tua mereka dalam mengambil keputusan

yang penting sebagai pengasuh. Pengetahuan

terbatas ini membuat mereka tidak merespon yang

tepat terhadap bayi mereka (Purwanti,2016)

7. Tingkat Pendidikan

Suami atau anggota keluarga yang memiliki

pendidikan rendah dan pengetahuan yang terbatas

akan mempengaruhi kurang

berhasilnya proses pemberian ASI kepada

bayinya, dipengaruhi oleh faktor sosial budaya,

kurangnya pengetahuan tentang manfaat ASI bagi

bayi maupun ibu (Krisnatuti,2015).

b. Faktor eksternal

1. Jumlah Anak

Orang tua yang memiliki satu anak atau bayi baru

lahir, biasanya praktek pemberian ASInya lebih

berhasil, dari pada orang tua yang memiliki anak

dua atau lebih yang disusui atau kembar atau bayi


yang mempunyai kakak (Februahartanti,2018).

2. Keterpaparan Info

Paparan terhadap media masa seperti, surat kabar,

tv, radio, selebaran dan poster dapat

mempengaruhi keberhasilan suami dalam praktek

pemberian ASI, dan merupakan faktor yang ikut

berasosiasi terhadap pengetahuan dari sikap suami

mengenai ASI (Yentina,2016).

3. Komunikasi Interpersonal

Dengan mengadakan komunikasi interpersonal

pada istri besar pengaruhnya terhadap pemberian

ASI. Menjalin hubungan interpersonal suami

dengan istri dalam proses pemberian ASI,

misalnya suami dapat berbagi keluhan istri saat

menyusui dengan komunikasi terbuka (Ballad,

2017).

4. Sosial Budaya

Keberhasilan menyusui sangat ditentukan oleh

faktor sosial budaya, misalnya apabila ada

anggota keluarga, terutama suami atau orang tua

menyarankan untuk memberikan tambahan susu

formula atau makanan dan minuman lain selain

ASI seringkali ibu tidak menolak, hal tersebut


akan mempengaruhi ketidak berhasilan praktek

pemberian ASI (Februahartanti,2017)

2. Dukungan Suami terhadap Kemauan Ibu Menyusui

Menurut Paramitha (2017), dukungan suami sangat

diperlukan agar pemberian ASI eksklusif bisa tercapai.

Oleh karena itu, ayah sebaiknya jadi salah satu

kelompok sasaran dalam kampanye pemberian ASI.Ada

2 pendapat yang mengungkapkan jenis dukungan suami

terhadap ibu menyusui secara eksklusif. Uhartanty

(2017), ada 6 pengelompokan tipe peran ayah dalam

praktek menyusui secara eksklusif dan peran-peran ini

dianggap sebagai dukungan kepada ibu untuk

memberikan ASI eksklusif. Tipe peran tersebut, yaitu:

a. Mencari informasi mengenai pemberian ASI dan

pola pemberian makanbayi, yang terdiri dari: pernah

mencari informasi mengenai pemberian ASI

danpola pemberian makan bayi dan tetap

meneruskan pencarian informasi mengenai kedua

hal tersebut hingga saat ini

b. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

mengenai cara pemberianmakan saat ini

c. Memilih tempat untuk melakukan pemeriksaan

kehamilan, persalinan, dan pemeriksaan pasca


persalinan/imunisasi, yang terdiri dari: pemilihan

tempat untukpemeriksaan kehamilan, pemilihan

tempat untuk bersalin, dan pemilihan tempat untuk

pemeriksaan pasca persalinan/imunisasi

d. Tingkat keterlibatan ayah selama kunjungan

pemeriksaan kehamilan,

e. Memiliki sikap positif terhadap kehidupan pernikahan mereka

f. Terlibat dalam berbagai kegiatan perawatan anak.

Pendapat lain juga disampaikan oleh Meiliasari (2016),

bahwa sukses pemberian ASI eksklusif adalah hasil

kerja tim, yang beranggotakan paling sedikit dua orang,

ayah dan ibu. ada 7 bentuk dukungan yang harus

diberikan oleh ayah pada ibu yang menyusui secara

eksklusif, yaitu:

1. Sebagai tim penyemangat

Suami harus memberikan dukungan penyemangat

kepada ibu melalui kalimat-kalimat pujian, maupun

kata-kata penyemangat. Dengan hal ini ibu akan

merasa sangat bangga dan senang dapat memberikan

ASI eksklusif kepada bayinya (Papu 2019).

terhadap ibu menyusui adalah dengan tidak

melontarkan kritik terhadap bentuk tubuh istriyang

umumnya memang melar setelah melahirkan.


2. Membantu mengatasi masalah dalam pemberian ASI

Tidak setiap ibu dapat memberikan ASI dengan

lancar.Banyak ibu mengalami masalah, mulai dari

ASI yang tak keluar, puting payudara lecet,

pembengkakan, mastitis, stres, dll.Modal utama

memecahkan keluhan secara benar adalah jika

ayah/ibu menguasai teori manajemen menyusui.

Ayah bisa ikut menginformasikan hal-hal yang

diketahuinya, atau menunjukkan referensi, atau turun

tangan langsung mengatasinya. Misalnya, jika

payudara istri harus dipijat, dikompres, jika harus

berobat, bagaimana cara menyimpan ASI perah, dll.

Untuk menguasai hal ini, sebaiknya ayah ikut pergi

ke klinik laktasi sebelum program menyusui dimulai

(Muctadi, 2017).

3. Ikut merawat bayi

Suami dapat ikut serta dalam merawat bayi dengan

membantu mengganti popok bayi, menyendawakan

bayi setelah menyusui, menggendong bayi,

membantu memandikan bayi, dan bermain dengan

bayi.Papu (2019), juga menyatakan bahwa ayah juga

dapat membantu merawat anak-anak termasuk kakak

si bayi (Marmi, 2016).


4.Mendampingi ibu menyusui walaupun tengah malam Mendampingi,

menemani, yang sedang menyusui pun merupakan bentuk dukungan yang

besar artinya.Sebisanya, ikut bangun saat istri terbangun tengah malam.Atau

jika tak bisa bangun malam, paling tidak jangan tunjukkan ekspresi kesal

akibat tidur yang terganggu saat bayi menangis lapar di malam hari.Tapiada

sebuah rahasia kecil. Pemandangan suami yang terkantuk-kantuk saat

menunggui istri menyusui, akan sangat menyentuh perasaan istri dan

membuat cinta istri semakin dalam ( Ratna Susanti, 2017).

5.Melayani ibu menyusui

Ayah tak bisa memberi makan bayi dengan air susu, tetapi ayah

dapat „memberi makan' bayi dengan jalan memberi makan ibu.

Jadi jika ingin ambil bagian dalam aktivitas 'memberi makan' ini,

layani istri saat dia kelaparan dan kehausan selagi

menyusui.Karena menyusui sangat menguras energi, biasanya ibu

butuh ekstra asupan kalori dan cairan sesudah menyusui. Ayah

bisa membantu membuatkan susu hangat, telur dadar, dan camilan

lain, atau potongan buah, tanpa perlu diminta, yang disajikan

untuk istri (Ipuk Dwiana Murwanti,2016).

6.Menyediakan anggaran ekstra

Hal ini bisa diupayakan bersama istri sejak terjadi kehamilan.

Menyusui membutuhkan ekstra dana paling tidak untuk makanan

tambahan ibu, suplemen, dan peralatan menyusui lainnya (bra

menyusui, alat-alat menyimpan ASI perah, dll). Tetapi angkanya


pasti jauh lebih kecil daripada bayi diberi susu formula (Utami

Roesli, 2016).

7.Menjaga romantisme

Diakui atau tidak, kehadiran anak akan sedikit mengusik

keintiman suami istri. Suami sesekali bisa merasa tersisihkan atau

kehilangan romantisme karena istri sibuk menjalankan peran

orang tua.Sebaliknya, kadang istri juga merasa dirinya kurang

seksi dan kurang bergairah selagi menyusui, akibat kelelahan dan

terlebih, bergesernya fungsi payudara dari organ seksual menjadi

sumber makanan bayi.Jadi penting bagi suami untuk tidak

berpaling dari istrinya yangsedang menyusui.Suami harus

membantu istri menciptakan suasana romantis atau hal-hal lain

yang bisa menghangatkan hubungan.Dengan demikian kegiatan

menyusui bayi secara eksklusif dapat dilaksanakan dengan baik

( Prahmawatisari,2016).

B. Konsep Suami

1.Definisi Suami

Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak), suami

mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu

keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting,

dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah

akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan


yang akan diputuskan termasuk merencanakan keluarga

(Chaniago, 2017).

2.Bentuk-bentuk Dukungan Suami

a. Suami sebagai pendamping mampu mendampingi istri untuk

melaksanakan upaya istri dalam meningkatkan kesehatan.

b. Suami sebagai pendorong yaitu untuk mampu memotivasi istri

untuk melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan menyusui

bayinya.

c. Suami sebagai pendukung yaitu selalu mendukung upaya yang

dilakukan oleh istri dalam melaksanakan kesehatan.

d. Suami sebagai pengayom yaitu mampu memberikan anyoman baik

secara fisik maupun non fisik (Rahmawati,2017).

B. Faktor Pendukung Dukungan Suami

(Wasis 2017), terdapat empat faktor pendukung pada variabel

dukungan suami , di antaranya:

1. Dukungan emosional adalah perasaan mencintai, penuh

perhatian, percaya, dan mengerti.

2. Dukungan informasi adalah membantu individu untuk menolong

dirinya sendiri dengan memberi informasi yang berguna dan

berhubungan dengan masalah atau situasi.

3. Dukungan fisik adalah pertolongan yang langsung, seperti

merawat bayi. Misalnya, suami membantu ibu dalam mengganti


popok bayi.

4. Dukungan penilaian adalah informasi yang menjelaskan tentang

peran pelaksanaan, bagaimana ia menampilkan perannya. Hal

ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya

sendiri yang berhubungan dengan penampilan peran orang lain.

C. Kerangka Teori

Keberhasilan ASI Manfaat ASI Eksklusif


Suami
Eksklusif a. ASI sebagai nutrisi untuk
memenuhi kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai
Aspek dukungan Suami: usia enam bulan
a. Dukungan emosional Faktor factor yang b. ASI meningkatkan daya
b. Dukungan informasi mempengaruhi pemberian tahan tubuh karena
c. Dukungan fisik ASI Eksklusif mengandung berbagai zat
d. Dukungan penilaian a. Faktor sosiodemagrofik yaitu anti kekebalan sehingga
usia ibu, status ibu dan akan lebih jarang sakit
paritas c. ASI meningkatkan
b. Fator pre/postnatal, yaitu kecerdasan daya
inisiasi menyusu dini dan penglihatan dan krpandaian
rawat gabung berbicara
c. Faktor pisikososial, yaitu d. Menyusui meningkatkan
dukungan suami, dukungan jalinan kasih sayang
sarana dan tenaga kesehatan,
dukungan teman, dan
dukungan keluarga (ibu dan
ibu mertua)

Bagan Kerangka Teori Penelitian Hubungan Dukungan Suami terhadap


Keberhasilan ASI Eksklusif pada Ibu Primipara
(Kurniawan, 2017).
D. Kerangka Konsep

Variabel bebas (independen) yang ingin diketahui pada penelitian ini adalah

dukungan suami mengenai pemberian ASI eksklusif, sedangkan variabel

terikat (dependen) yang akan diteliti adalah keberhasilan ASI eksklusif pada

ibu primipara. Hubungan antara variabel bebas dan variable terikat bagan

kerangka konsep seperti pada bagan.

Dukungan Suami:
1. Dukungan Emosional Keberhasilan ASI Eksklusif
2. Dukungan Fisik
3. Dukungan Informasi
4. Dukungan Penilaian

Faktor perancu:
Usia, tingkat pendidikan
ibu dan suami, status
pekerjaan ibu dan suami

Kerangka Hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Setiadi, 2017).

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(Ha): ada hubungan antara dukungan suami terhadap keberhasilan

pemberian ASI eksklusif pada ibu primipara


(Ho): Tidak ada hubungan antara dukungan suami terhadap keberhasilan

pemberian ASI eksklusif pada ibu primipara

Anda mungkin juga menyukai