TINJAUAN PUSTAKA
Faktor ibu yang menjadi masalah dalam pemberian ASI adalah pengeluaran ASI.
Masalah pengeluaran ASI pada hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan berkurangnya
rangsangan hormon Prolaktin dan Oksitoksin. Faktor psikologis merupakan hal yang perlu
diperhatikan setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
mengakibatkan perubahan pada psikis. Kondisi ini dapat mempengaruhi proses laktasi, fakta
menunjukan bahwa cara kerja hormone oksitosin dipengaruhi oleh kondisi psikologis. Persiapan
ibu secara psikologis sebelum menyusui merupakan faktor penting yang mempengaruhi
keberhasilan menyusui. Stress, rasa kuatir dan cemas yang berlebihan, ketidakbahagiaan pada
ibu sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI esklusif. Saat ini terapi
nonfarmakologis untuk meningkatkan produksi ASI telah ada, namun belum banyak diterapkan
disemua pelayanan kebidanan karena keterbatasan informasi dilayanan kesehatan tentang
prosedur pelaksanaan (Masadah, 2016).
a. Kolostrum.
Yang pertama adalah jenis ASI yang keluar pada hari pertama setelah melahirkan
(1-4 hari) dan memiliki ciri cairan berwarna kuning tua yang lebih di kenal dengan
kolostrum. Kolostrum jenis ini mengandung berbagai protein dan zat imun, seperti IgG,
IgA dan IgM. Kolostrum kaya akan zat kekebalan yang membantu melindungi kondisi
bayi yang masih dalam tahap awal kehidupan. Meskipun kandungan proteinnya tinggi
mengandung kolostrum jenis ini, ASI lebih pekat, sehingga ibu tidak perlu khawatir
konsistensi yang kental atau padat ini akan menyebabkan bayi merasa lebih kenyang
meski menyusui dalam jumlah sedikit, karena ini adalah hari pertama menyusui. Tidak
perlu makan banyak.
ASI jenis ini juga berperan penting dalam menutupi dinding usus bayi dari
bakteri, serta mengeluarkan zat-zat yang tidak perlu dari usus bayi dan menyiapkan ASI
jenis lain untuk saluran pencernaan bayi. ASI atau makanan lain. Produksi kolostrum ini
secara bertahap akan menurun dari hari ketiga hingga hari kelima (Nurima 2015).
b. Lemak.
Kandungan lemak dalam ASI kurang lebih 2262 g/l, 50% diantaranya
mengandung kalori. Kandungan lemak "hindmilk" atau ASI akhir lebih tinggi daripada
"foremilk" atau ASI awal. Kandungan asam lemak dalam ASI lebih tinggi dari pada susu
formula. Proses pemecahan lemak yang terjadi pada ASI dilakukan melalui proses
pemecahan lipase. Lipase memecah trigliserida dalam lemak menjadi asam lemak bebas
dan gliserol. Meski sistem pencernaan bayi baru lahir belum terbentuk sempurna, proses
pemecahan lemak membuatnya lebih mudah diserap (Ambalawati dkk., 2015).
c. Vitamin.
Vitamin dalam ASI mengandung beberapa vitamin yang dibutuhkan bayi. Ini
termasuk vitamin D, E, dan K yang ditemukan dalam kolostrum, yang digunakan untuk
melawan sel darah merah. Vitamin K perlu bertindak sebagai katalis untuk proses
pembekuan dan berlimpah dalam ASI dan mudah diserap (Asturk 2017).
d. Mineral.
ASI mengandung mineral utuh. Meskipun kandungan mineral ASI relatif rendah,
namun dapat memenuhi kebutuhan bayi di bawah usia 6 bulan. Zat besi dan kalsium yang
terkandung dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil. Usus dapat menyerap
hingga 75% zat besi dalam ASI. Hal ini berbeda dengan kandungan zat besi dalam PASI
yang sekitar 510%. ASI mengandung mineral yang disebut selenium, yang dapat
meningkatkan pertumbuhan pada anak Anda (Kementerian Kesehatan RI 2015).
4. Manfaat ASI
Manfaat ASI eksklusif sangat penting bagi ibu untuk memproduksi ASI sebelum bayinya
berusia 2 tahun. Manfaat menyusui antara lain: