Disusun oleh:
dr. Albert Krisnayudha Sinuraya
dr. Andhika Aji Nugroho
dr. Patria Timotius Tarigan
dr. Resa Olivia Agustin
dr. Shaina Metadilla Putri
dr. Soraya Prilia Keliat
dr. Tulus Priharyoho
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masysrakat
Laporan F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat
Topik :
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Program Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri dari
delapan pokok bahasan, salah satunya adalah menurunkan angka kematian bayi
(AKB). Pada tahun 2015 Millenium Development Goals (MDGs) Indonesia
menargetkan penurunan sebesar 23 untuk angka kematian bayi dan balita dalam
kurun waktu 2009-2015. Oleh sebab itu, Indonesia mempunyai komitmen untuk
menurunkan angka kematian bayi dari 68/1.000 kelahiran hidup menjadi 23/1.000
kelahiran hidup dan angka kematian balita dari 97/1.000 kelahiran hidup menjadi
32/1.000 kelahiran hidup. Untuk mencapai target Millenium Development Goals
(MDGs) tahun 2015 dalam rangka menurunkan AKB, dapat dilakukan salah
satunya dengan pemberian ASI eksklusif (Depkes, 2002).
World Health Organization (WHO), United Nations Childtrens Fund
(UNICEF) dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK.Menkes
No.450/Menkes./SK/IV/2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI
eksklusif selama 0 sampai 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa
untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal, bayi
usia 0 sampai 6 bulan pertama harus diberi ASI eksklusif. Selanjutnya demi
tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu akan mulai memberikan makananpendamping
ASI dan ASI dapat dilanjutkan hingga bayi berusia sampai 2 tahun (Menkes,
2004).
Menurut laporan UNICEF tahun 2011 dalam World Breastfeeding Week
(2012), sebanyak 136.700.000 bayi dilahirkan di seluruh dunia dan hanya 32,6%
dari mereka yang mendapat ASI secara eksklusif pada usia 0 sampai 6 bulan
pertama. Hal tersebut menggambarkan cakupan pemberian ASI eksklusif di
bawah 80% dan masih sedikitnya ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi.
Berdasarkan profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 menunjukkan pemberian
ASI eksklusif di Indonesia masih sangat rendah, persentase bayi yang menyusu
eksklusif
tepat untuk bayi, zat gizi tersebut yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan
mineral. Komposisi ASI bersifat dinamis berubah dari waktu ke waktu, ada
kolostrum yang mengandung antibodi foremilk yang lebih banyak protein dan
hindmilk yang lebih banyak lemak. Zat pelindung dalam ASI, antara lain
imonoglobulin dan sel-sel darah putih hidup yang berguna untuk membantu
kekebalan tubuh bayi. Zat-zat hidup dan sel-sel yang serupa darah putih juga
berubah sesuai keadaan. Jika pada saat itu di lingkungan di sekitar bayi ada
kuman yang masuk ke tubuh ibu, tubuh ibu akan membuat zat antinya. Pada saat
keadaan itu, bayi juga akan mendapatkan kiriman zat anti tersebut lewat ASI
(Budiasih, 2006).
Menurut laporan dari expert consultation on the optimal duration of
exclusife breast feeding dalam Budiasih (2006), ada beberapa daya perlindungan
yang lebih tinggi terhadap penyakit infeksi pada bayi yang disusui eksklusif
sampai 6 bulan dibandingkan dengan ASI eksklusif 0 sampai 4 bulan. Penyakit
yang dapat dicegah antara lain menginitis bakterialis, ISPA, infeksi saluran
urugenitalis, sepsis (infeksi dalam darah), diare, diabetes pada usia muda dan
penyakit pembuluh darah koroner. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil
kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010, cakupan pemberian ASI
eksklusif hanya sekitar 57,8%. Hal ini meningkat apabila dibandingkan dengan
pencapaian ASI eksklusif tahun 2009 yaitu 40,21%. Walaupun cakupan ASI
eksklusif meningkat pada tahun 2010, namun masih dikatakan rendah apabila
dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2012 yaitu 80%
(Dinkesprov Jateng, 2011).
Berdasarkan data cakupan ASI eksklusif dari Puskesmas Gondang,
diketahui masih di bawah target yang ditetapkan yaitu 80% cakupan pemberian
ASI eksklusif. Dengan demikian cakupan pemberian ASI eksklusif masih rendah
dan masih banyak ibu yang belum memberikan ASI eksklusif pada bayi. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan evaluasim implementasi promkes asi eksklusif sehingga
diharpkan pemberian asi eksklusif dapat mencapai target ke depannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ASI
tidak
mengandung
beta-lactoglobulin
yang
kesuburan ibu akan menjadi berkurang untuk beberpa bulan dan dapat
menjarangkan kehamilan. ASI juga dapat mengurangi kemungkinan kanker
payudara pada masa yang akan datang (Gupte, 2004).
3. Komposisi ASI
5
berat jenis yang lebih besar (1,040-1,060), kandungan protein yang lebih tinggi,
vitamin larut lemak, mineral,
kandungan karbohidrat, dan lemak yang lebih rendah daripada ASI biasa.
Kolostrum mengandung IgA sekretori, leukosit, dan zat-zat imun lainnya yang
berperan dalam mekanisme pertahanan neonatus (Merenstein, 2001).
4. Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan
mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar hipofisis
anterior
untuk
memproduksi
sejumlah
prolaktin,
hormon
utama
yang
mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung
pada Refleks Let Down atau refleks ejeksi susu , dimana hisapan putting dapat
merangsang kelenjar hipofisis posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, Di
bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan
susu melalui system duktus kedalam mulut bayi (Bobak, 2005). Laktasi dapat
dianggap terdiri atas dua fase, laktogenesis, inisiasi laktasi, dan galaktopoiesis,
pemeliharaan sekresi air susu. Inisiasi laktasi berkaitan dengan penurunan
estrogen, progesteron, dari sirkulasi ibu saat persalinan. Dua hormon terpenting
yang berperan dalam laktasi adalah prolaktin yang merangsang produksi air susu,
dan oksitosin yang berperan dalam penyemprotan (ejeksi) susu
(Melvyn, 2006). Menurut (Arifin, 2004), berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat
dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae
yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam
alveolidan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan
anak. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat, dari masa laktasi. Komposisi colostrum dari hari ke hari
dapat
berubah, dan merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuningkuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature. ASI juga merupakan suatu
laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir
dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan
selanjutnya. Dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein
pada colostrum protein yang utama adalah globulin, Lebih banyak mengandung
protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan sehingga dapat memberikan
7
menyusui pada malam hari. Ibu menggunakan payudara kiri dan kanan secara
bergantian tiap kali menyusui. Disamping itu, posisi ibu bisa duduk atau
tiduran dengan suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi
menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu harus baik yaitu sebagian
besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk kemulut bayi. Apabila
payudara terasa penuh dan bayi belum mengisap secara efektif, sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan menggunakan tangan yang bersih (Depkes RI, 2005).
Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan
psikologi selama kehamilan akan menunjang keberhasilan menyusui. Seorang
ibu yang menyusui harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari kelelahan,
membuang rasa khawatir yang berlebihan danpercaya diri bahwa ASI-nya
mencukupi untuk kebutuhan bayi (Depkes RI, 1996).
6. Masalah Pemberian ASI
Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan kekurangan
jumlah sel otak sebanyak 15% 20%, sehingga menghambat perkembangan
kecerdasan bayi pada tahap selanjutnya. Ada beberapa masalah menyusui terkait
dengan ibu yaitu :
1. Pembengkakan Payudara
Pembengkakan payudara ialah respon payudara terhadap hormon-hormon
laktasi dan adanya air susu. Payudara mambengkak dan menekan saluran air
susu, sehingga bayi tidak memperoleh air susu. Rasa nyeri dapat menjalar ke
aksila. Perawatan yang lebih baik dapat dilakukan dengan menggunakan es
yang diletakkan di payudara. Es akan mengurangi pembengkakan,sehingga
sejumlah air susu yang cukup dapat dikeluarkan untuk membuat areola menjadi
lunak (Bobak, 2005). Payudara dapat menjadi sangat bengkak jika bayi tidak
sering menyusu atau kurang efisien dalam mengisap selama beberapa hari
pertama setelah ASI keluar. Payudara memang sedikit bengkak disaat sedang
mulai menyusui, bengkak yang ekstrem menyebabkan pembengkakan dari
duktus susu dalam payudara dan pembuluh daerah di area dada (Juwono,
2004).
2. Putting yang luka
Puting susu dapat terasa nyeri pada beberapa hari pertama. Puting yang luka
dapat dicegah atau dibatasi dengan mengambil posisi yang benar dan dengan
menghindari pembengkakan sebelum hal ini terjadi (Bobak, 2005).
3. Saluran Yang Tersumbat
Kadang-kadang saluran air susu tersumbat, menimbulkan nyeri di payudara,
yang terlihat bengkak dan panas. Saluran yang tersumbat ini dapat di sebabkan
oleh pengosongan payudara yang tidak baik, pemakaian bra yang terlalu ketat,
posisi menyusui yang tidak benar, atau selalu menggunakan posisi yang sama
(Bobak, 2005).
4. Affterpains
Ibu yang menyusui dapat mengalami affterpains. Affterpains lebih sering
terjadi pada ibu multipara daripada ibu primipara. Affterpains Ini dapat cukup
kuat sehingga ibu merasa tidak nyaman dan ketegangannya dapat mengganggu
proses pemberian makan pada bayi (Bobak, 2005).
5. Persepsi Tentang Jumlah Susu Yang Tidak Adekuat
Suplai air susu yang tidak cukup jarang menjadi masalah, karena isapan
menstimulasi aliran susu dalam waktu cukup lama seharusnya dapat
memberikan suplai susu dan jumlah besar (Bobak, 2005).
6. Mastitis
Mastitis merupakan suatu infeksi payudara yang disebabkan oleh bakteri dalam
sisstem duktus. Mastitis menyebabkan bengkak, panas, dan nyeri, biasanya
hanya pada satu payudara, dan juga menyebabkan ibu menyusui merasa
demam dan sakit (Juwono, 2004).
7. Masalah pada Bayi.
Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui pada bayi,
salah satu diantaranya adalah bayi tidak tahan terhadap laktosa atau
fenilketonuria. kelainan sumbing bibir atau langit-langit, dan kelainan bentuk
mulut sehingga bayi tidak dapat menghisap dengan baik.
10
BAB III
PERMASALAHAN
Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition Health
Surveillance System (NSS) bekerjasama dengan Balitbangkes dan Helen
KellerInternational di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang dan Makasar)dan
Pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel)
menunjukkan bahwa
Berikut adalah tabel target cakupan pemberian asi eksklusif Kota Nganjuk:
11
No
Target
2011
2012
2013
2014
60
65
67
70
65
67
70
75
2015
70
80
Puskesmas
Rata-rata cakupan
Sidorejo Kidul
56%
Cebongan
54,85%
Sidorejo Lor
47,52%
Mangunsari
35,66%
Kalicacing
35,02%
Gondang
29,25%
12
Jumlah Bayi
2009
2010
2011
2012
2013
0-6 bulan
1346
769
1145
1332
897
33,36
52,80
48,03
45,12
46,60
Berdasarkan data di atas dapat kita lihat bahwa angka cakupan Asi
eksklusif Kota Nganjuk cenderung mengalami penurunan. Setelah mengalami
kenaikan mencapai 52,08% pada tahun 2010, cakupan pemberian ASI eksklusif
mulai menurun menjadi 48,03% pada tahun 2011, dan semakin menurun menjadi
45,12% pada tahun 2012. Pada tahun 2013 terjadi sedikit peningkatan menjadi
46,6%. Data ini juga jauh dari harapan target cakupan Asi provinsi Jateng dan
cakupan Asi secara nasional yang mencapai 80%. Oleh karena itu penting untuk
adanya evaluasi tentang upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan pemberian
Asi eksklusif. Promosi kesehatan mengenai Asi eksklusif sangant menentukan
keberhasilan pencapaian target cakupan, hal ini erat kaitanya dengan tingkat
pemahaman Asi eksklusif itu sendiri pada ibu-ibu. Implementasi upaya promosi
kesehatan memegang peranan penting di setiap Puskesmas.
Berikut ini disajikan sebuah data di puskesmas Gondang sebagai sampling
angka cakupan riil di Pukesmas:
Tabel perbandingan cakupan Asi eksklusif Puskesmas Gondang Juni 2013,
Juni2014, Juni 2015 :
13
Wilayah
Puskesmas
Gondang
1
Gondang
Presentase (%)
eksklusif
6/2013 6/2014 6/2015 6/2013 6/2014 6/2015 6/2013 6/2014 6/2015
48
57
42
48
16
10
100%
28%
23%
2 Kumpulrejo
49
47
23
49
19
15
100%
40%
65%
30
32
36
50
15
21
100%
46%
58%
Randuacir
Dari data yang didapatkan, dapat dilihat angka perbandingan cakupan pada
bulan Juni 2013, Juni 2014, Juni 2015. Pada bulan Juni 2013 angka cakupan
mencapai 100%. Pada bulan Juni 2014 dan Juni 2015 angka cakupan masih jauh
dari target Nganjuk maupun Jateng.
BAB IV
PEMBAHASAN
Ada beberapa faktor yang membuat ibu tidak menyusui anaknya. Pertama,
gencarnya kampanye produsen susu dan makanan pengganti ASI, serta
keberhasilan upaya distributor dalam mendistribusikannya, sehingga ibu tergerak
untuk mempercayainya. Kedua, kurangnya kesadaran atau pengetahuan ibu
terhadap pemberian makanan kepada anak. Ketiga, kurangnya program
kesejahteraan sosial yang terarah, yang dijalankan oleh beberapa instansi
pemerintah di negara berkembang (Prasetyono, 2009). Kurangnya kesadaran atau
14
promosi
kesehatan.
Promosi
kesehatan
pada
hakikatnya
usaha
kalender,
dan
lain-lain.
Setiap
tahun
unit
promosi
kesehatan
15
lanjut oleh daerah atau unit lain yang memerlukannya sesuai dengan keadaan
masalah dan potensi setempat.
Dalam rangka memfasilitasi penyelenggaraan promosi kesehatan di
daerah, disusunlah berbagai panduan seperti: panduan advokasi, panduan bina
suasana, panduan pemberdayaan masyarakat dan panduan pengembangan mitra.
Menteri Kesehatan RI melalui peraturan nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang
Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia, mengajak pemberian ASI
hanya ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dapat dilanjutkan sampai
anak umur 2 tahun. Kegiatan Depkes (2005) yang dilakukan adalah : Kampanye
ASI melalui media elektronik, penyebaran materi KIE ASI (leaflet, poster,
booklet, buku), diseminasi informasi ASI Eksklusif bagi pekerja wanita melalui
kegiatan pertemuan koordinasi pengelola program kesehatan kerja daerah dan
pusat, serta pembinaan secara berjenjang. Kebijakan PP-ASI (Program Pemberian
ASI) merupakan strategi nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Upaya selanjutnya yang harus dilakukan ialah memberikan pelatihan
teknis konseling menyusui kepada konselor ASI pada sarana kesehatan dan sarana
umum. Sejauh ini Dinas Kesehatan telah melaksanakan pelatihan teknis konseling
menyusui pada 42 orang konselor ASI di Kota Nganjuk, namun sebarannya belum
merata pada seluruh sarana kesehatan. Konselor ASI terbanyak berada di Dinas
Kesehatan Kota Nganjuk yaitu sebanyak 21,43 %, sedangkan Puskesmas
Gondang hanya memiliki satu orang konselor ASI atau hanya 2,38% dari total
konselor ASI yang ada, padahal sarana kesehatan yang langsung berinteraksi
dengan masyarakat membutuhkan lebih banyak konselor. Selain itu, belum
terdapat konselor ASI bagi sarana umum.
Selanjutnya, Dinas Kesehatan harus mendorong pembentukan KP ASI.
Sejauh ini sudah terdapat satu KP ASI yaitu AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui
Indonesia) Kota Nganjuk. Namun keberadaan AIMI belum banyak diketahui oleh
masyarakat umum, bahkan terdapat beberapa tenaga kesehatan yang juga belum
mengetahui keberadaan AIMI. Selain itu, usaha untuk merujuk ibu setelah
melahirkan ke KP ASI juga belum dilaksanakan. Akses terhadap informasi dan
edukasi mengenai ASI eksklusif juga telah disediakan oleh Dinas Kesehatan,
16
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Ada beberapa faktor yang membuat ibu tidak menyusui anaknya. Pertama,
gencarnya kampanye produsen susu dan makanan pengganti ASI, serta keberhasilan
upaya distributor dalam mendistribusikannya, sehingga ibu tergerak untuk
mempercayainya. Kedua, kurangnya kesadaran atau pengetahuan ibu terhadap
pemberian makanan kepada anak. Ketiga, kurangnya program kesejahteraan sosial
yang terarah, yang dijalankan oleh beberapa instansi pemerintah di negara
berkembang.
Cakupan Asi eksklusif di Kota Nganjuk Masih jauh dari target cakupan Jawa Tengah
maupun nasional sehingga diperlukan langkah nyata yang melibatkan banyak
komponen yang terlibat dalam program ini.
SARAN
Perlu dilakukan evaluasi terhadap program Asi Eksklusif yang tengah
berjalan di setiap Puskesmas.
17
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Yesie. (2009). Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusui Dini dan
ASI Eksklusif Kepada Bidan di Kabupaten Klaten. Tesis. Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Badan Pusat Statistik, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,
Kementerian Kesehatan, MEASURE DHS, ICF International. (2012).
Survey Dasar Kesehatan Indonesia. Jakarta
Budiasih, K, S. (2008). Handbook Ibu Menyusui.Bandung : Hayati Qualita
Chumbley, Jane. (2003). Breastfeeding. London : Octopus Publishing Badan
Pusat Statistik, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,
Kementerian Kesehatan
Dinas Kesehatan. (2009). Profil Kesehatan Tahun 2009 Kota Nganjuk. Nganjuk
(2010). Profil Kesehatan Tahun 2010 Kota Nganjuk. Nganjuk (2011).
Profil Kesehatan Tahun 2011 Kota Nganjuk.
Roesli, Utami. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta :
Pustaka BundaRoesli, Utami. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI
Eksklusif. Jakarta : Pustaka Bunda
18