Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

F 1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

UPAYA PROMOSI KESEHATAN


DAN
IMPLEMENTASI PROGRAM ASI EKSKLUSIF
DI PUSKESMAS

Disusun oleh:
dr. Albert Krisnayudha Sinuraya
dr. Andhika Aji Nugroho
dr. Patria Timotius Tarigan
dr. Resa Olivia Agustin
dr. Shaina Metadilla Putri
dr. Soraya Prilia Keliat
dr. Tulus Priharyoho

INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS GONDANG KOTA NGANJUK
PERIODE JUNI 2015 OKTOBER 201

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masysrakat
Laporan F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat
Topik :

UPAYA PROMOSI KESEHATAN


DAN
IMPLEMENTASI PROGRAM ASI EKSKLUSIF
DI PUSKESMAS
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktek klinis dokter internsip
sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter
Indonesia di Puskesmas Kota Nganjuk

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal


.................................................
Mengetahui,
Dokter Pendamping

dr. Suyanto Cipto Atmojo


NIP. 19721220 200604 1 001

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Program Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri dari
delapan pokok bahasan, salah satunya adalah menurunkan angka kematian bayi
(AKB). Pada tahun 2015 Millenium Development Goals (MDGs) Indonesia
menargetkan penurunan sebesar 23 untuk angka kematian bayi dan balita dalam
kurun waktu 2009-2015. Oleh sebab itu, Indonesia mempunyai komitmen untuk
menurunkan angka kematian bayi dari 68/1.000 kelahiran hidup menjadi 23/1.000
kelahiran hidup dan angka kematian balita dari 97/1.000 kelahiran hidup menjadi
32/1.000 kelahiran hidup. Untuk mencapai target Millenium Development Goals
(MDGs) tahun 2015 dalam rangka menurunkan AKB, dapat dilakukan salah
satunya dengan pemberian ASI eksklusif (Depkes, 2002).
World Health Organization (WHO), United Nations Childtrens Fund
(UNICEF) dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK.Menkes
No.450/Menkes./SK/IV/2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI
eksklusif selama 0 sampai 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa
untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal, bayi
usia 0 sampai 6 bulan pertama harus diberi ASI eksklusif. Selanjutnya demi
tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu akan mulai memberikan makananpendamping
ASI dan ASI dapat dilanjutkan hingga bayi berusia sampai 2 tahun (Menkes,
2004).
Menurut laporan UNICEF tahun 2011 dalam World Breastfeeding Week
(2012), sebanyak 136.700.000 bayi dilahirkan di seluruh dunia dan hanya 32,6%
dari mereka yang mendapat ASI secara eksklusif pada usia 0 sampai 6 bulan
pertama. Hal tersebut menggambarkan cakupan pemberian ASI eksklusif di
bawah 80% dan masih sedikitnya ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi.
Berdasarkan profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 menunjukkan pemberian
ASI eksklusif di Indonesia masih sangat rendah, persentase bayi yang menyusu
eksklusif

0 sampai 6 bulan hanya 61,5%. Hal ini disebabkan kesadaran

masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI eksklusif masih relatif


rendah (Kemenkes, 2012). ASI memiliki beberapa kandungan zat gizi yang sangat
3

tepat untuk bayi, zat gizi tersebut yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan
mineral. Komposisi ASI bersifat dinamis berubah dari waktu ke waktu, ada
kolostrum yang mengandung antibodi foremilk yang lebih banyak protein dan
hindmilk yang lebih banyak lemak. Zat pelindung dalam ASI, antara lain
imonoglobulin dan sel-sel darah putih hidup yang berguna untuk membantu
kekebalan tubuh bayi. Zat-zat hidup dan sel-sel yang serupa darah putih juga
berubah sesuai keadaan. Jika pada saat itu di lingkungan di sekitar bayi ada
kuman yang masuk ke tubuh ibu, tubuh ibu akan membuat zat antinya. Pada saat
keadaan itu, bayi juga akan mendapatkan kiriman zat anti tersebut lewat ASI
(Budiasih, 2006).
Menurut laporan dari expert consultation on the optimal duration of
exclusife breast feeding dalam Budiasih (2006), ada beberapa daya perlindungan
yang lebih tinggi terhadap penyakit infeksi pada bayi yang disusui eksklusif
sampai 6 bulan dibandingkan dengan ASI eksklusif 0 sampai 4 bulan. Penyakit
yang dapat dicegah antara lain menginitis bakterialis, ISPA, infeksi saluran
urugenitalis, sepsis (infeksi dalam darah), diare, diabetes pada usia muda dan
penyakit pembuluh darah koroner. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil
kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010, cakupan pemberian ASI
eksklusif hanya sekitar 57,8%. Hal ini meningkat apabila dibandingkan dengan
pencapaian ASI eksklusif tahun 2009 yaitu 40,21%. Walaupun cakupan ASI
eksklusif meningkat pada tahun 2010, namun masih dikatakan rendah apabila
dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2012 yaitu 80%
(Dinkesprov Jateng, 2011).
Berdasarkan data cakupan ASI eksklusif dari Puskesmas Gondang,
diketahui masih di bawah target yang ditetapkan yaitu 80% cakupan pemberian
ASI eksklusif. Dengan demikian cakupan pemberian ASI eksklusif masih rendah
dan masih banyak ibu yang belum memberikan ASI eksklusif pada bayi. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan evaluasim implementasi promkes asi eksklusif sehingga
diharpkan pemberian asi eksklusif dapat mencapai target ke depannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi ASI Eksklusif


Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu,
yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (WHO, 2004). ASI eksklusif adalah
pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur
nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI
eksklusif ini (Depkes RI, 2004). ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup
bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI
eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi (WHO, 2001).
2. Manfaat ASI dan Menyusui
Keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusu eksklusif hingga
enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia
enam bulan, keuntungan menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama
pemberian ASI sampai dua tahun.
a. Manfaat ASI untuk bayi
ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga melindungi infeksi
gastrointestinal.

ASI

tidak

mengandung

beta-lactoglobulin

yang

dapatmenyebabkan alergi pada bayi. ASI juga mengandung zat pelindung


(antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti:
Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4
b. Manfaat ASI untuk ibu
Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI dapat meningkatkan
kesehatan dan kecerdasan bayi serta meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan
anak (bonding) (Gupte, 2004). Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat
memberikan kehidupan kepada bayinya dan hubungan yang lebih erat karena
secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan
emosional antara ibu dan anak. Dengan menyusui, rahim ibu akan berkontraksi
yang dapat menyebabkan pengembalian rahim keukuran sebelum hamil serta
mempercepat berhentinya pendarahan post

partum. Dengan menyusui

kesuburan ibu akan menjadi berkurang untuk beberpa bulan dan dapat
menjarangkan kehamilan. ASI juga dapat mengurangi kemungkinan kanker
payudara pada masa yang akan datang (Gupte, 2004).
3. Komposisi ASI
5

Keadaan yang menguntungkan dari ASI meliputi asam amino dan


kandungan protein yang optimal untuk bayi normal. Asam lemak esensial dalam
jumlah yang berlimpah tetapi tidak berlebihan, kandungan natrium yang relatif
rendah tetapi adekuat, beban solut yang rendah dibandingkan dengan susu sapi,
dan absorbs yang sangat baik untuk zat besi, kalsium dan seng, yang menyediakan
jumlah yang adekuat dari zat-zat nutrisi ini untuk bayi yang disusui ASI secara
penuh selama 4-6 bulan (Merenstein, 2001).

ASI tidak saja mengandung

makronutrien, vitamin,dan mineral tatapi juga faktor pertumbuhan, hormon, dan


faktor protektif. Paling sedikit terdapat 100 komponen pada ASI, termasuk zat
yang belum teridentifikasi dan belum jelas perannya. Dalam alquran, ASI disebut
sebagai darah putih. Hal ini merupakan penjelasan yang sangat tepat karena
susu awal memiliki lebih banyak sel darah putih daripada darah sendiri. Sifat
khas manusia adalah otak yang besar dan rumit, yang mengalami banyak
perkembangan selama 2 tahun pertama. ASI menyediakan laktosa, sistein,
kolestrol, dan tromboplastin yang diperlukan untuk sintesis jaringan system syaraf
pusat. Namun, karena ASI

merupakan nutrisi yang sempurna, analisis

komponenya memungkinkan kita memproduksi pengganti untuk ditambahkan


kedalam susu formula. Maka dari itu, susu formula tidak akan secara sempurna
menyerupai ASI. Walaupun ASI mungkin dapat dianggap nutrisi yang sempurna,
komposisinya bervariasi. Komposisi ASI bervariasi dari orang ke orang, dari satu
periode laktasi ke periode lain, dan setiap jam dalam sehari. Adapun komposisi
ASI antara lain mengandung protein, lemak, karbohidrat, garam mineral, air,
Vitamin seperti pada kolostrum (Melvyn, 2006). Kolostrum mengandung zat
kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental dan berwarna kekuning-kuningan.
Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI
pada hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi.
Pemberian air gula, air tajin dan masakan pralaktal (sebelum ASI lancar
diproduksi) lain harus dihindari (Depkes RI, 2005). Kolostrum merupakan sekresi
payudara yang bersifat alkali, yang mungkin mulai dihasilkan selama bulan-bulan
terakhir kehamilan dan pada 2- 4 hari pertama setelah melahirkan. Mempunyai

berat jenis yang lebih besar (1,040-1,060), kandungan protein yang lebih tinggi,
vitamin larut lemak, mineral,
kandungan karbohidrat, dan lemak yang lebih rendah daripada ASI biasa.
Kolostrum mengandung IgA sekretori, leukosit, dan zat-zat imun lainnya yang
berperan dalam mekanisme pertahanan neonatus (Merenstein, 2001).
4. Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan
mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar hipofisis
anterior

untuk

memproduksi

sejumlah

prolaktin,

hormon

utama

yang

mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung
pada Refleks Let Down atau refleks ejeksi susu , dimana hisapan putting dapat
merangsang kelenjar hipofisis posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, Di
bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan
susu melalui system duktus kedalam mulut bayi (Bobak, 2005). Laktasi dapat
dianggap terdiri atas dua fase, laktogenesis, inisiasi laktasi, dan galaktopoiesis,
pemeliharaan sekresi air susu. Inisiasi laktasi berkaitan dengan penurunan
estrogen, progesteron, dari sirkulasi ibu saat persalinan. Dua hormon terpenting
yang berperan dalam laktasi adalah prolaktin yang merangsang produksi air susu,
dan oksitosin yang berperan dalam penyemprotan (ejeksi) susu
(Melvyn, 2006). Menurut (Arifin, 2004), berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat
dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae
yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam
alveolidan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan
anak. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat, dari masa laktasi. Komposisi colostrum dari hari ke hari

dapat

berubah, dan merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuningkuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature. ASI juga merupakan suatu
laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir
dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan
selanjutnya. Dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein
pada colostrum protein yang utama adalah globulin, Lebih banyak mengandung
protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan sehingga dapat memberikan
7

daya perlindungan tubuh terhadap infeksi. Lebih banyak mengandung antibodi


dibandingkan ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi
sampai 6 bulan pertama. Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya
dibandingkan dengan ASI Mature. Total energi lebih rendah dibandingkan ASI
Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum. Vitamin larut lemak lebih tinggi.
Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Bila
dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak. PH lebih alkalis dibandingkan ASI
Mature. Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di
bandingkan ASI Mature. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein
di dalam usus bayi menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar
antobodi pada bayi. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature. Disekresi dari
hari ke 4 hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat
bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 ke 5. Kadar protein
semakin rendah,sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi serta
volume semakin meningkat.
3. Air Susu mature
merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu
ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan. ASI matur ini juga
merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang
mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang
diberikan selama 6 bulan pertamabagi bayi. Air susu matur merupakan cairan
putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflavin dan
karotin.Tidak menggumpal bila dipanaskan.Volume: 300 850 ml/24 jam.
Terdapat anti microbaterial factor,yaitu: Antibodi terhadap bakteri dan virus,
Enzim (lysozime,lactoperoxidese), Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein),
Faktorresisten terhadap staphylococcus, Complecement ( C3 dan C4 5. Pola
pemberian ASI ). Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, selain tidak
memberikan makanan lain perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik
dan benar yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin termasuk

menyusui pada malam hari. Ibu menggunakan payudara kiri dan kanan secara
bergantian tiap kali menyusui. Disamping itu, posisi ibu bisa duduk atau
tiduran dengan suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi
menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu harus baik yaitu sebagian
besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk kemulut bayi. Apabila
payudara terasa penuh dan bayi belum mengisap secara efektif, sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan menggunakan tangan yang bersih (Depkes RI, 2005).
Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan
psikologi selama kehamilan akan menunjang keberhasilan menyusui. Seorang
ibu yang menyusui harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari kelelahan,
membuang rasa khawatir yang berlebihan danpercaya diri bahwa ASI-nya
mencukupi untuk kebutuhan bayi (Depkes RI, 1996).
6. Masalah Pemberian ASI
Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan kekurangan
jumlah sel otak sebanyak 15% 20%, sehingga menghambat perkembangan
kecerdasan bayi pada tahap selanjutnya. Ada beberapa masalah menyusui terkait
dengan ibu yaitu :
1. Pembengkakan Payudara
Pembengkakan payudara ialah respon payudara terhadap hormon-hormon
laktasi dan adanya air susu. Payudara mambengkak dan menekan saluran air
susu, sehingga bayi tidak memperoleh air susu. Rasa nyeri dapat menjalar ke
aksila. Perawatan yang lebih baik dapat dilakukan dengan menggunakan es
yang diletakkan di payudara. Es akan mengurangi pembengkakan,sehingga
sejumlah air susu yang cukup dapat dikeluarkan untuk membuat areola menjadi
lunak (Bobak, 2005). Payudara dapat menjadi sangat bengkak jika bayi tidak
sering menyusu atau kurang efisien dalam mengisap selama beberapa hari
pertama setelah ASI keluar. Payudara memang sedikit bengkak disaat sedang
mulai menyusui, bengkak yang ekstrem menyebabkan pembengkakan dari
duktus susu dalam payudara dan pembuluh daerah di area dada (Juwono,
2004).
2. Putting yang luka

Puting susu dapat terasa nyeri pada beberapa hari pertama. Puting yang luka
dapat dicegah atau dibatasi dengan mengambil posisi yang benar dan dengan
menghindari pembengkakan sebelum hal ini terjadi (Bobak, 2005).
3. Saluran Yang Tersumbat
Kadang-kadang saluran air susu tersumbat, menimbulkan nyeri di payudara,
yang terlihat bengkak dan panas. Saluran yang tersumbat ini dapat di sebabkan
oleh pengosongan payudara yang tidak baik, pemakaian bra yang terlalu ketat,
posisi menyusui yang tidak benar, atau selalu menggunakan posisi yang sama
(Bobak, 2005).
4. Affterpains
Ibu yang menyusui dapat mengalami affterpains. Affterpains lebih sering
terjadi pada ibu multipara daripada ibu primipara. Affterpains Ini dapat cukup
kuat sehingga ibu merasa tidak nyaman dan ketegangannya dapat mengganggu
proses pemberian makan pada bayi (Bobak, 2005).
5. Persepsi Tentang Jumlah Susu Yang Tidak Adekuat
Suplai air susu yang tidak cukup jarang menjadi masalah, karena isapan
menstimulasi aliran susu dalam waktu cukup lama seharusnya dapat
memberikan suplai susu dan jumlah besar (Bobak, 2005).
6. Mastitis
Mastitis merupakan suatu infeksi payudara yang disebabkan oleh bakteri dalam
sisstem duktus. Mastitis menyebabkan bengkak, panas, dan nyeri, biasanya
hanya pada satu payudara, dan juga menyebabkan ibu menyusui merasa
demam dan sakit (Juwono, 2004).
7. Masalah pada Bayi.
Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui pada bayi,
salah satu diantaranya adalah bayi tidak tahan terhadap laktosa atau
fenilketonuria. kelainan sumbing bibir atau langit-langit, dan kelainan bentuk
mulut sehingga bayi tidak dapat menghisap dengan baik.

10

BAB III
PERMASALAHAN
Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition Health
Surveillance System (NSS) bekerjasama dengan Balitbangkes dan Helen
KellerInternational di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang dan Makasar)dan
Pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel)
menunjukkan bahwa

cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4-12

%, sedangkan di pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI Eksklusif 5-6 bulan di


perkotaan berkisar antara 1-13%, sedangkan di pedesaan 2-13%.
Telah dijelaskan bahwa pemberian Asi eksklusif berpengaruh terhadap
angka kematian bayi secara global, hal ini diperjelas dengan berbagai macam
peneliatian dan laporan data di lapangan. Selain itu, pemeberian Asi eksklusif juga
memiliki banyak manfaat bagi ibu. Bagi seorang Ibu, pemberian ASI eksklusif
bermanfaat untuk mengurangi resiko kanker payudara dan lusif; mencegah
pendarahan pasca-persalinan dan mempercepat pengembalian rahim ke bentuk
semula; mencegah anemia karena defisiensi zat besi; mempercepat berat badan
ibu kembali ke berat badan semula sebelum hamil sehingga mengurangi resiko
obesitas; menyusui dapat menunda kesuburan ibu ovarium sebanyak 25%
dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui secara eksksehingga menjarangkan
kehamilan; dan menimbulkan perasaan dibutuhkan bagi seorang ibu, sekaligus
mengurangi 4,8 kali tindakan kekerasan dan menelantarkan anak. (Budiasih,
2002:76-77). Pada kenyataannya upaya pemberian Asi ekslusif di Kota Nganjuk
masih kurang dari target, menarik untuk kita cermati data pada Dinas Kesehatan
Kota Nganjuk.

Berikut adalah tabel target cakupan pemberian asi eksklusif Kota Nganjuk:

11

No

Target

2011

2012

2013

2014

Target Kota Nganjuk

60

65

67

70

Target Provinsi Jateng

65

67

70

75

2015

70

80

Grafik Perbandingan Target Cakupan Asi Eklusif Nganjuk Dan Jateng

Tabel RataRrata Cakupan Asi Eklsusif Puskesmas Se-Nganjuk 5 tahun terakhir


No

Puskesmas

Rata-rata cakupan

Sidorejo Kidul

56%

Cebongan

54,85%

Sidorejo Lor

47,52%

Mangunsari

35,66%

Kalicacing

35,02%

Gondang

29,25%

12

Semenjak lima tahun terakhir Puskesmas yang memiliki rata-rata cakupan


ASI eksklusif tertinggi ialah Puskesmas Sidorejo Kidul dengan rata-rata cakupan
selama lima tahun terakhir sebanyak 56%, posisi kedua diraih oleh Puskesmas
Cebongan sebanyak 54,85. Posisi ketiga ditempati oleh Puskesmas Sidorejo Lor
dengan rata-rata cakupan sebanyak 47,52%. Dibawahnya terdapat Puskesmas
Mangunsari dengan rata-rata cakupan sebanyak 35,66%. Puskesmas Kalicacing
memiliki rata-rata cakupan sebanyak 35,02% dan posisi terakhir ditempati oleh
Puskesmas Gondang dengan rata-rata cakupan mencapai 29,24%.
Tabel cakupan Asi Eksklusif Kota Nganjuk
Tahun

Jumlah Bayi

2009
2010
2011
2012
2013

0-6 bulan
1346
769
1145
1332
897

Jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif


JUMLAH
%
449
406
550
601
418

33,36
52,80
48,03
45,12
46,60

Berdasarkan data di atas dapat kita lihat bahwa angka cakupan Asi
eksklusif Kota Nganjuk cenderung mengalami penurunan. Setelah mengalami
kenaikan mencapai 52,08% pada tahun 2010, cakupan pemberian ASI eksklusif
mulai menurun menjadi 48,03% pada tahun 2011, dan semakin menurun menjadi
45,12% pada tahun 2012. Pada tahun 2013 terjadi sedikit peningkatan menjadi
46,6%. Data ini juga jauh dari harapan target cakupan Asi provinsi Jateng dan
cakupan Asi secara nasional yang mencapai 80%. Oleh karena itu penting untuk
adanya evaluasi tentang upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan pemberian
Asi eksklusif. Promosi kesehatan mengenai Asi eksklusif sangant menentukan
keberhasilan pencapaian target cakupan, hal ini erat kaitanya dengan tingkat
pemahaman Asi eksklusif itu sendiri pada ibu-ibu. Implementasi upaya promosi
kesehatan memegang peranan penting di setiap Puskesmas.
Berikut ini disajikan sebuah data di puskesmas Gondang sebagai sampling
angka cakupan riil di Pukesmas:
Tabel perbandingan cakupan Asi eksklusif Puskesmas Gondang Juni 2013,
Juni2014, Juni 2015 :

13

Wilayah
Puskesmas
Gondang
1

Gondang

Jumlah bayi 0-6

Yang mendapat Asi

Presentase (%)

eksklusif
6/2013 6/2014 6/2015 6/2013 6/2014 6/2015 6/2013 6/2014 6/2015
48

57

42

48

16

10

100%

28%

23%

2 Kumpulrejo

49

47

23

49

19

15

100%

40%

65%

30

32

36

50

15

21

100%

46%

58%

Randuacir

Dari data yang didapatkan, dapat dilihat angka perbandingan cakupan pada
bulan Juni 2013, Juni 2014, Juni 2015. Pada bulan Juni 2013 angka cakupan
mencapai 100%. Pada bulan Juni 2014 dan Juni 2015 angka cakupan masih jauh
dari target Nganjuk maupun Jateng.

BAB IV
PEMBAHASAN
Ada beberapa faktor yang membuat ibu tidak menyusui anaknya. Pertama,
gencarnya kampanye produsen susu dan makanan pengganti ASI, serta
keberhasilan upaya distributor dalam mendistribusikannya, sehingga ibu tergerak
untuk mempercayainya. Kedua, kurangnya kesadaran atau pengetahuan ibu
terhadap pemberian makanan kepada anak. Ketiga, kurangnya program
kesejahteraan sosial yang terarah, yang dijalankan oleh beberapa instansi
pemerintah di negara berkembang (Prasetyono, 2009). Kurangnya kesadaran atau
14

pengetahuan tentang pentingnya ASI eksklusif akan berdampak pada rendahnya


motivasi ibu dalam penerapan ASI eksklusif.
Motivasi yang dimiliki ibu adalah faktor penentu dalam meningkatan
penggunaan ASI. Dalam hal ini diperlukan bantuan petugas kesehatan untuk
memberikan perhatian, nasehat, serta pengarahan yang tepat sehingga dapat
menambah keyakinan ibu bahwa mereka dapat menyusui dengan sukses (Roesli,
2008). Dengan demikian maka perlu diadakan suatu promosi kesehatan agar
masalah rendahnya motivasi ibu terhadap ASI eksklusif dapat teratasi. Dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu
dapat memiliki motivasi kesehatan yang lebih baik. Sehingga ibu akan dengan
sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan mengubah motivasi
ibu dalam penerapan ASI eksklusif menjadi lebih baik.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah termasuk melakukan
upaya

promosi

kesehatan.

Promosi

kesehatan

pada

hakikatnya

usaha

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu,


dengan harapan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh
pengetahuan, akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku
(Notoatmodjo,2005).
Rencana Strategis Departemen Kesehatan RI 2005-2009 menggariskan
bahwa tujuan promosi kesehatan adalah memberdayakan individu, keluarga, dan
masyarakat agar mau menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan
upaya kesehatan yang bersumber masyarakat. Kegiatan pokoknya adalah dengan
pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE) mencakup mengembangkan media promosi kesehatan, dan
melaksanakan dukungan administratif dan operasional pelaksanaan program
promosi kesehatan. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan media cetak,
elektronik maupun media ruang. Dalam hal ini media diposisikan untuk membuat
suasana yang kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap
kesehatan. Melalui media cetak telah dikembangkan berbagai leaflet, brosur,
poster,

kalender,

dan

lain-lain.

Setiap

tahun

unit

promosi

kesehatan

memproduksinya terutama semacam proto type agar dapat dikembangkan lebih

15

lanjut oleh daerah atau unit lain yang memerlukannya sesuai dengan keadaan
masalah dan potensi setempat.
Dalam rangka memfasilitasi penyelenggaraan promosi kesehatan di
daerah, disusunlah berbagai panduan seperti: panduan advokasi, panduan bina
suasana, panduan pemberdayaan masyarakat dan panduan pengembangan mitra.
Menteri Kesehatan RI melalui peraturan nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang
Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia, mengajak pemberian ASI
hanya ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dapat dilanjutkan sampai
anak umur 2 tahun. Kegiatan Depkes (2005) yang dilakukan adalah : Kampanye
ASI melalui media elektronik, penyebaran materi KIE ASI (leaflet, poster,
booklet, buku), diseminasi informasi ASI Eksklusif bagi pekerja wanita melalui
kegiatan pertemuan koordinasi pengelola program kesehatan kerja daerah dan
pusat, serta pembinaan secara berjenjang. Kebijakan PP-ASI (Program Pemberian
ASI) merupakan strategi nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Upaya selanjutnya yang harus dilakukan ialah memberikan pelatihan
teknis konseling menyusui kepada konselor ASI pada sarana kesehatan dan sarana
umum. Sejauh ini Dinas Kesehatan telah melaksanakan pelatihan teknis konseling
menyusui pada 42 orang konselor ASI di Kota Nganjuk, namun sebarannya belum
merata pada seluruh sarana kesehatan. Konselor ASI terbanyak berada di Dinas
Kesehatan Kota Nganjuk yaitu sebanyak 21,43 %, sedangkan Puskesmas
Gondang hanya memiliki satu orang konselor ASI atau hanya 2,38% dari total
konselor ASI yang ada, padahal sarana kesehatan yang langsung berinteraksi
dengan masyarakat membutuhkan lebih banyak konselor. Selain itu, belum
terdapat konselor ASI bagi sarana umum.
Selanjutnya, Dinas Kesehatan harus mendorong pembentukan KP ASI.
Sejauh ini sudah terdapat satu KP ASI yaitu AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui
Indonesia) Kota Nganjuk. Namun keberadaan AIMI belum banyak diketahui oleh
masyarakat umum, bahkan terdapat beberapa tenaga kesehatan yang juga belum
mengetahui keberadaan AIMI. Selain itu, usaha untuk merujuk ibu setelah
melahirkan ke KP ASI juga belum dilaksanakan. Akses terhadap informasi dan
edukasi mengenai ASI eksklusif juga telah disediakan oleh Dinas Kesehatan,

16

namun penyediaanya perlu dilakukan secara berkelanjutan karena sasaran


program selalu berubah setiap waktu.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Ada beberapa faktor yang membuat ibu tidak menyusui anaknya. Pertama,
gencarnya kampanye produsen susu dan makanan pengganti ASI, serta keberhasilan
upaya distributor dalam mendistribusikannya, sehingga ibu tergerak untuk
mempercayainya. Kedua, kurangnya kesadaran atau pengetahuan ibu terhadap
pemberian makanan kepada anak. Ketiga, kurangnya program kesejahteraan sosial
yang terarah, yang dijalankan oleh beberapa instansi pemerintah di negara
berkembang.

Cakupan Asi eksklusif di Kota Nganjuk Masih jauh dari target cakupan Jawa Tengah
maupun nasional sehingga diperlukan langkah nyata yang melibatkan banyak
komponen yang terlibat dalam program ini.

SARAN
Perlu dilakukan evaluasi terhadap program Asi Eksklusif yang tengah
berjalan di setiap Puskesmas.

17

DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Yesie. (2009). Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusui Dini dan
ASI Eksklusif Kepada Bidan di Kabupaten Klaten. Tesis. Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Badan Pusat Statistik, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,
Kementerian Kesehatan, MEASURE DHS, ICF International. (2012).
Survey Dasar Kesehatan Indonesia. Jakarta
Budiasih, K, S. (2008). Handbook Ibu Menyusui.Bandung : Hayati Qualita
Chumbley, Jane. (2003). Breastfeeding. London : Octopus Publishing Badan
Pusat Statistik, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,
Kementerian Kesehatan
Dinas Kesehatan. (2009). Profil Kesehatan Tahun 2009 Kota Nganjuk. Nganjuk
(2010). Profil Kesehatan Tahun 2010 Kota Nganjuk. Nganjuk (2011).
Profil Kesehatan Tahun 2011 Kota Nganjuk.
Roesli, Utami. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta :
Pustaka BundaRoesli, Utami. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI
Eksklusif. Jakarta : Pustaka Bunda

18

Anda mungkin juga menyukai