Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GIZI REPRODUKSI

GIZI KESEHATAN REPRODUKSI MANAJEMEN DAN KONSELING


ASI EKSLUSIF

KELOMPOK 5
Martha Fajariyanti 25000118120001
Yeyen Edita Kurnianty 25000118140347

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULLUAN

A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) akan dihasilkan oleh setiap ibu paska melahirkan. ASI
merupakan makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi
yang mudah dicerna dan mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan
sempurna untuk tumbuh kembang bayi. ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang
diberikan pada enam bulan pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan
pendamping lain (Roesli, 2008; Wiji 2013; Kemenkes RI, 2017).
Pemberian hanya ASI saja tanpa menambah makanan atau minuman lain
hingga bayi berusia 6 bulan (Asi Eksklusif). Sejak usia 6 bulan dilanjutkan
dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat disamping
ASI dan melanjutkan pemberian ASI hingga anak berusia 2 tahun (Kemenkes RI,
2017).
Pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi disebabkan karena ASI
Eksklusif merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) sejak dini. WHO merekomendasikan agar melakukan inisiasi
menyusui dalam satu jam pertama kehidupan, bayi hanya menerima ASI tanpa
tambahan makanan atau minuman, termasuk air, menyusui sesuai permintaan atau
sesering yang diinginkan bayi, dan tidak menggunakan botol atau dot (WHO,
2018).
Beberapa faktor diduga menyebabkan bayi tidak mendapatkan ASI dengan
baik.Faktor tersebut adalah faktor karakteristik ibu, faktor bayi, lingkungan,
dukungan keluarga, pendidikan kesehatan, sosial ekonomi dan budaya. Selain itu,
berdasarkan beberapa laporan studi tentang permasalahan pemberian ASI
Eksklusif menemukan faktor-faktor tidak diberikannya ASI eksklusif pada bayi
adalah karena pengetahuan ibu yang kurang, sikap ibu terhadap pemberian asi
ekslusif, ibu sibuk bekerja, pendidikan ibu yang rendah, gencarnya periklanan
tentang penggunaan susu formula, kurangnya sekresi ASI, persepsi tentang bayi
tanpa diberi makanan tambahan akan menjadi lapar dan pengetahuan ibu tentang
ASI kurang (Roesli,2012).
Salah satu upaya meningkatkan pemberian ASI Ekslusif dapat dilakukan
dengan pemberian konseling. Konseling adalah suatu proses komunikasi
interpersonal dua arah antara konselor dan klien untuk membantu klien mengatasi
dan membuat keputusan yang benar dalam mengatasi masalah kesehatan yang
dihadapi. Konseling adalah suatu hubungan professional antara seorang konselor
terlatih dan seorang klien (Yulifa, 2009; Supariasa, 2011; Saifudin, 2011).
Rendahnya pemberian ASI merupakan ancaman bagi tumbuh kembang anak
yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan kualitas SDM
secara umum. Keadaan kurang gizi ini dapat diatasi salah satunya dengan
pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan dan dilanjutkan
sampai 2 tahun sesuai anjuran WHO, namun banyak hal yang menjadi
penghambat ibu untuk memberikan ASI seperti pekerjaan, sikap, kurangnya
pengetahuan dan informasi serta dukungan yang berdampak pada tertundanya
pemberian ASI secara dini Dalam rangka meningkatkan promosi ASI eksklusif
tidak terlepas dari peranan petugas kesehatan serta didukung dari ibu, keluarga
dan masyarakat. Pemberian informasi tentang ASI eksklusif yang tepat dan benar
akan meningkatkan pemahaman ibu untuk menyusui eksklusif 6 bulan (Intan,
2011; Wibowo, 2016).
B. Tujuan
Untuk mengetahui tentang gizi kesehatan reproduksi manajemen dan konseling
asi ekslusif pada ibu menyusui.
C. Manfaat
Dapat menjadi sarana dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta
sebagai penerapan ilmu kesehatan masyatakat. Sehubungan dengan gizi kesehatan
reproduksi manajemen dan konseling asi ekslusif pada ibu menyusui.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tentang Pentingnya Zat Gizi Pada Ibu Menyusui

Sebagian besar kebutuhan gizi ibu menyusui akan lebih tinggi daripada ibu
hamil. Ibu menyusui memerlukan gizi untuk pemulihan pasca melahirkan dan
untuk produksi ASI bagi bayinya. Ibu menyusui perlu penyesuaian psikologik
pasca melahirkan.
Gizi ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu yang akan
diberikan kepada bayi untuk pertumbuhan.Apabila pemberian ASI berhasil
dengan baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus
otot serta kebiasaan makan yang baik juga.
Asupan makanan bagi ibu menyusui tidaklah terlalu ketat, sebenarnya tidak
ada pantangan dalam mengatur makanan, yang terpenting adalah makanan yang
dapat menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan bayi. Dalam penyusunan menu bagi ibu menyusui
ada beberapa syarat yang penting untuk dipenuhi yaitu seimbang, sesuai
kebutuhan dan tidak ada pantangan makanan (kecuali ibu memang alergi bahan
makanan tertentu), mudah dicerna dan tidak terlalu merangsang pencernaan.
Pemberian ASI secara dini dan ekslusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan
membantu mencegah berbagai penyakit anak, termasuk gangguan lambung dan
saluran nafas, terutama asma pada anak-anak. Hal ini disebabkan adanya antibody
penting yang ada dalam kolostrum ASI (dalam jumlah yang lebih sedikit), akan
melindungi bayi baru lahir dan mencegah timbulnya alergi. Untuk alasan tersebut,
semua bayi baru lahir harus mendapatkan kolostrum. Selain itu inisiasi menyusu
dini dan ASI ekslusif. selama 6 bulan pertama dapat mencegah kematian bayi dan
infant yang lebih besar dengan mereduksi risiko penyakit infeksi, hal ini karena:
1. Adanya kolostrum yang merupakan susu pertama yang mengandung
sejumlah besar faktor protektif yang memberikan proteksi aktif dan pasif
terhadap berbagai jenis pathogen.
2. ASI esklusif dapat mengeliminasi mikroorganisme pathogen yang yang
terkontaminasi melalui air, makanan atau cairan lainnya. Juga dapat
mencegah kerusakan barier imunologi dari kontaminasi atau zat-zat
penyebab alergi pada susu formula atau makanan.

B. Kaitan Antara Gizi Dengan Proses Menyusui


Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi ibu, diantaranya adalah
asupan makanan. Asupan energy dan protein merupakan penyebab langsung
terjadinya masalah gizi selain infeksi (Supariasa, 2001). Asupan gizi adalah
susunan makanan yang dikonsumsi setiap hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh
dalam satu hidangan (Almatsier, 2004). Pada waktu menyusui ibu harus makan-
makanan yang cukup agar mampu menghasilkan ASI yang cukup bagi bayinya,
memulihkan kesehatan setelah melahirkan dan memenuhi kebutuhan nutrisi yang
meningkat karena kegiatan sehari-hari yang bertambah. Ibu menyusui
memerlukan zat gizi lebih banyak dari pada saat hamil. Banyaknya makanan ibu
menyusui disesuaikan umur bayi dan kebutuhan gizi ibu ( Dep. Kes RI 2002 ).
Asupan gizi yang kurang menyebabkan kebutuhan gizi yang diperlukan
untuk memproduksi ASI diambil dari tubuh ibu. Jika keadaan ini dibiarkan
berlarut-larut, maka selain kondisi tubuh ibu akan terganggu, produksi ASI pun
akan berkurang, kualitasnya menurun, dan jangka waktu menyusui menjadi relatif
singkat (Kasdu, 2001). Asupan gizi yang dikonsumsi baik dan sesuai dengan
seimbang diharapkan dapat membantu produksi ASI responden dapat mencukupi
kebutuhan bayinya.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin baik asupan gizi yang dimakan
oleh ibu menyusui, maka akan berpengaruh terhadap produksi ASI nya. Hasil
penelitian ini didukung dengan pendapat Nugroho (2009) bahwa pembentukan air
susu ibu salah satunya dipengaruhi oleh hormon prolaktin. Hormon prolaktin
merupakan hormon utama yang mengendalikan dan menyebabkan keluarnya air
susu ibu. Hormon ini mengatur sel-sel dalam alveoli agar memperoduksi air susu.
Pengeluaran hormon prolaktin akan terhambat apabila ibu dalam keadaan gizi ibu
yang buruk. Apabila gizi ibu baik maka akan memacu sekresi prolaktin yang akan
merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga keluar prolaktin. gizi
seimbang pada saat menyusui merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi ibu
yang menyusui.
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi ASI, yang
sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Ibu menyusui tidaklah terlalu
ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang menjamin
pembentukan ASI yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayinya.
C. Masalah Gizi Pada Ibu Menyusui
a. Anemia zat gizi besi
Anemia adalah kurangnya masa sel darah merah. Atau dalam kondisi lain,
ditemukannya kurangnya kadar Hb di  dalam darah. Kurangnya sel darah
merah ini mengakibatkan penyebaran oksigen ke seluruh organ tubuh menjadi
berkurang. Anemia sangat berbahaya bagi kesehatan Ibu dan bayinya, seperti:
 Perasaan depresi setelah melahirkan karena menurunnya energi dan
kinerja fisik Ibu
 Respon imun tubuh Ibu menurun, ini dapat menyebabkan saluran ASI
tersumbat sehingga berisiko terjadinya peradangan pada kelenjar susu.
Jika puting Ibu terluka dalam proses menyusui, penyembuhannya bisa
menjadi lebih lama, dimana akan mengganggu produksi ASI
 Meningkatnya risiko anemia pada bayi yang diberi ASI, dimana ini
dapat berpengaruh pada perkembangan fisik dan mentalnya, seperti
tingkat intelejensinya menurun dan daya tahan tubuhnya berkurang
sehingga rentan terhadap infeksi
 Bayi yang menerima ASI dari ibu yang anemia juga berisiko
kehilangan kesempatan mendapat nutrisi terbaik untuk otaknya dalam
periode emas hidupnya, yaitu usia 0 – 2 tahun
b. Kekurangan Vitamin A
Menambah asupan makanan yang mengandung vitamin A diantaranya
adalah wotel, pepaya, tomat. Sumber vitamin A lain juga bisa didapatkan
dengan suplementasi vitamin A 200.000 SI oleh tenaga kesehatan setelah
melahirkan dan kedua selambat-lambatnya 6 minggu setelah mengonsumsi
tablet yang pertama.
c. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (Gaky)
Kekurangan asupan yodium menyebabkan penurunan produksi hormon
tiroid di dalam tubuh hingga menyebabkan penyakit hipotiroid dan penyakit
gondok. Hormon tiroid berperan besar dalam mengatur berbagai fungsi
anggota tubuh
Asupan harian yodium ibu menyusui yang harus dipenuhi adalah 250 mg
per hari. Yodium dapat di peroleh dari makanan yang mengandung yodium.
Makanan yang mengandung yodium tinggi terdapat pada makanan laut. Selain
dari makakn laut yodium dapat diperoleh dari mengkonsumsi garam yang
mengandung yodium.
D. Penatalalaksanaan Masalah Gizi Pada Ibu Menyusui
Masalah gizi pada ibu menyusui sangat berkaitan dengan asupan makanan
yang dikonsumsi oleh ibu menyusui itu sendiri. Dengan kurangnya asupan
makanan pada jenis makanan tertentu akan mengakibatkan ibu mengalami
defisiensi terhadap jenis zat gizi tertentu. Berikut penatalaksanaan masalah gizi
pada Ibu menyusui :
1. Anemia zat besi
Penyebab utama anemia gizi adalah kekurangan zat besi (Fe) dan asam
folat yang seharusnya tak perlu terjadi bila makanan sehari hari beraneka
ragam dan memenuhi gizi seimbang. Sumber makanan yang mengandung zat
besi yang mudah diabsopsi tubuh manusia adalah sumber protein hewani
seperti ikan, daging, telur, dsb. Sayuran seperti daun singkong, kangkung dan
bayam juga mengandung zat besi akan tetapi lebih sulit absorpsinya di dalam
tubuh.
Asupan folat yang cukup penting untuk melindungi kesehatan ibu dan
bayi. Hal ini juga terlibat dalam pembentukan hemoglobin dalam sel darah
merah. Seorang wanita menyusui menbutuhkan 280 mikrogram per hari.
Folat terdapat dalam sayuran berdaun hijau, kacang polong, jeruk, wartel,
pisang, alpukat, gandum utuh, sereal dan biji-bijian dan hati.
2. KVA
Pada ibu menyusui, Vitamin A berperan penting untuk memelihara
kesehatan ibu selama masa menyusui. Buta senja pada ibu menyusui, suatu
kondisi yang kerap terjadi karena Kurang Vitamin A (KVA). Rendahnya
status vitamin A selama masa kehamilan dan menyusui berasosiasi dengan
rendahnya tingkat kesehatan ibu. Pemberian suplementasi vitamin A dosis
rendah setiap minggunya, sebelum kehamilan, pada masa kehamilan serta
setelah melahirkan telah menaikkan konsentrasi serum retinol ibu,
menurunkan penyakit rabun senja, serta menurunkan mortalitas yang
berhubungan dengan kehamilan hingga 40 %.
Cara untuk mengatasi defisiensi vitamin A pada ibu menyusui dapat di
lakukan dengan menambah asupan makanan yang mengandung vitamin A
diantaranya adalah wotel, pepaya, tomat. Sumber vitamin A lain juga bisa
didapatkan dengan suplementasi vitamin A 200.000 SI oleh tenaga kesehatan
setelah melahirkan dan kedua selambat-lambatnya 6 minggu setelah
mengonsumsi tablet yang pertama.
3. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
GAKI adalah gangguan akibat kekurangan yodium mengakibatkan
terjadinya gondok atau pembengkakan kelenjer tiroid di leher dan kretinisme.
Yodium merupakan nutrisi penting untuk memastikan perkembangan normal
dari otak dan sistem saraf pada bayi dan anak-anak muda. Pada ibu menyusui,
kekurangan yodium dapat mengakibatkan pengaruh negatif pada sistem otak
dan saaraf bayi dan menghasilkan IQ lebih rendah.
Asupan harian yodium ibu menyusui yang harus dipenuhi adalah 250 mg
per hari. Yodium dapat di peroleh dari makanan yang mengandung yodium.
Makanan yang mengandung yodium tinggi terdapat pada makanan laut.
Selain dari makakn laut yodium di peroleh dari mengkonsumsi garam yang
mengandung yodium. Mengkonsumsi makanan yang mengandung yodium
dapat mencegah GAKI pada ibu menyusui.

E. Menu Pada Ibu Menyusui


ASI menyediakan semua nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi untuk kesehatan dan
tumbuh kembangnya pada awal-awal kehidupan (0-6) bulan dianjurkan ASI
ekslusif. Beberapa menu makanan yang dapat dikonsumsi untuk ibu menyusui
yaitu:
 Buah-buahan dan sayuran (dapat dibuat dalam bentuk jus) merupakan
makanan yang kaya serat.
 Makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, kentang, sebagai
sumber energi, sumber protein seperti daging, ayam, telur, dan ikan.

Contoh menu makanan ibu menyusui

Jam 07.00 Susu 1 gelas (200 cc)


Jam 08.00 Nasi (100 gr), pecel sayuran (100 gr), semur daging (30 gr), tempe goreng atau bacem (50 gr)
Jam 11.00 Sup kacang merah segar (25 gr), ditambahkan ayam (15 gr), dan wortel (50 gr)
Jam 13.30 Nasi (200 gr), pepes ikan (75 gr), daun singkong (25 gr), ayam panggang kalasan (50 gr), tahu
bacem (50 gr), sayur bening daun katuk, oyong (150 gr), dan buah (100 gr)
Jam 16.00 Salad buah atau rujak buah (150 gr), sari kacang hijau (150 gr(
Jam 19.00 Nasi (200 gr), sate hati ayam (50 gr), daging ayam (25 gr), sayur bening (100 gr), buah (100
gr)
Jam 22.00 Susu 1 gelas (200 cc)
F. Pentingnya Menyusui Bagi Ibu Dan Bayi
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya
air putih,sampai bayi  berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan
dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai bayi berumur dua tahun. Bayi
yang diberikan ASI secara esklusif cenderung lebih sering pemberian ASI-nya
daripada pemberian pada bayi yang minum susu formula.
Menyusui dapat dilakukan setiap wanita, namun tidak selalu berarti tanpa
proses belajar. Setiap anak berbeda dan setiap ibu berbeda. Menyusui adalah
keterampilan yang memerlukan  proses belajar pada kedua belah pihak. Bagi
beberapa ibu, proses belajarnya dapat sangat melelahkan dan membuat frustrasi.
Namun, tetaplah bersabar menjalankannya mengingat manfaatnya yang
sedemikian besar.
Pentingnya pemberian ASI ini banyak manfaat dan faedahnya baik bagi
kesehatan ibu menyusui itu sendiri atau pun bagi bayi yang diberikan ASI itu
sendiri.Menyusui adalah memberikan Air Susu Ibu yang memang telah khusus
diperuntukkan kepada bayi dan anakanaknya sendiri. Dan itu sedikit
mengenai pengertian menyusui. Dan hal ini ASI akan lebih  benyak memberikan
manfaat kepada kesehatan bayi bila pemberiannya adalah sampai dengan 2 tahun.
Segala manfaat dan keuntungan menyusui yang tiada duanya adalah :
G. Keuntungan Menyusui Bagi Bayi
 Kolostrum (susu pertama di hari pertama) banyak mengandung zat
kekebalan yang melindungi bayi terhadap penyakit dan infeksi.
 Bayi yang diberi ASI lebih jarang menderita sakit. ASI terutama
mengurangi risiko.
 Muntah, diare, gastroenteritis, sembelit kronis, kolik, dan gangguan perut
lainnya.
 Usus buntu akut, artritis rematik , hernia inguinalis, stenosis pilorus,
diabetes tipe I, alergi, asma dan eksim.
 Infeksi telinga, penyakit pernapasan, pneumonia, bronkitis, infeksi ginjal,
septicaemia (keracunan darah).
 SIDS (sindrom kematian bayi mendadak). Statistik menunjukkan bahwa
untuk setiap 87 kematian akibat SIDS, hanya 3 pada bayi yang diberi ASI
 Meningitis, botulisme, limfoma masa kanak-kanak dan penyakit Crohn.
 Kerusakan gigi (gigi berlubang).
 Penyakit jantung di kemudian hari.
 Menyusui menyebabkan anak memiliki respon antibodi lebih baik
terhadap vaksin.
 ASI memiliki komposisi dan jumlah gizi yang paling sesuai untuk bayi.
Komposisi ASI  bervariasi sesuai dengan pertumbuhan individual bayi dan
perubahan kebutuhan gizinya.
 ASI mudah dicerna dan selalu memiliki suhu yang tepat. - ASI selalu
steril, tidak memiliki kuman. Ada unsur dalam ASI yang menghancurkan
E coli, salmonella, shigella, streptokokus, pneumokokus dan banyak
lainnya.
 Menyusui merangsang perkembangan rahang dan struktur wajah,
pertumbuhan gigi yang tegak dan meningkatkan penglihatan.
 Menyusui mengembangkan IQ lebih tinggi dan meningkatkan
perkembangan otak dan sistem saraf bayi. Keuntungan IQ akibat menyusui
adalah 10-12 poin. Menyusui disebut sebagai trimester ke-4 dalam
pertumbuhan dan perkembangan otak. Ada protein tertentu dalam ASI
yang merangsang perkembangan otak bayi.
 Menyusui menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan anak. Anak merasa
memiliki tempat yang aman. Menyusui juga berperan penting dalam
perkembangan emosional dan spiritual anak.
C. Manfaat Menyusui Bagi Ibu
Selain baik untuk bayi, menyusui juga bermanfaat untuk ibu. Proses
menyusui memberikan efek menguntungkan berikut bagi ibu;
 Mengurangi risiko kanker payudara. Wanita yang menyusui mengurangi
risiko terkena kanker payudara sebanyak 25 persen. Pengurangan risiko
kanker terjadi proporsional dengan durasi menyusui kumulatif seumur hidup.
Artinya, semakin banyak bulan atau tahun ibu menyusui, semakin rendah
risikonya terkena kanker payudara.
 Mengurangi risiko kanker rahim dan ovarium. Tingkat estrogen yang lebih
rendah selama menyusui menyebabkan risiko kedua kanker itu menurun.
Diduga penurunan estrogen menyebabkan berkurangnya rangsangan terhadap
dinding rahim dan juga jaringan  payudara, sehingga memperkecil risiko
jaringan tersebut menjadi kanker.
 Mengurangi osteoporosis. Wanita tidak menyusui memiliki risiko empat kali
lebih besar  mengembangkan osteoporosis daripada wanita menyusui dan
lebih mungkin menderita  patah tulang pinggul di tahun-tahun setelah
menopause.
 Manfaat KB alami. Menyusui dapat mengakibatkan penundaan ovulasi
sehingga ibu menyusui tidak subur untuk sementara waktu. Berapa lama
seorang wanita kembali subur  tergantung pada pola menyusui bayinya dan
kecenderungan tubuhnya sendiri.
 Meningkatkan kesehatan emosional. Menyusui tidak hanya baik untuk tubuh,
tetapi juga untuk pikiran. Studi menunjukkan bahwa ibu menyusui kurang
menunjukkan kecemasan dan depresi postpartum daripada ibu yang
memberikan susu formula.
 Meningkatkan penurunan berat badan. Ibu menyusui menunjukkan lebih
banyak   penurunan lingkar pinggang dan massa lemak dalam satu bulan
setelah melahirkan dibandingkan ibu yang memberikan susu formula. Ibu
menyusui cenderung kembali ke  berat badan sebelum kehamilan.
 Menyusui tidak perlu biaya. Pemberian susu formula bagi bayi dapat
memerlukan biaya lebih dari Rp 5 juta setahun. Para ibu tidak perlu
mengeluarkan uang sepeser pun untuk  mendapatkan ASI.
 ASI selalu tersedia untuk diberikan. Menyusui bisa menghemat waktu untuk
menyiapkan  botol, menuangkan air, mencampur susu dan mensterilkan botol
yang sudah dipakai
D. Cara Pelekatan Bayi Dan Ibu Saat Menyusui
Pelekatan (latching on) adalah proses masuknya puting payudara Ibu ke
dalam mulut  bayi. Proses ini sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI.
Perlekatan yang baik tidak  hanya membuat bayi Ibu dapat mengisap ASI secara
optimal, namun juga menghindari masalah  pada payudara Ibu. Untuk itu,
upayakan sejak pertama menyusui, Ibu dan bayi mulai belajar menerapkan metode
perlekatan yang benar. Jika pada awal-awal terasa sulit, jangan putus asa ya.
Seiring waktu, bayi Ibu akan pandai melakukan perlekatan dan mampu menyusu
secara optimal.
Posisi dan pelekatan yang bena yaitu;
 Ibu mencari posisi menyusui yang paling nyaman,
 Ibu mendekap/menggendong bayi sehingga muka bayi menghadap ke
payudara ibu, hidung bayi sejajar dengan puting ibu,
 Badan bayi juga menghadap ke badan ibu (perut bayi menempel ke perut itu),
sehingga kepala dan badan bayi berada dalam 1 garis lurus (kepala bayi tidak
menengok ke kiri atau ke kanan),
 Kepada bayi lebih rendah daripada payudara ibu, sehingga kepala bayi
mendongak keatas dan tidak menunduk kebawah, dalam posisi seperti ini,
dagu bayi dan bukan hidungnya yang akan menempel ke payudara ibu,
 Leher dan bahu bayi ditopang serta badan didekap erat ke badan ibu.
Cara pelekatan yaitu;
 Usahakan agar bayi memasukkan payudara ibu ke dalam mulutnya dari arah
bawah, sehingga ketika sedang menyusu lebih banyak terlihat areola ibu pada
bagian atas bibir  atas dibandingkan dengan areola pada bagian bawah bibir
bawah bayi;
 Mulut bayi terbuka lebar seolah-olah sedang menguap atau menangis,
sehingga tidak saja  puting ibu yang masuk ke dalam mulut bayi tetapi juga
sebagian besar areola, karena  pabrik-pabrik ASI banyak yang terletak
dibawah areola;
 Bibir bayi, baik yang atas maupun yang bawah, terlipat keluar (dower) dan
tidak terlipat kedalam ketika sedang menyusu;
 Dagu bayi menempel pada payudara ibu, dan terlihat juga lipatan pada bagian
dagu yang menandakan bahwa bayi sedang membuka mulut dengan lebar.
E. Tahapan Dasar Untuk Posisi Menyusui Yang Baik
 Posisikan diri pada keadaan nyaman, gunakan penyanggah di bagian
punggung, bantal  penyanggah tangan, dan penggunaan penyaggah kaki
khusus atau buku telepon untuk  menyamankan posisi kaki.
 Posisikan bayi dekat dengan ibu, pinggul bayi menyamping (kearah badan
ibu), sehingga  bayi tidak menggerakkan kepalanya untuk mencapai payudara.
Mulut dan hidung bayi menghadap puting ibu. Jika memungkinkan minta
bantuan seseorang untuk  memposisikan bayi setelah anda duduk nyaman.
 Sanggah payudara sehingga tidak menekan dagu bayi. Dagu bayi diarahkan ke
payudara.
 Lekatkan bayi pada payudara ibu. Bantu bayi agar mau membuka lebar
mulutnya dan tarik bayi sedekat mungkin dengan menyanggah punggungnya
(bukan kepalanya) sehingga dagu bayi terarah ke payudara ibu. Hidung bayi
akan bersentuhan dengan  payudara. Tangan ibu membentuk leher
kedua/sanggahan leher untuk bayi.
 Nikmatilah! Bila anda merasa puting anda sakit, lepaskan bayi dari payudara
dan  posisikan kembali perlahan.

F. Kaitan Konseling Asi Ekslusif Dengan Keberhasilan Asi Ekslusi

Beberapa faktor diduga menyebabkan bayi tidak mendapatkan ASI dengan


baik. Faktor tersebut adalah faktor karakteristik ibu, faktor bayi, lingkungan,
dukungan keluarga, pendidikan kesehatan, sosial ekonomi dan budaya. Selain itu,
berdasarkan beberapa laporan studi tentang permasalahan pemberian ASI
Eksklusif menemukan faktor-faktor tidak diberikannya ASI eksklusif pada bayi
adalah karena pengetahuan ibu yang kurang, sikap ibu terhadap pemberian asi
ekslusif, ibu sibuk bekerja, pendidikan ibu yang rendah, gencarnya periklanan
tentang penggunaan susu formula, kurangnya sekresi ASI, persepsi tentang bayi
tanpa diberi makanan tambahan akan menjadi lapar dan pengetahuan ibu tentang
ASI kurang. Salah satu upaya meningkatkan pemberian ASI Ekslusif dapat
dilakukan dengan pemberian konseling.

Konseling adalah suatu proses komunikasi interpersonal dua arah antara


konselor dan klien untuk membantu klien mengatasi dan membuat keputusan
yang benar dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. Konseling adalah
suatu hubungan professional antara seorang konselor terlatih dan seorang klien.
Pemberian informasi tentang ASI eksklusif yang tepat dan benar akan
meningkatkan pemahaman ibu untuk menyusui eksklusif 6 bulan. Seperti yang
disampaikan oleh Kemenkes (2014) bahwa konseling ASI Ekslusif adalah segala
daya upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (konselor) untuk membantu ibu
mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Salah satu manfaat konseling
menyusui adalah membantu klien dalam memilih dan memutuskan alternatif
pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhan dan memberikan rasa puas kepada
klien terhadap pilihannya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan pada enam bulan
pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan pendamping lain.Gizi ibu
menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu yang akan diberikan
kepada bayi untuk pertumbuhan. Masalah gizi pada ibu menyusui antara lain :
Anemia Zat besi, KVA dan GAKI. Masalah gizi pada ibu menyusui sangat
berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui itu sendiri.
Dengan kurangnya asupan makanan pada jenis makanan tertentu akan
mengakibatkan ibu mengalami defisiensi terhadap jenis zat gizi
tertentu.Pemberian informasi tentang ASI eksklusif yang tepat dan benar akan
meningkatkan pemahaman ibu untuk menyusui eksklusif 6 bulan.

B. Saran

Sebaiknya Ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayi pada usia 0-6 bulan
dengan baik dan teratur. Diharapkan kepada ibu untuk lebih proaktif mencari
informasi guna meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI dan ASI Ekslusif,
informasi tersebut bisa didapatkan melalui tenaga kesehatan, kader, media cetak
dan televisi, agar ibu termotivasi memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT. Gramedia Pustaka Umum :
Jakarta.
Departemen Kesehatan R.I. 2002. Profil kesehatan Indonesia 2001 Menuju
Indonesia sehat 2010, Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Dan Anak. 2011. Keputusan
Menteri Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Intan, Z. (2011). Kebijakan ASI Eksklusif dan Kesejahteraan Anak Dalam
Mewujudkan Hak-Hak Anak. (Berdasarkan UndangUndang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979
Tentang Kesejahteraan Anak). SOEPRA Jurnal Hukum Kesehatan. Vol. 2
No. 1 Tahun 2016.
Kasdu, D., 2001. Info Lengkap Kehamilan & Persalinan (edisi 1). 3G
Publisher :Jakarta.
Kemenkes RI. (2017). Pedoman Penyelenggaraan Pekan ASI Sedunia
(PAS)Tahun 2017. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2011. Makanan Sehat Ibu Hamil. Kementrian Kesehatan RI :
Direktorat Bina Gizi
Marmi. 2014. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nugroho, T. 2009. ASI dan Tumor Payudara. Nuha Medika : Yogyakarta.
Roesli, U. (2012). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka
Bunda.
Roesli. (2008). Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : Pustaka Pengembangan Swadaya
Nusantara.
Saifuddin, A.B. (2011). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Ke-4
Cetakan Ke-4. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sandra, Fikawati. 2015. Gizi ibu dan Bayi. Jakarta : rajawali pers.
Supariasa, I.D.N. (2011). Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta : EGC.
Wiji, R.N. (2013). ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika.
Yulifah, dkk. (2009). Konsep Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai