OLEH
GRACIELA TUMIWA
TAHUN 2020
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi/anak umur 0-24 bulan
yang tidak dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh.
Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak, dan adanya kebiasaan
yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab
utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada umur dibawah 2
tahun (baduta).
memasuki usia 6 bulan ke atas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein
dan beberapa vitamin dan mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula
tidak lagi mencukupi. Sebab itu sejak usia 6 bulan, kepada bayi selain ASI mulai
ASI ,frekuensi porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara
waktu anak sakit dan bila ibu bekerja di luar rumah.Pemberian MP-ASI yang tepat
diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, namun juga
antara lain ; pemberian makanan pralaktat sebelum Asi keluar, kolostrum dibuang,
pemberian MP Asi terlalu dini atau terlambat, MP Asi yang diberikan tidak cukup,
pemberian MP-Asi sebelum Asi, frekuensi pemberian MP-Asi kurang, pemberian Asi
terhenti karena ibu kembali bekerja, kebersihan kurang, prioritas gizi yang salah pada
keluarga.
Bahaya dari pemberian MP Asi terlalu dini adalah Pemberian MP-Asi dini
sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman sebab,
system imun bayi dibawah 6 bulan masih belum sempurna. Belum lagi jika tidak
disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa
diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yg hanya mendapatkan ASI
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status
pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung memberikan
makanan pendamping Asi pada bayinya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan,
dikarenakan waktu yang dimiliki olehnya relatif singkat untuk berada bersama
yang baik atau optimal terjadi apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi yang digunakan
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status
gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi
esensisal. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah
berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis. Status gizi kurang atau lebih
Turut sertanya ibu dalam mencari nafkah akan meningkatkan daya beli
keluarga, akan tetapi juga menimbulkan masalah, yaitu pembagian waktu terutama
dalam hal waktu untuk bekerja di luar rumah dengan waktu untuk mengelola rumah
tangga serta mengasuh anak. Peran ganda ibu ini menuntut di satu pihak perlu
curahan waktu penuh untuk mengasuh anak, bersamaan dengan itu perlu sisipan
waktu untuk bekerja di luar rumah. Salah satu peluang untuk mengatasinya adalah
anak diasuh oleh pembantu, keluarga atau family yang ada di rumah. Keterbatasan
waktu ibu dalam mengasuh anak dan menyediakan makanan akan berpengaruh
terhadap pola makan anak (bayi) dan konsumsi gizi anak, karena pada usia anak-anak
ini merupakan usia yang membutuhkan konsumsi pangan yang ideal untuk membantu
kecerdasan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Banggai tahun 2010
pemberian Asi Eksklusif di Kelurahan Simpong hanya berjumlah 32,3 %. Hal ini
apakah ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi di bawah
6 bulan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian
MP Asi dini ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui status pekerjaan ibu yang berisiko terhadap kurangnya asupan
b. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian
MP Asi dini.
D. Manfaat Penelitian
Dapat menambah referensi bagi perpustakaan dan menjadi data awal bagi peneliti
selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum
1. Konsep Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping
Pada Bayi
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi
peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI
merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti
memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya (Sunartyo, 2008).
Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan karena ASI
merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi selama 3 – 4 bulan
pertama. ASI yang diproduksi pada 1 – 5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu
cairan kental yang berwarna kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi
Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat. Produksi ASI
dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang. Disamping itu perlu
diperhatikan kesehatan ibu pada umumnya, status gizi dan perawatan payudara.
Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat terutama ASI eksklusif
(As’ad, 2002).
ASI eksklusif adalah bayi yang diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur, biskuit dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini
dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin
sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan harus mulai diperkenalkan dengan
makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau
1. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk memenuhi
6. Ekonomis dan praktis. Tersedia setiap waktu pada suhu yang ideal dan dalam
8. Membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang antara ibu dan bayi.
Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia
padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena
terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan tanda-
tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan
baik. Namun, sebelum diberi makanan tambahan sebaiknya coba diperbaiki dahulu
cara menyusuinya. Cobalah hanya memberi bayi ASI saja tanpa memberi minuman
atau makanan lain. Selain itu, bayi harus sering disusui, perhatikan posisi menyusui.
Secara umum usahakan dahulu agar cara pemberian ASI dilakukan sebaik mungkin.
peningkatan berat badan, maka pemberian makanan tambahan atau padat diberikan
Bila oleh suatu sebab (misalnya ibu bekerja atau hamil lagi) bayi tidak
memperoleh ASI, maka kepada bayi diberikan PASI (Pengganti Air Susu Ibu). PASI
dibuat dari susu sapi yang susunan gizinya sudah diubah menjadi hampir sama
dengan susunan gizi ASI, sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menyebabkan
akibat sampingan. Akan tetapi belum ada PASI yang tepat menyerupai susunan ASI
(As’ad, 2002).
Proses penyapihan dimulai pada saat yang berlainan. Pada beberapa kelompok
masyarakat (budaya) tertentu, bayi tidak akan disapih sebelum berusia 6 bulan.
Bahkan ada yang baru memulai penyapihan setelah bayi berusia 2 tahun. Sebaliknya,
pada masyarkat urban bayi disapih terlalu dini yaitu baru beberapa hari lahir sudah
yang diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang yang mana penting untuk
menunjang tumbuh kembang dan status gizi anak. Dalam hal pengaturan pola
konsumsi makan, ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis
makanan pendamping karena kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak seluruhnya
dapat dipenuhi oleh ASI. Menurut Arisman (2004), pemberian makanan pendamping
harus bertahap dan bervariasi, dari mulai bentuk bubur cair kebentuk bubur kental,
sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat.
Pemberian pertama cukup 2 kali sehari, satu atau dua sendok teh penuh. Pada usia 6-9
bulan bayi setidak-tidaknya membutuhkan empat porsi. Menginjak usia 9 bulan bayi
telah mempunyai gigi dan mulai pandai menguyah makanan. Sekitar usia 1 tahun
bayi sudah mampu memakan makanan orang dewasa. Anak usia 2 tahun memerlukan
Makanan sapihan yang ideal harus mengandung makanan pokok, lauk pauk,
sayur-sayuran, buah-buahan dan minyak atau lemak. Makanan sapihan baru boleh
diberikan setelah bayi disusui atau diantara dua jadwal penyusunan. Sebab, diawal
sapihan hanyalah sebagai pelengkap. Kemudian secara berangsur ASI berubah fungsi
sebagai makanan tambahan, sementara makanan sapihan menjadi santapan utama
(Arisman, 2004).
Pemberian makanan padat atau tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu
pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu,
tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan padat atau
tambahan pada usia 4 – 6 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini
akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi (Roesli, 2000).
bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap
diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting
yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu
makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan
oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah berumur 6 bulan sebanyak 4-6
kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan
orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan
pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Krisnatuti, 2007).
pemberian MP-ASI yang tidak tepat (Media indo online, 2006). Akibat rendahnya
hingga meningkatkan resiko dan infeksi lain pada bayi, hasil penelitian Widodo
(2006) bahwa masyarakat pedesaan di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan
kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan
bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi yang
dengan pekerjaan adalah operasi, order, proyek, kewajiban, tugas, aktivitas, kegiatan,
Indonesia)
semuanya dilakukan oleh ibu. Merawat anak dan menyediakan keperluan makan dan
minum anak merupakan tugas sehari-hari yang sudah melekat pada diri seorang ibu.
Akan tetapi, tugas itu tidak hanya itu saja bila ibu bekerja diluar rumah. Ibu juga
atau belum dilakukan seperti mengingatkan anak supaya mandi, makan dan
sendiri. Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain. Untuk bermain
diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya
(Soetjiningsih, 1995).
tua tentang interaksi orang tua dan anak melalui kegiatan kunjungan rumah telah
dapat menurunkan angka kurang gizi pada anak balita. Penelitian lainnya
yang menderita kurang gizi, dikunjungi rumahnya setiap minggu selama 6 bulan oleh
kader desa, ternyata pertumbuhan pada umur 3 tahun lebih tinggi daripada yang tidak
kebutuhan anak dan memberi makan pada saat anak sedang lapar. Didapatkan juga
anak, anak-anaknya lebih pintar daripada ibu yang lalai dalam pengasuhan anaknya
(Anwar, 2008).
B. Kerangka Konsep
1. Makanan Pendamping Asi (MP-Asi) adalah makanan yang diberikan pada bayi
3. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status
pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung memberikan
makanan pendamping Asi pada bayinya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan,
dikarenakan waktu yang dimiliki olehnya relatif singkat untuk berada bersama
Dimaksudkan dengan pekerjaan ibu dalam penelitian ini adalah pekerjaan ibu
menyusui yang berada di luar rumah dan memakan waktu yang banyak untuk berada
Pendamping yang sudah diberikan pada bayi sebelum berusia genap 6 bulan. Bila MP
Asi diberikan pada H-1 sebelum 6 bulan maka masih termasuk dalam penelitian ini.
BAB III
A. METODE PENELITIAN
atau kualitatif)
B. LOKASI PENELITIAN
………………………………………………………………………………….
C. WAKTU PENELITIAN
Populasi adalah sasaran penelitian. Misalnya sumur populasinya adalah air sumur.
2. Tekniknya bagaimana ?
Angka confidence/tingkat kepercayaan : tingkat kesalahan (misalnya 0,05 5 %) ada rumusnya !!!!
E. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Cek list
2. kuisioner
G. INSTRUMEN PENELITIAN
Memakai instrument yang dibuat sendiri jika tidak ada instrument baku yang
digunakan.
1. Mengukur pengetahuan
2. Mengukur sikap
HASIL PENELITIAN
2. Pembahasan ; antar dengan teori penunjang hasil penelitian, sambung dengan hasil
penelitian yang diperoleh, sambung dengan penelitian orang lain yang berhubungan
Jakarta: 2004.