Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PENELITIAN

STATUS PEKERJAAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

PADA BAYI DI KELURAHAN MALALAYANG

KOTA MANADO TAHUN 2011

OLEH

GRACIELA TUMIWA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

MANADO JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi/anak umur 0-24 bulan

melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian

yang tidak dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh.

Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak, dan adanya kebiasaan

yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab

utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada umur dibawah 2

tahun (baduta).

Bertambah umur bayi bertambah pula kebutuhan gizinya. Ketika bayi

memasuki usia 6 bulan ke atas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein

dan beberapa vitamin dan mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula

tidak lagi mencukupi. Sebab itu sejak usia 6 bulan, kepada bayi selain ASI mulai

diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) Agar kebutuhan gizi bayi/anak

terpenuhi.Dalam pemberian MP-Asi perlu diperhatikan waktu pemberian MP-

ASI ,frekuensi porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara

pemberiannya. Disamping itu perlu pula diperhatikan pemberian makanan pada

waktu anak sakit dan bila ibu bekerja di luar rumah.Pemberian MP-ASI yang tepat

diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, namun juga

merangsang keterampilon makan dan merangsang rasa percaya diri.


Beberapa permasalahan pemberian makanan pendamping ASI (MP Asi)

antara lain ; pemberian makanan pralaktat sebelum Asi keluar, kolostrum dibuang,

pemberian MP Asi terlalu dini atau terlambat, MP Asi yang diberikan tidak cukup,

pemberian MP-Asi sebelum Asi, frekuensi pemberian MP-Asi kurang, pemberian Asi

terhenti karena ibu kembali bekerja, kebersihan kurang, prioritas gizi yang salah pada

keluarga.

Bahaya dari pemberian MP Asi terlalu dini adalah Pemberian MP-Asi dini

sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman sebab,

system imun bayi dibawah 6 bulan masih belum sempurna. Belum lagi jika tidak

disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa

bayi yg mendapatkan MP-Asi sebelum ia berumur 6 bulan, lebih banyak terserang

diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yg hanya mendapatkan ASI

eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status

pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung memberikan

makanan pendamping Asi pada bayinya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan,

dikarenakan waktu yang dimiliki olehnya relatif singkat untuk berada bersama

bayinya di dalam rumah.

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi

yang baik atau optimal terjadi apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi yang digunakan

secara efisien, sehingga kemungkinan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,

kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status
gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi

esensisal. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah

berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis. Status gizi kurang atau lebih

merupakan gangguan gizi.

Turut sertanya ibu dalam mencari nafkah akan meningkatkan daya beli

keluarga, akan tetapi juga menimbulkan masalah, yaitu pembagian waktu terutama

dalam hal waktu untuk bekerja di luar rumah dengan waktu untuk mengelola rumah

tangga serta mengasuh anak. Peran ganda ibu ini menuntut di satu pihak perlu

curahan waktu penuh untuk mengasuh anak, bersamaan dengan itu perlu sisipan

waktu untuk bekerja di luar rumah. Salah satu peluang untuk mengatasinya adalah

anak diasuh oleh pembantu, keluarga atau family yang ada di rumah. Keterbatasan

waktu ibu dalam mengasuh anak dan menyediakan makanan akan berpengaruh

terhadap pola makan anak (bayi) dan konsumsi gizi anak, karena pada usia anak-anak

ini merupakan usia yang membutuhkan konsumsi pangan yang ideal untuk membantu

kecerdasan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Banggai tahun 2010

bahwa 67 % ibu rumah tangga di kelurahan Simpong bekerja di luar rumah.

Data Puskesmas Simpong tahun 2010 diperoleh informasi bahwa cakupan

pemberian Asi Eksklusif di Kelurahan Simpong hanya berjumlah 32,3 %. Hal ini

menandakan bahwa masih tingginya pemberian MP Asi di bawah 6 bulan.


Karena hal-hal tersebut di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti

apakah ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi di bawah

6 bulan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian

MP Asi dini ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi

dini di Kelurahan Simpong.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui status pekerjaan ibu yang berisiko terhadap kurangnya asupan

pemberian Asi Eksklusif.

b. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian

MP Asi dini.
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Untuk Institusi pendidikan (kampus)

Dapat menambah referensi bagi perpustakaan dan menjadi data awal bagi peneliti

selanjutnya.

2. Manfaat Untuk Pemerintah Kelurahan Simpong

Dapat lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan

khususnya masalah gizi masyarakat yang berada di Kelurahan Simpong.

3. Manfaat Untuk Peneliti

Sebagai penambah ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya untuk masalah-

masalah gizi keluarga terutama zat gizi untuk bayi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum

1. Konsep Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping

Pada Bayi

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi

peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI

merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti

memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa

penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya (Sunartyo, 2008).

Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan karena ASI

merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi selama 3 – 4 bulan

pertama. ASI yang diproduksi pada 1 – 5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu

cairan kental yang berwarna kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi

karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral dan vitamin A.

Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat. Produksi ASI

dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang. Disamping itu perlu

diperhatikan kesehatan ibu pada umumnya, status gizi dan perawatan payudara.
Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat terutama ASI eksklusif

(As’ad, 2002).

ASI eksklusif adalah bayi yang diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain

seperti susu formula, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat

seperti pisang, pepaya, bubur, biskuit dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini

dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin

sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan harus mulai diperkenalkan dengan

makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau

bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2000).

Dibandingkan dengan susu lainnya, ASI memiliki beberapa keunggulan yaitu:

1. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan gizi bayi selama 3 – 4 bulan pertama.

2. Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal.

3. Mengandung beberapa zat antibodi, sehingga mencegah terjadinya infeksi.

4. Mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi.

5. Tidak mengandung beta laktoglobulin yang dapat menyebabkan alergi.

6. Ekonomis dan praktis. Tersedia setiap waktu pada suhu yang ideal dan dalam

keadaan segar serta bebas dari kuman.

7. Berfungsi menjarangkan kehamilan.

8. Membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang antara ibu dan bayi.
Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia

6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan

padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena

terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan tanda-

tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan

baik. Namun, sebelum diberi makanan tambahan sebaiknya coba diperbaiki dahulu

cara menyusuinya. Cobalah hanya memberi bayi ASI saja tanpa memberi minuman

atau makanan lain. Selain itu, bayi harus sering disusui, perhatikan posisi menyusui.

Secara umum usahakan dahulu agar cara pemberian ASI dilakukan sebaik mungkin.

Apabila setelah 1 – 2 minggu ternyata upaya perbaikan tersebut tidak menyebabkan

peningkatan berat badan, maka pemberian makanan tambahan atau padat diberikan

bagi bayi berusia diatas 4 bulan (Roesli, 2000).

Bila oleh suatu sebab (misalnya ibu bekerja atau hamil lagi) bayi tidak

memperoleh ASI, maka kepada bayi diberikan PASI (Pengganti Air Susu Ibu). PASI

dibuat dari susu sapi yang susunan gizinya sudah diubah menjadi hampir sama

dengan susunan gizi ASI, sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menyebabkan

akibat sampingan. Akan tetapi belum ada PASI yang tepat menyerupai susunan ASI

(As’ad, 2002).

Proses penyapihan dimulai pada saat yang berlainan. Pada beberapa kelompok

masyarakat (budaya) tertentu, bayi tidak akan disapih sebelum berusia 6 bulan.

Bahkan ada yang baru memulai penyapihan setelah bayi berusia 2 tahun. Sebaliknya,
pada masyarkat urban bayi disapih terlalu dini yaitu baru beberapa hari lahir sudah

diberi makanan tambahan (Arisman, 2004).

Menurut Sulistjani (2001), seiring bertambahnya usia anak, ragam makanan

yang diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang yang mana penting untuk

menunjang tumbuh kembang dan status gizi anak. Dalam hal pengaturan pola

konsumsi makan, ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis

makanan yang bergizi seimbang. Setelah berumur 6 bulan, bayi memerlukan

makanan pendamping karena kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak seluruhnya

dapat dipenuhi oleh ASI. Menurut Arisman (2004), pemberian makanan pendamping

harus bertahap dan bervariasi, dari mulai bentuk bubur cair kebentuk bubur kental,

sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat.

Pemberian pertama cukup 2 kali sehari, satu atau dua sendok teh penuh. Pada usia 6-9

bulan bayi setidak-tidaknya membutuhkan empat porsi. Menginjak usia 9 bulan bayi

telah mempunyai gigi dan mulai pandai menguyah makanan. Sekitar usia 1 tahun

bayi sudah mampu memakan makanan orang dewasa. Anak usia 2 tahun memerlukan

makanan separuh takaran orang dewasa.

Makanan sapihan yang ideal harus mengandung makanan pokok, lauk pauk,

sayur-sayuran, buah-buahan dan minyak atau lemak. Makanan sapihan baru boleh

diberikan setelah bayi disusui atau diantara dua jadwal penyusunan. Sebab, diawal

masa penyapihan, ASI masih merupakan makanan pokok. Sementara makanan

sapihan hanyalah sebagai pelengkap. Kemudian secara berangsur ASI berubah fungsi
sebagai makanan tambahan, sementara makanan sapihan menjadi santapan utama

(Arisman, 2004).

Pemberian makanan padat atau tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu

pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu,

tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan padat atau

tambahan pada usia 4 – 6 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini

akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi (Roesli, 2000).

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 6

bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap

diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting

yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu

makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan

oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah berumur 6 bulan sebanyak 4-6

kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan

orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan

pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Krisnatuti, 2007).

Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan

pemberian MP-ASI yang tidak tepat (Media indo online, 2006). Akibat rendahnya

sanitasi dan hygiene MP-ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba,

hingga meningkatkan resiko dan infeksi lain pada bayi, hasil penelitian Widodo

(2006) bahwa masyarakat pedesaan di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan

kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan
bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi yang

diberikan MP-ASI (Depkes online, 2007)

2. Konsep tentang Pekerjaan Ibu

Kerja adalah aktivitas, gawai, kegiatan, operasi. Sedangkan yang dimaksud

dengan pekerjaan adalah operasi, order, proyek, kewajiban, tugas, aktivitas, kegiatan,

kesibukan, urusan, karier, profesi , pencaharian seseorang. (Tesaurus Bahasa

Indonesia)

Merawat anak, mulai dari memandikan, menyuapi sampai mengasuh hampir

semuanya dilakukan oleh ibu. Merawat anak dan menyediakan keperluan makan dan

minum anak merupakan tugas sehari-hari yang sudah melekat pada diri seorang ibu.

Akan tetapi, tugas itu tidak hanya itu saja bila ibu bekerja diluar rumah. Ibu juga

harus mengingatkan tugas anak-anaknya mengenai pekerjaan yang harus dilakukan

atau belum dilakukan seperti mengingatkan anak supaya mandi, makan dan

mengingatkan waktu bila anaknya bermain (Supanto, 1990). Anak memerlukan

berbagai variasi permainan untuk kebutuhan fisik, mental dan perkembangan

emosinya. Bermain bukan berarti membuang-buang waktu, juga bukan berarti

membuat anak menjadi sibuk sementara orangtuanya mengerjakan pekerjaannya

sendiri. Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain. Untuk bermain

diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya

(Soetjiningsih, 1995).

Program untuk memperbaiki dorongan psikososial melalui pendidikan orang

tua tentang interaksi orang tua dan anak melalui kegiatan kunjungan rumah telah
dapat menurunkan angka kurang gizi pada anak balita. Penelitian lainnya

membuktikan bahwa perubahan pola asuh psikososial telah meningkatkan derajat

pertumbuhan anak. Penelitian di Bogota, Columbia membuktikan bahwa anak-anak

yang menderita kurang gizi, dikunjungi rumahnya setiap minggu selama 6 bulan oleh

kader desa, ternyata pertumbuhan pada umur 3 tahun lebih tinggi daripada yang tidak

dikunjungi. Dengan dikunjungi rumahnya, ibu- ibu menjadi lebih memahami

kebutuhan anak dan memberi makan pada saat anak sedang lapar. Didapatkan juga

bahwa ibu-ibu yang memahami tentang kebutuhan untuk perkembangan kognitif

anak, anak-anaknya lebih pintar daripada ibu yang lalai dalam pengasuhan anaknya

(Anwar, 2008).

B. Kerangka Konsep

1. Makanan Pendamping Asi (MP-Asi) adalah makanan yang diberikan pada bayi

berusia 6 bulan keatas dengan tetap memberikan Asi.

2. Pekerjaan adalah kesibukan atau aktifitas yang menghasilkan upah yang

dilaksanakan oleh seseorang sebagai upaya untuk kelangsungan hidupnya.

3. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status

pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung memberikan

makanan pendamping Asi pada bayinya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan,

dikarenakan waktu yang dimiliki olehnya relatif singkat untuk berada bersama

bayinya di dalam rumah.


C. Definisi Operasional

Dimaksudkan dengan pekerjaan ibu dalam penelitian ini adalah pekerjaan ibu

menyusui yang berada di luar rumah dan memakan waktu yang banyak untuk berada

di luar rumah. Seperti menjaga toko, berdagang di Pasar, Karyawan Perusahaan,

pegawai negeri pada instansi pemerintah, dll.

Adapun pemberian MP Asi Dini dalam penelitian ini adalah Makanan

Pendamping yang sudah diberikan pada bayi sebelum berusia genap 6 bulan. Bila MP

Asi diberikan pada H-1 sebelum 6 bulan maka masih termasuk dalam penelitian ini.
BAB III

METODE DAN INSTRUMEN PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode ………………………(analitik, deskriptif

atau kualitatif)

B. LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kelurahan Simpong

1. Gambaran umum lokasi

………………………………………………………………………………….

C. WAKTU PENELITIAN

Tanggal mulai dari penyusunan proposal hingga skripsi

D. POPULASI DAN SAMPEL

 Populasi adalah sasaran penelitian. Misalnya sumur populasinya adalah air sumur.

 Sampel adalah bagian representative dari populasi

1. Sampel itu siapa ?

2. Tekniknya bagaimana ?

Teknik pengambilan sampel ; Random sampling, stratified random sampling dan

cluster ramdom sampling, dll

3. Sampel sizex berapa ?

Angka confidence/tingkat kepercayaan : tingkat kesalahan (misalnya 0,05  5 %) ada rumusnya !!!!
E. METODE PENGUMPULAN DATA

1. Cek list

2. kuisioner

F. METODE ANALISIS DATA (UNTUK PENELITIAN ANALITIK- KALO

UNTUK PENELITIAN DESKRIPTIF DISAJIKAN DULU BARU DI ANALISIS)

G. INSTRUMEN PENELITIAN

 Memakai instrument yang dibuat sendiri jika tidak ada instrument baku yang

digunakan.

 Harus kuat pada teori disesuaikan dengan DASAR TEORI

MEMBUAT INTRUMEN PENELITIAN

1. Mengukur pengetahuan

Apa yang dia ketahui tentang topic

2. Mengukur sikap

Bagaimaimana sikap dia tetang topic (pendapat, tanggapan, dll)


BAB IV

HASIL PENELITIAN

1. Jelaskan semua hasil penelitian

2. Pembahasan ; antar dengan teori penunjang hasil penelitian, sambung dengan hasil

penelitian yang diperoleh, sambung dengan penelitian orang lain yang berhubungan

dengan penelitian, kesimpulan


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Pengantar Ilmu Kesehatan Ibu dan Anak , Jakarta: 1988.

Aditama Yoga Tjandra, Kesehatan Dan Keselamatan Kerja, Universitas

Indonesia, Jakarta: 2006.

Darmanto, Djojodibroto,kesehatan Gizi anak, Penerbit Hipokrates: 131-137.

Jakarta, 1997, http://www.ask.com

Jakarta: 2004.

Anda mungkin juga menyukai