Anda di halaman 1dari 21

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI

DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN


DI PUSKESMAS GISTING JAYA KECAMATAN
NEGARA BATIN KABUPATEN
WAY KANAN TAHUN 2022

PROPOSAL SKRIPSI

YUYUN WAHYUNI
21340073P

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
MPASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah usia enam bulan
sampai bayi berusia 24 bulan (Sitasari & Isnaeni, 2014). Pemberian makanan setelah
bayi berumur enam bulan akan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit.
Hal ini disebabkan sistem imun bayi di bawah enam bulan belum sempurna. Hasil riset
terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MPASI
sebelum usia enam bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk, pilek dan
panas dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan asi eksklusif (Yulianeu.,
Rahmawati, 2017).

Data bayi dengan status gizi dibawah rata-rata pada Provinsi Lampung dengan melihat
persentase rata-rata adalah 14,6%. Kabupaten dengan rata-rata bayi dengan status gizi
kurang tertinggi berada pada Kabupaten Lampung Timur dengan persentase 10,35,
Pringsewu 11,1% dan Pesawaran 11,6% sedangkan Kabupaten Way Kanan berada pada
urutan ke empat dengan persentase 12,5% (Studi Status Gizi Indonesia, 2021).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
berupa “Bagaimanakah hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan
status gizi bayi usia 6-24 bulan di Puskesmas Gisting Jaya Kecamatan Negara
Batin Kabupaten Way Kanan Tahun 2022?”.

3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan
status gizi bayi usia 6-24 bulan di Puskesmas Gisting Jaya Kecamatan Negara
Batin Kabupaten Way Kanan Tahun 2022.
1.3.2 Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui karakteristik usia bayi mendapat MP-ASI dini di
Puskesmas Gisting Jaya Kec Negara Batin Kab Way Kanan Tahun 2022.
 Untuk mengetahui karakteristik ibu berupa usia, pendidikan, pekerjaan di
Puskesmas Gisting Jaya Kec Negara Batin Kab Way Kanan Tahun 2022.
 Untuk mengetahui distribusi frekuensi pemberian makanan pendamping ASI
bayi usia 6-24 bulan di Puskesmas Gisting Jaya Kecamatan Negara Batin
Kabupaten Way Kanan Tahun 2022.
4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi penulis


Memperoleh informasi dan pengalaman langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
penyusunan hasil penelitian mengenai pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian MP-ASI
pada usia 6-24 bulan.
1.4.2 Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam pengembangan informasi yang berkaitan
dengan hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian MP-ASI pada usia 6-24 bulan.
1.4.3 Manfaat bagi ibu
Untuk menambah informasi mengenai bahayanya pemberian MPASI pada bayi dibawah usia 6
bulan.
1.4.4 Manfaat bagi instansi
Dapat memberikan informasi mengenai hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan
kepercayaan ibu terhadap pemberian MP-ASI pada bayi dibawah usia 6 bulan, yang kemudian
dapat menjadi masukan bagi instansi terkait untuk memberikan informasi mengenai waktu
pemberian MP-ASI yang tepat.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


 Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dengan rancangan
penelitian survey analitik, dengan pendekatan cross sectional dengan populais dan sampel ibu
memiliki anak usia 6 bulan, teknik sampel acindental sampel, penelitian dilakukan pada bulan
Februari 2022.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)


2.1.1 Definisi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan
dan minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi
atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain
dari ASI. MP-ASI merupakan makanan padat atau cair yang
diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan kemampuan
pencernaan bayi/anak (Kemenkes RI, 2015).
 Makanan pelengkap tidak menggantikan ASI, tetapi memberikan
nutrient tambahan. ASI harus menjadi makanan pertama yang
diberikan kepada bayi dan makanan padat baru diberikan setelah
selesai memberikan ASI sebelum makanan lain
(Coutsoudis&Bentley, 2019).
2.1.2 Tanda Bayi Siap MP-ASI
Menurut King and Burgess (2015) tanda bahwa bayi sudah siap
untuk mendapat MP-ASI yaitu :
 Bayi sudah bisa duduk dan mengambil makanan yang sedang
dimakan oleh ibunya.
 Suka memasukkan benda kedalam mulut kemudian
memakannya 3. Interes terhadap makanan baru dan mau
mencoba makanan yang baru
 Sudah mampu untuk menelan makanan padat.

 Sudah memiliki satu atau dua gigi serta suka menghisap


makanan yang keras.
 Masih terlihat lampar seteleh di beri ASI yang cukup (hal ini
berbeda dengan bayi yang berumur dibawah 4 bulan yang
sering menangis seperti minta ASI hal itu karena masih
dipengaruhi oleh refleks isap).
2.1.3 Bahayan Pemberian Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini
(menurut WHO, 2010)
 Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan pada saat ini,
dan makanan tersebut dapat menggantikan ASI. Jika makanan
diberikan, maka anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibu pun
memproduksinya lebih sedikit, sehingga akan lebih sulit memenuhi
kebutuhan nutrisi anak.
 Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit, sehingga
resiko infeksi meningkat.
 Resiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak
sebersih ASI.
 Makanan yang diberikan sering encer, buburnya berkuah atau
berupa sup karena mudah dimakan oleh bayi. Makanan ini membuat
lambung penuh, tetapi memberi nutrisi lebih sedikit daripada ASI,
sehingga kebutuhan anak tidak terpenuhi.
 Ibu mempunyai resiko lebih tinggi untuk hamil kembali jika jarang
menyusui.
 2.1.4 Jenis atau Bentuk Makanan Pendamping ASI

 Makanan utama, yaitu ASI dan susu formula sebagai pengganti ASI
 Buah-buahan sudah dapat diberikan dengan maksud mendidik bayi mengenal jenis
makanan baru dan sebagai sumber vitamin. Berikan buah sesuai kebutuhan bayi. Pada
awal, biasanya yang bersifat air atau sari seperti : sari jeruk, sari tomat, dan lainya yang
bersifat tidak asam. Pada usia 6 bulan sudah dapat diberikan buah papaya, pisan.
 Biskuit diberikan dengan maksud untuk mendidik kebiasaan makan dan mengenal jenis
makanan lain dan bermanfaat untuk penambahan kalori. Kebanyakan bayi akan
menyukai biskuit rasa manis tapi sebagian lagi akan menyukai rasa asin.
 Pada usia sekitar 6 bulan jenis kue lain dapat diberikan dengan syarat, kue tersebut harus
lembek dan mudah dicerna.
 Bubur susu merupakan salah satu makanan pelengkap utama bayi dan berperan sebagai
sumber nutrisi, air, kalori, protein, sedikit lemak dan mineral. Yang perlu diperhatikan
adalah komposisi utamanya harus terdiri dari tepung, susu dan gula.
 Nasi tim sering diberikan pada bayi berusia 6 bulan sampai berusia 9 bulan. Komposisi
nasi tim terdiri dari beras atau kentang, protein dari hewan (hati ayam, daging, telur, ikan
tawar, ikan laut, udang). Sayuran yang diberikan seperti wortel, bayam, kangkung, tahu,
tempe, dan kacang-kacangan.
 Bahan-bahan tersebut harus dilunakkan

(Roesli, 2015).
2.1.6 Cara Pemberian Makanan Pendamping ASI

Makanan pendamping ASI dapat diberikan secara efisien, untuk itu perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Berikan secara hati-hati, sedikit demi sedikit dari bentuk encer, berangsur-
angsur ke bentuk yang lebih kental
 Makanan baru diperkenalkan satu-persatu dengan memperhatikan bahwa
makanan betul-betul dapat diterima dengan baik
 Makanan yang mudah menimbulkan alergi yaitu sumber protein hewani
diberikan terakhir. Untuk pemberian buahbuahan, tepung-tepungan, sayuran,
daging dan lain-lain.
 Sedangkan telur diberikan pada usia 6 bulan

 Cara pemberian makanan bayi mempengeruhi perkembangan emosinya.


Oleh karena itu jangan dipaksa, sebaiknya diberikan saat ia lapar
 Pemberian makanan bayi di Indonesia masih banyak yang belum sesuai
dengan umumnya, terutama di daerah pedesaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya
memberikan pisang (57,3%) kepada bayinya sebelum usia 4 bulan
(Litbangkes, 2013).
2.1.7 Masalah Gizi Pada Balita
1. Anemia Defisiensi Besi
2. Karies Dentis
3. Penyakit Kronis
4. Berat badan berlebih
5. Pica
6. Berat badan kurang
7. Alergi
Perhitungan
Status Gizi BB/
U
2.1.8 Penelitian Terkait
Penelitian oleh Simbolon (2015) dengan judul Hubungan Pengetahuan
Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian Mp-ASI Pada Bayi
Dikelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten
Simalungun Tahun 2015 didapat nilai p = 0.002. yang artinya terdapat
hubungan antara pengetahuan ibu dengan ketepatan pemberian Mp-
ASI pada bayi dikelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran
Kabupaten Simalungun, dan nilai p = 0.029 yang artinya terdapat
hubungan antara sikap ibu dengan ketepatan pemberian Mp-ASI pada
bayi dikelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten
Simalungun.
KERANGKA TEORI

Faktor yang mempengaruhi status gizi:

1. Konsumsi makanan yang tidak


MP- ASI
mencukupi kebutuhan sehingga

tubuh kekurangan zat gizi.

2. Keadaan kesehatan, pengetahuan

pendidikan orang tua tentang

kesehatan.
STATUS GIZI

3. Pemberian ASI, kondisi sosial ekonomi,

pada konsumsi keluarga,

4. Faktor sosial keadaan penduduk,

paritas, umur, jenis kelamin, dan

pelayanan kesehatan.

Sumber : Poter & Perry (2012)


KERANGKA KONSEP

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

MP- ASI STATUS GIZI

• HIPOTESIS

Ha : Ada hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan status


gizi bayi usia 6-24 bulan di Puskesmas Gisting Jaya Kecamatan Negara Batin
Kabupaten Way Kanan Tahun 2022.

H0 : Tidak ada hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan


status gizi bayi usia 6-24 bulan di Puskesmas Gisting Jaya Kecamatan Negara
Batin Kabupaten Way Kanan Tahun 2022.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah suatu metode
penelitian untuk mendapatkan gambaran yang akurat dari sebuah
karakteristik masalah (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini peneliti
akan mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI
dini di Puskesmas Gisting Jaya Kec Negara Batin Kab Way Kanan Tahun
2022.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di di Puskesmas Gisting Jaya Kec Negara Batin


Kab Way Kanan Tahun 2022.
 Waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari 2022.


3.3. Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini menggunakan survey analitik dengan
pendekatan waktu cross sectional. Survey analitik yaitu survey atau penelitian
yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu
terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena,
baik antar faktor risiko dengan faktor efek, antar faktor risiko, maupun antar
faktor efek.

3.4 Subjek Penelitian


 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian wakil dari suatu populasi (Notoatmodjo,


2018). Sampel dalam penelitian ini menggunakan total populasi yaitu seluruh
ibu yang memiliki anak usia 6-24 bulan di Puskesmas Gisting Jaya Kec
Negara Batin Kab Way Kanan berdasarkan perata kunjungan sebanyak 129
anak.
 Teknik sampling

Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling yaitu


pengambilan sampel beerdasarkan ketersediaan responden saat melakukan
penellitian (Notoatmodjo, 2018).
3.5 Definisi operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional

Variabel Pemberian Lembar Mengisi 0: memberikan Ordinal


independent MP-ASI pada Observasi lembar MP-ASI
(Pemberian anak sebelum observasi
MP-ASI) usia 6 bulan 1: Tidak
memberikan
MP-ASI

Variabel Status gizi Lembar Mengisi 0: Gizi Baik Ordinal


Dependent merupakan observasi lembar
(Status Gizi) salah satu observasi 1: Gizi Kurang
faktor yang baik
menentukan
sumber daya
manusia dan
kualitas hidup
3.6 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk
mengumpulkan data (Hidayat, 2012). Cara pengumpulan data dilakukan
dengan cara memberi lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan
kuesioner pada ibu yang memiliki anak usia 6-24 bulan tentang MP-
ASI, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden
diinstruksikan untuk mengisi kuesioner dengan selesai dan kuesioner
diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh adalah data
primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya atau
objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo,
2008)

3.7 Jenis Data


Primer
Skunder
3.8 Pengolahan Data
1. Editing

2. Coding

3. Tabulating

4. Entring

5. Cleaning
3.9 Analisis Data

Hasil penelitian tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian:


 Analisis Univariat

Analisis ini digunakan hanya untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun variabel
independen.
 Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menganalisa hubungan dua variabel yaitu variabel
dependen dan independen yang keduanya merupakan variabel kategorik. Uji yang
digunakan dalam analisa ini adalah uji statistik Chi Square dengan tingkat kepercayaan
95% (Hastono, 2012).
Adapun ketentuan hasil analisis bivariat berdasarkan hipotesa yaitu sebagai berikut:
 Bila p value <α (0,05), Ho ditolak berarti data sampel mendukung adanya
hubungan yang bermakna (signifikan).
 Bila p value >α (0,05), Ho gagal ditolak berarti data sampel tidak mendukung
adanya hubungan yang bermakna (signifikan).
Dalam bidang kesehatan untuk mengetahui derajat hubungan yaitu Odds Ratio (OR).
Nilai OR digunakan untuk jenis penelitian Cross Sectional.. Nilai OR terdapat pada
baris Odds Ratio. OR untuk membandingkan odds pada kelompok ter-ekspose dengan
odds kelompok tidak ter-ekspose (Hastono, 20012).

Anda mungkin juga menyukai