Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Medika

Husada E- ISSN : 2829-288X


P -ISSN : 2829-2871
Vol. 1 Nomor 1, 2021

PENGARUH PEMBERIAN HEALTH EDUCATION TERHADAP


PERILAKU IBU DALAM MP-ASI LOKAL DI POSYANDU TALAGA
RATU DESA KAIRATU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
Ety Dusra
Peminatan Promosi Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Maluku Husada
Jln. Lintas Seram Waiselang, Kec. Kairatu, Kab. Seram Bagian Barat
Email Korespondensi (k): ethydusra@gmail.com

ABSTRAK

Aktivitas bayi setelah usia 6 bulan semakin banyak sehingga makanan pendamping dari ASI diperoleh
guna memenuhi kebutuhan gizi untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi. Mulai usia 6 bulan, bayi
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sehingga bayi memerlukan asupan yang lebih banyak. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh health education terhadap perilaku ibu dalam pemberian
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) pada Balita Desa Kairatu Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram
Bagian Barat. Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah eksperimental semu dengan pendekatan one group
post-pre test design. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki batuta usia 6-24 bulan dengan
total sampel sebanyak 68 orang dengan teknik pengambilan accidental sampling. Uji statistic non parametric
Wilcoxon dengan nilai p<0,005. Hasil ada perubahan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum dan
setelah dilakukan intervensi dimana perilaku ibu dikategorikan tidak baik terhadap pemberian MP-ASI
sebanyak 42 orang (61,8%), dan perilaku ibu baik terhadap pemberian MP-ASI meningkat menjadi 64 orang
(94,1 %). Asil uji analisis diperoleh nilai p value = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05, berarti ada pengaruh health
education terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI. Kesimpulan sebagian besar ibu memiliki perilaku
baik tersetelah diberikan health eduction tentang pemberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
Dari hasil analisis juga menunjukkan bahwa ada pengaruh eduction terhadap perilaku ibu dalam pemberikan
MP-ASI pada Balita di Desa Kairatu Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat.

Kata kunci: Pemberian MP-ASI; Health Educatio

ABSTRACT

Infant activity after the age of 6 months is increasing so that complementary foods from breast milk are
obtained to meet the nutritional needs for the development and growth of infants. Starting at the age of 6
months, babies experience very rapid growth so that babies need more intake. The purpose of this study was to
determine the effect of health education on mother's behavior in providing complementary feeding for breast
milk (MP-ASI) to children under five in Kairatu Village, Kairatu District, West Seram Regency.The type of
research in this study was a quasi-experimental with a one group post-pre test design approach. The population
in this study were mothers who had stones aged 6-24 months with a total sample of 68 people using accidental
sampling technique.Wilcoxon non-parametric statistical test with p <0.005. The results showed that there was a
change in maternal behavior in giving MP-ASI before and after the intervention where the behavior of mothers
was categorized as not good for giving MP-ASI as many as 42 people (61.8%), and good mother behavior
towards giving MP-ASI increased to 68 people ( 94.1 %). The results of the analysis test obtained that the p
value = 0.000 is smaller than = 0.05, meaning that there is an effect of health education on the mother's
behavior in giving MP-ASI. The conclusion is that most mothers have good behavior after being given health
education regarding the provision of Complementary Foods for Mother's Milk (MP-ASI). The results of the
analysis also show that there is an eduction effect on the behavior of mothers in giving complementary feeding
to toddlers in Kairatu Village, Kairatu District, West Seram Regency.

7
Jurnal Medika Husada, Vol. 1 No.1 Tahun 2021, Page 7-12

Keywords: Complementary feeding; Health Education

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
yang belum berhasil. United Nation Children Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)
mengajunrkan usaha penurunan angka kesakitan dan kematian anak dengan cara pemberian ASI yang sebaiknya
diberikan minimal 6 bulan lamanya. ASI dapat diberikan kepada anak hingga usia 2 tahun dan diselingi dnegan
pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) setelah anak usia 6 bulan. Pemberian ASI Eksklufif selama 6
bulan dianjurkan oleh Kementerian kesehatan Republik Indonesia. Jenis makanan padat dan semi padat boleh
diberikan kepada bayi setelah usia 6 bulan sebagai makanan pendamping selain ASI(1).
Aktivitas bayi setelah usia 6 bulan semakin banyak sehingga makanan pendamping dari ASI diperoleh
guna memenuhi kebutuhan gizi untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi. Mulai usia 6 bulan, bayi
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sehingga bayi memerlukan asupan yang lebih banyak. Aktivitas bayi
semakin banyak seperti merangkak, belajar duduk dan belajar berjalan sehingga perlu energy lebih banyak yang
didapat dari asupan makanannya(2).
Tujuan dari pemberian MPASI adalah sebagai pelengkap zat gizi yang di peroleh dari ASI sehingga perlu
adanya tambahan MPASI sebagai pelengkap. Manfaat dari pemberian MPASI yang tepat dapat mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak selain itu kemampuan anak dalam membedakan berbagai macam rasa,
tekstur dan bentuk makanan mendorong anak untuk belajar beradaptasi dengan makanan baru yang diberikan.
Salah satu penyebab pemberian nutrisi yang tidak adekut saat masa pertumbuhan adalah Stunting dimana
prevalensi stunting di Indonesia cukup tinggi yaitu 37,2% dan membawa Indonesia peringkat ke-5 dunia dengan
jumlah anak penderita stunting. Menurut UNICEF Framework faktor yang dapat menyebabkan stunting pada
balita salah satunya adalah asupan makana yang tidak seimbang. Asupan . asupan makanan yang tidak
kesimbang termasuk dalam pemberian ASI eksklusif yang tidak diberikan yang dibutuhkan oleh bayi, (Ernita,
ets, 2019). Hasil analisis Riskesdas tahun 2018 prevalensi stunting menurun 30,8%, Namun stunting masih
menjadi perhatian pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024
menetapkan target angka stunting nasional agar bisa menurun mencapai 14%(3).
Faktor yang mempengaruhi bayi menderita Stunting yaitu riwayat pendidikan ibu, faktor ekonomi,
pengetahuan ibu, riwayat ASI eksklusif, usia saat diberikan MP ASI, kecukupan gizi (zink dan zat besi), riwayat
penyakit serta faktor genetic(4). Penanganan cepat dan tepat yang sesuai dengan tata laksana kasus anak gizi
buruk bisa mengurangi risiko kematian pada anak sehingga kejadian dan angka kematian akibat gizi buruk bisa
ditekan dengan baik(5). Di Indonesia ibu yang memiliki kesadaran akan stunting masih tergolong rendah, ibu
memberikan makanan apapun yang mereka miliki pada anak tanpa perlu menghitung kecukupan gizi anak(6).
Prevalensi balita dengan status gizi (TB/U) tercatat untuk Kabupaten Seram Bagian Barat menduduki
posisi ke-5 balita yang menderita Stunting sebanyak 12,78%, (Riskesdas 2018). Data yang diambil dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2016 bayi yang sudah diberikan MP-ASI dini sebesar 4.776
bayi (42,78%) dari 11.164 bayi, kemudian pada tahun 2017 bayi yang sudah diberikan MP-ASI dini menjadi
4.809 bayi (42,93%) dari 11.201 bayi dan pada tahun 2018 bayi yang sudah diberikan MP-ASI dini menjadi
sebesar 4.712 bayi (41,89%) dari 11.248 bayi(7).
Berdasarkan data yang diambil dari Puskesmas Kairatu tahun 2016 bayi yang sudah diberikan MP-ASI
dini sebesar 278 bayi (44,33%) dari 627 bayi, pada tahun 2017 menjadi sebesar 264 bayi (43,06%) dari 613
bayi dan pada tahun 2018 menjadi 281 bayi (44,46%) dari 632 bayi (8).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti kepada 5 ibu yang mempunyai balita, semuanya
memberikan makanan MP-ASI dini kepada bayinya, hal ini dilakukan dengan alasan bayi tidak puas dengan
ASI yang diberikan oleh ibu serta ketidaktauan I bu tentang bahaya pemberian MP-ASI dini. Jenis MP-ASI
yang diberikan ibu merupakan MP-ASI instan buatan pabrik dengan alasan bahwa lebih praktis. Pemberian MP-
ASI secara baik dan tepat sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan dalam ibu pemberian MP-ASI,
hal tersebut cenderung dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu berperan penting dalam hal pola asuh dan
pengetahuan akan kebutuhan asupan nutrisi ang diperlukan oleh balita.
.

8
Jurnal Medika Husada, Vol. 1 No.1 Tahun 2021, Page 7-12

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh health education terhadap perilaku ibu dalam
pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) pada Balita Desa Kairatu Kecamatan Kairatu
Kabupaten Seram Bagian Barat.

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini Ada pengaruh pemberian health education terhadap perilaku ibu dalam pemberian
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) pada Balita Desa Kairatu Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram
Bagian Barat

METODE

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah eksperimental semu dengan pendekatan one group post-pre
test design yang merupakan ciri tipe penelitian yang mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan satu kelompok subjek yang diobservasi sebelum dan setelah intervensi. Penelitian ini akan dilakukan
di Posyandu Talaga Ratu Desa Kairatu Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat. Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu yang memiliki batuta usia 6-24 bulan dengan total sampel sebanyak 68 orang dengan
teknik pengambilan accidental sampling.
Dalam penelitian ini akan dilakukan dua kali pengukuran, pertama (pretest) diberikan kepada responden
sebelum intervensi (Penyuluhan tentang MP-ASI) dan pengukuran kedua (pratest) dilakukan 1 jam setelah
intervensi, hal ini di maksudkan untuk mengetahui pengaruh perilaku ibu sebelum dan setelah intervensi
dilakukan Variable independen yakni Health Education sedangkan variable dependen adalah perilaku ibu dalam
pemberian MP-ASI. Uji analsis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji statistic non parametric
Wilcoxon dengan nilai p<0,005.

9
Jurnal Medika Husada, Vol. 1 No.1 Tahun 2021, Page 7-12

HASIL

Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 1 menujukkan bahwa karakteristik responden berdasarakan usia ibu persentase terbanyak
pada usia 20-35 tahun sebanyak 46 orang (67,6%), dan sedikit pada usia >35 tahun sebanyak 12 orang (17,6%),
mayoritas ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT), sedangkan pendidikan terakhir yang dimiliki adalah
SMP sebanyak 35 orang (51,5%), dan lulusan sarjana sebanyak 1 orang (1,5%). Karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan yang dimiliki suami sebesar 54 orang (79,4%) sebagai petani dan berkebun, sedangkan
sisanya bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 13 orang (19,1%) dan 1 orang (1,5%) belum bekerja. Karakteristik
responden berdasarkan umur anak 6-12 bulan sebanyak 36 orang (52,9), dan usia 13-24 bulan 32 orang (47,1),
sedangkan untuk jenis kelamin batuta yakni laki-laki sebanyak 38 orang (55,9%) dan perempuan sebanyak 30
(44,1%)
Tabel 1 Karakteristik Responden

Karakteristik Jumlah (n) Presentase (%) Total (N)


Umur Ibu 68
< 20 Tahun 7 10,3
20-35 Tahun 46 67,6
>35 Tahun 15 22,1
Pendidikan Ibu 68
SD 10 14,7
SMP 35 51,5
SMA 22 32,4
Sarjana 1 1,4
Pekerjaan Ibu 68
IRT 68 100
Wiraswasta 0
Pekerjaan Suami 68
Belum bekerja 1 1,5
Petani/Berkebun 54 79,4
Wiraswasta 13 19,1
Umur Anak 68
6 – 12 Bulan 36 52,9
13 – 24 Bulan 32 47,1
Jenis Kelamin Anak 68
Laki-laki 38 55,9
Perempuan 30 44,1
Sumber, Data Primer, 2021

Pengaruh Health Education Terhadap Perilaku Ibu dalam Pemberian MP-ASI

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa ada perubahan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum dan
setelah dilakukan intervensi dimana perilaku ibu dikategorikan tidak baik terhadap pemberian MP-ASI
sebanyak 42 orang (61,8%), dan perilaku ibu baik terhadap pemberian MP-ASI meningkat menjadi 64 orang
(94,1 %).

Tabel 2. Pengaruh Health Education Terhadap Perilaku Ibu Pemberian MP-ASI

Perilaku Intervensi
Pemberian Sebelum Setelah Sig
MP ASI Jumlah (n) Persentase (%) Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Baik 42 61,8 4 5,9
Baik 26 38,2 64 94,1 0,000
Jumlah 68 100 68 100
Sumber, Data Primer, 2021

10
Jurnal Medika Husada, Vol. 1 No.1 Tahun 2021, Page 7-12

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai p value = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05, berarti ada pengaruh health
education terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada Balita di Desa Kairatu Kecamatan Kairatu
Kabupaten Seram Bagian Barat

PEMBAHASAN

Makanan pendamping ASI adalah makanan yang mengandung gizi, diberikan pada anak usia 6–24 bulan
guna memenuhi kebutuhan gizinya. Pemberian makanan pendamping ASI secara tepat sangat dipengaruhi oleh
perilaku ibu yang memiliki bayi sehingga perlu diberikan pendidikan kesehatan kepada ibu mengenai pemberian
MP-ASi yang tepat(9).
MPASI merupakan makanan yang diberikan pada bayi ketika ASI saja sudah tidak bisa mencukupi
kebutuhan nutrisi anak untuk pertumbuhan dan perkembangan yang lebih optimal. MPASI harus diberikan pada
waktu yang tepat, adekuat, aman dan responsive. Pemberian MPASI yang optimal ini dapat menjamin
pertumbuhan dan perkmebagan yang optimal, mencegah stunting, mencegah obesitas, menurunkan risiko
anemia, defisiensi zat gizi mikro maupun risiko diare pada anak. Pemberian MPASI dini pada bayi sebelum usia
6 bulan, dan kualitas dari makanan yang kurang terkait asupan energy, protein, kalsium, zat besi, dan seng
ditermukan bisa meningkatkan risiko terjadinya stunting(10).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ada perubahan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum
dilakukan intervensi terhadap perilaku ibu pemberian MP-ASI, dan meningkat setelah dilakukan intervensi
dalam hal ini penyuluhan tentang pemberian MP-ASI.
Hasil Riskesdas 2018 tentang keragaman makanan bayi dan anak usia 6-23 bulan di Indonesia yang
sudah memenuhi syarat sebesar 46,6 persen. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi kualitas pemberian MP
ASI dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Asupan protein
merupakan faktor risiko untuk terjadinya pertumbuhan dan hambatan perkembangan pada anak. Hasil kajian
Beal T. et al. (2018) tentang pemberian makanan pendamping ASI di Indonesia menyatakan bahwa variasi
makanan khususnya pemberian makanan hewani sebagai sumber zat besi dapat menurunkan resiko stunting
pada anak. ada pengaruh health education terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI lokal pada Balita di
Desa Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat.
Penelitian yang dilakukan oleh Lestiarini & Sulistyorini (2020) menunjukkan bahwa pengathuan dan
sikap ibu berhubungan dengan perilaku dalam pemberian MPASI pada bayi usia kurang 6 bulan. Penelitian lain
juga dilakukan oleh Nugraha, dkk., (2017), menunjukkan bahwa hasil statistik dengan menggunakan Uji
Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukan adanya pengaruh konseling gizi terhadap tindakan ibu dalam
pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan.
Pendidikan kesehatan (health education) adalah proses yang direncanakan dengan sadar untuk
menciptakan peluang bagi individuindividu untuk senantiasa belajar memperbaiki kesadaran (Literacy) serta
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (Life skill) demi kepentingan kesehatannya(12).
Menurut teori Reasoned Action atau Planned Behavior, dijelaskan bawha orang akan bertindak apabila
mereka percaya bahwa perilaku tersebut bermanfaat bagi mereka dan diterima dalam lingkungan sosial. Ada
perasaan yang muncul ketika terjadi perubahan perilaku yang diakibatkan oleh desakan sosial (dari teman
sebaya yang dihormatinya, media massa, dan lain-lain)(13).
pemberian MP-ASI yang tepat dapat mengurangi resiko anak mengalami stunting. Di Indonesia ibu yang
memiliki kesadaran akan stunting dan pentingnya nutrisi yang tepat di masa pertumbuhan dan perkembangan
masih tergolong rendah, ibu memberikan makanan apapun yang mereka miliki pada anak tanpa perlu
menghitung kecukupan gizi anak, (Sakti, ets, 2020). Batuta yang mengalami stunting mempunyai risiko
terjadinya penurunan kemampuan kognitif dan intelektual, produktivitas dan peningkatan risiko penyakit
degenerative di masa yang akan datang dan meningkatnya kematian pada anak(14).
Sangat penting bagi ibu untuk memperhatikan usia anak dan asupan gizi pada MP-ASI yang diberikan
kepada anak sesuai dengan kebutuhan kecukupan zat gizi yang dibutuhkan selama masa tumbuh kembang, ibu
kecukupan zat gizi ibu selama hamil dan menyusui juga sangat dianjurkan. Asupan makanan yang seimbang
selama proses kehambilan, hingga menyusui dapat mengurangi resiko anak menderita stunting serta angka
kematian bayi akibat gizi buruk dapat ditekan.

11
Jurnal Medika Husada, Vol. 1 No.1 Tahun 2021, Page 7-12

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan dimana sebagian besar ibu memiliki perilaku baik
tersetelah diberikan health eduction tentang pemberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Dari
hasil analisis juga menunjukkan bahwa ada pengaruh eduction terhadap perilaku ibu dalam pemberikan MP-ASI
di Desa kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat.
Saran bagi petugas kesehatan agar dapat mengoptimalkan perannya dalam melakukan edukasi mengenai
gizi ibu dan balita, sehingga ibu dapat lebih memhami mengenai pentingnya asupan gizi (energy dan proten)
anak usia 6-23 bulan. Selain itu perlu adanya penelitian lanjut mengenai budaya makan dengan kejadian
Stunting.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Data dan Inromasi kementerian Kesehatan RI. Situasi Dan Analsiis ASI Eksklusif. Jakarta. 2015
2. Lestiarini S & Sulistyorini Y, Perilaku Ibu pada Pemberian Makananan Pendamping ASI (MPASI)di
Kelurahan Pegirian. the Journal Of Health Promotion and Health Education. Vol 8 No 1 2020
3. Riskesdas. Health Utama Riset Kesehatan Dasar Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. 2018
4. Ningrum N P, ets. Cegah Stunting Sejak Dini dengan Makanan Bergizi Untuk Ibu Hamil. E-Dimas: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 11 (4), pp. 550-555. 2020.
5. Cahya R, ets. Usaha Untuk Meningkatkan Cakupan ASI Eksklusif dengan Pendekatan Emotional
Demonstration "ASI Saja Cukup"i. Dedication: Jurnal Pengadian Masyarakat, 4 (1), pp. 25-23, (2020)
6. Sakti S. A ets. Kajian Stunting pada Anak Balita ditinjau dari Pemberian ASI Eksklusif, MP-ASI, Status
Imunisasi dan Karakteristik Keluarga di Kota Banda Aceh Stunting Study On Children Wiewed Form
Ecklusive Breast Feeding, Complementari Breastfeeding, Imunizations, pp. 169-184. Biormatika 6(1), pp.
169-175. 2020
7. Dinas Kesehatan Seram Bagian Barat. Profil Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat. Piru. 2019
8. Puskesmas Kairatu. Laporan Gizi. Kairatu. 2019
9. Ibrahim M, ets. Hubungan antara Karakteristik Ibu dan Perilaku Ibu dengan Riwayat Pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) dini di Wilayah Puskesmas Atinggola Kecamatan Atinggola Kabupaten
Gorontalo Utara. JIKMU Vol 5 (2). 2015
10. Rachmawati R, ets. Literature Riview: Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif dan MPASI Dini Terhadap
Stunting Pada Balita. Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengadian Ke-III (SNHRP-III, 2021)
11.Nugraha, ets. Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Tindakan Ibu dalam Pemebrian MPASI dan Berat Badan
Balita Gizi Kurang 6-24 bulan di Desa Sesela Wilayah Kerja Puskesmas Gunungsari Kbupatem Lombok
Barat. Jurnal gizi Proma Vol 2 Edisi 2. 2017
12. Fitiriani S. Promosi Kesehatan Edisi Pertama. Graha Ilmu. 2011. Yogyakarta
13. Kurfriyadi. S.D. Pengaruh PendampinganKader Terhadap Perilaku Gizi Balita. Mahakam Nursing Journal.
Vol 2 No 5. 2019
14. Arini, ets. Pemberian ASI berhubungan Dengan Derajar Stunting Bayi Usia 6-12 Bulan. Jurnal Gizido, 12
(1), pp. 27-35, 2020.

12

Anda mungkin juga menyukai