Anda di halaman 1dari 52

1

HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DENGAN PRODUKSI


ASI PADA IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS WAWOTOBI
KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA

SKRIPSI
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan
Sarjana Terapan Kebidanan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada
Semarang

OLEH :
SALSA BILA ALMAYANTI.H
1904273

PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan nutrisi terbaik bagi bayi selama 6 bulan pertama adalah Air

Susu Ibu (ASI). Dalam ASI mengandung nutrisi alamiah untuk kebutuhan energi

dan zat yang dibutuhkan selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Seorang ibu

sering mengalami masalah dalam pemberian ASI Eksklusif, salah satu kendala

utamanya yakni produksi ASI yang tidak lancar. Hal ini akan menjadi faktor

penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif kepada bayi baru lahir

(Safitri, 2016).

Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik

fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Pemberian ASI eksklusif perlu

mendapat perhatian para ibu, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan agar

proses menyusui dapat terlaksana dengan benar. Cara pemberian makanan pada

bayi yang baik dan benar adala menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai

dengan umur 6 bulan, bayi dapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai

dengan kebutuhan tumbuh kembangnya (Kemenkes RI, 2017).

Badan kesehatan World Children’s Organization (WHO) dan United

Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF)

merenkomendasikan : inisiasi menyusui dini dalam waktu 1 jam dari lahir; ASI

eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, dan pengenalan nutrisi yang

memadai dan aman komplementer (padat) makanan pada 6 bulan bersama dengan

terus menyusui sampai 2 tahun atau lebih. Namun, Banyak bayi dan anak-anak

tidak menerima makan optimal, dimana hanya sekitar 36% dari bayi usia 0 sampai
3

6 bulan di seluruh dunia yang diberikan ASI eksklusif selama periode tahun 2007

sampai dengan tahun 2014 (WHO, 2016).

Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, UNICEF

dan WHO merekomendasikan sebaiknya bayi hanya disusui air susu ibu (ASI)

selama paling sedikit 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi

berumur dua tahun, Agar ibu dapat mempertahankan ASI eksklusif selama 6

bulan, WHO merekomendasikan agar melakukan inisiasi menyusui dalam satu

jam pertama kehidupan, bayi hanya menerima ASI tanpa tambahan makanan atau

minuman, termasuk air, menyusui sesuai permintaan atau sesering yang

diinginkan bayi, dan tidak menggunakan botol atau dot (WHO, 2018).

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh

jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi danzat gizi lainnya yang terkandung

di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan

pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi

sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat

makanan tambahan yang tertumpu pada beras. Dalam pembangunan bangsa,

peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak dini atau

bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan

kualitas manusia adalah ASI (Roesli, 2006).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI yaitu status

gizi ibu, ibu yang cemas, perawatan payudara, pengaruh proses persalinan, umur

kehamilan saat persalinan, berat bayi, frekuensi menyusui, teknik menyusui, rawat
4

gabung, penggunaan alat kontrasepsi, alkohol, merokok dan obatobatan (Rudi

haryono 2014).

Pemberian ASI yang dianjurkan ditingkat internasional dan nasional

adalah pemberian ASI segera setengah jam setelah bayi lahir, kemudian

pemberian ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan, selanjutnya pemberian ASI

diteruskan sampai 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI. ASI

mengandung faktor protektif dan nutrien yang dapat menurunkan kesakitan dan

kematian anak. Zat kekebalan yang terdapat pada ASI dapat melindungi bayi dari

penyakit diare dan menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi

telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi (Depkes, 2013). Pemberian ASI dapat

mencegah kematian pada bayi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian di Ghana

yang menunjukkan bahwa 22% kematian bayi baru lahir dapat dicegah dengan

memberikan ASI pada satu jam pertama setelah kelahiran dan dianjurkan

diteruskan sampai usia enam bulan.

Pada penelitian di Swedia pada tahun 2000 terbukti bahwa bayi yang tidak

diberikan ASI ekslusif selama 13 minggu pertama setelah kelahiran memiliki

tingkat infeksi pernafasan dan infeksi saluran cerna yang lebih tinggi

dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI. ASI merupakan sumber gizi yang

ideal dengan komposisi yang seimbang baik kuantitas dan kualitasnya serta

disesuaikan dengan kebutuhan dalam tahap pertumbuhan bayi (Roesli, 2005).

Bayi dianggap cukup mendapatkan ASI jika terdapat penambahan berat

badan yang signifikan, bayi merasa puas dan kenyang setelah menyusui,

kemudian bayi bisa tidur nyenyak selama 2-4 jam, dan bayi dapat buang air kecil
5

atau besar dengan frekuensi minimal enam kali dalam sehari (Arief, 2009). Tanda

kecukupan ASI pada bayi yaitu berat badannya naik lebih dari 10% pada minggu

pertama. Berat badan bayi akan mengalami peningkatan 200-2500 gram per

minggu (Soetjiningsih, 2005).

Pola pemberian ASI berkaitan dengan kondisi psikologis postpartum.

Hasil penelitian dari Klainin dan Arthur (2009) mengungkapkan bahwa sebesar

3.5-63.3% perempuan di Asia mengalami gangguan psikologi setelah melahirkan,

dengan prevalensi terendah di Malaysia dan tertinggi di Pakistan. Taveras etal,

2003 juga mengungkapkan bahwa gangguan psikologis ini dapat berpengaruh

terhadap hubungan antara ibu dan bayi serta pola menyusui. Identifikasi

sejak awal terhadap risiko gangguan psikologis pada ibu postpartum sangat

penting untuk mengurangi pengaruh negatif kondisi psikologi ini dan berpotensi

untuk meningkatkan keberhasilan pemberian ASI.

Di Indonesia, rata-rata ibu menyusui eksklusif hanya sampai 2 bulan saja

(Yuliarti, 2010). Menurut Welford (2011) bayi yang berusia 3 bulan mengalami

fase percepatan pertumbuhan dimana secara fisiologis terdapat peningkatan

frekuensi dan durasi menyusu, namun banyak ibu yang mengira bahwa hal

tersebut terjadi karena pemberian ASI pada bayinya kurang sehingga mereka

menambahkan susu formula sebagai tambahan.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh World Health Organization

(WHO) pada tahun 2017 menyatakan bahwa baru sekitar 35% bayi usia 0-6 bulan

di dunia yang diberikan diberikan ASI eksklusif. eksklusif. Data lain juga

didapatkan didapatkan bahwa persentase persentase ibu di Asia pada tahun 2016
6

yang memberikan ASI eksklusif sebesar 42%. Dari kedua data hasil survey

tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif masih 3

tergolong rendah.6 Pemberian Pemberian ASI eksklusif eksklusif di Indonesia

Indonesia baru mencapai mencapai 30,2%. Pemerintah Pemerintah Indonesia

Indonesia telah menetapkan menetapkan target cakupan cakupan pemberian

pemberian ASI eksklusif eksklusif pada tahun 2017 pada bayi yang berusia yang

berusia 0-6 bulan sebesar 80%.7 Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 tahun 2015 cakupan ASI cakupan ASI

eksklusif eksklusif sebesar sebesar 47,86%, tahun 2 47,86%, tahun 2016 sebesar

016 sebesar 25,06%, dan tahun 2017 sebesar 57,67%.8 Cakupan ASI eksklusif di

Puskesmas Tayu pada tahun 2018 sebesar 54,73% dan di Puskesmas Tayu

pemberian pemberian ASI ekslusif ekslusif sebesar sebesar 39,05%. 39,05%.

Berdasarkan Berdasarkan laporan laporan cakupan cakupan ASI eksklusif

Puskesmas Tayu tahun 2018, desa Pundenrejo memiliki cakupan ASI eksklusif

eksklusif sebesar sebesar 26,92%. 26,92%.

Kesimpulan dari data tersebut tersebut yaitu Berdasarkan permasalahan

yang ada masih banyak ibu menyusui yang produksi ASI nya tidak lancer yaitu

sebesar 60% ibu menyusui yang tidak memberikan ASI pada bayinya dari

wawancara yang didapat ibu mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya salah

satunya produksi ASI yang tidak lancar yang dapat menyebabkan kesulitan untuk

menyusi bayinya, karena daya menghisap bayi yang kurang sehingga ibu terpaksa

memberi bayi susu formula. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan frekuensi menyusui dengan produksi ASI ibu


7

menyusui di wilayah kerja Puskesmas wawotobi kabupaten konawe sulawesi

tenggara .Berdasarkan latar belakang tersebut menimbulkan minat peneliti dalam

melakukan penelitian tentang “Hubungan frekuensi menyusui dengan produksi asi

pada ibu menyusui dipuskesmas wawotobi kabupaten konawe sulawesi tenggara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut : “Hubungan frekuensi menyusui dengan produksi asi pada

ibu menyusui di puskesmas wawotobi kabupaten konawe sulawesi tenggara”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan frekuensi menyusui dengan produksi

asi pada ibu menyusui di puskesmas wawotobi kabupaten konawe

sulawesi tenggara.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi menyusui pada ibu menyusui di

puskesmas wawotobi kabupaten konawe sulawesi tenggara.

b. Untuk mengetahui produksi asi pada ibu menyusui di puskesmas

wawotobi kabupaten konawe sulawesi tenggara.

c. Menganalisis Hubungan frekuensi menyusui dengan produksi asi pada

ibu menyusui di puskesmas wawotobi kabupaten konawe sulawesi

tenggara.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
8

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana kepustakaan dan


informasi ilmiah tentang Bank ASI dalam pemb informasi ilmiah tentang Bank
ASI dalam pemberian A erian ASI pada ibu bekerj SI pada ibu bekerja di Desa
Pundenrejo Kecamatan Tayu
2. Bagi ibu menyusui
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
Bank ASI dalam pemberian pemberian ASI pad ASI pada ibu bekerja di Desa
bekerja di Desa Pundenrejo Pundenrejo Kecamatan Tayu. Sehingga para wanita
pekerja yang sedang menyusui dapat termotivasi untuk memberikan ASI pada
anaknya dan para suami dapat lebih memberikan dukungan dalam kepatuhan
pemberian ASI tersebut.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam
memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif
Eksklusif terutama p terutama pada wan ada wanita pekerja. ita pekerja.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti Peneliti menjadikan penelitian menjadikan penelitian ini sebagai
acu sebagai acuan dan literatur literatur dalam pembuatan penelitian yang lebih
baik pembuatan penelitian yang lebih baik di masa yang di masa yang akan
datang. akan datang.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian Tri Aprilia (2015) yang berjudul hubungan antara isapan

bayi dengan frekuensi ASI pada ibu menyusui di RSI Jemursari

Surabaya. Jenis penelitiannya adalah cross sectional. Sampel

penelitian adalah ibu menyusui yang datang bersama bayinya saat

kunjungan imunisasi di RSI Jemursari Surabaya. Variabel

peneliannya adalah isapan bayi dan produksi ASI. Hasil

penelitiannya adalah menunjukkan hampir seluruhnya (94,1%)

isapan bayi benar dan hampir seluruhnya (88,2%) mempunyai


9

prodiksi ASI yang cukup. Hasil uji statistik di dapatkan bahwa

p=0,018 dengan tingkat signifikan a=0,05 berarti p< a maka H 0

ditolak. Simpulan dari penelitian semakin sering bayi menghisap

payudara dengan benar, ASI semakin sering di produksi.

Diharapkan bagi ibu menyusui tetap mempertahankan untuk

menyusui bayinya dengan cara menyusui yang benar untuk

meningkatkan produksi ASI. Perbedaan penelitian ini adalah

terletak pada sampel bayi yang berumur 0-6 bulan, dan tempat

penelitian.

2. Nelitian riana angriani (2017), yang berjudul Hubungan Frekuensi

Menyusui Dengan Kelancaran Produksi ASI Ibu Post PartumDi

Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Selatan Kabupaten Bireuen

Provinsi Aceh. Variabel penelitian ini adalah hubungan frekuensi

menyusui dengan kelancaran produksi asi ibu post partum di

wilayah kerja puskesmas peusangan selatan kabupaten bireuen

provinsi aceh. Sampel seluruh ibu post partum. metode penelitian

ini adalah, cross sectional. Hasil penelitian mengatakan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi

menyusui berhubungan dengan kelancaran produksi ASI ibu

dengan nilai p=0,019 PR= 2,438 (95% CI 1,261-4,711).

Disimpulkan bahwa ibu yang memiliki frekuensi menyusui yang

baik memiliki peluang 2,438 kali untuk memiliki produksi ASI yang

lancar dibandingkan dengan ibu yang memiliki frekuensi menyusui


10

yang kurang baik. Perbedaan penelitian ini adalah terletak pada

tempat penelitian, dan sampel penelitian.

3. Penelitian Dewi (2019), yang berjudul faktor-faktor yang

mempengaruhi kelancaran produksi ASI. Jenis penelitian adalah

cross sectional. sampel penelitiannya adalah semua ibu yang

datang ke Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang untuk

mengimunisasi bayinya. Variabel dependen yaitu kelancaran

produksi ASI, dan variabel independen yaitu ketenangan jiwa,

nutrisi, istrahat ibu, isapan bayi, pengunaan alat kontrasepsi,

perawatan payudara. Hasil penelitian menyatakan bahwa Dari hasil

analisa yang diperoleh yaitu; ada hubungan antara ketenangan jiwa

dengan kelancaran produksi ASI nilai p value 0,035, ada hubungan

antara nutrisi dengan kelancaran produksi ASI nilai p value 0,006,

ada hubungan antara istirahat dengan kelancaran produksi ASI

nilai p value 0,027, ada hubungan antara isapan bayi dengan

kelancaran produksi ASI nilai p value 0,011, ada hubungan antara

penggunaan kontrasepsi dengan kelancaran produksi ASI dengan

nilai p value=0,004, ada hubungan antara perawatan payudara

dengan kelancaran produksi ASI nilai p value=0,000. Dan diperoleh

hasil multivariate atau faktor yang paling dominan mempengaruji

produksi ASI yaitu nutrisi dengan hasil nilai OR = 8,142. Perbedaan

penelitian ini adalah terletak pada tempat penelitian, dan sampel

penelitian
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Konsep dasar produksi air susu ibu (ASI)

a. Pengertian Produksi ASI

Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi

karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama

enam bulan pertama kehidupan bayi.Seseorang ibu sering mengalami

masalah dalam pemberian ASI eksklusif, salah satu kendala utamanya

yakni produksi ASI yang tidak lancar. Hal ini akan menjadi faktor

penyebab rendahnya cakupa pemberian ASI eksklusif kepada bayi baru

lahir (Handayani, 2011).

Menurut Wiji (2013), bayi perlu menyusu sebanyak 8-12 kali

dalam periode 24 jam. Pola menyusui bervariasi karena setiap bayi

berbeda. Beberapa bayi akan menyusu setiap 2-3 jam selama periode 24

jam. Bayi lainnya mungkin mempunyai pola kluster, yaitu menyusu

setiap 3-4 jam diantaranya, 24-48 jam pertama setelah lahir, sebagian

besar bayi tidak bangun sering ini untuk menyusu. Orang tua harus

memahami bahwa mereka harus membangunkan bayi untuk menyusu

minimal setiap 3 jam pada siang hari dan setiap 4 jam pada malam hari.

Frekuensi menyusui ditentukan dengan menghitung awal dari satu sesi ke

11
12

berikutnya. Pola ini bayi harus mendapat minimal 8 kali sesi menyusui

dalam 24 jam.

Proses laktasi atau menyusui adalah proses pembentukan ASI

yang melibatkan hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon

prolaktin selama kehamilan akan meningkat akan tetapi ASI belum

keluar karena masih terhambat hormon estrogen yang tinggi. Dan pada

saat melahirkan hormon estrogen dan progresteron akan menurun dan

hormone prolaktin akan lebih dominan sehingga terjadi sekresi ASI (Rini

Astutik, 2014).

Proses pembentukan ASI dimulai sejak awal kehamilan. ASI (Air

Susu Ibu) di produksi karena pengaruh faktor hormonal, proses

pembentukan ASI di mulai dari proses terbentuknya laktogen dan

hormon-hormon yang mempengaruhi terbentuknya ASI, proses

terbentuknya laktogen dan hormon produksi ASI sebagai berikut :

1) Laktogenesis I

Pada fase aktif kehamilan, payudara perempuan memasuki fase

pembentukkan laktogenesis I, dimana payudara mulai memproduksi

kolostrum yang berupa cairan kuning kental. Pada fase ini payudara

perempuan juga membentuk penambahan dan pembesaran lobulus-

alveolus. Tingkat progresteron yang tinggi dapat menghambat

produksinya ASI. Pada fase ini kolostrum yang keluar pada saat hamil

atau sebelum bayi lahir tidak menjadikan masalah sedikit atau banyaknya

ASI yang akan di produksi.


13

2) Laktogenesis II

Pada saat melahirkan dan plasenta keluar

menyebabkanmenurunnyahormon progresterone, estrogen dan human

placental lactogen (HPL) secara tiba-tiba, akan tetapi kadar hormone

prolaktin tetap tinggi yang menyebabkan produksi ASI yang berlebih dan

fase ini disebuh fase laktogenesis II.

Pada fase ini, apabila payudara dirangsang, kadar prolaktin dalam

darah akan meningkat dan akan bertambah lagi pada periode waktu 15

menit, dan akan kembali ke level semula sebelum rangsangan tiga jam

kemudian. Hormon prolaktin yang keluar dapat menstimulasi sel di

dalam alveoli untuk memproduksi ASI lebih banyak, yaitu pada pukul 2

pagi sampai 6 pagi, akan tetapi kadar prolaktin akan menurun jika

payudara terasa penuh.

Selain hormon prolaktin, hormon lainnya seperti hormon insulin,

tiroksin dan kortisol terdapat dalam proses produksi ASI, tetapi peran

hormon tersebut tidak terlalu dominan.penanda biokimia mengidikasikan

jika proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan,

akan tetapi ibu yang setelah melahirkan merasakan payudara penuh

sekitar 2-3 hari setelah melahirkan. Jadi dari proses laktogenesis II

menujukkan bahwa produksi ASI itu tidak langsing diproduksi setelah

melahirkan. Kolostrum yang dikonsumsi oleh bayi sebelum ASI,

mengandung sel darah putih dan antibody yang tinggi dari pada ASI

sebenarnya, antibody pada kolostrum yang tinggi adalah immunoglobulin


14

A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan

mencegah kuman masuk pada bayi. IgA juga mencegah alergi terhadap

makanan, dalam dua minggu setelah melahirkam, kolostrum akan mulai

berkurang dan tidak ada, dan akan digantikan oleh ASI seutuhnya.

3) Laktogenesis III

Fase laktogenesis III merupakan fase dimana system control

hormon endokrin mengatur produksinya ASI selama kehamilan dan

beberapa hari setelah melahirkan. Pada saat produksi ASI mulai stabil,

sistem kontrol autokrin dimulai. Pada tahap ini apabila ASI banyak

dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak. Payudara

akan memproduksi ASI lebih banyak lagi jika ASI sering banyak

dikeluarkan, selain itu refleks menghisap bayi pula akan dapat

mempengaruhi produksi ASI itu sendiri.

b. Hormon-hormon Pembentuk ASI

1) Progresteron

Hormon progresterone ini mempengaruhi petumbuhan dan ukuran

alveoli. Tingkat progresteron akan menurun sesaat setelah melahirkan

dan hal ini dapat mempengaruhi produksi ASI berlebih.

2). Estrogen

Hormon estrogen ini menstimulasi saluran ASI untuk membesar.

Hormon estrogen akan menurun saat melahirkan dan akan tetap rendah

selama beberapa bulan selama masih menyusui. Pada saat hormon

estrogen menurun dan ibu masih menyusui, dianjurkan untuk menhindari


15

KB hormonal berbasis hormon estrogen karena dapat menghambat

produksinya ASI.

3). Prolaktin

Hormon prolaktin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh

grandula pituitary.Hormon ini berperan dalam membesarnya alveoli saat

masa kehamilan. Hormon prolaktin memiliki peran penting dalam

memproduksi ASI, karena kadar hormon ini meningkat selama

kehamilan. Kadar hormon prolaktin terhambat oleh plasenta, saat

melahirkan dan plasenta keluar hormone progresteron dan estrogen mulai

menurun sampai tingkat dilepaskan dan diaktifkannya hormon prolaktin.

Peningkatan hormon prolaktin akan menghambat ovulasi yang bisa

dikatakan mempunyai fungsi kontrasepsi alami, kadar prolaktin yang

paling tinggi adalah pada malam hari.

4). Oksitosin

Hormon oksitosin berfungsi mengencangkan otot halus pada rahim pada

saat melahirkan dan setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan

otot halus pada sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu.

Hormon oksitosin juga berperan dalam proses turunya susu let

down/milk ejection reflex. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

keluarnya hormon oksitosi, yaitu :

a) Isapan bayi saat menyusu

b) Ada kenyamanan diri pada ibu menyusui


16

c) Diberikan pijatan pada punggung atau pijat oksitosin ibu yang

sedang menyusui

d) Dukungan suami dan keluarga pada ibu yang sedang dalam masa

menyusui eksklusif pada bayinya

e) Keadaan psikologi ibu menyusui yang baik.

(Nia Umar S.Sos, 2014).

5). Human Placenta Lactogen (HPL)

Pada saat kehamilan bulan kedua, palsenta akan banyak

mengeluarkan hormon HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara,

puting, dan areola sebelum melahirkan.

Pada saat payudara sudah memproduksi ASI, terdapat pula proses

pengeluaran ASI yaitu dimana ketika bayi mulai menghisap, terdapat

beberapa hormon yang berbeda bekerja sama untuk pengeluaran air susu

dan melepaskannya untuk di hisap. Gerakan isapan bayi dapat

merangsang sarat-saraf dalam puting. Serat saraf ini membawa

permintaan agar air susu melewati kolumna spinalis ke kelenjar hipifisis

dalam otak. Kelenjar hipofisis akan merepon otak untuk melepaskan

hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon prolaktin dapat

merangsang payudara untuk menghasilkan lebih banyak susu. Sedangkan

hormon oksitosin kontraksi otot-otot yang sangat kecil yang mengelilingi

duktus dalam payudara, kontraksi ini menekan duktus dan mengeluarkan

air susu ke dalam penampungan di bawah areola (Rini Yuli Astutik,

2014).
17

Pada saat proses laktasi terdapat dua refleks yang berperan, yaitu

refleks prolaktin dan reflekslet down/reflek aliran yang akan timbul

karena rangsangan isapan bayi pada puting susu. Berikut penjelasan

kedua refleks tersebut :

a) Reflek Prolaktin

Pada saat kehamilan, hormon prolaktin berperan untuk

pembentukkan kolostrum, akan tetapi jumlah kolostrum terbatas karena

aktivitas hormon prolaktin terhambat oleh hormon estrogen dan hormon

progresteron yang kadarnya masih tinggi. Tetapi setelah melahirkan dan

lepasnya plasenta, maka hormon estrogen dan hormon progresteron akan

berkurang. Selain itu dengan isapan bayi dapat merangsang puting susu

dan kalang payudara, yang akan merangsang ujung-ujung saraf sensori

yang mempunyai fungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini akan

dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis, sehingga

hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat

sekresi prolaktin dan sebaliknya juga kan merangsang pengeluaran

faktor-faktor yang akan memacu sekresi prolactin akan merangsang

hipofisis sehingga dapat dikeluarkannya prolaktin dan hormon prolaktin

dapat merangsang sel-sel alveoli yang fungsinya untuk membuat air susu.

Pada ibu menyusui, kadar hormon prolaktin akan mengalami peningkatan

jika ibu bayi dalam keadaan stres (pengaruh psikis), anastesi, operasi,

rangsangan puting susu, hubungan seksual dan obat-obatan.

b) Reflek Aliran/Let Down


18

Proses pembentukkan prolaktin oleh adenhipofisis, rangsangan

yang berasal dari isapan bayi dan akan dilanjutkan kehipofisis posterior

yang kemudian akan mengeluarkan hormon oksitosin, melalui aliran

darah hormon ini akan dibawa keuterus yang akan menimbulkan kontaksi

pada uterus sehingga dapat terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi

yang terjadi tersebut akan merangsang diperasnya air susu yang telah

diproses dan akan dikeluarkan melalui alveoli kemudian masuk ke sistem

duktus dan dialirkan melalui duktus laktiferus dan kemudian masuk pada

mulut bayi.

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan dan nutrisi utama yang

diberikan pada bayi. Produksi ASI dimulai pada saat kehamilan bulan ke-

2 dan ke-3.Manfaat dari ASI dalah nutrisi yang dapat diberikan setiap

saat pada bayi.terkadang zat kekebalan terdahap penyakit. Manfaat ASI

bukan hanya untuk bayi, akan tetapi bisa bermanfaat juga untuk ibu bayi,

yaitu isapan awal bayi secara terus menerusyang dapat mempengaruhi

produksi ASI. Pemberian ASI dalah peran dari ibu, karena bayi diberikan

nutrisi tidak hanya saat didalam kandungan, setelah dilahirkan seorang

bayi masih memerlukan nutrisi yaitu dengan pemberian ASI secara

alami.(Hayati, 2009).

c. Stadium Pembentukan Laktasi

Menurut Dewi Maritalia (2017), stadium pembentukan laktasi, ASI

terbagi menjadi tiga stadium, yaitu :

1). Kolostrum
19

Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini

disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke empat

pasca persalinan. Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental,

lengket dan berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi

protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi

yang tinggi dari pada ASI matur. Selain itu, kolostrum masih

mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada kolostrum

adalah imunoglobulin (IgD, IgA, dan IgM), digunakan sebagai zat

antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur,dan

parasit. Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita,

tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas

lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300

ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan pencar ideal untuk membersihkan

zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan

saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan datang.

2). Asi Transisi/ Peralihan

Asi peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai

sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama

dua minggu, volume air susu bertabah banyak dan berubah warna serta

komposisinya. kadar imunoglobin dan protein menurun, sedangkan

lemak dan laktosa meningkat.

3). Asi Matur


20

ASI matur di sekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya. ASI

matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan,

tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali

atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer.

Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi Laktosa, Gula,

Protein, meneral dan air. Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk.

Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan

lebih cepat kenyang, dengan demikian, bayi akan membutuhkan

keduanya, baik foremilk maupun hindmilk.

Kandungan Kolustrum Transisi ASI matur

Energi ( kgkal) 57,0 63,0 65,0

Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0

Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8

Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,325

Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2

Immunoglubin :

Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6

Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9

Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9

Lisosing(mgs/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5

Laktoferin 420-520 - 250-270

Tabel 1 : Kandungan Kolostrum, ASI Transisi Dan ASI Matur (Dewi


Maritalia, 2017)
21

d. Jumlah produksi Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu(ASI) yang diproduksi setelah melahirkan pada hari

pertma adalah berupa kolostrum dengan volume 10-100 cc, dan pada hari

ke 2 sampai ke 4 akan meningkat dengan volume setitar 150-300 ml/24

jam. Produksi ASI setelah 10 hari dan seterusnya melahirkan sampai bayi

berusia 3 bulan atau disebut dengan ASI matur, ASI dapat berproduksi

sekitar 300- 800 ml/hari, dan ASI kan terus meningkat pada hari atau

minggu seterusnya. (Rini Yuli Astuti,2014).

e. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI

1). Makanan

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makan yang dimakan ibu,

apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang

diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI.

2). Ketenangan jiwa dan fikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu

dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai

bentuk ketengan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan

tidak akan terjadi produksi ASI.

3). Penggunaan alat kontrasepsi

Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi

hendaknya diberhentikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak

tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.

4). Perawatan payudara


22

Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise untuk

mengeluarkan hormon prgresteron dan estrogen lebih banyak lagi dan

hormon oxytocin.

5). Fisiologi

Terbentuknya ASI di pengaruhi hormon terutama prolaktin ini

merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal

pengadaian dan mempertahankan sekresi air susu.

6). Faktor istrahat

Bila kurang istrahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan

fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI

berkurang.

7). Faktor isapan anak

Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar

maka hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI

berkurang (Weni, S, 2009).

f. Volume Produksi ASI

Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI

mulai menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal pada hari pertama dan

kedua sejak bayi lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 500ml pada

minggu kedua. Produksi ASI semakin efektif dan terus menerus

meningkat pada 10-14 hari setelah melahirkan. Kondisi tersebut

berlangsung hingga beberapa bulan kedepan.Bayi yang sehat


23

mengkonsumsi 700-800ml ASI setiap hari. Jumlah produksi dapat

mencapai 1,5- 2 liter per harinya. jumlah produksi ASI tergantung

beberapa banyak bayi menyusu, semakin sering bayi menyusu semakin

banyak hormon prolaktin dilepaskan dan semakin banyak produksi ASI.

Setelah memasuki 6 bulan volume pengeluaran ASI mulai menurun.

Sejak saat itu, kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI, dan

harus mendapatkan makanan tambahan. Secara fisiologis, ukuran

payudara tidak mempengaruhi volume air susu yang diproduksi. Artinya,

jumlah ASI yang di produksi tidak tergantung pada besar atau kecilnya

payudara. Jumlah produksi ASI berfariasi setiap hari, karena dipengaruhi

oleh kandungan nutrisi ibu. ASI yang dibutuhkan oleh bayi sesuai tingkat

pertumbuhan dan perkembangannya. Semakin sehat bayi, semakin

banyak ASI yang harus dikonsumsinya. Menurut Deddy volume ASI

yang diproduksi dipengaruhi oleh kondisi psikis seorang ibu dan

makanan yang dikonsumsinya. Oleh karena itu, ibu tidak boleh merasa

stres dan gelisah secara berlebihan. Keadaan ini sangat berpengaruh

terhadap volume ASI pada minggu pertama menyusui bayi (Deddy

Muchtadi,2010).

Jumlah air susu pada ibu yang keurangan gizi sekitar 500-700ml

setiap hari selama 6 bulan pertama, 400-600ml pada 6 bulan kedua, serta

300-500ml pada tahun kedua kehidupan bayi. Kekurangan gizi

dikarenakan cadangan lemak yang tersimpan dalam tubuh ibu pada masa

kehamilan tidak mencukupi kebutuhan, yang kelak akan digunakan


24

sebagai salah satu komponen ASI dan sumber energi selama menyusui.

Meskipun begitu, peningkatan konsumsi makanan pada ibu hamil belum

tentu meningkatkan produksi air susunya.Sebenarnya, gizi dalam

makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil itulah yang menjadi faktor

dominan yang berpengaruh terhadap volume produksi ASI. Pada

beberapa kasus, jumlah produksi ASI yang pada ibu yang kekurangan

gizi sering kali menurun,dan akhirnya berhenti sama sekali (Dwi

Sunar,2009).

g. Kandungan Dalam ASI

1) Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) dan jumlahnya

relatif lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Laktosa berfungsi

sebagai salah satu sumber untuk otak, mempertinggi absorbsi kalsium

dan merangsang pertumbuhan Lactobasillus bifidus.Bakteri ini

menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat

pertumbuhan bakteri yang merugikan.

2) Lemak

Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak.Sekitar 50% kalori ASI

berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4,5%.

Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh

bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam

lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI.

3) Protein
25

Protein dalam susu adalah kasein dan Whey. Kadar protein ASI

sebesar 0.9%, 60% diantaranya adalah Whey yang lebih mudah

dicerna dibanding kasein (protein utama susu sapi). Protein berguna

untuk pembentukan sel pada bayi yang baru lahir.

4) Vitamin

ASI cukup untuk mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin

K yang berfungsi sebagai katalisator dalam proses pembentukan darah

terdapat dalam ASI dalam jumlah cukup dan mudah diserap, vitamin

D berfungsi untuk pembentukan tulang bayi baru lahir, vitamin E

berfungsi penting untuk ketahanan dinding sel darah merah, vitamin A

berfungsi untuk kesehatan mata, selain itu untuk mendukung

pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Selain itu ada

pula vitamin B, asam folat, dan vitamin C yang larut dalam air.

5) Zat besi

Bayi aterm normal biasanya lahir dengan hemoglobin tinggi (16-22

gr/dl), yang berkurang cepat setelah lahir. Bayi memiliki persediaan

zat besi dalam jumlah banyak cukup untuk setidaknya 4-6 bulan.

6) Mineral

Kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh makanan

yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi ibu.

Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih

mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam

susu sapi. Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium
26

yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka,

transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar

kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, tetapi tingkat penyerapannya

lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar fosfor,

magnesium, vitamin D dan lemak. Mineral yang juga tinggi kadarnya

dalam ASI dibandingkan susu formula adalah selenium, yang sangat

dibutuhkan untuk pertumbuhan cepat pada bayi (Wijaya, 2018).

h. Masa menyusui

1. Setelah bayi mendapat ASI pada minggu pertama kelahiran, ibu harus

menyusui bayi secara eksklusif selama 6 bulan pertama setelah lahir.

Saat itu bayi hanya diberi ASI tanpa makanan atau minuman lainnya.

2. Ibu mesti mencari informasi tentang gizi makanan ketika masa

menyusui agar bayi tumbuh sehat dan produksi ASI ibu meningkat.

Saat menyusui ibu memerlukan makanan 1 1/2 kali lebih banyak dari

pada biasanya, dan minum minimal 8 gelas sehari.

3. Ibu harus cukep istirahat untuk menjaga kesehatannya, ibu perlu

ketenangan pikiran, serta menghindari diri dari kelelahan yang

berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

4. Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan (merujuk Posyandu

atau Puskesmas) bila ada permasalahan yang terkait penyusuan.

5. Ibu memperhatikan gizi/makanan anak, terutama pada bayi berusia 6

bulan. Sebaiknya, bayi diberi ASI yang kualitas dan kuantitasnya baik.

i. Manfaat ASI
27

1. Bagi bayi

Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.Bayi yang

diberi ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setalah lahir,

pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi

kemungkinan obesitas.

a. Mengandung antibody

b. ASI mengandung komposisi yang tepat

c. Mengurangi kejadian karies dentis

d. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan

atara ibu dan bayi.

e. Terhindar dari energi

f. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi (Weni K, 2009).

2. Bagi ibu

a. Aspek Kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung syaraf

sensorik sehingga post snterior hipofise mengeluarkan prolaktin,

prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen

akibatnya tidak ada evulasi.

b. Aspek Kesehatan Ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya

oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi

uterus dan mencegah terjadinya pendarahan pasca persalinan.

c. Aspek penurunan berat badan


28

Ibu yang memberikan ASI eksklusif teryata lebih mudah dan

lebih cepat kembali keberat badan

semula seperti sebelum hamil.

d. Aspek psikologis

Ibu yang menyusui akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang

dibutuhkan oleh semua manisia (Weni S, 2009).

3. Bagi keluarga

a. Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan

untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk digunakan

keperluan lain.

b. Aspek psikologis

Kebahagian keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang,

sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan

hubungan bayi dengan keluarga.

c. Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan

kapan saja (Weni S, 2009).

j. Faktor penghambat ASI

Keluarnya ASI sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.Faktor

utama yang mempengaruhinya adalah faktor hormonal, yaitu prolaktin

yang berperan dalam produksi ASI dan oksitosin yang berperan

merangsang keluarnya ASI. Hormon prolaktin ini diproduksi oleh


29

kelenjar pituari yang berada didalam otak dan berpengaruh terhadap

berbagai fungsi fisiologis tubuh. Jumlah hormon prolaktin dipengaruhi

oleh jumlah nutrisi yang dikonsumsi ibu, serta yang dipengaruhi juga

oleh frekuensi isapan bayi, sementara hormon oksitosin yang merangsang

keluarnya ASI, Sering disebut sebagai hormon cinta, karena hormon ini

dipengaruhi oleh suasana hati ibu, oleh karena ibu penting sekali bagi ibu

yang menyusui untuk menjaga suasana hati dan jiwa gara tetap dalam

kondisi baik dan bahagia. Keadaan ibu yang lelah dan stres akan

mempengaruhi hormon oksitosin dan akan menghambat produksi ASI.

Berikut ini faktor lain yang dapat mempengaruhi produksi dan

kelancaran ASI :

a. Asupan makanan

b. Kondisi psikis

c. Perawatan payudara

d. Frekuensi bayi menyusu

e. Bayi kurang bisa menghisap ASI

f. Alat kontrasepsi

k. Tanda-tanda bayi cukup ASI

a. Kenaikan berat badan bayi

Sebelum menyusui, timbanglah berat badan bayi dengan timbangan

digital, setelah menyusui 15 menit untuk setiap payudara timbanglah

kembali bayi dengan timbangan yang sama. Selisih berat badanya,

menunjukkan jumlah ASI yang diminum selama 30 menit


30

tersebut.Cara ini hanya dapat dignakan bila tersedia timbangan

digital.Setiap bulannya periksakanlah berat badan bayi.Tanda bayi

cukup ASI adalah kenaikan 400 gram hingga 1 kg setiap bulannya.

b. Jumlah dan warna pup

Bayi yang meminum ASI memiliki pup berwarna kuning cerah dan

lebih encer, sedangkan bayi yang minum susu formula pupnya hijau

kaya sufor banyak mengandung zat bezi. Tanda bayi cukup ASI

adalah pup minimal 1 kali dalam sehari, bila ia tidak pup dalam

beberapa hari anda perlu curiga bahwa bayi kurang ASI.

c. Tekanan bayi ketika bayi menyusu

Hal ini dilakukan untuk mengetes apaka ASI kita keluar ketika si

bayi sedang menyusu. Caranya ketika ia sedang menyusu peraslah

pelahan payudara anda kearah putting. ASI akan menyembur dan

mengganggu kenyamanan si bayi yang sedang menyusu. Bila ia

tidak terlihat terganggu, berarti tidak ada semburan ASI.

l. Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung dari stimulasi

pada kelenjar payudara

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan danproduksi ASI antara

lain:

1. Makanan Ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa

menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu atau pun

jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan


31

berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu

diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak

mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya

kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan

dapat bekerja dengan sempurna dan akhirnya akan berpengaruh

terhadap produksi ASI Ada beberapa kandungan makanan yang

harus dikonsumsi ibu menyusui seperti di bawah ini.

Pedoman untuk ibu menyusui adalah sebagai berikut:

1. Makan teratur dengan menu sehat untuk ibu menyusui. Bila ibu

lapar bayi juga akan lapar.

2. Hindari makanan siap saji,karena terlalu banyak mengandung

garam dan kekurangan gizi dan kurang berserat.

3. Hindari makanan terlalu banyak gula (manis), karena gula

adalah zat gizi kosong, artinya hanya zat tenaga saja.

4. Makanlah makanan alami, karena kandungannya tidak banyak

yang rusak, namun harus dijaga kebersihannya.

5. Seringlah berkonsultasi pada tenaga kesehatan untuk

kepentingan asupan gizi seimbang, baik bidan, perawat atau

dokter.

Unsur gizi dalam satu liter ASI setara dengan unsur gizi yang

terdapat dalam dua piring nasi ditambah satu butir telur. Jadi

diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan

satu piring nasi untuk membuat satu liter ASI. Agar Ibu
32

menghasilkan satu liter ASI diperlukan makanan tambahan

disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3

piring nasi dan satu butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui

bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi

kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa

kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu

tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya

mutlak diperlukan. Walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum

dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan

sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan

makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar

berbagai vitamin dalam ASI.

Dalam penelitian Arifin (2013) mengatakan ibu yang

kekurangan gizi akan mengakibatkan menurunnya jumlah ASI dan

akhirnya berhenti. Hal ini menyebabkan pada masa kehamilan

jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk

menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan

digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber

energi selama menyusui Menurut Kristiyanasari ada beberapa hal

yang mempengaruhi produksi ASI yaitu makanan yang dimakan ibu.

Apabila makanan ibu secara secara teratur mengandung gizi yang

diperlukan maka akan berpengaruh pula pada produksi ASI,

karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna


33

tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang

baik,makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak,

mineral dan vitamin yang cukup dan ibu dianjurkan untuk minum

lebih banyak kira-kira 8-12 gelas sehari karena ibu sering merasa

haus pada saat ibu menyusui bayinya

2. Frekuensi Menyusui

ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks.

Selama periode menyusui ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi

produksi ASI salah satunya adalah frekuensi menyusui, dalam konsep

frekuensi pemberian ASI sebaiknya bayi disusui tanpa di jadwal (on

demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Karena

menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan

bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.

Dengan menyusui tanpa dijadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan dapat

mencegah timbulnya masalah menyusui (Sujiyatini dkk, 2010).

Hal ini menunjukkan tingginya jumlah berapa kali bayi menyusu

dalam satu hari, dikarenakan setiap bayi memiliki refleks mengisap untuk

menelan ASI dari payudara ibunya (Arief,2009). Pada awalnya, bayi

akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, dan akan mempunyai

pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwalkan

akan mengakibatkan kurang baik. Hal ini disebabkan oleh isapan bayi

sanggat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan

menyusui ASI tanpa jadwal dan sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah
34

banyak masalah yang mungkin timbul. Kegiatan menyusui bayi dimalam

hari akan sangat berguna bagi ibu yang berkerja. Hal ini akan memacu

produksi ASI dan mendukung keberhasilan penundaan kehamilan

(Bahiyatun, 2009).

Frekuensi penyusuan adalah kekerapan bayi menyusu pada ibu.

Setiap bayi mempunyai pola menyusu yang unik, tidak sama satu

diantara yang lain, beberapa bayi biasanya mengisap sedikit atau hanya

sebentar akan tetapi dengan frekuensi yang sering. beberapa bayi juga

menyusu lebih lama namun dengan frekuensi yang jarang. Pengisapan

anak mempunyai peranan penting dalam produksi air susu ibu, karena

memiliki pengaruh dalam pengeluaran hormon pituirin. Isapan anak akan

merangsang otot polos yang terdapat dalam buah dada. Untuk

berkontraksi yang kemudian merangsang susunan syaraf di sekitarnya

dan meneruskan rangsangan ini ke otak. Otak akan memerintahkan

kelenjar hypophyse bagian belakang untuk mengeluarkan pituirin lebih

banyak, akan mempengaruhi kuatnya kontraksi otot-otot polos buah dada

dan uterus. Kontraksi otot-otot polos pada buah dada berguna untuk

pembentukan air susu ibu, sedangkan kontraksi otot-otot polos pada

uterus berguna untuk mempercepat involusi (Wiyati, 2008).

3. Perawatan Payudara

Perawatan payudara pada kehamilan (Breast Care Antenatal) adalah

usaha untuk memperlancar aliran ASI, dan mencegah masalah-masalah

yang mungkin muncul pada saat menyusui seperti puting nyeri atau lecet,
35

payudara bengkak, saluran susu tersumbat. Perawatan payudara tidak

hanya dilakukan sebelum melahirkan tetapi juga dilakukan setelah

melahirkan. Perawatan payudara dilakukan sehari dua kali saat mandi

dan bila ada masalah dengan menyusui juga dilakukan dua kali sehari

Perawatan payudara merupakan hal yang penting yang harus

diperhatikan sebagai persiapan menyusui karena mempunyai beberapa

manfaat antara lain Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga

produksi ASI banyak dan lancar, Menjaga kebersihan payudara, terutama

kebersihan putting susu, Melenturkan dan menguatkan putting susu

sehingga memudahkan bayi untuk Menyusu, Mempersiapkan mental

(psikis) ibu untuk menyusui.

Perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7-8

memegang peranan penting dalam menyusui bayi. Payudara yang terawat

akan memproduksi ASI yang cukup untuk memenuh kebutuhan bayi dan

dengan perawatan payudara yang baik, maka putting tidak akan lecet

sewaktu diisap bayi Perawatan payudara setelah melahirkan bertujuan

untuk memelihara kebersihan payudara agar terhindar dari infeksi dan

meningkatkan produksi ASI dengan merangsang kelenjar air susu

melalui pemijatan. Selain itu, perawatan ini juga berguna untuk

mencegah bendungan ASI/pembengkakan payudara, persiapan psikis ibu

menyusui serta melenturkan dan menguatkan puting. Kita juga dapat

mengetahui secara dini kelainan puting susu serta dapat melakukan usaha

untuk mengatasinya Indikasi perawatan payudara ini dilakukan pada


36

payudara yang tidak mengalami kelainan dan yang mengalami kelainan

seperti bengkak, lecet dan puting inverted.

Terdapat beberapa cara dalam melakukan perawatan payudara pada

ibu menyusui, salah satunya adalah pemijatan payudara yang dapat

dilakukan 2 kali sehari sejak hari kedua pasca persalinan Faktor lain

yang mempengaruhi produksi ASI adalah Inisisasi Menyusui Dini

(IMD). Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses alami pada bayi untuk

menyusu, yaitu dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk

mencari dan mengisap putting ibu dalam satu hingga 2 jam pertama masa

kehidupannya. Bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini,

hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif dan produksi ASI

lancar.

4. Berat Lahir

Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap

ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berta lahir normal (bayi yang

lahir lebih dari 2500 gr atau 2,5 kg). Bayi yang dengan berat lahir rendah

memiliki kemampuan mengisap ASI, frekuensi, dan lama penyusuan

yang lebih rendah, dibanding bayi berat lahir normal yang pada akhirnya

akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam

memproduksi ASI.Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir

1500-2500 gram; Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat

lahir 1000-1500 gram; Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan

berat lahir kurang dari 1000 gram.


37

Prentice mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI.

Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama

penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua

dan usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap

yang mengakibatkan perbedaan inti yang besar dibanding bayi yang

mendapat formula. De Carvalho menemukan hubungan positif berat lahir

bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah

lahir.Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap

ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500

gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi

dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal

yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin

dalam memproduksi ASI.

5. Hubungan frekuensi menyusui dengan produksi ASI.

Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau dirangsang oleh

isapan mulut bayi pada puting payudara ibu. Gerakan-gerakan tersebut

merangsang kelenjar pituitary anterior untuk memproduksi jumlah

anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, yaitu hormon utama

yang mengendalikan pengeluaran ASI. Proses pengeluaran ASI juga

tergantung pada let dwon refleks, dimana isapan puting dapat

merangsang serabut otot halus didalam dindingsaluran susu agar

membiarkan susu dapat mengalir secara lancar. Keluarnya ASI terjadi

sekitar hari ketiga setelah bayi lahir, dan kemudian terjadi peningkatan
38

aliran susu yang cepat pada minggu pertama. Larangan bagi bayi untuk

menghisap puting ibu akan banyak menghambat keluarnya ASI,

sementara menyusui bayi menurut permintaan bayi secara naluriah akan

memberikan hasil yang baik produksi ASI (Proverawati. 2010).

Selama masa neonatus, waktu menyusui yang baik yaitu lebih

dari 15 menit. lama menyusui juga berpengaruh terhadap pengeluaran

ASI, ketika neonatus tidak dapat menyusu dengan benar, maka stimulus

untuk mengeluarkan hormon produksi ASI terhambat. Tidak hanya tubuh

ibu yang berusaha untuk membuat ASI, isapan bayi pun diperlukan untuk

membuat ASI. Ini merupan suatu proses yang timbal balik antara ibu dan

bayi. Hormon ditubuh ibu untuk membuat ASI juga dirangsang

pelepasannya oleh isapan mulut bayi dipayudara ibu. Oleh karena itu,

semakin banyak dan sering bayi menyusu, maka semakin banyak ASI

yang dapay diproduksi oleh tubuh ibu. itu mengapa bayi yang jarang

menyusu dapat menyebabkan produksi ASI menurun. (Arief, 2009).

B. Landasan Teori

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang disekresikan oleh kelenjar

payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan

berenergi tinggi yang diproduksi sejak masa kehamilan (Wiji,

2013).Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai

dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI mudah dicerna, karena selain

mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk

mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI mengandung
39

vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai enam

bulan kecuali vitamin K, karen bayi baru lahir ususnya masih belum mampu

membentuk vitamin K. maka setelah lahir biasanya bayi diberikan ambahan

vitamin K dari luar (Maryunani, 2012).

ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi,

yangbersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan

dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal

yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan

masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program

pemberian ASI Eksklusif tidak berlangsung secra optimal (Dwi Sunar, 2009).

Frekuensi menyusui atau menyusi bayi direkomendasi 8-12 kali sehari

pada bulan-bulan pertama setelah melahirkan untuk menjamin produksi dan

pengeluaran ASI. Frekuensi menyusui berkaitan dengan kemampuan

stimulasi kedua hormon dalam kelenjar payudara, yakni hormon prolaktin

dan oksitosin. Produksi ASI kurang diakibatkan frekuensi penyusuan pada

bayi yang kuran lama dan tidak terjadwal. Menyusui yang dijadwal akan

berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada

rangsangan produksi ASI. Penelitian yang dilakukan Dewi dan Sunarsih

mengatakan bahwa produksi ASI bayi premature akan optimal dengan

pemompaan ASI lebih dari 5 kali/ hari selama bulan pertama setelah

melahirkan. Bayi cukup bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama

2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI

yang cukup.
40

ASI ( Air Susu Ibu) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi.

Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupan,

hal ini tidak hanya karena ASI mengandung cukup zat gizi tetapi karena ASI

mengandung zat imunologik yang melindungi bayi dari infeksi praktek

menyusui di negara berkembang telah berhasil menyelamatkan sekitar 15 juta

bayi pertahun, atas dasar tersebut WHO merekomendasikan hanya untuk

memberikan ASI sampai bayi berusia 4 sampai 6 bulan (Depkes RI 2009).

ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks.

Selama periode menyusui ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi

produksi ASI salah satunya adalah frekuensi menyusui, dalam konsep

frekuensi pemberian ASI sebaiknya bayi disusui tanpa di jadwal (on demand),

karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Karena menyusui yang

dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat

berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui

tanpa dijadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan dapat mencegah timbulnya

masalah menyusui (Sujiyatini dkk, 2010).

Hal ini menunjukkan tingginya jumlah berapa kali bayi menyusu dalam

satu hari, dikarenakan setiap bayi memiliki refleks mengisap untuk menelan

ASI dari payudara ibunya (Arief,2009). Pada awalnya, bayi akan menyusu

dengan jadwal yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah

1-2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwalkan akan mengakibatkan

kurang baik. Hal ini disebabkan oleh isapan bayi sanggat berpengaruh pada

rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui ASI tanpa jadwal


41

dan sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin

timbul. Kegiatan menyusui bayi dimalam hari akan sangat berguna bagi ibu

yang berkerja. Hal ini akan memacu produksi ASI dan mendukung

keberhasilan penundaan kehamilan (Bahiyatun, 2009).

Menurut peneliti, hasil analisa data mengenai frekuensi pemberian

ASI Eksklusif pada bayi, sesuai dengan teori dan kenyataannya, yaitu

mayoritas frekuensi pemberian ASI Eksklusif Pada pada bayi kategori baik

dengan memberikan ASI dengan frekuensi yang baik akan meningkatkan

berat badan bayi, Semakin ibu menyusui dengan frekuensi yang baik semakin

baik pula produksi ASI nya dan pertumbuhan bayi nya serta mempercepat

involusi pada masa nifas.

C. Kerangka Konsep
Berdasarkan pemikiran di atas, maka kerangka konsep penelitian ini sebagai
berikut :

Frekuensi menyusui Produksi ASI

Gambar 2 : Kerangka Konsep


Keterangan :
Variabel bebas : Frekuensi menyusui

Variabel terikat : Meningkatkan Produksi ASI


D. Hipotesis Penelitian

Ho : tidak ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan produksi ASI

pada ibu menyusui.


42

Ha : ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan produksi ASI pada ibu

menyusui.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif yaitu penelitian
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu
keadaan secara obyektif mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu.
Desain Penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang
disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban
untuk pertanyaan-pertanyaan penelitinya. Jenis desain penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional . Dalam Cross Sectional penelitian
mempelajari tentang hubungan variabel bebas dan terikat dengan melakukan
pengukuran selama 3 hari.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pundenrejo Kecamatan Tayu
2. Waktu Penelitian
43

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Juni 2019


B. Definisi Operasional
Definisi operasional yaitu mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan berdasarkan karakteristik karakteristik yang diamati,
diamati, memungkinkan memungkinkan peneliti peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhdap suatu objek
atau fenomena.26 Definisi opersional ditentukan bersadarkan parameter
yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukurannya
merupakan cara diaman variabel dapat diukur dan ditentukan
karakteristiknya.

Tabel 3.1 Definisi Operasional


variabel definisi operasional alat ukur hasil ukur skala
frekuensi Kegiatan yang dilakuka kuisioner a.baik (jikabayi menyusui dengan lancar) ordinal
menyusui n dilakukan oleh ibu b.tidak baik(jika bayi tidak menyusui
menyusui dalam menilai dengan lancar
frekuensi menyusui
pada bayi
produksi penilaian terhadap kuisioner a.lancar(jika bayi mengalami peningkatan frekuensi ordinal
asi produksi asi apakah menyusui)
mengalami penurunan b.tidak lancar(jika bayi tidak mengalami peningatan
atau peningkatan frekuensi menyusui)
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitan ini populasi
populasi yang dit yang diteliti adalah ibu menyusui menyusui Desa Pundenrejo
Kecam Pundenrejo Kecamatan Tayu sebanyak 84 responden
2. Sampel penelitian
Sampel adalah Sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari populasi
populasi itu. Penentuan Penentuan jumlah sampel menggunakan menggunakan
Rumus Slovin, Slovin, sebagai berikut :
n : N +(N.e)
44

Keterangan :
n : Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi sampel Ukuran Populasi sampel
e : Tingkat Tingkat kepercayaan kepercayaan atau ketepatan ketepatan yang
diinginkan diinginkan (0,05)
n =  +(0,0.0,0)
n =  +(0,00)
n =  ,
n = 69,4
n = 69 orang
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, sampel didapatkan berjumlah 69
berjumlah 69 responden di Desa Pundenrejo responden di Desa Pundenrejo
Kecamatan Tayu.
Tabel 3.2. Sampel Penelitian
3. Teknik sampling
Pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah Proposional Proposional Stratified Stratified Random
Sampling Random Sampling ,karena sampel yang diambil berdasarkan strata RT
dan populasinya adalah ibu bekerja bekerja di Desa Pundenrejo Pundenrejo
Kecamatan Kecamatan Tayu terdiri terdiri dari beberapa beberapa RT. Dengan
demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk
memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel.27 Agar karakteristik
sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum pengambilan sampel
perlu ditentuka kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah: ciri-ciri yang
perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sampel.27
Dalam pengambilan sampel ada kriteria yang harus di penuhi yaitu :
a. Kriteria Inklusi
Adalah penentuan sampelyang didasarkan atas
karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target
45

yang terjangkau yang akan diteliti. Adapun kriteria inklusi ini


adalah :
Kriteria inklusi:
1) Ibu menyusui yang tinggal di Desa Ibu menyusui yang tinggal
di Desa Pundenrejo Kecama Pundenrejo Kecamatan Tayu tan
Tayu
2) Bersedia menjadi responden
3) ibu bekerja menyusui dengan usia ba ibu bekerja menyusui
dengan usia bayi > 6 bulan yi > 6 bulan .

b. Kriteria Eksklusi
Adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang
tidak memenuhi kriteria sebagai responden karena berbagai sebab.
Adapun kriteria eksklusi penelitian ini adalah :
1) Ibu menyusui yang tidak hadir tidak hadir saat penelitian saat
penelitian
2) Ibu menyusui yang mengundurkan diri saat dilakukan penelitian
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen
Instrumen penelitian atau alat ukur penelitian, merupakan cara
peneliti peneliti untuk mengumpulkan mengumpulkan data yang akan
dilakukan dilakukan dalam penelitian.28 Instrumen penelitian adalah
alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. pengumpulan data.
Dalam penelitian penelitian ini pengumpulan data pengumpulan data
menggunakan menggunakan 45 kuesioner. Instrumen dalam penelitian ini
adalah penyimpanan ASI dan pemberian ASI eksklusif.
2. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar- benar mengukur apa mengukur apa yangdiukur yangdiukur (24).
Dalam penelitian ini tidak dialkukan uji validitas, karena menggunakan
instrumen atau lembar checklist.
F. Tehnik Pengumpulan Data
1. Jenis dan Sumber data dalam penelitian yaitu
a. Data primer
46

Merupakan data tangan pertama. Data primer diperoleh langsung


dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat
pengambilan pengambilan data, langsung langsung pada subyek sebagai
sebagai informasi informasi yang dicari. Data primer pada penelitian ini
diperoleh secara langsung dengan mengisi kuisioner yang diberikan
kepada ibu menyusui di Desa Pundenrejo Kecamatan Tayu yang mana isi
kuisioner tentang penyimpanan ASI (Bank ASI penyimpanan ASI (Bank
ASI) dan pemberian ASI Ekskl ) dan pemberian ASI Eksklusif.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari orang
lain dalam penelitian ini berasal dari data Desa Pundenrejo Kecamatan
Tayu.
2. Cara pengumpulan data
a. Mengajukan surat permohonan ijin pengambilan data dan penelitian dari
STIKES Karya Husada Semarang kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Pati
b. Peneliti menentukan responden yang akan dijadikan sampel penelitian,
penelitian, kemudian kemudian memperkenalkan memperkenalkan diri
dan menjelaskan menjelaskan tujuan penelitian penelitian kepada
responden responden dengan memberikan memberikan Surat Pengantar
Pengantar Penelitian.
c. Setelah responden setuju untuk dijadikan responden dalam penelitian,
penelitian, maka responden responden disarankan disarankan untuk
mengisi mengisi lembar informed consent . d. Peneliti menjelaskan
tentang pengisian checklist
e. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden sesuai dengan
kuesioner penelitian untuk diisi.
f. Peneliti memeriksa kelengkapan data dan pengisian kuisioner setelah
selesai pengambilan data. g. Peneliti melibatkan enumertor yang bisa
berperan sebagai enumerator pelaksana maupun observer untuk persamaan
persepsi sampai diyakini memiliki satu pemahaman.
47

G. Cara Pengolahan
1. Editing Hasil jawaban kuesioner harus dilakukan penyuntingan
(editing ) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan
kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan peng pengecekan dan
perbaikan pengisian formulir atau isian formulir atau kuesioner. kuesioner.
2. Scoring Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang
perlu diberi penilaian atau skor.
3. Codding
Setelah semua kuesioner di edit atau di sunting, selanjutnya
dilakukan pengkodean pengkodean atau koding dengan memberikan
memberikan nilai pada setiap jawaban. Pemberian kode dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. frekuensi menyusui
Kode 1 : Menyimpan Menyimpan
Kode 2 : tidak Menyimpan Menyimpan
b. produksi asi
Kode 1 : Memberikan Memberikan
Kode 2 : tidak membeirkan membeirkan

4. Tabulating
Tabulasi adalah penyajian data dalam bentul tabel sehingga
memudahkan para pembaca memahami laporan penelitian tersebut.
Tabulasi merupakan tahap akhir dari proses pengolahan data.
5. Entry data
Memasukkan jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk kode bentuk kode (angka) dimasukkan (angka) dimasukkan dalam
program dalam program computer computer (SPSS) untuk (SPSS) untuk
dianalisis. Entri data dilakukan dengan memasukkan kode pada tingkat
pengetahuan pengetahuan responden responden yang sudah diberikan
diberikan ke dalam bentuk tabel, untuk kemudian di analisis dengan
program untuk kemudian di analisis dengan program komputer.
6. Pembersihan data (Cleaning )
48

Apabila semua data dari semua sumber sudah dimasukkan perlu


dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,
ketidaklengkapan dan sebagainya kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi, proses ini disebut pembersihan data (data cleaning ).
H. Analisis Data
1. Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil
penelitian. Analisis univariat menghasilkan menghasilkan distribusi dan
prosentase setiap variabel.
Keterangan:
X = hasil prosentase
f = frekuensi frekuensi hasil pencapaian pencapaian
N = Jumlah seluruh observasi
Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
tujuan khusus pada penelitian ini. Terdapat variabel terikat dan variabel
bebas yaitu penyimpanan penyimpanan ASI (Bank ASI) dan pemberian
pemberian ASI Eksklusif.
2. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat atau analisis tabel silang (cross tabulation). Analisa bivariat
dilakukan dengan membuat bivariat dilakukan dengan membuat tabel untuk
meng tabel untuk mengetahui ada tidaknya etahui ada tidaknya Pengaruh Bank
ASI Terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu bekerja di Desa Pundenrejo
Kecamatan Tayu dengan menggunakan rumus uji Chi- Kuadrat (chi-square).
Rumus chi-square :
Keterangan :
X2 = chi-square
f0 = frekuensi berdasarkan data
fh = frekuensi yang diharapkan
Syarat Chi square :
a. Tabel kontingensi 2 x 2 dengan e tidak boleh < 1
49

b. Tabel yang lebih besar 3 x 2 asal e tidak boleh ada nilai < 5 dan tidak boleh >
20% pada seluruh sel
c. Jika e < 5
d. Jika ada variabel independen pada tabel 2 x 2, e tidak dihitung
e. Jika syarat chi square tidak terpenuhi,maka menggunakan uji fisher
exact dengan tabel dilakukan merger menjadi tabel 2 x 2.
I. Etika Penelitian
1. Informed Concent
Adalah cara persetujuan antara peneliti dengan subjek penelitian, dengan
memberikan lembar persetujuan menjadi reponden. Tujuannya adalah supaya
responden mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.
2. Perlindungan responden
Adalah etika penelitian yang mengatur dalam melakukan penelitian tidak
merugikan responden. 3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Adalah masalah etika dengan menjamin kerahasiaan hasil penelitian
penelitian tidak memberikan nama memberikan nama responden pada responden
pada alat bantu peneliti bantu penelitian. Cukup dengan kode yang hanya
dimengerti oleh peneliti dan akan melaporkan data tertentu.

BILIOGRAFI

1. Arief, N. (2009). Panduan Ibu cerdas ASI dan Tumbuh Kembang Bayi.
Yogyakarta: Media pressindo.
2. Bahiyatun.(2009). Asuhan kebidanan nifas normal.Jakarta : EGC
3. Depkes RI, (2006).,Petunjuk pelaksanaan ASI Ekslusif. JakartaSujiatini,
Nurjanah, Kurniati A. Asuhan ibu Nifas.Yogyakarta: Cyrillus Publisher;
2010.
4. DWI, S. 2009 ASI Eksklusif.Jogjakarta : Diva Press.
5. Elisabeth, Siwi W dan Endang P. (2015).Asuhan Kebidanan Masa Nifas
dan Menyusui.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
6. Gultom, L. 2017. Hubungan Pengetahuan Ibu Bekerja Tentang Manjemen
Laktasi dan Dukungan Tempat Kerja Dengan Perilaku Ibu Dalam
Pemberian ASI. Jurnal Ilmiah PANNMED. Vol. 12 No. 1 Mei 2017: 2
7. Handayani. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan prilaku pemberi
ASI Esksklusif pada ibu bayi 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas
50

kecamatan palmatak kabupaten kepulauan anambas provinsi kepulauan


riau tahun 2011. Skripsi depok : UI
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).2016. Beban Tidak Menyusui Di
Indonesia.Dampak Dari Tidak Menyusui Di Indonesia Pada Pekan ASI
IDAI, 16 Agustus 2016. Jakarta
9. Kemenkes RI (2018) Riset kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI
10. Manuaba, I. A. C. Ibg Fajar M., Dan I. Bg Manuaba, 2012. Ilmu
Kebidanan,Penyakit Kandungan Dan KB UntukPendidikan Bidan Edisi, 2
11. Maryunani, A (2012) Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan
Manajemen Laktasi, Jakarta: Trans Info Media
12. Maritalia, D. 2017. Asuhan kebidanan pada ibu nifas, Jogyakarta: Gosyen
publishing
13. Roesli, U. (2009). Mengenal ASI eksklusif.Jakarta : Trubus Agriwidy
14. Roesli U. (2012).Inisiasi menyusu dini plus asi eksklusif. Jakarta : Pustaka
Bunda
15. Safitri, Indah. (2016). Faktor-Faktor
84 Yang Mempengaruhi Kelancaran
Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Di Desa Bendan, Kecamatan
Banyudono, Kabupaten Boyolali.Publikasi Ilmiah. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
16. Soetjiningsih.(2005). ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC
17. Wiji, R.N. 2013.ASI dan Paduan Ibu Menyusui. Nuha Medika: Yogyakarta
18. Weni. S. 2009. ASI.Menyusui, dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika
19. Weni, K (2011). Air Susu Ibu Menyusui Dan Sadari. Yogyakarta : Nuha
Medika.
20. World Health Organization (WHO).(2018). Deafness and hearing loss.
(Cited 2018 Januari 4). Avaible from :http: //www.who.int/media
centre/factsheets/fs300/en/
1
2

Anda mungkin juga menyukai