Anda di halaman 1dari 52

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN, DUKUNGAN


KELUARGA DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 7-12 BULAN DI PUSKESMAS
TANJUNG BARU KEC. BATURAJA TIMUR
KAB. OGAN KOMERING ULU
TAHUN 2021

Disusun Oleh :

FITRI UTARI

19251007P

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN KADER BANGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang yang

optimal baik fisik maupun mental bagi seorang bayi. Oleh karena itu ASI Eksklusif

perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh para ibu agar kebutuhan bayi dapat

terpenuhi terutama diawal kehidupannya. Pemberian ASI eksklusif dimulai 1 jam

setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan merupakan masa-masa penting bagi

pertumbuhan anak dan untuk mempererat hubungan antara ibu dan bayi.

Menteri Kesehatan melalui Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004

menetapkan perpanjangan pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif dari yang semula 4

bulan menjadi 6 bulan. Menteri Kesehatan telah menetapkan pemberian ASI Eksklusif

di Indonesia selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih

dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai. (Nilam Sari P, 2017).

World Health Organization (WHO) dan United Nations International

Children’s (UNICEF) dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding

mengatur pola pemberian makan terbaik pada bayi dari lahir sampai usia 2 tahun untuk

meningkatkan kualitas kesehatan pada bayi dan anak dengan cara memberikan air susu

ibu (ASI) kepada bayi segera dalam waktu satu jam setelah bayi lahir, memberikan ASI

saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 (enam)

bulan, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) sejak bayi berusia 6

(enam) bulan sampai 24 bulan serta meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia
24 bulan atau lebih. WHO tahun 2012 menunjukkan hanya sekitar 38 persen bayi usia

0-6 bulan diseluruh dunia yang diberi ASI eksklusif dimana target pemberian ASI

eksklusif meningkat menjadi 50 persen di tahun 2025. Menyusui 0-23 bulan dapat

menyelamatkan lebih dari 230.000 nyawa anak-anak dibawah 5 tahun setiap tahunnya

(WHO,2018).

Menurut data World Health Organization (WHO) (2016), cakupan pemberian

ASI eksklusif di seluruh dunia belum mencapai target yaitu 80 persen, hanya sekitar 36

persen selama periode 2007-2014. Sedangkan untuk Negara ASEAN pencapaian ASI

eksklusif masih jauh dari target WHO seperti Filipina mencapai 34 persen, Vietnam 27

persen, India 46 persen, dan Myanmar 24 persen (Septiani HU, et al, 2018).

Mendukung peningkatan dalam pemberian ASI eksklusif telah di keluarkannya

kesepakatan atau berbagai pengakuan baik secara global ataupun nasional yang

bertujuan melindungi, mempromosi, dan dukungan terhadap pemberian ASI. Demikian

diharapkan setiap bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif dan setiap ibu dapat

memberikan ASI. Ini sesuai dengan tujuan Sustainable Depeloment Goals (SDGs) ke

tiga target kedua yaitu pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita dapat

dicegah, dengan seluruh Negara berusaha menurunkan angka kematian neonatal

setidaknya hingga 12 per 1000 kelahiran hidup.

Berdasarkan laporan (UNICEF, 2018) Infant Mortality Rate (IMR) di

Indonesia yaitu 18 per 1000 kelahiran hidup dan angka Under Five Mortality Rate

(UFMR) yaitu 39 per 1000 kelahiran hidup. Sustainable Development Goals dalam

The 2030 Agenda For Sustainable Development menargetkan pada tahun 2030

dapat mengurangi angka Infant Mortality Rate (IFR) 12 per 1.000 kelahiran hidup
dan angka Under Five Mortality Rate (UFMR) 25 per 1.000 kelahiran hidup. Hal

tersebut dapat dicapai salah satunya dengan pemberian ASI eksklusif dilaksanakan

dengan baik (Kementerian Kesehatan, 2015).

Survei Demografi Indonesia (SDKI) 2017, persentase anak berumur 6 bulan

yang mendapat ASI eksklusif meningkat dalam 5 tahun terakhir, dari tahun 2012-

2017 mengalami peningkatan yaitu dari 42 persen menjadi 52 persen. Separuh (52

persen) anak berumur dibawah 6 bulan mendapatkan ASI eksklusif, persentase ASI

eksklusif ini menurun seiring dengan bertambahnya umur anak (SDKI, 2017).

Berdasarkan Hasil Pemantauan Status Gizi di Indonesia tahun 2017 diketahui

cakupan ASI eksklusif sebanyak 35,7 persen. Provinsi Sumatera Selatan merupakan

provinsi urutan kedua setelah DIY (61,4 persen) yang target ASI eksklusif tertinggi

yaitu sebanyak 48,1 persen, Namun cakupan tersebut masih jauh dari target nasional

sebanyak 80 persen (Kemenkes, 2018).

Health Scotland (2009) dalam Pollard (2016) dan Soomro et al (2016)

menyatakan menyusui mempunyai manfaat bagi tempat kerja yaitu mengurangi absen

pengawai karena bayi yang menyusu cenderung tidak sering sakit, berkurangnya biaya

rekrutmen dan pemberian latihan kepada karyawan baru, insentif untuk rekrutmen dan

peningkatan moral staf, dan mengurangi stress ibu dan meningkatkan kinerjanya.

Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) merupakan salah satu kawasan yang

mengalami peningkatan cakupan ASI eksklusif sebanyak 34,2 persen pada tahun 2017

menjadi 48,5 persen pada tahun 2018. OKU memiliki angkatan kerja wanita yang

bekerja sebanyak 65.917 dari 97.628 Wanita Usia Subur, dimana wanita tersebut

berada di usia reproduktif (15-49 tahun) (BPS OKU 2018).


ASI eksklusif merupakan pemberian ASI kepada bayi tanpa makanan dan

minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula). Tindakan tersebut dapat

dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan. setelah bayi berumur

enam bulan, bayi boleh diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI). karena ASI

tidak dapat memenuhi lagi keseluruhan kebutuhan gizi bayi sesudah umur enam

bulan. Namun, pemberian ASI bisa diteruskan hingga bayi berusia 2 tahun

(Susanto, et al, 2018).

Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif

dibedakan menjadi tiga, yaitu faktor pemudah (pendidikan, pengetahuan, nilai-nilai

atau adat budaya) faktor pendukung (pendapatan keluarga, pekerjaan/ketersediaan

waktu, kesehatan ibu) faktor pendorong (dukungan keluarga, dukungan petugas

kesehatan) (Haryono, 2014).

Pengetahuan yang baik akan memudahkan seseorang untuk merubah

perilaku termasuk dalam praktik menyusui. Pengetahuan dan pemahaman ibu

tentang pemberian ASI eksklusif akan berdampak pada kepatuhan ibu dalam

memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Informasi yang salah tentang pentingnya

ASI membuat para ibu tidak berhasil dalam pemberian ASI Eksklusif kepada

bayinya. Sekelompok yang peduli ASI secara konsisten terus menerus

menyuarakan pentingnya pemberian ASI diawal kehidupan bayi, mereka yakin

bahwa rendahnya keberhasilan pemberian ASI eksklusif dikarenakan kurangnya

pengetahuan ibu (Solikhati et al, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Fatkhus yang berjudul Analisis Faktor yang
Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 bulan tahun

2018 menunjukan bahwa sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan baik tentang

ASI Ekklusif, yaitu 86 responden dari kategori pengetahuan kurang sebagian besar

tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu 9 ibu 90 persen dari kategori pengetahuan

cukup sebagian besar juga tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu 21 ibu 87,5

persen dari kategori pengetahuan baik sebagian besar memberikan ASI Eksklusif

yaitu 30 ibu 57,7 persen (Fatkhus, 2018)

Dukungan kepada ibu menjadi satu faktor penting yang juga mempengaruhi ibu

dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Seorang ibu yang mempunyai pikiran

positif tentu saja akan senang melihat bayinya, sehingga muncul rasa kasih sayang, terlebih

bila sudah mencium dan menimang si buah hati. Semua itu terjadi bila ibu dalam keadaan

tenang. Keadaan tenang ini didapat oleh ibu jika adanya dukungan-dukungan dari

lingkungan sekitar ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Karena itu, ibu

memerlukan dukungan yang kuat agar dapat memberikan ASI eksklusif (Rohani, 2018).

Salah satu tujuan Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI

eksklusif adalah untuk meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat,

pemerintah daerah, dan pemerintah terhadap pemberian ASI ekkslusif. Dukungan keluarga,

terutama suami dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan menyusui, sebab dukungan

suami akan menimbulkan rasa nyaman pada ibu sehingga akan mempengaruhi produksi

ASI serta meningkatkan semangat dan rasa nyaman dalam menyusui (Adiningsih, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Devi yang berjudul fator-faktor yang

berhubungan dengan pemberian ASI pada tahun 2018, dari 44 responden yang

memberikan dukungan keluarga yang baik dengan pemberian ASI eksklusif


sebanyak 17 responden 38,6 persen dan tidak ASI eksklusif sebanyak 6 responden

13,6 persen dan kurangnya dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif

sebanyak 4 responden 9,1 persen dan yang tidak ASI eksklusif sebanyak 17

responden 38,6 persen dengan p value= 0,000 (Devi, 2018).

Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan, diperoleh data dari

Puskesmas Sering tahun 2018 hanya 113 bayi 46,69 persen yang diberi ASI

eksklusif dari 242 jumlah bayi. Tahun 2019 128 bayi 50,89 persen yang di beri ASI

eksklusif dari 252 jumlah bayi sedangkan, pada tahun 2020 dari 231 jumlah bayi

136 bayi 60,44 persen bayi yang diberi ASI Eksklusif. Sementara target Nasional

cakupan ASI eksklusif di tahun 2018 sebesar 80 persen. (Peneliti, 2021).

Hasil studi pendahuluan pada tanggal 09 Juni 2021 yang dilakukan peneliti

di Puskesmas Tanjung Baru Tahun 2021, didapatkan data bulan Januari-Mei 2021

ada kenaikan sebanyak 140 bayi 70,87 persen yang diberi ASI Eksklusif. Adapun

informasi yang diperoleh dari 5 orang ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif

mengatakan alasan tidak diberi ASI eksklusif karena ASI kurang (anak pertama ada

yang ASI eksklusif namun ASI setelah anak kedua ibu merasa ASI kurang sehingga

memberi makanan tambahan), Ibu yang bekerja mengatakan tidak sempat memberi

ASI pada bayi. Kurangnya mengetahui tentang ASI eksklusif, mengikuti kebiasaan

yang memberikan madu, air putih, bubur dan pisang. ASI tidak keluar setelah 30

menit bayi lahir sehingga penolong persalinan menyarankan memberikan susu

formula pada bayi serta, 1 ibu mengatakan kurangnya dukungan keluarga.


Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik dan

mengadakan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Petugas

Kesehatan, Dukungan Keluarga dan Pengetahuan Ibu dengan

Pemberian ASI Eksklusif pada bayi 7-12 Bulan di Puskesmas Tanjung

Baru Kec. Baturaja Timur Kab. Ogan Komering Ulu Tahun 2021”.

1.2 Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dijelaskan bahwa ASI Eksklusif adalah

hanya memberikan ASI dan hanya ASI kepada bayi. Dari umur 0-6 bulan bayi tidak

diberikan tambahan apapun, tanpa makanan dan minuman selain ASI. Faktor –

faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif dibedakan menjadi tiga,

yaitu faktor pemudah (pendidikan, pengetahuan, nilai-nilai atau adat budaya) faktor

pendukung (pendapatan keluarga, pekerjaan/ketersediaan waktu, kesehatan ibu)

faktor pendorong (dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan) (Haryono,

2014).

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah banyak faktor yang dapat mempengaruhi

pemberian ASI Eksklusif. Namun, dikarenakan keterbatasan waktu, biaya dan

kemampuan, maka peneliti hanya meneliti lima variabel saja yaitu dukungan

petugas kesehatan, dukungan keluarga dan pengetahuan (variabel independen)

dengan pemberian ASI Eksklusif (variabel dependen) yang akan dilakukan di


Puskesmas Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering

Ulu Tahun 2021.

1.4 Rumusan Masalah

1.4.1 Secara Simultan

Adakah hubungan antara dukungan petugas kesehatan, dukungan

keluarga dan pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 7-12

bulan di Puskesmas Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten

Ogan Komering Ulu Tahun 2021?

1.4.2 Secara parsial

1. Adakah hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung Baru Kecamatan

Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2021?

2. Adakah hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif

pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung Baru Kecamatan Baturaja

Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2021?

3. Adakah hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif pada

bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur

Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2021?


1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan, dukungan

keluarga dan pengetahuan secara simultan dengan pemberian ASI Eksklusif

pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur

Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2021.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan secara parsial

dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas

Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu

Tahun 2021.

2. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga secara parsial dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung

Baru Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun

2021.

3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan secara parsial dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Puskesmas Tanjung Baru

Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2021.


1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Secara Teoritis

1. Bagi Universitas Kader Bangsa

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan

dan informasi untuk melengkapi referensi kepustakaan sehingga dapat

menunjang pengetahuan dan wawasan mahasiswa serta dapat melakukan

penelitian lebih lanjut.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi proses pembelajaran yang

berarti menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan tentang

pemberian ASI Eksklusif hingga dapat di jadikan sebagai bekal pada saat

peneliti terjun ke masyarakat.

3. Bagi peneliti yang akan datang

Bagi peneliti yang akan datang agar dapat melanjutkan penelitian tentang

pemberian ASI Eksklusif dalam waktu yang lebih lama dan sampel yang

lebih banyak.

1.6.2 Secara Praktis

1. Bagi Puskesmas Tanjung Baru

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas Tanjung Baru

dalam upaya peningkatan penyuluhan dan mensosialisaikan program

pemberian ASI Eksklusif pada Masyarakat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Bayi

2.1.1 Definisi Bayi

Bayi adalah anak dengan rentang usia 0-12 bulan. Saat lahir, setiap

bayi memiliki tinggi dan berat yang berbeda, tidak mutlak harus sama antara

satu dengan yang lain. Berat rata-rata normal saat lahir 2.500-3.800 gram,

sedangkan tinggi badan rata-rata normal saat lahir adalah 48-51 cm

(Sutomo. 2017).

Menurut Zulkifli (2016) menentukan seseorang itu sebagai bayi

atau bukan berdasarkan kesepakatan umum para ahli psikologi tentang

penentuan “masa bayi” dalam kehidupan manusia, kriterianya adalah sejak

lahir sampai kemudian berusia satu setengah tahun, ada yang mengatakan

sampai usia dua tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bayi

adalah anak yang baru lahir sampai kemudian berusia 18 bulan atau bahkan

24 bulan. Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun,

namun tidak ada batasan yang pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu dan

sangat menggemaskan tetapi juga sangat retan penyakit.

Bayi Baru Lahir adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir

dengan umur kehamilan 37-42 minggu, lahir melalui jalan lahir dengan
persentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas

secara spontan dan teratur, berat badan antara 2500 – 4000 gram (Rohan,

2017).

2.1.2 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir

1. Lahir Aterm antara 37-42 minggu

2. Berat badan 2500-4000 gram

3. Panjang badan 48-52 cm

4. Lingkar dada 30-38 cm

5. Lingkar kepala 33-35 cm

6. Lingkar Lengan 11-12

7. Frekuensi jantung 120/160 x/menit

8. Pernapasan 40-60 x/menit

9. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.

10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya sudah

sempurna.

11. Kuku agak panjang

12. Nilai Afgar > 7

13. Gerak aktif.

14. Bayi lahir lansung menangis kuat.

15. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada

pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik

16. Refleks sucing (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
17. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikatagorikan) sudah terbentuk

dengan baik.

18. Refleks gransping (menggengam) sudah baik.

19. Genatalia

a. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada

skrotum dan penis yang berlubang.

b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus yang

berlubang, serta adaanya labia minora dan mayora. Eleminasi baik

yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan

berwarna hitam kecoklatan

20. Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama

(Rohan, 2017).

2.2 Konsep Dasar Laktasi

2.2.1 Pengertian Laktasi

Laktasi atau menyusui sebenarnya mempunyai dua pengertian, yaitu

produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin), yang dikenal

dengan refleks prolaktin dan refleks aliran (let down reflex) (Maryunani,

2016).

Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi.

Ketika bayi mengisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat

ASI mengalir dari dalam alveoli, melalui saluran susu (ducts/milk canals)

menuju reservoir susu (sacs) yang berlokasi dibelakang areola, lalu kedalam
mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan,

dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya

ASI dalam sistem payudara (Saleha, 2019).

Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh

serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin.

Hormon ini yang memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Semakin sering

bayi menghisap puting susu akan semakin banyak prolaktin yang dikeluarkan

(JNPK-KR, 2018).

Saat laktasi, kelenjer mammae fungsional berespons terhadap sistem

saraf kompleks dan sinyal sistem endokrin untuk memproduksi dan

mengeluarkan air susu. Kelenjer mammae berinvolusi, atau regresi, selama

dan setelah menyapih, tetapi tidak kembali pada keadaan prakehamilan

(Varney, 2017).

Proses laktasi juga dikenal dengan istilah inisiasi menyusui dini,

dimana ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta (hormon plasenta)

yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas, hormon plasenta

tersebut tidak di produksi lagi, sehingga susu pun keluar. Umumnya ASI

keluar 2-3 hari setelah melahirkan (Saleha, 2019).

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di

produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan

bagian intergal dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa

laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI Eksklusif dean


meneruskan ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak

mendapatkan kekebalan tubuh secara alami (Ambarwati, 2015).

2.2.2 Fisiologi Laktasi

Fisiologi laktasi atau menyusui sebagai berikut :

1. Reflek mencari (Rooting Reflex)

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut

merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi. Ini

menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu yang menempel

tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian putting susu ditarik

masuk ke dalam mulut.

2. Reflek menghisap (Sucking Reflex)

Puting susu yang sudah masuk dalam mulut dengan bantuan lidah, putting

susu ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara dibelakang

putting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit keras.

Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi

akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu

akan mengalir ke puting susu.

3. Reflek menelan (Swallowing reflek)

Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan

menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air

susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk

ke lambung.
(Sukarni, 2015).

2.2.3 Manajemen laktasi

Manajemen laktasi dimulai dari masa kehamilan (antenatal), saat

segera setelah bayi lahir, masa neonatus, masa menyusui selanjutnya (post

natal), sehingga keberhasilan menyusui dapat dicapai dengan baik dan bayi

memperoleh kondisi gizi dan kesehatan yang optimal (Maryunani, 2016).

Manajemen laktasi adalah upaya – upaya yang dilakukan untuk

menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai

pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui

selanjutnya (Walyani, 2015).

Adapun upaya – upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pada masa Kehamilan (antenatal)

a. Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan

keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya,

disamping bahaya pemberian susu botol.

b. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu,

apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan

berat badab ibu hamil.

c. Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu

mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.


d. Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan

trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum

hamil.

e. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini

perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang

hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.

2. Pada masa segera setelah persal,inan (prenatal)

a. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara

menyusui yang baik dan benar, yakni : tentang posisi dan cara

melakatkan bayi pada payudara ibu.

b. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam

sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.

c. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi dalam waktu dua

minggu setelah melahirkan.

3. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)

a. Menyusui selanjutnya secara Eksklusif selama 6 bulan pertama usia

bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman

lainnya.

b. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih

banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.


c. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran

dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak

terlambat.

d. Pengertian dan dukungan suami sangat penting untuk menunjang

keberhasilan menyusui.

e. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau Petugas Kesehatan apabila

ada permasalahan menyusui seperti payudara banyak disertai demam.

f. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta

pengalaman dari ibu – ibu lain yang sukses menyusui bayi mereka.

g. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan,

berikan MP ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.

(Walyani, 2015).

2.3 Konsep Dasar ASI

2.3.1 Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjer mamae ibu,

yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (Walyani, 2015).

ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel

darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu

pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi dari

penyakit (Profil Kesehatan Indonesia, 2013).


ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-

bulan pertama. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan

penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak memberatkan

fungsi traktus digestifus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang

baru lahir, serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum. Lagipula

ASI memiliki berbagai zat anti infeksi, mengurangi kejadian eksimatopik dan

proses menyusui menguntungkan ibunya dengan terdapatnya laktational

infertility, hingga memperpanjang child spacing (WHO, 2018).

Pada awal bulan, bayi yang paling berisiko terhadap berbagai

penyakit, ASI diberikan minimal 6 bulan tanpa makanan pendamping ASI.

ASI terdiri dari air, alfa-laktoalbumin, laktosa, kasein, asam amino, antibodi

terhadap kuman, virus dan jamur. Demikian juga ASI mengandung growth

factor yang berguna diantaranya untuk perkembangan mukosa usus. Antibodi

yang terkandung dalam air susu ibu adalah Imunoglobulin A (lg A), bersama

dengan berbagai sistem komplemen yang terdiri dari makrofag, limfosit,

laktoferin, laktoperisidase, lisozim, laktoglobulin, interleukin sitokin dan

sebagainya (Proverawati, 2016).

2.3.2 Macam – macam ASI

ASI adalah makanan untuk bayi yang mengandung zat-zat berkualitas

tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan

bayi/anak. Asi dibedakan dalam tiga stadium, yaitu :


1. Kolostrum

Kolostrum adalah cairan yang pertama kali berwarna kekuning-kuningan.

Banyak mengandung protein, antybody (kekebalan tubuh),

immunoglobulin. Kolostrum berfungsi sebagai perlindungan terhadap

infeksi pada bayi. Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran

kita tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati

kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara

150-300 ml/24 jam (Maryunani, 2016).

2. Air Susu Transisi/Matur

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. Terjadi pada

hari ke 4-10, berisi karbohidrat, lemak dan volume ASI meningkat. Selama

dua minggu volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta

komposisinya. Kadar Immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan

lemak dan laktosa meningkat (Maryunani, 2016).

3. Air Susu Matur

ASI matur disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya. ASI matur

tampak berwarna putih kekuning-kuningan karena mengandung casineat,

riboflaum dan karotin. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak

menggumpal bila di panaskan (Maryunani, 2016).

2.3.3 Kandungan ASI

ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi

yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun
berada ditempat suhu udara panas. Selain itu, berbagai komponen yang

terkandung dalam ASI antara lain :

1. Protein

Protein adalah bahan baku untuk tumbuh, kualitas protein sangat penting

selama tahun pertama kehidupan bayi, karena pada saatini pertumbuhan

bayi paling cepat. ASI mengandung total protein lebih rendah tapi lebih

banyak protein yang halus, lembut dan mudah dicerna

2. Lemak

Lemak ASI adalah komponen yang dapat berubah-ubah kadarnya. Kadar

lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang

sedang tumbuh. ASI yang pertama kali keluar disebut susu mula

(foremelik), cairan ini kira-kira mengandung 1-2% lemak dan tampak

encer. ASI berikutnya disebut susu belakang (hindmilk), yang

mengandung lemak paling sedikit tiga seperempat kali lebih bnayak

daripada susu formula.

3. Karbohidrat

Laktosa merupakan komponen utama karbohidrat dalam ASI. Kandungan

laktosa dalam ASI lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi.

4. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif

rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.


5. Vitamin

Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap, vitami A, D dan C cukup

sedangkan golongan vitamin B kurang.

(Haryono, 2014).

2.3.4 Upaya Memperbanyak ASI

Menurut Ambarwati, R (2016), Upaya-upaya untuk memperbanyak ASI

adalah :

1. Pemberian ASI segera 30 menit pertama setelah bayi lahir.

2. Meneteki bayi sering, siang dan malam, setiap waktu sampai bayi tidak

mau menetek.

3. Meneteki payudara kiri dan kanan secara bergantian.

4. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke

payudara lainnya.

5. Jika bayi telah tidur selama 3 jam, bangunkan dan langsung susui.

6. Cara menyusui yang benar sangat penting sekali dalam upaya

memperpanjang ASI.

7. Dukungan psikologis dari keluarga dan sekitarnya akan sangat

berpengaruh.

Cara meningkatkan kualitas ASI :

a. Minumlah susu satu liter setiap hari.

b. Daun pucuk katuk, jagung, kacang-kacangan dan sayur asin membuat air

susu lebih banyak keluar.


c. Faktor jiwa pun penting, ibu yang hidup tenang lebih banyak

mengeluarkan susu daripada ibu yang sedang dalam kesedihan.

d. Melakukan perawatan payudara

e. Obat-obatan sesuai petunjuk dokter.

(Haryono, 2014).

2.2.1 Tanda Bayi Cukup ASI

Menurut M. Djamil (2018), terdapat beberapa cara untuk menilai kecukupan

ASI yang diberikan ibu terhadap bayinya sebagai berikut :

1. Setiap menyusui, bayi menyusu dengan rakus, kemudian melemah dan

tertidur.

2. Payudara terasa lunak dibandingkan sebelumnya.

3. Payudara dan puting ibu tidak terasa terlalu nyeri.

4. Kulit bayi merona sehat dan pipinya kencang saat ibu mencubitnya.

5. Bayi lahir telah kembali setelah bayi berumur 2 minggu.

6. Kurva pertumbuhan/berat badan dalam KMS sesuai dengan seharusnya.

7. Setelah berumur beberapa hari, bayi akan buang air besar (BAB)

setidaknya dua kali sehari dengan tinja yang berwarna kun ing atau gelap

dan mulai berwarna lebih cerah setelah hari kelima belas.

(Badriah, 2017).

Tanda Bayi kurang ASI :

1. Tanda terpercaya
a. Kenaikan berat yang kurang : kurang dari 500 gram sebulan atau

setelah dua minggu berat bayi belum mencapai berat lahir.

b. Jumlah kencing sedikit dan terkonsentrasi : kurang dari 6 kali sehari,

kuning gelap dan berbau tajam.

2. Tanda-tanda kemungkinan

a. Bayi tidak puas setelah menyusu

b. Bayi sering menangis

c. Bayi sangat sering menyusu

d. Menyusu lama

e. Bayi menolak menyusu

f. Kotoran bayi keras, kering dan bewarna hijau

g. Payudara tidak membesar selama hamil

h. Setelah melahirkan ASI tidak keluar.

(Haryono, 2014).

2.3.5 Masalah dalam Pemberian ASI

1. Masalah menyusui pada Masa Antenatal

a. Puting susu datar atau terbenam

Untuk mengetahui apakah puting susu datar, cubitlah areola di

sisi puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk. Puting susu yang

normal akan menonjol, namun puting susu yang datar tidak menonjol.

Tidak selau ibu dengan puting susu datar mengalami kesulitan besar
waktu menyusui. Dengan pengalaman, banyak ibu yang tetap bisa

memberikan ASI kepada bayinya (Haryono, 2014).

Puting susu terbenam, puting akan tampak masuk kedalam

areola sebagian atau seluruhnya. Keadaan ini disebabkan karena

adanya sesuatu yang menarik puting susu kearah dalam, misalnya

tumor atau penyempitan saluran susu (Haryono, 2014).

b. Puting susu tidak lentur

Puting susu tidak lentur akan menyulitkan bayi untuk menyusu.

Meskipun demikian, puting susu yang tidak lentur pada awal

kehamilan seringkali akan menjadi lentur (normal) pada saat

menjelang atau saat persalinan, sehingga tidak memerlukan tindakan

khusus. Namun sebaiknya tetap tidak dilakukan latihan seperti cara

mengatasi puting susu yang terbenam (Haryono, 2014).

2. Masalah Menyusui pada Masa Pascapersalinan Dini

a. Puting susu lecet

Penyebabnya:

a) Kesalahan dalam teknik menyusui.

b) Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, dll untuk mencuci

puting susu.

c) Mungkin saja terjadi pada bayi yang frenulum lingue (tali lidah

yang pendek), sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap

sehingga hisapannya hanya pada puting susu.


d) Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui kurang

hati-hati.

(Anggraini, 2015).

b. Payudara bengkak

Penyebabnya:

Pembengkakan ini terjadi karena ASI tidak disusui secara

adekuat,sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang

mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Pembengkakan payudara

ini dapat dicegah dengan;

a) Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.

b) Susukan bayi tanpa dijadwal.

c) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI

melebihi kebutuhan bayi.

d) Melakukan perawatan payudara.

(Anggraini, 2015).

c. Saluran susu tersumbat (obstruvtive duct)

Penyebabnya:

a) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui.

b) Pemakaian BH yang terlalu ketat.

c) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak

segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan.

(Anggraini, 2010).
d. Mastitis

Hal ini merupakan radang payudara, yang disebabkan oleh :

a) Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat.

b) Puting susu lecet yang memudahkan masuknya kuman dan terjadi

payudara bengkak.

c) BH yang terlalu ketat.

d) Ibu yang diet jelek, kurang istirahat, anemi akan mudah terinfeksi.

e. Abses payudara

Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini

dikarenakan meluasnya peradangan payudara. Payudara tampak merah

mengkilap dan terdapat nanah sehingga perlu insisi untuk

mengeluarkannya.

(Anggraini, 2010).

3. Masalah Menyusui pada Masa Pasca Persalinan Lanjut

a. Sindrom ASI kurang

Sindrom ASI kurang adalah keadaan di mana ibu merasa bahwa ASI-

nya kurang, dengan berbagai alasan yang menurut ibu merupakan

tanda tersebut, misalnya payudara kecil (Haryono, 2014).

b. Bingung Puting

Bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan yang

terjadi karena bayi mendapat susu formula ataupun ASI dalam botol

dan bergantian dengan menyusu pada puting susu (Haryono, 2014).


Tanda-tanda bayi bingung puting adalah bayi menghisap puting

seperti menghisap dot, lemah, terputus-putus dan sebentar atau dapat

juga bayi menolak menyusu (Haryono, 2014).

c. Bayi sering menangis

Bayi sering menangis adalah cara bayi berkomunikasi dengan dunia

sekitarnya. Bayi menangis mempunyai maksud menarik orang lain

(terutama ibunya) karena sesuatu hal, antara lain lapar, ingin

digendong dan sebagainya. Oleh sebab itu jangan membiarkan bayi

mengis terlalu lama, bayi akan menjadi lelah, memyusu tidak

sempurna, dan jika ibu cemas atau kesal, produksi ASI juga akan

terganggu (Haryono, 2014).

d. Bayi tidak cukup kenaikan berat badannya

ASI adalah makanan pokok bayi sampai usia 6 bulan. Karena itu bayi

usia 6 bulan yang hanya mendapat ASI saja perlu dipantau berat

badannya paling tidak sebulan sekali. Bila ASI cukup, berat badan

anak akan bertambah (anak tumbuh) dengan baik. Untuk memantau

kecukupan ASI dengan memantau berat badan, dapat digunakan Kartu

Menuju Sehat (KMS) untuk anak (Haryono, 2014).

2.4 Kosep Dasar ASI Eksklusif

2.4.1 Pengertian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan

cairan lain, seperti susus formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,bubur

nasi dan tim (Maryunani, 2016).

Pada awal bulan, bayi yang paling beresiko terhadap berbagai

penyakit, ASI Eksklusif membantu melindungi terhadap diare dan infeksi

umum lainnya. ASI diberikan minimal enam bulan tanpa makanan

pendamping ASI (PASI) inilah yang disebut ASI Eksklusif (Proverawati,

2015).

2.4.2 Cara Mencapai ASI Eksklusif

WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk

memulai dan mencapai ASI Eksklusif, antara lain :

1. Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran

2. Menyusui secara Eksklusif : hanya ASI , artinya tidak ditambah makanan

atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun.

3. Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau,

siang dan malam.

4. Tidak menggunakan botol susu maupun empeng.

5. Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan,

disaat tidak bersama anak.

6. Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang

(Maryunani, 2016).

2.4.3 Manfaat ASI Eksklusif

Manfaat Pemberian ASI Eksklusif dapat dibagi menjadi 4 yaitu;


1. Manfaat Bagi Bayi

a. Komposisi sesuai kebutuhan.

b. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan.

c. ASI mengandung zat pelindung.

d. Perkembangan psikomotorik lebih cepat.

e. Menunjang perkembangan kognitif.

f. Menunjang perkembangan penglihatan.

g. Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.

h. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.

i. Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri. (Soleha,

2019).

2. Manfaat Bagi Ibu

a. Mengurangi pendarahan setelah melahirkan. apabila bayi disusukan

segera setelah dilahirkan, maka kemungkinan terjadinya pendarahan

setelah melahirkan akan berkurang, pada ibu menyusui terjadi

peningkatan kadar oksitasin yang berguna juga untuk kontraksi atau

penutupan pembuluh darah sehingga pendarahan akan lebih cepat

berhenti.

b. Menjarangkan kehamilan menyusui merupakan cara kontrasepsi yang

aman, murah, dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI Eksklusif

dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah

melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.
c. Menempelkan segera bayi pada payudara membantu pengeluaran

plasenta karena hisapan bayi merangsang kontraksi rahim, karena itu

menurunkan risiko pendarahan pasca persalinan.

d. Memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit), membantu

meningkatkan produksi ASI dan proses laktasi.

e. Hisapan puting yang segera dan sering membantu mencegah payudara

bengkak.

f. Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI

tersedia kapan dan dimana saja. ASI selalu bersih, sehat dan tersedia

dalam suhu yang cocok.

g. Pemberian ASI ekonomis/murah

h. Menurunkan resiko kanker payudara

i. Aspek psikologis

j. Memberi kepuasan pada ibu. Keuntungan menyusui bukan hanya

bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga

dan diperlukan rasa sayang yang dibutuhkan oleh semua manusia.

(Rohan, 2017).

3. Manfaat Bagi Keluarga

a. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu, kayu bakar

atau minyak untuk merebus air susu atau peralatan.


b. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat)

dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan

sakit.

c. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi MAL dari ASI

Eksklusif. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.

d. Memberikan ASI pada bayi berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab

ASI selalu siap tersedia.

e. Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air

panas, dll (Nurjanah, 2015).

4. Manfaat Bagi Lingkungan

Menyusui/memberi ASI, tidak menimbulkan sampah karena setiap ibu

yang menyusui dapat mengurangi masalah polusi dan sampah. Dengan

menyusui/memberi ASI tidak membutuhkan lahan, air, metal, plastik dan

minyak yang semuanya dapat merusak lingkungan. Dengan demikian,

menyusui/memberi ASI dapat melindungi lingkungan hidup kita (Rohan,

2017).

5. Manfaat Bagi Negara

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Adanya faktor

protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi

baik serta kesakitan dan kematiananak menurun. Beberapa penelitian

epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dariu


penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran

pernafasan akut bagian bawah.

b. Menghemat devisa Negara

ASI dapat dianggap kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui

diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 Milyar yang

seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

c. Mengurangi Subsidi untuk Rumah Sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan

memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi

persalinan dan infeksi nosokomial serta serta mengurangi biaya yang

diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak mendapat ASI lebih

jarang masuk ke rumah sakit dibandingkan anak yang mendapaty susu

formula.

d. Peningkatan kualitas generasi penerus

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal

sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

(Rohan, 2017).

2.4.4 Peraturan Pemerintah (PP) dalam Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif telah masuk de dalam PP. No. 33 Tahun 2013 yang

dilampirkan dalam pasal 6 dan pasal 9, sebagai berikut :


Pasal 6

Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi

yang dilahirkannya.

Pasal 9

(1) Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Wajib melakukan inisiasi menyusu dini terhadap bayi yang baru lahir

kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam.

(2) Anisiasi menyusu dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dengan cara meletakkan bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu

sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu.

Peraturan pemerintah (PP) No. 33 Tahun 2012 tentang pemberian Air Susu

Ibu (ASI) Eksklusif telah diterbitkan sejak 1 Maret 2012. Tujuan PP tersebut

adalah untuk :

a. Menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak

dilahirkan sampai dngan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan

pertumbuhan dan perkembangannya.

b. Memberikan perlindungan kepada bayi dalam memberikan ASI Eksklusif

kepada bayinya; dan

c. Meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah

Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.

(Rohan, 2017).
2.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif.

Menurut buku Haryono R (2014), faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian

ASI Eksklusif dibedakan menjadi tiga, yaitu : faktor pemudah, faktor pendukung

dan faktor pendorong.

1. Faktor pemudah (predisposing factors)

a. Pendidikan

Pendidikan akan membuat seseorang untuk ingin tahu, untuk

mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi

pengetahuan. Pendidikan mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif , ibu

yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah menerima suatu ide baru

dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah. Sehingga promosi dan

informasi mengnai ASI Eksklusif dengan mudah diterima dan dilaksanakan

(Lestari, 2015).

Pendidikan ada dua macam yaitu pendidikan formal dan informal,

dimana pendidikan formal dikategorikan menjadi SD, SMP, SMA, dan

perguruan tinggi (Tirtarahardja, 2005).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Widiyanto

(2012), responden yang berpendidikan SD 7 responden (23,3%), SMP 10

responden (33,3%), SMA 11 responden (36,7%), D3 1 responden (3,3%),

S1 1 responden (3,3%). Hal ini menunjukan semakin rendah pendidikan

semakin rendah kemampuan dasar seseorang dalam berfikir untuk


pengambilan keputusan khususnya dalam pemberian ASI eksklusif padabayi

usia 0 – 6 bulan.

b. Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu proses mengingat dan mengenal kembali

objek yang telah dipelajari melalui panca indera pada suatu bidang tertentu

secara baik (Lestari, 2015).

Untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang srcara rinci terdiri dari

enam tingkatan :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang dipelajari sebelumnya

b) Memahami (comprehension)

Kemampauan untuk menjelaskan tentang objek yang diketahui dan

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c) Aplikasi (application)

Sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada suatu kondisi atau situasi nyata.

d) Analisis (analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen,

tapi dalam suatu struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

e) Sintesis (synthesis)
Kemampuan meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru atau menyusun formulasi baru dari

formulasi yang ada.

f) Evaluasi (evalution)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi /

penilaian terhadap suatu materi/objek.

(Lestari, 2015).

Adapun pemberian ASI Eksklusif ada hubungan dengan rendahnya

pengetahuan tentang manfaat pemberian ASI secara Eksklusif akan

menyebabkan rendahnya kemauan ibu untuk memberikan ASI. Hal ini

menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan tentang ASI dengan

pemberian ASI secara Eksklusif (Amiruddin, 2006).

Adapun batasan pengetahuan dikategorikan menjadi dua yaitu, ibu

berpengetahuan baik (bila responden dapat menjawab pertanyaan dengan

benar ≥ 75%) dan ibu yang berpengetahuan kurang (bila responden dapat

menjawab pertanyaan dengan benar < 75%).

Hasil penelitian yang dilakukan Siallagan, dkk (2013) di kelurahan

Batan Kecamatan Medan Tembung, dimana tingkat pengetahuan merupakan

faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif.

c. Nilai-nilai/adat budaya

Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam

dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang


mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol, dengan

karakteristik tertentu yang dapat satu dan yang lainnya (Manurung, 2013).

Adat budaya akan mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI secara

Eksklusif karena sudah menjadi budaya dalam keluarganya, salah satu adat

budaya yang masih banyak dilakukan di masyarakat yaitu adat selapanan,

dimana bayi diberi sesuap bubur dengan alasan untuk melatih alat

pencernaan bayi. Padahal itu tidak benar, namun tetap dilakukan oleh

masyarakat karena sudah menjadi adat budaya dalam keluarganya

(Haryono, 2014).

2. Faktor pendukung (enabling factors)

a. Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga adalah penghasilan yang diperoleh suami dan

istri dari berbagai kegiatan ekonomi sehari-hari, misalnya gaji. Keluarga

yang memiliki cukup pangan memungkinkan ibu untuk memberikan ASI

Eksklusif lebih tinggi dibandingkan keluarga yang tidak memiliki cukup

pangan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kondisi sosial ekonomi yang

saling terkait yaitu pendapatan keluarga memiliki hubungan dengan

keputusan untuk memberikan ASI Eksklusif bagi bayi (Haryono, 2014).

Menurut TribunSumsel Berdasarkan surat keputusan (SK) gubenur

Sumsel, mulai 1 januari 2016 upah minimum (UMK) kota palembang Kota

Palembang menjadi Rp 2.294.000, dengan ditetapkannya UMP tersebut


tidak ada alasan lagi bagi pengusaha untuk tidak mengikuti aturan UMK

yang telah disepakati (Irawan, 2015).

Menurut penelitian yang dilakukan Afifah (2007) dalam Agam

(2011) menyatakan bahwa pendapatan sangat mendukung pemberian ASI

Eksklusif, keluarga dengan pendapatan yang rendah cenderung melakukan

pemberian ASI Eksklusif.

b. Ketersediaan waktu/pekerjaan

Menurut penelitian Widdefrita. M ( 2012). Pekerjaan adalah tugas

yang dilaksanakan setiap hari dimana tugas tersebut dapat dilakukan

penghidupan mencari nafkah.

Bagi ibu yang bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif sering kali

mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan.

sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir secara sempurna, dia harus

kembali bekerja. Kegiatan atau bekerja seringkali dijadikan alasan untuk

tidak memberikan ASI Eksklusif, terutama yang tinggal di perkotaan

(Prasetyono, 2009).

Ketersediaan waktu seorang ibu untuk menyusui secara eksklusif

berkaitan dengan status pekerjaannya. Banyak ibu yang tidak memberikan

ASI karena berbagai alasan diantaranya karena harus kembali bekerja

setelah cuti melahirkannya selesai. Padahal istilah harus kembali bekerja

bukan alasan untuk tidak memberikan ASI secara Eksklusif bagi ibu-ibu

yang bekerja (Haryono, 2014).


Menurut Roesli (2007) dalam penelitian Anggorowati dan Nuzulia

menyatakan bahwa, bekerja bukanlah salah satu alasan untuk ibu tidak

menyusui anaknya. Roesli mengemukakan ada tujuh langkah yang sangat

penting untuk keberhasilan pemberian ASI secara Eksklusif terutama bagi

ibu bekerja yaitu :

a) Mempersiapkan payudara

b) Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui

c) Menciptakan dukungan keluarga

d) Memilih tempat melahirkan yang sayang bayi

e) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara

Eksklusif

f) Mencari ahli persolan menyusui seperti klinik laksatasi untuk persiapan

apabila mereka mengalami kesukaran

g) Menciptakan suatu sikap positif tentang ASI dan menyusui.

Adapun batasan pekerjaan dikategorikan menjadi dua yaitu, ibu yang

bekerja (PNS, pegawai swasta, buruh) dan ibu tidak bekerja (jika ibu rumah

tangga).

Menurut penelitian Candriasih (2010) yang di lakukan di Puskesmas

Tambu Kabupaten Donggala mengatakan bahwa secara statistik tidak ada

hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemberian ASI

Eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif tidak


dipengaruhi oleh pekerjaan, karena hasil penelitian ini didapat banyak ibu-

ibu yang tidak bekerja tetapi tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.

c. Kesehatan ibu

Kondisi kesehatan ibu mempunyai pengaruh yang sangat penting

dalam keberlangsungan proses menyusui. Ibu yang mempunyai penyakit

menular (misalnya HIV/AIDS, TBC, hepatitis B) atau penyakit pada

payudara (misalnya kanker payudara, kelainan puting susu) sehingga tidak

boleh ataupun tidak bisa menyusui bayinya (Haryono, 2014).

3. Faktor pendorong (reinforcing factors)

a. Dukungan keluarga/suami

Dukungan keluarga didefinisikan dari dukungan soasial, dukungan

sosial sering dikenal dengan istilah lain yaitu dukungan emosi yang berupa

simpati, yang merupakan bukti kasih sayang, perhatian, dan keinginan untuk

mendengarkan keluhan kesah orang lain. Sejumlah orang lain. Sejumlah

orang lain yang potensial memberikan dukungan tersebut sebagai significant

other, misalnya sebagai seorang istri significant other nya adalah suami,

anak, orang tua, mertua, dan saudara-saudara (yanuasti, 2003).

Keluarga terutama suami merupakan bagian penting dalam

keberhasilan dan kegagalan menyusui, karena suami menentukan

kelancaran pengetahuan ASI yang sangat di pengaruhi oleh keadaan emosi

dan perasaan ibu (Roesli, 2007).


Dukungan seorang suami yang dengan tegas berpikiran bahwa ASI

adalah yang terbaik, akan membuat ibu lebih mudah memberikan ASI

Eksklusif pada bayinya (Purwoko, 2005).

Dukungan tersebut berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun

bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan

aman. Dukungan yang didapatkan dari suami, orang tua, ataupun keluarga

dekat lainnya (Wawan, 2010).

b. Dukungan petugas kesehatan.

Menurut penelitian Widdefrita. M (2012). Petugas kesehatan adalah

seseorang yang dihargai, dihormati dimata klien karena mereka berstatus

tinggi sesuai dengan pendidikannya, misalnya bidan, dokter.

Petugas kesehatan yang profesional bisa menjadi faktor pendukung

ibu dalam memberikan ASI. Dukungan tenaga kesehatan kaitannya dengan

nasehat kepada ibu untuk memberikan ASI pada bayinya menentukan

keterlanjutan ibu dalam pemberian ASI.


BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan bagan atau skema yang menerangkan

tentang hubungan antar konsep-konsep yang berhubungan dengan variabel

yang akan diteliti (Sulistyaningsih, 2018).

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan teori yang telah

dikemukakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi di Puskesmas Tanjung Baru Kec. Baturaja Timur Kab.

Ogan Komering Ulu (OKU) tahun 2021, disebabkan oleh faktor dukungan

petugas kesehatan, dukungan keluarga dan pengetahuan.

Pengetahuan ibu merupakan sangat penting untuk terbentuknya suatu

tindakan dalam mendengar atau membaca informasi tentang gizi dalam

pemberian ASI Eksklusif sehingga ibu yang berpengetahuan baik

mendapatkan informasi mengenai manfaat ASI Eksklusif akan menyusui

secara Eksklusif.

Dukungan keluarga juga sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI

Eksklusif karena semakin besar dukungan yang didapatkan untuk terus

menyusui, maka akan semakin besar pula kemampuan untuk dapat bertahan

terus untuk menyusui, namun jika seorang ibu yang kurang mendapatkan

dukungan keluarga, maka ibu akan terpengaruh untuk beralih ke susu

formula.
Dari kerangka acuan di atas Secara skematis, kerangka konsep

penelitian dapat digambarkan pada bagan di bawah ini :

Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Dukungan Petugas
Kesehatan Pemberian
Dukungan Keluarga ASI Eksklusif
Pengetahuan

3.2 Hipotesis

3.2.1 Hipotesis Mayor

Ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan, dukungan

keluarga dan pengetahuan secara simultan dengan pemberian ASI Eksklusif

pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung Baru Kecamatan Baturaja

Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2021?

3.2.2 Hipotesis Minor

1. Adakah hubungan dukungan petugas kesehatan secara parsial dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung

Baru Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun

2021?

2. Adakah hubungan dukungan keluarga secara parsial dengan pemberian

ASI Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung Baru

Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun


2021?

3. Adakah hubungan pengetahuan secara parsial dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 7-12 bulan di Puskesmas Tanjung Baru Kecamatan

Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2021?


BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini bersifat Survey Analitik dengan menggunakan

rancangan penelitian cross sectional dimana variabel dependen (Pemberian

ASI Eksklusif) dan variabel independen (dukungan petugas kesehatan,

dukungan keluarga dan pengetahuan) diobservarsi dan dikumpulkan secara

sekaligus dalam jangka waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2017).

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu

Waktu penelitian akan direncanakan pada bulan Juli-Agustus tahun

2021

4.2.2 Tempat

Penelitian ini direncanakan dilakukan di Puskesmas Tanjung Baru

Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).

4.3 Populasi dan sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2017). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu

yang membawa bayi usia 7-12 bulan yang berkunjung ke Puskesmas

Tanjung baru diperkirakan berjumlah 30 bayi.


4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2017). Pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling yaitu

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di

suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian dan yang diambil secara

Non Random (tidak secara acak) dimana total populasi dijadikan

sebagai sampel. Dengan demikian sampel pada penelitian ini adalah

semua bayi yang berkunjung ke Puskesmas tanjung Baru yang

berjumlah 30 bayi. Menurut Arikunto (2010) yang menyatakan bahwa

bila populasi ≤ 100 maka diambil semua dan bila populasi ≥ 100

diambil 10-15% atau 15-20%.

4.4 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer yaitu data diperoleh langsung melalui wawancara

dengan menanyakan kepada responden yang berhubungan dengan variabel

yang diteliti. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari hasil studi

kepustakaan beberapa buku dan internet relevan serta data yang diperoleh

dari rekam medik Puskesmas Tanjung Baru saat penelitian.


4.5 Pengolahan Data

Agar penelitian ini menghasilkan informasi yang benar, maka

pengolahan data akan dilakukan dengan tahapan menurut Notoatmodjo

(2017) yaitu sebagai berikut :

4.5.1 Editing (Pengeditan Data)

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuisioner.

4.5.2 Coding (Pengkodean Data)

Coding yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan.

4.5.3 Entry (pemasukan data)

Data entry yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan kedalam program

atau software computer.

4.5.4 Cleaning (pembersihan data)

Cleaning adalah mengecek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi

4.6 Analisis Data

4.6.1 Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh distribusi frekuensi dari

variabel dependen (pemberian ASI Eksklusif) dan variabel independen


(dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga dan pengetahuan) dan

dituangkan dalam bentuk tabel.

4.6.2 Analisis Bivariat

Analisis data untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen (dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga dan

pengetahuan) dengan variabel dependen (Pemberian ASI Eksklusif)

dianalisa dengan uji statistik Chi-Square dengan menggunakan system

komputerisasi staticial program. Dengan uji statistik menggunakan

“Chi-Square” menurut Notoatmodjo (2017). Batas kemaknaan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah α = 0,05.

Keputusan hasil statistik diperoleh dengan membandingkan nilai p (p

value) dengan nilai α.

Keputusan hasil :

1. Jika p value ≤ 0,05 berarti ada hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

2. Jika p value ≥ 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

(Notoatmojo, 2017).

4.7 Definisi Operasional

Alat Ukur
Skala
No Variabel Definisi dan Cara Hasil Ukur
Ukur
ukur
1 Pemberian Bayi hanya Alat Ukur : Nomin a. Ya : Jika bayi hanya diberi

ASI Eksklusif diberi ASI saja, Kuesioner al ASI saja selama 6 bulan
tanpa b. Tidak : Jika bayi diberi ASI

tambahan cairan Cara ukur : dan Makanan pendamping

lainnya. Wawancara sebelum > 6 bulan

2 Dukungan Pertanyaan Alat Ukur : Ordinal 1. mendukung : jika

Petugas kepada Kuesioner menjawab pertanyaan

Kesehatan responden dengan skor > 70% dari

mengenai Cara ukur : total skor

dukungan dari Wawancara 2. Tidak mendukung: jika

petugas menjawab pertanyaan

kesehatan dengan skor ≤ 70% dari

mengenai total

pemberian ASI

Eksklusif

3. Dukungan Pertanyaan Alat Ukur : Ordinal 1. Mendukung : jika

Keluarga kepada Kuesioner menjawab pertanyaan

responden dengan skor > 70% dari

mengenai Cara ukur : total skor

dukungan dari Wawancara 2. Tidak mendukung: jika

keluarga menjawab pertanyaan

mengenai dengan skor ≤ 70% dari

Pemberian ASI total

Eksklusif

4. Pengetahuan Kempampuan Alat Ukur : Ordinal 1. Baik : jika menjawab


ibu untuk Kuesioner pertanyaan dengan skor >

menjawab 70% dari total skor

pertanyaan Cara ukur : 2. Kurang: jika menjawab

dalam kuesioner Wawancara pertanyaan dengan skor ≤

tentang ASI 70% dari total

Eksklusif

Anda mungkin juga menyukai