1. ALTERNATIF JUDUL/TEMA 1
Hubungan Usia Kehamilan, Gemelli, dan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum (HEG) di………….Tahun 2020.
2. LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang diianjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu empat puluh minggu
(Prawirohardjo, 2011).
Selama kehamilan terjadi adaptasi anatomis, fisiologis dan biokimiawi yang mencolok.
Perubahan ini dimulai segera setelah pembuahan dan berlanjut selama kehamilan. Sebagian
besar perubahan terjadi sebagai respon terhadap rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh
janin dan plasenta (Cunningham, 2012).
Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan ini
biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan rasa lemah pada badan.
Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai "morning sickness" (Gunawan, Manengkei
dan Ocviyanti, 2011).
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala wajar dan sering kedapatan
pada kehamilan trimester 1. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap
saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Prawirohardjo, 2011).
Gejala awal kehamilan pada sebagian besar wanita adalah mual, dengan atau tanpa
muntah. Lima puluh hingga sembilan puluh persen (50%-90%) wanita hamil mengalami mual
dan muntah selama trimester pertama kehamilan, umumnya terjadi pada minggu ke-4 dan ke-6
usia kehamilan dengan puncak antara minggu ke-8 hingga ke-12. Bentuk yang lebih berat dari
mual dan muntah dikenal dengan hiperemesis gravidarum (Lacasse dkk, 2009).
Hiperemesis gravidarum adalah bentuk berat dari mual dan muntah yang ditandai dengan
dehidrasi, gangguan elektrolit, metabolik dan defisiensi nutrisi. Kejadian ini merupakan alasan
paling umum untuk rawat 1 2 inap pada awal kehamilan. Hiperemesis gravidarum bertanggung
jawab terhadap peningkatan penggunaan perawatan kesehatan, rumah sakit, hiiangnya waktu
kerja dan mengurangi kualitas hidup selama kehamilan (Vikanes, 2013).
Tiga puluh lima persen dari wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum, mual dan
muntah menjadi penting secara klinis, berakibat pada kehilangan waktu kerja dan berdampak
rusaknya hubungan keluarga. Suatu kondisi dengan muntah yang persisten, kehilangan berat
badan lebih dari 5%, ketonuria, gangguan eletrolit seperti hipokalemia, dan dehidrasi disebut
sebagai hiperemesis gravidarum. Dan kondisi seperti ini memerlukan perawatan intensif di
rumah sakit (Niebyl, 2010).
Insiden hiperemesis gravidarum cukup beragam mulai dari 0,3-2% dari seluruh kehamilan
(Fell et al., 2006). Di Amerika Serikat, insiden terjadinya hiperemesis gravidarum (HEG)
adalah 0,3-2% dari seluruh kehamilan atau kurang lebih 5 dari 1000 kehamilan (Widayana,
Magadhana dan Kemara, 2013).
Di Swedia 0,3% dari seluruh kehamilan, di California 0,5% di Canada 0,8%, di China
10,8%, di Norwegia 0,9%, di Pakistan 2,2%, di Turki 1,9% dan 1-3% dari seluruh kehamilan di
Indonesia (Yasa, 2012). Sebuah studi dari 3.350 populasi dengan kehamilan tunggal di Asia
Timur mengamati kejadian hiperemesis gravidarum sebanyak 119 (3,6%) dari populasi. Insiden
hiperemesis gravidarum tertinggi di Shanghai, Cina yaitu sebanyak 1.867 kasus dengan
kejadian 10,8% (Fejzo et al, 2009).
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan berbagai komplikasi yaitu gagal ginjal akut,
robekan Mallory-Weiss, ruptur esofagus, Wernicke encephalopathy, pneumothoraks,
pendarahan intrakranial janin, bayi prematur, berat bayi lahir rendah, vasospasme arteri
serebral, serta beban psikologis (Cunningham, 2012).
Penyebab hiperemesis gravidarum saat ini belum diketahui secara pasti dan multifaktorial.
Diduga adanya gangguan keseimbangan hormonal seperti p-hCG, estrogen, dan progesteron,
tiroksin, kortisol, diperkirakan 3 sebagai faktor penyebab penting. Beberapa faktor risiko
hiperemesis gravidarum yang dilaporkan adalah riwayat hiperemesis gravidarum pada
kehamilan sebelumnya, ibu atau saudara perempuan dengan hiperemesis gravidarum,
kehamilan ganda atau gemelli, penyakit trofoblas atau mola hidatidosa, usia ibu yang terlalu
muda, yaitu kurang dan 20 tahun, primigravida /nullipara, faktor adaptasi dan hormonal : wanita
hamil dengan anemia akan meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum, faktor psikologis,
defisiensi vitamin B, dan obesitas (Sari, 2013).
Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka kejadiannya masih
cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih dari sekali.
Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan sulit sembuh membuat pasien
depresi. Pada kasus-kasus ekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi
kehamilan. Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum antara
lain hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan berlebih, kehamilan
multipel, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok (Gunawan, Manengkei dan Ocviyanti,
2011).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu
(AKI) masih cukup tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi hasil
(SDKI) 2014 lebih rendah dari pada hasil 2010, angka kematian bayi tahun 2012 adalah 32
kematian per 1000 kelahiran hidup, dan salah satu penyebab kematian di Indonesia adalah bayi
berat lahir rendah (SDKI,2014). Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia diperoleh data ibu
dengan hiperemesis gravidarum mencapai 14,8 % dari seluruh kehamilan. Keluhan mual dan
muntah terjadi pada 60-40 % multigravida.
Hiperemesis gravidarum pada kehamilan muda merupakan salah satu komplikasi sebagai
akibat langsung kehamilan. Meskipun bukan merupakan faktor utama penyebab kematian ibu di
Indonesia, tetapi kejadian emesis cukup besar yaitu 60-80% ada primigravida dan 40-60% pada
multigravida dan satu diantara 1000 kehamilan mengalami gejala lebih berat. Oleh karena itu
mual dan muntah tidak bisa dianggap ringan karena pada saat usia kehamilan muda organ-organ
vital janin terbentuk dan mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan janin yang dikandungnya
sehingga zat besi tidak dapat diserap oleh janin (Hackley & Barbara, 2012).
Kehamilan dengan hiperemesis gravidarum menurut World Health Organization (WHO)
mencapai 12,5% dari seluruh jumlah kehamilan di dunia dengan angka kejadian yang beragam
yaitu mulai dari 0,3% di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di
Norwegia, 2,2% di Pakistan, dan 1,9% di Turki. Sedangkan angka kejadian hiperemesis
gravidarum di Indonesia adalah mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan (Maruroh dan Ikke
R,2016:204).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang muncul secara berlebihan selama
hamil. Mual dan muntah (morning sickness) pada kehamilan trimester awal sebenarnya normal.
Namun pada hiperemesis gravidarum, mual dan muntah dapat terjadi sepanjang hari dan berisiko
menimbulkan dehidrasi. Tidak hanya dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ibu
hamil mengalami gangguan elektrolit dan berat badan turun. Hiperemesis gravidarum perlu
segera ditangani untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada ibu hamil dan janin yang
dikandungnya (Tjin Willy, 2019).
Berdasarkan latarbelakang tersebut peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Usia Kehamilan, Gemelli, dan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum di………..Tahun 2020”.
3. RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti menentukan rumusan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Secara Simultan
Adakah hubungan usia kehamilan, gemelli, dan jarak kehamilan secara secara simultan
dengan kejadian hyperemesis gravidarum?
2. Secara Parsial
a. Adakah hubungan antara usia kehamilan secara parsial dengan kejadian
hyperemesis gravidarum ?
b. Adakah hubungan antara gemelli secara parsial dengan kejadian hyperemesis
gravidarum ?
c. Adakah hubungan antara jarak kehamilan secara parsial dengan kejadian
hyperemesis gravidarum ?
4. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan usia kehamilan, gemelli, dan jarak kehamilan secara secara
simultan dengan kejadian hyperemesis gravidarum
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan usia kehamilan secara parsial dengan kejadian
hyperemesis gravidarum.
2. Untuk mengetahui hubungan gemelli secara parsial dengan kejadian hyperemesis
gravidarum.
3. Untuk mengetahui hubungan jarak kehamilan secara parsial dengan kejadian
hyperemesis gravidarum.
3. METODELOGI PENELITIAN YANG DIGUNAKAN
Desain penelitian ini menggunakan metode survei analitik melalui pendekatan cross-
sectional. Rancangan penelitian cross-sectional adalah suatu penelitian yang semua
variabelnya, baik variabel dependen (kejadian hyperemesis gravidarum) maupun independen
(usia kehamilan, gemelli, dan jarak kehamilan) diobservasi atau di kumpulkan sekaligus dalam
waktu yang sama.
1. ALTERNATIF JUDUL/TEMA 2
Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan, Dukungan Keluarga, dan Pengetahuan Ibu dengan
Pemberian ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan di…..Tahun 2021
2. LATAR BELAKANG
ASI merupakan makanan yang paling baik bagi bayi karena mengandung anti bodi dan
zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi, tetapi saat ini banyak ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif. Tindakan ini menyebabkan anak mudah terserang penyakit, karena daya tahan
tubuhnya melemah. Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif, akan lebih rentan terhadap
penyakit seperti ISPA, diare, alergi (Roesli, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian 1000 bayi yang saat lahir mendapatkan ASI ada sebanyak
984 bayi yang mampu bertahan hidup sampai berusia tepat 1 tahun. Angka ini jauh lebih tingi
bila dibandingkan dengan ketahanan hidup bayi yang tidak mendapatkan ASI. Probabilitas
kumulatif ketahanan hidup bayi menurut durasi pemberian ASI adalah: pemberian ASI 0 bulan
ketahanan hidupnya adalah 71%, pemberian ASI 1-2 bulan ketahanan hidupnya adalah 91%, 3
bulan adalah 94%, 5 bulan adalah 96%, dan 6 bulan atau lebih adalah 99%(Nurmiati, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu perubahan sosial
budaya, faktor psikologis, faktor fisik ibu, faktor kekurangan petugas kesehatan, sehingga
kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI, meningkatnya
promosi susu formula sebagai pengganti ASI, informasi yang salah justru datang dari petugas
kesehatan sendiri yang menganjurkan pengganti ASI dengan susu formula. Memberi ASI pada
bayi dianggap tidak modern dan menempatkan ibu pada kedudukan lebih rendah dibandingkan
dengan ibu golongan atas (Soetjiningsih, 1997).
Beberapa penelitian yang terkait dengan ASI eksklusif adalah penelitian yang dilakukan
Mamonto(2015) 4), memperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara petugas kesehatan
dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh (p=0,005). Penelitian Anggorowati (2013) Desa
Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal, ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
pemberian ASI eksklusif dengan (p=0,003).
Hasil penelitian dari Rahmawati (2010), memperoleh hasil bahwa ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bontocani
dengan p value (p=0,000).
Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2015), tentang hubungan sikap ibu dan
promosi iklan susu formula dengan pemberian ASI Eksklusif di puskesmas Baitussalam Aceh
Besar, menunjukkan terdapat hubungan antara promosi iklan susu formula (p=0,020) dengan
pemberian ASI eksklusif. Promosi susu formula dalam hal ini mempunyai pengaruh untuk
pemberian ASI eksklusif. Cakupan secara global pemberian ASI eksklusif di dunia pada tahun
2014 mencapai 36% dengan cakupan ASI eksklusif terendah yaitu sebesar 1% dan cakupan ASI
ekslusif tertinggi yaitu sebesar 85%. Rata-rata cakupan pemberian ASI eksklusif di dunia pada
Tahun 2014 berjumlah 34% (WHO, 2015).
Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun 2012 terdapat
data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 42%
dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun dengan bertambahnya usia bayi yakni,
41% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-5%, dan 13% bayi di bawah dua bulan
telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan.
Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada Tahun 2013 sebesar
54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase
pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 79,74%, diikuti oleh
Sumatera Selatan sebesar 74,49%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 74,37%. Dari seluruh
provinsi di Indonesia cakupan pemberian ASI eksklusif terendah yaitu Provinsi Maluku sebesar
25,21%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 33,65% dan Sulawesi Utara sebesar 34,67%
(Kemenkes RI, 2013).
WHO mengeluarkan program Millenium Development Goals (MDG’s) yang terdiri dari
delapan pokok bahasan, salah satunya adalah menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).
Cakupan ASI Eksklusif di Negara ASEAN seperti India sudah mencapai 46%, di Philipina
34%, di Vietnam 27% dan di Myanmar 24%, sedangkan di Indonesia sudah mencapai 54,3
(INFODATIN, 2014).
Pada tahun 2015 Millennium Develepment Goals (MDG’s) Indonesia menargetkan
penurunan sebesar 23 untuk angka kematian bayi dan balita dalam kurun waktu 2009-2015.
Oleh sebab itu, Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan angka kematian bayi dari
68/1.000 kelahiran hidup menjadi 23/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita dari
97/1.000 kelahiran hidup menjadi 32/1.000 kelahiran hidup. Salah satu rangka menurunkan
AKB, dapat dilakukan dengan pemberian ASI Eksklusif (Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, 2010).
Universitas Sumatera Utara 2 Dari 136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6%
dari mereka yang disusui secara Eksklusif dalam 6 bulan pertama. Sedangkan di negara
industri, bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif lebih besar meninggal dari pada bayi yang diberi
ASI Eksklusif. Sementara di negara berkembang hanya 39% Ibuibu yang memberikan ASI
Eksklusif (UNICEF, 2013).
UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan dapat
mencegah kematian 1,3 juta anak berusia dibawah 5 tahun. Suatu penelitian di Ghana yang
diterbitkan dalam jurnal pediatric menunjukkan 16 % kematian bayi sejak lahir (Baskoro,
2008).
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang pemberian
ASI secara Eksklusif di Indonesia tanggal 7 April 2004 telah menetapkan ASI Eksklusif di
Indonesia selama 6 bulan dan semua tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua
Ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI secara Eksklusif (Kementerian Kesehatan RI,
2014).
Secara nasional cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 0-6 bulan di Indonesia
berfluktuasi dalam enam tahun terakhir, menurut data Susenas cakupan ASI Eksklusif sebesar
34,3% pada tahun 2009, tahun 2010 menunjukkan bahwa baru 33,6% bayi kita mendapatkan
ASI, tahun 2011 angka itu naik menjadi 42% dan menurut SDKI tahun 2012 cakupan ASI
Eksklusif sebesar 27%. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara cakupan pemberian
ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tahun 2013 adalah sebanyak 41,3% (Dinkes Sumut,
2013).
Universitas Sumatera Utara 3 Menurut Derek, jumlah wanita yang memilih menyusui
sendiri bayinya mulai berkurang. Jumlah terendah kurang dari 40% yang memilih ASI, dan
pada minggu keenam setelah melahirkan, kurang dari 20% memberi ASI kepada bayinya. Sejak
itu ada kecenderungan untuk memberi ASI, khususnya wanita kelas menengah, dan sekarang
sekitar 75% wanita mulai menyusui 3 bulan kemudian (Derek, 2005).
Rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Indonesia dibandingkan dengan negara
berkembang lainnya dan negara-negara ASEAN tentu menyumbang akibat yang tidak baik bagi
kesehatan bayi. Menurut Kemenkes 2010, menyusui dampaknya sangat signifikan dalam
menurunkan angka kematian anak. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk memberikan ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Demikian juga yang diungkapkan oleh WHO (2005) bahwa
hampir 90% kematian anak balita terjadi di negara berkembang dan 40% lebih kematian
disebabkan oleh diare dan infeksi saluran pernafasan akut yang sebernarnya dapat dicegah
dengan pemberian ASI Eksklusif. Menyusui merupakan pemberian yang sangat berharga yang
dapat diberikan seorang ibu kepada bayinya. Bayi dalam keadaan sakit atau kurang gizi
menyusui mungkin sangat baik diberikan. ASI sejenis makanan lezat, manis, dapat dibawa
kemana-mana, siap pakai pada suhu yang tepat, mudah dicerna, benilai gizi tinggi, dan
komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan bayi yang selalu berubah. Makanan
tersebut demikian lengkapnya sehingga dapat memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi
sejak lahir sampai berumur 6 bulan dan tersedia secara gratis (Danuatmaja, 2003).
Universitas Sumatera Utara 4 Manfaat pemberian ASI Eksklusif sangat luas dan beragam
terutama bagi ibu dan bayi serta keluarga. Bagi Ibu dan bayi, pemberian asi eksklusif akan
menumbuhkan jalinan kasih sayang yang mesra antara ibu dan bayi baru lahir. Hal ini
merupakan awal dari keuntungan menyusui secara Eksklusif. Bagi keluarga, pemberian ASI
Eksklusif akan membawa manfaat dari aspek ekonomi, psikologi dan kemudahan (Arini, 2012).
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2016 menyatakan bahwa
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas 7 Ulu Palembang yaitu
65,0%, masih dibawah target cakupan ASI ekslusif 6 bulan yaitu sebesar 80%.
Di Provinsi Sumatera Selatan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi Tahun 2013
sebanyak 63,9%. Dan pada Tahun 2014 JKK, Volume 5, No 3, Oktober 2018: 133-137 135 p-
ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411 mengalami peningkatan cakupan pemberian ASI
Eksklusif pada bayi menjadi 64,5%. 5
Dinas Kesehatan Kota Palembang menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada
bayi Tahun 2013 sebanyak 71,13%. Tahun 2014 cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi
mengalami peningkatan menjadi 74,18% Cakupan ini masih di bawah target pencapaian
pemberian ASI Ekslusif Indonesia yaitu 80%. Sedangkan bayi yang mendapatkan MP-ASI
secara dini sebanyak 25,82%.
Berdasarkan latarbelakang tersebut peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan, Dukungan Keluarga, dan Pengetahuan Ibu dengan
Pemberian ASI Ekslusif di …..Tahun 2021”.
3. RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti menentukan rumusan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Secara Simultan
Adakah hubungan dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga, dan pengetahuan ibu
dengan pemberian ASI ekslusif di …..tahun 2021?
2. Secara Parsial
a. Adakah hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI ekslusif di
…..tahun 2021?
d. Adakah hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI ekslusif di …..tahun
2021?
e. Adakah hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI ekslusif di …..tahun
2021?
1. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian
1. Secara Simultan
Untuk mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga, dan
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI ekslusif di …..tahun 2021.
2. Secara Parsial
a. Untuk mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI
ekslusif di …..tahun 2021.
b. Adakah hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI ekslusif di …..tahun
2021.
c. Adakah hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI ekslusif di …..tahun
2021.
ABSTRAK
Mual dan muntah merupakan hal yang fisiologis terjadi dalam kehamilan muda, tetapi mual
dan muntah berlanjut semakin berat akan menyebabkan hiperemesis gravidarum yang dapat
menyebabkan dehidrasi dan asidoketotik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor- faktor
yang berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil. Penelitian ini
menggunakan teknik total sampling dengan pengambilan sampel dilakukan pada total populasi
yang berjumlah 45 orang selama 3 bulan, populasi dan sampel adalah ibu hamil yang periksa di
RB Zakat Surabaya. Pengumpulan data berupa buku register di RB Zakat Surabaya bulan Juni-
Agustus 2019. Menggunakan uji Chi-square. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan antara
gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p=0,000), ada hubungan antara kehamilan
ganda dengan kejadian hiperemesis gravidatum (p=0,024), tidak ada hubunga antara mola
hidatidosa dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p=0,222), tidak ada hubungan anatara
gastritis dengan kejadian hiperemesis gravidarum (0,358). Diharapkan petugas kesehatan agar
meningkatkan penyuluhan dan konseling bagi ibu hamil untuk mengatasi keluhan hiperemesis
gravidarum.
ABSTRACT
Nausea and vomiting are physiological things that occur in young pregnancies, but
nausea and vomiting get heavier will cause hyperemesis gravidarum which can cause dehydration
and acidooticosis. This study discusses to analyze the factors associated with the incidence of
hyperemesis gravidarum in pregnant women. This study uses a total sampling technique that is
sampling done with a total population obtained by 45 people for 3 months, the population and
sample are pregnant women examined at RB Zakat Surabaya. Data collection in the form of a
register at RB Zakat Surabaya in June-August 2019. Using Chi-square test. The results of the
statistical test obtained there is a relationship between gravida with the incidence of hyperemesis
gravidarum (p = 0,000), there is a relationship between multiple assessments with the incidence of
hyperemesis gravidarum (p = 0.024), there is no relationship between hydatidiform mole with the
incidence of hyperemesis gravidarum (p = 0.222), whether there is a relationship between gastritis
and hyperemesis gravidarum (0.358). It is hoped that health workers will increase counseling and
counseling for pregnant women to overcome hyperemesis gravidarum complaints.
sehingga darah menjadi kental atau mengatakan tidak tahu tentang penyebab
hemokonsentrasi yang dapat melambatkan emesis gravidarum.
peredaran darah. Hal tersebut bisa Sehingga dari uraian tersebut, penulis
mengurangi konsumsi oksigen dan makanan tertarik melakukan penelitian faktor-faktor
ke jaringan yang bisa menimbulkan yang berhubungan dengan hiperemesis
kerusakan jaringan dan menambah beratnya gravidarum pada ibu hamil trimester I di RB
keadaan janin dan wanita hamil. Selain itu Zakat Surabaya.
muntah yang berlebihan menyebabkan
pecahnya pembuluh darah kapiler pada METODE
lambung sehingga muntah bercampur darah. Desain penelitian ini dilakukan dengan
Pembesaran bayi dalam rahim sangat pendekatan retrospektif untuk mengatahui
tergantung terhadap asupan nutrisi ibu hamil. faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
Muntah yang berlebihan akan membuat hiperemesis gravidarum. Populasi dan
membuat tubuh kehilangan cairan dan hal ini sampel yang digunakan dalam penelitian ini
akan menggangu sirkulasi darah dan adalah seluruh ibu hamil yang mengalami
metabolisme tubuh janin sehingga dapat hiperemesis gravidarum yang tercatat
menyebabkan bayi tumbuh kecil dalam rahim didalam buku register RB Zakat bulan Juni-
atau Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) Agustus 2019 berjumlah 45 orang.
dan intra uterine fetal death (IUFD) (Tiran & Teknik sampel menggunakan teknik
Denise, 2013). total sampling yaitu dengan pengambilan
Hiperemesis gravidarum umumnya sampel dilakukan pada total populasi yang
sembuh dengan sendirinya (selflimiting) berjumlah 45 orang. Peneliti mengajukan
tetapi yang sering umum terjadi permohonan pengambilan data dari LPPM
penyembuhan berjalan lambat dan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
berkurang. Kondisi ini paling sering terjadi kepada Kepala RB Zakat. Setelah
diantara wanita primigravida dan cenderung mendapatkan ijin pengambilan data,
terjadi lagi pada kehamilan berikutnya kemudian melakukan pendekatan dengan ibu
(Purniantika, 2011). dan menjelaskan tentang metode penelitian
Bidan sebagai tenaga kesehatan serta melakukan inform consent.
mempunyai peran yang penting untuk Pengumpulan data dilakukan dengan
mengatasi hiperemesis gravidarum. menggunakan data sekunder berupa buku
Berdasarkan studi pendahuluan yang register. Buku register berisi data rekam
dilakukan di RB Zakat didapat 15 orang ibu medik dan dikelompokkan menjadi lembar
hamil trimester pertama 12 (80%) orang isian penelitian untuk selanjutnya dilakukan
mengalamai emesis gravidarum diantaranya analisa variabel penelitian.
Hiperemesis
Tidak primigravida belum ada kesiapan secara
Hiperemesis
Gravidarum fisik untuk menerima pertumbuhan dan
Gravidarum
N % N % N %
perkembangan janin di dalam rahimnya
Iya 18 47 20 53 38 100
0,358 dengan kata lain pada primigravida belum
Tidak 2 29 5 71 7 100
ada pengalaman melahirkan sehingga
Berdasarkan tabel 4 didapatkan mampu beradaptasi dalam perubahan-
bahwa sebagian besar (53%) responden perubahan yang terjadi selama kehamilan
dengan riwayat gastritis tidak mengalami mulai dari perubahan organ, hormon, dan
hiperemesis gravidarum sedangkan lain-lain.
sebagian besar (78 %) responden tidak Hal ini sesuai dengan teori
dengan riwayat gastritis tidak mengalami Prawirohardjo (2012), bahwa ibu
hiperemesis gravidarum. primigravida belum mampu beradaptasi
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = dengan hormon estrogen dan khorionik
0,358 hal ini menunjukkan bahwa p>0,05 gonadotropin. Peningkatan hormon ini
yang berarti tidak ada hubungan antara membuat kadar asam lambung meningkat,
gastritis dengan kejadian hiperemesis hingga muncullah keluhan rasa mual.
gravidarumHasil uji statistik diperoleh nilai Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari
p = 0,000 hal ini menunjukkan bahwa p< saat perut ibu dalam keadaan kosong
0,05 yang berarti ada hubungan antara karena teerjadi peningkatan asam
gravida dengan kejadian hiperemesis lambung, kadar gula dalam darah
gravidarum. menurun sehingga pusing, lemas dan
mual bisa terjadi. Janin memproduksi dilakukan oleh Riska (2014) bahwa
hormon khorionik gonadotropin yang terdapat hubungan antara kehamilan
merangsang indung telur untuk terus ganda dengan kejadian hiperemesis
meningkat selama kehamilan sehingga gravidarum dengan nila p value 0,010.
berpengaruh terhadap melambatnya
gerakan dan mengendurkan otot-otot pada 3. Hubungan antara molahidatidosa
sistem pencernaan, agar gizi makanan dengan kejadian hiperemesis
yang ibu konsumsi bisa lebih banyak di gravidarum pada ibu hamil
serap oleh bayi. Otot polos pada area Berdasarkan tabel 3 didapatkan
rahim dan katup antara perut dan bahwa sebagian besar (75%) responden
kerongkongan juga ikut mengendur, dengan molahidatidosa mengalami
sehingga memicu meningkatnya asam hiperemesis gravidarum, sedangkan
lambung. sebagian besar (51,4 %) responden
dengan tidak mengalami molahidatidosa
2. Hubungan antara kehamilan ganda mengalami hiperemesis gravidarum. Hasil
dengan kejadian hiperemesis uji statistik diperoleh nilai p = 0,222 hal ini
gravidarum pada ibu hamil menunjukkan bahwa p> 0,05 yang berarti
Berdasarkan tabel 2 didapatkan tidak ada hubungan antara molahidatidosa
bahwa sebagian besar (64%) responden dengan kejadian hiperemesis gravidarum.
dengan kehamilan ganda mengalami Hal ini disebabkan karena sebagian
hiperemesis gravidarum, sedangkan besar sampel adalah tidak mengalami
sebagian kecil (22%) responden dengan molahidatidosa. Menurut Ben-Zion &
kehamilan tidak ganda tidak mengalamai Taber MD (2013) bahwa ibu yang
hiperemesis gravidarum. Hasil uji statistik molahidatidosa yang tidak mengalami
diperoleh nilai p = 0,024 hal ini hiperemesis gravidarum karena faktor
menunjukkan bahwa p< 0,05 yang berarti psikologis, keluarga yang harmonis,
ada hubungan antara kehamilan ganda keluarga yang selalu memberikan support
dengan kejadian hiperemesis gravidarum. dan penderita yang menerima musibah
Hal ini dikarenakan ibu hamil dengan yang menimpa dirinya.
Kehamilan ganda, kadar hormon estrogen Hal ini tidak sesuai dengan teori
dan HCG (Human Chorionic menurut Mansjoer (2017), yang
Gonadotropin) meningkat sehingga mual mengatakan bahwa frekuensi terjadinya
muntah pada kehamilan ini meningkat hiperemesis gravidarum yang tinggi pada
dibandingkan dengan kehamilan janin mola hidatidosa dan gemelli menimbulkan
tunggal (Manuaba, 2010). Hasil penelitian dugaan bahwa faktor hormon memegang
ini sejalan dengan hasil penelitian yang peranan, karena pada kedua keadaan
Abstrak :
Angka kejadian hiperemesis gravidarum diRSU Muhammadiyah Metroterjadi peningkatan sejak
Tahun 2014 (5,6%), Tahun 2015 (11,9%), Tahun 2016 (12,1%). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum di RSU
MuhammadiyahMetro Tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi dengan
rancangan penelitian case control. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 68 responden dengan
sampel kasus sebanyak 34 responden dan sampel kontrol sebanyak 34 responden. Teknik
pengambilan sampel kasus menggunakan sampel jenuh sedangkan sampel kontrol menggunakan
simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan cheklist. Analisa data yang digunakan
yaitu univariat dan bivariat dengan menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa proporsi kejadian hiperemesis gravidarum sebesar 50% dari total populasi sampel, proporsi
umur ibu beresiko sebesar 36,8 %, proporsi primipara sebesar 33,8 %, proporsi usia kehamilan
≤16 minggu sebesar 39,7 %. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan umur ibu
dengan kejadian hiperemesis gravidarum dengan p-value 0,002< 0,05, ada hubungan paritas
dengan kejadian hiperemesis gravidarum dengan p-value 0,008< 0,05 dan ada hubungan usia
kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada usia kehamilan dengan p-value 0,006<
0,05. Simpulan penelitian yang diperoleh terdapat hubungan umur ibu, paritas dan usia kehamilan
dengan kejadian hiperemesis gravidarum di RSU MuhammadiyahMetro Tahun 2016. Diharapkan
bagi tenaga kesehatan terutama bidan agar mampu memberikan konseling dan edukasi pada ibu
tentang kehamilan, serta memberikan anjuran diet makan pada ibu untuk mencegah terjadinya
komplikasi lainnya.
Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 41
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X
Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 42
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X
responden (50%). Jumlah ibu yang mengalami responden (33,8%), sedangkan ibu hamil pada
hiperemesis gravidarum dengan umur beresiko usia kehamilan ≤16 minggu dengan jumlah 27
adalah 25 responden (36,8%). Pada ibu dengan responden (39,7 % ).
paritas terjadi pada primipara dengan jumlah 23
1. Proporsi Umur Ibu, Paritas dan Usia Kehamilan dengan Kejadian HiperemesisGravidarum
Tabel 1
Proporsi Umur Ibu, Paritas danUsia Kehamilan Dengan HiperemesisGravidarum
HiperemesisGravidarum Jumlah
Variabel Ya (n=34) Tidak (n=34)
n % n % n %
Umur Ibu
- Beresiko 25 36,8% 12 17,6% 37 54,4%
- Tidak Beresiko 9 13,2% 22 32,4% 33 45,6%
Jumlah 34 50% 34 50% 68 100%
Paritas
- Primipara 23 33,8% 12 17,6% 35 51,5%
- Multipara 11 16,2% 22 32,4% 33 48,5%
Jumlah 34 50% 34 50% 68 100%
Usia kehamilan
- ≤16 minggu 27 39,7% 16 23,5% 43 63,2%
- >16 minggu 7 10,3% 18 26,5% 25 36,8%
Jumlah 34 50% 34 50% 68 100%
Tabel 2
Hubungan Umur Ibu Dengan Kejadian HiperemesisGravidarum
HiperemesisGravidarum OR
Ya Tidak Jumlah P value (IK: 1,806-
No. Umur Ibu
(n=34) (n=34) 14,364)
n % n % n %
1. Beresiko (<20 25 36,8 12 17,6 37 54,4
tahun atau >35
tahun) 0,003 5,093
2. Tidak Beresiko 9 13,2 22 32,4 33 45,6
(20-35 tahun)
Jumlah 34 50 34 50 68 100
Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 43
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X
Tabel 3
Hubungan Paritas Dengan Kejadian HiperemesisGravidarum
HiperemesisGravidarum
OR
Ya Tidak Jumlah
No. Paritas P value (IK:1,403-
(n=34) (n=34)
10,477)
n % n % n %
1. Primipara 23 33,8 12 17,6 35 51,5
0,015 3,833
2. Multipara 11 16,2 22 32,4 33 48,5
Jumlah 34 50 34 50 68 100
Berdasarkan tabel 3, didapatkan hasil square didapatkan p-value 0,015< 0,05 maka
dari 34 sampel pada kelompok ibu yang Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada
mengalami hiperemesisgravidarum sebanyak hubungan paritas dengan kejadian
23 responden (33,8 %)dengan primipara, hiperemesisgravidarum. Pada analisis juga
sedangkan dari 34 sampel pada kelompok ibu didapatkan nilai Odds Ratio (OR) sebesar
yang tidak mengalami hiperemesisgravidarum 3,833, artinya ibu hamil dengan primipara
sebanyak 12 responden (17,6%) dengan beresiko mengalami hiperemesis gravidarum 3
primipara. Hasil uji statistik menggunakan Chi- kali lebih besar dibandingkan multipara.
Tabel 4
Hubungan Usia Kehamilan Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum
HiperemesisGravidarum
OR
Usia Ya Tidak Jumlah
No. P value (IK:1,489-
Kehamilan (n=34) (n=34)
12,649)
n % n % n %
1. ≤16 minggu 27 39,7 16 23,5 43 63,2
0,012 4,339
2. >16 minggu 7 10,3 18 26,5 25 36,8
Jumlah 34 50 34 50 68 100
Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 44
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X
Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 45
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X
tinggi juga memicu terjadinya mual muntah menengah, mahasiswa diperguruan tinggi dan
berlebih. organisasi keremajaan seperti risma tentang
tanda bahaya kehamilan di umur terlalu muda
5. Hubungan Umur Ibu Dengan terutama hiperemesisgravidarum.Tanda bahaya
Kejadian HiperemesisGravidarum ini dapat dicegah dengan penundaan kehamilan
Berdasarkan hasil uji statistikuntuk sampai umur cukup dan siap untuk
mengetahui hubungan antara umur ibu dengan bereproduksi dan untuk ibu umur >35 tahun
kejadian hiperemesisgravidarum menggunakan agar mengakhiri kehamilannya dengan
uji chi-square didapatkan hasil p-value 0,003 menggunakan kontrasepsi mantap.
artinya ada hubungan antara umur ibu dengan
hiperemesisgravidarum. 6. Hubungan Paritas Dengan Kejadian
Hasil penelitian inisejalan dengan HiperemesisGravidarum
penelitian yang dilakukan Tri Anasari (2012) Berdasarkan hasil uji statistikuntuk
yang dilakukan diRSU Ananda Purwokerto mengetahui hubungan antara paritas dengan
Tahun 2009-2011 yang menyatakan bahwa ada kejadian hiperemesisgravidarum menggunakan
hubungan antara umur ibu dengan kejadian uji chi-square didapatkan hasil p-value 0,015
hiperemesisgravidarum dengan p value=0,021< artinya ada hubungan antara paritas dengan
α (0,05). hiperemesisgravidarum.
Penelitian ini sesuai dengan teori Hasil penelitian ini sejalan dengan
Ridwan A dan Husain yang menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Sumai dkk
umur ibu <20 tahun atau >35 tahun beresiko (2014)6 yang dilakukan di RSUD dr. Sam
mengalami hiperemesisgravidarum, karena RatulangiTondano Kabupaten Tondano
Kehamilan di umur kurang dari 20 tahun secara Sulawesi Utara yang menyatakan bahwa ada
biologis emosi ibu yang masih labil, kurangnya hubungan antara paritas dengan kejadian
kesiapan mental dapat mengakibatkan hiperemesisgravidarum dengan p value
kurangnya perhatian terhadap pemenuhan =0,049.
kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya, Penelitian ini sesuai dengan teori
sedangkan pada umur diatas 35 tahun terkait Manuaba dan Wiknjosastro yang menyatakan
dengan kemunduran dan penurunan daya tahan bahwa hiperemesis terjadi pada primipara,
tubuh serta berbagai penyakit yang sering karena pada primipara belum bisa beradaptasi
menimpa. terhadap hormon estrogen dan hormonkoreonik
Hiperemesisgravidarum terjadi pada gonadotropin serta psikologis Ibu hamil yang
umur <20 tahun karena pada umur tersebut ibu masih belum siap dengan kehamilannya, masih
masih terlalu muda sehingga secara psikologis menyesuaikan diri menjadi orangtua dengan
emosi ibu masih labil dan mental ibu belum tanggung jawab yang lebih besar dapat memicu
siap sepenuhnya.Keadaan ini berpengaruh terjadinya kejadian hiperemesisgravidarum.
terhadap peningkatan produksi histamin dalam Sedangkan menurut teori Tiranhiperemesis
lambung.Pengeluaran histamin berlebih dapat terjadi pada multipara dikarenakan kondisi
meningkatkan produksi asam lambung psikologi ibu terganggu akibat kehamilan yang
sehingga menyebabkan mual dan muntah. Pada tidak diinginkan, kecemasan dan rasa bersalah
ibu usia>35 tahun terjadi penurunan daya tahan saat mereka tidak mampu merawat anak yang
tubuh sehingga daerah pencernaan terutama lain secara adekuat.
lambung mudah terserang infeksi. Hiperemesisgravidarum terjadi pada
Upaya menurunkan angka kejadian primipara karena faktor psikologis ibu yang
hiperemesisgravidarumpada umur ibu <20 belum siap pada kehamilannya dan masih
tahun yaitu dengan memberikan menyesuaikan diri untuk menjadi orang tua
konselingkepada pasangan yang akan menikah baru.Keadaan ini dapat menimbulkan
saat melakukan imunisasi tentang tanda bahaya perubahan emosi sehingga
kehamilan pada umur terlalu muda, pencegahan menyebabkanterjadinyapeningkatan
kehamilan dapat dilakukan dengan pengeluaran histamin oleh lambung.Kadar
menggunakan kontrasepsi hormonal sampai histamin berlebih dapat meningkatkan produksi
umur ibu cukup dan siap bereproduksi. asam lambung sehingga menyebabkan
Memberikan penyuluhan kepada siswa yang terjadinya hiperemesisgravidarum. Sedangkan
berada dalam lingkungan lembaga pendidikan pada multipara, disebabkan karena trauma
Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 46
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X
melahirkan, rasa takut tidak mampu merawat HCG (Human Chorionic Gonadotropin) yang
anak yang lain dan perhatian terhadap meningkat pada masa awal kehamilan. HCG
kehamilan tidak adekuat. Keadaan ini juga juga dapat merangsang kelenjar thiroid
memicu terjadinya perubahan emosi sehingga memproduksi Thyroid Stimulating Hormon
dapat meningkatkan produksi histamin pada (TSH). Kadar TSH yang tinggi juga memicu
lambung. Kadar histamin berlebih dapat terjadinya mual muntah berlebih.
meningkatkan produksi asam lambung Upaya penurunan angka kejadian
sehingga menebabkan terjadinya mual dan hiperemesisgravidarum pada usia kehamilan
muntah ≤16 minggu, pencegahan yang dapat dilakukan
Upaya menurunkan angka kejadian yaitu dengan cara petugas kesehatan untuk
hiperemesisgravidarum pada kehamilan melakukan komunikasi, memberikan informasi
primipara, pencegahan yang dapat dilakukan dan edukasi tentang masalah kehamilan pada
adalah denganmemberikan pembekalan kelas ibu-ibu yang melakukan program hamil dan
ibu hamil pada ibu primipara, menjelaskan calon pengantin untuk mempersiapkan diri
pada ibu tentang perubahan fisik dan psikologis dengan semaksimal mungkin saat menghadapi
saat hamil, persiapan menjadi orang tua, dan kehamilan, hilangkan rasa takut dan kecemasan
menjelaskan pada ibu tanda bahaya kehamilan agar kehamilan lancar, sehat dan aman.
terutama hiperemesisgravidarum. Sedangkan
pada ibu multipara pencegahan yang dapat SIMPULAN
dilakukan yaitu dengan menjarak keturunan
menggunakan kontrasepsi sampai ibu siap 1. Proporsi ibu dengan
kembali untuk hamil. hiperemesisgravidarum 50%, umur ibu
yang beresiko mengalami
7. Hubungan Usia Kehamilan Dengan hiperemesisgravidarum36,8 %,
Kejadian HiperemesisGravidarum primiparayang mengalami
Berdasarkan hasil uji statistikuntuk hiperemesisgravidarum 33, 8 %, dan usia
mengetahui hubungan antara usia kehamilan kehamilan ≤16 mingguyang mengalami
dengan kejadian hiperemesisgravidarum hiperemesisgravidarum 39,7%
menggunakan uji chi-square didapatkan hasil 2. Ada hubungan antara umur ibu dengan
p-value 0,012 artinya ada hubungan antara usia kejadian hiperemesisgravidarum dengan
kehamilan dengan hiperemesisgravidarum. uji statistik chi-square didapatkan nilai p
Hasil penelitian inisejalan dengan value0,003
penelitian Sari dkk (2013)10 yang dilakukan di 3. Ada hubungan antara paritas dengan
RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013 yang kejadian hiperemesisgravidarum dengan
menyatakan bahwa ada hubungan antara usia uji statistik chi-square didapatkan nilai p
kehamilan dengan kejadian value 0.015
hiperemesisgravidarum dengan p 4. Ada hubungan antara usia kehamilan
value=0,000. dengan kejadian hiperemesisgravidarum
Penelitian ini sesuai dengan teori Tiran dengan uji statistik chi-square
yang mengatakan bahwa hiperemesis didapatkan nilai p value 0,012
gravidarum terjadi pada usia kehamilan 12-16
minggu pertama. Hal ini disebabkan karena SARAN
faktor hormon HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) yang meningkat pada masa 1. Bagi RSU Muhammadiyah Metro
awal kehamilan. Menurut Husain (2014)4, HCG Bagi tenaga kesehatan terutama bidan
menstimulasi produksi esterogen pada ovarium, agar dapat memberikan asuhan antenatal care
diketahui bahwa esterogen meningkatkan mual pada ibu dengan hiperemesisgravidarum yaitu
dan muntah. HCG juga dapat merangsang dengan memberikan suasanya yang tenang dan
kelenjar thiroid memproduksi Thyroid nyaman pada ibu hal ini mempermudah petugas
Stimulating Hormon (TSH). Kadar TSH yang kesehatanuntuk memberikan informasi dan
tinggi juga memicu terjadinya mual muntah edukasi tentang masalah kehamilan,
berlebih. memberikan cairan dan asupan nutrisi yang
Hiperemesis gravidarum terjadi pada cukup sertameyakinkan pasien bahwa keadaan
usiausia kehamilan ≤16 minggu faktor hormon ini bisa disembuhkan,
Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 47
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X
Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 48
JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731
ABSTRAK
Latar Belakang :Komplikasi kehamilan salah satunya adalah mual dan muntah atau dikenaldengan
Hiperemesis Gravidarum. Dampak Hiperemesis Gravidarum yaitu dehidrasi yangmenimbulkan konsumsi
O2 menurun, gangguan fungsi liver dan terjadiIkterus, terjadi perdarahan pada Parenkim liver sehingga
menyebabkangangguan fungsi umum alat-alat vital dan menimbulkan kematian.
Tujuan :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa.
Metode :Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Retrospektif study.
Populasi dan sampel yang digunakan adalah seluruh ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum yang
tercatat dalam buku register tahun 2011 – 2013 di Puskesmas Tompaso.
Hasil penelitian :Hasil penelitian menunjukkan uji statistik bahwa umur, pendidikan, paritas dan jarak
kehamilan berhubungan dengan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil (nilai p value
< 0,005). Kesimpulannya adalah semua variabel bebas mempunyai hubungan dengan dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil. Berdasarkan penelitian ini hubungan yang paling bermakna
adalah variabel pendidikan dengan p value 0,000.
Kesimpulan :1) Ada hubungan yang bermakna (p = 0,001) antara Umur dengan kejadian Hiperemesis
Gravidarum, 2) Ada hubungan yang bermakna (p = 0,000) antara Pendidikan dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum, 3) Ada hubungan yang bermakna (p = 0,001) antara Paritas dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum, 4) Ada hubungan yang bermakna (p = 0,001) antara Jarak Kehamilan dengan
kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil di Puskesmas Tompaso, Kabupaten Minahasa Induk.
PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan suatu proses sehingga menyebabkan gangguan fungsi
reproduksi yang perlu perawatan khusus umum alat-alat vital dan menimbulkan
agar dapat berlangsung dengan baik demi (1)
kematian.
tercapainya persalinan yang aman dan World Health Organization (WHO)
melahirkan bayi yang sehat. Komplikasi memperkirakan angka kematian ibu sebesar
kehamilan salah satunya adalah mual dan 500.000 jiwa dan angka kematian bayi
muntah atau dikenal dengan Hiperemesis sebesar 10 juta jiwa setiap tahun. Kejadian
Gravidarum. Dampak Hiperemesis kematian ibu dan bayi sebagian besar
Gravidarum yaitu dehidrasi yang terdapat di negara berkembang yaitu sebesar
menimbulkan konsumsi O2 menurun, 98% - 99% dimana kematian ibu dan bayi di
gangguan fungsi liver dan terjadi Ikterus, negara berkembang 100% lebih tinggi
terjadi perdarahan pada Parenkim liver (2)
dibandingkan dengan negara maju
Retrospektif study. Populasi adalah seluruh ini kuesioner dalam bentuk format
ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum pengumpulan data. Analisa data yang
yang tercatat dalam buku register tahun digunakan adalah uji Chi Square.
2011 – 2013 di Puskesmas Tompaso
sebanyak 67 orang dijadikan subjek HASIL
pemelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada a. Analisis Univariate
bulan Februari - Agustus 2014 di wilayah Hasil analisis Univariate untuk
kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan menghitung distribusi frekuensi variable
Tompaso. Variabel bebas dan terikat pada responden mencakup umur, pendidikan,
penelitian ini :umur, pendidikan, paritas dan paritas, jarak kehamilan dan kejadian
jarak kehamilan sebagai variabel bebas. Hiperemesis Gravidarum dapat diuraikan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum sebagai sebagai berikut :
variabel terikat.Instrument dalam penelitian
60
49 / 61,3%
40 31 / 38,8%
20
0
< 20 dan > 35 tahun 21 - 35 tahun
100
57 / 71,3%
50
23 / 28,8%
0
Pendidikan Rendah Pendidikan Tinggi
60 51 / 63,8%
40
29 / 36,3%
20
0
< 2 anak > 2 anak
Menurut gambar di atas dapat dilihat (resiko tinggi) yaitu berjumlah 51 orang
paritas menunjukkan bahwa yang paling (63,8 %).
banyak adalah multipara
60
47 / 58,8%
40 33 / 41,3%
20
0
< 2 Tahun (resiko tinggi) > 2 tahun (tidak resti)
Gambar di atas dapat dilihat bahwa banyak adalah lebih dari 2 tahun (tidak
karakteristik responden berdasarkan jarak resiko tinggi) yaitu berjumlah 47 orang
kehamilan menunjukkan bahwa yang paling (58,8%).
20
0
Rendah (Hiperemesis Tingkat I) Tinggi (Hiperemesis tingkat II dan III)
Berdasarkan gambar di atas dapat paling banyak adalah Hiperemesis
dilihat kejadian Hiperemesis Gravidarum Gravidarum kategori tinggi (tingkat II dan
III) yaitu berjumlah 49 orang (61,3%).
menunjukkan bahwa yang
b. Analisis Bivariate
Tabel 6. Hubungan Umur, Pendidikan, Paritas dan Jarak Kehamilan dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil di Puskesmas Tompaso Kabupaten
Minahasa Tahun 2014
Hiperemesis Gravidarum
Variabel Rendah Tinggi Total ρ
f % f % f %
Umur :
<20 dan > 35 tahun 19 23,8 12 15 31 38,8 0, 001*
20 – 35 tahun 12 15 37 46,2 49 61,2
Pendidikan :
Rendah 19 23,8 4 0,5 23 28,8 0,000*
Tinggi 12 15 45 56,2 57 71,2
Paritas
≤ 2 anak 19 23,8 10 12,5 29 36,2 0,001*
˃ 2 anak 12 15 39 48,8 51 63,8
Jarak Kehamilan
≤ 2 Tahun 20 25 13 16,2 33 41,2 0,001*
˃ 2 Tahun 11 13,8 36 45,0 47 58,8
N=80
Pada pendidikan tinggi lebih banyak
Tabel 6 menunjukkan pada umur 20 - ditemukan responden dengan kejadian
35 tahun ternyata lebih banyak ditemukan Hiperemesis Gravidarum (56,2%) daripada
responden dengan kejadian Hiperemesis responden dengan kejadian Hiperemesis
Gravidarum(46,2%) daripada responden Gravidarum rendah (15%). Sedangkan pada
dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum responden dengan pendidikan rendah
rendah (15%). Sementara umur <20 dan > ternyata lebih banyak ditemukan kejadian
35 tahun ternyata lebih banyak ditemukan Hiperemesis Gravidarum rendah (23,8%)
kejadian Hiperemesis Gravidarum rendah daripada kejadian Hiperemesis Gravidarum
(23,8%) daripada responden Hiperemesis tinggi (0,5%). Berdasarkan analisis denagn
Gravidarum tinggi (15%). Berdasarkan uji Chi Square didapatkan ρ value =0,000
analisis statistik dengan uji Chi Square artinya, hasil ini memiliki makna ada
didapatkan ρ value = 0,001 artinya, hasil ini hubungan yang signifikan antara pendidikan
memiliki makna ada hubungan yang dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum.
signifikan antara umur dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum.
Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 28
JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731
Pada responden yang paritas > 2 anak < 20 tahun dan > 35 tahun berjumlah 31
lebih banyak ditemukan responden dengan orang (38,8%). Pada pengumpulan data
kejadian Hiperemesis Gravidarum(48,8%) mengenai pendidikan responden didapatkan
daripada responden dengan kejadian bahwa paling banyak adalah pendidikan
Hiperemesis Gravidarum rendah (15%). tinggi yaitu 57 orang (71,3%) sedangkan
Sedangkan pada paritas < 2 anak ternyata pendidikan rendah 23 orang (28,8%).
lebih banyak ditemukan kejadian Pengumpulan data mengenai paritas
Hiperemesis Gravidarum rendah (23,8%) didapatkan yang paling banyak responden
daripada responden Hiperemesis yang sudah multipara yaitu 51 orang
Gravidarum tinggi (12,5%). Berdasarkan (63,8%) sedangkan primipara 29 orang
analisis denagn uji Chi Square didapatkan ρ (36,3%). Pada pengumpulan data mengenai
value =0,001 maka artinya hasil ini jarak kehamilan didapatkan data bahwa
memiliki makna ada hubungan yang paling banyak jarak kehamilan responden >
signifikan antara paritas dengan kejadian 2 tahun yaitu berjumlah 47 orang (58,8%)
Hiperemesis Gravidarum. sedangkan< 2 tahun berjumlah 33 orang
Pada jarak kehamilan > 2 tahun lebih (41,3%).
banyak ditemukan responden dengan 2. Hubungan Umur dengan kejadian
kejadian Hiperemesis Gravidarum (45 %) Hiperemesis Gravidarumpada Ibu Hamil di
daripada responden dengan kejadian Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa
Hiperemesis Gravidarum rendah (13,8 %). Berdasarkan analisis hubungan yang
Sedangkan pada responden dengan jarak dilakukan menggunakan uji Chi Square
kehamilan < 2 tahun ternyata lebih banyak didapatkan ρ value 0,001 maka H0 ditolak
ditemukan kejadian Hiperemesis dan Ha diterima, hasil ini memiliki makna
Gravidarum rendah (25 %) daripada ada hubungan yang signifikan antara umur
kejadian Hiperemesis Gravidarum tinggi dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum.
(16,2 %). Berdasarkan analisis dengan uji Hasil ini sesuai teori Manuaba (2003)
Chi Square didapatkan ρ value =0,001 bahwa kehamilan dikatakan beresiko tinggi
artinya, hasil ini memiliki makna ada adalah kurang dari 20 tahun dan diatas 35
hubungan yang signifikan antara jarak tahun. Usia dibawah 20 tahun bukan masa
kehamilan dengan kejadian Hiperemesis yang baik untuk hamil karena organ-organ
Gravidarum. reproduksi belum sempurna, hal ini tentu
menyulitkan proses kehamilan dan
PEMBAHASAN persalinan. Sedangkan kehamilan diatas usai
1. Gambaran Umur, Pendidikan, Paritas, 35 tahun mempunyai resiko untuk
Jarak Kehamilan pada Ibu Hamil di mengalami komplikasi dalam kehamilan dan
Puskesmas Tompaso, Kabupaten Minahasa. persalinan antara lain perdarahan, gestosis,
Pada pengumpulan data didapatkan atau hipertensi dalam kehamilan, distosia
bahwa umur responden paling banyak 20 – (4)
dan partus lama. Umur reproduksi yang
30 tahun 49 orang (61,3%) sedangkan umur sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun.
kehamilan diusia kurang 20 tahun dan diatas sedemikian tertekan dan menimbulkan stres
35 tahun dapat menyebabkan Hiperemesis pada ibu. Stres mempengaruhi hipotalamus
karena pada kehamilan diusia kurang 20 dan memberi rangsangan pada pusat muntah
secara biologis belum optimal emosinya, otak sehingga terjadi kontraksi otot
cenderung labil, mentalnya belum matang abdominal dan otot dada yang disertai
sehingga mudah mengalami keguncangan dengan penurunan diafragma menyebabkan
yang mengakibatkan kurangnya perhatian tingginya tekanan dalam lambung, tekanan
terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi yang tinggi dalam lambung memaksa ibu
selama kehamilanya. sedangkan pada usia untuk menarik nafas dalam-dalam sehingga
35 tahun terkait dengan kemunduran dan membuat sfingter esophagus bagian atas
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai terbuka dan sfingter bagian bawah
penyakit yang sering menimpa di usia ini. berelaksasi inilah yang memicu mual dan
Menurut Badan Kependudukan muntah.
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hamil pada usia muda merupakan
Hiperemesis Gravidarum di bawah umur 20 salah satu faktor penyebab
tahun lebih di sebabkan oleh karena belum terjadinyaHiperemesis Gravidarum. Dalam
cukupnya kematangan fisik, mental dan kurun waktu reproduksi sehat bahwa usia
fungsi sosial dari calon ibu tentu aman untuk kehamilan dan persalinan
menimbulkan keraguan jasmani cinta kasih adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada
serta perawatan dan asuhan bagi anak yang wanita hamil dan melahirkan pada usia di
akan di lahirkannya. Hal ini mempengaruhi bawah 20 tahun ternyata 2-3 kali lebih tinggi
emosi ibu sehingga terjadi konflik mental daripada kematian yang terjadi pada usia 20-
yang membuat ibu kurang nafsu makan. Bila 29 tahun. Kematian maternal meningkat
ini terjadi maka bisa mengakibatkan iritasi kembali sesudah usia 30-35 tahun. Hal ini
lambung yang dapat memberi reaksi pada disebabkan menurunnya fungsi organ
impuls motorik untuk memberi rangsangan (5)
reproduksi wanita.
pada pusat muntah melalui saraf otak 3. Hubungan Pendidikan dengan kejadian
kesaluran cerna bagian atas dan melalui Hiperemesis Gravidarumpada Ibu
saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen Hamil di Puskesmas Tompaso Kabupaten
sehingga terjadi muntah. Permasalahan dari Minahasa
segi psikiatri dan psikologis sosial banyak di Hasil penelitian pendidikan dengan
ulas akan menekankan pentingnya usah kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu
usaha untuk melindungi anak- anak yang di Hamil menunjukkan paling banyak yaitu
lahirkan kemudian. Sedangkan Hiperemesis 56,2% atau 45 responden yang
Gravidarum yang terjadi diatas umur 35 berpendidikan tinggi dan hiperemesis
tahun juga tidak lepas dari faktor psikologis gravidarum pada kategori tinggi. Hasil uji
yang di sebabkan oleh karena ibu belum siap statistik Chi Square menunjukkan bahwa
hamil atau malah tidak menginginkan terdapat hubungan antara kedua variabel
kehamilannya lagi sehingga akan merasa tersebut, dengan nilai (p) = 0,000 (<0,05)
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan,. Jakarta: EGC; (2010).
2. Wadud MA. Hubungan Umur Dan Pekerjaan Ibu Dengan Kejadian Hyperemesis Gravidarum Di
Instalasi Kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Kota Palembang. Palembang: Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang (2012); diakses dari www.poltekkespalembang.ac.id/.
3. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun
2009. Manado (2010).
4. Manuaba I B G. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: EGC;
(2003).
5. Wiknjosastro. IlmuKebidanan Edisi 3. Jakarta: Yayasan bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo;
(2005).
6. Sumijatun dkk. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta EGC; (2006).
7. Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo; (2007).
8. Minerva R K. Studi Deskriptif Usia, Paritas dan Pekerjaan Sebagai Faktor Predisposisi Kejadian
Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil TM I di RB YKWP Mranggen. (2010).
Yoav Peled1, Nir Melamed1, Liran Hiersch1, Eran Hadar1, Arnon Wiznitzer1, dan Yariv Yogev1,2
1 Rumah Sakit Helen Schneider untuk Wanita, Rabin Medical Center, Petach Tikva, Israel dan Fakultas Kedokteran Sackler, Universitas Tel Aviv, Tel Aviv, Israel
2
Kesimpulan: Meskipun HEG tampak lebih umum dan lebih parah dengan adanya janin perempuan, janin laki-laki
tampaknya lebih rentan terhadap efek buruk HEG pada hasil akhir kehamilan.
pengantar Hubungan antara jenis kelamin janin dan hasil kehamilan yang merugikan
pada populasi kebidanan umum telah dibahas [15-19]; Namun, kelangkaan
Hiperemesis gravidarum (HEG), yang merupakan bentuk parah dari keluhan
data mengenai hubungan jenis kelamin janin dengan hasil kehamilan yang
mual dan muntah terkait kehamilan yang umum, mempengaruhi 0,3-2,3%
merugikan pada kehamilan dengan komplikasi HEG.
kehamilan [1,2]. Umumnya, sekitar 60% kasus HEG sembuh pada akhir
trimester pertama, dan hingga 90% hilang pada 20 minggu kehamilan [3].
Dengan demikian, kami bertujuan untuk menentukan apakah kejadian,
keparahan dan efek HEG pada hasil kehamilan dikaitkan dengan jenis kelamin
Sementara hubungan antara jenis kelamin janin perempuan dan peningkatan
janin.
tingkat HEG sudah mapan [4-13], kontroversi masih keluar mengenai hubungan
ini dalam kasus HEG parah [4,6,8,10,11,14]. Salah satu masalah penting adalah
Metode
variabilitas antara studi yang berbeda dalam definisi HEG parah - sementara
beberapa menggunakan kelainan laboratorium untuk menentukan HEG parah Sebuah desain studi kohort retrospektif digunakan. Kelompok studi termasuk
[10,14], yang lain mendasarkan definisi pada faktor-faktor seperti kebutuhan semua wanita hamil yang dirawat dengan diagnosis HEG antara 1994 dan
untuk masuk rumah sakit atau durasi rawat inap [6 , 8,11,14]. 2008. Hanya wanita dengan kehamilan tunggal yang kemudian melahirkan di
pusat medis kami pada usia kehamilan 4 24 minggu dan untuk siapa jenis
kelamin janin dicatat dimasukkan dalam analisis (kelompok HEG, N ¼ 545).
Kasus diidentifikasi menggunakan database penerimaan rumah sakit. Data
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang terdiri dari wanita dengan
kehamilan tunggal yang melahirkan segera setelah setiap indeks persalinan
Alamat korespondensi: Yariv Yogev, MD, Departemen Obstetri dan Ginekologi, Rumah
HEG, dicocokkan dengan usia ibu dan paritas dalam rasio 3: 1.
Sakit Wanita Helen Schneider, Pusat Medis Rabin, Petah Tiqwa 49100, Israel. Telp:
+972 3 9377400. Fax: +972 3 9377409. E-mail: yarivyogev@hotmail.com
1754 Y. Peled dkk. J Matern Bayi Neonatal Med, 2013; 26 (17): 1753–1757
(kelompok kontrol, N ¼ 1635). Protokol penelitian telah disetujui oleh dewan uji eksak digunakan untuk variabel kategorial. Analisis regresi logistik multivariat
review Institusi lokal. bertahap digunakan untuk menyesuaikan hubungan antara jenis kelamin janin dan
Hasil kehamilan untuk wanita dalam kelompok HEG dan kontrol hasil kehamilan yang merugikan dalam kasus HEG untuk pembaur potensial.
diekstraksi dari database perinatal komprehensif di pusat medis kami, dan Untuk menentukan apakah hubungan antara jenis kelamin janin dan hasil
termasuk karakteristik medis dan kebidanan ibu, komplikasi ibu selama kehamilan yang merugikan pada kehamilan yang dipersulit oleh HEG hanya
kehamilan, hasil persalinan, jenis kelamin janin dan hasil perinatal jangka mencerminkan hubungan yang dilaporkan sebelumnya antara jenis kelamin
pendek. laki-laki dan janin, dan hasil kehamilan yang merugikan pada populasi kebidanan
umum [15] atau apakah itu mencerminkan kerentanan yang lebih besar. janin
Menurut praktik di pusat medis kami, wanita hamil trimester pertama atau laki-laki terhadap penghinaan yang dilakukan oleh HEG, kami menggunakan
awal trimester kedua dengan mual dan / atau muntah terkait kehamilan yang analisis regresi logistik untuk menilai interaksi antara HEG dan jenis kelamin janin
tak henti-hentinya yang mencegah asupan makanan dan cairan yang sehubungan dengan ukuran hasil yang berbeda untuk seluruh kohort (HEG dan
memadai dengan atau tanpa hasil laboratorium yang abnormal seperti kelompok kontrol), sehingga OR untuk interaksi tersebut mencerminkan seberapa
gangguan ketonuria atau elektrolit dirawat di rumah sakit dan ditetapkan kuat hubungan antara jenis kelamin janin dan hasil buruk pada wanita dengan
memiliki HEG. Jika gejala klinis atau tes laboratorium tidak sembuh setelah HEG dibandingkan dengan kontrol. Perbedaan dianggap signifikan ketika p nilai
pemberian cairan intravena dan obat antiemetik dan / atau asupan oral tidak kurang dari 0,05.
dapat dipulihkan setelah beberapa hari, dukungan nutrisi parenteral total
(TPN) diperlukan. Selain itu, dukungan TPN juga dipertimbangkan untuk
wanita dengan penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan
sebelum kehamilan
Hasil
Analisis data dilakukan dengan software SPSS v15.0 (SPSS, New York, USA). atau yang membutuhkan dukungan TPN (OR ¼ 1,59, 95% CI 1,15–2,03; Meja
Mahasiswa t- tes digunakan untuk membandingkan variabel kontinu antara 2).
Tabel 1. Karakteristik demografis dan kebidanan wanita dalam kelompok studi dan kontrol.
Usia ibu (y) 28.8 5.2 29.5 5.5 28.2 4.8 0,003 28.8 5.0 29.1 5.1 28.5 4.8 0,01 T/A*
Usia 4 35 tahun 71 (13.0) 48 (18.2) 23 (8.2) 0,001 213 (13.0) 117 (13.5) 96 (12,5) 0,5 T/A*
Nulliparitas 278 (51.0) 126 (47,7) 152 (54.1) 0.1 834 (51.0) 458 (52,8) 376 (49,0) 0.1 T/A*
CS sebelumnya 51 (9,4) 20 (7.6) 31 (11.0) 0.2 155 (9,5) 82 (9,4) 73 (9.5) 0.9 0.9
Diabetes 3 (0,6) 2 (0,8) 1 (0,4) 0,5 21 (1.3) 9 (1,0) 12 (1.6) 0.3 0.2
Hipertensi kronis 3 (0,6) 3 (1.1) 0 (0,0) 0.1 10 (0,6) 4 (0,5) 6 (0,8) 0.4 0.9
Minggu pertama 316 (58,0) 141 (53,4) 175 (62,3) 0,04 T/A T/A T/A T/A T/A
tiket masuk untuk
HEG 5 10w
Kebutuhan TPN 171 (31,4) 71 (26,9) 100 (35.6) 0,03 T/A T/A T/A T/A T/A
y * Kelompok HEG dan kontrol dicocokkan dengan usia ibu dan paritas;
zk Me seenl ug rauchua pn aHd Ea Gp edr ab na nkdeilnogmapnoskukboknetlrooml pok pria versus wanita dalam HEG atau kelompok kontrol; Mengacu pada perbandingan
Secara keseluruhan Laki-laki Wanita Rasio F: M. Rasio kemungkinan untuk janin perempuan versus laki-laki (95% CI) *
Grup HEG keseluruhan 545 264 (48.4) 281 (51.6) 1.064 1,203 (0,992–1,461)
Penerimaan 5 10w
Tidak 229 123 (53,7) 106 (46,3) 0.861 0,975 (0,741–1,492)
Iya 316 141 (44,6) 175 (55,4) 1.241 1,403 (1,032–1,701)
TPN
Tidak 374 193 (51.6) 181 (48,4) 0,938 1,061 (0,892–1,389)
Iya 171 71 (41,5) 100 (58,5) 1.408 1.593 (1.150–2.026)
* Nilai mencerminkan rasio ganjil untuk janin perempuan versus laki-laki pada saat persalinan untuk perempuan dalam kelompok HEG dibandingkan dengan perempuan dalam kelompok kontrol (rasio F: M pada kelompok
kontrol adalah 0,884 (781/883)).
Jenis kelamin janin dan hasil kehamilan pada kehamilan dengan hubungan yang dilaporkan sebelumnya antara jenis kelamin janin laki-laki dan
komplikasi HEG hasil kehamilan yang merugikan pada populasi kebidanan umum [15] atau apakah
itu mencerminkan kerentanan yang lebih besar dari janin laki-laki terhadap
Kehadiran janin laki-laki dalam kehamilan dengan komplikasi HEG dikaitkan
penghinaan yang dilakukan oleh HEG, kami menganalisis interaksi antara HEG
dengan peningkatan risiko kelahiran prematur pada usia kehamilan kurang dari
dan jenis kelamin janin untuk seluruh kohort ( lihat metode). Seperti dapat dilihat
37 atau 34 minggu, serta morbiditas perinatal termasuk morbiditas gabungan,
pada Tabel 5, OR untuk interaksi antara HEG dan jenis kelamin janin laki-laki
morbiditas pernapasan, dan ikterus yang membutuhkan fototerapi (Tabel 3).
secara signifikan lebih besar dari 1 untuk prematuritas dan morbiditas neonatal. Ini
Janin perempuan secara signifikan lebih cenderung menjadi kecil untuk usia
menyiratkan bahwa hubungan antara jenis kelamin janin laki-laki dan prematuritas
kehamilan dengan adanya HEG dibandingkan dengan janin laki-laki (Tabel 3).
dan morbiditas neonatal secara signifikan lebih kuat pada wanita dengan HEG
Tidak ada perbedaan terkait gender dalam tingkat komplikasi kehamilan
daripada di kontrol, menunjukkan bahwa janin laki-laki lebih rentan terhadap efek
lainnya seperti preeklamsia atau diabetes gestasional pada kelompok HEG.
buruk HEG pada hasil akhir kehamilan.
penelitian telah menetapkan hubungan antara jenis kelamin janin dan risiko dari HEG sebagai kasus yang parah: masuk awal ( 5 10 minggu kehamilan) atau
HEG, [4-12], dan dalam meta-analisis membutuhkan dukungan TPN.
masalah ini, ditemukan itu ¼ janin perempuan secara signifikan dikaitkan Alasan hubungan antara janin perempuan dan HEG tidak jelas. Satu
dengan HEG (OR 1,27, 95% CI 1,21-1,34) [13]. penjelasan yang mungkin bisa menjadi tingkat yang lebih tinggi dari human
Namun, penelitian yang menyelidiki hubungan antara jenis kelamin janin dan tingkat chorionic gonadotropin (hCG) pada kehamilan dengan perempuan
keparahan HEG menghasilkan hasil yang bertentangan - sementara beberapa dibandingkan dengan janin laki-laki [20]. Hubungan antara tingkat hCG dan
penelitian melaporkan hubungan antara jenis kelamin janin perempuan dan tingkat HEG didukung oleh fakta bahwa tingkat tertinggi HEG terjadi pada saat
keparahan HEG [8,10,11,14], penelitian lain gagal menunjukkan hubungan tersebut puncak tingkat hCG [21,22]. Selain itu, tingkat HEG lebih tinggi dalam kondisi
[ 4,6]. Salah satu alasan yang mungkin adalah variabilitas antara studi yang yang ditandai dengan tingkat hCG tinggi termasuk kehamilan multipel dan
berbeda dalam definisi keparahan HEG yang didasarkan pada adanya ketonuria kehamilan mola [23,24].
parah ( þ 3) [10,14], kebutuhan untuk masuk rumah sakit [6,11,14] atau durasi rawat
inap ( 4 2 d) [8]. Dalam studi saat ini kami menggunakan kriteria ketat untuk Secara keseluruhan, kami menemukan hubungan antara jenis kelamin janin
mendefinisikan kasus perempuan dan bayi SGA di antara perempuan dengan HEG. Asosiasi ini
sebelumnya telah dilaporkan pada populasi kebidanan umum [15,25], meskipun
hasilnya bertentangan [19]. Hubungan ini dapat dikaitkan dengan tingkat HEG
Tabel 3. Kehamilan dan hasil perinatal pada wanita dengan HEG yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin parah yang lebih tinggi dengan adanya janin perempuan. Wanita dengan HEG
janin.
parah ditandai dengan kenaikan berat badan yang lebih rendah dan bahkan
penurunan berat badan selama kehamilan [26], yang telah terbukti terkait dengan
M ¼ bir putih Fe laki-laki
gangguan pertumbuhan janin [27,28]. Karena sifat retrospektif dari penelitian saat
Hasil N 264 N ¼ 281 p Nilai
ini, data mengenai kenaikan berat badan ibu selama kehamilan tidak tersedia,
Komplikasi kehamilan
sehingga kami tidak dapat menguji hipotesis ini dalam kohort kami.
Diabetes gestasional 6 (2.3) 2 (0,7) 0.13
Preeklamsia 5 (1.9) 3 (1.1) 0.4
Solusio plasenta 8 (3.0) 3 (1.1) 0.10
Hasil pengiriman Kami juga menemukan bahwa kehadiran janin laki-laki dalam kehamilan
Usia kehamilan 38.3 3.1 39.0 1.9 0,001
dengan komplikasi HEG dikaitkan dengan peningkatan risiko prematuritas dan
saat pengiriman (wks)
5 37w 38 (14.4) 21 (7.5) 0,009 morbiditas neonatal, dan ini
5 34w 19 (7.2) 6 (2.1) 0,005
Induksi persalinan 31 (11,7) 36 (12,8) 0.7
Tabel 4. Asosiasi jenis kelamin janin perempuan dengan keparahan HEG dan hasil akhir kehamilan
Operasi caesar 29 (11.0) 42 (14.9) 0.17
yang merugikan di antara wanita dengan analisis HEG - multivariabel.
Mekonium 18 (6.8) 20 (7.1) 0.9
Hasil perinatal
Berat lahir (g) 3044 661 3117 560 0.16
Persentil berat lahir 47.4 27.7 43.3 28.7 0,09 Hasil aOR untuk janin perempuan versus laki-laki (95% CI)
SGA ( 5 Persentil ke-10) 25 (9,5) 43 (15,3) 0,039
Kebutuhan TPN 1,36 (1,08–2,01)
LGA (pe4rsentil ke-90) 25 (9,5) 17 (6.0) 0.13
Masuk di 5 10w 1,12 (1,03–1,54)
Morbiditas komposit * 33 (12,5) 14 (5.0) 0,002
Usia kehamilan 5 37w 0,49 (0,27–0,87)
5 menit Apgar y 7 5 0 (0,0) 3 (1.1) 0,09
Usia kehamilan 5 34w 0,30 (0,11–0,80)
Kematian neonatal 0 (0,0) 0 (0,0) T/A
SGA ( 5 Persentil ke-10) 1,59 (0,93–2,71)
Masuk ke NICU 26 (9,8) 17 (6.0) 0.10
Hasil gabungan * 0,38 (0,20–0,74)
RDS 13 (4.9) 3 (1.1) 0,008
NEC 0 (0,0) 3 (1.1) 0,09
Nilai mencerminkan hasil analisis regresi logistik multivariabel dan dinyatakan sebagai
Penyakit kuning membutuhkan 19 (7.2) 9 (3.2) 0,035
rasio odds (interval kepercayaan 95%).
fototerapi
Beberapa ukuran hasil yang ditemukan berbeda antara HEG dan kelompok kontrol
Hipoglikemia * 7 (2.7) 5 (1,8) 0,5
dalam analisis univariat digunakan sebagai variabel terikat (kolom 1).
Tabel 5. Perbandingan hubungan jenis kelamin janin laki-laki dengan hasil yang merugikan antara wanita dengan HEG dan kontrol.
M ¼ bir putih Fe laki-laki M ¼ bir putih Fe laki-laki Interaksi antara jenis kelamin janin laki-laki
Hasil N 264 N ¼ 281 aOR (95% CI) y N 868 N ¼ 767 aOR (95% CI) y dan HEG z [ ATAU (95% CI)]
Pengiriman 5 37w 38 (14.4) 21 (7.5) 2.04 (1.15–3.70) 65 (7.5) 35 (4.6) 1,69 (1,11–2,58) 1,21 (1,05–1,76)
Pengiriman 5 34w 19 (7.3) 6 (2.1) 3,33 (1,25–9,09) 20 (2.3) 11 (1.4) 1,62 (0,77–3,40) 2.06 (1.48–3.29)
Morbiditas komposit * 33 (12,5) 14 (5.0) 2,63 (1,35–5,00) 67 (7.7) 37 (4.8) 1,65 (1,09–2,49) 1,59 (1,13–2,68)
y R* Saespieortpi yealungandigdejfainni sinikalankdii-lbaakgiiavnemrseutosd ep;erempuan menggunakan analisis regresi logistik multivariat, menyesuaikan dengan usia ibu, paritas, hipertensi kronis,
z Idnitaebraektessi a, nj etna risa kHeElaGmdinanjajneinni,s dkaenlarmiwina yjaanti nopl aekrai-lsaikci auenstuakr; seluruh kohort menggunakan analisis regresi logistik multivariat. Nilai mencerminkan seberapa kuatnya
adalah hubungan antara jenis kelamin janin laki-laki dan hasil yang merugikan pada wanita dengan HEG dibandingkan dengan kontrol, seperti yang dijelaskan di bagian metode.
DOI: 10.3109 / 14767058.2013.798293 Hiperemesis gravidarum dan jenis kelamin janin 1757
asosiasi lebih kuat dari hubungan yang diamati sebelumnya antara jenis kelamin janin 9. Sorensen HT, Thulstrup AM, Mortensen JT, dkk. Hiperemesis gravidarum dan jenis
kelamin anak. Lancet 2000; 355: 407.
laki-laki dan hasil kehamilan yang merugikan pada populasi kebidanan umum [15-18].
10. Tan PC, Jacob R, Quek KF, Omar SZ. Rasio jenis kelamin janin dan indikator
Dengan demikian, pengamatan ini mungkin mencerminkan kerentanan yang lebih metabolik, biokimia, hematologis dan klinis dari keparahan hiperemesis
besar dari janin laki-laki (dibandingkan dengan janin perempuan) terhadap efek gravidarum. BJOG 2006; 113: 733–7.
samping HEG pada hasil akhir kehamilan.
11. Hsu CD, Witter FR. Jenis kelamin janin dan hiperemesis gravidarum berat. Int J Gynaecol
Obstet 1993; 40: 63–4.
Studi kami memiliki beberapa keterbatasan; kelayakan untuk penelitian ini 12. Roseboom TJ, Ravelli AC, van der Post JA, Painter RC. Karakteristik ibu sebagian
terbatas hanya untuk wanita yang melahirkan di pusat kami setelah 24 minggu besar menjelaskan hasil akhir kehamilan yang buruk setelah hiperemesis gravidarum.
kehamilan. Beberapa wanita meskipun dirawat di rumah sakit kami, melahirkan di Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol 2011; 156: 56–9.
tinggi pada kehamilan dengan janin perempuan. Selain itu, tampaknya efek 18. Zeitlin J, Saurel-Cubizolles MJ, De Mouzon J, dkk. Jenis kelamin janin dan kelahiran prematur:
apakah laki-laki berisiko lebih besar? Hum Reprod 200; 17: 2762–8.
samping HEG pada hasil akhir kehamilan juga terkait dengan jenis kelamin janin.
Sementara janin perempuan lebih rentan terhadap hambatan pertumbuhan 19. Aibar L, Puertas A, Valverde M, dkk. Jenis kelamin janin dan hasil perinatal. J
intrauterin, janin laki-laki lebih berisiko mengalami prematuritas dan morbiditas Perinat Med 2012; 40: 271–6.
neonatal. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memberikan lebih banyak wawasan 20. Danzer H, Braustein GD, Rasor J, dkk. Konsentrasi human chorionic
gonadotropin serum ibu dan prediksi jenis kelamin janin. Steril Pupuk 198; 34:
tentang mekanisme yang bertanggung jawab atas asosiasi ini.
336–40.
21. Braunstein GD, Hershman JM. Perbandingan konsentrasi tirotropin hipofisis
serum dan konsentrasi gonadotropin korionik selama kehamilan. J Clin Endocrinol
Metab 1976; 42: 1123–6.
22. Niebyl JR. Praktek klinis. Mual dan muntah saat hamil. N Engl J Med 2010; 363:
Deklarasi minat 1544–50.
23. Kauppila A, Jouppila P, Koivisto M, dkk. Kehamilan kembar. Sebuah studi klinis dari
Penulis melaporkan tidak ada konflik kepentingan. Penulis sendirilah yang
335 kasus. Acta Obstet Gynecol Scand Suppl 1975; 44: 5–12.
bertanggung jawab atas isi dan penulisan artikel ini.
24. Verberg MF, Gillott DJ, Al-Fardan N, Grudzinskas JG. Hiperemesis gravidarum,
tinjauan pustaka. Pembaruan Hum Reprod 2005; 11: 527–39.
Referensi
1. Bailit JL. Hiperemesis gravidarium: temuan epidemiologi dari kohort besar. Am J 25. Spinillo A, Capuzzo E, Nicola S, dkk. Interaksi antara jenis kelamin janin dan faktor
Obstet Gynecol 200; 193: 811–4. risiko retardasi pertumbuhan janin. Am J Obstet Gynecol 1994; 171: 1273–7.
2. Kallen B. Hiperemesis selama kehamilan dan hasil persalinan: studi registri. Berbagai
Reprod Eur J Obstet Gynecol 1987; 26: 291–302. Gadsby R, Barnie-Adshead AM, 26. Vilming B, Nesheim BI. Hiperemesis gravidarum dalam populasi kontemporer di
3. Jagger C. Sebuah studi prospektif tentang mual dan muntah selama kehamilan. Br J Oslo. Acta Obstet Gynecol Scand 2000; 79: 640–3.
Gen Pract 1993; 43: 245–8.
27. Ehrenberg HM, Dierker L, Milluzzi C, Mercer BM. Berat badan ibu rendah, gagal
4. Askling J, Erlandsson G, Kaijser M, dkk. Penyakit pada kehamilan dan jenis kelamin tumbuh dalam kehamilan, dan hasil akhir kehamilan yang merugikan. Am J Obstet
anak. Lancet 199; 354: 2053. Gynecol 2003; 189: 1726–30.
5. Basso O, Olsen J. Sex rasio dan kembaran pada wanita dengan hiperemesis atau 28. DeVader SR, Neeley HL, Myles TD, Leet TL. Evaluasi pedoman kenaikan berat badan
pre-eklamsia. Epidemiologi 200; 12: 747–9. kehamilan untuk wanita dengan indeks massa tubuh sebelum hamil normal. Obstet
6. del Mar Melero-Montes M, Jick H. Hyperemesis gravidarum dan jenis kelamin Gynecol 2007; 110: 745–51. Liu Y, Dai W, Dai X, Li Z. Indeks massa tubuh sebelum
keturunannya. Epidemiologi 200; 12: 123–4. 29. kehamilan dan pertambahan berat badan kehamilan dengan hasil kehamilan: sebuah
7. Dodds L, Fell DB, Joseph KS, dkk. Hasil akhir kehamilan dengan komplikasi studi 13 tahun dari 292.568 kasus di Cina. Arch Gynecol Obstet 2012; 286: 905–11.
hiperemesis gravidarum. Obstet Gynecol 2006; 107: 285–92.
8. Schiff MA, Reed SD, Daling JR. Rasio jenis kelamin kehamilan dengan komplikasi 30. Munim S, Maheen H. Asosiasi pertambahan berat badan kehamilan dan indeks massa tubuh
rawat inap untuk hiperemesis gravidarum. BJOG 2004; 111: 27–30. sebelum hamil dengan hasil kehamilan yang merugikan. J Coll Physicians Surg Pak 2012;
22: 694–8.
http://informahealthcare.com/jmf
ISSN: 1476-7058 (print), 1476-4954 (electronic)
Abstract Keywords
Objective: To determine whether the incidence, severity and effects of hyperemesis gravidarum Fetal, gender, hyperemesis gravidarum,
(HEG) are related to fetal gender. pregnancy
Method: A retrospective study of all pregnant women who were admitted with the diagnosis of
HEG between 1994 and 2008 (N ¼ 545). The association between fetal gender and pregnancy History
outcome in pregnancies complicated by HEG was compared to that of a control group of
women with singleton pregnancies matched by maternal age and parity in a 3:1 ratio Received 6 March 2013
Revised 15 March 2013
(N ¼ 1635).
Accepted 16 April 2013
Results: Women with HEG with a female fetus were younger (28.2 4.8y versus 29.5 5.5y, Published online 23 May 2013
p ¼ 0.003), were admitted earlier in pregnancy for HEG (admission510w: 62.3% versus 53.4%,
p ¼ 0.04), and were more likely to require TPN support (35.6% versus 26.9%, p ¼ 0.03) compared
to women with HEG having a male fetus. Compared to controls, women with HEG were more
likely to have a female rather than a male fetus (odds ratio (OR) ¼ 1.20) although this difference
reached statistical significance only for the subgroup of women with HEG who were admitted
prior to 10 weeks of gestation (OR ¼ 1.40, 95%-confidence interval (CI) 1.03–1.70) or who
required TPN support (OR ¼ 1.593, 95% CI 1.15–2.0263). The presence of a male fetus in
pregnancies complicated by HEG was associated with an increased risk for preterm delivery
(OR ¼ 0.49, 95% CI 0.27–0.87), and composite neonatal morbidity (OR ¼ 0.38, 95% CI 0.20–0.74).
Conclusion: Although HEG appears to be more common and more severe in the presence of a
female fetus, male fetuses appear to be more susceptible to the adverse effects of HEG on
pregnancy outcome.
Overall Males Females F:M ratio Odds ratio for a female versus male fetus (95% CI)*
Overall HEG group 545 264 (48.4) 281 (51.6) 1.064 1.203 (0.992–1.461)
Admission 510w
No 229 123 (53.7) 106 (46.3) 0.861 0.975 (0.741–1.492)
Yes 316 141 (44.6) 175 (55.4) 1.241 1.403 (1.032–1.701)
TPN
No 374 193 (51.6) 181 (48.4) 0.938 1.061 (0.892–1.389)
Yes 171 71 (41.5) 100 (58.5) 1.408 1.593 (1.150–2.026)
*Values reflect the odds ratio for a female versus male fetus at the time of delivery for women in the HEG group compared with women in the control
group (the F:M ratio in the control group was 0.884 (781/883)).
Fetal gender and pregnancy outcome in pregnancies previously reported association between male fetal gender
complicated by HEG and adverse pregnancy outcome in the general obstetric
population [15] or whether it reflects a greater susceptibility
The presence of a male fetus in pregnancies complicated by
of male fetuses to the insults exerted by HEG, we analyzed the
HEG was associated with an increased risk for preterm
interaction between HEG and fetal gender for the entire
delivery at less than 37 or 34 weeks of gestation, as well as
cohort (see methods). As can be seen in Table 5, the ORs for
perinatal morbidity including composite morbidity, respira-
the interaction between HEG and male fetal gender were
tory morbidity and jaundice requiring phototherapy (Table 3).
significantly greater than 1 for prematurity and neonatal
Female fetuses were significantly more likely to be small for
morbidity. This implies that the association between male
gestational age in the presence of HEG compared with male
fetal gender and prematurity and neonatal morbidity is
fetuses (Table 3). There were no gender-related differences in
significantly stronger in women with HEG than in controls,
the rate of other pregnancy complications such as preeclamp-
suggesting that male fetuses are more susceptible to the
sia or gestational diabetes in the HEG group.
adverse effects of HEG on pregnancy outcome.
We next used multivariate logistic regression analysis to
adjust the association between fetal gender and several
Discussion
outcome measures that were found to be significant in the
univariate analysis for potential confounders including mater- The aim of the current study was to determine whether fetal
nal age, parity, chronic hypertension, diabetes, and a history gender is related to the incidence, severity level and adverse
of caesarean section (Table 4). Female fetal gender was found effects of HEG. Our key findings are as follows: (1) HEG
to be independently associated higher severity of HEG (as appears to be more common and severe in the presence of
reflected by early admission for HEG and need for female compared with male fetuses. (2) In pregnancies
TPN support) and birthweight below the 10th percentile, complicated by HEG, the presence of a female fetus is
while male fetal gender was independently associated associated with increased risk for a birthweight below the
with increased risk for prematurity and neonatal morbidity 10th percentile. (3) The presence of a male fetus in
(Table 4). pregnancies with HEG is associated with an increased risk
In order to determine whether this association between for prematurity and neonatal morbidity.
male fetal gender and adverse pregnancy outcome in In the current study, we found that the rate of severe HEG
pregnancies complicated by HEG merely reflects the was higher in pregnancies with a female fetus. Previous
1756 Y. Peled et al. J Matern Fetal Neonatal Med, 2013; 26(17): 1753–1757
studies have established an association between fetal gender of HEG as severe case: early admission (510 weeks of
and risk of HEG, [4–12], and in a meta-analysis addressing gestation) or need for TPN support.
this issue, it was found that a female fetus was significantly The reason for the association between female fetuses and
associated with HEG (OR ¼ 1.27, 95% CI 1.21–1.34) [13]. HEG is unclear. One possible explanation could be the higher
However, studies investigating the association between levels of human chorionic gonadotropin (hCG) in pregnancies
fetal gender and the severity of HEG produced conflicting with female compared with male fetuses [20]. The association
results – while some reported a an association between female between hCG levels and HEG is supported by the fact that the
fetal gender and severity of HEG [8,10,11,14], others failed to highest rate of HEG occurs at the time in which hCG levels
demonstrate such an association [4,6]. One possible reason peak [21,22]. Moreover, the rate of HEG is higher in
might be the variability between different studies in the conditions characterized by high-hCG levels including mul-
definition of severity of HEG which was based on the tiple gestation and molar pregnancies [23,24].
presence of severe ketonuria (þ3) [10,14], need for hospital Overall, we found an association between female fetal
admission [6,11,14] or the duration of hospitalization (42 d) gender and SGA infants among women with HEG. This
[8]. In the current study we used strict criteria to define cases association has been previously reported in the general
obstetric population [15,25], though results are conflicting
Table 3. Pregnancy and perinatal outcome among women with HEG [19]. This association could be attributed to the higher rate of
stratified by fetal sex. severe HEG in the presence of female fetuses. Women with
severe HEG are characterized by lower weight gain and even
Males Females
Outcome p Value weight loss during pregnancy [26], which has been shown to
N ¼ 264 N ¼ 281
be associated with compromise fetal growth [27,28]. Due to
Pregnancy complications the retrospective nature of the current study, data regarding
Gestational diabetes 6 (2.3) 2 (0.7) 0.13
Preeclampsia 5 (1.9) 3 (1.1) 0.4 maternal weight gain during pregnancy was not available, so
Placental abruption 8 (3.0) 3 (1.1) 0.10 that we cannot test this hypothesis in our cohort.
Delivery outcome We have also found that the presence of a male fetus in
Gestational age 0.001
38.3 3.1 39.0 1.9 pregnancies complicated by HEG is associated with increased
at delivery (wks)
537w 38 (14.4) 21 (7.5) 0.009 risk for prematurity and neonatal morbidity, and that this
534w 19 (7.2) 6 (2.1) 0.005
Labor induction 31 (11.7) 36 (12.8) 0.7
Cesarean section 29 (11.0) 42 (14.9) 0.17 Table 4. Association of female fetal sex with severity of HEG and
Meconium 18 (6.8) 20 (7.1) 0.9 adverse pregnancy outcome among women with HEG – multivariable
Perinatal outcome analysis.
Birth weight (g) 0.16
3044 661 3117 560 Outcome aOR for female versus male fetuses (95% CI)
Birthweight percentile 0.09
SGA (510th percentile) 47.4 27.7 43.3 28.7 0.039
25 (9.5) 43 (15.3) Need for TPN 1.36 (1.08–2.01)
LGA (490th percentile) 0.13
25 (9.5) 17 (6.0) Admission at 510w 1.12 (1.03–1.54)
Composite morbidity* 0.002
33 (12.5) 14 (5.0) Gestational age 537w 0.49 (0.27–0.87)
5-min Apgar 57 0.09
0 (0.0) 3 (1.1) Gestational age 534w 0.30 (0.11–0.80)
Neonatal deathy 0 (0.0) 0 (0.0) N/A
Admission to NICU SGA (510th percentile) 1.59 (0.93–2.71)
26 (9.8) 17 (6.0) 0.10
RDS Composite outcome* 0.38 (0.20–0.74)
13 (4.9) 3 (1.1) 0.008
NEC 0 (0.0) 3 (1.1) 0.09 Values reflect the results of multivariable logistic regression analysis and
Jaundice requiring 19 (7.2) 9 (3.2) 0.035 are expressed as odds ratio (95% confidence interval).
phototherapy Several outcome measures that were found to be different between the
Hypoglycemia* 7 (2.7) 5 (1.8) 0.5 HEG and control groups in the univariate analysis were used as the
dependent variables (1st column).
Values are presented as mean SD or n (%) The independent variables included maternal age, parity, chronic
SGA, small for gestational age; LGA, large for gestational age; NICU,
hypertension, diabetes, fetal sex, and a history of caesarean section.
neonatal intensive care unit; RDS, respiratory distress syndrome; NEC,
HEG, hyperemesis gravidarum; TPN, total parenteral nutrition; SGA,
necrotizing enterocolitis.
small for gestational age; NICU, neonatal intensive care unit;
*As defined in the methods section.
*As defined in the methods section.
yRefers to neonatal death in undischarged infants.
Table 5. Comparison of the association of male fetal gender with adverse outcome between women with HEG and controls.
Abstract: The Related Factors With Exclusive Breast Feeding In Baby Aged 6-12 Months In
Working Areas Of Puskesmas Banjarsari Metro City
The exclusive breastfeedingcoverage at the Banjarsari Health Center in 2016 is 57.8%, this figure
is below the national target of 80%.The causes of non-exclusive breastfeeding are a lack of support
from health workers such as misinformation, lack of unfavorite family support in exclusive
breastfeeding, misbehavior of the mother against the promotion of formula milk that causes non-
exclusive breastfeeding. The purpose of this study to determine the factors associated with
exclusive breastfeeding in infants aged 6-12 months in the work area Puskesmas Banjarsari Kota
Metro Year 2017.This type of research is a quantitative study with cross sectional approach.
Population in this research is a mother who has baby aged 6-12 month that is 82 people with a
number of sample counted 69 respondent using the technique of Accidental sampling, data
analysis using chi square. The result of research obtained by respondent giving exclusive breast
feeding counted 53,6% , support of health workers who support with 40.5%, 30 supporting family
support 43.4%, mothers did not support the promotion of infant formula with 58%. The result of
the statistical test shows that the relationship between the support of the officer and p value =
0,027, the relation between family support with P-value = 0,032, and the relationship of mother
attitude toward the promotion of formula with P-value = 0,027 to exclusive breastfeeding.
Indarwati, Prasetyowati, Septi Widiyanti: Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif ... 28
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469
Indarwati, Prasetyowati, Septi Widiyanti: Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif ... 29
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469
Lampung Timur pencapaian ASI eksklusif pada distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan
tahun 2016 sebesar 57,3%. Beberapa wilayah chi square (Sugiyono, 2009)12).
kecamatan Kota Metro cakupan ASI
eksklusifnya masih rendah. Di wilayah HASIL
Puskesmas Banjarsari pada tahun 2015 cakupan
pemberian ASI eksklusif sebesar 56,4% lebih Analisis Univariat
rendah bila dibandingkan tahun 2016 yang Hasil analisis univariat terhadap
memberikan ASI secara eksklusif sebesar variabel pemberian ASI eksklusif, dukungan
57,8%. Pada tahun 2016 Puskesmas Purwosari petugas kesehatan, dukungan keluarga dan
sebesar 60,4%, dan di Puskesmas Tejo Agung sikap ibu terhadap susu formula ditampilkan
sebesar 70,6%.Dari ketiga Puskesmas tersebut dalam bentuk distribusi frekuensi, dapat dilihat
Puskesmas Banjarsari merupakan target pada tabel dibawah ini.
pencapaian ASI eksklusif terendah (Dinas
Kesehatan Kota Metro, 2016 : 42)11). Tabel 1
Berdasarkan hasil prasurvei di Puskesmas Distribusi Frekuensi Pemberian ASI
Banjarsari pada Bulan Desember, dari 10 eksklusif, dukungan petugas kesehatan,
responden diperoleh hasil bahwa sebanyak 4 dukungan keluarga dan sikap ibu terhadap
(40%) orang petugas kesehatan tidak
susu formula
mendukung pemberian ASI eksklusif, karena
memberikan dot dan susu formula, sebanyak 3 Variabel Jumlah Persentase
orang (30%) keluarga tidak memberikan Pemberian ASI eksklusif
dukungan dengan memberikan susu formula ASI eksklusif 37 53.6
pada bayinya, dengan alasan bayinya menangis, Tidak ASI eksklusif 32 46.4
dan sebanyak 3 orang (30%) mengaku mereka Jumlah 69 100
tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan Dukungan Petugas
promosi susu formula, yang dilihatnya dengan Kesehatan
alasan pemberian susu formula tidak juga baik Mendukung 28 40.6
untuk pertumbuhan bayinya. Dari 10 responden Tidak mendukung 41 59.4
tersebut terdapat sebanyak 7 responden (70%) Jumlah 69 100
bayinya pernah mengalami diare dan sebanyak Dukungan Keluarga
3 bayi (30%) tidak mengalami diare maupun Mendukung 30 43.4
Tidak mendukung 39 56.6
pneumonia, berdasarkan hasil survey tersebut
Jumlah 69 100
lebih banyak bayi yang mengalami kejadian Sikap Ibu Terhadap
diare dikarenakan tidak diberikan Promosi Susu Formula
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Mendukung 41 59.4
faktor-faktor yang berhubungan dengan Tidak Mendukung 28 40.6
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 Jumlah 69 100
bulan di wilayah kerja Puskesmas Banjarsari
Kota MetroTahun 2017. Berdasarkan tabel 1diketahui bahwa
dari 69 responden terdapat 53,6% (37 orang)
METODE PENELITIAN memberikan ASI eksklusif, 40,6% (28 orang)
mendapat dukungan dari petugas kesehatan dan
Jenis penelitian yang digunakan dalam 43,4% (30 orang) mendapat dukungan dari
penelitian ini adalah penelitian analitik keluarga, serta 40,6% (28 orang) memiliki
kuantitatif dengan rancangan cross sikap tidak mendukung terhadap promosi susu
sectional.Populasi dalam penelitian ini adalah formula.
seluruh ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Banjarsari yaitu Analisis Bivariat
sebanyak 82 orang. Sampel sebanyak 69 Hasil uji statistik menggunakan chi
orangyang diambil menggunakan teknik square tentang hubungan dukungan petugas
accidental sampling. Pengumpulan data kesehatan, dukungan keluarga dan sikap
menggunakan kuisioner.Pengolahan data terhadap promosi susu formula dengan
dilakukan dengan tahapan analisis univariat dan pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada
bivariat. Analisis univariat dalam bentuk tabel dibawah ini:
Indarwati, Prasetyowati, Septi Widiyanti: Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif ... 30
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469
PemberianASI Eksklusif
Tidak ASI Total P
Variabel ASI eksklusif
eksklusif Value
n % n % n %
Dukungan Petugas
Kesehatan
0,027
Mendukung 20 71.4 8 28.6 28 100
Tidak mendukung 17 41.5 24 58.5 41 100
Dukungan Keluarga
Mendukung 21 70.0 9 30.0 30 100
0,032
Tidak mendukung 16 41.0 23 59.0 39 100
Sikap Ibu Terhadap
Promosi Susu Formula
Tidak Mendukung 20 71,4 8 28.6 28 100
0,027
Mendukung 17 41,5 24 58.5 41 100
Indarwati, Prasetyowati, Septi Widiyanti: Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif ... 31
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469
Indarwati, Prasetyowati, Septi Widiyanti: Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif ... 32
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469
Indarwati, Prasetyowati, Septi Widiyanti: Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif ... 33
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469
Indarwati, Prasetyowati, Septi Widiyanti: Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif ... 34
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 103 - 108, Januari 2020 p-ISSN 2089-0834
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal e-ISSN 2549-8134
ABSTRAK
Kebutuhan ASI ekslusif sangat penting untuk mencukupi kebutuhan bayi akan zat gizi. Cakupan ASI
Ekslusif di Wilayah Kecamatan Bergas sebanyak 34,3 %. Tingkat pemahaman ibu tentang ASI
ekslusif menunjukkan angka 84 %, sementara itu media yang diberikan untuk memberikan informasi
tentangi ASI ekslusif dirasa masih kurang menarik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membuktikan pengaruh pemberian pendidikan ASI ekslusif melalui media animasi dalam
meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. Penelitian ini menggunakan ekperimental semu
(Quasy experiment) denganrancangan one group pre test, post test without control group desain,
responden dipilih secara random sampling sebanyak 60 responden. Hasil penelitian didapakan terdapat
perbedaan pengetahuan ibu tentang asi eksklusif (p:0,01) dengan perbedaan rata-rata (mean
defferences) skor pengetahuan sebesar 8,4. Media animasi efektif dalam meningkatkan pengetahuan
responden, informasi yang ada didalam media dirasa cukup menarik dan aplikatif dalam menjelaskan
tentang pentingnyaASIeksklusif, manfaat kolostrum dan cara pemberian ASI pada bayi. Perlu
diaplikasikan media animasi sebagai sara promosi kesehatan di berbagai tempat strategis.
ABSTRACT
The need for exclusive breastfeeding is very important to meet the baby's need for nutrients. Coverage
of Exclusive ASI in the District of Bergas is 34.3%. The level of understanding of mothers about
exclusive breastfeeding shows 84%, while the media provided to provide information about exclusive
breastfeeding is still considered less attractive. The purpose of this study is to prove the effect of
exclusive breastfeeding education through animated media in increasing the knowledge of mothers
about exclusive breastfeeding. This study uses quasi-experimental (Quasy experiment) with one group
pre-test design, post-test without control group design, respondents were selected by random sampling
of 60 respondents. The results of the study revealed that there were differences in mother's knowledge
about exclusive breastfeeding (p: 0.01) with a mean difference (mean defferences) of knowledge
scores of 8.4. Animation media is effective in increasing respondents' knowledge, the information
contained media is quite interesting and applicable in explaining the importance of exclusive
breastfeeding, the benefits of colostrum and the way breastfeeding is given to infants. Animation
media should be applied as a means of promoting health in various strategic places
103
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 103 - 108, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Tabel 1.
Distribusi responden berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan (n=60)
Variabel f %
Usai Ibu (Tahun)
20-25 17 28,33
26-30 16 26,67
31-35 21 35,00
36-40 6 10,00
Pendidikan terakhir
SD 20 33,33
SMP 21 35,00
SMA 14 23,33
perguruan Tinggi 5 8,33
Responden pada penelitian ini adalah 60 orang Adapun karakteristik responden disajikan pada
ibu yang mempunyai balita usia 1-2 tahun di tabel 6. Berdasarkan tabel 6. menunjukkan dari
Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten responden yang diteliti, didapatkan
Semarang dengan karakteristik sebagi berikut : umur terbanyak adalah 31 – 35 Tahun
104
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 103 - 108, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
yang berjumlah 21 orang (35 %) dan Menengah Pertama (SMP) sebanyak 35 % dan
yang terendah adalah 36-40 Tahun atau (10 terendah adalah perguruan tinggi (8,3 %)
%). Jenis pendidikan terakhir responden
mayoritas adalah berlatar belakang Sekolah
Tabel 2.
Distribusi sampel pengetahuan sebelum dan sesudah diberi pendidikan ASI Eklsklusif dengan media
Animasi(n=60)
Kategori Pre test Post test
n % n %
Kurang 5 8.33 1 1.67
Sedang 37 61.67 23 38.33
Baik 18 30 36 60
Total 60 100 60 100
Berdasarkan Tabel 2 dari 39 responden pendidikan menggunakan media animasi
diketahui sebagian besar tingkat pengetahuan terjadi peningkatan jumlah responden yang
ibu tentang MP ASI sebelum diberi pendidikan tingkat pengetahuannya baik yaitu menjadi 36
menggunakan media animasi adalah baik responden.
sebanyak 18 responden. Setelah diberi
Tabel 3.
Pengaruh pendidikan ASI eksklusif dengan media animasi terhadap peningkatan pengetahuan ibu
(n=60)
Hasil mean Std. Deviation
pre test 9,9 2,2
post test 12,2 2,6
Sig. 0,01
Mean Differences -2.183333333
t -8.4385
Tabel 3 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai mempengaruhi derajat kesehatan, tingkat
pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan
pendidikan gizi dengan mendia video anak serta pemanfaatan pelayanan kesehatan
meningkat. Selisih rata-rata penegtahuan yang ada (Notoatmodjo, 2007). Perubahan
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi perilaku kesehatan dapat diperoleh dari
dengan media leaflet 2.2. Berdasarkan tabel pendidikan atau promosi kesehatan tentang
diketahui nilai sig.(2-tailed) adalah sebesar cara hidup sehat, cara menjaga kesehatan, cara
0,01 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima terhindar dari penyakit, akan meningkatkan
perubahan perilaku kesehatan
PEMBAHASAN (Notoatmodjo,2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden berusia 31-35 tahun. Data pendidikan responden pada kelompok ibu
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang diberikan pendidikan ASI Eksklusif
yang dilakukan Himawan (2006) bahwa usia dengan media animasi diperoleh karaktristik
produktif ibu hamil mayotitas 20-35 tahun. responden pendidikan ibuadalah lulusan
Sedangkan penelitian yang pernah dilakukan responden tertinggi meliputi pendidikan
Aril (2012) menunjukkan usia produktif terakhir SMP. Hal ini sejalan dengan penelitian
mayoritas 23 – 29 tahun. Penelitian Anggrita yang dilakukan Damayanti dan Nur (2010)
(2009) menunjukkan bahwa karakteristik usia bahwa tingkat pendidikan berpengaruh
ibu tidak ada hubungannya dengan pemberian terhadap kemampuan seseorang tersebut untuk
ASI eksklusif pada bayi. menerima dan memahami suatu pengetahuan.
Tingkat pendidikan tinggi belum tentu
Pendidikan adalah upaya memberikan berpengaruh dalam penyerapan informasi
pengetahuan untuk meningkatkan perilaku tentang pentingnya pemberian ASI serta
yang positif, khususnya dalam hal kesehtan perilaku pemberian ASI sehari-hari terhadap
dan gizi. Tingkat pendidikan ibu balitanya. Hal ini tidak akan berhasil bila tidak
105
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 103 - 108, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
diimbangi dengan pengarahan dan pendidikan Pemakaian animasi yang ditampilkan pada
gizi secara rutin dalam peningkatan media ini memuat visual yang menarik dalam
pengetahuan ibu (Notoatmodjo,2007). Usia memberikan pemahaman terhdap responden.
adalah salah satu sifat karakteristik seseorang Animasi yang di desain menyerupai kondisi
yang paling utama (Noor,2000). Usia nyata yang di hadapi ibu menyusui dianggap
seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan lebih menarik dan aplikatif dalam
seseorang (Mubarok,2006). Sebagian besar memunculkan pemahaman yang nyata pada
usia respoden berkisar antara 31-35 tahun. responden. Namun walaupun sebagian besar
Sebagian besar (90%) dalam kategori usia terdapat perubahan pengetahuan terdapat 8 %
produktif. Banyaknya usia produktif di dari keseluruhan responden yang tidak
Kecamatan Bergas ini mendukung tingkat mengalami perubahan skor pengetahuan.
pertumbuhan penduduk semakin tinggi.
Masalah gizi pada anak dipengaruhi oleh SIMPULAN
kepadatan penduduk yang cukup tinggi Sampel yang memiliki pengetahuan baik
(Kemenkes,2002). sebelum diberikan pendidikan ASI eksklusif
sebesar 30 %, dan meningkat menjadi 60,0 %
Menurut Budiman (2013), usia produktif sesudah diberikan pendidikan ASI ekslusif.
seseorang yaitu usia 21 – 35 tahun, semakin Ada pengaruh penggunaan media Animasi
dewasa usia seseorang mempengaruhi tingkat terhadap peningkatan pengetahun ibu tentang
pengetahuan dimiliki. Sehingga dapat ASI. 78% responden menganggap penggunaan
mengembangkan daya intelektualnya dan yang mediaanimasi cukup menarik dan
memberikan kesempatan lebih besar untuk menghasilkan tingkat pemahaman yang lebih
belajar. Pengukuran pengetahuan sampel, baik, dengan media animasi manfaat, dampak
dilakukan dengan pengisian kuesioner yang serta pemberian ASI ekslusif yang baik dapat
terdiri dari 15 pertanyaan. Item pertanyaan di pahami denga baik.
yang dijawab oleh sampel yaitu tentang apa itu
ASI, kolostrum serta manfaat ASI. DAFTAR PUSTAKA
Pengambilan data pre test dan post test Anggrita, K. (2009). Hubungan Karakteristik
dilaksanakan di Puskesmas Bergas dengan Ibu Menyusui terhadap Pemberian ASI
mengundang 60 responden. Pencuplikan Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
sampel dilaksanakan dengan menggunakan Medan Amplas Tahun
teknik random sampling. Sebelum diberi 2009.http://repository.usu.ac.id/handle/1
pendidikikan ASI melalui media animasi 23456789/14284
diberikan pre test tentang yang terdiri dari 15
pertanyaan terlebih dahulu dan diberikan Aril, C. (2012). Hubungan Antara
pendidikan gizi dengan media animasi yang Karakteristik Ibu Hamil Dengan
berdurasi 17 menit dan dilanjutkan dengan post Kejadian Hiperemesis Gravidarum di
test. RSUD Ujung Berung Pada Periode
2010-2011. Retrieved Februari, 25,
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 2017.http://elibrary.unisba.ac.id/files2/S
rata-rata nilai pengetahuan sebelum dan kr.12.00.10854.pdf
sesudah diberikan pendidikan gizi dengan
mendia video meningkat. Hasil uji statistik Damayanti, E., & Nur, A. (2010). Hubungan
juga menunjukkan bahwa ada perbedaan rata- tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
rata antara pengetahuan Ibu tentang ASI resiko tinggi kehamilan dengan
ekslusif antara sebelum dan sesudah diberikan kepatuhan kunjungan antenatal care di
pendidikan dengan media animasi. Intervensi RSUD Pandan Arang
berupa pendidikan menggunakan model Boyolali.https://publikasiilmiah.ums.ac.i
animasi dapat membuat perbedaan postif d/xmlui/handle/11617/3725
sebelum dan sesudah diberikan intervensi
dalam hal pentingnya ASI ekslusif, pentingnya Himawan, A. W. (2006). Hubungan Antara
kolostrum dan dampak jika bayi tidak Karakteristik Ibu dengan Status Gizi
diberikan ASI ekslusif. Hasil penelitian ini Balita di Kelurahan Sekaran Kecamatan
juga mendukung penelitian yang dilakukan Gunungpati Semarang (Doctoral
Mashanafi, Suparman, Tendean (2015) bahwa dissertation, Universitas Negeri
ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan Semarang).
pemberian ASI.
106
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 103 - 108, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Maryunani, Anik. (2010). Ilmu Kesehatan Sanaky, Hujair AH. Media Pembelajaran.
Anak Dalam Kebidanan, CV.Trans Info Yogyakarta: Safiria Insania Press.
media,Jakarta.
Soetjiningsih, 1997, ASI Petunjuk Untuk
Mashanafi, T. A., Suparman, E., & Tendean, Tenaga Kesehatan, EGC, Jakarta.
H. M. (2015). Pengetahuan Ibu Hamil
tentang Manfaat Pemberian ASI Suherni, S. (2009). Perawatan Masa Nifas .
Eksklusif. e-CliniC, 3(3). Yogyakarta: Fitramaya.
Notoatmodjo. (2010). Ilmu Perilaku Suradi, R., & Tobing, H.K.P. (2004). Bahan
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta bacaan manajemen laktasi. Jakarta :
Perinasia.
Osiyosola O. Osibogun, (2018), Knowledge,
Attitude and support for exclusive World Health Organization (2018). Exclusive
breastfeeding among bankers in breastfeeding for optimal growth,
Mainland Local Government in Lagos developmentand health of
State, Nigeria,International Breast infants.http://www.who.int/elena/titles/e
feeding Journal 2018, xclusive_ breastfeeding/en.(Diakses 10
https://doi.org/10.1186/s13006-018- Agustus 2018)
0182-9,(Diakses 13 Agustus 2018)
107
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 103 - 108, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
108
JKK, Volume 5, No 3, Oktober 2018: 133-137
p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411
Abstrak
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) adalah pemenuhan hak bagi ibu dan anak. ASI sebagai makanan bayi terbaik ciptaan Tuhan tidak
dapat tergantikan dengan makanan dan minuman yang lain. Setiap minggu pertama bulan agustus dijadikan sebagai “ Pekan ASI
Sedunia” yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran semua pihak tentang pentingnys ASI bagi tumbuh kembang anak.
Tema peringatan Pekan ASI Sedunia (PAS) Tahun 2017 adalah “Suistaining Breastfeeding Together !”. Dalam kontek indonesia
tema tersebut di adaptasi menjadi “Bekerja Bersama Untuk Keberlangsungan Pemberian ASI”. PAS 2017 merupakan pengamatan
bahwa menyusui merupakan kunci keberhasilan SDGs Tahun 2030. Dikabupaten Banyuasin sendiri pada Tahun 2015, seluruh bayi
( 0 s/d 6 bulan) yang ada ( 8.158 bayi), yang berhasil didata mendapat Asi Eksklusif baru sebanyak 3.688 bayi atau 45,2 %. Klinik /
BP Anisa merupakan Klinik Pratama yang mempunyai fasilitas yang cukup memadai untuk standar klinik, juga sebagai klinik
melayani persalinan, nifas dan menyusui serta pelayanan imunisasi pada bayi dan balita. Penelitian ini menggunakan survei analitik
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang mempunyai bayi yang berada di wilayah
kerja Klinik/BPAnisa sebanyak 52 ibu, dengan pengambilan sampel menggunakan tehnik accidental sampling dengan 52 sampel.
Variabel ini menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat kemaknaan = 0,05. Hasil penelitian ini menunjukan dari 52
responden didapatkan 31 responden (59,6%) berpendidikan tinggi dan bayi mendapatkan ASI ekslusif, 21 responden (40,4%)
berpengetahuan baik, 19 responden (36,5%) ibu bekerja, dan bayi mendapatkan ASI Ekslusif. Uji statistik menunjukan bahwa
pengetahuan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi ( p value = 0.032) serta
pendidikan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi ( p value = 0.032). Demikian juga
pada pekerjaan ibu yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi (p value =0,011).
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI
Ekslusif pada bayi di Klinik/BPAnisa Tahun 2017. Untuk Klinik/ Anisa Hendaknya dapat meningkatkan dan mendukung gerakan
Asi Ekslusif dan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) serta Bounding Attechmen pada ibu setelah melahirkan.
Abstract
Breastfeeding (ASI) is the fulfillment of mother and child rights. Breast milk as God's best baby food can not be replaced with other
foods and beverages. Every first week of August is made as "World Breastfeeding Week" which is held to raise awareness of all
parties about the importance of breastfeeding for growth and development of children. The 2017 World Breastfeeding Week (PAS)
theme is "Suistaining Breastfeeding Together!". In the context of Indonesia the theme is adapted to "Working Together For
Sustaining Breastfeeding". PAS 2017 is an observation that breastfeeding is the key to the success of SDGs in 2030. In Banyuasin
District alone in 2015, all existing (0 to 6 month) infants (8,158 infants), who were recorded recorded a new Exclusive Asi as many
as 3,688 babies or 45, 2%. Clinic / BP Anisa is a Pratama Clinic that has sufficient facilities for clinical standard, as well as clinic for
delivery, nifas and breastfeeding services and immunization services in infants and toddlers. This research uses analytical survey with
cross sectional approach. The population of this study were all mothers who have babies who are in the work area Clinic / BPAnisa
of 52 mothers, with sampling using accidental sampling technique with 52 samples. This variable uses chi square statistic test with
significance level = 0,05. The results of this study showed that 52 respondents obtained 31 respondents (59.6%) were highly
educated and babies were exclusively breastfed, 21 respondents (40.4%) were knowledgeable, 19 respondents (36.5%) working
mothers, and infants were breastfed Exclusive. The statistical test showed that maternal knowledge had a significant relationship with
exclusive breastfeeding in infants (p value = 0.032) and maternal education had a significant relationship with exclusive
breastfeeding in infants (p value = 0.032). Similarly, the mother's work has a significant relationship with exclusive breastfeeding in
infants (p value = 0.011). The conclusion of this study is that there is a correlation between knowledge, education and mother's work
with exclusive breastfeeding for infants in Clinic / BPAnisa Year 2017. For Clinic / Anisa Should be able to improve and support
Exclusive Asi and IMD (Early Breastfeeding Initiation) and Bounding Attechment in the mother after childbirth.
Keywords: Exclusive breastfeeding
133
134 Bina: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi….
Tabel 3. Distibusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan bulan sebanyak 11 orang (52,4%) lebih kecil
Pendidikan di Klink/BP Anisa Tahun 2017
dibandingkan 31 responden yang pengetahuan
pendidikan Jumlah(N) Persentase(%)
kurang baik yang memberikan ASI eksklusif
pada bayi usia 7-12 bulan sebanyak 26 orang
rendah 21 40,4
Tinggi 31 59,6 (83,9 %).
Dari hasil uji statistik Chi-Square,
Dari tabel 3 diatas, menunjukkan didapatkan p value sebesar 0,032 (< α = 0,05),
distribusi responden berdasarkan pendidikan artinya ada hubungan yang bermakna secara
ibu diperoleh dari 52 responden, ibu yang parsial antara pengetahuan dengan pemebrian
berpendidikan rendah (< SMA) sebanyak 21 ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di
orang (40,4%) dan ibu yang berpendidikan Klinik/BP Anisa Tahun 2017. Dengan
tinggi (≥ SMA) sebanyak 31 orang (59,6%). demikian hipotesis yang menyatakan ada
Ini menunjukkan bahwa ibu yang hubungan antara pengetahuan dengan
berpendidikan rendah lebih banyak pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 7-12
memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang bulan terbukti secara statistik.
berpendidikan tinggi.
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan
Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Tabel 4. Distibusi Frekuensi dan Persentase
Klinik/BPAnisa Tahun 2017
Berdasarkan Pekerjaan di Klinik/BPAnisa Tahun
2017
Pendidikan Pemberian ASI Jumlah
Eksklusif Pada Bayi
Pekerjaan Jumlah (N) Persentase (%) 7-12 Bulan
Bekerja 19 36,5
Tidak Bekerja 33 63,5 Ya Tidak N %
n % n %
Dari tabel 4 diatas, menunjukan Rendah 11 52,4 10 47,6 21 100
distribusi frekuensi responden berdasarkan Tinggi 26 83,9 5 16,1 31 100
Pekerjaan ibu diperoleh dari 52 responden, ibu Jumlah 37 15 52 100
yang bekerja sebanyak 19 orang (36,5%) dan
ibu yang tidak bekerja sebanyak 33 orang
(63,5%). Ini menunjukkan bahwa ibu yang Dari tabel 6 diatas diketahui bahwa dari
berkerja lebih sedikit memberikan ASI 21 responden yang pendidikan rendah yang
eksklusif dari pada ibu yang tidak bekerja. memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 7-12
bulan sebanyak 11 orang (52,4%) lebih kecil
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan dibandingkan 31 responden yang pendidikan
Pengetahuann dengan Pemberian ASI Eksklusif di tinggi yang memberikan ASI eksklusif pada
Klinik/BPAnisa Tahun 2017 bayi usia 7-12 bulan sebanyak 26 orang
(83,9%).
pengetahuan Pemberian Asi Jumlah
Eksklusif Pada Bayi
Dari hasil uji statistik Chi-Square,
6-12 Bulan didapatkan p value sebesar 0,032 (< α = 0,05),
Ya Tidak N %
artinya ada hubungan yang bermakna secara
n % N % parsial antara pendidikan dengan pemberian
Baik 11 52,4 10 47,6 21 100 ASI eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan di
Kurang Baik 26 83,9 5 16,1 31 100 Klinik/BP Anisa. Dengan demikian hipotesis
Jumlah 37 15 52 100 yang menyatakan ada hubungan antara
pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif
Dari tabel 5 diatas diketahui bahwa dari pada bayi usia 7-12 bulan terbukti secara
21 responden yang pengetahuan baik yang statistik.
memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 7-12
JKK, Volume 5, No 3, Oktober 2018: 133-137 137
p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan bulan) bahwa ada hubungan yang bermakna
Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif di antara pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan
Klinik/BPAnisa Tahun 2017
secara simultan dengan pemberian ASI
Pekerjaan Pemberian ASI Jumlah Eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan di
Eksklusif pada Bayi Klinik/BP Anisa Tahun 2017.
7-12 Bulan
Ya Tidak N % 5. Saran
n % n %
Bekerja 9 47,4 10 52,6 19 10
Untuk Klinik/Anisa Hendaknya dapat
Tidak 28 84,8 5 15,2 33 100
Bekerja
meningkatkan dan mendukung gerakan Asi
Jumlah 37 15 52 100 Ekslusif dan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
serta Bounding Attechmen pada ibu setelah
Dari tabel 7 diatas diketahui bahwa dari melahirkan
19 responden yang bekerja yang memberikan
ASI eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan Daftar Pustaka
sebanyak 9 orang (47,4%) lebih kecil
dibandingkan 33 responden yang tidak bekerja 1. Pedoman_Penyelenggaraan Pekan ASI
yang memberikan ASI eksklusif pada bayi usia Sedunia (PAS) Tahun 2017.
7-12 bulan sebanyak 28 orang (84,8%). www.depkes.go.id
Dari hasil uji statistik Chi-Square, 2. Patel & Gedam (2013). Effeck Back
didapatkan p value sebesar 0,011 (< α = 0,05), Massage On Lactation Among Postnatal
artinya ada hubungan yang bermakna secara Mother. India
parsial antara pekerjaan dengan pemberian 3. https://www.suara.com/health/2017/08/04/
ASI eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan di 031300/capaian-pemberian-asi-eksklusif-
Klinik/BP Anisa Tahun 2017. Dengan di-indonesia-baru-54-persen
demikian hipotesis yang menyatakan ada 4. Maryunani, Anik. (2012). Inisiasi
hubungan antara pekerjaan dengan pemberian Menyusu Dini, ASI Eksklusif Dan
ASI eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan Manajemen Laktasi. Jakarta : CV. Trans
terbukti secara statistik. Info Media.
5. Dinkes Sumsel. 2015. Profil Kesehatan
4. Kesimpulan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015.
6. Dinkes Kota Palembang. 2015. Profil
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kesehatan Kota Palembang Tahun 2014.
Klinik/BP Anisa Kec. Sembawa Kab. 7. Dinkes Kab. Banyuasin. 2015. Profil
Banyuasin Tahun 2017 didapatkan hasil Kesehatan Kab. Banyausin Tahun 2015.
penelitian dari jumlah responden sebanyak 52 8. Profil Klinik/BPAnisa Tahun 2015, Data
orang, membahas mengenai variabel Program Pemberian ASI Eksklusif Pada
independen (pengetahuan, pendidikan dan Bayi.
pekerjaan) dengan variabel dependen 9. Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian
(pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 7-12 Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Public Health Nutrition: 13(12), 2087–2096 doi:10.1017/S1368980010002156
Submitted 13 January 2010: Accepted 21 June 2010: First published online 16 August 2010
Abstract
Objective: To identify factors associated with exclusive breast-feeding and breast-
feeding during the first year of life among Norwegian infants.
Design: Data on breast-feeding practices were collected by a semi-quantitative FFQ.
Setting: In 2006–2007 about 3000 infants were invited to participate in a population-
based prospective cohort study in Norway.
Subjects: A total of 1490 mothers/infants participated at both 6 and 12 months of age.
Results: Exclusive breast-feeding at 4 months was associated with parental education,
parity and geographical region, while exclusive breast-feeding at 5?5 months was
associated only with maternal age. At both ages, a negative association with exclusive
breast-feeding was observed for maternal smoking. Breast-feeding at 6 months was
associated with parental education, maternal age and marital status. Breast-feeding at
12 months was associated with maternal education, maternal age and number of
children. At both ages, negative associations with breast-feeding were observed for
maternal smoking and descending birth weight. At 12 months, a negative association
was also observed for having day care by other than the parents.
Conclusions: Even though Norway has an extensive and positive breast-feeding
tradition and a maternal leave system that supports the possibility to breast-feed,
factors like maternal education, maternal age and maternal smoking are strongly
associated with duration of exclusive breast-feeding and breast-feeding. Research to
better understand the reasons for inequalities in breast-feeding is needed to facilitate Keywords
the development of more effective breast-feeding promotion strategies. This again Exclusive breast-feeding
may improve compliance with recommendations and reduce inequalities in infant Breast-feeding
feeding practices. Infant feeding practices
Adequate nutrition during infancy and early childhood is been broadly studied(3–5), previous studies in these coun-
essential to ensure growth, health and development of tries have rarely examined the factors associated with
children to reach their full potential. Breast milk strongly exclusive breast-feeding. Breast-feeding and exclusive
contributes to good health and nutrition of infants. Apart breast-feeding are, in general, reported to be associated
from being an excellent nutritional source for the growing with maternal age, marital status, parental educational
child, breast milk is associated with a reduced risk of level and smoking(6–8). In addition, breast-feeding duration
many diseases in infants and mothers. A recent review is found to be associated with a wide range of other factors
by Duijts et al.(1) points out that a number of studies in like social status, insufficient milk supply, parity, maternal
industrialised countries suggest that breast-feeding pro- work situation, infant health problems as well as health
tects infants against overall infections, gastrointestinal and service-related factors(5,7) .
respiratory tract infections. Moreover, Ip et al.(2) reported Since 2001, the WHO(9) has recommended exclusive
long-term benefits of breast-feeding for infants to be breast-feeding for the first 6 months of life. Exclusive
reduced risk of obesity and type 2 diabetes in later life, breast-feeding is defined as feeding the infant only breast
and long-term benefits for breast-feeding mothers to be milk without any additional food or drink(10) . Norwegian
reduced risk of breast and ovarian cancers. health authorities also recommend exclusive breast-
The initiation and duration of exclusive breast-feeding feeding for the first 6 months of life and thereafter gradual
and breast-feeding are influenced by a number of factors. introduction of appropriate complementary foods with
continued breast-feeding(11). Norway has an extensive
Although the factors that influence the initiation and and positive breast-feeding tradition(12) and long paid
duration of breast-feeding in developed countries have
maternal leave, which support the possibility of breast- 1998–1999 , and the SFFQ used among 12-month-
(14,15)
feeding during the first year of life. The parental benefit olds had been validated(16). Parents were asked to com-
period is either 46 weeks at 100 % benefit or 56 weeks at plete the questionnaires on the day as closely to the
80 % benefit(13) . child’s 6 months or 12 months of age as possible and to
Based on the data from a large national dietary survey describe habitual feeding practices at the given age. Both
on infant feeding, we have explored factors associated SFFQ were tested in pilot studies and then revised.
with exclusive breast-feeding and breast-feeding during The final SFFQ included forty-two questions at 6 months
the first year of life in Norway. and fifty-one questions at 12 months. The questions on
breast-feeding were related to whether or not the child
received breast milk and to the breast milk frequency.
Methods Breast milk intake was not quantified. It was also asked
when the child stopped receiving breast milk, when it
Subjects and design started receiving infant formula/other milk and when the
A nation-wide sample of about 3000 Norwegian infants was child was introduced to solid or semi-solid foods for the
established by Statistics Norway. The sample included all first time. The questions on complementary foods at 6 and
infants born in Norway during a 3-week period from 17 12 months covered approximately fifty and 160 different
April to 8 May in 2006. We assumed that the diet of infants food items, respectively.
born in April–May was similar to the diet of infants born at Both SFFQ also provided information on parental
other times of the year. The mothers should be born in educational levels, maternal age, maternal work situation,
Norway, Sweden or Denmark. If the child was a twin or a maternal marital status, maternal smoking and number
triplet, the parents were asked only to include the oldest. of children/parity, asthma/allergy in the family, infant
The study had a longitudinal design and was carried out in gender, infant birth weight, gestational age and day care
October–November 2006 and April–May 2007, when the (only at 12 months).
infants were 6 and 12 months of age, respectively. At
6 months, 1986 (67 %) mothers/infants participated. Those Classification of breast-feeding
who gave a written refusal to participate at 6 months were Based on the WHO definitions on breast-feeding(10), breast-
not invited to participate at 12 months. At 12 months, 1635 fed infants were categorised into exclusively breast-fed and
(57 %) mothers/infants participated. In the present study, breast-fed. Exclusively breast-fed infants at a given age
data from 1490 mothers/infants who participated at both received only breast milk and had not been introduced to
6 and 12 months of age were used for analysis, resulting in a any additional food or drink, not even water, but could have
response rate of 52 %. received vitamin–mineral supplements. Breast-fed infants
The Regional Committees for Medical Research Ethics included all infants who received breast milk; both those
approved the study, and informed consent was obtained exclusively breast-fed and those who had been introduced
from the mother/parents. to other drinks than breast milk and/or complementary
The mothers received an invitation and a semi-quan- foods.
titative FFQ (SFFQ) by mail about 2 weeks before the
child turned 6 and 12 months of age. To obtain data on Data analysis
the infant’s weight and length, parents were asked to Multiple logistic regression analysis was applied to study
bring the questionnaire to the regular 6- and 12-month exclusive breast-feeding at every month up to 5?5 months of
check-up at the child’s health clinic, and then return the age and breast-feeding at every month up to 12 months of
completed questionnaire in a pre-paid envelope. At age, in relation to selected parental and infant character-
6 months, one combined thanks/reminder letter and istics. Furthermore, factors associated with the introduction
one reminder letter with the questionnaire enclosed were of solid foods were also studied using multiple logistic
sent out. At 12 months, mothers were contacted once regression analysis. Multiple logistic regression analysis was
by telephone and received one reminder with the ques- applied to those who had information on all maternal/infant
tionnaire enclosed. At 6 and 12 months, those who characteristics. Results are presented as adjusted OR with
returned a completed questionnaire were entered in a 95% CI. Potential interaction effects were assessed. Statis-
lottery of ten cheques of approximately US$800 each and tical significance was tested by the likelihood ratio test. Tests
ten cheques of approximately US$1600 each. for trends across categories were performed by treating
the categories as continuous variables in logistic regression
The semi-quantitative FFQ analysis. Maternal and paternal educational levels were
Two SFFQ were designed to describe feeding practices at coded by eight categories and combined into four cate-
6 and 12 months of age, respectively, and also to retro- gories in the logistic regression analysis: primary and sec-
spectively describe feeding practices from birth up to ondary schools, comprehensive school, academy/college/
the given age. They were based on the SFFQ used in the university of #4 years and academy/college/university of
first Norwegian national dietary survey among infants in .4 years. Maternal age, reported as a continuous variable,
Breast-feeding in Norway 2089
was categorised into three groups: #24, 25–34 and $35 Table 1 Characteristics of infants and their parents (n 1490)
years. Maternal smoking status in pregnancy was coded as Characteristics Value-
yes, yes but quitted and no. Maternal smoking status when
the infant was at 6 months old was coded as yes and no. Infants
Boys/girls 50/50
Maternal marital status was coded as married, cohabitant Birth weight (g) 3595 (592)
and not married/cohabitant. Ten categories of maternal .3500 59
work situation before childbirth were combined into four 2500–3500 37
,2500 4
categories: full-time, part-time, student and other (including Birth length (cm) 50?3 (2?6)
mothers working at home/housewives, mothers on sick Gestational age (weeks)
leave, unemployed, disabled, on rehabilitation, etc.). Ten ,38 12
$38 88
categories of maternal work situation when the infant was Mothers
12 months were combined into four categories: full-time, Age (years) 31?2 (4?8)
part-time, maternity leave and other. Four categories of the #24 8
25–34 68
number of children/parity were categorised into three $35 24
groups: one child, two children and three or more children. Maternal marital status
Five categories of day care at 12 months by others, than Married 47
Cohabitant 49
parents, were categorised as no (day care by the mother Not married/cohabitant 4
and/or the father) and yes (day care by childminder, kin- Smoking during pregnancy
dergarten or grandparents/other care persons). Geographic No 84
Yes, but quitted 9
region was combined into six categories: Capital and Yes 6
-
surroundings, East, South, West, Middle and North regions. Smoking-
Infant birth weight, reported as a continuous variable, was No 87
Yes 14
categorised as .3500, 2500–3500 and ,2500 g. Asthma/ Education
allergy in the family was categorised as yes (the infant’s Primary and secondary schools 4
mother, father and/or sibling(s) have or have had asthma/ Comprehensive school 29
Academy/college/university (#4 years) 39
allergy) and no. Academy/college/university (.4 years) 28
With regard to analysis of exclusive breast-feeding at Fathers
5?5 months of age, there was a need of collapsing cate- Education
Primary and secondary schools 7
gories for maternal education and maternal age to avoid Comprehensive school 45
small subgroups. Academy/college/university (#4 years) 26
Academy/college/university (.4 years) 22
We used both results from the univariate analyses (with a
criterion of P , 0?10) and evidence from the literature to -Percentages for categorical variables, and means with SD for continuous
decide which variables should be examined in the multi- variables.
-
-When the infant was at the age of 6 months.
variate analyses. In the final models, significant variables
(P , 0?05) were included. However, regardless of the sta-
tistical significance level, we decided to include maternal Ninety-two per cent of the infants were exclusively breast-
age and maternal education in all the final models. All fed at 1 week of age. The proportion of exclusively breast-
P values are two-sided, and a 5 % level of significance fed infants was 84% at 1 month of age, 65% at 3 months and
was used. All statistical analyses were performed with the decreased to 48% at 4 months of age and further down to
Statistical Package for Social Sciences statistical software 13% at 5?5 months of age (Fig. 1). Only 1?5 % of the infants
package version 16?0 (SPSS Inc., Chicago, IL, USA). had never been breast-fed. The breast-feeding level slowly
The results of the analyses of exclusive breast-feeding decreased from 96% at 1 month of age, to 82% at 6 months
at 4 and 5?5 months of age, of breast-feeding at 6 and 12 of age and to 46% at 12 months of age (Fig. 1).
months of age and the introduction of solid foods before Among those who ceased breast-feeding before 6 months,
4 months of age are presented. These ages were chosen the three most important reasons reported were insuffi-
to study adherence to the recommendations on infant cient milk (40 %), the infant did not want to have breast
feeding and gave a possibility of comparison with earlier milk (17 %) and sucking problems (10 %). Between 6 and
national data from Norway(6) . 12 months of age, the three most important reasons
reported for breast-feeding cessation were that the infant
did not want to have breast milk (37 %), insufficient milk
Results (20 %) and no specific problems, but did not want to
breast-feed any longer (10 %).
Table 1 presents selected characteristics of the infants and
their parents. Of the 1490 mothers/infants who partici- Factors associated with exclusive breast-feeding
pated at both 6 and 12 months of age, 93 % of the mothers Maternal and paternal education, number of children, geo-
completed the questionnaires. graphical region and maternal smoking were significantly
2090 AL Kristiansen et al.
associated with exclusive breast-feeding at 4 months of exclusive breast-feeding were significantly (P , 0?01) lower
age (Table 2). Significant positive trends were found for for smoking mothers compared with non-smoking mothers.
maternal education and number of children. Maternal age In addition, multivariate regression analyses were per-
was significantly associated with exclusive breast-feeding at formed for exclusive breast-feeding at ages 1, 2, 3 and
5?5 months of age (Table 3) and a significant positive trend 5 months and the results are summarised in Table 4.
was observed. At both 4 and 5?5 months of age the odds of Maternal education turned out to be the most stable vari-
able as it was significantly associated with exclusive breast-
feeding at most ages. From 3 months of age, maternal
100 96 92
89
86
smoking was significantly associated with exclusive breast-
90 84 82
84
76 feeding.
80 70
75
70 63
60
65
56 Factors associated with breast-feeding
50 48
49
46 Maternal and paternal education, maternal age and marital
40 status were significantly associated with breast-feeding
30 26
at 6 months (Table 5). Breast-feeding at 12 months was
20 significantly associated with maternal education, maternal
10 10 age and number of children (Table 5). At both ages, sig-
0 nificant negative associations with breast-feeding were
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
observed for maternal smoking and for descending infant
Age (months)
birth weight, and at 12 months a negative association
Fig. 1 Exclusive breast-feeding ( ) during the first 6 months of was also observed for having day care by other than the
life and breast-feeding ( ) during the first year of life (n 1490) parents.
Exclusive breast-feeding at
4 months
- -
Characteristics n- %- Adjusted OR- 95 % CI-
Maternal education
Primary and secondary schools 14 26 1?00 –
Comprehensive school 138 37 1?53 0?77, 3?02
Academy/college/university (#4 years) 267 50 2?13 1?07, 4?23
Academy/college/university (.4 years) 240 63 3?14 1?54, 6?38
P trendy – – *** –
Paternal education
Primary and secondary schools 42 44 1?00 –
Comprehensive school 240 40 0?67 0?42, 1?08
Academy/college/university (#4 years) 191 55 0?95 0?58, 1?57
Academy/college/university (.4 years) 186 61 1?00 0?59, 1?69
P trendy – – NS –
Maternal age (years)
#24 26 23 1?00 –
25–34 451 49 1?62 0?99, 2?67
$35 182 57 1?74 1?00, 3?04
P trendy – – NS –
Maternal smoking
No 612 52 1?00 –
Yes 47 27 0?43 0?29, 0?62
Number of children
1 213 40 1?00 –
2 301 55 1?77 1?37, 2?30
$3 145 56 2?00 1?41, 2?82
P trendy – – *** –
Geographical region
Capital and surroundings 179 55 1?00 –
East 143 42 0?69 0?50, 0?96
South 117 56 1?25 0?86, 1?81
West 110 49 0?92 0?64, 1?33
Middle 54 45 0?73 0?47, 1?15
North 56 44 0?71 0?46, 1?11
-Number and percentage of exclusive breast-fed infants within current independent variable. Total number of infants at 4 months of age
(n 1343).
-
-OR and 95 % CI are adjusted for all other variables in the table.
yTest for linear trend: NS; *P , 0?05, **P , 0?01, ***P , 0?001.
Breast-feeding in Norway 2091
Table 3 Adjusted OR of exclusive breast-feeding at 5?5 months of age
Exclusive breast-feeding at
5?5 months
- -
Characteristics n- %- Adjusted OR- 95 % CI-
Maternal education
Primary/secondary/comprehensive school 46 11 1?00 –
Academy/college/university (#4 years) 68 13 1?07 0?71, 1?60
Academy/college/university (.4 years) 67 18 1?32 0?86, 2?02
P trendy – – NS –
Maternal age (years)
,30 46 9 1?00 –
30–34 71 13 1?29 0?86, 1?94
$35 64 20 2?13 1?39, 3?28
P trendy – – *** –
Maternal smoking
No 172 15 1?00 –
Yes 9 5 0?34 0?17, 0?68
-Number and percentage of exclusive breast-fed infants within current independent variable. Total number of infants at 5?5 months of
age (n 1343).
-
-OR and 95 % CI are adjusted for all other variables in the table.
yTest for linear trend: NS; *P , 0?05, **P , 0?01, ***P , 0?001.
Table 4 Factors associated with exclusive breast-feeding during the first 6 months of life-
Age Maternal Maternal Maternal Birth Paternal Number of Geographical Marital Asthma/
(months) education age smoking weight education children region status allergy
1 x x x
2 x x x x
3 x x x x x x
4 x x x x x
5 x x x x
5?5 x x
-Total number of infants (n 1343), with x indicating adjusted significant associations (P , 0?05).
In addition, multivariate regression analyses were per- and geographical region. The odds of not introducing
formed for breast-feeding at every month from 1 to 5 solid foods before 4 months of age was significantly lower
months of age and from 7 to 11 months of age and the (P , 0?001) for smoking mothers compared with non-
results are summarised in Table 6. Maternal education smoking mothers.
turned out to be the most stable variable as it was sig-
nificantly associated with breast-feeding at all ages. Maternal
age, maternal smoking, paternal education and infant birth Discussion
weight also turned out to be stable variables as they showed
significant associations with breast-feeding at most ages. Based on the data from a large national infant dietary
survey, factors associated with exclusive breast-feeding
Factors associated with introduction of solid foods and breast-feeding during the first year of life among
Ten per cent of the infants were introduced to solid foods Norwegian infants were explored. We found that exclusive
before 4 months of age (i.e. at 3?5 months of age or earlier). breast-feeding and breast-feeding in early infant age
In this group, the most common first food was porridge overall were high. In multivariate regression analyses,
made of maize/rice/millet (63 % had consumed this), while exclusive breast-feeding was significantly associated with
25% had consumed porridge made of oat/wheat/barley maternal education, while breast-feeding was significantly
and 24% had consumed fruits/berries before the age of associated with maternal education and maternal age.
4 months. Only a few had been introduced to vegetables, Both exclusive breast-feeding and breast-feeding were
meat or yoghurt before 4 months of age. negatively associated with maternal smoking.
A significant linear trend of increasing odds of not
introducing solid foods before 4 months of age was found Exclusive breast-feeding and breast-feeding levels
with increasing maternal education (Table 7). Girls had More than 90 % of the infants in the present study were
significantly higher odds of not being introduced to solid exclusively breast-fed at 1 week of age, and the level
foods before 4 months of age than boys, and significant of exclusive breast-feeding was high during the first
associations were also found for number of children 3 months of life, but then declined to 10 % at 6 months
2092 AL Kristiansen et al.
Table 5 Adjusted OR of breast-feeding at 6 and 12 months of age
-Number and percentage of breast-fed infants within the current independent variable. Total number of infants at 6 (n 1343) and at 12 (n 1285) months of age.
- -OR and 95 % CI are adjusted for all other variables in the table, with the exception of day care by persons other than the parents at 6 months of age.
yTest for linear trend: NS; *P , 0?05, **P , 0?01, ***P , 0?001.
of age. These data are consistent with earlier national data Maternal and paternal education
from Norway(14) . National data from Sweden show the A number of studies have observed that maternal edu-
same level of exclusive breast-feeding at 1 week of age cation is significantly associated with exclusive breast-
compared to our findings (88 %), while 15 % of the infants feeding and breast-feeding duration(4,5,7,8,19–21) . In our
were exclusively breast-fed at 6 months of age(17) . In the study, the odds of exclusive breast-feeding and breast-
USA, national data show a low level of exclusive breast- feeding increased significantly with increasing maternal
feeding at 1 week of age (50 %), while 14 % of the infants educational level. We found a significant association
were exclusively breast-fed at 6 months of age(18) . between exclusive breast-feeding at 4 months of age and
Only 1?5 % of the infants in our study had never been paternal education, but no significant association was
breast-fed. Breast-feeding level slowly decreased from 92% found at 5?5 months of age. In the AIBS study (All Babies
at 2 months of age, to 82% at 6 months and further down to in Southeast Sweden), data on exclusive breast-feeding
46% at 12 months of age. A high level of breast-feeding were available for more than 10 000 infants born between
initiation has also been reported in Sweden where 98 % of 1997 and 1999(7), and low paternal education was reported
the mothers initiated breast-feeding(17). At 2 months of age, to be a risk factor for short exclusive breast-feeding (,4
90% were breast-fed, while 69% and 17% of the infants months). Paternal education was found to be significantly
were breast-fed at 6 and 12 months of age, respectively(17). associated with breast-feeding at every month from 2 to
9 months of age in the present study. In a study among
The breast-feeding initiation reported from the USA was 74%
10 500 Californian women, Heck et al.(22) showed positive
and at 2, 6 and 12 months of age the corresponding breast-
associations between breast-feeding and paternal education,
feeding rates were 63 %, 43% and 23 %, respectively(18).
Breast-feeding in Norway 2093
and Lanting et al. reported that women in The Netherlands
(20)
Maternal age
Maternal age is a powerful variable that has been associated
with exclusive breast-feeding and breast-feeding initiation
and duration(3–5,7). In contrast to what others have repor-
ted(6,7), we did not find a significant association between
exclusive breast-feeding and increasing maternal age at
4 months of age. However, at 5?5 months of age a significant
association was observed. In the present study, multivariate
analyses of breast-feeding during the first year of life
showed that maternal age turned out to be a stable variable
as it was significantly associated with breast-feeding at every
month from 3 to 12 months of age.
Maternal smoking
In Sweden, Ludvigsson and Ludvigsson(7) reported
smoking to be associated with increased risk of short
exclusive breast-feeding (,4 months). In the previous
national dietary survey among infants in Norway, Lande
et al.(6) reported significantly lower odds of exclusive
breast-feeding at 4 months of age for mothers who
smoked compared with non-smoking mothers (adjusted
OR 5 0?40; 95 % CI 0?32, 0?50). This is similar to the
results we observed for maternal smoking with regard to
exclusive breast-feeding at 4 and 5?5 months of age.
In the present study, maternal smoking was an important
adverse factor on the duration of breast-feeding. The
odds of breast-feeding at both 6 and 12 months of age
were lower for mothers who smoked compared with
non-smoking mothers. For breast-feeding duration and
maternal smoking, a consistent negative association has
been reported in the literature(3–5,23) .
In our analyses, maternal smoking turned out to be a
stable variable as it was negatively associated with exclusive
breast-feeding at every month from 3 to 5?5 months of age
and with breast-feeding from 2 to 12 months of age.
Marital status
We found a significant association between marital status
and breast-feeding at 6 months of age, but no such
association was observed for breast-feeding at 12 months
of age or for exclusive breast-feeding at 4 or 5?5 months
of age. Some studies have shown that breast-feeding
occurs more frequently among married women and that
married women breast-feed for longer periods of time(5),
while others have not found this association(4) .
Birth weight
We found no significant association between infant birth
weight and exclusive breast-feeding; however, the odds
of breast-feeding decreased significantly with decreasing
birth weight at both 6 and 12 months of age. The same
was observed by Lande et al.(6) .
2094 AL Kristiansen et al.
Table 7 Adjusted OR of not receiving solid foods before 4 months of age
Infant’s gender
Boy 582 88 1?00 –
Girl 624 92 1?58 1?08, 2?31
Maternal education
Primary and secondary schools 41 76 1?00 –
Comprehensive school 315 84 1?36 0?65, 2?82
Academy/college/university (#4 years) 485 91 2?02 0?94, 4?33
Academy/college/university (.4 years) 365 95 3?68 1?57, 8?67
P trendy – – *** –
Maternal age (years)
#24 82 74 1?00 –
25–34 828 91 1?66 0?95, 2?88
$35 296 93 1?88 0?91, 3?91
P trendy – – NS –
Maternal smoking
No 1069 92 1?00 –
Yes 137 78 0?45 0?28, 0?70
Number of children
1 462 86 1?00 –
2 509 93 2?00 1?29, 3?12
$3 235 91 1?51 0?86, 2?66
P trendy – – * –
Geographical region
Capital and surroundings 304 93 1?00 –
East 299 89 0?71 0?40, 1?25
South 193 92 1?06 0?53, 2?11
West 205 92 1?06 0?54, 2?07
Middle 104 87 0?61 0?30, 1?24
North 101 80 0?32 0?17, 0?62
-Number and percentage of infants not receiving solid foods before 4 months of age within current independent variable. Total number
of infants (n 1343).
-
-OR and 95 % CI are adjusted for all other variables in the table.
yTest for linear trend: NS; *P , 0?05, **P , 0?01, ***P , 0?001.
association between the introduction of solid foods and the possibility to breast-feed, factors like maternal edu-
parity was observed in the present study. Compared to cation, maternal age and maternal smoking are strongly
associations reported in the literature, some have found associated with duration of exclusive breast-feeding and
an association(6,30) , while others have not(29,31) . In our breast-feeding. Research to better understand the reasons
study, boys were more likely to be introduced to solid for inequalities in breast-feeding is needed to facilitate
foods before 4 months of age than girls. Lande et al.(6) the development of more effective breast-feeding pro-
and Erkkola et al.(29) reported similar results, while Scott
et al. did not find such association(31). We found that motion strategies. This, again, may improve compliance
mothers who smoked were more likely than non-smok- with recommendations and reduce inequalities in infant
ing mothers to introduce solid foods early, and this is feeding practices.
Anne Lene Kristiansen1, *, Britt Lande2, Nina Cecilie Øverby3 dan Lene Frost Andersen1
1 Departemen Gizi, Institut Ilmu Kedokteran Dasar, Universitas Oslo, PO Box 1046, Blindern, 0316 Oslo, Norwegia: 2 Divisi Kesehatan Masyarakat,
Dikirimkan 13 Januari 2010: Diterima 21 Juni 2010: Pertama kali diterbitkan secara online 16 Agustus 2010
Abstrak
Objektif: Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan ASI eksklusif dan menyusui selama
tahun pertama kehidupan bayi Norwegia.
Rancangan: Data tentang praktik menyusui dikumpulkan dengan FFQ semi-kuantitatif.
Pengaturan: Pada tahun 2006-2007 sekitar 3000 bayi diundang untuk berpartisipasi dalam studi kohort prospektif
berbasis populasi di Norwegia.
Subyek: Sebanyak 1.490 ibu / bayi berpartisipasi pada usia 6 dan 12 bulan.
Hasil: Pemberian ASI eksklusif pada usia 4 bulan dikaitkan dengan pendidikan orang tua, paritas dan
wilayah geografis, sedangkan pemberian ASI eksklusif pada usia 5 - 5 bulan hanya dikaitkan dengan
usia ibu. Pada kedua usia, hubungan negatif dengan menyusui eksklusif diamati pada ibu yang
merokok. Menyusui pada 6 bulan dikaitkan dengan pendidikan orang tua, usia ibu dan status
perkawinan. Pemberian ASI pada 12 bulan dikaitkan dengan pendidikan ibu, usia ibu dan jumlah anak.
Pada kedua usia, asosiasi negatif dengan menyusui diamati untuk ibu yang merokok dan penurunan
berat badan lahir. Pada 12 bulan, asosiasi negatif juga diamati karena memiliki penitipan anak oleh
selain orang tua.
Kesimpulan: Meskipun Norwegia memiliki tradisi menyusui yang luas dan positif serta sistem cuti ibu
yang mendukung kemungkinan untuk menyusui, faktor-faktor seperti pendidikan ibu, usia ibu dan ibu
yang merokok sangat terkait dengan durasi pemberian ASI eksklusif dan menyusui. . Penelitian untuk
lebih memahami alasan ketidaksetaraan dalam menyusui diperlukan untuk memfasilitasi
pengembangan strategi promosi menyusui yang lebih efektif. Ini sekali lagi dapat meningkatkan Kata kunci
kepatuhan terhadap rekomendasi dan mengurangi ketidaksetaraan dalam praktik pemberian makan ASI Eksklusif
bayi. Menyusui
Praktik pemberian makan bayi
Gizi yang memadai selama masa bayi dan anak usia dini sangat penting telah dipelajari secara luas ( 3–5), penelitian sebelumnya di negara-negara
untuk memastikan pertumbuhan, kesehatan dan perkembangan anak ini jarang meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
mencapai potensi penuh mereka. ASI sangat membantu kesehatan dan eksklusif. ASI dan ASI eksklusif, secara umum, dilaporkan berhubungan
nutrisi bayi. Selain sebagai sumber nutrisi yang sangat baik untuk anak dengan usia ibu, status perkawinan, tingkat pendidikan orang tua dan
yang sedang tumbuh, ASI dikaitkan dengan penurunan risiko banyak merokok ( 6–8). Selain itu, durasi menyusui ditemukan terkait dengan
penyakit pada bayi dan ibu. Review terbaru oleh Duijts dkk. ( 1) menunjukkan berbagai faktor lain seperti status sosial, suplai ASI yang tidak
bahwa sejumlah penelitian di negara-negara industri menunjukkan bahwa mencukupi, paritas, situasi kerja ibu, masalah kesehatan bayi serta faktor
menyusui melindungi bayi dari infeksi keseluruhan, infeksi saluran cerna terkait layanan kesehatan ( 5,7).
dan saluran pernapasan. Apalagi Ip dkk. ( 2) melaporkan manfaat jangka
panjang dari menyusui bagi bayi untuk mengurangi risiko obesitas dan
diabetes tipe 2 di kemudian hari, dan manfaat jangka panjang bagi ibu Sejak 2001, WHO ( 9) telah merekomendasikan pemberian ASI eksklusif
menyusui adalah mengurangi risiko kanker payudara dan ovarium. selama 6 bulan pertama kehidupan. Pemberian ASI eksklusif diartikan
sebagai memberi ASI hanya untuk bayi tanpa makanan atau minuman
tambahan ( 10). Otoritas kesehatan Norwegia juga merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dan setelah itu
Inisiasi dan durasi pemberian ASI eksklusif dan menyusui dipengaruhi secara bertahap pengenalan makanan pendamping yang sesuai dengan
oleh beberapa faktor. Meskipun faktor-faktor yang mempengaruhi inisiasi pemberian ASI berkelanjutan ( 11). Norwegia memiliki tradisi menyusui yang
dan durasi menyusui di negara maju memiliki luas dan positif ( 12) dan dibayar lama
cuti ibu, yang mendukung kemungkinan menyusui selama tahun pertama 1998–1999 ( 14,15), dan SFFQ yang digunakan antara umur 12 bulan telah
kehidupan. Jangka waktu tunjangan orang tua adalah 46 minggu pada divalidasi ( 16). Para orang tua diminta untuk mengisi kuesioner pada hari
tunjangan 100% atau 56 minggu pada tunjangan 80% ( 13). tersebut sedekat mungkin dengan usia 6 bulan atau 12 bulan anak dan
untuk mendeskripsikan kebiasaan pemberian makan pada usia tertentu.
Berdasarkan data dari survei makanan nasional yang besar tentang Kedua SFFQ diuji dalam studi percontohan dan kemudian direvisi.
pemberian makan bayi, kami telah menyelidiki faktor-faktor yang terkait
dengan ASI eksklusif dan ASI selama tahun pertama kehidupan di Norwegia. SFFQ terakhir mencakup empat puluh dua pertanyaan pada 6 bulan
dan lima puluh satu pertanyaan pada 12 bulan. Pertanyaan tentang
pemberian ASI terkait dengan apakah anak mendapat ASI atau tidak dan
frekuensi ASInya. Asupan ASI tidak dihitung. Juga ditanyakan kapan
Metode anak berhenti menerima ASI, kapan mulai menerima susu formula bayi /
susu lain dan ketika anak diperkenalkan dengan makanan padat atau
Subjek dan desain semi padat untuk pertama kalinya. Pertanyaan tentang makanan
Sampel nasional dari sekitar 3000 bayi Norwegia dibuat oleh Statistik pendamping pada 6 dan 12 bulan mencakup kira-kira lima puluh dan 160
Norwegia. Sampel tersebut mencakup semua bayi yang lahir di Norwegia jenis makanan yang berbeda.
selama periode 3 minggu dari 17 April hingga 8 Mei 2006. Kami
berasumsi bahwa makanan bayi yang lahir pada bulan April – Mei serupa
dengan makanan bayi yang lahir pada waktu lain dalam setahun. Sang Kedua SFFQ juga memberikan informasi tentang tingkat pendidikan
ibu harus lahir di Norwegia, Swedia atau Denmark. Jika anak kembar orang tua, usia ibu, situasi kerja ibu, status perkawinan ibu, ibu yang
atau kembar tiga, orang tua hanya diminta untuk memasukkan yang merokok dan jumlah anak / paritas, asma / alergi dalam keluarga, jenis
tertua. Penelitian ini memiliki desain longitudinal dan dilakukan pada kelamin bayi, berat badan lahir bayi, usia kehamilan dan penitipan anak (
bulan Oktober – November 2006 dan April – Mei 2007, saat bayi berusia hanya pada 12 bulan).
6 dan 12 bulan. Pada 6 bulan, 1986 (67%) ibu / bayi berpartisipasi.
Mereka yang memberikan penolakan tertulis untuk berpartisipasi pada 6
bulan tidak diundang untuk berpartisipasi pada 12 bulan. Pada 12 bulan, Klasifikasi menyusui
1.635 (57%) ibu / bayi berpartisipasi. Dalam penelitian ini, Berdasarkan definisi WHO tentang menyusui ( 10), bayi yang diberi ASI
dikategorikan menjadi ASI eksklusif dan ASI. Bayi yang diberi ASI
eksklusif pada usia tertentu hanya menerima ASI dan tidak diberikan
makanan atau minuman tambahan, bahkan air, tetapi dapat menerima
suplemen vitamin-mineral. Bayi yang diberi ASI mencakup semua bayi
yang menerima ASI; baik mereka yang diberi ASI eksklusif dan mereka
Komite Regional untuk Etika Riset Medis menyetujui penelitian ini, yang telah diperkenalkan dengan minuman selain ASI dan / atau
dan persetujuan tertulis diperoleh dari ibu / orang tua. makanan pendamping.
FFQ semi-kuantitatif
Dua SFFQ dirancang untuk menggambarkan praktik pemberian makan
masing-masing pada usia 6 dan 12 bulan, dan juga untuk secara retrospektif
mendeskripsikan praktik pemberian makan sejak lahir hingga usia tertentu. Mereka
didasarkan pada SFFQ yang digunakan dalam survei diet nasional Norwegia
pertama di antara bayi di . 4 tahun. Usia ibu, dilaporkan sebagai variabel kontinu,
Menyusui di Norwegia 2089
dikategorikan menjadi tiga kelompok: # 24, 25-34 dan $ 35 tahun. Status ibu yang merokok dalam Tabel 1 Karakteristik bayi dan orang tuanya ( n 1490) Karakteristik
kehamilan diberi kode ya, ya tapi berhenti dan tidak. Status ibu yang merokok saat bayi berusia 6
Nilai-
bulan diberi kode ya dan tidak. Status perkawinan ibu dikodekan sebagai menikah, hidup
Bayi
bersama dan tidak menikah / tinggal bersama. Sepuluh kategori situasi kerja ibu sebelum
Laki-laki / perempuan 50/50
melahirkan digabungkan menjadi empat kategori: penuh waktu, paruh waktu, pelajar dan lainnya Berat lahir (g) 3595 (592)
(termasuk ibu yang bekerja di rumah / ibu rumah tangga, ibu cuti sakit, pengangguran, cacat, . 3500 59
2500–3500 37
rehabilitasi, dll.). Sepuluh kategori situasi kerja ibu ketika bayi berusia 12 bulan digabungkan
, 2500 4
menjadi empat kategori: penuh waktu, paruh waktu, cuti melahirkan dan lainnya. Empat kategori Panjang lahir (cm) 50? 3 (2? 6)
jumlah anak / paritas dikategorikan menjadi tiga kelompok: satu anak, dua anak dan tiga anak Usia kehamilan (minggu)
, 38 12
atau lebih. Lima kategori penitipan anak pada 12 bulan oleh orang lain, selain orang tua,
$ 38 88
dikategorikan sebagai tidak (penitipan oleh ibu dan / atau ayah) dan ya (penitipan oleh pengasuh Ibu ibu
anak, taman kanak-kanak atau kakek-nenek / pengasuh lainnya). Wilayah geografis digabungkan Umur (tahun) 31? 2 (4? 8)
# 24 8
menjadi enam kategori: Ibu kota dan sekitarnya, Wilayah Timur, Selatan, Barat, Tengah dan
25–34 68
Utara. Berat lahir bayi, dilaporkan sebagai variabel kontinu, dikategorikan sebagai 0,3500, $ 35 24
2500-3500 dan, 2500g. Asma / alergi dalam keluarga dikategorikan ya (ibu bayi, ayah dan / atau Status perkawinan ibu
Menikah 47
saudara kandungnya pernah atau pernah menderita asma / alergi) dan tidak. Ibu kota dan
Penduduk 49
sekitarnya, wilayah Timur, Selatan, Barat, Tengah dan Utara. Berat lahir bayi, dilaporkan sebagai Belum menikah / tinggal bersama 4
variabel kontinu, dikategorikan sebagai 0,3500, 2500-3500 dan, 2500g. Asma / alergi dalam Merokok selama kehamilan
Tidak 84
keluarga dikategorikan ya (ibu bayi, ayah dan / atau saudara kandungnya pernah atau pernah
Ya, tapi berhenti 9
menderita asma / alergi) dan tidak. Ibu kota dan sekitarnya, wilayah Timur, Selatan, Barat, Iya 6
-
Tengah dan Utara. Berat lahir bayi, dilaporkan sebagai variabel kontinu, dikategorikan sebagai Merokok-
Tidak 87
0,3500, 2500-3500 dan, 2500g. Asma / alergi dalam keluarga dikategorikan ya (ibu bayi, ayah
Iya 14
dan / atau saudara kandungnya pernah atau pernah menderita asma / alergi) dan tidak. pendidikan
Sekolah dasar dan menengah Sekolah 4
komprehensif 29
Akademi / perguruan tinggi / universitas (# 4 tahun) 39
Akademi / perguruan tinggi / universitas (.4 tahun) 28
Berkenaan dengan analisis pemberian ASI eksklusif pada usia 5? 5 Ayah
pendidikan
bulan, ada kebutuhan kategori runtuh untuk pendidikan ibu dan usia ibu
Sekolah dasar dan menengah Sekolah 7
untuk menghindari subkelompok kecil. komprehensif 45
Akademi / perguruan tinggi / universitas (# 4 tahun) 26
Akademi / perguruan tinggi / universitas (.4 tahun) 22
Kami menggunakan kedua hasil dari analisis univariat (dengan kriteria
P, 0? 10) dan bukti dari literatur untuk memutuskan variabel mana yang - Persentase untuk variabel kategori, dan sarana dengan SD untuk variabel kontinu.
Tabel 1 menyajikan karakteristik terpilih dari bayi dan orang tuanya. Dari
1.490 ibu / bayi yang berpartisipasi pada usia 6 dan 12 bulan, 93% ibu Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif
menyelesaikan kuesioner. Pendidikan ibu dan ayah, jumlah anak, wilayah geografis dan ibu yang
merokok secara signifikan
2090 AL Kristiansen dkk.
terkait dengan pemberian ASI eksklusif pada usia 4 bulan (Tabel 2). Tren pemberian ASI eksklusif secara signifikan ( P, 0? 01) lebih rendah untuk ibu yang
positif yang signifikan ditemukan untuk pendidikan ibu dan jumlah anak. merokok dibandingkan dengan ibu yang tidak merokok.
Usia ibu secara signifikan terkait dengan pemberian ASI eksklusif pada Selain itu, analisis regresi multivariat dilakukan untuk pemberian ASI
usia 5? 5 bulan (Tabel 3) dan tren positif yang signifikan diamati. Pada eksklusif pada usia 1, 2, 3 dan 5 bulan dan hasilnya dirangkum dalam
usia 4 dan 5? 5 bulan kemungkinannya Tabel 4. Pendidikan ibu ternyata merupakan variabel yang paling stabil
karena secara signifikan terkait dengan pemberian ASI eksklusif pada
kebanyakan usia. Sejak usia 3 bulan, ibu yang merokok secara signifikan
dikaitkan dengan pemberian ASI eksklusif.
100 96
92
89
86
90 84
82
84
76
80
75 70
70 63
65 Faktor yang terkait dengan menyusui
56
60
49
50 46 Pendidikan ibu dan ayah, usia ibu dan status perkawinan secara
48
40 signifikan terkait dengan menyusui pada 6 bulan (Tabel 5). Pemberian
30 ASI pada 12 bulan secara signifikan terkait dengan pendidikan ibu, usia
26
20 ibu dan jumlah anak (Tabel 5). Pada kedua usia, hubungan negatif yang
10 10 signifikan dengan menyusui diamati untuk ibu yang merokok dan untuk
0 penurunan berat badan lahir bayi, dan pada 12 bulan, asosiasi negatif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
juga diamati untuk memiliki penitipan anak selain oleh orang tua.
Umur (bulan)
- -
Karakteristik n- %- Disesuaikan ATAU- 95% CI-
Pendidikan ibu
Sekolah dasar dan menengah Sekolah 14 26 1? 00 -
komprehensif 138 37 1? 53 0? 77, 3? 02
Akademi / perguruan tinggi / universitas (# 4 tahun) 267 50 2? 13 1? 07, 4? 23
Akademi / perguruan tinggi / universitas (.4 tahun) 240 63 3? 14 1? 54, 6? 38
P. kecenderungan y - - *** -
Pendidikan ayah
Sekolah dasar dan menengah Sekolah 42 44 1? 00 -
komprehensif 240 40 0? 67 0? 42, 1? 08
Akademi / perguruan tinggi / universitas (# 4 tahun) 191 55 0? 95 0? 58, 1? 57
Akademi / perguruan tinggi / universitas (.4 tahun) 186 61 1? 00 0? 59, 1? 69
P. kecenderungan y - - NS -
Usia ibu (tahun)
# 24 26 23 1? 00 -
25–34 451 49 1? 62 0? 99, 2? 67
$ 35 182 57 1? 74 1? 00, 3? 04
P. kecenderungan y - - NS -
Ibu yang merokok
Tidak 612 52 1? 00 -
Iya 47 27 0? 43 0? 29, 0? 62
Jumlah anak
1 213 40 1? 00 -
2 301 55 1? 77 1? 37, 2? 30
$3 145 56 2? 00 1? 41, 2? 82
P. kecenderungan y - - *** -
Wilayah geografis
Modal dan sekitarnya 179 55 1? 00 -
Timur 143 42 0? 69 0? 50, 0? 96
Selatan 117 56 1? 25 0? 86, 1? 81
Barat 110 49 0? 92 0? 64, 1? 33
Tengah 54 45 0? 73 0? 47, 1? 15
Utara 56 44 0? 71 0? 46, 1? 11
- Jumlah dan persentase bayi yang diberi ASI eksklusif dalam variabel independen saat ini. Jumlah total bayi pada usia 4 bulan ( n 1343).
-
- ATAU dan 95% CI disesuaikan untuk semua variabel lain di tabel.
y Uji tren linier: NS; * P, 0? 05, ** P, 0? 01, *** P, 0? 001.
Menyusui di Norwegia 2091
- -
Karakteristik n- %- Disesuaikan ATAU- 95% CI-
Pendidikan ibu
Sekolah dasar / menengah / komprehensif 46 11 1? 00 -
Akademi / perguruan tinggi / universitas (# 4 tahun) 68 13 1? 07 0? 71, 1? 60
Akademi / perguruan tinggi / universitas (.4 tahun) 67 18 1? 32 0? 86, 2? 02
P. kecenderungan y - - NS -
Usia ibu (tahun)
, 30 46 9 1? 00 -
30–34 71 13 1? 29 0? 86, 1? 94
$ 35 64 20 2? 13 1? 39, 3? 28
P. kecenderungan y - - *** -
Ibu yang merokok
Tidak 172 15 1? 00 -
Iya 9 5 0? 34 0? 17, 0? 68
- Jumlah dan persentase bayi yang diberi ASI eksklusif dalam variabel independen saat ini. Jumlah total bayi pada usia 5? 5 bulan ( n 1343).
-
- ATAU dan 95% CI disesuaikan untuk semua variabel lain di tabel.
y Uji tren linier: NS; * P, 0? 05, ** P, 0? 01, *** P, 0? 001.
Tabel 4 Faktor yang terkait dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan-
Usia Keibuan Keibuan Keibuan Kelahiran Ayah Jumlah Geografis Asma Perkawinan /
(bulan) pendidikan usia merokok bobot pendidikan anak-anak wilayah status alergi
1 x x x
2 x x x x
3 x x x x x x
4 x x x x x
5 x x x x
5? 5 x x
- Jumlah total bayi ( n 1343), dengan x menunjukkan asosiasi signifikan yang disesuaikan ( P, 0? 05).
Selain itu, analisis regresi multivariat dilakukan untuk menyusui setiap dan wilayah geografis. Kemungkinan tidak memperkenalkan makanan padat
bulan dari usia 1 sampai 5 bulan dan dari usia 7 sampai 11 bulan dan sebelum usia 4 bulan secara signifikan lebih rendah ( P, 0? 001) untuk ibu yang
hasilnya dirangkum dalam Tabel 6. Pendidikan ibu ternyata menjadi merokok dibandingkan dengan ibu yang tidak merokok.
variabel yang paling stabil sebagai itu secara signifikan terkait dengan
menyusui pada semua usia. Usia ibu, ibu yang merokok, pendidikan
ayah, dan berat lahir bayi juga ternyata variabel yang stabil karena
menunjukkan hubungan yang signifikan dengan pemberian ASI pada Diskusi
sebagian besar usia.
Berdasarkan data dari survei makanan bayi nasional yang besar,
faktor-faktor yang terkait dengan ASI eksklusif dan menyusui selama
Faktor yang berhubungan dengan pengenalan makanan padat tahun pertama kehidupan di antara bayi Norwegia dieksplorasi. Kami
Sepuluh persen bayi diperkenalkan dengan makanan padat sebelum usia 4 bulan menemukan bahwa pemberian ASI eksklusif dan pemberian ASI pada
(yaitu pada usia 3? 5 bulan atau lebih awal). Pada kelompok ini, makanan pertama bayi usia dini secara keseluruhan tinggi. Dalam analisis regresi
yang paling banyak dikonsumsi adalah bubur yang terbuat dari jagung / beras / millet multivariat, pemberian ASI eksklusif secara signifikan dikaitkan dengan
(63% telah mengkonsumsi ini), sedangkan 25% telah mengkonsumsi bubur yang pendidikan ibu, sedangkan pemberian ASI secara signifikan dikaitkan
terbuat dari oat / gandum / barley dan 24% telah mengkonsumsi buah / beri sebelum dengan pendidikan ibu dan usia ibu. Baik ASI eksklusif maupun ASI
umurnya. dari 4 bulan. Hanya sedikit yang diperkenalkan dengan sayuran, daging atau berhubungan negatif dengan ibu yang merokok.
yoghurt sebelum usia 4 bulan.
makanan padat sebelum usia 4 bulan ditemukan dengan peningkatan pendidikan ibu Tingkat menyusui dan menyusui eksklusif
(Tabel 7). Anak perempuan memiliki kemungkinan yang jauh lebih tinggi untuk tidak Lebih dari 90% bayi dalam penelitian ini diberi ASI eksklusif pada usia 1
diperkenalkan pada makanan padat sebelum usia 4 bulan dibandingkan anak minggu, dan tingkat pemberian ASI eksklusif tinggi selama 3 bulan
laki-laki, dan hubungan yang signifikan juga ditemukan untuk jumlah anak. pertama kehidupan, tetapi kemudian menurun menjadi 10% pada 6
bulan.
2092 AL Kristiansen dkk.
- - - -
Karakteristik n- %- ATAU- 95% CI- n- %- ATAU- 95% CI-
- Jumlah dan persentase bayi yang diberi ASI dalam variabel independen saat ini. Jumlah total bayi pada usia 6 ( n 1343) dan di 12 ( n 1285) bulan.
-
- OR dan 95% CI disesuaikan untuk semua variabel lain dalam tabel, dengan pengecualian penitipan anak oleh orang selain orang tua pada usia 6 bulan.
y Uji tren linier: NS; * P, 0? 05, ** P, 0? 01, *** P, 0? 001.
umur. Data ini konsisten dengan data nasional sebelumnya dari Pendidikan ibu dan ayah
Norwegia ( 14). Data nasional dari Swedia menunjukkan tingkat pemberian Sejumlah penelitian telah mengamati bahwa pendidikan ibu secara
ASI eksklusif yang sama pada usia 1 minggu dibandingkan dengan signifikan terkait dengan pemberian ASI eksklusif dan durasi menyusui ( 4,5,7,8,19–21).
temuan kami (88%), sementara 15% bayi diberi ASI eksklusif pada usia 6 Dalam penelitian kami, kemungkinan pemberian ASI eksklusif dan
bulan ( 17). Di AS, data nasional menunjukkan rendahnya tingkat menyusui meningkat secara signifikan dengan peningkatan tingkat
pemberian ASI eksklusif pada usia 1 minggu (50%), sedangkan 14% bayi pendidikan ibu. Kami menemukan hubungan yang signifikan antara
diberi ASI eksklusif pada usia 6 bulan ( 18). pemberian ASI eksklusif pada usia 4 bulan dan pendidikan ayah, tetapi
tidak ada hubungan yang signifikan yang ditemukan pada usia 5? 5 bulan.
Hanya 1? 5% bayi dalam penelitian kami yang belum pernah disusui. Dalam studi AIBS (Semua Bayi di Swedia Tenggara), data tentang
Tingkat menyusui secara perlahan menurun dari 92% pada usia 2 bulan, pemberian ASI eksklusif tersedia untuk lebih dari 10.000 bayi yang lahir
menjadi 82% pada 6 bulan dan selanjutnya turun menjadi 46% pada usia antara tahun 1997 dan 1999 ( 7), dan pendidikan ayah yang rendah
12 bulan. Tingkat inisiasi menyusui yang tinggi juga telah dilaporkan di dilaporkan menjadi faktor risiko untuk pemberian ASI eksklusif yang
Swedia di mana 98% ibu mulai menyusui ( 17). Pada usia 2 bulan, 90% singkat (, 4 bulan). Pendidikan ayah ditemukan secara signifikan terkait
disusui, sementara 69% dan 17% bayi disusui masing-masing pada usia dengan menyusui pada setiap bulan dari usia 2 sampai 9 bulan dalam
6 dan 12 bulan ( 17). penelitian ini. Dalam sebuah penelitian di antara 10.500 wanita California,
Heck dkk. ( 22) menunjukkan hubungan positif antara menyusui dan
Inisiasi menyusui yang dilaporkan dari Amerika Serikat adalah 74% dan pendidikan ayah,
pada usia 2, 6 dan 12 bulan, tingkat menyusui yang sesuai masing-masing
adalah 63%, 43% dan 23% ( 18).
Menyusui di Norwegia 2093
dan Lanting dkk. ( 20) melaporkan bahwa wanita di Belanda yang memulai
menyusui lebih cenderung memiliki pasangan yang berpendidikan lebih tinggi.
Usia ibu
Usia ibu adalah variabel yang kuat yang telah dikaitkan dengan pemberian
ASI eksklusif dan inisiasi serta durasi menyusui ( 3–5,7). Berbeda dengan apa
yang telah dilaporkan orang lain ( 6,7), kami tidak menemukan hubungan
yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dan peningkatan usia ibu
pada usia 4 bulan. Namun, pada usia 5? 5 bulan, hubungan yang
signifikan diamati. Dalam penelitian ini, analisis multivariat menyusui
selama tahun pertama kehidupan menunjukkan bahwa usia ibu ternyata
menjadi variabel yang stabil karena secara signifikan dikaitkan dengan
menyusui pada setiap bulan dari usia 3 hingga 12 bulan.
Dalam analisis kami, ibu yang merokok ternyata menjadi variabel yang
stabil karena dikaitkan secara negatif dengan pemberian ASI eksklusif pada
setiap bulan dari usia 3 hingga 5 - 5 bulan dan dengan menyusui dari usia 2
hingga 12 bulan.
Status pernikahan
Kami menemukan hubungan yang signifikan antara status perkawinan dan
menyusui pada usia 6 bulan, tetapi tidak ada hubungan yang diamati untuk
menyusui pada usia 12 bulan atau untuk menyusui eksklusif pada usia 4 atau
5? 5 bulan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui terjadi lebih
sering di antara wanita yang sudah menikah dan wanita yang sudah menikah
menyusui untuk jangka waktu yang lebih lama ( 5),
Berat lahir
Kami tidak menemukan hubungan yang signifikan antara berat lahir bayi
dan ASI eksklusif; Namun, kemungkinan menyusui menurun secara
signifikan dengan penurunan berat badan lahir pada usia 6 dan 12 bulan.
Hal yang sama diamati oleh Lande dkk. ( 6).
2094 AL Kristiansen dkk.
Tabel 7 Disesuaikan ATAU tidak menerima makanan padat sebelum usia 4 bulan
4 bulan
- -
Karakteristik n- %- Disesuaikan ATAU- 95% CI-
- Jumlah dan persentase bayi yang tidak menerima makanan padat sebelum usia 4 bulan dalam variabel bebas saat ini. Jumlah total bayi ( n 1343).
-
- ATAU dan 95% CI disesuaikan untuk semua variabel lain di tabel.
y Uji tren linier: NS; * P, 0? 05, ** P, 0? 01, *** P, 0? 001.
Keseimbangan perawatan dikaitkan dengan penurunan durasi menyusui pada usia 6 dan
Dalam literatur, hubungan antara paritas dan menyusui tidak konsisten ( 4,5). 12 bulan.
Dalam penelitian kami, kemungkinan pemberian ASI eksklusif pada usia
4 bulan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah anak. Kami tidak Pengenalan makanan padat
mengamati pola yang konsisten antara ASI eksklusif atau ASI dan Otoritas kesehatan Norwegia merekomendasikan agar makanan padat
paritas. diperkenalkan pada usia 6 bulan, atau paling awal pada usia 4 bulan ( 11). Dalam
penelitian ini, 10% telah diperkenalkan dengan makanan padat sebelum usia
4 bulan. Data nasional dari AS ( 26) menunjukkan bahwa sekitar 29% dari
hubungan antara pengenalan makanan padat dan paritas diamati dalam kemungkinan untuk menyusui, faktor-faktor seperti pendidikan ibu, usia
penelitian ini. Dibandingkan dengan asosiasi yang dilaporkan dalam literatur, ibu dan ibu yang merokok sangat terkait dengan durasi pemberian ASI
beberapa telah menemukan hubungan ( 6,30), sementara yang lain belum ( 29,31). Dalam eksklusif dan menyusui. Penelitian untuk lebih memahami alasan
penelitian kami, anak laki-laki lebih mungkin diperkenalkan dengan makanan
ketidaksetaraan dalam menyusui diperlukan untuk memfasilitasi
padat sebelum usia 4 bulan dibandingkan anak perempuan. Lande dkk. ( 6)
pengembangan strategi promosi menyusui yang lebih efektif. Ini, sekali
lagi, dapat meningkatkan kepatuhan terhadap rekomendasi dan
dan Erkkola dkk. ( 29) melaporkan hasil serupa, sedangkan Scott mengurangi ketidaksetaraan dalam praktik pemberian makan bayi.
dkk. tidak menemukan asosiasi seperti itu ( 31). Kami menemukan bahwa ibu yang
merokok lebih mungkin memperkenalkan makanan padat lebih awal dibandingkan
ibu yang tidak merokok, dan ini konsisten dengan apa yang telah dilaporkan orang
lain ( 6,28,31).
Ucapan Terima Kasih
Dalam penelitian ini, kami menggunakan data perwakilan nasional
dari 1.490 ibu / bayi yang berpartisipasi dalam studi kohort prospektif di
Penelitian ini dengan murah hati didukung oleh dana EXTRA dari
Norwegia. Tingkat tanggapannya adalah 52%. Ketika membandingkan
Yayasan Kesehatan dan Rehabilitasi Norwegia. Para penulis
responden dengan data yang tersedia tentang semua kelahiran
menyatakan tidak ada konflik kepentingan.
Norwegia pada tahun 2006, tidak ada indikasi perbedaan mengenai jenis
ALK melakukan analisis data dan menulis naskah; BL, NCØ. dan LFA
kelamin bayi, usia kehamilan, jumlah anak, wilayah geografis atau status
membantu dan memberikan nasihat selama semua tahapan pekerjaan.
perkawinan ibu. Perbedaan kecil, yang dianggap tidak penting, terlihat
Semua penulis berkontribusi dalam diskusi dan interpretasi hasil, dan
untuk usia ibu dan berat lahir bayi, misalnya rata-rata usia ibu dalam
dalam penyusunan dan penyuntingan naskah. Penulis berterima kasih
kohort kami adalah 1 tahun lebih tinggi daripada usia rata-rata semua ibu
kepada semua anak dan orang tua mereka yang berpartisipasi dalam
yang melahirkan tahun itu. Satu-satunya informasi yang kami miliki
survei diet nasional 'Spedkost 2006–2007'. Mereka berterima kasih kepada
tentang non-responden adalah wilayah geografis, dan ini tidak berbeda
semua tenaga kesehatan yang membantu para orang tua mendapatkan
dari responden.
data tentang berat dan tinggi badan bayi, dan juga berterima kasih kepada
Tron Anders Moger yang memberikan saran untuk analisis statistik.
Kesimpulan 9. Organisasi Kesehatan Dunia (2001) Durasi Pemberian ASI Eksklusif yang
Optimal. Laporan Konsultasi Ahli.
Jenewa: WHO.
Meskipun Norwegia memiliki tradisi menyusui yang luas dan positif serta 10. Organisasi Kesehatan Dunia (2008) Indikator untuk Menilai Praktik
sistem cuti ibu yang mendukung Pemberian Makan Bayi dan Anak. Kesimpulan dari
2096 AL Kristiansen dkk.
Rapat Konsensus diadakan 6-8 November 2007 di Washington DC, AS. Jenewa: 22. Heck KE, Braveman P, Cubbin C dkk. ( 2006) Status sosial ekonomi dan
WHO. inisiasi menyusui di antara ibu California. Rep. Kesehatan Masyarakat 121, 51–59.
11. Direktorat Kesehatan Norwegia (2001) Rekomendasi Pemberian Makan
Bayi. Melaporkan tidak. IS-1019. Oslo: Direktorat Kesehatan Norwegia. 23. Horta BL, Kramer MS & Platt RW (2001) Ibu yang merokok dan risiko
penyapihan dini: meta-analisis. Am J Kesehatan Masyarakat 91, 304–307.
12. Liestol K, Rosenberg M & Walloe L (1988) Praktek menyusui di Norwegia
1860–1984. J Biosoc Sci 20, 45–58. NAB (tidak bertanggal) Manfaat orang 24. Kim J & Peterson KE (2008) Asosiasi penitipan bayi dengan praktik pemberian
13. tua saat lahir. http: // www. nav.no/Inggris/Tetap 1 di 1 Norway / makan bayi dan penambahan berat badan di antara bayi AS. Arch Pediatr
805369034.cms (diakses Adolesc Med 162, 627–633. Hendricks K, Briefel R, Novak T dkk. ( 2006)
Agustus 2009). 25. Karakteristik ibu dan anak terkait dengan praktik pemberian makan bayi dan
14. Lande B (2003) Spedkost 6 Bulan - Survei Diet Nasional Norwegia untuk balita. J Am Diet Assoc 106, Suppl. 1, S135 – S148. Briefel RR, Reidy K, Karwe
Bayi pada Usia 6 Bulan. Melaporkan tidak. IS-1074. Oslo: Direktorat V dkk. ( 2004) Studi pemberian makan pada bayi dan balita: perbaikan yang
Kesehatan Norwegia. Lande B & Andersen LF (2005) Spedkost 12 Bulan - 26. diperlukan dalam memenuhi rekomendasi pemberian makan bayi. J Am Diet
15. Survei Diet Nasional Norwegia untuk Bayi. Melaporkan Assoc 104,
tidak. IS-1248. Oslo: Direktorat Kesehatan Norwegia. Andersen LF, Lande B, Suppl. 1, S31 – S37.
16. Arsky GH dkk. ( 2003) Validasi kuesioner frekuensi makanan semi-kuantitatif 27. Brekke HK, Ludvigsson JF, van OJ dkk. ( 2005) Pemberian ASI dan
yang digunakan di antara bayi Norwegia berusia 12 bulan. Eur J Clin Nutr 57, 881–888. pengenalan makanan padat pada bayi Swedia: studi Semua Bayi di Swedia
Badan Kesehatan dan Kesejahteraan Nasional (2008) Menyusui, Anak yang Tenggara. Br J Nutr 94, 377–382. Dratva J, Merten S & Ackermann-Liebrich
17. lahir tahun 2006. http://www.socialstyrelsen.se/ publikationer2008 / 28. U (2006) Waktu pemberian makanan pendamping ASI pada bayi di Swiss:
2008-125-12 (diakses September 2009). Survei Imunisasi Nasional, Pusat sesuai dengan pedoman Swiss dan WHO. Acta Paediatr 95, 818–825.
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Departemen Kesehatan dan
18. Layanan Kemanusiaan (2006) Tingkat Menyusui Nasional AS. http:
//www.cdc. gov / breastfeeding / data / NIS_data / 2006 / age.htm (diakses 29. Erkkola M, Pigg HM, Virta-Autio P. dkk. ( 2005) Pola makan bayi dalam
studi kohort prediksi diabetes tipe I Finlandia dan studi nutrisi pencegahan. Eur
J Clin Nutr 59,
Oktober 2006). 107–113.
19. Susin LR, Giugliani ER, Kummer SC dkk. ( 1999) Apakah pengetahuan orang tua 30. Tatone-Tokuda F, Dubois L & Girard M (2009) Penentu psikososial dari
tentang menyusui meningkatkan angka menyusui? Kelahiran 26, 149–156. pengenalan awal makanan pendamping. Kesehatan Educ Behav 36, 302–320.
Scott JA, Binns CW, Graham KI dkk. ( 2009) Prediktor pengenalan awal
20. Lanting CI, Van Wouwe JP & Reijneveld SA (2005) Praktik pemberian susu 31. makanan padat pada bayi: hasil studi kohort. BMC Pediatr 9, 60.
bayi di Belanda dan faktor-faktor terkait. Acta Paediatr 94, 935–942.
21. Yngve A & Sjostrom M (2001) determinan menyusui dan kerangka kerja yang 32. Li R, Scanlon KS & Serdula MK (2005) Validitas dan reliabilitas ingatan ibu
disarankan untuk tindakan di Eropa. Nutr Kesehatan Masyarakat 4, 729–739. tentang praktik menyusui. Nutr Rev 63, 103–110.