Anda di halaman 1dari 85

ALTERNATIF JUDUL 1

NAMA : FITRI UTARI


NIM : 19251007P
KELAS :A

FORMAT USULAN JUDUL SKRIPSI

1. ALTERNATIF JUDUL/TEMA 1
Hubungan Usia Kehamilan, Gemelli, dan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum (HEG) di………….Tahun 2020.

2. LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang diianjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu empat puluh minggu
(Prawirohardjo, 2011).
Selama kehamilan terjadi adaptasi anatomis, fisiologis dan biokimiawi yang mencolok.
Perubahan ini dimulai segera setelah pembuahan dan berlanjut selama kehamilan. Sebagian
besar perubahan terjadi sebagai respon terhadap rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh
janin dan plasenta (Cunningham, 2012).
Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan ini
biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan rasa lemah pada badan.
Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai "morning sickness" (Gunawan, Manengkei
dan Ocviyanti, 2011).
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala wajar dan sering kedapatan
pada kehamilan trimester 1. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap
saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Prawirohardjo, 2011).
Gejala awal kehamilan pada sebagian besar wanita adalah mual, dengan atau tanpa
muntah. Lima puluh hingga sembilan puluh persen (50%-90%) wanita hamil mengalami mual
dan muntah selama trimester pertama kehamilan, umumnya terjadi pada minggu ke-4 dan ke-6
usia kehamilan dengan puncak antara minggu ke-8 hingga ke-12. Bentuk yang lebih berat dari
mual dan muntah dikenal dengan hiperemesis gravidarum (Lacasse dkk, 2009).
Hiperemesis gravidarum adalah bentuk berat dari mual dan muntah yang ditandai dengan
dehidrasi, gangguan elektrolit, metabolik dan defisiensi nutrisi. Kejadian ini merupakan alasan
paling umum untuk rawat 1 2 inap pada awal kehamilan. Hiperemesis gravidarum bertanggung
jawab terhadap peningkatan penggunaan perawatan kesehatan, rumah sakit, hiiangnya waktu
kerja dan mengurangi kualitas hidup selama kehamilan (Vikanes, 2013).
Tiga puluh lima persen dari wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum, mual dan
muntah menjadi penting secara klinis, berakibat pada kehilangan waktu kerja dan berdampak
rusaknya hubungan keluarga. Suatu kondisi dengan muntah yang persisten, kehilangan berat
badan lebih dari 5%, ketonuria, gangguan eletrolit seperti hipokalemia, dan dehidrasi disebut
sebagai hiperemesis gravidarum. Dan kondisi seperti ini memerlukan perawatan intensif di
rumah sakit (Niebyl, 2010).
Insiden hiperemesis gravidarum cukup beragam mulai dari 0,3-2% dari seluruh kehamilan
(Fell et al., 2006). Di Amerika Serikat, insiden terjadinya hiperemesis gravidarum (HEG)
adalah 0,3-2% dari seluruh kehamilan atau kurang lebih 5 dari 1000 kehamilan (Widayana,
Magadhana dan Kemara, 2013).
Di Swedia 0,3% dari seluruh kehamilan, di California 0,5% di Canada 0,8%, di China
10,8%, di Norwegia 0,9%, di Pakistan 2,2%, di Turki 1,9% dan 1-3% dari seluruh kehamilan di
Indonesia (Yasa, 2012). Sebuah studi dari 3.350 populasi dengan kehamilan tunggal di Asia
Timur mengamati kejadian hiperemesis gravidarum sebanyak 119 (3,6%) dari populasi. Insiden
hiperemesis gravidarum tertinggi di Shanghai, Cina yaitu sebanyak 1.867 kasus dengan
kejadian 10,8% (Fejzo et al, 2009).
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan berbagai komplikasi yaitu gagal ginjal akut,
robekan Mallory-Weiss, ruptur esofagus, Wernicke encephalopathy, pneumothoraks,
pendarahan intrakranial janin, bayi prematur, berat bayi lahir rendah, vasospasme arteri
serebral, serta beban psikologis (Cunningham, 2012).
Penyebab hiperemesis gravidarum saat ini belum diketahui secara pasti dan multifaktorial.
Diduga adanya gangguan keseimbangan hormonal seperti p-hCG, estrogen, dan progesteron,
tiroksin, kortisol, diperkirakan 3 sebagai faktor penyebab penting. Beberapa faktor risiko
hiperemesis gravidarum yang dilaporkan adalah riwayat hiperemesis gravidarum pada
kehamilan sebelumnya, ibu atau saudara perempuan dengan hiperemesis gravidarum,
kehamilan ganda atau gemelli, penyakit trofoblas atau mola hidatidosa, usia ibu yang terlalu
muda, yaitu kurang dan 20 tahun, primigravida /nullipara, faktor adaptasi dan hormonal : wanita
hamil dengan anemia akan meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum, faktor psikologis,
defisiensi vitamin B, dan obesitas (Sari, 2013).
Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka kejadiannya masih
cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih dari sekali.
Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan sulit sembuh membuat pasien
depresi. Pada kasus-kasus ekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi
kehamilan. Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum antara
lain hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan berlebih, kehamilan
multipel, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok (Gunawan, Manengkei dan Ocviyanti,
2011).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu
(AKI) masih cukup tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi hasil
(SDKI) 2014 lebih rendah dari pada hasil 2010, angka kematian bayi tahun 2012 adalah 32
kematian per 1000 kelahiran hidup, dan salah satu penyebab kematian di Indonesia adalah bayi
berat lahir rendah (SDKI,2014). Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia diperoleh data ibu
dengan hiperemesis gravidarum mencapai 14,8 % dari seluruh kehamilan. Keluhan mual dan
muntah terjadi pada 60-40 % multigravida.
Hiperemesis gravidarum pada kehamilan muda merupakan salah satu komplikasi sebagai
akibat langsung kehamilan. Meskipun bukan merupakan faktor utama penyebab kematian ibu di
Indonesia, tetapi kejadian emesis cukup besar yaitu 60-80% ada primigravida dan 40-60% pada
multigravida dan satu diantara 1000 kehamilan mengalami gejala lebih berat. Oleh karena itu
mual dan muntah tidak bisa dianggap ringan karena pada saat usia kehamilan muda organ-organ
vital janin terbentuk dan mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan janin yang dikandungnya
sehingga zat besi tidak dapat diserap oleh janin (Hackley & Barbara, 2012).
Kehamilan dengan hiperemesis gravidarum menurut World Health Organization (WHO)
mencapai 12,5% dari seluruh jumlah kehamilan di dunia dengan angka kejadian yang beragam
yaitu mulai dari 0,3% di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di
Norwegia, 2,2% di Pakistan, dan 1,9% di Turki. Sedangkan angka kejadian hiperemesis
gravidarum di Indonesia adalah mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan (Maruroh dan Ikke
R,2016:204).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang muncul secara berlebihan selama
hamil. Mual dan muntah (morning sickness) pada kehamilan trimester awal sebenarnya normal.
Namun pada hiperemesis gravidarum, mual dan muntah dapat terjadi sepanjang hari dan berisiko
menimbulkan dehidrasi. Tidak hanya dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ibu
hamil mengalami gangguan elektrolit dan berat badan turun. Hiperemesis gravidarum perlu
segera ditangani untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada ibu hamil dan janin yang
dikandungnya (Tjin Willy, 2019).
Berdasarkan latarbelakang tersebut peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Usia Kehamilan, Gemelli, dan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum di………..Tahun 2020”.

3. RUMUSAN MASALAH

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti menentukan rumusan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Secara Simultan
Adakah hubungan usia kehamilan, gemelli, dan jarak kehamilan secara secara simultan
dengan kejadian hyperemesis gravidarum?
2. Secara Parsial
a. Adakah hubungan antara usia kehamilan secara parsial dengan kejadian
hyperemesis gravidarum ?
b. Adakah hubungan antara gemelli secara parsial dengan kejadian hyperemesis
gravidarum ?
c. Adakah hubungan antara jarak kehamilan secara parsial dengan kejadian
hyperemesis gravidarum ?

4. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan usia kehamilan, gemelli, dan jarak kehamilan secara secara
simultan dengan kejadian hyperemesis gravidarum
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan usia kehamilan secara parsial dengan kejadian
hyperemesis gravidarum.
2. Untuk mengetahui hubungan gemelli secara parsial dengan kejadian hyperemesis
gravidarum.
3. Untuk mengetahui hubungan jarak kehamilan secara parsial dengan kejadian
hyperemesis gravidarum.
3. METODELOGI PENELITIAN YANG DIGUNAKAN

Desain penelitian ini menggunakan metode survei analitik melalui pendekatan cross-
sectional. Rancangan penelitian cross-sectional adalah suatu penelitian yang semua
variabelnya, baik variabel dependen (kejadian hyperemesis gravidarum) maupun independen
(usia kehamilan, gemelli, dan jarak kehamilan) diobservasi atau di kumpulkan sekaligus dalam
waktu yang sama.

4. DAFTAR PUSKATA UTAMA


1. Cunningham, FG. 2012. Obstetri Williams volume 1. EGC, Jakarta, Indonesia.
2. Manuaba, Dkk, 2015, Pengantar Kuliah Obstetri, EGC, Jakarta, 921 halaman.
3. Manuaba, Dkk, 2016, Buku Ajar Obstetri Patologi, EGC, Jakarta, 164 halaman.
4. Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan : "Metode Pengambilan Sampel".
Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia. Hal 891-893.
5. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Dalam: Saifuddin
AB, dkk (Editor). PT. Bina Pustaka Sanvono Prawirohardjo, Jakarta, Indonesia.
6. Prawiroharjo, Sarwono, 2014, Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta,
982 halaman.
7. Wiknjosastro,1994, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta,
992 halaman
5. LAMPIRAN JURNAL YG RELEVAN DENGAN JUDUL
1) JURNAL INTERNASIONAL MINIMAL 1 JURNAL (PDF) DAN TRANSLETE
2) JURNAL NASIONAL MINIMLA 2 JURNAL (PDF)
ALTERNATIF JUDUL 2

1. ALTERNATIF JUDUL/TEMA 2
Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan, Dukungan Keluarga, dan Pengetahuan Ibu dengan
Pemberian ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan di…..Tahun 2021

2. LATAR BELAKANG
ASI merupakan makanan yang paling baik bagi bayi karena mengandung anti bodi dan
zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi, tetapi saat ini banyak ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif. Tindakan ini menyebabkan anak mudah terserang penyakit, karena daya tahan
tubuhnya melemah. Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif, akan lebih rentan terhadap
penyakit seperti ISPA, diare, alergi (Roesli, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian 1000 bayi yang saat lahir mendapatkan ASI ada sebanyak
984 bayi yang mampu bertahan hidup sampai berusia tepat 1 tahun. Angka ini jauh lebih tingi
bila dibandingkan dengan ketahanan hidup bayi yang tidak mendapatkan ASI. Probabilitas
kumulatif ketahanan hidup bayi menurut durasi pemberian ASI adalah: pemberian ASI 0 bulan
ketahanan hidupnya adalah 71%, pemberian ASI 1-2 bulan ketahanan hidupnya adalah 91%, 3
bulan adalah 94%, 5 bulan adalah 96%, dan 6 bulan atau lebih adalah 99%(Nurmiati, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu perubahan sosial
budaya, faktor psikologis, faktor fisik ibu, faktor kekurangan petugas kesehatan, sehingga
kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI, meningkatnya
promosi susu formula sebagai pengganti ASI, informasi yang salah justru datang dari petugas
kesehatan sendiri yang menganjurkan pengganti ASI dengan susu formula. Memberi ASI pada
bayi dianggap tidak modern dan menempatkan ibu pada kedudukan lebih rendah dibandingkan
dengan ibu golongan atas (Soetjiningsih, 1997).
Beberapa penelitian yang terkait dengan ASI eksklusif adalah penelitian yang dilakukan
Mamonto(2015) 4), memperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara petugas kesehatan
dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh (p=0,005). Penelitian Anggorowati (2013) Desa
Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal, ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
pemberian ASI eksklusif dengan (p=0,003).
Hasil penelitian dari Rahmawati (2010), memperoleh hasil bahwa ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bontocani
dengan p value (p=0,000).
Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2015), tentang hubungan sikap ibu dan
promosi iklan susu formula dengan pemberian ASI Eksklusif di puskesmas Baitussalam Aceh
Besar, menunjukkan terdapat hubungan antara promosi iklan susu formula (p=0,020) dengan
pemberian ASI eksklusif. Promosi susu formula dalam hal ini mempunyai pengaruh untuk
pemberian ASI eksklusif. Cakupan secara global pemberian ASI eksklusif di dunia pada tahun
2014 mencapai 36% dengan cakupan ASI eksklusif terendah yaitu sebesar 1% dan cakupan ASI
ekslusif tertinggi yaitu sebesar 85%. Rata-rata cakupan pemberian ASI eksklusif di dunia pada
Tahun 2014 berjumlah 34% (WHO, 2015).
Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun 2012 terdapat
data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 42%
dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun dengan bertambahnya usia bayi yakni,
41% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-5%, dan 13% bayi di bawah dua bulan
telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan.
Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada Tahun 2013 sebesar
54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase
pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 79,74%, diikuti oleh
Sumatera Selatan sebesar 74,49%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 74,37%. Dari seluruh
provinsi di Indonesia cakupan pemberian ASI eksklusif terendah yaitu Provinsi Maluku sebesar
25,21%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 33,65% dan Sulawesi Utara sebesar 34,67%
(Kemenkes RI, 2013).
WHO mengeluarkan program Millenium Development Goals (MDG’s) yang terdiri dari
delapan pokok bahasan, salah satunya adalah menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).
Cakupan ASI Eksklusif di Negara ASEAN seperti India sudah mencapai 46%, di Philipina
34%, di Vietnam 27% dan di Myanmar 24%, sedangkan di Indonesia sudah mencapai 54,3
(INFODATIN, 2014).
Pada tahun 2015 Millennium Develepment Goals (MDG’s) Indonesia menargetkan
penurunan sebesar 23 untuk angka kematian bayi dan balita dalam kurun waktu 2009-2015.
Oleh sebab itu, Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan angka kematian bayi dari
68/1.000 kelahiran hidup menjadi 23/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita dari
97/1.000 kelahiran hidup menjadi 32/1.000 kelahiran hidup. Salah satu rangka menurunkan
AKB, dapat dilakukan dengan pemberian ASI Eksklusif (Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, 2010).
Universitas Sumatera Utara 2 Dari 136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6%
dari mereka yang disusui secara Eksklusif dalam 6 bulan pertama. Sedangkan di negara
industri, bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif lebih besar meninggal dari pada bayi yang diberi
ASI Eksklusif. Sementara di negara berkembang hanya 39% Ibuibu yang memberikan ASI
Eksklusif (UNICEF, 2013).
UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan dapat
mencegah kematian 1,3 juta anak berusia dibawah 5 tahun. Suatu penelitian di Ghana yang
diterbitkan dalam jurnal pediatric menunjukkan 16 % kematian bayi sejak lahir (Baskoro,
2008).
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang pemberian
ASI secara Eksklusif di Indonesia tanggal 7 April 2004 telah menetapkan ASI Eksklusif di
Indonesia selama 6 bulan dan semua tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua
Ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI secara Eksklusif (Kementerian Kesehatan RI,
2014).
Secara nasional cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 0-6 bulan di Indonesia
berfluktuasi dalam enam tahun terakhir, menurut data Susenas cakupan ASI Eksklusif sebesar
34,3% pada tahun 2009, tahun 2010 menunjukkan bahwa baru 33,6% bayi kita mendapatkan
ASI, tahun 2011 angka itu naik menjadi 42% dan menurut SDKI tahun 2012 cakupan ASI
Eksklusif sebesar 27%. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara cakupan pemberian
ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tahun 2013 adalah sebanyak 41,3% (Dinkes Sumut,
2013).
Universitas Sumatera Utara 3 Menurut Derek, jumlah wanita yang memilih menyusui
sendiri bayinya mulai berkurang. Jumlah terendah kurang dari 40% yang memilih ASI, dan
pada minggu keenam setelah melahirkan, kurang dari 20% memberi ASI kepada bayinya. Sejak
itu ada kecenderungan untuk memberi ASI, khususnya wanita kelas menengah, dan sekarang
sekitar 75% wanita mulai menyusui 3 bulan kemudian (Derek, 2005).
Rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Indonesia dibandingkan dengan negara
berkembang lainnya dan negara-negara ASEAN tentu menyumbang akibat yang tidak baik bagi
kesehatan bayi. Menurut Kemenkes 2010, menyusui dampaknya sangat signifikan dalam
menurunkan angka kematian anak. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk memberikan ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Demikian juga yang diungkapkan oleh WHO (2005) bahwa
hampir 90% kematian anak balita terjadi di negara berkembang dan 40% lebih kematian
disebabkan oleh diare dan infeksi saluran pernafasan akut yang sebernarnya dapat dicegah
dengan pemberian ASI Eksklusif. Menyusui merupakan pemberian yang sangat berharga yang
dapat diberikan seorang ibu kepada bayinya. Bayi dalam keadaan sakit atau kurang gizi
menyusui mungkin sangat baik diberikan. ASI sejenis makanan lezat, manis, dapat dibawa
kemana-mana, siap pakai pada suhu yang tepat, mudah dicerna, benilai gizi tinggi, dan
komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan bayi yang selalu berubah. Makanan
tersebut demikian lengkapnya sehingga dapat memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi
sejak lahir sampai berumur 6 bulan dan tersedia secara gratis (Danuatmaja, 2003).
Universitas Sumatera Utara 4 Manfaat pemberian ASI Eksklusif sangat luas dan beragam
terutama bagi ibu dan bayi serta keluarga. Bagi Ibu dan bayi, pemberian asi eksklusif akan
menumbuhkan jalinan kasih sayang yang mesra antara ibu dan bayi baru lahir. Hal ini
merupakan awal dari keuntungan menyusui secara Eksklusif. Bagi keluarga, pemberian ASI
Eksklusif akan membawa manfaat dari aspek ekonomi, psikologi dan kemudahan (Arini, 2012).
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2016 menyatakan bahwa
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas 7 Ulu Palembang yaitu
65,0%, masih dibawah target cakupan ASI ekslusif 6 bulan yaitu sebesar 80%.
Di Provinsi Sumatera Selatan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi Tahun 2013
sebanyak 63,9%. Dan pada Tahun 2014 JKK, Volume 5, No 3, Oktober 2018: 133-137 135 p-
ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411 mengalami peningkatan cakupan pemberian ASI
Eksklusif pada bayi menjadi 64,5%. 5
Dinas Kesehatan Kota Palembang menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada
bayi Tahun 2013 sebanyak 71,13%. Tahun 2014 cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi
mengalami peningkatan menjadi 74,18% Cakupan ini masih di bawah target pencapaian
pemberian ASI Ekslusif Indonesia yaitu 80%. Sedangkan bayi yang mendapatkan MP-ASI
secara dini sebanyak 25,82%.
Berdasarkan latarbelakang tersebut peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan, Dukungan Keluarga, dan Pengetahuan Ibu dengan
Pemberian ASI Ekslusif di …..Tahun 2021”.

3. RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti menentukan rumusan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Secara Simultan
Adakah hubungan dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga, dan pengetahuan ibu
dengan pemberian ASI ekslusif di …..tahun 2021?
2. Secara Parsial
a. Adakah hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI ekslusif di
…..tahun 2021?
d. Adakah hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI ekslusif di …..tahun
2021?
e. Adakah hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI ekslusif di …..tahun
2021?

1. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Penelitian
1. Secara Simultan
Untuk mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga, dan
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI ekslusif di …..tahun 2021.
2. Secara Parsial
a. Untuk mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI
ekslusif di …..tahun 2021.
b. Adakah hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI ekslusif di …..tahun
2021.
c. Adakah hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI ekslusif di …..tahun
2021.

2. METODELOGI PENELITIAN YANG DIGUNAKAN


Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan menggunakan pendekatan
cross secctional dimana data variabel independent (dukungan petugas kesehatan, dukungan
keluarga, dan pengetahuan ibu) dan variabel dependen (pemberian ASI eksklusif) dikumpulkan
secara bersamaan.

3. DAFTAR PUSKATA UTAMA


1. Maryunani, Anik. (2012). Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif Dan Manajemen Laktasi.
Jakarta : CV. Trans Info Media.
2. Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
3. Pedoman_Penyelenggaraan Pekan ASI Sedunia (PAS) Tahun 2017. www.depkes.go.id
4. Soetjiningsih, 1997, ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, EGC, Jakarta.
5. Suherni, S. (2009). Perawatan Masa Nifas . Yogyakarta: Fitramaya.
6. Suradi, R., & Tobing, H.K.P. (2004). Bahan bacaan manajemen laktasi. Jakarta : Perinasia.
1. LAMPIRAN JURNAL YG RELEVAN DENGAN JUDUL
1) JURNAL INTERNASIONAL MINIMAL 1 JURNAL (PDF) DAN TRANSLETE
2) JURNAL NASIONAL MINIMLA 2 JURNAL (PDF)
Vol XI No. 2 November 2019

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM


PADA IBU HAMIL DI RB ZAKAT SURABAYA

Siska Nurul Abidah1, Fauziyatun Nisa’2


Prodi D3 Bidan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
1,2

Jalan SMEA No.57 Wonokromo Surabaya


Email: siskanurul@unusa.ac.id, fauziyatun.nisa@unusa.ac.id

ABSTRAK

Mual dan muntah merupakan hal yang fisiologis terjadi dalam kehamilan muda, tetapi mual
dan muntah berlanjut semakin berat akan menyebabkan hiperemesis gravidarum yang dapat
menyebabkan dehidrasi dan asidoketotik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor- faktor
yang berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil. Penelitian ini
menggunakan teknik total sampling dengan pengambilan sampel dilakukan pada total populasi
yang berjumlah 45 orang selama 3 bulan, populasi dan sampel adalah ibu hamil yang periksa di
RB Zakat Surabaya. Pengumpulan data berupa buku register di RB Zakat Surabaya bulan Juni-
Agustus 2019. Menggunakan uji Chi-square. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan antara
gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p=0,000), ada hubungan antara kehamilan
ganda dengan kejadian hiperemesis gravidatum (p=0,024), tidak ada hubunga antara mola
hidatidosa dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p=0,222), tidak ada hubungan anatara
gastritis dengan kejadian hiperemesis gravidarum (0,358). Diharapkan petugas kesehatan agar
meningkatkan penyuluhan dan konseling bagi ibu hamil untuk mengatasi keluhan hiperemesis
gravidarum.

Kata kunci: Ibu Hamil, Hiperemesis gravidarum

ABSTRACT

Nausea and vomiting are physiological things that occur in young pregnancies, but
nausea and vomiting get heavier will cause hyperemesis gravidarum which can cause dehydration
and acidooticosis. This study discusses to analyze the factors associated with the incidence of
hyperemesis gravidarum in pregnant women. This study uses a total sampling technique that is
sampling done with a total population obtained by 45 people for 3 months, the population and
sample are pregnant women examined at RB Zakat Surabaya. Data collection in the form of a
register at RB Zakat Surabaya in June-August 2019. Using Chi-square test. The results of the
statistical test obtained there is a relationship between gravida with the incidence of hyperemesis
gravidarum (p = 0,000), there is a relationship between multiple assessments with the incidence of
hyperemesis gravidarum (p = 0.024), there is no relationship between hydatidiform mole with the
incidence of hyperemesis gravidarum (p = 0.222), whether there is a relationship between gastritis
and hyperemesis gravidarum (0.358). It is hoped that health workers will increase counseling and
counseling for pregnant women to overcome hyperemesis gravidarum complaints.

Keywords: Pregnant Women, Hyperemesis gravidarum

Embrio, Jurnal Kebidanan Page 94


Vol XI No. 2 November 2019

PENDAHULUAN dengan hiperemesis gravidarum mencapai


Mual dan muntah merupakan hal yang 14,8 % dari seluruh kehamilan. Keluhan mual
umumnya terjadi dalam kehamilan dan dan muntah terjadi pada 60-40 %
merupakan kondisi yang fisiologis yang wajar multigravida.
terjadi pada kehamilan muda, yang dialami Hiperemesis gravidarum pada kehamilan
oleh 50%-80% wanita hamil. Mual dan muda merupakan salah satu komplikasi
muntah jika berlanjut menjadi semakin berat sebagai akibat langsung kehamilan.
akan menyebabkan gangguan kehamilan Meskipun bukan merupakan faktor utama
yang disebut hiperemesis gravidarum yang penyebab kematian ibu di Indonesia, tetapi
dialami oleh 1 dalam 1000 wanita hamil, yang kejadian emesis cukup besar yaitu 60-80%
dapat menyebabkan dehidrasi dan ada primigravida dan 40-60% pada
asidoketotik (Price & Wilson, 2015). multigravida dan satu diantara 1000
Menurut WHO pada tahun 2015 kehamilan mengalami gejala lebih berat.
sebanyak 303.000 perempuan meninggal Oleh karena itu mual dan muntah tidak bisa
selama dan setelah kehamilan dan dianggap ringan karena pada saat usia
persalinan. Sekitar 830 wanita meninggal kehamilan muda organ-organ vital janin
akibat komplikasi terkait kehamilan atau terbentuk dan mengakibatkan terlambatnya
melahirkan diseluruh dunia setiap hari. pertumbuhan janin yang dikandungnya
Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah sehingga zat besi tidak dapat diserap oleh
persalinan atau kelahiran terjadi di negara- janin (Hackley & Barbara, 2012).
negara berkembang. Rasio kematian ibu per Pada kehamilan, selain terjadi
100.000 kelahiran bayi hidup jika perubahan fisiologis juga disertai perubahan
dibandingkan dengan rasio kematian ibu di psikologis. Menurut Prawirohardjo (2012)
12 negara maju dan 51 negara selain faktor fisiologis, psikologis memegang
persemakmuran (WHO, 2015). peranan yang tak kalah penting dalam
Berdasarkan Survei Demografi dan timbulnya hiperemesis gravidarum. Perasaan
Kesehatan Indonesia (SDKI), angka mual ini disebabkan karena meningkatnya
kematian ibu (AKI) masih cukup tinggi yaitu kadar hormon estrogen dan Hormon
359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam serum.
kematian bayi hasil (SDKI) 2014 lebih rendah Perubahan fisiologis kenaikan hormon ini
dari pada hasil 2010, angka kematian bayi belum jelas, mungkin karena sistem saraf
tahun 2012 adalah 32 kematian per 1000 pusat atau pengosongan lambung yang
kelahiran hidup, dan salah satu penyebab berkurang (Depkes RI, 2013).
kematian di Indonesia adalah bayi berat lahir Faktor psikis bisa memicu atau
rendah (SDKI,2014). Berdasarkan hasil memperburuk muntah. Berat badan penderita
penelitian di Indonesia diperoleh data ibu dapat menurun dan terjadi dehidrasi,

Embrio, Jurnal Kebidanan Page 95


Vol XI No. 2 November 2019

sehingga darah menjadi kental atau mengatakan tidak tahu tentang penyebab
hemokonsentrasi yang dapat melambatkan emesis gravidarum.
peredaran darah. Hal tersebut bisa Sehingga dari uraian tersebut, penulis
mengurangi konsumsi oksigen dan makanan tertarik melakukan penelitian faktor-faktor
ke jaringan yang bisa menimbulkan yang berhubungan dengan hiperemesis
kerusakan jaringan dan menambah beratnya gravidarum pada ibu hamil trimester I di RB
keadaan janin dan wanita hamil. Selain itu Zakat Surabaya.
muntah yang berlebihan menyebabkan
pecahnya pembuluh darah kapiler pada METODE
lambung sehingga muntah bercampur darah. Desain penelitian ini dilakukan dengan
Pembesaran bayi dalam rahim sangat pendekatan retrospektif untuk mengatahui
tergantung terhadap asupan nutrisi ibu hamil. faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
Muntah yang berlebihan akan membuat hiperemesis gravidarum. Populasi dan
membuat tubuh kehilangan cairan dan hal ini sampel yang digunakan dalam penelitian ini
akan menggangu sirkulasi darah dan adalah seluruh ibu hamil yang mengalami
metabolisme tubuh janin sehingga dapat hiperemesis gravidarum yang tercatat
menyebabkan bayi tumbuh kecil dalam rahim didalam buku register RB Zakat bulan Juni-
atau Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) Agustus 2019 berjumlah 45 orang.
dan intra uterine fetal death (IUFD) (Tiran & Teknik sampel menggunakan teknik
Denise, 2013). total sampling yaitu dengan pengambilan
Hiperemesis gravidarum umumnya sampel dilakukan pada total populasi yang
sembuh dengan sendirinya (selflimiting) berjumlah 45 orang. Peneliti mengajukan
tetapi yang sering umum terjadi permohonan pengambilan data dari LPPM
penyembuhan berjalan lambat dan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
berkurang. Kondisi ini paling sering terjadi kepada Kepala RB Zakat. Setelah
diantara wanita primigravida dan cenderung mendapatkan ijin pengambilan data,
terjadi lagi pada kehamilan berikutnya kemudian melakukan pendekatan dengan ibu
(Purniantika, 2011). dan menjelaskan tentang metode penelitian
Bidan sebagai tenaga kesehatan serta melakukan inform consent.
mempunyai peran yang penting untuk Pengumpulan data dilakukan dengan
mengatasi hiperemesis gravidarum. menggunakan data sekunder berupa buku
Berdasarkan studi pendahuluan yang register. Buku register berisi data rekam
dilakukan di RB Zakat didapat 15 orang ibu medik dan dikelompokkan menjadi lembar
hamil trimester pertama 12 (80%) orang isian penelitian untuk selanjutnya dilakukan
mengalamai emesis gravidarum diantaranya analisa variabel penelitian.

Embrio, Jurnal Kebidanan Page 96


Vol XI No. 2 November 2019

Data yang telah dikumpulkan kemudian Gravidarum pada ibu hamil di


RB Zakat Surabaya Tahun 2019
diolah secara manual dengan menggunakan Kehamil Hiperemesis Total P
program SPSS. Hasil pengolahan data an ganda Gravidarum
Hiperemesis Tidak
disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Gravidarum Hiperemesis
Gravidarum
Analisa data yang digunakan adalah N % N % n %
univariat, bivariat dengan uji statistik Ya 23 64 13 36 36 100
0,024
Tidak 2 22 7 78 9 100
menggunakan Chi-Square.

Berdasarkan tabel 2 didapatkan


HASIL
sebagian besar (64%) responden dengan
1. Hubungan Gravida dengan
kehamilan ganda mengalami hiperemesis
Hiperemesis Gravidarum
gravidarum, sedangkan sebagian kecil
Tabel 1 Hubungan antara Gravida
(22%) responden dengan kehamilan tidak
dengan Hiperemesis
Gravidarum pada Ibu hamil di ganda tidak mengalamai hiperemesis
RB Zakat Surabaya Tahun 2019
Gravida Hiperemesis Total P
gravidarum.
Gravidarum Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
Hiperemesis Tidak
Gravidarum Hiperemesis 0,024 hal ini menunjukkan bahwa p< 0,05
Gravidarum
N % N % n % yang berarti ada hubungan antara
Primigra kehamilan ganda dengan kejadian
24 71 10 29 34 100
vida
0,000 hiperemesis gravidarum.
Multigra
1 9 10 91 11 100
vida

3. Hubungan Mola Hidatidosa dengan


Tabel 1 menunjukkan bahwa
Hiperemesis Gravidarum
sebagian besar (71%) responden
Tabel 3 Hubungan antara Mola
primigravida mengalami hiperemesis
Hidatidosa dengan
gravidarum, sedangkan sebagian besar Hiperemesis Gravidarum pada
ibu hamil di RB Zakat Surabaya
(91 %) responden multigravida tidak
Tahun 2019
mengalami hiperemesisi gravidarum. Mola Hiperemesis Total P
Hidati Gravidarum
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = dosa Hiperemesis Tidak
Gravidarum Hiperemesis
0,000 hal ini menunjukkan bahwa p< 0,05 Gravidarum
yang berarti ada hubungan antara gravida N % N % n %
Ya 6 75 2 25 8 100
dengan kejadian gravidarum. 0,222
Tidak 19 51,4 18 48,6 37 100

2. Hubungan Kehamilan Ganda dengan Berdasarkan tabel 3 didapatkan


Hiperemesis Gravidarum bahwa sebagian besar (75%) responden
Tabel 2 Hubungan antara kehamilan dengan molahidatidosa mengalami
ganda dengan Hiperemesis
hiperemesis gravidarum, sedangkan

Embrio, Jurnal Kebidanan Page 97


Vol XI No. 2 November 2019

sebagian besar (51,4 %) responden yang PEMBAHASAN


dengan molahidatidosa mengalami 1. Hubungan antara gravida dengan
hiperemesis gravidarum. kejadian hiperemesis gravidarum pada
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = ibu hamil
0,222 hal ini menunjukkan bahwa p> 0,05 Berdasarkan tabel 1 didapatkan
yang berarti tidak ada hubungan antara bahwa sebagian besar (71%) responden
molahidatidosa dengan kejadian primigravida mengalami hiperemesis
hiperemesis gravidarum. gravidarum, sedangkan sebagian besar
(91 %) responden multigravida tidak
4. Hubungan Gastritis dengan mengalami hiperemesisi gravidarum. Hasil
Hiperemesis Gravidarum uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 hal ini
Tabel 4 Hubungan antara Gastritis menunjukkan bahwa p< 0,05 yang berarti
dengan Hiperemesis
ada hubungan antara gravida dengan
Gravidarum pada ibu hamil di
RB Zakat Surabaya Tahun 2019 kejadian hiperemesis gravidarum.
Gastri Hiperemesis
tis Gravidarum
Total P Hal ini disebabkan karena pada

Hiperemesis
Tidak primigravida belum ada kesiapan secara
Hiperemesis
Gravidarum fisik untuk menerima pertumbuhan dan
Gravidarum
N % N % N %
perkembangan janin di dalam rahimnya
Iya 18 47 20 53 38 100
0,358 dengan kata lain pada primigravida belum
Tidak 2 29 5 71 7 100
ada pengalaman melahirkan sehingga
Berdasarkan tabel 4 didapatkan mampu beradaptasi dalam perubahan-
bahwa sebagian besar (53%) responden perubahan yang terjadi selama kehamilan
dengan riwayat gastritis tidak mengalami mulai dari perubahan organ, hormon, dan
hiperemesis gravidarum sedangkan lain-lain.
sebagian besar (78 %) responden tidak Hal ini sesuai dengan teori
dengan riwayat gastritis tidak mengalami Prawirohardjo (2012), bahwa ibu
hiperemesis gravidarum. primigravida belum mampu beradaptasi
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = dengan hormon estrogen dan khorionik
0,358 hal ini menunjukkan bahwa p>0,05 gonadotropin. Peningkatan hormon ini
yang berarti tidak ada hubungan antara membuat kadar asam lambung meningkat,
gastritis dengan kejadian hiperemesis hingga muncullah keluhan rasa mual.
gravidarumHasil uji statistik diperoleh nilai Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari
p = 0,000 hal ini menunjukkan bahwa p< saat perut ibu dalam keadaan kosong
0,05 yang berarti ada hubungan antara karena teerjadi peningkatan asam
gravida dengan kejadian hiperemesis lambung, kadar gula dalam darah
gravidarum. menurun sehingga pusing, lemas dan

Embrio, Jurnal Kebidanan Page 98


Vol XI No. 2 November 2019

mual bisa terjadi. Janin memproduksi dilakukan oleh Riska (2014) bahwa
hormon khorionik gonadotropin yang terdapat hubungan antara kehamilan
merangsang indung telur untuk terus ganda dengan kejadian hiperemesis
meningkat selama kehamilan sehingga gravidarum dengan nila p value 0,010.
berpengaruh terhadap melambatnya
gerakan dan mengendurkan otot-otot pada 3. Hubungan antara molahidatidosa
sistem pencernaan, agar gizi makanan dengan kejadian hiperemesis
yang ibu konsumsi bisa lebih banyak di gravidarum pada ibu hamil
serap oleh bayi. Otot polos pada area Berdasarkan tabel 3 didapatkan
rahim dan katup antara perut dan bahwa sebagian besar (75%) responden
kerongkongan juga ikut mengendur, dengan molahidatidosa mengalami
sehingga memicu meningkatnya asam hiperemesis gravidarum, sedangkan
lambung. sebagian besar (51,4 %) responden
dengan tidak mengalami molahidatidosa
2. Hubungan antara kehamilan ganda mengalami hiperemesis gravidarum. Hasil
dengan kejadian hiperemesis uji statistik diperoleh nilai p = 0,222 hal ini
gravidarum pada ibu hamil menunjukkan bahwa p> 0,05 yang berarti
Berdasarkan tabel 2 didapatkan tidak ada hubungan antara molahidatidosa
bahwa sebagian besar (64%) responden dengan kejadian hiperemesis gravidarum.
dengan kehamilan ganda mengalami Hal ini disebabkan karena sebagian
hiperemesis gravidarum, sedangkan besar sampel adalah tidak mengalami
sebagian kecil (22%) responden dengan molahidatidosa. Menurut Ben-Zion &
kehamilan tidak ganda tidak mengalamai Taber MD (2013) bahwa ibu yang
hiperemesis gravidarum. Hasil uji statistik molahidatidosa yang tidak mengalami
diperoleh nilai p = 0,024 hal ini hiperemesis gravidarum karena faktor
menunjukkan bahwa p< 0,05 yang berarti psikologis, keluarga yang harmonis,
ada hubungan antara kehamilan ganda keluarga yang selalu memberikan support
dengan kejadian hiperemesis gravidarum. dan penderita yang menerima musibah
Hal ini dikarenakan ibu hamil dengan yang menimpa dirinya.
Kehamilan ganda, kadar hormon estrogen Hal ini tidak sesuai dengan teori
dan HCG (Human Chorionic menurut Mansjoer (2017), yang
Gonadotropin) meningkat sehingga mual mengatakan bahwa frekuensi terjadinya
muntah pada kehamilan ini meningkat hiperemesis gravidarum yang tinggi pada
dibandingkan dengan kehamilan janin mola hidatidosa dan gemelli menimbulkan
tunggal (Manuaba, 2010). Hasil penelitian dugaan bahwa faktor hormon memegang
ini sejalan dengan hasil penelitian yang peranan, karena pada kedua keadaan

Embrio, Jurnal Kebidanan Page 99


Vol XI No. 2 November 2019

tersebut hormon khorionik gonadotropin Surabaya, terdapat hubungan kehamilan


dibentuk berlebihan sehingga ganda dengan hiperemesis gravidarum di RB
menyebabkan terjadinya hiperemesis Zakat Surabaya, tidak terdapat hubungan
gravidarum. mola hidatidosa dengan hiperemesis
gravidarum di RB Zakat Surabaya dan tidak
4. Hubungan antara riwayat gastritis dengan terdapat hubungan riwayat penyakit gastritis
kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu dengan hiperemesis gravidarum di RB Zakat
hamil Surabaya.
Berdasarkan tabel 4 didapatkan
bahwa sebagian besar (53%) responden DAFTAR PUSTAKA
dengan riwayat gastritis tidak mengalami Ben-Zion dan Taber MD. 2013. Kedaruratan
hiperemesis gravidarum sedangkan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC
Depkes RI & Usaid, 2013. Program
sebagian besar (78 %) responden tidak Perencanaan Persalinan dan
dengan riwayat gastritis tidak mengalami Komplikasi dan Pencegahan Komplikasi
hiperemesis gravidarum. Hasil uji statistik (P4K) dalam rangka mempercepat
penurunan AKI & AKB, Jakarta.
diperoleh nilai p = 0,358 hal ini
Hackley & Barbara,2012. Primary Care of
menunjukkan bahwa p>0,05 yang berarti Women A Guide forMidwives Providers
tidak ada hubungan antara gastritis 1 edition: Jones & Bartlett Learning
Manuaba, IBG, 2010. Ilmu Kebidanan,
dengan kejadian hiperemesis gravidarum.
penyakit Kandungan Edisi ketiga.
Hal ini tidak sesuai dengan teori Jakarta: Media Aesculapius
menurut Hackley&Barbara (2012) yang Mansjoer, Arif. 2017. Kapita Selekta
menyatakan bahwa wanita hamil dengan Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
gastritis mungkin lebih rentan terhadap Prawirohardjo S, 2012. Ilmu Kebidanan.
mual dan muntah. Muntah dan akan Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono.
menghalangi ibu dan bayi untuk Price & Wilson, 2015. Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Vol. 2. Jakarta:
mendapatkan asupan nutrisi yang cukup.
ECG.
Jika ibu tidak mendapatkan asupan nutrisi Purniantika. 2011. Komplikasi dan Penyulit
yang cukup, maka akan berpengaruh dalam kehamilan. Jakarta: ECG.
Riska. 2014. Faktor-Faktor Yang
pada janin. Misalnya kemungkinan janin
Mempengaruhi Kejadian Hiperemesis
mengalami BBLR. Gravidarum di Puskesmas Tegal.
Rocmawati. 2011. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian
KESIMPULAN
hiperemesis gravidarum pada ibu hamil
Setelah melakukan penelitian trimester I di Puskesmas Mattirobulu,
terhadap 45 responden, maka dapat Kabupaten Pinrang.
disimpulkan terdapat hubungan gravida Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia,
2014. Laporan Pendahuluan SDKI
dengan hiperemesis gravidarum di RB Zakat 2014.

Embrio, Jurnal Kebidanan Page 100


Vol XI No. 2 November 2019

Tiran & Denise, 2013. Mual & Muntah


Kehamilan. Jakarta: ECG.
WHO, 2015. Reduction of maternal mortality.
A Joint WHO/ UNFPA/ UNICEF/ world
bank statement, Geneva.

Embrio, Jurnal Kebidanan Page 101


Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSU MUHAMMADIYAH METRO

Fitri Muriyasari¹),Ranny Septiani²) dan Herlina3)


')Mahasiswa Diploma IV Program Studi Kebidanan Metro Politeknik Kesehatan Tajungkarang
²)DosenProgram Studi Kebidanan Metro Politeknik Kesehatan Tajungkarang
E-mail : Fitrimuria07@gmail.com

Abstrak :
Angka kejadian hiperemesis gravidarum diRSU Muhammadiyah Metroterjadi peningkatan sejak
Tahun 2014 (5,6%), Tahun 2015 (11,9%), Tahun 2016 (12,1%). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum di RSU
MuhammadiyahMetro Tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi dengan
rancangan penelitian case control. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 68 responden dengan
sampel kasus sebanyak 34 responden dan sampel kontrol sebanyak 34 responden. Teknik
pengambilan sampel kasus menggunakan sampel jenuh sedangkan sampel kontrol menggunakan
simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan cheklist. Analisa data yang digunakan
yaitu univariat dan bivariat dengan menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa proporsi kejadian hiperemesis gravidarum sebesar 50% dari total populasi sampel, proporsi
umur ibu beresiko sebesar 36,8 %, proporsi primipara sebesar 33,8 %, proporsi usia kehamilan
≤16 minggu sebesar 39,7 %. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan umur ibu
dengan kejadian hiperemesis gravidarum dengan p-value 0,002< 0,05, ada hubungan paritas
dengan kejadian hiperemesis gravidarum dengan p-value 0,008< 0,05 dan ada hubungan usia
kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada usia kehamilan dengan p-value 0,006<
0,05. Simpulan penelitian yang diperoleh terdapat hubungan umur ibu, paritas dan usia kehamilan
dengan kejadian hiperemesis gravidarum di RSU MuhammadiyahMetro Tahun 2016. Diharapkan
bagi tenaga kesehatan terutama bidan agar mampu memberikan konseling dan edukasi pada ibu
tentang kehamilan, serta memberikan anjuran diet makan pada ibu untuk mencegah terjadinya
komplikasi lainnya.

Kata Kunci: Hiperemesis gravidarum, paritas, umur Ibu, usia kehamilan

Abstract : Factors Related to the Gravidarum HyperemesisOccurencein General Hospital


Muhammadiyah Metro
The incidence of hyperemesis gravidarum in RSU Muhammadiyah Metro increase since Year
2014 (5.6%), Year 2015 (11.9%), Year 2016 (12.1%). This study aims to determine the factors
associated with the occurence of hyperemesis gravidarum in general hospital
MuhammadiyahMetro Year 2016. This research is an analytic correlation research with case
control research design. The population in this study were 68 respondents with case samples of 34
respondents and control samples of 34 respondents. Case sampling technique using saturated
sample while control sample using simple random sampling. Data collection using checklist. Data
analysis used is univariate and bivariate by using Chi Square Test. The results showed that the
proportion of hyperemesis gravidarum occurence was 50% of the total sample population, the
proportion of maternal age was 36.8%, the proportion of primipara was 33.8%, the proportion of
gestational age ≤16 weeks was 39.7%. The result of statistic test showed that there was a
correlation between maternal age and hyperemesis gravidarum with p-value 0,002 <0,05, there
was parity correlation with hyperemesis gravidarum with p-value 0,008 <0,05 and there was
correlation between gestational age and hyperemesis gravidarum pregnancy with p-value 0.006
<0.05. The conclusion of the research obtained is the relationship of maternal age, parity and
gestational age with the occurrence of hyperemesis gravidarum at MuhammadiyahMetro Hospital
2016. It is expected for health workers, especially midwives to be able to provide counseling and
education to mothers about pregnancy, as well as giving advice to the mother's diet to prevent the
occurrence other complications.

Keywords: Hyperemesis gravidarum, parity, maternal age, pregnancy age

Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 41
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X

PENDAHULUAN Menurut penelitian yang dilakukan


oleh Sumai dkk (2014)9 yang dilakukan di
Hiperemesis gravidarum adalah RSUD dr. Sam RatulangiTondano Kabupaten
muntah yang terjadi pada awal kehamilan. Tondano Sulawesi Utara menyatakan bahwa
Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dari 95 ibu hamil yang menjadi responden 71%
dimana segala apa yang dimakan dan diminum diantaranya mengalami
dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi hiperemesisgravidarum. Pada umur <20 tahun
keadaan umum dan mengganggu pekerjaan merupakan umur terbanyak yang mengalami
sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan hiperemesis gravidarum yaitu 41 responden
terdapat aseton dalam urine bahkan seperti (43%). Pada kelompok paritas terbanyak pada
gejala penyakit apendisitis, pielitis dan primiparayaitu 53responden (56%) .
sebagainya (Prawiroharjo, 2014)1. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan
Hiperemesis gravidarum terjadi Sari dkk (2013)10 di RSUD Raden Mattaher
diseluruh dunia, di beberapa negara maju Jambi Tahun 2013 menyatakan bahwa ibu
seperti di Swedia sebesar 0,3%, di China hamil yang mengalami hiperemesisgravidarum
10,8%, 0,5% di California, 0,8% di Canada, terbanyak terjadi pada usia kehamilan ≤ 16
10,8%, di Norwegia dan di Amerika 0,5-2%, minggu yaitu sebanyak 85, 5 %, dan 14,5 %
sedangkan di Indonesia kejadian hiperemesis terjadi pada usia kehamilan >16 minggu.
gravidarum terjadi pada 1-3% dari seluruh Berdasarkan prasurvey yang dilakukan
kehamilan (Ar,2012:17)2. Kejadian hiperemesis Di RSU Muhammadiyah Metro kejadian
gravidarum di Surabaya sebesar 24% hiperemesisgravidarum terjadi peningkatan
(Anggasari,2016) dan di Jawa barat 13% disetiap tahunnya sejak Tahun 2014 sebanyak
(Nurfitri,2014)3. 16 kasus (5,6%), Tahun 2015 sebanyak 19
Faktor-faktor penyebab hiperemesis kasus (11,9%) dan Tahun 2016sebanyak
gravidarum menurut Husain (2014:68,)4 34kasus (12,1%). Angka ini lebih tinggi
adalah kehamilan multipara dan umur ibu <20 dibandingkan di Rumah Sakit Mardi Waluyo
tahun dan >35 tahun. Adapun menurut terjadi penurunan pada Tahun 2014sebanyak
Wiknjosastro (1994)5, penyebab hiperemesis 19kasus (7,5%), Tahun 2015sebanyak 9kasus
gravidarum adalah primipara. Selain itu, (3,9%) dan Tahun 2016sebanyak 8 kasus
hiperemesis gravidarum terjadi pada usia (3,2%).
kehamilan 12-16 minggu pertama. Hal ini
disebabkan karena faktor hormon HCG METODE
(Human Chorionic Gonadotropin) yang
meningkat pada masa awal kehamilan (Tiran, Jenis penelitian kuantitatif dengan
2009)6. menggunakan analitik korelasi dan rancangan
Menurut Wiknjosastro (2006)7 pada case control. Populasi penelitian adalah semua
primipara disebabkan karena faktor psikologis ibu hamil yang mengalami
Ibu hamil masih belum siap dengan hiperemesisgravidarum dan ibu hamil trimester
kehamilannya. Sedangkan menurut Tiran I dan trimester II yang dirawat di RSU
(2009), pada multipara dikarenakan kondisi Muhammadiyah Metro Tahun 2016 berjumlah
psikologi ibu terganggu akibat kehamilan yang 68 responden meliputi sampel kasus sebanyak
tidak diinginkan, kecemasan dan rasa bersalah 34 responden dan sampel kontrol sebanyak 34
saat mereka tidak mampu merawat anak yang responden. Teknik pengambilan sampel kasus
lain secara adekuat. menggunakan sampel jenuh sedangkan sampel
Hiperemesis gravidarum dapat kontrol menggunakan simple random sampling.
mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari- Pengumpulan data menggunakan
hari, terjadi gangguan elektrolit ketosis, cheklist.Analisa data menggunakan Uji Chi
dehidrasi, penurunan berat badan sebesar 5% Square.
(Manuaba dkk,2016)7. Dan juga dapat
menimbulkan gangguan fungsi umum alat-alat HASIL
vital dan menimbulkan kematian (Manuaba
dkk, 2015)8 Berdasarkan hasil analisis
univariat(tabel 1) didapatkan jumlah ibu yang
mengalami hiperemesisgravidarum adalah 34

Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 42
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X

responden (50%). Jumlah ibu yang mengalami responden (33,8%), sedangkan ibu hamil pada
hiperemesis gravidarum dengan umur beresiko usia kehamilan ≤16 minggu dengan jumlah 27
adalah 25 responden (36,8%). Pada ibu dengan responden (39,7 % ).
paritas terjadi pada primipara dengan jumlah 23
1. Proporsi Umur Ibu, Paritas dan Usia Kehamilan dengan Kejadian HiperemesisGravidarum

Tabel 1
Proporsi Umur Ibu, Paritas danUsia Kehamilan Dengan HiperemesisGravidarum

HiperemesisGravidarum Jumlah
Variabel Ya (n=34) Tidak (n=34)
n % n % n %
Umur Ibu
- Beresiko 25 36,8% 12 17,6% 37 54,4%
- Tidak Beresiko 9 13,2% 22 32,4% 33 45,6%
Jumlah 34 50% 34 50% 68 100%
Paritas
- Primipara 23 33,8% 12 17,6% 35 51,5%
- Multipara 11 16,2% 22 32,4% 33 48,5%
Jumlah 34 50% 34 50% 68 100%
Usia kehamilan
- ≤16 minggu 27 39,7% 16 23,5% 43 63,2%
- >16 minggu 7 10,3% 18 26,5% 25 36,8%
Jumlah 34 50% 34 50% 68 100%

2. Hubungan Umur Ibu Dengan Kejadian HiperemesisGravidarum

Tabel 2
Hubungan Umur Ibu Dengan Kejadian HiperemesisGravidarum

HiperemesisGravidarum OR
Ya Tidak Jumlah P value (IK: 1,806-
No. Umur Ibu
(n=34) (n=34) 14,364)
n % n % n %
1. Beresiko (<20 25 36,8 12 17,6 37 54,4
tahun atau >35
tahun) 0,003 5,093
2. Tidak Beresiko 9 13,2 22 32,4 33 45,6
(20-35 tahun)
Jumlah 34 50 34 50 68 100

Berdasarkan tabel 2, didapatkan hasil p-value 0,003<0,05 maka Ho ditolak dan Ha


dari 34 sampel pada kelompok ibu yang diterima, artinya ada hubungan umur ibu
mengalami hiperemesisgravidarum sebanyak dengan kejadian hiperemesisgravidarum. Pada
25 responden (36,8 %) dengan umur beresiko, analisis juga didapatkan nilai Odds Ratio (OR)
sedangkan dari 34 sampel pada kelompok ibu sebesar 5,093, artinya ibu hamil dengan umur
yang tidak mengalami <20 tahun atau >35 tahun beresiko mengalami
hiperemesisgravidarumsebanyak 12 responden hiperemesisgravidarum 5 kali lebih besar
(17,6 %) dengan umur beresiko. Hasil uji dibandingkan umur 20 - 35 tahun.
statistik menggunakan Chi-square didapatkan

Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 43
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X

3. Hubungan Paritas Dengan Kejadian HiperemesisGravidarum

Tabel 3
Hubungan Paritas Dengan Kejadian HiperemesisGravidarum

HiperemesisGravidarum
OR
Ya Tidak Jumlah
No. Paritas P value (IK:1,403-
(n=34) (n=34)
10,477)
n % n % n %
1. Primipara 23 33,8 12 17,6 35 51,5
0,015 3,833
2. Multipara 11 16,2 22 32,4 33 48,5
Jumlah 34 50 34 50 68 100

Berdasarkan tabel 3, didapatkan hasil square didapatkan p-value 0,015< 0,05 maka
dari 34 sampel pada kelompok ibu yang Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada
mengalami hiperemesisgravidarum sebanyak hubungan paritas dengan kejadian
23 responden (33,8 %)dengan primipara, hiperemesisgravidarum. Pada analisis juga
sedangkan dari 34 sampel pada kelompok ibu didapatkan nilai Odds Ratio (OR) sebesar
yang tidak mengalami hiperemesisgravidarum 3,833, artinya ibu hamil dengan primipara
sebanyak 12 responden (17,6%) dengan beresiko mengalami hiperemesis gravidarum 3
primipara. Hasil uji statistik menggunakan Chi- kali lebih besar dibandingkan multipara.

4. Hubungan Usia Kehamilan Dengan Kejadian HiperemesisGravidarum

Tabel 4
Hubungan Usia Kehamilan Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum

HiperemesisGravidarum
OR
Usia Ya Tidak Jumlah
No. P value (IK:1,489-
Kehamilan (n=34) (n=34)
12,649)
n % n % n %
1. ≤16 minggu 27 39,7 16 23,5 43 63,2
0,012 4,339
2. >16 minggu 7 10,3 18 26,5 25 36,8
Jumlah 34 50 34 50 68 100

Berdasarkan tabel 4, didapatkan hasil hiperemesisgravidarum 4 kali lebih besar


dari 34 sampel pada kelompok ibu yang dibandingkan usia kehamilan >16 minggu.
mengalami hiperemesisgravidarum sebanyak
27 responden (39,7 %)dengan usia kehamilan PEMBAHASAN
≤16 minggu, sedangkan dari 34 sampel pada
kelompok ibu yang tidak mengalami Setelah dilakukan tabulasi dan analisa
hiperemesisgravidarum sebanyak 16 responden data hasil penelitian didapatkan proporsi umur
(23,5%) dengan usia kehamilan ≤16 minggu. ibu, paritas dan usia kehamilan dan
Hasil uji statistik menggunakan Chi-square hiperemesisgravidarum serta hubungan antara
didapatkan p-value 0,012 < 0,05 maka Ho umur ibu, paritas dan usia kehamilan dengan
ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan hiperemesisgravidarum di RSU
usia kehamilan dengan kejadian Muhammadiyah Metro Tahun 2016
hiperemesisgravidarum. Pada analisis juga sebagaimana diuraikan dalam pembahasan
didapatkan nilai Odds Ratio (OR) sebesar sebagai berikut :
4,339, artinya ibu hamil dengan usia
kehamilan ≤16 minggu beresiko mengalami

Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 44
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X

1. Proporsi HiperemesisGravidarum serta berbagai penyakit yang sering menimpa di


Berdasarkan hasil analisis univariat umur ini.
yang dilakukan di RSU Muhammadiyah Metro 3. Proporsi Paritas
Tahun 2016 terhadap 68 responden didapatkan Berdasarkan hasil penelitian yang
jumlah ibu dengan hiperemesisgravidarum dilakukan di RSU Muhammadiyah Metro
sebanyak 34 responden (50 %). Hasil ini lebih Tahun 2016 terhadap 34 responden yang
kecil dibandingkan denganpenelitian yang mengalami hiperemesisgravidarum didapatkan
dilakukan oleh Sumai dkk (2014)9 yang jumlah ibu dengan primipara sebanyak
dilakukan di RSUD dr. Sam RatulangiTondano 23responden (33,8% %).
Kabupaten Tondano Sulawesi Utara Hasil penelitian diatas lebih kecil
menyatakan bahwa dari 95 ibu hamil yang dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumai
menjadi responden 71% diantaranya dkk (2014)9 yang dilakukan di RSUD dr. Sam
mengalami hiperemesisgravidarum. RatulangiTondano Kabupaten Tondano
HiperemesisGravidarum adalah mual Sulawesi Utara yang menyatakan bahwa
dan muntah berlebihan pada wanita hamil kelompok paritas terbanyak terjadi pada
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari primipara yaitu 53 responden (56%).
karena pada umumnya menjadi buruk karena Menurut Wiknjosastro (2006)5 Pada
terjadi dehidrasi (Mochtar, 1998). primipara faktor psikologis Ibu hamil yang
Hiperemesisgravidarum dapat mengakibatkan masih belum siap dengan kehamilannya, masih
terganggunya aktivitas sehari-hari, terjadi menyesuaikan diri menjadi orangtua dengan
gangguan elektrolit ketosis, dehidrasi, tanggung jawab yang lebih besar sehingga
penurunan berat badan sebesar 5% (Manuaba dapat memicu terjadinya kejadian
dkk,2016)7. hiperemesisgravidarum.Sedangkan menurut
Tiran (2009)6, pada multipara dikarenakan
2. Proporsi Umur Ibu kondisi psikologi ibu terganggu akibat
Berdasarkan hasil analisis univariat kehamilan yang tidak diinginkan, kecemasan
yang dilakukan di RSU Muhammadiyah Metro dan rasa bersalah saat mereka tidak mampu
Tahun 2016 terhadap 34 responden yang merawat anak yang lain secara adekuat.
mengalami hiperemesisgravidarum didapatkan
jumlah ibu dengan umur beresiko (<20 tahun 4. Proporsi Usia Kehamilan
atau >35 tahun) sebanyak 25 responden (36,8 Berdasarkan hasil penelitian yang
%). dilakukan di RSU Muhammadiyah Metro
Hasil penelitian ini lebih besar Tahun 2016 terhadap 34 responden yang
dibandingkan dengan penelitian Tri Anasari mengalami hiperemesisgravidarum didapatkan
(2012)11 yang dilakukan diRSU Ananda jumlah ibu dengan usia kehamilan ≤ 16 minggu
Purwokerto Tahun 2009-2011 tentang terhadap sebanyak 27 responden (39,7%) .
107 responden yang mengalami Hasil analisa penelitian ini lebih kecil
hiperemesisgravidarum didapatkan jumlah ibu dibandingkan dengan penelitian Sari dkk
dengan umur beresiko (<20 tahun atau >35 (2013)10 yang dilakukan di RSUD Raden
tahun) sebanyak 22 responden (20,6%). Mattaher Jambi Tahun 2013menunjukkan
Menurut Manuaba (2003), umur bahwa ibu dengan usia kehamilan ≤16 minggu
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur sebanyak 85,4%.
20-35 tahun. Kehamilan di umur kurang dari 20 Menurut Tiran (2009)6, hiperemesis
tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan gravidarum terjadi pada usia kehamilan 12-16
hiperemesisgravidarum karena pada kehamilan minggu pertama. Hal ini disebabkan karena
di umur kurang 20 secara biologis belum faktor hormon HCG (Human Chorionic
optimal emosinya, cenderung labil, mentalnya Gonadotropin) yang meningkat pada masa
belum matang sehingga mudah mengalami awal kehamilan. Menurut Husain (2014)4, HCG
keguncangan yang mengakibatkan kurangnya menstimulasi produksi esterogen pada ovarium,
perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat- diketahui bahwa esterogen meningkatkan mual
zat gizi selama kehamilannya, sedangkan pada dan muntah. HCG juga dapat merangsang
umur diatas 35 tahun terkait dengan kelenjar thiroid memproduksiThyroid
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh Stimulating Hormon (TSH). Kadar TSH yang

Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 45
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X

tinggi juga memicu terjadinya mual muntah menengah, mahasiswa diperguruan tinggi dan
berlebih. organisasi keremajaan seperti risma tentang
tanda bahaya kehamilan di umur terlalu muda
5. Hubungan Umur Ibu Dengan terutama hiperemesisgravidarum.Tanda bahaya
Kejadian HiperemesisGravidarum ini dapat dicegah dengan penundaan kehamilan
Berdasarkan hasil uji statistikuntuk sampai umur cukup dan siap untuk
mengetahui hubungan antara umur ibu dengan bereproduksi dan untuk ibu umur >35 tahun
kejadian hiperemesisgravidarum menggunakan agar mengakhiri kehamilannya dengan
uji chi-square didapatkan hasil p-value 0,003 menggunakan kontrasepsi mantap.
artinya ada hubungan antara umur ibu dengan
hiperemesisgravidarum. 6. Hubungan Paritas Dengan Kejadian
Hasil penelitian inisejalan dengan HiperemesisGravidarum
penelitian yang dilakukan Tri Anasari (2012) Berdasarkan hasil uji statistikuntuk
yang dilakukan diRSU Ananda Purwokerto mengetahui hubungan antara paritas dengan
Tahun 2009-2011 yang menyatakan bahwa ada kejadian hiperemesisgravidarum menggunakan
hubungan antara umur ibu dengan kejadian uji chi-square didapatkan hasil p-value 0,015
hiperemesisgravidarum dengan p value=0,021< artinya ada hubungan antara paritas dengan
α (0,05). hiperemesisgravidarum.
Penelitian ini sesuai dengan teori Hasil penelitian ini sejalan dengan
Ridwan A dan Husain yang menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Sumai dkk
umur ibu <20 tahun atau >35 tahun beresiko (2014)6 yang dilakukan di RSUD dr. Sam
mengalami hiperemesisgravidarum, karena RatulangiTondano Kabupaten Tondano
Kehamilan di umur kurang dari 20 tahun secara Sulawesi Utara yang menyatakan bahwa ada
biologis emosi ibu yang masih labil, kurangnya hubungan antara paritas dengan kejadian
kesiapan mental dapat mengakibatkan hiperemesisgravidarum dengan p value
kurangnya perhatian terhadap pemenuhan =0,049.
kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya, Penelitian ini sesuai dengan teori
sedangkan pada umur diatas 35 tahun terkait Manuaba dan Wiknjosastro yang menyatakan
dengan kemunduran dan penurunan daya tahan bahwa hiperemesis terjadi pada primipara,
tubuh serta berbagai penyakit yang sering karena pada primipara belum bisa beradaptasi
menimpa. terhadap hormon estrogen dan hormonkoreonik
Hiperemesisgravidarum terjadi pada gonadotropin serta psikologis Ibu hamil yang
umur <20 tahun karena pada umur tersebut ibu masih belum siap dengan kehamilannya, masih
masih terlalu muda sehingga secara psikologis menyesuaikan diri menjadi orangtua dengan
emosi ibu masih labil dan mental ibu belum tanggung jawab yang lebih besar dapat memicu
siap sepenuhnya.Keadaan ini berpengaruh terjadinya kejadian hiperemesisgravidarum.
terhadap peningkatan produksi histamin dalam Sedangkan menurut teori Tiranhiperemesis
lambung.Pengeluaran histamin berlebih dapat terjadi pada multipara dikarenakan kondisi
meningkatkan produksi asam lambung psikologi ibu terganggu akibat kehamilan yang
sehingga menyebabkan mual dan muntah. Pada tidak diinginkan, kecemasan dan rasa bersalah
ibu usia>35 tahun terjadi penurunan daya tahan saat mereka tidak mampu merawat anak yang
tubuh sehingga daerah pencernaan terutama lain secara adekuat.
lambung mudah terserang infeksi. Hiperemesisgravidarum terjadi pada
Upaya menurunkan angka kejadian primipara karena faktor psikologis ibu yang
hiperemesisgravidarumpada umur ibu <20 belum siap pada kehamilannya dan masih
tahun yaitu dengan memberikan menyesuaikan diri untuk menjadi orang tua
konselingkepada pasangan yang akan menikah baru.Keadaan ini dapat menimbulkan
saat melakukan imunisasi tentang tanda bahaya perubahan emosi sehingga
kehamilan pada umur terlalu muda, pencegahan menyebabkanterjadinyapeningkatan
kehamilan dapat dilakukan dengan pengeluaran histamin oleh lambung.Kadar
menggunakan kontrasepsi hormonal sampai histamin berlebih dapat meningkatkan produksi
umur ibu cukup dan siap bereproduksi. asam lambung sehingga menyebabkan
Memberikan penyuluhan kepada siswa yang terjadinya hiperemesisgravidarum. Sedangkan
berada dalam lingkungan lembaga pendidikan pada multipara, disebabkan karena trauma

Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 46
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X

melahirkan, rasa takut tidak mampu merawat HCG (Human Chorionic Gonadotropin) yang
anak yang lain dan perhatian terhadap meningkat pada masa awal kehamilan. HCG
kehamilan tidak adekuat. Keadaan ini juga juga dapat merangsang kelenjar thiroid
memicu terjadinya perubahan emosi sehingga memproduksi Thyroid Stimulating Hormon
dapat meningkatkan produksi histamin pada (TSH). Kadar TSH yang tinggi juga memicu
lambung. Kadar histamin berlebih dapat terjadinya mual muntah berlebih.
meningkatkan produksi asam lambung Upaya penurunan angka kejadian
sehingga menebabkan terjadinya mual dan hiperemesisgravidarum pada usia kehamilan
muntah ≤16 minggu, pencegahan yang dapat dilakukan
Upaya menurunkan angka kejadian yaitu dengan cara petugas kesehatan untuk
hiperemesisgravidarum pada kehamilan melakukan komunikasi, memberikan informasi
primipara, pencegahan yang dapat dilakukan dan edukasi tentang masalah kehamilan pada
adalah denganmemberikan pembekalan kelas ibu-ibu yang melakukan program hamil dan
ibu hamil pada ibu primipara, menjelaskan calon pengantin untuk mempersiapkan diri
pada ibu tentang perubahan fisik dan psikologis dengan semaksimal mungkin saat menghadapi
saat hamil, persiapan menjadi orang tua, dan kehamilan, hilangkan rasa takut dan kecemasan
menjelaskan pada ibu tanda bahaya kehamilan agar kehamilan lancar, sehat dan aman.
terutama hiperemesisgravidarum. Sedangkan
pada ibu multipara pencegahan yang dapat SIMPULAN
dilakukan yaitu dengan menjarak keturunan
menggunakan kontrasepsi sampai ibu siap 1. Proporsi ibu dengan
kembali untuk hamil. hiperemesisgravidarum 50%, umur ibu
yang beresiko mengalami
7. Hubungan Usia Kehamilan Dengan hiperemesisgravidarum36,8 %,
Kejadian HiperemesisGravidarum primiparayang mengalami
Berdasarkan hasil uji statistikuntuk hiperemesisgravidarum 33, 8 %, dan usia
mengetahui hubungan antara usia kehamilan kehamilan ≤16 mingguyang mengalami
dengan kejadian hiperemesisgravidarum hiperemesisgravidarum 39,7%
menggunakan uji chi-square didapatkan hasil 2. Ada hubungan antara umur ibu dengan
p-value 0,012 artinya ada hubungan antara usia kejadian hiperemesisgravidarum dengan
kehamilan dengan hiperemesisgravidarum. uji statistik chi-square didapatkan nilai p
Hasil penelitian inisejalan dengan value0,003
penelitian Sari dkk (2013)10 yang dilakukan di 3. Ada hubungan antara paritas dengan
RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013 yang kejadian hiperemesisgravidarum dengan
menyatakan bahwa ada hubungan antara usia uji statistik chi-square didapatkan nilai p
kehamilan dengan kejadian value 0.015
hiperemesisgravidarum dengan p 4. Ada hubungan antara usia kehamilan
value=0,000. dengan kejadian hiperemesisgravidarum
Penelitian ini sesuai dengan teori Tiran dengan uji statistik chi-square
yang mengatakan bahwa hiperemesis didapatkan nilai p value 0,012
gravidarum terjadi pada usia kehamilan 12-16
minggu pertama. Hal ini disebabkan karena SARAN
faktor hormon HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) yang meningkat pada masa 1. Bagi RSU Muhammadiyah Metro
awal kehamilan. Menurut Husain (2014)4, HCG Bagi tenaga kesehatan terutama bidan
menstimulasi produksi esterogen pada ovarium, agar dapat memberikan asuhan antenatal care
diketahui bahwa esterogen meningkatkan mual pada ibu dengan hiperemesisgravidarum yaitu
dan muntah. HCG juga dapat merangsang dengan memberikan suasanya yang tenang dan
kelenjar thiroid memproduksi Thyroid nyaman pada ibu hal ini mempermudah petugas
Stimulating Hormon (TSH). Kadar TSH yang kesehatanuntuk memberikan informasi dan
tinggi juga memicu terjadinya mual muntah edukasi tentang masalah kehamilan,
berlebih. memberikan cairan dan asupan nutrisi yang
Hiperemesis gravidarum terjadi pada cukup sertameyakinkan pasien bahwa keadaan
usiausia kehamilan ≤16 minggu faktor hormon ini bisa disembuhkan,

Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 47
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X

2. Bagi Tenaga Kesehatan DAFTAR PUSTAKA


Bagi tenaga kesehatan terutama bidan
atau dokter agar mampu memberikan
1. Prawiroharjo, Sarwono, 2014, Ilmu
konselingkepada pasangan yang akan menikah
Kebidanan, Bina Pustaka Sarwono
saat melakukan imunisasi tentang tanda bahaya
Prawiroharjo, Jakarta, 982 halaman.
kehamilan pada umur terlalu muda.
2. Ar, Aril Cikal Yasa, 2012, Hubungan
Memberikan penyuluhan kepada siswa yang
Antara Karakteristik Ibu Hamil dengan
berada dalam lingkungan lembaga pendidikan
Kejadian HiperemesisGravidarum Di RSUD
menengah, mahasiswa diperguruan tinggi dan
Ujung Berung pada Periode 2010-2011.
organisasi keremajaan seperti risma tentang
Skripsi Sarjana. Fakultas Kedokteran
tanda bahaya kehamilan di umur terlalu muda
Universitas Islam, Bandung.
terutama hiperemesisgravidarum.Sedangkan ibu
3. Nurfitri, Ilma, 2014, Hubungan Paritas
dengan umur >35 tahun agar mengakhiri
dengan Kejadian HiperemesisGravidarum
kehamilannya dengan menggunakan kontrasepsi
pada Ibu Hamil di Puskesmas Purbaratu
mantap.Pada ibu primipara dengan memberikan
Kota Tasikmalaya. Tasikmalaya.
pembekalan kelas ibu hamil, menjelaskan pada
4. Husain, Farid, 2014, Asuhan kehamilan
ibu tentang perubahan fisik dan psikologis saat
Berbasis Bukti ,SagungSeto, Jakarta.
hamil, persiapan menjadi orang tua, dan
5. Wiknjosastro,1994, Ilmu Kebidanan,
menjelaskan pada ibu tanda bahaya kehamilan
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
terutama hiperemesisgravidarum.Sedangkan
Prawiroharjo, Jakarta, 992 halaman
untuk ibu dengan kehamilan multipara agar
6. Tiran, Denlse, 2009, Mual Muntah
menjarak kehamilan dengan menggunakan
Kehamilan : Seri Asuhan Kebidanan, EGC,
kontrasepsi sampai siap untuk hamil
Jakarta, 399 halaman.
lagi.Petugas kesehatan diharapkan mampu
7. Manuaba, Dkk, 2016, Buku Ajar Obstetri
melakukan komunikasi, memberikan informasi
Patologi, EGC, Jakarta, 164 halaman.
dan edukasi tentang masalah kehamilan pada
8. Manuaba, Dkk, 2015, Pengantar Kuliah
ibu-ibu yang melakukan program hamil dan
Obstetri, EGC, Jakarta, 921 halaman.
calon pengantin untuk mempersiapkan diri
9. Sumai, dkk, 2014, Faktor-Faktor yang
dengan semaksimal mungkin saat menghadapi
Berhubungan dengan Kejadian
kehamilan, hilangkan rasa takut dan kecemasan
HiperemesisGravidarum di Rumah Sakit
agar kehamilan lancar, sehat dan aman.
Umum Daerah dr, Sam RatulangiTondano
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi
Dapat digunakan sebagai bahan
Utara. Jurusan Kebidanan Poltekkes
pertimbangan bagi peneliti lain untuk
Kemenkes, Manado.
melakukan penelitian-penelitian selanjutnya
10.Sari, Silviana, 2013, Hubungan Beberapa
dan meneliti faktor-faktor lain yang belum di
Faktor Risiko Ibu Hamil dengan
teliti oleh peneliti yang berkaitan dengan
HiperemesisGravidarum Di RSUD Raden
faktor-faktor yang berhubungan dengan
Mattaher Jambi, Fakultas Kedokteran dan
hiperemesisgravidarum.
Ilmu Kesehatan Universitas Jambi, Jambi.

Fitri Muriyasari,Kusrini Katharina, dan Herlina: Faktor yang Berhubungan dengan Hiperemisis ... 48
JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperemesis


Gravidarum Di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa
1 2 3
1.PuskesmasHertje Salome
Tompaso Umboh 2,3,
Kab. Minahasa , Telly Mamuaya
Jurusan Kebidanan ,Poltekkes
Freike kemenkes
S.N.Lumy
Manado

ABSTRAK

Latar Belakang :Komplikasi kehamilan salah satunya adalah mual dan muntah atau dikenaldengan
Hiperemesis Gravidarum. Dampak Hiperemesis Gravidarum yaitu dehidrasi yangmenimbulkan konsumsi
O2 menurun, gangguan fungsi liver dan terjadiIkterus, terjadi perdarahan pada Parenkim liver sehingga
menyebabkangangguan fungsi umum alat-alat vital dan menimbulkan kematian.
Tujuan :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa.
Metode :Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Retrospektif study.
Populasi dan sampel yang digunakan adalah seluruh ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum yang
tercatat dalam buku register tahun 2011 – 2013 di Puskesmas Tompaso.
Hasil penelitian :Hasil penelitian menunjukkan uji statistik bahwa umur, pendidikan, paritas dan jarak
kehamilan berhubungan dengan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil (nilai p value
< 0,005). Kesimpulannya adalah semua variabel bebas mempunyai hubungan dengan dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil. Berdasarkan penelitian ini hubungan yang paling bermakna
adalah variabel pendidikan dengan p value 0,000.
Kesimpulan :1) Ada hubungan yang bermakna (p = 0,001) antara Umur dengan kejadian Hiperemesis
Gravidarum, 2) Ada hubungan yang bermakna (p = 0,000) antara Pendidikan dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum, 3) Ada hubungan yang bermakna (p = 0,001) antara Paritas dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum, 4) Ada hubungan yang bermakna (p = 0,001) antara Jarak Kehamilan dengan
kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil di Puskesmas Tompaso, Kabupaten Minahasa Induk.

Kata kunci : Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian, Hiperemesis Gravidarum.

PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan suatu proses sehingga menyebabkan gangguan fungsi
reproduksi yang perlu perawatan khusus umum alat-alat vital dan menimbulkan
agar dapat berlangsung dengan baik demi (1)
kematian.
tercapainya persalinan yang aman dan World Health Organization (WHO)
melahirkan bayi yang sehat. Komplikasi memperkirakan angka kematian ibu sebesar
kehamilan salah satunya adalah mual dan 500.000 jiwa dan angka kematian bayi
muntah atau dikenal dengan Hiperemesis sebesar 10 juta jiwa setiap tahun. Kejadian
Gravidarum. Dampak Hiperemesis kematian ibu dan bayi sebagian besar
Gravidarum yaitu dehidrasi yang terdapat di negara berkembang yaitu sebesar
menimbulkan konsumsi O2 menurun, 98% - 99% dimana kematian ibu dan bayi di
gangguan fungsi liver dan terjadi Ikterus, negara berkembang 100% lebih tinggi
terjadi perdarahan pada Parenkim liver (2)
dibandingkan dengan negara maju

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 24


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Angka Kematian Ibu (AKI) di Berdasarkan data buku register di


Indonesia masih tinggi, bahkan jumlah Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa
perempuan Indonesia yang meninggal saat Induk, angka kejadian ibu yang mengalami
melahirkan mencapai rekor tertinggi di Asia. Hiperemesis Gravidarum pada tahun 2011-
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan 2013 terdapat 67 orang ibu hamil.Sedangkan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka pada bulan Januari-Februari 2014 ada 13 ibu
kematian maternal di Indonesia mencapai yang mengalalami Hiperemesis
359/100.000 kelahiran hidup, itu berarti Gravidarum.Ibu hamil yang mengalami
setiap 100.000 kelahiranhidup masih ada Hiperemesis Gravidarum tingkat I (ringan),
sekitar 359 ibu yang meninggal akibat dengan gejala mual muntah terus
komplikasi kehamilan dan persalinan. menerus.Ibu hamil yang mengalami
Data Dinas Kesehatan Provinsi Hiperemesis Gravidarum tingkat II (sedang)
Sulawesi Utara tahun 2013, menunjukkan dengan gejala penderita lebih lemah dan
jumlah ibu hamil yaitu 48,669 orang dengan apatis berjumlah 64 orang.Ibu hamil yang
presentase KI 94,00 % dan K4 84,49 % mengalami Hiperemesis Gravidarum tingkat
sedangkan menurut Kementrian Kesehatan III (berat) dengan gejala keadaan umum
2010 untuk target nasional periode tahun lebih parah berjumlah 3 orang.Hiperemesis
2010 – 2014 untuk capaian KI dan K4 yaitu Gravidarum tingkat I dan tingkat II
95 %. Berdasarkan data tersebut, dapat perawatan dilakukan di Puskesmas.
dilihat masih kurangnya capaian kunjungan Sedangkan Hiperemesis Gravidarum tingkat
ibu hamil untuk memenuhi target III perawatan dilakukan di Rumah Sakit.
nasional.Kurangnya kunjungan selama masa Dari survey awal yang dilakukan oleh
kehamilan dapat menyebabkan ibu memiliki peneliti di Puskesmas Tompaso, ibu hamil
sedikit informasi mengenai deteksi dini yang mengalami Hiperemesis Gravidarum
komplikasi atau gangguan yang terjadi berjumlah 67 orang.Yang mengalami
selama masa kehamilan, termasuk Hiperemesis Gravidarum terbanyak pada
didalamnya informasi mengenai primigravida berjumlah 34 orang.Sebagian
Hiperemesis Gravidarum. besar ibu hamil yang mengalami
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Hiperemesis Gravidarum berusia ≤ 20 tahun
Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 berjumlah 33 orang.
menjelaskan bahwa lebih dari 80% Penelitian ini secara umum bertujuan
perempuan hamil mengalami rasa mual dan untuk mengetahui mengetahui faktor-faktor
muntah sedangkan untuk perempuan hamil yang berhubungan dengan kejadian
yang mengalami kondisi Hiperemesis Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas
Gravidarum sekitar 5 dari 1000 perempuan Tompaso Kabupaten Minahasa.
hamil. Hal ini bisa menyebabkan perempuan
menghindari makanan tertentu dan biasanya METODE
(3) Penelitian ini menggunakan metode
membawa resiko baginya dan janin.
deskriptif analitik dengan pendekatan

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 25


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Retrospektif study. Populasi adalah seluruh ini kuesioner dalam bentuk format
ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum pengumpulan data. Analisa data yang
yang tercatat dalam buku register tahun digunakan adalah uji Chi Square.
2011 – 2013 di Puskesmas Tompaso
sebanyak 67 orang dijadikan subjek HASIL
pemelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada a. Analisis Univariate
bulan Februari - Agustus 2014 di wilayah Hasil analisis Univariate untuk
kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan menghitung distribusi frekuensi variable
Tompaso. Variabel bebas dan terikat pada responden mencakup umur, pendidikan,
penelitian ini :umur, pendidikan, paritas dan paritas, jarak kehamilan dan kejadian
jarak kehamilan sebagai variabel bebas. Hiperemesis Gravidarum dapat diuraikan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum sebagai sebagai berikut :
variabel terikat.Instrument dalam penelitian

Gambar 1 : Distribusi Responden Menurut Umur di Puskesmas Tompaso Kabupaten


Minahasa Tahun 2014

60
49 / 61,3%
40 31 / 38,8%

20

0
< 20 dan > 35 tahun 21 - 35 tahun

Gambar 1 dapat dilihat bahwa Umur berumur 21 35 tahun yaitu berjumlah 49


menunjukkan bahwa yang paling banyak –
orang (61,3%).

Gambar 2: Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Puskesmas Tompaso Kabupaten


Minahasa Tahun 2014

100
57 / 71,3%
50
23 / 28,8%

0
Pendidikan Rendah Pendidikan Tinggi

Berdasarkan gambar di atas dapat bahwa yang paling banyak adalah


dilihat bahwa pendidikan menunjukkan pendidikan tinggi yaitu 57 orang (71,3%).

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 26


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Gambar 3 : Distribusi Responden Menurut Paritas di Puskesmas Tompaso Kabupaten


Minahasa Tahun 2014

60 51 / 63,8%
40
29 / 36,3%
20
0
< 2 anak > 2 anak

Menurut gambar di atas dapat dilihat (resiko tinggi) yaitu berjumlah 51 orang
paritas menunjukkan bahwa yang paling (63,8 %).
banyak adalah multipara

Gambar 4 : Distribusi Responden Menurut Jarak kehamilan di Puskesmas Tompaso


Kabupaten Minahasa Tahun 2014

60
47 / 58,8%
40 33 / 41,3%

20

0
< 2 Tahun (resiko tinggi) > 2 tahun (tidak resti)

Gambar di atas dapat dilihat bahwa banyak adalah lebih dari 2 tahun (tidak
karakteristik responden berdasarkan jarak resiko tinggi) yaitu berjumlah 47 orang
kehamilan menunjukkan bahwa yang paling (58,8%).

Gambar 5 : Distribusi Responden Menurut Kejadian Hiperemesis Gravidarum di


Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa Tahun 2014
60
49 / 61,3%
40 31 / 38,8%

20

0
Rendah (Hiperemesis Tingkat I) Tinggi (Hiperemesis tingkat II dan III)
Berdasarkan gambar di atas dapat paling banyak adalah Hiperemesis
dilihat kejadian Hiperemesis Gravidarum Gravidarum kategori tinggi (tingkat II dan
III) yaitu berjumlah 49 orang (61,3%).
menunjukkan bahwa yang
b. Analisis Bivariate

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 27


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Analisis Bivariate untuk menilai yaitu kejadian Hiperemesis Gravidarum


apakah ada hubungan antara variable dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
bebas yaitu umur, pendidikan, paritas dan
jarak kehamilan dengan variabel terikat

Tabel 6. Hubungan Umur, Pendidikan, Paritas dan Jarak Kehamilan dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil di Puskesmas Tompaso Kabupaten
Minahasa Tahun 2014

Hiperemesis Gravidarum
Variabel Rendah Tinggi Total ρ
f % f % f %
Umur :
<20 dan > 35 tahun 19 23,8 12 15 31 38,8 0, 001*
20 – 35 tahun 12 15 37 46,2 49 61,2
Pendidikan :
Rendah 19 23,8 4 0,5 23 28,8 0,000*
Tinggi 12 15 45 56,2 57 71,2
Paritas
≤ 2 anak 19 23,8 10 12,5 29 36,2 0,001*
˃ 2 anak 12 15 39 48,8 51 63,8
Jarak Kehamilan
≤ 2 Tahun 20 25 13 16,2 33 41,2 0,001*
˃ 2 Tahun 11 13,8 36 45,0 47 58,8
N=80
Pada pendidikan tinggi lebih banyak
Tabel 6 menunjukkan pada umur 20 - ditemukan responden dengan kejadian
35 tahun ternyata lebih banyak ditemukan Hiperemesis Gravidarum (56,2%) daripada
responden dengan kejadian Hiperemesis responden dengan kejadian Hiperemesis
Gravidarum(46,2%) daripada responden Gravidarum rendah (15%). Sedangkan pada
dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum responden dengan pendidikan rendah
rendah (15%). Sementara umur <20 dan > ternyata lebih banyak ditemukan kejadian
35 tahun ternyata lebih banyak ditemukan Hiperemesis Gravidarum rendah (23,8%)
kejadian Hiperemesis Gravidarum rendah daripada kejadian Hiperemesis Gravidarum
(23,8%) daripada responden Hiperemesis tinggi (0,5%). Berdasarkan analisis denagn
Gravidarum tinggi (15%). Berdasarkan uji Chi Square didapatkan ρ value =0,000
analisis statistik dengan uji Chi Square artinya, hasil ini memiliki makna ada
didapatkan ρ value = 0,001 artinya, hasil ini hubungan yang signifikan antara pendidikan
memiliki makna ada hubungan yang dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum.
signifikan antara umur dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum.
Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 28
JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Pada responden yang paritas > 2 anak < 20 tahun dan > 35 tahun berjumlah 31
lebih banyak ditemukan responden dengan orang (38,8%). Pada pengumpulan data
kejadian Hiperemesis Gravidarum(48,8%) mengenai pendidikan responden didapatkan
daripada responden dengan kejadian bahwa paling banyak adalah pendidikan
Hiperemesis Gravidarum rendah (15%). tinggi yaitu 57 orang (71,3%) sedangkan
Sedangkan pada paritas < 2 anak ternyata pendidikan rendah 23 orang (28,8%).
lebih banyak ditemukan kejadian Pengumpulan data mengenai paritas
Hiperemesis Gravidarum rendah (23,8%) didapatkan yang paling banyak responden
daripada responden Hiperemesis yang sudah multipara yaitu 51 orang
Gravidarum tinggi (12,5%). Berdasarkan (63,8%) sedangkan primipara 29 orang
analisis denagn uji Chi Square didapatkan ρ (36,3%). Pada pengumpulan data mengenai
value =0,001 maka artinya hasil ini jarak kehamilan didapatkan data bahwa
memiliki makna ada hubungan yang paling banyak jarak kehamilan responden >
signifikan antara paritas dengan kejadian 2 tahun yaitu berjumlah 47 orang (58,8%)
Hiperemesis Gravidarum. sedangkan< 2 tahun berjumlah 33 orang
Pada jarak kehamilan > 2 tahun lebih (41,3%).
banyak ditemukan responden dengan 2. Hubungan Umur dengan kejadian
kejadian Hiperemesis Gravidarum (45 %) Hiperemesis Gravidarumpada Ibu Hamil di
daripada responden dengan kejadian Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa
Hiperemesis Gravidarum rendah (13,8 %). Berdasarkan analisis hubungan yang
Sedangkan pada responden dengan jarak dilakukan menggunakan uji Chi Square
kehamilan < 2 tahun ternyata lebih banyak didapatkan ρ value 0,001 maka H0 ditolak
ditemukan kejadian Hiperemesis dan Ha diterima, hasil ini memiliki makna
Gravidarum rendah (25 %) daripada ada hubungan yang signifikan antara umur
kejadian Hiperemesis Gravidarum tinggi dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum.
(16,2 %). Berdasarkan analisis dengan uji Hasil ini sesuai teori Manuaba (2003)
Chi Square didapatkan ρ value =0,001 bahwa kehamilan dikatakan beresiko tinggi
artinya, hasil ini memiliki makna ada adalah kurang dari 20 tahun dan diatas 35
hubungan yang signifikan antara jarak tahun. Usia dibawah 20 tahun bukan masa
kehamilan dengan kejadian Hiperemesis yang baik untuk hamil karena organ-organ
Gravidarum. reproduksi belum sempurna, hal ini tentu
menyulitkan proses kehamilan dan
PEMBAHASAN persalinan. Sedangkan kehamilan diatas usai
1. Gambaran Umur, Pendidikan, Paritas, 35 tahun mempunyai resiko untuk
Jarak Kehamilan pada Ibu Hamil di mengalami komplikasi dalam kehamilan dan
Puskesmas Tompaso, Kabupaten Minahasa. persalinan antara lain perdarahan, gestosis,
Pada pengumpulan data didapatkan atau hipertensi dalam kehamilan, distosia
bahwa umur responden paling banyak 20 – (4)
dan partus lama. Umur reproduksi yang
30 tahun 49 orang (61,3%) sedangkan umur sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun.

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 29


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

kehamilan diusia kurang 20 tahun dan diatas sedemikian tertekan dan menimbulkan stres
35 tahun dapat menyebabkan Hiperemesis pada ibu. Stres mempengaruhi hipotalamus
karena pada kehamilan diusia kurang 20 dan memberi rangsangan pada pusat muntah
secara biologis belum optimal emosinya, otak sehingga terjadi kontraksi otot
cenderung labil, mentalnya belum matang abdominal dan otot dada yang disertai
sehingga mudah mengalami keguncangan dengan penurunan diafragma menyebabkan
yang mengakibatkan kurangnya perhatian tingginya tekanan dalam lambung, tekanan
terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi yang tinggi dalam lambung memaksa ibu
selama kehamilanya. sedangkan pada usia untuk menarik nafas dalam-dalam sehingga
35 tahun terkait dengan kemunduran dan membuat sfingter esophagus bagian atas
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai terbuka dan sfingter bagian bawah
penyakit yang sering menimpa di usia ini. berelaksasi inilah yang memicu mual dan
Menurut Badan Kependudukan muntah.
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hamil pada usia muda merupakan
Hiperemesis Gravidarum di bawah umur 20 salah satu faktor penyebab
tahun lebih di sebabkan oleh karena belum terjadinyaHiperemesis Gravidarum. Dalam
cukupnya kematangan fisik, mental dan kurun waktu reproduksi sehat bahwa usia
fungsi sosial dari calon ibu tentu aman untuk kehamilan dan persalinan
menimbulkan keraguan jasmani cinta kasih adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada
serta perawatan dan asuhan bagi anak yang wanita hamil dan melahirkan pada usia di
akan di lahirkannya. Hal ini mempengaruhi bawah 20 tahun ternyata 2-3 kali lebih tinggi
emosi ibu sehingga terjadi konflik mental daripada kematian yang terjadi pada usia 20-
yang membuat ibu kurang nafsu makan. Bila 29 tahun. Kematian maternal meningkat
ini terjadi maka bisa mengakibatkan iritasi kembali sesudah usia 30-35 tahun. Hal ini
lambung yang dapat memberi reaksi pada disebabkan menurunnya fungsi organ
impuls motorik untuk memberi rangsangan (5)
reproduksi wanita.
pada pusat muntah melalui saraf otak 3. Hubungan Pendidikan dengan kejadian
kesaluran cerna bagian atas dan melalui Hiperemesis Gravidarumpada Ibu
saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen Hamil di Puskesmas Tompaso Kabupaten
sehingga terjadi muntah. Permasalahan dari Minahasa
segi psikiatri dan psikologis sosial banyak di Hasil penelitian pendidikan dengan
ulas akan menekankan pentingnya usah kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu
usaha untuk melindungi anak- anak yang di Hamil menunjukkan paling banyak yaitu
lahirkan kemudian. Sedangkan Hiperemesis 56,2% atau 45 responden yang
Gravidarum yang terjadi diatas umur 35 berpendidikan tinggi dan hiperemesis
tahun juga tidak lepas dari faktor psikologis gravidarum pada kategori tinggi. Hasil uji
yang di sebabkan oleh karena ibu belum siap statistik Chi Square menunjukkan bahwa
hamil atau malah tidak menginginkan terdapat hubungan antara kedua variabel
kehamilannya lagi sehingga akan merasa tersebut, dengan nilai (p) = 0,000 (<0,05)

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 30


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Pendidikan dapat mempengaruhi Penyebab hyperemesis belum


seseorang termasuk juga perilaku terhadap diketahui secara pasti. Telah diketahui
pola hidup dalam memotivasi untuk siap beberapa faktor prodisposisi terjadinya
berperan serta dalam perubahan kesehatan. Hiperemesis Gravidarum yaitu wanita hamil
Rendahnya pendidikan seseorang makin dengan anemia, primigravida, kehamilan
sedikit keinginan untuk memanfaatkan ganda dan molahidatidosa. Hasil penelitian
pelayanan kesehatan, dan sebaliknya makin ini didukung denganpenelitian yang
tingginya pendidikan seseorang, makin dilakukan oleh Minerva (2010) yang
mudah untuk menerima informasi dan berjudul studi deskriptif umur,paritas dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang pekerjaan sebagai factor predisposisi
ada. kejadian emesis gravidarumpada ibu hamil
Pendidikan merupakan faktor trimester I di RB “YKWP”Mranggen
predisposisi adalah faktor yang ada dalam menunjukkan bahwa paritas padawanita
individu seperti pengetahuan, sikap terhadap primigravida lebih banyakdibandingkan
kesehatan serta tingkat pendidikan.Dimana wanita multigravida.Makadapat dilihat dari
untuk berprilaku kesehatan misalnya hasil penelitian bahwaparitas wanita
(pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil) primigravida lebih berpeluangbanyak
diperlukan pengetahuan tentang manfaat (8)
mengalami Hiperemesis Gravidarum.
periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu Beberapa hasil penelitian ini
(6)
sendiri maupun bagi janinnya. dimungkinkankarena sebagian besar
4. Hubungan paritas dengan kejadian responden mengalamiparitas primigravida
Hiperemesis Gravidarumpada Ibu Hamil di sehingga keluhan mualdan muntah
Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa seringkali ditemukan. Padawanita
Hasil penelitian paritas dengan primigravida, sebagian kecil belummampu
kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu beradaptasi dengan hormon danpada usia
Hamil menunjukkan paling banyak yaitu lebih tua juga cenderung lebihmenderita
48,8 % atau 39 responden yang paritas pada karena jumlah hormon yangdikeluarkan
kategori multipara dan Hiperemesis semakin tinggi, dan riwayatkehamilan
Gravidarum pada kategori tinggi. Hasil uji sebelumnya juga dapatmempengaruhi
statistik Chi Square menunjukkan bahwa kehamilannya sekarang.
terdapat hubungan antara kedua variabel Jarak yang dekat antara kehamilan
tersebut, dengan nilai (p) = 0,000 (<0,05) sekarangdan dahulu serta umur ibu yang
dengan demikian Ha diterima. sudah lebihdari 35 tahun juga dapat
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% berpengaruh,karena kedaan yang belum
primigravida dan 40-60% normal sebagaimana mestinya harus sudah
multigravida.Jumlah kehamilan 2-3 (multi) bereproduksilagi untuk kehamilan
merupakan paritas yang paling aman selanjutnya maka darihal itulah dapat
(7) menyebabkan Hiperemesis Gravidarum dan
ditinjau dari sudut kematian maternal.

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 31


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

komplikasi kehamilanlainnya (Proverawati, Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa


2009). Induk.
5. Hubungan Jarak kehamilan dengan Ada hubungan yang bermakna (p =
kejadian Hiperemesis Gravidarumpada Ibu 0,001) antara Paritas dengan kejadian
Hamil di Puskesmas Tompaso Kabupaten Hiperemesis Gravidarumpada Ibu Hamil di
Minahasa Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa
Hasil penelitian jarak kehamilan Induk. Ada hubungan yang bermakna (p =
dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum 0,001) antara Jarak Kehamilan dengan
pada Ibu Hamil menunjukkan paling banyak kejadian Hiperemesis Gravidarumpada Ibu
yaitu 45% atau 36 responden yang jarak Hamil di Puskesmas Tompaso, Kabupaten
kehamilan > 2 tahun dan hiperemsis Minahasa Induk.
gravidarum pada kategori tinggi. Hasil uji .
statistik Chi Square menunjukkan bahwa SARAN
terdapat hubungan antara kedua variabel 1. Bagi institusi pendidikan hendaknya hasil
tersebut, dengan nilai (p) = 0,001 (<0,05) penelitian ini dapat makin menguatkan teori-
dengan demikian Ha diterima. teori yang ada sehingga pada pembelajaran
Sesuai teori bahwa jarak ideal ke peserta didik, teori bahwa faktor umur,
kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun. pendidikan, paritas dan jarak kehamilan
Menurut Rofiq (2008) proporsi kematian berhubungan dengan kejadian Hiperemesis
terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas Gravidarum telah mendapat pembuktian
1-3 anak dan jika dilihat dari jarak lewat hasil penelitian ini. Institusi
kehamilannya ternyata jarak kurang dari 2 pendidikan juga dapat makin mendorong
tahun menunjukan proporsi kematian penelitian selanjutnya yang berkaitan
maternal lebih banyak. Jarak kehamilan dengan Hiperemesis Gravidarum agar
yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempertimbangkan faktor lainnya selain
mempunyai waktu singkat untuk yang sudah diangkat lewat penelitian ini.
memulihkan kondisi rahimnya agar bisa Peneliti juga sebagai bidan telah mendapat
kembali ke kondisi sebelumnya. masukan yang berharga dalam pelayanan
kepada ibu hamil yang sedang mengalami
Hiperemesis Gravidarum bahwa dalam
SIMPULAN pelayanan sangat perlu untuk
Ada hubungan yang bermakna (p = memperhatikan faktor-faktor yang ada pada
0,001) antara Umur dengan kejadian ibu hamil sehingga kualitas pelayanan
Hiperemesis Gravidarumpada Ibu Hamil di sebagai bidan akan makin baik.
Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa 2. Bagi Puskesmas Tompaso Kabupaten
Induk Mihahasa sebagai lokasi penelitian
Ada hubungan yang bermakna (p = hendaknya penelitian ini dapat digunakan
0,000) antara Pendidikan dengan kejadian sebagai bahan untuk mengevaluasi
Hiperemesis Gravidarumpada Ibu Hamil di pelayanan kepada Ibu hamil yang

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 32


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

mengalami Hiperemesis Gravidarum. berbagai faktor pada penelitian ini (umur,


Peningkatan pelayanan bisa dalam bentuk pendidikan, paritas dan jarak kehamilan) ada
pemberian informasi diantaranya melalui hal yang mungkin bisa dipelajari agar dapat
penyuluhan demi meningkatkan pemahaman terhindar dari kemungkinan mengalami
ibu hamil bahwa ada berbagai faktor yang Hiperemesis Gravidarum di kemudian hari.
berkorelasi dengan kejadian Hiperemesis Paling tidak ibu yang merencanakan
Gravidarum. kehamilan berikutnya sudah dapat
Kepada Ibu hamil sebagai reponden mengantisipasi adanya kemungkinan untuk
yang mengalami Hiperemesis Gravidarum, mengalami kejadian Hiperemesis
hendaknya penelitian ini memberi masukan Gravidarumjika memang sudah terdapat
agar lebih meningkatkan dan memanfaatkan faktor sesuai hasil penelitian ini.
pelayanan kesehatan yang ada agar dari

DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan,. Jakarta: EGC; (2010).
2. Wadud MA. Hubungan Umur Dan Pekerjaan Ibu Dengan Kejadian Hyperemesis Gravidarum Di
Instalasi Kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Kota Palembang. Palembang: Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang (2012); diakses dari www.poltekkespalembang.ac.id/.
3. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun
2009. Manado (2010).
4. Manuaba I B G. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: EGC;
(2003).
5. Wiknjosastro. IlmuKebidanan Edisi 3. Jakarta: Yayasan bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo;
(2005).
6. Sumijatun dkk. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta EGC; (2006).
7. Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo; (2007).
8. Minerva R K. Studi Deskriptif Usia, Paritas dan Pekerjaan Sebagai Faktor Predisposisi Kejadian
Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil TM I di RB YKWP Mranggen. (2010).

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 33


http://informahealthcare.com/jmf
ISSN: 1476-7058 (cetak), 1476-4954 (elektronik)

J Matern Bayi Neonatal Med, 2013; 26 (17): 1753–1757


! 2013 Informa UK Ltd. DOI: 10.3109 / 14767058.2013.798293

Hasil kehamilan pada hiperemesis gravidarum - peran jenis kelamin janin

Yoav Peled1, Nir Melamed1, Liran Hiersch1, Eran Hadar1, Arnon Wiznitzer1, dan Yariv Yogev1,2

1 Rumah Sakit Helen Schneider untuk Wanita, Rabin Medical Center, Petach Tikva, Israel dan Fakultas Kedokteran Sackler, Universitas Tel Aviv, Tel Aviv, Israel
2

Abstrak Kata kunci


Objektif: Untuk menentukan apakah kejadian, keparahan dan efek hiperemesis gravidarum (HEG) berhubungan dengan jenis Janin, jenis kelamin, hiperemesis gravidarum,
kelamin janin. kehamilan
Metode: Sebuah studi retrospektif dari semua wanita hamil yang dirawat dengan diagnosis HEG antara 1994 dan 2008 ( N
¼ 545). Hubungan antara jenis kelamin janin dan hasil kehamilan pada kehamilan dengan komplikasi HEG
Sejarah
dibandingkan dengan kelompok kontrol wanita dengan kehamilan tunggal yang dicocokkan dengan usia ibu dan paritas
Diterima 6 Maret 2013 Direvisi
dalam rasio 3: 1 ( N ¼ 1635).
15 Maret 2013 Diterima 16
April 2013
Hasil: Wanita dengan HEG dengan janin perempuan lebih muda (28,2 4,8y versus 29,5 5,5 tahun,
Diterbitkan secara online 23 Mei 2013
p ¼ 0,003), dirawat di awal kehamilan untuk HEG (masuk 5 10w: 62,3% versus 53,4%,
p ¼ 0,04), dan lebih cenderung membutuhkan dukungan TPN (35,6% versus 26,9%, p ¼ 0,03) dibandingkan dengan wanita
dengan HEG yang memiliki janin laki-laki. Dibandingkan dengan kontrol, wanita dengan HEG lebih cenderung memiliki janin
perempuan daripada laki-laki (rasio odds (OR) ¼ 1.20) meskipun perbedaan ini mencapai signifikansi statistik hanya untuk
subkelompok wanita dengan HEG yang dirawat sebelum 10 minggu kehamilan (OR ¼ 1,40, 95% -confidence interval (CI)
1,03–1,70) atau yang membutuhkan dukungan TPN (OR ¼ 1.593, 95% CI 1.15–2.0263). Kehadiran janin laki-laki dalam
kehamilan dengan komplikasi HEG dikaitkan dengan peningkatan risiko kelahiran prematur (OR ¼ 0,49, 95% CI 0,27-0,87),
dan morbiditas neonatal komposit (OR ¼ 0,38, 95% CI 0,20-0,74).

Kesimpulan: Meskipun HEG tampak lebih umum dan lebih parah dengan adanya janin perempuan, janin laki-laki
tampaknya lebih rentan terhadap efek buruk HEG pada hasil akhir kehamilan.

pengantar Hubungan antara jenis kelamin janin dan hasil kehamilan yang merugikan
pada populasi kebidanan umum telah dibahas [15-19]; Namun, kelangkaan
Hiperemesis gravidarum (HEG), yang merupakan bentuk parah dari keluhan
data mengenai hubungan jenis kelamin janin dengan hasil kehamilan yang
mual dan muntah terkait kehamilan yang umum, mempengaruhi 0,3-2,3%
merugikan pada kehamilan dengan komplikasi HEG.
kehamilan [1,2]. Umumnya, sekitar 60% kasus HEG sembuh pada akhir
trimester pertama, dan hingga 90% hilang pada 20 minggu kehamilan [3].
Dengan demikian, kami bertujuan untuk menentukan apakah kejadian,
keparahan dan efek HEG pada hasil kehamilan dikaitkan dengan jenis kelamin
Sementara hubungan antara jenis kelamin janin perempuan dan peningkatan
janin.
tingkat HEG sudah mapan [4-13], kontroversi masih keluar mengenai hubungan
ini dalam kasus HEG parah [4,6,8,10,11,14]. Salah satu masalah penting adalah
Metode
variabilitas antara studi yang berbeda dalam definisi HEG parah - sementara
beberapa menggunakan kelainan laboratorium untuk menentukan HEG parah Sebuah desain studi kohort retrospektif digunakan. Kelompok studi termasuk
[10,14], yang lain mendasarkan definisi pada faktor-faktor seperti kebutuhan semua wanita hamil yang dirawat dengan diagnosis HEG antara 1994 dan
untuk masuk rumah sakit atau durasi rawat inap [6 , 8,11,14]. 2008. Hanya wanita dengan kehamilan tunggal yang kemudian melahirkan di
pusat medis kami pada usia kehamilan 4 24 minggu dan untuk siapa jenis
kelamin janin dicatat dimasukkan dalam analisis (kelompok HEG, N ¼ 545).
Kasus diidentifikasi menggunakan database penerimaan rumah sakit. Data
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang terdiri dari wanita dengan
kehamilan tunggal yang melahirkan segera setelah setiap indeks persalinan
Alamat korespondensi: Yariv Yogev, MD, Departemen Obstetri dan Ginekologi, Rumah
HEG, dicocokkan dengan usia ibu dan paritas dalam rasio 3: 1.
Sakit Wanita Helen Schneider, Pusat Medis Rabin, Petah Tiqwa 49100, Israel. Telp:
+972 3 9377400. Fax: +972 3 9377409. E-mail: yarivyogev@hotmail.com
1754 Y. Peled dkk. J Matern Bayi Neonatal Med, 2013; 26 (17): 1753–1757

(kelompok kontrol, N ¼ 1635). Protokol penelitian telah disetujui oleh dewan uji eksak digunakan untuk variabel kategorial. Analisis regresi logistik multivariat
review Institusi lokal. bertahap digunakan untuk menyesuaikan hubungan antara jenis kelamin janin dan
Hasil kehamilan untuk wanita dalam kelompok HEG dan kontrol hasil kehamilan yang merugikan dalam kasus HEG untuk pembaur potensial.
diekstraksi dari database perinatal komprehensif di pusat medis kami, dan Untuk menentukan apakah hubungan antara jenis kelamin janin dan hasil
termasuk karakteristik medis dan kebidanan ibu, komplikasi ibu selama kehamilan yang merugikan pada kehamilan yang dipersulit oleh HEG hanya
kehamilan, hasil persalinan, jenis kelamin janin dan hasil perinatal jangka mencerminkan hubungan yang dilaporkan sebelumnya antara jenis kelamin
pendek. laki-laki dan janin, dan hasil kehamilan yang merugikan pada populasi kebidanan
umum [15] atau apakah itu mencerminkan kerentanan yang lebih besar. janin
Menurut praktik di pusat medis kami, wanita hamil trimester pertama atau laki-laki terhadap penghinaan yang dilakukan oleh HEG, kami menggunakan
awal trimester kedua dengan mual dan / atau muntah terkait kehamilan yang analisis regresi logistik untuk menilai interaksi antara HEG dan jenis kelamin janin
tak henti-hentinya yang mencegah asupan makanan dan cairan yang sehubungan dengan ukuran hasil yang berbeda untuk seluruh kohort (HEG dan
memadai dengan atau tanpa hasil laboratorium yang abnormal seperti kelompok kontrol), sehingga OR untuk interaksi tersebut mencerminkan seberapa
gangguan ketonuria atau elektrolit dirawat di rumah sakit dan ditetapkan kuat hubungan antara jenis kelamin janin dan hasil buruk pada wanita dengan
memiliki HEG. Jika gejala klinis atau tes laboratorium tidak sembuh setelah HEG dibandingkan dengan kontrol. Perbedaan dianggap signifikan ketika p nilai
pemberian cairan intravena dan obat antiemetik dan / atau asupan oral tidak kurang dari 0,05.
dapat dipulihkan setelah beberapa hari, dukungan nutrisi parenteral total
(TPN) diperlukan. Selain itu, dukungan TPN juga dipertimbangkan untuk
wanita dengan penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan
sebelum kehamilan
Hasil

Karakteristik HEG dan kelompok kontrol


Rasio perempuan terhadap laki-laki dalam kelompok HEG dibandingkan
dengan kontrol. Tingkat keparahan HEG, seperti yang ditentukan oleh usia Secara keseluruhan, selama masa studi, 123.915 wanita melahirkan, dari
kehamilan saat pertama kali masuk untuk HEG (sebelum atau setelah 10 minggu mereka 946 wanita (0,76%) dirawat dengan diagnosis HEG, dimana 545
kehamilan) dan kebutuhan akan dukungan TPN dibandingkan antara kehamilan memenuhi syarat untuk studi (Gambar 1). Dari jumlah tersebut, 264 (48,4%)
dengan janin laki-laki dan perempuan. Selain itu, hubungan antara jenis kelamin melibatkan janin laki-laki dan 281 (51,6%) melibatkan janin perempuan
janin dan hasil kehamilan pada kehamilan dengan komplikasi HEG dibandingkan (Gambar 1). Wanita di HEG dan kelompok kontrol serupa sehubungan
dengan kontrol. dengan karakteristik latar belakang medis dan kebidanan (Tabel 1).

Morbiditas neonatal komposit didefinisikan sebagai adanya hal-hal berikut:


kematian neonatal, masuk ke unit perawatan intensif neonatal (NICU), Wanita dalam kelompok HEG yang mengandung janin perempuan lebih
morbiditas pernapasan (sindrom gangguan pernapasan, takipnea transien muda, dirawat di awal kehamilan untuk HEG ( 5 10 w), dan lebih mungkin
pada bayi baru lahir, displasia bronkopulmonal atau kebutuhan akan membutuhkan dukungan TPN dibandingkan dengan wanita dengan HEG
dukungan ventilasi), morbiditas infeksi (sepsis, meningitis, atau pneumonia yang memiliki janin laki-laki (Tabel 1).
yang dibuktikan kultur), morbiditas neurologis (kejang, hipotonia, IVH (tingkat
apa pun) atau leukomalasia periventrikular), enterokolitis nekrotikans, perlu
fototerapi atau hipoglikemia. Rasio jenis kelamin janin dalam kelompok HEG dan kontrol

Dibandingkan dengan kontrol, wanita dengan HEG lebih cenderung memiliki


janin perempuan daripada laki-laki (OR ¼ 1.20) meskipun perbedaan ini
mencapai signifikansi statistik hanya untuk subkelompok wanita dengan HEG
Analisis statistik yang dirawat sebelum 10 minggu kehamilan (OR ¼ 1,40, 95% CI 1,03–1,70)

Analisis data dilakukan dengan software SPSS v15.0 (SPSS, New York, USA). atau yang membutuhkan dukungan TPN (OR ¼ 1,59, 95% CI 1,15–2,03; Meja
Mahasiswa t- tes digunakan untuk membandingkan variabel kontinu antara 2).

kelompok, dan 2 test dan Fisher's

Gambar 1. Pemilihan kelompok belajar.


DOI: 10.3109 / 14767058.2013.798293 Hiperemesis gravidarum dan jenis kelamin janin 1755

Tabel 1. Karakteristik demografis dan kebidanan wanita dalam kelompok studi dan kontrol.

HEG N ¼ 545 Kontrol N ¼ 1635

M ¼ bir putih Fe laki-laki M ¼ bir putih Wanita


Ciri Secara keseluruhan N 264 N ¼ 281 p Nilai y Secara keseluruhan N 868 N ¼ 767 p Nilai y p Nilai z

Usia ibu (y) 28.8 5.2 29.5 5.5 28.2 4.8 0,003 28.8 5.0 29.1 5.1 28.5 4.8 0,01 T/A*
Usia 4 35 tahun 71 (13.0) 48 (18.2) 23 (8.2) 0,001 213 (13.0) 117 (13.5) 96 (12,5) 0,5 T/A*
Nulliparitas 278 (51.0) 126 (47,7) 152 (54.1) 0.1 834 (51.0) 458 (52,8) 376 (49,0) 0.1 T/A*
CS sebelumnya 51 (9,4) 20 (7.6) 31 (11.0) 0.2 155 (9,5) 82 (9,4) 73 (9.5) 0.9 0.9
Diabetes 3 (0,6) 2 (0,8) 1 (0,4) 0,5 21 (1.3) 9 (1,0) 12 (1.6) 0.3 0.2
Hipertensi kronis 3 (0,6) 3 (1.1) 0 (0,0) 0.1 10 (0,6) 4 (0,5) 6 (0,8) 0.4 0.9
Minggu pertama 316 (58,0) 141 (53,4) 175 (62,3) 0,04 T/A T/A T/A T/A T/A
tiket masuk untuk
HEG 5 10w
Kebutuhan TPN 171 (31,4) 71 (26,9) 100 (35.6) 0,03 T/A T/A T/A T/A T/A

Data disajikan sebagai mean SD atau n (%).


HEG, hiperemesis gravidarum; T / A, tidak berlaku; TPN, nutrisi parenteral total.

y * Kelompok HEG dan kontrol dicocokkan dengan usia ibu dan paritas;
zk Me seenl ug rauchua pn aHd Ea Gp edr ab na nkdeilnogmapnoskukboknetlrooml pok pria versus wanita dalam HEG atau kelompok kontrol; Mengacu pada perbandingan

Tabel 2. Rasio jenis kelamin saat melahirkan pada kelompok HEG.

Secara keseluruhan Laki-laki Wanita Rasio F: M. Rasio kemungkinan untuk janin perempuan versus laki-laki (95% CI) *

Grup HEG keseluruhan 545 264 (48.4) 281 (51.6) 1.064 1,203 (0,992–1,461)
Penerimaan 5 10w
Tidak 229 123 (53,7) 106 (46,3) 0.861 0,975 (0,741–1,492)
Iya 316 141 (44,6) 175 (55,4) 1.241 1,403 (1,032–1,701)
TPN
Tidak 374 193 (51.6) 181 (48,4) 0,938 1,061 (0,892–1,389)
Iya 171 71 (41,5) 100 (58,5) 1.408 1.593 (1.150–2.026)

* Nilai mencerminkan rasio ganjil untuk janin perempuan versus laki-laki pada saat persalinan untuk perempuan dalam kelompok HEG dibandingkan dengan perempuan dalam kelompok kontrol (rasio F: M pada kelompok
kontrol adalah 0,884 (781/883)).

Jenis kelamin janin dan hasil kehamilan pada kehamilan dengan hubungan yang dilaporkan sebelumnya antara jenis kelamin janin laki-laki dan
komplikasi HEG hasil kehamilan yang merugikan pada populasi kebidanan umum [15] atau apakah
itu mencerminkan kerentanan yang lebih besar dari janin laki-laki terhadap
Kehadiran janin laki-laki dalam kehamilan dengan komplikasi HEG dikaitkan
penghinaan yang dilakukan oleh HEG, kami menganalisis interaksi antara HEG
dengan peningkatan risiko kelahiran prematur pada usia kehamilan kurang dari
dan jenis kelamin janin untuk seluruh kohort ( lihat metode). Seperti dapat dilihat
37 atau 34 minggu, serta morbiditas perinatal termasuk morbiditas gabungan,
pada Tabel 5, OR untuk interaksi antara HEG dan jenis kelamin janin laki-laki
morbiditas pernapasan, dan ikterus yang membutuhkan fototerapi (Tabel 3).
secara signifikan lebih besar dari 1 untuk prematuritas dan morbiditas neonatal. Ini
Janin perempuan secara signifikan lebih cenderung menjadi kecil untuk usia
menyiratkan bahwa hubungan antara jenis kelamin janin laki-laki dan prematuritas
kehamilan dengan adanya HEG dibandingkan dengan janin laki-laki (Tabel 3).
dan morbiditas neonatal secara signifikan lebih kuat pada wanita dengan HEG
Tidak ada perbedaan terkait gender dalam tingkat komplikasi kehamilan
daripada di kontrol, menunjukkan bahwa janin laki-laki lebih rentan terhadap efek
lainnya seperti preeklamsia atau diabetes gestasional pada kelompok HEG.
buruk HEG pada hasil akhir kehamilan.

Kami selanjutnya menggunakan analisis regresi logistik multivariat untuk


menyesuaikan hubungan antara jenis kelamin janin dan beberapa ukuran hasil
Diskusi
yang ditemukan signifikan dalam analisis univariat untuk pembaur potensial
termasuk usia ibu, paritas, hipertensi kronis, diabetes, dan riwayat operasi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah jenis kelamin janin
caesar (Tabel 4). Jenis kelamin janin perempuan ditemukan secara berhubungan dengan kejadian, tingkat keparahan dan efek samping HEG.
independen terkait dengan keparahan HEG yang lebih tinggi (seperti yang Temuan utama kami adalah sebagai berikut: (1) HEG tampak lebih umum dan
tercermin dari masuk awal untuk HEG dan kebutuhan dukungan TPN) dan parah pada janin perempuan dibandingkan dengan janin laki-laki. (2) Pada
berat lahir di bawah persentil ke-10, sementara jenis kelamin janin laki-laki kehamilan dengan komplikasi HEG, keberadaan janin perempuan dikaitkan
secara independen dikaitkan dengan peningkatan risiko prematuritas dan dengan peningkatan risiko berat badan lahir di bawah persentil ke-10. (3)
morbiditas neonatal ( Tabel 4). Kehadiran janin laki-laki dalam kehamilan dengan HEG dikaitkan dengan
peningkatan risiko prematuritas dan morbiditas neonatal.

Untuk menentukan apakah hubungan antara jenis kelamin janin laki-laki


dan hasil kehamilan yang merugikan pada kehamilan dengan komplikasi HEG Dalam penelitian ini, kami menemukan bahwa tingkat HEG parah lebih tinggi
hanya mencerminkan pada kehamilan dengan janin perempuan. Sebelumnya
1756 Y. Peled dkk. J Matern Bayi Neonatal Med, 2013; 26 (17): 1753–1757

penelitian telah menetapkan hubungan antara jenis kelamin janin dan risiko dari HEG sebagai kasus yang parah: masuk awal ( 5 10 minggu kehamilan) atau
HEG, [4-12], dan dalam meta-analisis membutuhkan dukungan TPN.
masalah ini, ditemukan itu ¼ janin perempuan secara signifikan dikaitkan Alasan hubungan antara janin perempuan dan HEG tidak jelas. Satu
dengan HEG (OR 1,27, 95% CI 1,21-1,34) [13]. penjelasan yang mungkin bisa menjadi tingkat yang lebih tinggi dari human
Namun, penelitian yang menyelidiki hubungan antara jenis kelamin janin dan tingkat chorionic gonadotropin (hCG) pada kehamilan dengan perempuan
keparahan HEG menghasilkan hasil yang bertentangan - sementara beberapa dibandingkan dengan janin laki-laki [20]. Hubungan antara tingkat hCG dan
penelitian melaporkan hubungan antara jenis kelamin janin perempuan dan tingkat HEG didukung oleh fakta bahwa tingkat tertinggi HEG terjadi pada saat
keparahan HEG [8,10,11,14], penelitian lain gagal menunjukkan hubungan tersebut puncak tingkat hCG [21,22]. Selain itu, tingkat HEG lebih tinggi dalam kondisi
[ 4,6]. Salah satu alasan yang mungkin adalah variabilitas antara studi yang yang ditandai dengan tingkat hCG tinggi termasuk kehamilan multipel dan
berbeda dalam definisi keparahan HEG yang didasarkan pada adanya ketonuria kehamilan mola [23,24].
parah ( þ 3) [10,14], kebutuhan untuk masuk rumah sakit [6,11,14] atau durasi rawat
inap ( 4 2 d) [8]. Dalam studi saat ini kami menggunakan kriteria ketat untuk Secara keseluruhan, kami menemukan hubungan antara jenis kelamin janin
mendefinisikan kasus perempuan dan bayi SGA di antara perempuan dengan HEG. Asosiasi ini
sebelumnya telah dilaporkan pada populasi kebidanan umum [15,25], meskipun
hasilnya bertentangan [19]. Hubungan ini dapat dikaitkan dengan tingkat HEG
Tabel 3. Kehamilan dan hasil perinatal pada wanita dengan HEG yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin parah yang lebih tinggi dengan adanya janin perempuan. Wanita dengan HEG
janin.
parah ditandai dengan kenaikan berat badan yang lebih rendah dan bahkan
penurunan berat badan selama kehamilan [26], yang telah terbukti terkait dengan
M ¼ bir putih Fe laki-laki
gangguan pertumbuhan janin [27,28]. Karena sifat retrospektif dari penelitian saat
Hasil N 264 N ¼ 281 p Nilai
ini, data mengenai kenaikan berat badan ibu selama kehamilan tidak tersedia,
Komplikasi kehamilan
sehingga kami tidak dapat menguji hipotesis ini dalam kohort kami.
Diabetes gestasional 6 (2.3) 2 (0,7) 0.13
Preeklamsia 5 (1.9) 3 (1.1) 0.4
Solusio plasenta 8 (3.0) 3 (1.1) 0.10
Hasil pengiriman Kami juga menemukan bahwa kehadiran janin laki-laki dalam kehamilan
Usia kehamilan 38.3 3.1 39.0 1.9 0,001
dengan komplikasi HEG dikaitkan dengan peningkatan risiko prematuritas dan
saat pengiriman (wks)
5 37w 38 (14.4) 21 (7.5) 0,009 morbiditas neonatal, dan ini
5 34w 19 (7.2) 6 (2.1) 0,005
Induksi persalinan 31 (11,7) 36 (12,8) 0.7
Tabel 4. Asosiasi jenis kelamin janin perempuan dengan keparahan HEG dan hasil akhir kehamilan
Operasi caesar 29 (11.0) 42 (14.9) 0.17
yang merugikan di antara wanita dengan analisis HEG - multivariabel.
Mekonium 18 (6.8) 20 (7.1) 0.9
Hasil perinatal
Berat lahir (g) 3044 661 3117 560 0.16
Persentil berat lahir 47.4 27.7 43.3 28.7 0,09 Hasil aOR untuk janin perempuan versus laki-laki (95% CI)
SGA ( 5 Persentil ke-10) 25 (9,5) 43 (15,3) 0,039
Kebutuhan TPN 1,36 (1,08–2,01)
LGA (pe4rsentil ke-90) 25 (9,5) 17 (6.0) 0.13
Masuk di 5 10w 1,12 (1,03–1,54)
Morbiditas komposit * 33 (12,5) 14 (5.0) 0,002
Usia kehamilan 5 37w 0,49 (0,27–0,87)
5 menit Apgar y 7 5 0 (0,0) 3 (1.1) 0,09
Usia kehamilan 5 34w 0,30 (0,11–0,80)
Kematian neonatal 0 (0,0) 0 (0,0) T/A
SGA ( 5 Persentil ke-10) 1,59 (0,93–2,71)
Masuk ke NICU 26 (9,8) 17 (6.0) 0.10
Hasil gabungan * 0,38 (0,20–0,74)
RDS 13 (4.9) 3 (1.1) 0,008
NEC 0 (0,0) 3 (1.1) 0,09
Nilai mencerminkan hasil analisis regresi logistik multivariabel dan dinyatakan sebagai
Penyakit kuning membutuhkan 19 (7.2) 9 (3.2) 0,035
rasio odds (interval kepercayaan 95%).
fototerapi
Beberapa ukuran hasil yang ditemukan berbeda antara HEG dan kelompok kontrol
Hipoglikemia * 7 (2.7) 5 (1,8) 0,5
dalam analisis univariat digunakan sebagai variabel terikat (kolom 1).

Nilai disajikan sebagai mean SD atau n (%)


Variabel independen meliputi usia ibu, paritas, hipertensi kronis, diabetes, jenis kelamin
SGA, kecil untuk usia kehamilan; LGA, besar untuk usia kehamilan; NICU, unit perawatan
janin, dan riwayat operasi caesar. HEG, hiperemesis gravidarum; TPN, nutrisi
intensif neonatal; RDS, sindrom gangguan pernapasan; NEC, enterokolitis nekrotikans.
parenteral total; SGA, kecil untuk usia kehamilan; NICU, unit perawatan intensif
neonatal;
* Seperti yang didefinisikan di bagian metode.
y M* Se en pg ea rctui ypaandga dki de emf iant i saink anne odni abtaagl ipaandma ebtaoydiey. ang tidak dikeluarkan dari tubuh.

Tabel 5. Perbandingan hubungan jenis kelamin janin laki-laki dengan hasil yang merugikan antara wanita dengan HEG dan kontrol.

Grup HEG Kelompok kontrol

M ¼ bir putih Fe laki-laki M ¼ bir putih Fe laki-laki Interaksi antara jenis kelamin janin laki-laki
Hasil N 264 N ¼ 281 aOR (95% CI) y N 868 N ¼ 767 aOR (95% CI) y dan HEG z [ ATAU (95% CI)]

Pengiriman 5 37w 38 (14.4) 21 (7.5) 2.04 (1.15–3.70) 65 (7.5) 35 (4.6) 1,69 (1,11–2,58) 1,21 (1,05–1,76)
Pengiriman 5 34w 19 (7.3) 6 (2.1) 3,33 (1,25–9,09) 20 (2.3) 11 (1.4) 1,62 (0,77–3,40) 2.06 (1.48–3.29)
Morbiditas komposit * 33 (12,5) 14 (5.0) 2,63 (1,35–5,00) 67 (7.7) 37 (4.8) 1,65 (1,09–2,49) 1,59 (1,13–2,68)

y R* Saespieortpi yealungandigdejfainni sinikalankdii-lbaakgiiavnemrseutosd ep;erempuan menggunakan analisis regresi logistik multivariat, menyesuaikan dengan usia ibu, paritas, hipertensi kronis,

z Idnitaebraektessi a, nj etna risa kHeElaGmdinanjajneinni,s dkaenlarmiwina yjaanti nopl aekrai-lsaikci auenstuakr; seluruh kohort menggunakan analisis regresi logistik multivariat. Nilai mencerminkan seberapa kuatnya
adalah hubungan antara jenis kelamin janin laki-laki dan hasil yang merugikan pada wanita dengan HEG dibandingkan dengan kontrol, seperti yang dijelaskan di bagian metode.
DOI: 10.3109 / 14767058.2013.798293 Hiperemesis gravidarum dan jenis kelamin janin 1757

asosiasi lebih kuat dari hubungan yang diamati sebelumnya antara jenis kelamin janin 9. Sorensen HT, Thulstrup AM, Mortensen JT, dkk. Hiperemesis gravidarum dan jenis
kelamin anak. Lancet 2000; 355: 407.
laki-laki dan hasil kehamilan yang merugikan pada populasi kebidanan umum [15-18].
10. Tan PC, Jacob R, Quek KF, Omar SZ. Rasio jenis kelamin janin dan indikator
Dengan demikian, pengamatan ini mungkin mencerminkan kerentanan yang lebih metabolik, biokimia, hematologis dan klinis dari keparahan hiperemesis
besar dari janin laki-laki (dibandingkan dengan janin perempuan) terhadap efek gravidarum. BJOG 2006; 113: 733–7.
samping HEG pada hasil akhir kehamilan.
11. Hsu CD, Witter FR. Jenis kelamin janin dan hiperemesis gravidarum berat. Int J Gynaecol
Obstet 1993; 40: 63–4.
Studi kami memiliki beberapa keterbatasan; kelayakan untuk penelitian ini 12. Roseboom TJ, Ravelli AC, van der Post JA, Painter RC. Karakteristik ibu sebagian
terbatas hanya untuk wanita yang melahirkan di pusat kami setelah 24 minggu besar menjelaskan hasil akhir kehamilan yang buruk setelah hiperemesis gravidarum.
kehamilan. Beberapa wanita meskipun dirawat di rumah sakit kami, melahirkan di Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol 2011; 156: 56–9.

rumah sakit lain, dengan demikian, dikeluarkan. Apalagi hanya pengiriman 4 24


13. MV Veenendaal, van Abeelen AF, Painter RC, dkk. Konsekuensi hiperemesis
minggu dimasukkan dalam populasi yang diteliti, ada kemungkinan bahwa kasus gravidarum untuk keturunan: tinjauan sistematis dan meta-analisis. BJOG 2011;
HEG yang paling parah, yang mungkin berakhir dengan persalinan sebelum 24 118: 1302–13.
minggu, mungkin terlewat. Selain itu, karena desain retrospektifnya, data 14. Rashid M, Rashid MH, Malik F, Herath RP. Hiperemesis gravidarum dan jenis
kelamin janin: studi retrospektif. J Obstet Gynaecol 2012; 32: 475–8.
mengenai beberapa variabel seperti indeks massa tubuh sebelum kehamilan dan
kenaikan berat badan saat hamil tidak tersedia [29,30]. Namun demikian, temuan 15. Melamed N, Yogev Y, Glezerman M. Jenis kelamin janin dan hasil kehamilan. J
kami didasarkan pada kohort yang relatif besar dari satu pusat medis yang Matern Janin Neonatal Med 2010; 23: 338-44.
dikelola dengan definisi standar dan protokol pengobatan. 16. Lao TT, Sahota DS, Suen SS, Law LW. Dampak jenis kelamin janin pada kelahiran
prematur di populasi China bagian selatan. J Matern Fetal Neonatal Med 2011; 24:
1440–3.
17. Sheiner E, Retribusi A, Katz M, dkk. Jenis kelamin penting dalam pengobatan perinatal. Ada
Singkatnya, tampaknya tingkat HEG, terutama bentuk HEG yang parah, lebih Diagnosis Janin 2004; 19: 366–9.

tinggi pada kehamilan dengan janin perempuan. Selain itu, tampaknya efek 18. Zeitlin J, Saurel-Cubizolles MJ, De Mouzon J, dkk. Jenis kelamin janin dan kelahiran prematur:
apakah laki-laki berisiko lebih besar? Hum Reprod 200; 17: 2762–8.
samping HEG pada hasil akhir kehamilan juga terkait dengan jenis kelamin janin.
Sementara janin perempuan lebih rentan terhadap hambatan pertumbuhan 19. Aibar L, Puertas A, Valverde M, dkk. Jenis kelamin janin dan hasil perinatal. J
intrauterin, janin laki-laki lebih berisiko mengalami prematuritas dan morbiditas Perinat Med 2012; 40: 271–6.
neonatal. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memberikan lebih banyak wawasan 20. Danzer H, Braustein GD, Rasor J, dkk. Konsentrasi human chorionic
gonadotropin serum ibu dan prediksi jenis kelamin janin. Steril Pupuk 198; 34:
tentang mekanisme yang bertanggung jawab atas asosiasi ini.
336–40.
21. Braunstein GD, Hershman JM. Perbandingan konsentrasi tirotropin hipofisis
serum dan konsentrasi gonadotropin korionik selama kehamilan. J Clin Endocrinol
Metab 1976; 42: 1123–6.
22. Niebyl JR. Praktek klinis. Mual dan muntah saat hamil. N Engl J Med 2010; 363:
Deklarasi minat 1544–50.
23. Kauppila A, Jouppila P, Koivisto M, dkk. Kehamilan kembar. Sebuah studi klinis dari
Penulis melaporkan tidak ada konflik kepentingan. Penulis sendirilah yang
335 kasus. Acta Obstet Gynecol Scand Suppl 1975; 44: 5–12.
bertanggung jawab atas isi dan penulisan artikel ini.
24. Verberg MF, Gillott DJ, Al-Fardan N, Grudzinskas JG. Hiperemesis gravidarum,
tinjauan pustaka. Pembaruan Hum Reprod 2005; 11: 527–39.
Referensi
1. Bailit JL. Hiperemesis gravidarium: temuan epidemiologi dari kohort besar. Am J 25. Spinillo A, Capuzzo E, Nicola S, dkk. Interaksi antara jenis kelamin janin dan faktor
Obstet Gynecol 200; 193: 811–4. risiko retardasi pertumbuhan janin. Am J Obstet Gynecol 1994; 171: 1273–7.
2. Kallen B. Hiperemesis selama kehamilan dan hasil persalinan: studi registri. Berbagai
Reprod Eur J Obstet Gynecol 1987; 26: 291–302. Gadsby R, Barnie-Adshead AM, 26. Vilming B, Nesheim BI. Hiperemesis gravidarum dalam populasi kontemporer di
3. Jagger C. Sebuah studi prospektif tentang mual dan muntah selama kehamilan. Br J Oslo. Acta Obstet Gynecol Scand 2000; 79: 640–3.
Gen Pract 1993; 43: 245–8.
27. Ehrenberg HM, Dierker L, Milluzzi C, Mercer BM. Berat badan ibu rendah, gagal
4. Askling J, Erlandsson G, Kaijser M, dkk. Penyakit pada kehamilan dan jenis kelamin tumbuh dalam kehamilan, dan hasil akhir kehamilan yang merugikan. Am J Obstet
anak. Lancet 199; 354: 2053. Gynecol 2003; 189: 1726–30.
5. Basso O, Olsen J. Sex rasio dan kembaran pada wanita dengan hiperemesis atau 28. DeVader SR, Neeley HL, Myles TD, Leet TL. Evaluasi pedoman kenaikan berat badan
pre-eklamsia. Epidemiologi 200; 12: 747–9. kehamilan untuk wanita dengan indeks massa tubuh sebelum hamil normal. Obstet
6. del Mar Melero-Montes M, Jick H. Hyperemesis gravidarum dan jenis kelamin Gynecol 2007; 110: 745–51. Liu Y, Dai W, Dai X, Li Z. Indeks massa tubuh sebelum
keturunannya. Epidemiologi 200; 12: 123–4. 29. kehamilan dan pertambahan berat badan kehamilan dengan hasil kehamilan: sebuah
7. Dodds L, Fell DB, Joseph KS, dkk. Hasil akhir kehamilan dengan komplikasi studi 13 tahun dari 292.568 kasus di Cina. Arch Gynecol Obstet 2012; 286: 905–11.
hiperemesis gravidarum. Obstet Gynecol 2006; 107: 285–92.

8. Schiff MA, Reed SD, Daling JR. Rasio jenis kelamin kehamilan dengan komplikasi 30. Munim S, Maheen H. Asosiasi pertambahan berat badan kehamilan dan indeks massa tubuh
rawat inap untuk hiperemesis gravidarum. BJOG 2004; 111: 27–30. sebelum hamil dengan hasil kehamilan yang merugikan. J Coll Physicians Surg Pak 2012;
22: 694–8.
http://informahealthcare.com/jmf
ISSN: 1476-7058 (print), 1476-4954 (electronic)

J Matern Fetal Neonatal Med, 2013; 26(17): 1753–1757


! 2013 Informa UK Ltd. DOI: 10.3109/14767058.2013.798293

Pregnancy outcome in hyperemesis gravidarum – the role of fetal


gender
1 1 1 1 1 1,2
Yoav Peled , Nir Melamed , Liran Hiersch , Eran Hadar , Arnon Wiznitzer , and Yariv Yogev
1
Helen Schneider Hospital for Women, Rabin Medical Center, Petach Tikva, Israel and 2Sackler Faculty of Medicine, Tel Aviv University, Tel Aviv,
Israel

Abstract Keywords
Objective: To determine whether the incidence, severity and effects of hyperemesis gravidarum Fetal, gender, hyperemesis gravidarum,
(HEG) are related to fetal gender. pregnancy
Method: A retrospective study of all pregnant women who were admitted with the diagnosis of
HEG between 1994 and 2008 (N ¼ 545). The association between fetal gender and pregnancy History
outcome in pregnancies complicated by HEG was compared to that of a control group of
women with singleton pregnancies matched by maternal age and parity in a 3:1 ratio Received 6 March 2013
Revised 15 March 2013
(N ¼ 1635).
Accepted 16 April 2013
Results: Women with HEG with a female fetus were younger (28.2 4.8y versus 29.5 5.5y, Published online 23 May 2013
p ¼ 0.003), were admitted earlier in pregnancy for HEG (admission510w: 62.3% versus 53.4%,
p ¼ 0.04), and were more likely to require TPN support (35.6% versus 26.9%, p ¼ 0.03) compared
to women with HEG having a male fetus. Compared to controls, women with HEG were more
likely to have a female rather than a male fetus (odds ratio (OR) ¼ 1.20) although this difference
reached statistical significance only for the subgroup of women with HEG who were admitted
prior to 10 weeks of gestation (OR ¼ 1.40, 95%-confidence interval (CI) 1.03–1.70) or who
required TPN support (OR ¼ 1.593, 95% CI 1.15–2.0263). The presence of a male fetus in
pregnancies complicated by HEG was associated with an increased risk for preterm delivery
(OR ¼ 0.49, 95% CI 0.27–0.87), and composite neonatal morbidity (OR ¼ 0.38, 95% CI 0.20–0.74).
Conclusion: Although HEG appears to be more common and more severe in the presence of a
female fetus, male fetuses appear to be more susceptible to the adverse effects of HEG on
pregnancy outcome.

Introduction The association between fetal gender and adverse preg-


nancy outcome in the general obstetric population has been
Hyperemesis gravidarum (HEG), which is a severe form of
already addressed [15–19]; however, scarcity of data exists
the common pregnancy-related complaints of nausea and
regarding the association of fetal gender with adverse
vomiting, affects 0.3–2.3% of pregnancies [1,2]. Generally,
pregnancy outcome in pregnancies complicated by HEG.
about 60% of cases of HEG resolve by the end of the first
Thus, we aimed to determine whether the incidence,
trimester, and up to 90% resolve by 20 weeks of gestation [3].
severity and effects of HEG on pregnancy outcome are
While the association between female fetal gender and
associated with fetal gender.
increased rate of HEG is well-established [4–13], a contro-
versy still exits regarding this association in cases of severe
Methods
HEG [4,6,8,10,11,14]. One important problem is the vari-
ability between different studies in the definition of severe A retrospective cohort study design was used. The study
HEG – while some use laboratory abnormalities to define group included all pregnant women who were admitted with
severe HEG [10,14], others base the definition on factors such the diagnosis of HEG between 1994 and 2008. Only women
as the need for hospital admission or duration of hospitaliza- with singleton pregnancies who subsequently delivered in our
tion [6,8,11,14]. medical center at gestational age of 424 weeks and for whom
fetal sex was recorded were included in the analysis (HEG
group, N ¼ 545). Cases were identified using the hospital
admissions database. Data were compared with a control
Address for correspondence: Yariv Yogev, MD, Department of group consisting of women with singleton pregnancies
Obstetrics and Gynecology, Helen Schneider Hospital for Women,
Rabin Medical Center, Petah Tiqwa 49100, Israel. Tel: +972 3 9377400. who gave birth immediately after each of the index HEG
Fax: +972 3 9377409. E-mail: yarivyogev@hotmail.com deliveries, matched by maternal age and parity in a 3:1 ratio
1754 Y. Peled et al. J Matern Fetal Neonatal Med, 2013; 26(17): 1753–1757

exact test were used for categorial variables. Step-wise


(control group, N ¼ 1635). The study protocol was approved
by the local Institutional review board. multivariate logistic regression analysis was used adjust the
Pregnancy outcome for women in the HEG and control association between fetal gender and adverse pregnancy
groups was extracted from the comprehensive perinatal outcome in cases of HEG for potential confounders. In order
database in our medical center, and included maternal to determine whether this association between fetal gender
medical and obstetrical characteristics, maternal complica- and adverse pregnancy outcome in pregnancies complicated
tions during pregnancy, delivery outcome, fetal gender and by HEG merely reflects the previously reported association
short-term perinatal outcome. between male and fetal gender, and adverse pregnancy
According to the practice in our medical center, first- or outcome in the general obstetric population [15] or whether
early second-trimester pregnant women with unrelenting, it reflects a greater susceptibility of male fetuses to the insults
excessive pregnancy-related nausea and/or vomiting that exerted by HEG, we used logistic regression analysis to assess
prevents adequate intake of food and fluids with or without the interaction between HEG and fetal gender with respect to
abnormal laboratory results such as ketonuria or electrolytes different outcome measures for the entire cohort (HEG and
disturbance are admitted for hospitalization and defined as control groups), so that the OR for the interaction reflects how
having HEG. If clinical symptoms or laboratory tests do not much stronger is the association between fetal gender and
resolve after the administration of intravenous fluids and adverse outcome in women with HEG than in controls.
antiemetic drugs and/or oral intake cannot be restored after Differences were considered significant when pvalue was less
several days, total parenteral nutrition (TPN) support is than 0.05.
warranted. Moreover, TPN support is also considered for
women with more than 10% decrease in body weight from Results
pre-pregnancy weight Characteristics of the HEG and control groups
The female to male ratio in the HEG group was compared
to that in controls. The severity of HEG, as determined by Overall, during the study period, 123 915 women delivered, of
gestational age at first admission for HEG (before or after 10 them 946 women (0.76%) were admitted with the diagnosis of
weeks of gestation) and the need for TPN support was HEG, of which 545 were eligible for the study (Figure 1).
compared between pregnancies with male and female fetuses. Of these, 264 (48.4%) involved male fetuses and 281
In addition, the association between fetal gender and preg- (51.6%) involved female fetuses (Figure 1). Women in
nancy outcome in pregnancies complicated by HEG was the HEG and the control groups were similar with respect
compared to that of controls. to the medical and obstetrical background characteristics
Composite neonatal morbidity was defined as the pres- (Table 1).
ence any of the following: neonatal death, admission to Women in the HEG group who were carrying a female
neonatal intensive care unit (NICU), respiratory morbidity fetus were younger, were admitted earlier in pregnancy
(respiratory distress syndrome, transient tachypnea of the for HEG (510 w), and were more likely to require TPN
newborn, bronchopulmonary dysplasia or need for ventilatory support compared to women with HEG having a male fetus
support), infectious morbidity (culture-proven sepsis, menin- (Table 1).
gitis or pneumonia), neurologic morbidity (convulsions,
hypotonia, IVH (any grade) or periventricular leukomalacia), Fetal sex ratio in the HEG and control groups
necrotizing enterocolitis, need for phototherapy or Compared to controls, women with HEG were more likely to
hypoglycemia. have a female rather than a male fetus (OR ¼ 1.20) although
this difference reached statistical significance only for the
Statistical analysis subgroup of women with HEG who were admitted prior to
Data analysis was performed with the SPSS v15.0 software 10 weeks of gestation (OR ¼ 1.40, 95% CI 1.03–1.70) or
(SPSS, New York, USA). Students’ t-test was used to compare who required TPN support (OR ¼ 1.59, 95% CI 1.15–2.03;
continuous variables between groups, and 2 test and Fisher’s Table 2).

Figure 1. Selection of the study group.


DOI: 10.3109/14767058.2013.798293 Hyperemesis gravidarum and fetal gender 1755
Table 1. Demographic and obstetric characteristics of women in the study and control groups.

HEG N ¼ 545 Control N ¼ 1635


Males Females Males Females
Characteristic Overall N ¼ 264 N ¼ 281 Overall N ¼ 868 N ¼ 767
p Valuey p Valuey p Valuez
Maternal age (y) 0.003 0.01 N/A*
28.8 5.2 29.5 5.5 28.2 4.8 28.8 5.0 29.1 5.1 28.5 4.8
Age 435 years 23 (8.2) 0.001 0.5 N/A*
71 (13.0) 48 (18.2) 213 (13.0) 117 (13.5) 96 (12.5)
Nulliparity 152 (54.1) 0.1 0.1 N/A*
278 (51.0) 126 (47.7) 834 (51.0) 458 (52.8) 376 (49.0)
Previous CS 31 (11.0) 0.2 0.9 0.9
51 (9.4) 20 (7.6) 155 (9.5) 82 (9.4) 73 (9.5)
Diabetes 1 (0.4) 0.5 0.3 0.2
3 (0.6) 2 (0.8) 21 (1.3) 9 (1.0) 12 (1.6)
Chronic hypertension 0 (0.0) 0.1 4 (0.5) 0.4 0.9
3 (0.6) 3 (1.1) 10 (0.6) 6 (0.8)
Week at first 175 (62.3) 0.04 N/A N/A N/A N/A
316 (58.0) 141 (53.4) N/A
admission for
HEG 510w
Need for TPN 171 (31.4) 71 (26.9) 100 (35.6) 0.03 N/A N/A N/A N/A N/A

Data is presented as mean S.D. or n (%).


HEG, hyperemesis gravidarum; N/A, not applicable; TPN, total parenteral nutrition.
*The HEG and control groups were matched by maternal age and parity;
yRefers to comparison of the male versus female subgroups within the HEG or control group;
zRefers to comparison of the overall HEG and control groups

Table 2. Sex ratio at delivery in the HEG group.

Overall Males Females F:M ratio Odds ratio for a female versus male fetus (95% CI)*
Overall HEG group 545 264 (48.4) 281 (51.6) 1.064 1.203 (0.992–1.461)
Admission 510w
No 229 123 (53.7) 106 (46.3) 0.861 0.975 (0.741–1.492)
Yes 316 141 (44.6) 175 (55.4) 1.241 1.403 (1.032–1.701)
TPN
No 374 193 (51.6) 181 (48.4) 0.938 1.061 (0.892–1.389)
Yes 171 71 (41.5) 100 (58.5) 1.408 1.593 (1.150–2.026)

*Values reflect the odds ratio for a female versus male fetus at the time of delivery for women in the HEG group compared with women in the control
group (the F:M ratio in the control group was 0.884 (781/883)).

Fetal gender and pregnancy outcome in pregnancies previously reported association between male fetal gender
complicated by HEG and adverse pregnancy outcome in the general obstetric
population [15] or whether it reflects a greater susceptibility
The presence of a male fetus in pregnancies complicated by
of male fetuses to the insults exerted by HEG, we analyzed the
HEG was associated with an increased risk for preterm
interaction between HEG and fetal gender for the entire
delivery at less than 37 or 34 weeks of gestation, as well as
cohort (see methods). As can be seen in Table 5, the ORs for
perinatal morbidity including composite morbidity, respira-
the interaction between HEG and male fetal gender were
tory morbidity and jaundice requiring phototherapy (Table 3).
significantly greater than 1 for prematurity and neonatal
Female fetuses were significantly more likely to be small for
morbidity. This implies that the association between male
gestational age in the presence of HEG compared with male
fetal gender and prematurity and neonatal morbidity is
fetuses (Table 3). There were no gender-related differences in
significantly stronger in women with HEG than in controls,
the rate of other pregnancy complications such as preeclamp-
suggesting that male fetuses are more susceptible to the
sia or gestational diabetes in the HEG group.
adverse effects of HEG on pregnancy outcome.
We next used multivariate logistic regression analysis to
adjust the association between fetal gender and several
Discussion
outcome measures that were found to be significant in the
univariate analysis for potential confounders including mater- The aim of the current study was to determine whether fetal
nal age, parity, chronic hypertension, diabetes, and a history gender is related to the incidence, severity level and adverse
of caesarean section (Table 4). Female fetal gender was found effects of HEG. Our key findings are as follows: (1) HEG
to be independently associated higher severity of HEG (as appears to be more common and severe in the presence of
reflected by early admission for HEG and need for female compared with male fetuses. (2) In pregnancies
TPN support) and birthweight below the 10th percentile, complicated by HEG, the presence of a female fetus is
while male fetal gender was independently associated associated with increased risk for a birthweight below the
with increased risk for prematurity and neonatal morbidity 10th percentile. (3) The presence of a male fetus in
(Table 4). pregnancies with HEG is associated with an increased risk
In order to determine whether this association between for prematurity and neonatal morbidity.
male fetal gender and adverse pregnancy outcome in In the current study, we found that the rate of severe HEG
pregnancies complicated by HEG merely reflects the was higher in pregnancies with a female fetus. Previous
1756 Y. Peled et al. J Matern Fetal Neonatal Med, 2013; 26(17): 1753–1757

studies have established an association between fetal gender of HEG as severe case: early admission (510 weeks of
and risk of HEG, [4–12], and in a meta-analysis addressing gestation) or need for TPN support.
this issue, it was found that a female fetus was significantly The reason for the association between female fetuses and
associated with HEG (OR ¼ 1.27, 95% CI 1.21–1.34) [13]. HEG is unclear. One possible explanation could be the higher
However, studies investigating the association between levels of human chorionic gonadotropin (hCG) in pregnancies
fetal gender and the severity of HEG produced conflicting with female compared with male fetuses [20]. The association
results – while some reported a an association between female between hCG levels and HEG is supported by the fact that the
fetal gender and severity of HEG [8,10,11,14], others failed to highest rate of HEG occurs at the time in which hCG levels
demonstrate such an association [4,6]. One possible reason peak [21,22]. Moreover, the rate of HEG is higher in
might be the variability between different studies in the conditions characterized by high-hCG levels including mul-
definition of severity of HEG which was based on the tiple gestation and molar pregnancies [23,24].
presence of severe ketonuria (þ3) [10,14], need for hospital Overall, we found an association between female fetal
admission [6,11,14] or the duration of hospitalization (42 d) gender and SGA infants among women with HEG. This
[8]. In the current study we used strict criteria to define cases association has been previously reported in the general
obstetric population [15,25], though results are conflicting
Table 3. Pregnancy and perinatal outcome among women with HEG [19]. This association could be attributed to the higher rate of
stratified by fetal sex. severe HEG in the presence of female fetuses. Women with
severe HEG are characterized by lower weight gain and even
Males Females
Outcome p Value weight loss during pregnancy [26], which has been shown to
N ¼ 264 N ¼ 281
be associated with compromise fetal growth [27,28]. Due to
Pregnancy complications the retrospective nature of the current study, data regarding
Gestational diabetes 6 (2.3) 2 (0.7) 0.13
Preeclampsia 5 (1.9) 3 (1.1) 0.4 maternal weight gain during pregnancy was not available, so
Placental abruption 8 (3.0) 3 (1.1) 0.10 that we cannot test this hypothesis in our cohort.
Delivery outcome We have also found that the presence of a male fetus in
Gestational age 0.001
38.3 3.1 39.0 1.9 pregnancies complicated by HEG is associated with increased
at delivery (wks)
537w 38 (14.4) 21 (7.5) 0.009 risk for prematurity and neonatal morbidity, and that this
534w 19 (7.2) 6 (2.1) 0.005
Labor induction 31 (11.7) 36 (12.8) 0.7
Cesarean section 29 (11.0) 42 (14.9) 0.17 Table 4. Association of female fetal sex with severity of HEG and
Meconium 18 (6.8) 20 (7.1) 0.9 adverse pregnancy outcome among women with HEG – multivariable
Perinatal outcome analysis.
Birth weight (g) 0.16
3044 661 3117 560 Outcome aOR for female versus male fetuses (95% CI)
Birthweight percentile 0.09
SGA (510th percentile) 47.4 27.7 43.3 28.7 0.039
25 (9.5) 43 (15.3) Need for TPN 1.36 (1.08–2.01)
LGA (490th percentile) 0.13
25 (9.5) 17 (6.0) Admission at 510w 1.12 (1.03–1.54)
Composite morbidity* 0.002
33 (12.5) 14 (5.0) Gestational age 537w 0.49 (0.27–0.87)
5-min Apgar 57 0.09
0 (0.0) 3 (1.1) Gestational age 534w 0.30 (0.11–0.80)
Neonatal deathy 0 (0.0) 0 (0.0) N/A
Admission to NICU SGA (510th percentile) 1.59 (0.93–2.71)
26 (9.8) 17 (6.0) 0.10
RDS Composite outcome* 0.38 (0.20–0.74)
13 (4.9) 3 (1.1) 0.008
NEC 0 (0.0) 3 (1.1) 0.09 Values reflect the results of multivariable logistic regression analysis and
Jaundice requiring 19 (7.2) 9 (3.2) 0.035 are expressed as odds ratio (95% confidence interval).
phototherapy Several outcome measures that were found to be different between the
Hypoglycemia* 7 (2.7) 5 (1.8) 0.5 HEG and control groups in the univariate analysis were used as the
dependent variables (1st column).
Values are presented as mean SD or n (%) The independent variables included maternal age, parity, chronic
SGA, small for gestational age; LGA, large for gestational age; NICU,
hypertension, diabetes, fetal sex, and a history of caesarean section.
neonatal intensive care unit; RDS, respiratory distress syndrome; NEC,
HEG, hyperemesis gravidarum; TPN, total parenteral nutrition; SGA,
necrotizing enterocolitis.
small for gestational age; NICU, neonatal intensive care unit;
*As defined in the methods section.
*As defined in the methods section.
yRefers to neonatal death in undischarged infants.

Table 5. Comparison of the association of male fetal gender with adverse outcome between women with HEG and controls.

HEG group Control group


Males Females Males Females Interaction between male fetal
Outcome N ¼ 264 gender and HEGz [OR (95% CI)]
N ¼ 281 aOR (95% CI)y N ¼ 868 N ¼ 767 aOR (95% CI)y
Delivery 537w 38 (14.4) 21 (7.5) 2.04 (1.15–3.70) 65 (7.5) 35 (4.6) 1.69 (1.11–2.58) 1.21 (1.05–1.76)
Delivery 534w 19 (7.3) 6 (2.1) 3.33 (1.25–9.09) 20 (2.3) 11 (1.4) 1.62 (0.77–3.40) 2.06 (1.48–3.29)
Composite morbidity* 33 (12.5) 14 (5.0) 2.63 (1.35–5.00) 67 (7.7) 37 (4.8) 1.65 (1.09–2.49) 1.59 (1.13–2.68)

*As defined in the methods section;


yOdds ratio for male versus female fetuses using multivariate logistic regression analysis, adjusting for maternal age, parity, chronic hypertension,
diabetes, fetal sex, and a history of caesarean section;
zInteraction between HEG and male fetal gender for the entire cohort using multivariate logistic regression analysis. Values reflect how much stronger
is the association between male fetal gender and adverse outcome in women with HEG than in controls, as described in the methods section.
DOI: 10.3109/14767058.2013.798293 Hyperemesis gravidarum and fetal gender 1757
association is stronger than the previously observed associ- 9. Sorensen HT, Thulstrup AM, Mortensen JT, et al. Hyperemesis
gravidarum and sex of child. Lancet 2000; 355:407.
ation between male fetal gender and adverse pregnancy 10. Tan PC, Jacob R, Quek KF, Omar SZ. The fetal sex ratio
outcome in the general obstetric population [15–18]. Thus, and metabolic, biochemical, haematological and clinical indi-
this observation may reflect a greater susceptibility of male cators of severity of hyperemesis gravidarum. BJOG 2006;113:
fetuses (compared with female fetuses) to the adverse effects 733–7.
11. Hsu CD, Witter FR. Fetal sex and severe hyperemesis gravidarum.
of HEG on pregnancy outcome. Int J Gynaecol Obstet 1993;40:63–4.
Our study has several limitations; eligibility for the study 12. Roseboom TJ, Ravelli AC, van der Post JA, Painter RC. Maternal
was limited only for women who delivered in our center after characteristics largely explain poor pregnancy outcome after
24 weeks of gestation. Some women although admitted to our hyperemesis gravidarum. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol
2011;156:56–9.
hospital, delivered in other hospitals, thus, were excluded. 13. Veenendaal MV, van Abeelen AF, Painter RC, et al. Consequences
Moreover, only deliveries 424 weeks were included in the of hyperemesis gravidarum for offspring: a systematic review and
studied population, it is possible that the most severe cases of meta-analysis. BJOG 2011;118:1302–13.
HEG, which may have ended in delivery prior to 24 weeks, 14. Rashid M, Rashid MH, Malik F, Herath RP. Hyperemesis
gravidarum and fetal gender: a retrospective study. J Obstet
may have been missed. Additionally, due to its retrospective
Gynaecol 2012;32:475–8.
design, data regarding several variables such as pre-pregnancy 15. Melamed N, Yogev Y, Glezerman M. Fetal gender and pregnancy
body mass index and pregnancy weight gain were not outcome. J Matern Fetal Neonatal Med 2010;23:338–44.
available [29,30]. Nevertheless, our findings are based on a 16. Lao TT, Sahota DS, Suen SS, Law LW. The impact of fetal gender
on preterm birth in a southern Chinese population. J Matern Fetal
relatively large cohort from a single medical center that was
Neonatal Med 2011;24:1440–3.
managed by standardized definitions and treatment protocol. 17. Sheiner E, Levy A, Katz M, et al. Gender does matter in perinatal
In summary, it appears that the rate of HEG, especially medicine. Fetal Diagn Ther 2004;19:366–9.
severe forms of HEG, is higher in pregnancies with female 18. Zeitlin J, Saurel-Cubizolles MJ, De Mouzon J, et al. Fetal sex and
preterm birth: are males at greater risk? Hum Reprod 2002;17:
fetuses. In addition, it appears that the adverse effects of HEG
2762–8.
on pregnancy outcome are related to fetal gender as well. 19. Aibar L, Puertas A, Valverde M, et al. Fetal sex and perinatal
While female fetuses are more prone to intrauterine growth outcomes. J Perinat Med 2012;40:271–6.
restriction, male fetuses are at increased risk for prematurity 20. Danzer H, Braustein GD, Rasor J, et al. Maternal serum human
chorionic gonadotropin concentrations and fetal sex prediction.
and neonatal morbidity. Further studies are needed to provide
Fertil Steril 1980;34:336–40.
more insight into the mechanisms responsible for these 21. Braunstein GD, Hershman JM. Comparison of serum pituitary
associations. thyrotropin and chorionic gonadotropin concentrations throughout
pregnancy. J Clin Endocrinol Metab 1976;42:1123–6.
22. Niebyl JR. Clinical practice. Nausea and vomiting in pregnancy. N
Declaration of interest Engl J Med 2010; 363:1544–50.
23. Kauppila A, Jouppila P, Koivisto M, et al. Twin pregnancy. A
The authors report no conflicts of interest. The authors alone
clinical study of 335 cases. Acta Obstet Gynecol Scand Suppl 1975;
are responsible for the content and writing of this article. 44:5–12.
24. Verberg MF, Gillott DJ, Al-Fardan N, Grudzinskas JG.
Hyperemesis gravidarum, a literature review. Hum Reprod
References Update 2005;11:527–39.
1. Bailit JL. Hyperemesis gravidarium: epidemiologic findings from a 25. Spinillo A, Capuzzo E, Nicola S, et al. Interaction between fetal
large cohort. Am J Obstet Gynecol 2005;193:811–4. gender and risk factors for fetal growth retardation. Am J Obstet
2. Kallen B. Hyperemesis during pregnancy and delivery outcome: a Gynecol 1994;171:1273–7.
registry study. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol 1987;26:291–302. 26. Vilming B, Nesheim B-I. Hyperemesis gravidarum in a contem-
3. Gadsby R, Barnie-Adshead AM, Jagger C. A prospective study of porary population in Oslo. Acta Obstet Gynecol Scand 2000;79:
nausea and vomiting during pregnancy. Br J Gen Pract 1993;43: 640–3.
245–8. 27. Ehrenberg HM, Dierker L, Milluzzi C, Mercer BM. Low maternal
4. Askling J, Erlandsson G, Kaijser M, et al. Sickness in pregnancy weight, failure to thrive in pregnancy, and adverse pregnancy
and sex of child. Lancet 1999;354:2053. outcomes. Am J Obstet Gynecol 2003;189:1726–30.
5. Basso O, Olsen J. Sex ratio and twinning in women with 28. DeVader SR, Neeley HL, Myles TD, Leet TL. Evaluation of
hyperemesis or pre-eclampsia. Epidemiology 2001;12:747–9. gestational weight gain guidelines for women with normal
6. del Mar Melero-Montes M, Jick H. Hyperemesis gravidarum and prepregnancy body mass index. Obstet Gynecol 2007;110:745–51.
the sex of the offspring. Epidemiology 2001;12:123–4. 29. Liu Y, Dai W, Dai X, Li Z. Prepregnancy body mass index and
7. Dodds L, Fell DB, Joseph KS, et al. Outcomes of pregnancies gestational weight gain with the outcome of pregnancy: a 13-year
complicated by hyperemesis gravidarum. Obstet Gynecol 2006; study of 292 568 cases in China. Arch Gynecol Obstet 2012;286:
107:285–92. 905–11.
8. Schiff MA, Reed SD, Daling JR. The sex ratio of pregnancies 30. Munim S, Maheen H. Association of gestational weight gain and
complicated by hospitalisation for hyperemesis gravidarum. BJOG pre-pregnancy body mass index with adverse pregnancy outcome. J
2004;111:27–30. Coll Physicians Surg Pak 2012;22:694–8.
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI


EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN

Indarwati1), Prasetyowati2), Septi Widiyanti3)


1),2),3)
Program Studi Kebidanan Metro
E-mail: w4ty_pras@yahoo.co.id
Abstrak
Cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Banjarsari pada tahun 2016 adalah 57,8%, angka ini di
bawah target nasional sebesar 80%. Faktor penyebab dari ASI tidak eksklusif adalah Kurangnya
dukungan dari petugas kesehatan seperti penyampaian informasi yang salah, kurangnya dukungan
keluarga yang tidak mendukung dalam ASI eksklusif, sikap ibu yang salah terhadap promosi susu
formula yang menyebabkan ASI tidak eksklusif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah
kerja Puskesmas BanjarsariKota Metro Tahun 2017.Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang
memiliki bayi usia 6-12 bulan yaitu 82 orang dengan jumlah sampel sebanyak 69 responden
menggunakan teknik Accidental sampling, analisis data menggunakan chi square.Hasil penelitian
diperoleh responden yang memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 53,6%, dukungan petugas
kesehatan yang mendukung sebanyak 40,5%, dukungan keluarga yang mendukung sebanyak
43,4%, ibu tidak mendukung promosi susu formula sebanyak 58%. Hasil uji statistik menunjukan
bahwa hubungan antara dukungan petugas dengan p value = 0,027, hubungan antara dukungan
keluarga dengan pvalue = 0,032, dan hubungan sikap ibu terhadap promosi susu formula dengan
pvalue = 0,027 terhadap pemberian ASI eksklusif.

Kata Kunci: Dukungan petugas, dukungan keluarga, sikap, ASI eksklusif.

Abstract: The Related Factors With Exclusive Breast Feeding In Baby Aged 6-12 Months In
Working Areas Of Puskesmas Banjarsari Metro City
The exclusive breastfeedingcoverage at the Banjarsari Health Center in 2016 is 57.8%, this figure
is below the national target of 80%.The causes of non-exclusive breastfeeding are a lack of support
from health workers such as misinformation, lack of unfavorite family support in exclusive
breastfeeding, misbehavior of the mother against the promotion of formula milk that causes non-
exclusive breastfeeding. The purpose of this study to determine the factors associated with
exclusive breastfeeding in infants aged 6-12 months in the work area Puskesmas Banjarsari Kota
Metro Year 2017.This type of research is a quantitative study with cross sectional approach.
Population in this research is a mother who has baby aged 6-12 month that is 82 people with a
number of sample counted 69 respondent using the technique of Accidental sampling, data
analysis using chi square. The result of research obtained by respondent giving exclusive breast
feeding counted 53,6% , support of health workers who support with 40.5%, 30 supporting family
support 43.4%, mothers did not support the promotion of infant formula with 58%. The result of
the statistical test shows that the relationship between the support of the officer and p value =
0,027, the relation between family support with P-value = 0,032, and the relationship of mother
attitude toward the promotion of formula with P-value = 0,027 to exclusive breastfeeding.

Keywords: Support officer, family support, attitude, exclucive breastfeeding

Indarwati, Prasetyowati, Septi Widiyanti: Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif ... 28
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469

PENDAHULUAN ibu dan promosi iklan susu formula dengan


pemberian ASI Eksklusif di puskesmas
ASI merupakan makanan yang paling baik Baitussalam Aceh Besar, menunjukkan terdapat
bagi bayi karena mengandung anti bodi dan zat hubungan antara promosi iklan susu formula
gizi yang dibutuhkan oleh bayi, tetapi saat ini (p=0,020) dengan pemberian ASI eksklusif.
banyak ibu yang tidak memberikan ASI Promosi susu formula dalam hal ini
eksklusif. Tindakan ini menyebabkan anak mempunyai pengaruh untuk pemberian ASI
mudah terserang penyakit, karena daya tahan eksklusif.
tubuhnya melemah. Bayi yang tidak diberikan Cakupan secara global pemberian ASI
ASI eksklusif, akan lebih rentan terhadap eksklusif di dunia pada tahun 2014 mencapai
penyakit seperti ISPA, diare, alergi (Roesli, 36% dengan cakupan ASI eksklusif terendah
2014)1). Berdasarkan hasil penelitian 1000 bayi yaitu sebesar 1% dan cakupan ASI ekslusif
yang saat lahir mendapatkan ASI ada sebanyak tertinggi yaitu sebesar 85%. Rata-rata cakupan
984 bayi yang mampu bertahan hidup sampai pemberian ASI eksklusif di dunia pada Tahun
berusia tepat 1 tahun. Angka ini jauh lebih tingi 2014 berjumlah 34% (WHO, 2015)8).Menurut
bila dibandingkan dengan ketahanan hidup bayi hasil Survei Demografi dan Kesehatan
yang tidak mendapatkan ASI. Probabilitas Indonesia (SDKI), tahun 2012 terdapat data
kumulatif ketahanan hidup bayi menurut durasi jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di
pemberian ASI adalah: pemberian ASI 0 bulan bawah usia dua bulan hanya mencakup 42%
ketahanan hidupnya adalah 71%, pemberian dari total bayi yang ada. Persentase tersebut
ASI 1-2 bulan ketahanan hidupnya adalah 91%, menurun dengan bertambahnya usia bayi yakni,
3 bulan adalah 94%, 5 bulan adalah 96%, dan 6 41% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada
bulan atau lebih adalah 99%(Nurmiati, 2008)2). bayi usia 4-5%, dan 13% bayi di bawah dua
Faktor-faktor yang mempengaruhi bulan telah diberi susu formula dan satu dari
pemberian ASI eksklusif yaitu perubahan sosial tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan
budaya, faktor psikologis, faktor fisik ibu, tambahan. Persentase pemberian ASI eksklusif
faktor kekurangan petugas kesehatan, sehingga pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada Tahun
kurang mendapat penerangan atau dorongan 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila
tentang manfaat pemberian ASI, meningkatnya dibandingkan dengan tahun 2012 yang
promosi susu formula sebagai pengganti ASI, sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI
informasi yang salah justru datang dari petugas eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara
kesehatan sendiri yang menganjurkan pengganti Barat sebesar 79,74%, diikuti oleh Sumatera
ASI dengan susu formula. Memberi ASI pada Selatan sebesar 74,49%, dan Nusa Tenggara
bayi dianggap tidak modern dan menempatkan Timur sebesar 74,37%. Dari seluruh provinsi
ibu pada kedudukan lebih rendah dibandingkan di Indonesia cakupan pemberian ASI eksklusif
dengan ibu golongan atas (Soetjiningsih, terendah yaitu Provinsi Maluku sebesar
1997)3). 25,21%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar
Beberapa penelitian yang terkait dengan 33,65% dan Sulawesi Utara sebesar
ASI eksklusif adalah penelitian yang dilakukan 34,67%(KemenkesRI, 2013)9).
Mamonto(2015)4), memperoleh hasil bahwa Pencapaian pemberian ASI eksklusif pada
terdapat hubungan antara petugas kesehatan bayi usia 0-6 bulan di Provinsi Lampung
dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh Tahun 2013 sebesar 54,4%. Pada Tahun 2014
(p=0,005).Penelitian Anggorowati(2013)5)di pencapaian ASI eksklusif mengalami
Desa Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten peningkatan sebesar 63,7%, sedangkan di
Kendal, ada hubungan antara dukungan Tahun 2015 pencapaian ASI Eksklusif
keluarga dengan pemberian ASI eksklusif mengalami penurunan dibadingkan tahun lalu
dengan (p=0,003). Hasil penelitian dari yaitu sebesar 54,9% dari target 80% (Dinas
Rahmawati (2010)6), memperoleh hasil bahwa Kesehatan Lampung, 2015)10). Data di Kota
ada hubungan antara dukungan keluarga dengan Metro yang memberikan ASI secara eksklusif
pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja pada tahun 2014 yaitu 48% lebih rendah
Puskesmas Bontocani dengan p value dibandingkan tahun 2015 yaitu 54,3% dan
(p=0,000).Penelitian yang dilakukan oleh meningkat pada tahun 2016 yaitu sebesar
Puspitasari (2015)7), tentang hubungan sikap 56,6% dari target 80%, bila dibandingkan di

Indarwati, Prasetyowati, Septi Widiyanti: Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif ... 29
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469

Lampung Timur pencapaian ASI eksklusif pada distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan
tahun 2016 sebesar 57,3%. Beberapa wilayah chi square (Sugiyono, 2009)12).
kecamatan Kota Metro cakupan ASI
eksklusifnya masih rendah. Di wilayah HASIL
Puskesmas Banjarsari pada tahun 2015 cakupan
pemberian ASI eksklusif sebesar 56,4% lebih Analisis Univariat
rendah bila dibandingkan tahun 2016 yang Hasil analisis univariat terhadap
memberikan ASI secara eksklusif sebesar variabel pemberian ASI eksklusif, dukungan
57,8%. Pada tahun 2016 Puskesmas Purwosari petugas kesehatan, dukungan keluarga dan
sebesar 60,4%, dan di Puskesmas Tejo Agung sikap ibu terhadap susu formula ditampilkan
sebesar 70,6%.Dari ketiga Puskesmas tersebut dalam bentuk distribusi frekuensi, dapat dilihat
Puskesmas Banjarsari merupakan target pada tabel dibawah ini.
pencapaian ASI eksklusif terendah (Dinas
Kesehatan Kota Metro, 2016 : 42)11). Tabel 1
Berdasarkan hasil prasurvei di Puskesmas Distribusi Frekuensi Pemberian ASI
Banjarsari pada Bulan Desember, dari 10 eksklusif, dukungan petugas kesehatan,
responden diperoleh hasil bahwa sebanyak 4 dukungan keluarga dan sikap ibu terhadap
(40%) orang petugas kesehatan tidak
susu formula
mendukung pemberian ASI eksklusif, karena
memberikan dot dan susu formula, sebanyak 3 Variabel Jumlah Persentase
orang (30%) keluarga tidak memberikan Pemberian ASI eksklusif
dukungan dengan memberikan susu formula ASI eksklusif 37 53.6
pada bayinya, dengan alasan bayinya menangis, Tidak ASI eksklusif 32 46.4
dan sebanyak 3 orang (30%) mengaku mereka Jumlah 69 100
tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan Dukungan Petugas
promosi susu formula, yang dilihatnya dengan Kesehatan
alasan pemberian susu formula tidak juga baik Mendukung 28 40.6
untuk pertumbuhan bayinya. Dari 10 responden Tidak mendukung 41 59.4
tersebut terdapat sebanyak 7 responden (70%) Jumlah 69 100
bayinya pernah mengalami diare dan sebanyak Dukungan Keluarga
3 bayi (30%) tidak mengalami diare maupun Mendukung 30 43.4
Tidak mendukung 39 56.6
pneumonia, berdasarkan hasil survey tersebut
Jumlah 69 100
lebih banyak bayi yang mengalami kejadian Sikap Ibu Terhadap
diare dikarenakan tidak diberikan Promosi Susu Formula
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Mendukung 41 59.4
faktor-faktor yang berhubungan dengan Tidak Mendukung 28 40.6
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 Jumlah 69 100
bulan di wilayah kerja Puskesmas Banjarsari
Kota MetroTahun 2017. Berdasarkan tabel 1diketahui bahwa
dari 69 responden terdapat 53,6% (37 orang)
METODE PENELITIAN memberikan ASI eksklusif, 40,6% (28 orang)
mendapat dukungan dari petugas kesehatan dan
Jenis penelitian yang digunakan dalam 43,4% (30 orang) mendapat dukungan dari
penelitian ini adalah penelitian analitik keluarga, serta 40,6% (28 orang) memiliki
kuantitatif dengan rancangan cross sikap tidak mendukung terhadap promosi susu
sectional.Populasi dalam penelitian ini adalah formula.
seluruh ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Banjarsari yaitu Analisis Bivariat
sebanyak 82 orang. Sampel sebanyak 69 Hasil uji statistik menggunakan chi
orangyang diambil menggunakan teknik square tentang hubungan dukungan petugas
accidental sampling. Pengumpulan data kesehatan, dukungan keluarga dan sikap
menggunakan kuisioner.Pengolahan data terhadap promosi susu formula dengan
dilakukan dengan tahapan analisis univariat dan pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada
bivariat. Analisis univariat dalam bentuk tabel dibawah ini:

Indarwati, Prasetyowati, Septi Widiyanti: Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif ... 30
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469

Distribusi hubungan dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga dan


sikap terhadap promosi susu formula dengan pemberianASI eksklusif

PemberianASI Eksklusif
Tidak ASI Total P
Variabel ASI eksklusif
eksklusif Value
n % n % n %
Dukungan Petugas
Kesehatan
0,027
Mendukung 20 71.4 8 28.6 28 100
Tidak mendukung 17 41.5 24 58.5 41 100
Dukungan Keluarga
Mendukung 21 70.0 9 30.0 30 100
0,032
Tidak mendukung 16 41.0 23 59.0 39 100
Sikap Ibu Terhadap
Promosi Susu Formula
Tidak Mendukung 20 71,4 8 28.6 28 100
0,027
Mendukung 17 41,5 24 58.5 41 100

Tabel 2 menunjukkan hasil uji statistik Petugas kesehatan merupakan seseorang


menggunakan chi squaredengan α=0.05 yang dihargai dan dihormati oleh masyarakat
diperoleh ada hubungan antara dukungan karena mereka berstatus sesuai dengan
petugas kesehatan dengan ASI eksklusif (p- tingkat pendidikannya. Petugas kesehatan
value = 0,027), ada hubungan antara dukungan merupakan sumber informasi yang paling
keluarga dengan ASI eksklusif (p- value = diandalkan oleh orang tua saat pertama kali
0,032), dan ada hubungan antara sikap ibu melahirkan anak. Petugas kesehatan memiliki
dengan ASI eksklusif (p- value = 0,027). peranan paling utama dalam pelayanan
kesehatan dasar, diantaranya mengurangi
PEMBAHASAN risiko kematian bayi saat lahir, dan
memberikan perawatan ideal paska
Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan persalinan (Hidayah, 2013: 57)15).Perannya
Dengan Pemberian ASI Eksklusif dalam kesehatan sangat dibutuhkan, maka
Berdasarkan analisis diperoleh dari 28 ibu dari itu petugas kesehatan harus mampu
yang mendapatkan dukungan petugas kesehatan memberikan kondisi yang dapat
sebanyak 20 (71.4%) memberikan ASI secara mempengaruhi perilaku positif terhadap
eksklusif. Hasil analisis chi square pada kesehatan, salah satunya pada ibu-ibu dalam
dukungan petugas kesehatan diperoleh pvalue = pemberian ASI eksklusif. Pengaruh tersebut
0,027 dimana P<α (α=0,05) yang berarti tergantung pada komunikasi persuasif yang
terdapat hubungan antara dukungan petugas ditujukan pada ibu, yang meliputi perhatian,
kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif pemahaman, ingatan penerima dan perubahan
pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja perilaku. Interaksi tersebut akan menciptakan
Puskesmas Banjarsari Tahun 2017. suatu hubungan yang baik untuk mendorong
Hasil penelitian ini sesuai dengan atau memotivasi ibu dalam memberikan ASI
penelitian yang dilakukan Bambuta (2016)13), eksklusif (Widdefrita, 2013)14).Petugas
yaitu ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan memiliki hal penting dalam
kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di memberikan dukungan pada pelayanan ibu
Puskesmas Rainis Kabupaten Talaud dengan hamil dalam keberhasilan menyusui diantaranya
hasil p value= 0,017. Penelitian lain yang memberikan penyuluhan tentang: keunggulan
dilakukan Widdefrita (2013: 43)14), menunjukan dan kerugian ASI, manfaat rawat gabung,
bahwa dukungan petugas kesehatan mempunyai perawatan bayi, gizi ibu hamil dan menyusui,
hubungan dengan pemberian ASI eksklusif di keluarga berencana, dukungan psikologis untuk
Kelurahan Sawahan Timur Dan Simpang Haru ibu dalam menghadapi persalinan, pemeriksaan
Padang dengan p value= 0,001. payudara, pemeriksaan puting susu, senam
hamil (Perinasia, 2011)16).Dukungan dari

Indarwati, Prasetyowati, Septi Widiyanti: Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif ... 31
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469

profesional di bidang kesehatan sangat individu dalam kehidupanya membuat dia


diperlukan bagi ibu, terutama primipara. merasakan akan dicintai, dihargai, dan diakui
Pendidikan tentang pentingnya menyusui sudah serta membuat dirinya menjadi lebih berarti dan
harus diberikan sejak masa antenatal, yang dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam
dilakukan oleh semua tenaga kesehatan baik dirinya. Orang yang mendapat dukungan akan
bidan maupun dokter. Bila semua petugas merasa menjadi bagian dari pemberi dukungan
kesehatan menerapkan 10 langkah menuju (Bobak, 2005)19).
keberhasilan menyusui, maka akan menurunkan Pada hakekatnya keluarga diharapkan
angka kesakitan dan kematian bayi dan anak, mampu berfungsi untuk mewujudkan proses
sesuai dengan MDGs (Millenium Development pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih
Goals). Peran tenaga kesehatan di ruang sayang antara anggota keluarga, antar kerabat,
perawatan ibu dan bayi sangat besar agar setiap serta antar generasi yang merupakan dasar
bayi yang dipulangkan harus menyusu (IDAI, keluarga yang harmonis. Hubungan kasih
2010)17). sayang dalam keluarga merupakan suatu rumah
Dukungan petugas yang dapat diberikan tangga yang bahagia. Dalam kehidupan yang
adalah dukungan moril dan motivasi serta diwarnai oleh rasa kasih sayang maka semua
pemberian pengetahuan yang benar tentang pihak dituntut agar memiliki tanggung jawab,
menyusui agar ibu memberikan ASI secara pengorbanan, saling tolong menolong,
eksklusif, dukungan tersebut diberikan karena kejujuran, saling mempercayai, saling membina
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, pengertian dan damai dalam rumah tangga
Upaya untuk meningkatkan ASI eksklusif (Soetjiningsih, 1997: 75)3).
melalui dukungan petugas kesehatan adalah Keberhasilan ibu dalam menyusui
dengan menganjurkan ibu untuk aktif ANC, merupakan hasil kerjasama tim antara ibu,
mengajarkan ibu breastcare serta teknik bayi, ayah dan lingkungan keluarga. Seringkali
menyusui yang benar yang dapat dilakukan kesulitan dalam menyusui biasanya terjadi
melalui penyuluhan-penyuluhan terutama pada dalam 10-14 hari pertama setelah persalinan,
ibu primigravida . payudara ibu mulai membengkak, puting susu
lecet, bayi rewel dan tidak mau menyusui
seringkali menyebabkan keputusan dari ibu dan
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan biasa berakibat proses menyusu diberhentikan
Pemberian ASI Eksklusif terlalu dini/cepat. Disinilah peran penting
Hasil analisis bivariatdiperoleh bahwa dari suami(ayah bayi) dan keluarga dibutuhkan.
20 ibu yang mendapatkan dukungan keluarga Dengan dukungan suami dan keluarga, maka
sebanyak 21 (70.0%) memberikan ASI secara pemberian ASI eksklusif dapat berjalan dengan
eksklusi. Hasil analisis chi square diperoleh P anik (Maryunani, 2012: 98)19).Dukungan
value = 0,017 sehingga terdapat hubungan keluarga sangat berperan penting dalam
antara dukungan keluarga dengan pemberian praktik pemberian ASI eksklusif oleh ibu
ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di yang menyusui bayinya. Adanya dukungan
wilayah kerja Puskesmas Banjarsari tahun keluarga, orang tua, terutama suami akan
2017. berdampak pada peningkatan rasa percaya diri
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian atau motivasi bagi sang ibu dalam menyusui.
Rahmawati (2010)6)bahwa terdapat hubungan Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan
antara dukungan keluarga dengan pemberian pemberian ASI Eksklusif dengan memberikan
ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas dukungan secara emosional dan bantuan-
Bonto Cani Kabupaten Bone. Penelitian lain bantuan praktis (Sabati, 2015: 22)20). Dukungan
yang dilakukan Anggorowati (2013)5), bahwa keluarga mempunyai hubungan dengan
ada hubungan antara dukungan keluarga dengan suksesnya pemberian ASI Eksklusif kepada
pemberian ASI eksklusif pada bayi yakni dari bayi.
34 responden sebanyak 52,9% (18 ibu) yang Dukungan keluarga merupakan dukungan
mendukung terhadap ASI. untuk memotivasi ibu memberikan ASI saja
Dukungan adalah suatu pola interaksi yang kepada bayinya sampai usia 6 bulan,
positif atau perilaku menolong yang diberikan memberikan dukungan psikologis kepada ibu
pada individu dalam menghadapi suatu dan mempersiapkan nutrisi yang seimbang
peristiwa atau kejadian yang kepada ibu.Dukungan dari ayah dalam
menekan.Dukungan yang dirasakan oleh

Indarwati, Prasetyowati, Septi Widiyanti: Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif ... 32
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469

memberikan ASI akan menimbulkan Promosi Susu Formula menghambat pemberian


breastfeeding father atau ayah menyusui. Jika ASI Eksklusif, p value =0,007 dan menunjukan
ibu merasa didukung, dicintai dan diperhatikan, bahwa ada hubungan antara Promosi Susu
maka akan muncul emosi positif yang akan Formula terhadap pemberian ASI ekskluisif.
meningkatkan produksi hormon oksitosin, Hasil penelitian sesuai dengan
sehingga produksi ASI pun lancar. Dukungan pendapatSoetjiningsih (1997: 45) 3)
yang
suami merupakan faktor penting agar menyusui menyatakan bahwa, terbentuknya cara
dapat berhasil, dengan dukungan dari suami ibu pemberian makanan bayi yang tepat serta
akan merasa lebih percaya diri. Suami juga lestarinya pemakaian ASI sangat tergantung
dapat berperan membantu ibu saat bayi rewel, kepada informasi yang diterima ibu-ibu. Disegi
menemani ibu saat bangun malam, mengganti lain promosi yang tidak terkendali dari PASI
popok, menemani kedokter, atau hal lain yang (pengganti air susu ibu=susu botol=susu
membuat istri menjadi tenang. Hal ini yang formula) akan mengubah kesepakatan ibu untuk
berguna untuk menciptakan ketenangan hati menyusui sendiri bayinya serta menghambat
seorang ibu dan mengupayakan ibu tidak stres terlaksananya proses laktasi. Promosi ASI
agar ASI tetap lancar ( Maryunani, tidak cukup kuat untuk menandingi promosi
2012)19).Dukungan keluarga sangat menentukan susu formula. Promosi susu formula tidak
dalam pemberian ASIeksklusif terutama saja ditemukan di kota, bahkan tersedianya
dukungan emosional mendengarkan, bersikap berbagai media elektronik maupun cetak
terbuka, menunjukan, sikap percaya terhadap tentang informasi mengenai makanan pengganti
apa yang dikeluhkan, memahami, ekspresi ASI. Produsen sebagian besar masih berpegang
kasih sayang dan perhatian. pada peraturan lama yaitu batasan ASI eksklusif
Upaya yang dilakukan untuk meingkatkan sampai empat bulan sehingga makanan
dukungan keluarga adalah dengan memberitahu pengganti ASI misalnya bubur susu, biskuit
keluarga terutama suami bahwa keluarga atau masih mencantumkan label untuk usia empat
suami mempunyai peran yang penting dalam bulan ke atas (Soetjiningsih, 1997)3).Promosi
kesuksesan memberikan ASI diantaranya susu formula bertujuan membentuk persepsi
memberikan motivasi dengan memberikan bahwa bayi akan sehat dan cerdas apabila
kasih sayang terhadap ibu, ikut saat ibu diberi susu formula. Berbagai jenis zat gizi
melakukan kunjungan ANC. Kasih sayang dari oleh produsen susu formula pun
seorang suami akan memberikan dampak ditambahkan, seperti omega-3, DHA,
positif bagi ibu sehingga meningkatkan hormon prebiotic, dan lain sebagainya. Dengan
oksitosin dan ASI menjadi lancar. penambahan zat gizi tersebut, dibuat kesan
seolah-olah ASI bernilai lebih rendah
Hubungan Sikap Ibu Terhadap Promosi dibandingkan susu formula sehingga ibu-ibu
Susu Formula Dengan Pemberian ASI menjadi ragu untuk menyusui bayinya
.
Eksklusif (Fahma, 2013)23)
Upaya yang dapat dilakukan agar ibu
Berdasarkan hasil analisis Bivariat memahami kandungan dan manfaat ASI
diketahui bahwa dari 28 ibu yang memiliki eksklusif dan dampak pemberian susu formula
sikap tidak mendukung Terhadap Promosi Susu terhadap kesehatan bayinya melalui
Formula sebanyak 20 (71,4%) memberikan ASI penyuluhan, sehingga sikap ibu atau keinginan
eksklusif. Hasil analisis chi square diperoleh ibu untuk memberikan susu formula kepada
pvalue = 0,027dimana p<α (α=0,05) yang bayinya sebelum usia 6 bulan dapat dicegah.
berarti terdapat hubungan antara sikap terhadap
promosi susu formula dengan pemberian ASI SIMPULAN
eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Banjarsari Tahun 2017. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian dilakukan diperoleh simpulan ada hubungan
Ihsani (2011)21), terdapat hubungan antara antara dukungan petugas kesehatan,
promosi susu formula bayi dengan kegagalan dukungankeluarga dansikap
pemberian ASI eksklusif (p=0,002). Hasil ibuterhadappromosisusu formuladengan
penelitian lain sejalan dengan penelitian pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12
Amirudin (2006)22), di Makasar tentang

Indarwati, Prasetyowati, Septi Widiyanti: Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif ... 33
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469

bulan di wilayah kerja Puskesmas Banjarsari WHO, 2015.Combined Course On Growth


Kota Metro Tahun 2017. Assessment And IYCF Counselling.
Geneva.
SARAN Kementerian Kesehatan, R.I., 2013.
Peraturan Menteri Kesehatan
Berdasarkan simpulan hasil penelitian Republik Indonesia Nomor 71 Tahun
tentang hubungan dukungan petugas kesehatan, 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan
dukungan keluarga, sikap ibu terhadap promosi Pada Jaminan Kesehatan Nasional,
susu formula dengan pemberian ASI eksklusif Jakarta.
di wilayah kerja puskesmas Banjarsari metro Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2015,
tahun 2017, maka penulis memberikan saran Profil Kesehatan Lampung, Lampung
kepada petugas kesehatan diharapkan untuk Dinas Kesehatan Kota Metro, 2016, Profil
dapat memberikan dukungan pemberian ASI Kesehatan Kota Metro.Metro
eksklusif dengan mengajarkan kepada ibu Bambuta 2016, Hubungan Antara Peran
tentang breastcare, teknik menyusui yang benar Petugas Kesehatan dengan Tindakan Ibu
melalui ANC, meningkatkan lagi kegiatan- dalam Pemberian ASI Eksklusif di
kegiatan penyuluhan tentang manfaat ASI Puskesmas Rainis Kabupaten Talaud
eksklusif, mengikutsertakan suami saat Widdefrita, 2013.Peran Petugas Kesehatan dan
kunjungan ANC serta menyarankan masyarakat Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian
untuk tidak tergiur terhadap promosi susu Asi Ekslusifdi Kelurahan Sawahan Timur
formula dengan memberi pendidikan tentang dan Simpang Haru Padang
ASI eksklusif bagi tubuh bayi. Hidayah N. 2013. Peran Tenaga Kesehatan
Dalam Mendukung Praktek Ibu
Menyusui di Desa Wuwur Kecamatan
DAFTAR PUSTAKA Gabus Kabupaten Semarang:Universitas
Muhammadiyah, Semarang
Roesli, Utami. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Perinasia, 2011.Manajemen Laktasi cetakan ke-
Trubus Agriwidya. Jakarta 5. Jakarta.
Nurmiati dan Besral(2008).Pengaruh Durasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Indonesia
Pemberian ASITer Indonesia. Makara, Menyusui. Badan penerbit IDAI: Jakarta
Kesehatan Bobak, 2005. keperawatan maternitas. EGC.
Soetjiningsih, 1997.ASI Petunjuk Untuk Tenaga Jakarta
Kesehatan.EGC. Jakarta Maryunani, 2012.Inisiasi Menyusu Dini dan
Mamonto, T. 2015, Faktor-Faktor Yang Manajaemen Laktasi.Trans Info Media.
Berhubungan Dengan Pemberian ASI Jakarta
Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Sabati, 2015.Peran petugas Kesehatan
Puskesmas Kotobangon, Kecamatan Terhadap Keberhasilan Pemberian ASI
Kotamobagu Timur Kota Kotamobagu Eksklusif. FK UNDIP. Semarang
Rahmawati, 2010, Hubungan Antara Ihsani,T., 2011,Tentang Hubungan Promosi
Karakteristik Ibu, Peran Petugas Susu Formula dan Faktor Lainnya
Kesehatan dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kota
dengan Pemberian ASI Eksklusif di Solok Provinsi Sumatera Barat
Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Amiruddin, 2007.Susu Formula Menghambat
Kabupaten Bone, Sulawesi. Pemberian ASI Eksklusif.
Anggorowati, 2013.Hubungan antara Fahma, 2013.Hubungan Dukungan Suami dan
Dukungan Keluarga dengan Pemberian Promosi Susu Formula dengan
ASI Eksklusif pada Bayi di Desa Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia
Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten 7-12 Bulan di Kelurahan Pringapus
Kendal Kecamatan Pringapus Kabupaten
Puspitasari 2015, Hubungan Pengetahuan, Semarang.STIKES Ngudi Waluyo
Sikap Ibu dan Promosi Iklan Susu Semarang
Formula Dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Puskesmas Baitussalam Aceh
Besar

Indarwati, Prasetyowati, Septi Widiyanti: Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif ... 34
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 103 - 108, Januari 2020 p-ISSN 2089-0834
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal e-ISSN 2549-8134

PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DAN MENYUSUI MELALUI


PENGEMBANGAN MODEL DAN MEDIA ANIMASI PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF PADA BAYI
Sigit Ambar Widyawati*, Alfan Afandi, Sri Wahyuni
Fakultas Ilmu kesehatan, UniversitasNgudi Waluyo, Jl. Diponegoro No.186, Mijen, Gedanganak, Kec. Ungaran
Tim., Semarang, Jawa Tengah, Indonesia 50512
*sigitambar@gmail.com

ABSTRAK
Kebutuhan ASI ekslusif sangat penting untuk mencukupi kebutuhan bayi akan zat gizi. Cakupan ASI
Ekslusif di Wilayah Kecamatan Bergas sebanyak 34,3 %. Tingkat pemahaman ibu tentang ASI
ekslusif menunjukkan angka 84 %, sementara itu media yang diberikan untuk memberikan informasi
tentangi ASI ekslusif dirasa masih kurang menarik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membuktikan pengaruh pemberian pendidikan ASI ekslusif melalui media animasi dalam
meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. Penelitian ini menggunakan ekperimental semu
(Quasy experiment) denganrancangan one group pre test, post test without control group desain,
responden dipilih secara random sampling sebanyak 60 responden. Hasil penelitian didapakan terdapat
perbedaan pengetahuan ibu tentang asi eksklusif (p:0,01) dengan perbedaan rata-rata (mean
defferences) skor pengetahuan sebesar 8,4. Media animasi efektif dalam meningkatkan pengetahuan
responden, informasi yang ada didalam media dirasa cukup menarik dan aplikatif dalam menjelaskan
tentang pentingnyaASIeksklusif, manfaat kolostrum dan cara pemberian ASI pada bayi. Perlu
diaplikasikan media animasi sebagai sara promosi kesehatan di berbagai tempat strategis.

Kata kunci : ASI, animasi, pengetahuan

IMPROVING PREGNANT WOMEN'S KNOWLEDGE AND BREASTING THROUGH


DEVELOPMENT OF MODELS AND MEDIA ANIMATION OF EXCLUSIVE
ASSESSMENT IN BABY

ABSTRACT
The need for exclusive breastfeeding is very important to meet the baby's need for nutrients. Coverage
of Exclusive ASI in the District of Bergas is 34.3%. The level of understanding of mothers about
exclusive breastfeeding shows 84%, while the media provided to provide information about exclusive
breastfeeding is still considered less attractive. The purpose of this study is to prove the effect of
exclusive breastfeeding education through animated media in increasing the knowledge of mothers
about exclusive breastfeeding. This study uses quasi-experimental (Quasy experiment) with one group
pre-test design, post-test without control group design, respondents were selected by random sampling
of 60 respondents. The results of the study revealed that there were differences in mother's knowledge
about exclusive breastfeeding (p: 0.01) with a mean difference (mean defferences) of knowledge
scores of 8.4. Animation media is effective in increasing respondents' knowledge, the information
contained media is quite interesting and applicable in explaining the importance of exclusive
breastfeeding, the benefits of colostrum and the way breastfeeding is given to infants. Animation
media should be applied as a means of promoting health in various strategic places

Keywords: ASI, animation, knowledge

103
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 103 - 108, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN bisa disebabkan karena faktorpengetahuan,


Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi faktor pendidikan, faktor pengalaman, faktor
untuk mempertahankan kehidupannya. budaya dan sosial ekonomi
Kebutuhantersebut dapat tercukupi jika bayi (Suradi,2004). Permasalahan lain selain
mendapatkan ASI. ASI dibedakan menjadi 3 pemberian kolostrum adalah keenggan ibu
yaitu ASIkolostrum, ASI masa transisi, ASI memberikanASI eksklusif. Terlepas dari
mature (Suherni, 2009). ASI yang pertama pengetahuan yang baik tentang pemberian ASI
keluar tersebutpada umumnya berupa cairan eksklusif di antara responden sertasikap positif
bening berwarna kekuningan, yang disebut mereka, tingkat pemberian ASI eksklusif
kolostrum. Kolostrumtersebut pada umumnya hingga 6 bulan postpartum sangat rendah.Hal
keluar pada hari kesatu sampai hari ini terkait dengan dukungan menyusui yang
keempat/ketujuh. Kolostrumsebaiknya tidak memadai dari berbagai sistem
diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir, pendukungterutama di tempat kerja, Harus ada
karena kolostrum lebih banyakmengandung advokasi untuk kebijakan pemerintah untuk
antibodi dibanding dengan ASI yang matur, cuti 6 bulanwajib bagi semua ibu yang bekerja
serta dapat memberikan perlindunganbagi bayi (Osiyosola O. Osibogun, 2018).
sampai umur 6 bulan (Soetjiningsih, 1997).
Definisi dari pemberian ASI eksklusifadalah METODE
bayi yang menerima “hanya ASI saja. Tidak Jenis penelitian ini adalah ekperimental semu
ada cairan atau zat padat lain yang (Quasy experiment) denganrancangan
diberikan,bahkan air, kecuali larutan rehidrasi penelitian yang digunakan adalah one group
oral atau tetes / sirup atau vitamin, mineral pre test, post test withoutcontrol group desain.
atau obat-obatan (WHO, 2018). Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja
Meskipun kolostrum telah diketahui sangat UPTD Puskesmas Bergas, Kabupaen
penting bagi bayi, sayangnya lebih dari 90% Semarang. Responden dipilih secara random
ibu-ibumasih membuang kolostrumnya dan sampling sebanyak 60responden. Penelitian
bahkan memberikan makanan padat dini pada dilakukan dari bulan Juni 2019
bayinya. Jikakolostrum dibuang maka bayi sampaiAgustus 2019. Skor pengetahuan
akan kurang atau tidak mendapatkan zat-zat diukur menggunakan kuisioner yang telah
pelindung terhadapinfeksi mempunyai resiko diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisa
17 kali lebih besar mengalami diare dan 3-4
datamenggunakan uji paired t-test untuk
kali lebih besarkemungkinan terkena ISPA
(Maryunani, 2010). Keengganan ibu untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
memberikan kolostrum dikarenakan masih denganvariabel terikat.
adanya kepercayaan bahwakolostrum
merupakan cairan kotor/susu kotor, warna HASIL
masih kuning tidak baik buat bayi danbahkan Hasil penelitian ini disajikan sebagai berikut:
menyebabkan sakit perut. Keengganan tersebut

Tabel 1.
Distribusi responden berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan (n=60)
Variabel f %
Usai Ibu (Tahun)
20-25 17 28,33
26-30 16 26,67
31-35 21 35,00
36-40 6 10,00
Pendidikan terakhir
SD 20 33,33
SMP 21 35,00
SMA 14 23,33
perguruan Tinggi 5 8,33
Responden pada penelitian ini adalah 60 orang Adapun karakteristik responden disajikan pada
ibu yang mempunyai balita usia 1-2 tahun di tabel 6. Berdasarkan tabel 6. menunjukkan dari
Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten responden yang diteliti, didapatkan
Semarang dengan karakteristik sebagi berikut : umur terbanyak adalah 31 – 35 Tahun
104
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 103 - 108, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

yang berjumlah 21 orang (35 %) dan Menengah Pertama (SMP) sebanyak 35 % dan
yang terendah adalah 36-40 Tahun atau (10 terendah adalah perguruan tinggi (8,3 %)
%). Jenis pendidikan terakhir responden
mayoritas adalah berlatar belakang Sekolah

Tabel 2.
Distribusi sampel pengetahuan sebelum dan sesudah diberi pendidikan ASI Eklsklusif dengan media
Animasi(n=60)
Kategori Pre test Post test
n % n %
Kurang 5 8.33 1 1.67
Sedang 37 61.67 23 38.33
Baik 18 30 36 60
Total 60 100 60 100
Berdasarkan Tabel 2 dari 39 responden pendidikan menggunakan media animasi
diketahui sebagian besar tingkat pengetahuan terjadi peningkatan jumlah responden yang
ibu tentang MP ASI sebelum diberi pendidikan tingkat pengetahuannya baik yaitu menjadi 36
menggunakan media animasi adalah baik responden.
sebanyak 18 responden. Setelah diberi

Tabel 3.
Pengaruh pendidikan ASI eksklusif dengan media animasi terhadap peningkatan pengetahuan ibu
(n=60)
Hasil mean Std. Deviation
pre test 9,9 2,2
post test 12,2 2,6
Sig. 0,01
Mean Differences -2.183333333
t -8.4385
Tabel 3 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai mempengaruhi derajat kesehatan, tingkat
pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan
pendidikan gizi dengan mendia video anak serta pemanfaatan pelayanan kesehatan
meningkat. Selisih rata-rata penegtahuan yang ada (Notoatmodjo, 2007). Perubahan
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi perilaku kesehatan dapat diperoleh dari
dengan media leaflet 2.2. Berdasarkan tabel pendidikan atau promosi kesehatan tentang
diketahui nilai sig.(2-tailed) adalah sebesar cara hidup sehat, cara menjaga kesehatan, cara
0,01 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima terhindar dari penyakit, akan meningkatkan
perubahan perilaku kesehatan
PEMBAHASAN (Notoatmodjo,2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden berusia 31-35 tahun. Data pendidikan responden pada kelompok ibu
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang diberikan pendidikan ASI Eksklusif
yang dilakukan Himawan (2006) bahwa usia dengan media animasi diperoleh karaktristik
produktif ibu hamil mayotitas 20-35 tahun. responden pendidikan ibuadalah lulusan
Sedangkan penelitian yang pernah dilakukan responden tertinggi meliputi pendidikan
Aril (2012) menunjukkan usia produktif terakhir SMP. Hal ini sejalan dengan penelitian
mayoritas 23 – 29 tahun. Penelitian Anggrita yang dilakukan Damayanti dan Nur (2010)
(2009) menunjukkan bahwa karakteristik usia bahwa tingkat pendidikan berpengaruh
ibu tidak ada hubungannya dengan pemberian terhadap kemampuan seseorang tersebut untuk
ASI eksklusif pada bayi. menerima dan memahami suatu pengetahuan.
Tingkat pendidikan tinggi belum tentu
Pendidikan adalah upaya memberikan berpengaruh dalam penyerapan informasi
pengetahuan untuk meningkatkan perilaku tentang pentingnya pemberian ASI serta
yang positif, khususnya dalam hal kesehtan perilaku pemberian ASI sehari-hari terhadap
dan gizi. Tingkat pendidikan ibu balitanya. Hal ini tidak akan berhasil bila tidak

105
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 103 - 108, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

diimbangi dengan pengarahan dan pendidikan Pemakaian animasi yang ditampilkan pada
gizi secara rutin dalam peningkatan media ini memuat visual yang menarik dalam
pengetahuan ibu (Notoatmodjo,2007). Usia memberikan pemahaman terhdap responden.
adalah salah satu sifat karakteristik seseorang Animasi yang di desain menyerupai kondisi
yang paling utama (Noor,2000). Usia nyata yang di hadapi ibu menyusui dianggap
seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan lebih menarik dan aplikatif dalam
seseorang (Mubarok,2006). Sebagian besar memunculkan pemahaman yang nyata pada
usia respoden berkisar antara 31-35 tahun. responden. Namun walaupun sebagian besar
Sebagian besar (90%) dalam kategori usia terdapat perubahan pengetahuan terdapat 8 %
produktif. Banyaknya usia produktif di dari keseluruhan responden yang tidak
Kecamatan Bergas ini mendukung tingkat mengalami perubahan skor pengetahuan.
pertumbuhan penduduk semakin tinggi.
Masalah gizi pada anak dipengaruhi oleh SIMPULAN
kepadatan penduduk yang cukup tinggi Sampel yang memiliki pengetahuan baik
(Kemenkes,2002). sebelum diberikan pendidikan ASI eksklusif
sebesar 30 %, dan meningkat menjadi 60,0 %
Menurut Budiman (2013), usia produktif sesudah diberikan pendidikan ASI ekslusif.
seseorang yaitu usia 21 – 35 tahun, semakin Ada pengaruh penggunaan media Animasi
dewasa usia seseorang mempengaruhi tingkat terhadap peningkatan pengetahun ibu tentang
pengetahuan dimiliki. Sehingga dapat ASI. 78% responden menganggap penggunaan
mengembangkan daya intelektualnya dan yang mediaanimasi cukup menarik dan
memberikan kesempatan lebih besar untuk menghasilkan tingkat pemahaman yang lebih
belajar. Pengukuran pengetahuan sampel, baik, dengan media animasi manfaat, dampak
dilakukan dengan pengisian kuesioner yang serta pemberian ASI ekslusif yang baik dapat
terdiri dari 15 pertanyaan. Item pertanyaan di pahami denga baik.
yang dijawab oleh sampel yaitu tentang apa itu
ASI, kolostrum serta manfaat ASI. DAFTAR PUSTAKA
Pengambilan data pre test dan post test Anggrita, K. (2009). Hubungan Karakteristik
dilaksanakan di Puskesmas Bergas dengan Ibu Menyusui terhadap Pemberian ASI
mengundang 60 responden. Pencuplikan Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
sampel dilaksanakan dengan menggunakan Medan Amplas Tahun
teknik random sampling. Sebelum diberi 2009.http://repository.usu.ac.id/handle/1
pendidikikan ASI melalui media animasi 23456789/14284
diberikan pre test tentang yang terdiri dari 15
pertanyaan terlebih dahulu dan diberikan Aril, C. (2012). Hubungan Antara
pendidikan gizi dengan media animasi yang Karakteristik Ibu Hamil Dengan
berdurasi 17 menit dan dilanjutkan dengan post Kejadian Hiperemesis Gravidarum di
test. RSUD Ujung Berung Pada Periode
2010-2011. Retrieved Februari, 25,
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 2017.http://elibrary.unisba.ac.id/files2/S
rata-rata nilai pengetahuan sebelum dan kr.12.00.10854.pdf
sesudah diberikan pendidikan gizi dengan
mendia video meningkat. Hasil uji statistik Damayanti, E., & Nur, A. (2010). Hubungan
juga menunjukkan bahwa ada perbedaan rata- tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
rata antara pengetahuan Ibu tentang ASI resiko tinggi kehamilan dengan
ekslusif antara sebelum dan sesudah diberikan kepatuhan kunjungan antenatal care di
pendidikan dengan media animasi. Intervensi RSUD Pandan Arang
berupa pendidikan menggunakan model Boyolali.https://publikasiilmiah.ums.ac.i
animasi dapat membuat perbedaan postif d/xmlui/handle/11617/3725
sebelum dan sesudah diberikan intervensi
dalam hal pentingnya ASI ekslusif, pentingnya Himawan, A. W. (2006). Hubungan Antara
kolostrum dan dampak jika bayi tidak Karakteristik Ibu dengan Status Gizi
diberikan ASI ekslusif. Hasil penelitian ini Balita di Kelurahan Sekaran Kecamatan
juga mendukung penelitian yang dilakukan Gunungpati Semarang (Doctoral
Mashanafi, Suparman, Tendean (2015) bahwa dissertation, Universitas Negeri
ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan Semarang).
pemberian ASI.
106
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 103 - 108, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Maryunani, Anik. (2010). Ilmu Kesehatan Sanaky, Hujair AH. Media Pembelajaran.
Anak Dalam Kebidanan, CV.Trans Info Yogyakarta: Safiria Insania Press.
media,Jakarta.
Soetjiningsih, 1997, ASI Petunjuk Untuk
Mashanafi, T. A., Suparman, E., & Tendean, Tenaga Kesehatan, EGC, Jakarta.
H. M. (2015). Pengetahuan Ibu Hamil
tentang Manfaat Pemberian ASI Suherni, S. (2009). Perawatan Masa Nifas .
Eksklusif. e-CliniC, 3(3). Yogyakarta: Fitramaya.

Notoatmodjo. (2010). Ilmu Perilaku Suradi, R., & Tobing, H.K.P. (2004). Bahan
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta bacaan manajemen laktasi. Jakarta :
Perinasia.
Osiyosola O. Osibogun, (2018), Knowledge,
Attitude and support for exclusive World Health Organization (2018). Exclusive
breastfeeding among bankers in breastfeeding for optimal growth,
Mainland Local Government in Lagos developmentand health of
State, Nigeria,International Breast infants.http://www.who.int/elena/titles/e
feeding Journal 2018, xclusive_ breastfeeding/en.(Diakses 10
https://doi.org/10.1186/s13006-018- Agustus 2018)
0182-9,(Diakses 13 Agustus 2018)

107
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 103 - 108, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

108
JKK, Volume 5, No 3, Oktober 2018: 133-137
p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif di Klinik/Balai


Pengobatan Anisa Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin Tahun 2017
Bina Aquari
Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang, Jalan RA Abusamah No.2663 Kelurahan Sukajaya Kecamatan Sukamare
Lebong Siarang Palembang 30151 Indonesia
binaplb2201@gmail.com

Abstrak
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) adalah pemenuhan hak bagi ibu dan anak. ASI sebagai makanan bayi terbaik ciptaan Tuhan tidak
dapat tergantikan dengan makanan dan minuman yang lain. Setiap minggu pertama bulan agustus dijadikan sebagai “ Pekan ASI
Sedunia” yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran semua pihak tentang pentingnys ASI bagi tumbuh kembang anak.
Tema peringatan Pekan ASI Sedunia (PAS) Tahun 2017 adalah “Suistaining Breastfeeding Together !”. Dalam kontek indonesia
tema tersebut di adaptasi menjadi “Bekerja Bersama Untuk Keberlangsungan Pemberian ASI”. PAS 2017 merupakan pengamatan
bahwa menyusui merupakan kunci keberhasilan SDGs Tahun 2030. Dikabupaten Banyuasin sendiri pada Tahun 2015, seluruh bayi
( 0 s/d 6 bulan) yang ada ( 8.158 bayi), yang berhasil didata mendapat Asi Eksklusif baru sebanyak 3.688 bayi atau 45,2 %. Klinik /
BP Anisa merupakan Klinik Pratama yang mempunyai fasilitas yang cukup memadai untuk standar klinik, juga sebagai klinik
melayani persalinan, nifas dan menyusui serta pelayanan imunisasi pada bayi dan balita. Penelitian ini menggunakan survei analitik
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang mempunyai bayi yang berada di wilayah
kerja Klinik/BPAnisa sebanyak 52 ibu, dengan pengambilan sampel menggunakan tehnik accidental sampling dengan 52 sampel.
Variabel ini menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat kemaknaan = 0,05. Hasil penelitian ini menunjukan dari 52
responden didapatkan 31 responden (59,6%) berpendidikan tinggi dan bayi mendapatkan ASI ekslusif, 21 responden (40,4%)
berpengetahuan baik, 19 responden (36,5%) ibu bekerja, dan bayi mendapatkan ASI Ekslusif. Uji statistik menunjukan bahwa
pengetahuan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi ( p value = 0.032) serta
pendidikan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi ( p value = 0.032). Demikian juga
pada pekerjaan ibu yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi (p value =0,011).
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI
Ekslusif pada bayi di Klinik/BPAnisa Tahun 2017. Untuk Klinik/ Anisa Hendaknya dapat meningkatkan dan mendukung gerakan
Asi Ekslusif dan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) serta Bounding Attechmen pada ibu setelah melahirkan.

Kata kunci: ASI Ekslusif

Abstract
Breastfeeding (ASI) is the fulfillment of mother and child rights. Breast milk as God's best baby food can not be replaced with other
foods and beverages. Every first week of August is made as "World Breastfeeding Week" which is held to raise awareness of all
parties about the importance of breastfeeding for growth and development of children. The 2017 World Breastfeeding Week (PAS)
theme is "Suistaining Breastfeeding Together!". In the context of Indonesia the theme is adapted to "Working Together For
Sustaining Breastfeeding". PAS 2017 is an observation that breastfeeding is the key to the success of SDGs in 2030. In Banyuasin
District alone in 2015, all existing (0 to 6 month) infants (8,158 infants), who were recorded recorded a new Exclusive Asi as many
as 3,688 babies or 45, 2%. Clinic / BP Anisa is a Pratama Clinic that has sufficient facilities for clinical standard, as well as clinic for
delivery, nifas and breastfeeding services and immunization services in infants and toddlers. This research uses analytical survey with
cross sectional approach. The population of this study were all mothers who have babies who are in the work area Clinic / BPAnisa
of 52 mothers, with sampling using accidental sampling technique with 52 samples. This variable uses chi square statistic test with
significance level = 0,05. The results of this study showed that 52 respondents obtained 31 respondents (59.6%) were highly
educated and babies were exclusively breastfed, 21 respondents (40.4%) were knowledgeable, 19 respondents (36.5%) working
mothers, and infants were breastfed Exclusive. The statistical test showed that maternal knowledge had a significant relationship with
exclusive breastfeeding in infants (p value = 0.032) and maternal education had a significant relationship with exclusive
breastfeeding in infants (p value = 0.032). Similarly, the mother's work has a significant relationship with exclusive breastfeeding in
infants (p value = 0.011). The conclusion of this study is that there is a correlation between knowledge, education and mother's work
with exclusive breastfeeding for infants in Clinic / BPAnisa Year 2017. For Clinic / Anisa Should be able to improve and support
Exclusive Asi and IMD (Early Breastfeeding Initiation) and Bounding Attechment in the mother after childbirth.
Keywords: Exclusive breastfeeding

133
134 Bina: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi….

1. Pendahuluan setiap tahunnya atau sebesar 0-49% dari


Pendapatan Nasional Broto. 2
Pemberian Air Susu Ibu ( ASI) adalah Peraturan Pemerintah (PP) No. 33 Tahun
pemenuhan hak bagi ibu dan anak. ASI 2012 tentang pemberian Asi secara Eksklusif
sebagai makanan bayi terbaik ciptaan Tuhan telah diterbitkan sejak 1 Maret 2012.
tidak dapat tergantikan dengan makanan dan Berdasarkan PP tersebut, setiap ibu yang
minuman yang lain. Setiap minggu pertama melahirkan harus memberikan Asi Eksklusif
bulan agustus dijadikan sebagai “ Pekan ASI kepada bayi yang dilahirkannya, kecuali ada
Sedunia” yang dilaksanakan untuk indikasi medis, ibu tidak ada atau ibu terpisah
meningkatkan kesadaran semua pihak tentang dari bayi. Diharapkan dengan adanya PP
pentingnys ASI bagi tumbuh kembang anak. tersebut pemberian Asi Eksklusif bisa sukses
Tema peringatan Pekan ASI Sedunia (PAS) dan semua pihak terkait mematuhi aturan yang
Tahun 2017 adalah “Suistaining Breastfeeding ada pada PP baik untuk ibu yang bekerja dan
Together !”. Dalam kontek indonesia tema fasilitas kantor/instansi pemerintah, mall,
tersebut di adaptasi menjadi “Bekerja Bersama stasiun, dsb harus mematuhi peraturan ini
Untuk Keberlangsungan Pemberian ASI”. dengan menyediakan fasilitas bagi ibu untuk
PAS 2017 merupakan pengamatan bahwa memerah/menyusui bayinya, ada ruangan
menyusui merupakan kunci keberhasilan pojok Asi. 3
SDGs Tahun 2030. 1 Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Menurut WHO/UNICEF, standar emas Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono
pemberian makan pada bayi dan anak adalah mengatakan salah satu penyebab masih
1) mulai segera menyusui dalam 1 jam setelah rendahnya capaian ASI eksklusif di Indonesia
lahir, 2) menyusui bayi secara eksklusif sejak dipicu oleh pemahaman tenaga kesehatan yang
lahir sampai dengan umur 6 bulan, 3) mulai kurang tentang pentingnya Inisiasi Menyusui
umur 6 bulan bayi mendapat makanan Dini (IMD). Ada sekitar 48.2 persen ibu di
pendamping ASI (MP-ASI) yang bergizi Indonesia yang tidak melakukan IMD sesaat
sesuai dengan kebutuhan tumbuh setelah persalinan. "Tantangan kita adalah
kembangnya, 4) meneruskan menyusui anak belum semua tenaga kesehatan memahami
sampai umur 24 bulan atau lebih. 1 betul tentang program IMD ini dengan
ASI Eksklusif memiliki kontribusi yang berbagai alasan mulai dari pendidikan yang
besar terhadap tumbuh kembang dan daya tidak diupdate sampai pengaruh produk susu
tahan tubuh anak. Anak yang diberi ASI formula yang menyasar tenaga kesehatan,"
Eksklusif akan tumbuh dan berkembang secara ujar Anung pada temu media peringatan Pekan
optimal dan tidak mudah sakit. Hal tersebut ASI Sedunia di Jakarta, Kamis (3/8/2017). 3
sesuai dengan kajian fakta global “The Lancet Maryunani juga mengatakan Faktor-faktor
Breastfeeding Series, 2016” telah yang menghambat penggunaan ASI eksklusif
membuktikan : 1) menyusui secara eksklusif antara lain; kurangnya pengetahuan ibu
akan menurunkan angka kematian karena terhadap keunggulan ASI dan fisiologi laktasi,
infeksi sebanyak 88% pada bayi berusia kurangnya persiapan fisik dan mental ibu,
kurang dari 3 bulan. 2) sebanyak 31,36% kurangnya dukungan keluarga, kurangnya
(82%) dari 37,49% anak sakit, karena tidak dukungan dari fasilitas pelayanan kesehatan,
menerima ASI Eksklusif. Investasi dalam gencarnya kurangnya fasilitas yang
pencegahan BBLR, stunting dan mendukung laktasi di tempat kerja, kurangnya
meningkatkan IMD dan ASI Eksklusif dukungan lingkungan. 4
berkontribusi dalam menurunkan risiko Di Provinsi Sumatera Selatan cakupan
obesitas dan penyakit kronis. 2 pemberian ASI Eksklusif pada bayi Tahun
Tidak menyusui berhubungan dengan 2013 sebanyak 63,9%. Dan pada Tahun 2014
kehilangan nilai ekonomi sekitar $ 304 milyar
JKK, Volume 5, No 3, Oktober 2018: 133-137 135
p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411

mengalami peningkatan cakupan pemberian 3. Hasil dan Pembahasan


ASI Eksklusif pada bayi menjadi 64,5%. 5
Dinas Kesehatan Kota Palembang Pada Penelitian ini responden berjumlah
menunjukkan cakupan pemberian ASI 52 orang dan pemberian ASI secara eksklusif
Eksklusif pada bayi Tahun 2013 sebanyak dibagi menjadi dua kategori yaitu, Ya dan
71,13%. Tahun 2014 cakupan pemberian ASI Tidak. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Eksklusif pada bayi mengalami peningkatan tabel 1 dibawah ini.
menjadi 74,18% Cakupan ini masih di bawah
target pencapaian pemberian ASI Ekslusif Tabel 1. Distibusi Frekuensi dan Persentase
Indonesia yaitu 80%. Sedangkan bayi yang Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi
Usia 7-12 Bulan di Tahun 2017
mendapatkan MP-ASI secara dini sebanyak
25,82%. 6 Pemberian Jumlah (N) Persentase (%)
Dikabupaten Banyuasin sendiri pada asi eksklusif
Tahun 2015, seluruh bayi (0 s/d 6 bulan) yang Ya 37 71,2
ada (8.158 bayi), yang berhasil didata Tidak 15 28,8
mendapat Asi Eksklusif baru sebanyak 3.688
bayi atau 45,2 %. Rendahnya cakupan tersebut
secara nasional antara lain karena dulu belum Dari tabel 1 diatas, menunjukkan
adanya peraturan perundang-undangan dan distribusi responden, berdasarkan pemberian
kampanye tentang pemberian Asi dan MP-Asi. ASI eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan
Sementara itu, promosi/iklan dan pemasaran diperoleh dari 52 responden, ibu yang
susu formula sangat intensif dan sulit memberikan ASI eksklusif pada bayinya
dikendalikan. 7 sebanyak 37 orang (71,2%) dan ibu yang tidak
Klinik/BP Anisa merupakan Klinik memberikan ASI eksklusif pada bayinya
Pratama yang mempunyai fasilitas yang cukup sebanyak 15 orang (28,8%). Ini menujukkan
memadai untuk standar klinik, juga sebagai bahwa jumlah responden yang memberikan
klinik melayani persalinan, nifas dan menyusui ASI eksklusif lebih banyak dari pada
serta pelayanan imunisasi pada bayi dan responden yang tidak memberikan ASI
balita.8 eksklusif.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti Tabel 2. Distibusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan
ingin melakukan penelitian tentang Pengetahuan di Klinik / BP Anisa Tahun 2017
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Klinik / Pengetahuan Jumlah (N) Persentase (%)
Balai Pengobatan Anisa Kecamatan Baik 21 40,4
Sembawa Kabupaten Banyuasin Tahun Kurang 31 59,6
2017”
Dari tabel 2 diatas, menunjukkan
2. Metode
distribusi responden berdasarkan pengetahuan
Penelitian ini menggunakan metode ibu diperoleh dari 52 responden, ibu yang
survey analitik dengan menggunakan pengetahuan baik sebanyak 21 orang (40,4%)
pendekatan cross secctional dimana data dan ibu yang pengetahuan kurang sebanyak 31
variabel independent (pengetahuan, orang (59,6%). Ini menunjukkan bahwa ibu
pendidikan dan pekerjaan) dan variabel yang pengetahuan baik lebih banyak
dependen (pemberian ASI eksklusif) memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang
dikumpulkan secara bersamaan. 9 pengetahuan kurang.
136 Bina: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi….

Tabel 3. Distibusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan bulan sebanyak 11 orang (52,4%) lebih kecil
Pendidikan di Klink/BP Anisa Tahun 2017
dibandingkan 31 responden yang pengetahuan
pendidikan Jumlah(N) Persentase(%)
kurang baik yang memberikan ASI eksklusif
pada bayi usia 7-12 bulan sebanyak 26 orang
rendah 21 40,4
Tinggi 31 59,6 (83,9 %).
Dari hasil uji statistik Chi-Square,
Dari tabel 3 diatas, menunjukkan didapatkan p value sebesar 0,032 (< α = 0,05),
distribusi responden berdasarkan pendidikan artinya ada hubungan yang bermakna secara
ibu diperoleh dari 52 responden, ibu yang parsial antara pengetahuan dengan pemebrian
berpendidikan rendah (< SMA) sebanyak 21 ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di
orang (40,4%) dan ibu yang berpendidikan Klinik/BP Anisa Tahun 2017. Dengan
tinggi (≥ SMA) sebanyak 31 orang (59,6%). demikian hipotesis yang menyatakan ada
Ini menunjukkan bahwa ibu yang hubungan antara pengetahuan dengan
berpendidikan rendah lebih banyak pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 7-12
memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang bulan terbukti secara statistik.
berpendidikan tinggi.
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan
Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Tabel 4. Distibusi Frekuensi dan Persentase
Klinik/BPAnisa Tahun 2017
Berdasarkan Pekerjaan di Klinik/BPAnisa Tahun
2017
Pendidikan Pemberian ASI Jumlah
Eksklusif Pada Bayi
Pekerjaan Jumlah (N) Persentase (%) 7-12 Bulan
Bekerja 19 36,5
Tidak Bekerja 33 63,5 Ya Tidak N %
n % n %
Dari tabel 4 diatas, menunjukan Rendah 11 52,4 10 47,6 21 100
distribusi frekuensi responden berdasarkan Tinggi 26 83,9 5 16,1 31 100
Pekerjaan ibu diperoleh dari 52 responden, ibu Jumlah 37 15 52 100
yang bekerja sebanyak 19 orang (36,5%) dan
ibu yang tidak bekerja sebanyak 33 orang
(63,5%). Ini menunjukkan bahwa ibu yang Dari tabel 6 diatas diketahui bahwa dari
berkerja lebih sedikit memberikan ASI 21 responden yang pendidikan rendah yang
eksklusif dari pada ibu yang tidak bekerja. memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 7-12
bulan sebanyak 11 orang (52,4%) lebih kecil
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan dibandingkan 31 responden yang pendidikan
Pengetahuann dengan Pemberian ASI Eksklusif di tinggi yang memberikan ASI eksklusif pada
Klinik/BPAnisa Tahun 2017 bayi usia 7-12 bulan sebanyak 26 orang
(83,9%).
pengetahuan Pemberian Asi Jumlah
Eksklusif Pada Bayi
Dari hasil uji statistik Chi-Square,
6-12 Bulan didapatkan p value sebesar 0,032 (< α = 0,05),
Ya Tidak N %
artinya ada hubungan yang bermakna secara
n % N % parsial antara pendidikan dengan pemberian
Baik 11 52,4 10 47,6 21 100 ASI eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan di
Kurang Baik 26 83,9 5 16,1 31 100 Klinik/BP Anisa. Dengan demikian hipotesis
Jumlah 37 15 52 100 yang menyatakan ada hubungan antara
pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif
Dari tabel 5 diatas diketahui bahwa dari pada bayi usia 7-12 bulan terbukti secara
21 responden yang pengetahuan baik yang statistik.
memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 7-12
JKK, Volume 5, No 3, Oktober 2018: 133-137 137
p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan bulan) bahwa ada hubungan yang bermakna
Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif di antara pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan
Klinik/BPAnisa Tahun 2017
secara simultan dengan pemberian ASI
Pekerjaan Pemberian ASI Jumlah Eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan di
Eksklusif pada Bayi Klinik/BP Anisa Tahun 2017.
7-12 Bulan
Ya Tidak N % 5. Saran
n % n %
Bekerja 9 47,4 10 52,6 19 10
Untuk Klinik/Anisa Hendaknya dapat
Tidak 28 84,8 5 15,2 33 100
Bekerja
meningkatkan dan mendukung gerakan Asi
Jumlah 37 15 52 100 Ekslusif dan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
serta Bounding Attechmen pada ibu setelah
Dari tabel 7 diatas diketahui bahwa dari melahirkan
19 responden yang bekerja yang memberikan
ASI eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan Daftar Pustaka
sebanyak 9 orang (47,4%) lebih kecil
dibandingkan 33 responden yang tidak bekerja 1. Pedoman_Penyelenggaraan Pekan ASI
yang memberikan ASI eksklusif pada bayi usia Sedunia (PAS) Tahun 2017.
7-12 bulan sebanyak 28 orang (84,8%). www.depkes.go.id
Dari hasil uji statistik Chi-Square, 2. Patel & Gedam (2013). Effeck Back
didapatkan p value sebesar 0,011 (< α = 0,05), Massage On Lactation Among Postnatal
artinya ada hubungan yang bermakna secara Mother. India
parsial antara pekerjaan dengan pemberian 3. https://www.suara.com/health/2017/08/04/
ASI eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan di 031300/capaian-pemberian-asi-eksklusif-
Klinik/BP Anisa Tahun 2017. Dengan di-indonesia-baru-54-persen
demikian hipotesis yang menyatakan ada 4. Maryunani, Anik. (2012). Inisiasi
hubungan antara pekerjaan dengan pemberian Menyusu Dini, ASI Eksklusif Dan
ASI eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan Manajemen Laktasi. Jakarta : CV. Trans
terbukti secara statistik. Info Media.
5. Dinkes Sumsel. 2015. Profil Kesehatan
4. Kesimpulan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015.
6. Dinkes Kota Palembang. 2015. Profil
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kesehatan Kota Palembang Tahun 2014.
Klinik/BP Anisa Kec. Sembawa Kab. 7. Dinkes Kab. Banyuasin. 2015. Profil
Banyuasin Tahun 2017 didapatkan hasil Kesehatan Kab. Banyausin Tahun 2015.
penelitian dari jumlah responden sebanyak 52 8. Profil Klinik/BPAnisa Tahun 2015, Data
orang, membahas mengenai variabel Program Pemberian ASI Eksklusif Pada
independen (pengetahuan, pendidikan dan Bayi.
pekerjaan) dengan variabel dependen 9. Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian
(pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 7-12 Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Public Health Nutrition: 13(12), 2087–2096 doi:10.1017/S1368980010002156

Factors associated with exclusive breast-feeding and breast-


feeding in Norway
Anne Lene Kristiansen 1,*, Britt Lande 2, Nina Cecilie Øverby 3 and Lene Frost Andersen 1
1
Department of Nutrition, Institute of Basic Medical Sciences, University of Oslo, PO Box 1046, Blindern,
0316 Oslo, Norway: 2Division of Public Health, Norwegian Directorate of Health, Oslo, Norway:
3
Faculty of Health and Sport, University of Agder, Kristiansand, Norway

Submitted 13 January 2010: Accepted 21 June 2010: First published online 16 August 2010

Abstract
Objective: To identify factors associated with exclusive breast-feeding and breast-
feeding during the first year of life among Norwegian infants.
Design: Data on breast-feeding practices were collected by a semi-quantitative FFQ.
Setting: In 2006–2007 about 3000 infants were invited to participate in a population-
based prospective cohort study in Norway.
Subjects: A total of 1490 mothers/infants participated at both 6 and 12 months of age.
Results: Exclusive breast-feeding at 4 months was associated with parental education,
parity and geographical region, while exclusive breast-feeding at 5?5 months was
associated only with maternal age. At both ages, a negative association with exclusive
breast-feeding was observed for maternal smoking. Breast-feeding at 6 months was
associated with parental education, maternal age and marital status. Breast-feeding at
12 months was associated with maternal education, maternal age and number of
children. At both ages, negative associations with breast-feeding were observed for
maternal smoking and descending birth weight. At 12 months, a negative association
was also observed for having day care by other than the parents.
Conclusions: Even though Norway has an extensive and positive breast-feeding
tradition and a maternal leave system that supports the possibility to breast-feed,
factors like maternal education, maternal age and maternal smoking are strongly
associated with duration of exclusive breast-feeding and breast-feeding. Research to
better understand the reasons for inequalities in breast-feeding is needed to facilitate Keywords
the development of more effective breast-feeding promotion strategies. This again Exclusive breast-feeding
may improve compliance with recommendations and reduce inequalities in infant Breast-feeding
feeding practices. Infant feeding practices

Adequate nutrition during infancy and early childhood is been broadly studied(3–5), previous studies in these coun-
essential to ensure growth, health and development of tries have rarely examined the factors associated with
children to reach their full potential. Breast milk strongly exclusive breast-feeding. Breast-feeding and exclusive
contributes to good health and nutrition of infants. Apart breast-feeding are, in general, reported to be associated
from being an excellent nutritional source for the growing with maternal age, marital status, parental educational
child, breast milk is associated with a reduced risk of level and smoking(6–8). In addition, breast-feeding duration
many diseases in infants and mothers. A recent review is found to be associated with a wide range of other factors
by Duijts et al.(1) points out that a number of studies in like social status, insufficient milk supply, parity, maternal
industrialised countries suggest that breast-feeding pro- work situation, infant health problems as well as health
tects infants against overall infections, gastrointestinal and service-related factors(5,7) .
respiratory tract infections. Moreover, Ip et al.(2) reported Since 2001, the WHO(9) has recommended exclusive
long-term benefits of breast-feeding for infants to be breast-feeding for the first 6 months of life. Exclusive
reduced risk of obesity and type 2 diabetes in later life, breast-feeding is defined as feeding the infant only breast
and long-term benefits for breast-feeding mothers to be milk without any additional food or drink(10) . Norwegian
reduced risk of breast and ovarian cancers. health authorities also recommend exclusive breast-
The initiation and duration of exclusive breast-feeding feeding for the first 6 months of life and thereafter gradual
and breast-feeding are influenced by a number of factors. introduction of appropriate complementary foods with
continued breast-feeding(11). Norway has an extensive
Although the factors that influence the initiation and and positive breast-feeding tradition(12) and long paid
duration of breast-feeding in developed countries have

*Corresponding author: Email a.l.kristiansen@medisin.uio.no r The Authors 2010


2088 AL Kristiansen et al.

maternal leave, which support the possibility of breast- 1998–1999 , and the SFFQ used among 12-month-
(14,15)

feeding during the first year of life. The parental benefit olds had been validated(16). Parents were asked to com-
period is either 46 weeks at 100 % benefit or 56 weeks at plete the questionnaires on the day as closely to the
80 % benefit(13) . child’s 6 months or 12 months of age as possible and to
Based on the data from a large national dietary survey describe habitual feeding practices at the given age. Both
on infant feeding, we have explored factors associated SFFQ were tested in pilot studies and then revised.
with exclusive breast-feeding and breast-feeding during The final SFFQ included forty-two questions at 6 months
the first year of life in Norway. and fifty-one questions at 12 months. The questions on
breast-feeding were related to whether or not the child
received breast milk and to the breast milk frequency.
Methods Breast milk intake was not quantified. It was also asked
when the child stopped receiving breast milk, when it
Subjects and design started receiving infant formula/other milk and when the
A nation-wide sample of about 3000 Norwegian infants was child was introduced to solid or semi-solid foods for the
established by Statistics Norway. The sample included all first time. The questions on complementary foods at 6 and
infants born in Norway during a 3-week period from 17 12 months covered approximately fifty and 160 different
April to 8 May in 2006. We assumed that the diet of infants food items, respectively.
born in April–May was similar to the diet of infants born at Both SFFQ also provided information on parental
other times of the year. The mothers should be born in educational levels, maternal age, maternal work situation,
Norway, Sweden or Denmark. If the child was a twin or a maternal marital status, maternal smoking and number
triplet, the parents were asked only to include the oldest. of children/parity, asthma/allergy in the family, infant
The study had a longitudinal design and was carried out in gender, infant birth weight, gestational age and day care
October–November 2006 and April–May 2007, when the (only at 12 months).
infants were 6 and 12 months of age, respectively. At
6 months, 1986 (67 %) mothers/infants participated. Those Classification of breast-feeding
who gave a written refusal to participate at 6 months were Based on the WHO definitions on breast-feeding(10), breast-
not invited to participate at 12 months. At 12 months, 1635 fed infants were categorised into exclusively breast-fed and
(57 %) mothers/infants participated. In the present study, breast-fed. Exclusively breast-fed infants at a given age
data from 1490 mothers/infants who participated at both received only breast milk and had not been introduced to
6 and 12 months of age were used for analysis, resulting in a any additional food or drink, not even water, but could have
response rate of 52 %. received vitamin–mineral supplements. Breast-fed infants
The Regional Committees for Medical Research Ethics included all infants who received breast milk; both those
approved the study, and informed consent was obtained exclusively breast-fed and those who had been introduced
from the mother/parents. to other drinks than breast milk and/or complementary
The mothers received an invitation and a semi-quan- foods.
titative FFQ (SFFQ) by mail about 2 weeks before the
child turned 6 and 12 months of age. To obtain data on Data analysis
the infant’s weight and length, parents were asked to Multiple logistic regression analysis was applied to study
bring the questionnaire to the regular 6- and 12-month exclusive breast-feeding at every month up to 5?5 months of
check-up at the child’s health clinic, and then return the age and breast-feeding at every month up to 12 months of
completed questionnaire in a pre-paid envelope. At age, in relation to selected parental and infant character-
6 months, one combined thanks/reminder letter and istics. Furthermore, factors associated with the introduction
one reminder letter with the questionnaire enclosed were of solid foods were also studied using multiple logistic
sent out. At 12 months, mothers were contacted once regression analysis. Multiple logistic regression analysis was
by telephone and received one reminder with the ques- applied to those who had information on all maternal/infant
tionnaire enclosed. At 6 and 12 months, those who characteristics. Results are presented as adjusted OR with
returned a completed questionnaire were entered in a 95% CI. Potential interaction effects were assessed. Statis-
lottery of ten cheques of approximately US$800 each and tical significance was tested by the likelihood ratio test. Tests
ten cheques of approximately US$1600 each. for trends across categories were performed by treating
the categories as continuous variables in logistic regression
The semi-quantitative FFQ analysis. Maternal and paternal educational levels were
Two SFFQ were designed to describe feeding practices at coded by eight categories and combined into four cate-
6 and 12 months of age, respectively, and also to retro- gories in the logistic regression analysis: primary and sec-
spectively describe feeding practices from birth up to ondary schools, comprehensive school, academy/college/
the given age. They were based on the SFFQ used in the university of #4 years and academy/college/university of
first Norwegian national dietary survey among infants in .4 years. Maternal age, reported as a continuous variable,
Breast-feeding in Norway 2089
was categorised into three groups: #24, 25–34 and $35 Table 1 Characteristics of infants and their parents (n 1490)
years. Maternal smoking status in pregnancy was coded as Characteristics Value-
yes, yes but quitted and no. Maternal smoking status when
the infant was at 6 months old was coded as yes and no. Infants
Boys/girls 50/50
Maternal marital status was coded as married, cohabitant Birth weight (g) 3595 (592)
and not married/cohabitant. Ten categories of maternal .3500 59
work situation before childbirth were combined into four 2500–3500 37
,2500 4
categories: full-time, part-time, student and other (including Birth length (cm) 50?3 (2?6)
mothers working at home/housewives, mothers on sick Gestational age (weeks)
leave, unemployed, disabled, on rehabilitation, etc.). Ten ,38 12
$38 88
categories of maternal work situation when the infant was Mothers
12 months were combined into four categories: full-time, Age (years) 31?2 (4?8)
part-time, maternity leave and other. Four categories of the #24 8
25–34 68
number of children/parity were categorised into three $35 24
groups: one child, two children and three or more children. Maternal marital status
Five categories of day care at 12 months by others, than Married 47
Cohabitant 49
parents, were categorised as no (day care by the mother Not married/cohabitant 4
and/or the father) and yes (day care by childminder, kin- Smoking during pregnancy
dergarten or grandparents/other care persons). Geographic No 84
Yes, but quitted 9
region was combined into six categories: Capital and Yes 6
-
surroundings, East, South, West, Middle and North regions. Smoking-
Infant birth weight, reported as a continuous variable, was No 87
Yes 14
categorised as .3500, 2500–3500 and ,2500 g. Asthma/ Education
allergy in the family was categorised as yes (the infant’s Primary and secondary schools 4
mother, father and/or sibling(s) have or have had asthma/ Comprehensive school 29
Academy/college/university (#4 years) 39
allergy) and no. Academy/college/university (.4 years) 28
With regard to analysis of exclusive breast-feeding at Fathers
5?5 months of age, there was a need of collapsing cate- Education
Primary and secondary schools 7
gories for maternal education and maternal age to avoid Comprehensive school 45
small subgroups. Academy/college/university (#4 years) 26
Academy/college/university (.4 years) 22
We used both results from the univariate analyses (with a
criterion of P , 0?10) and evidence from the literature to -Percentages for categorical variables, and means with SD for continuous
decide which variables should be examined in the multi- variables.
-
-When the infant was at the age of 6 months.
variate analyses. In the final models, significant variables
(P , 0?05) were included. However, regardless of the sta-
tistical significance level, we decided to include maternal Ninety-two per cent of the infants were exclusively breast-
age and maternal education in all the final models. All fed at 1 week of age. The proportion of exclusively breast-
P values are two-sided, and a 5 % level of significance fed infants was 84% at 1 month of age, 65% at 3 months and
was used. All statistical analyses were performed with the decreased to 48% at 4 months of age and further down to
Statistical Package for Social Sciences statistical software 13% at 5?5 months of age (Fig. 1). Only 1?5 % of the infants
package version 16?0 (SPSS Inc., Chicago, IL, USA). had never been breast-fed. The breast-feeding level slowly
The results of the analyses of exclusive breast-feeding decreased from 96% at 1 month of age, to 82% at 6 months
at 4 and 5?5 months of age, of breast-feeding at 6 and 12 of age and to 46% at 12 months of age (Fig. 1).
months of age and the introduction of solid foods before Among those who ceased breast-feeding before 6 months,
4 months of age are presented. These ages were chosen the three most important reasons reported were insuffi-
to study adherence to the recommendations on infant cient milk (40 %), the infant did not want to have breast
feeding and gave a possibility of comparison with earlier milk (17 %) and sucking problems (10 %). Between 6 and
national data from Norway(6) . 12 months of age, the three most important reasons
reported for breast-feeding cessation were that the infant
did not want to have breast milk (37 %), insufficient milk
Results (20 %) and no specific problems, but did not want to
breast-feed any longer (10 %).
Table 1 presents selected characteristics of the infants and
their parents. Of the 1490 mothers/infants who partici- Factors associated with exclusive breast-feeding
pated at both 6 and 12 months of age, 93 % of the mothers Maternal and paternal education, number of children, geo-
completed the questionnaires. graphical region and maternal smoking were significantly
2090 AL Kristiansen et al.

associated with exclusive breast-feeding at 4 months of exclusive breast-feeding were significantly (P , 0?01) lower
age (Table 2). Significant positive trends were found for for smoking mothers compared with non-smoking mothers.
maternal education and number of children. Maternal age In addition, multivariate regression analyses were per-
was significantly associated with exclusive breast-feeding at formed for exclusive breast-feeding at ages 1, 2, 3 and
5?5 months of age (Table 3) and a significant positive trend 5 months and the results are summarised in Table 4.
was observed. At both 4 and 5?5 months of age the odds of Maternal education turned out to be the most stable vari-
able as it was significantly associated with exclusive breast-
feeding at most ages. From 3 months of age, maternal
100 96 92
89
86
smoking was significantly associated with exclusive breast-
90 84 82
84
76 feeding.
80 70
75
70 63
60
65
56 Factors associated with breast-feeding
50 48
49
46 Maternal and paternal education, maternal age and marital
40 status were significantly associated with breast-feeding
30 26
at 6 months (Table 5). Breast-feeding at 12 months was
20 significantly associated with maternal education, maternal
10 10 age and number of children (Table 5). At both ages, sig-
0 nificant negative associations with breast-feeding were
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
observed for maternal smoking and for descending infant
Age (months)
birth weight, and at 12 months a negative association
Fig. 1 Exclusive breast-feeding ( ) during the first 6 months of was also observed for having day care by other than the
life and breast-feeding ( ) during the first year of life (n 1490) parents.

Table 2 Adjusted OR of exclusive breast-feeding at 4 months of age

Exclusive breast-feeding at
4 months
- -
Characteristics n- %- Adjusted OR- 95 % CI-

Maternal education
Primary and secondary schools 14 26 1?00 –
Comprehensive school 138 37 1?53 0?77, 3?02
Academy/college/university (#4 years) 267 50 2?13 1?07, 4?23
Academy/college/university (.4 years) 240 63 3?14 1?54, 6?38
P trendy – – *** –
Paternal education
Primary and secondary schools 42 44 1?00 –
Comprehensive school 240 40 0?67 0?42, 1?08
Academy/college/university (#4 years) 191 55 0?95 0?58, 1?57
Academy/college/university (.4 years) 186 61 1?00 0?59, 1?69
P trendy – – NS –
Maternal age (years)
#24 26 23 1?00 –
25–34 451 49 1?62 0?99, 2?67
$35 182 57 1?74 1?00, 3?04
P trendy – – NS –
Maternal smoking
No 612 52 1?00 –
Yes 47 27 0?43 0?29, 0?62
Number of children
1 213 40 1?00 –
2 301 55 1?77 1?37, 2?30
$3 145 56 2?00 1?41, 2?82
P trendy – – *** –
Geographical region
Capital and surroundings 179 55 1?00 –
East 143 42 0?69 0?50, 0?96
South 117 56 1?25 0?86, 1?81
West 110 49 0?92 0?64, 1?33
Middle 54 45 0?73 0?47, 1?15
North 56 44 0?71 0?46, 1?11

-Number and percentage of exclusive breast-fed infants within current independent variable. Total number of infants at 4 months of age
(n 1343).
-
-OR and 95 % CI are adjusted for all other variables in the table.
yTest for linear trend: NS; *P , 0?05, **P , 0?01, ***P , 0?001.
Breast-feeding in Norway 2091
Table 3 Adjusted OR of exclusive breast-feeding at 5?5 months of age

Exclusive breast-feeding at
5?5 months
- -
Characteristics n- %- Adjusted OR- 95 % CI-

Maternal education
Primary/secondary/comprehensive school 46 11 1?00 –
Academy/college/university (#4 years) 68 13 1?07 0?71, 1?60
Academy/college/university (.4 years) 67 18 1?32 0?86, 2?02
P trendy – – NS –
Maternal age (years)
,30 46 9 1?00 –
30–34 71 13 1?29 0?86, 1?94
$35 64 20 2?13 1?39, 3?28
P trendy – – *** –
Maternal smoking
No 172 15 1?00 –
Yes 9 5 0?34 0?17, 0?68

-Number and percentage of exclusive breast-fed infants within current independent variable. Total number of infants at 5?5 months of
age (n 1343).
-
-OR and 95 % CI are adjusted for all other variables in the table.
yTest for linear trend: NS; *P , 0?05, **P , 0?01, ***P , 0?001.

Table 4 Factors associated with exclusive breast-feeding during the first 6 months of life-

Age Maternal Maternal Maternal Birth Paternal Number of Geographical Marital Asthma/
(months) education age smoking weight education children region status allergy

1 x x x
2 x x x x
3 x x x x x x
4 x x x x x
5 x x x x
5?5 x x

-Total number of infants (n 1343), with x indicating adjusted significant associations (P , 0?05).

In addition, multivariate regression analyses were per- and geographical region. The odds of not introducing
formed for breast-feeding at every month from 1 to 5 solid foods before 4 months of age was significantly lower
months of age and from 7 to 11 months of age and the (P , 0?001) for smoking mothers compared with non-
results are summarised in Table 6. Maternal education smoking mothers.
turned out to be the most stable variable as it was sig-
nificantly associated with breast-feeding at all ages. Maternal
age, maternal smoking, paternal education and infant birth Discussion
weight also turned out to be stable variables as they showed
significant associations with breast-feeding at most ages. Based on the data from a large national infant dietary
survey, factors associated with exclusive breast-feeding
Factors associated with introduction of solid foods and breast-feeding during the first year of life among
Ten per cent of the infants were introduced to solid foods Norwegian infants were explored. We found that exclusive
before 4 months of age (i.e. at 3?5 months of age or earlier). breast-feeding and breast-feeding in early infant age
In this group, the most common first food was porridge overall were high. In multivariate regression analyses,
made of maize/rice/millet (63 % had consumed this), while exclusive breast-feeding was significantly associated with
25% had consumed porridge made of oat/wheat/barley maternal education, while breast-feeding was significantly
and 24% had consumed fruits/berries before the age of associated with maternal education and maternal age.
4 months. Only a few had been introduced to vegetables, Both exclusive breast-feeding and breast-feeding were
meat or yoghurt before 4 months of age. negatively associated with maternal smoking.
A significant linear trend of increasing odds of not
introducing solid foods before 4 months of age was found Exclusive breast-feeding and breast-feeding levels
with increasing maternal education (Table 7). Girls had More than 90 % of the infants in the present study were
significantly higher odds of not being introduced to solid exclusively breast-fed at 1 week of age, and the level
foods before 4 months of age than boys, and significant of exclusive breast-feeding was high during the first
associations were also found for number of children 3 months of life, but then declined to 10 % at 6 months
2092 AL Kristiansen et al.
Table 5 Adjusted OR of breast-feeding at 6 and 12 months of age

Breast-feeding at 6 months Breast-feeding at 12 months


- - - -
Characteristics n- %- Adjusted OR- 95 % CI- n- %- Adjusted OR- 95 % CI-

Infant birth weight (g)


.3500 670 85 1?00 – 378 49 1?00 –
2500–3500 407 82 0?83 0?60, 1?14 213 45 0?85 0?67, 1?08
,2500 30 57 0?19 0?11, 0?36 16 31 0?39 0?21, 0?72
P trendy – – *** – – – * –
Maternal education
Primary and secondary schools 33 61 1?00 – 13 26 1?00 –
Comprehensive school 270 72 1?57 0?82, 3?00 136 38 1?61 0?81, 3?21
Academy/college/university (#4 years) 456 86 2?54 1?29, 5?01 254 50 2?33 1?17, 4?65
Academy/college/university (.4 years) 348 91 3?87 1?83, 8?17 204 55 2?81 1?39, 5?66
P trendy – – *** – – – *** –
Paternal education
Primary and secondary schools 78 81 1?00 – – – – –
Comprehensive school 447 75 0?43 0?23, 0?80 – – – –
Academy/college/university (#4 years) 306 88 0?72 0?36, 1?44 – – – –
Academy/college/university (.4 years) 276 90 0?73 0?35, 1?55 – – – –
P trendy – – * – – – – –
Maternal age (years)
#24 69 62 1?00 – 20 25 1?00 –
25–34 770 84 1?94 1?21, 3?11 395 47 1?99 1?13, 3?50
$35 268 84 1?80 1?04, 3?11 192 53 2?40 1?30, 4?44
P trendy – – NS – – – * –
Maternal smoking
No 1001 86 1?00 – 559 50 1?00 –
Yes 106 60 0?35 0?24, 0?51 48 29 0?49 0?34, 0?71
Maternal marital status
Married 547 85 1?00 – – – – –
Cohabitant 533 81 1?05 0?76, 1?44 – – – –
Not married/cohabitant 27 61 0?43 0?21, 0?88 – – – –
Number of children
1 – – – – 234 47 1?00 –
2 – – – – 232 44 0?75 0?57, 0?97
$3 – – – – 141 55 1?12 0?79, 1?58
P trendy – – – – – – NS –
Day care by persons other than the parents
No – – – – 454 50 1?00 –
Yes – – – – 153 40 0?64 0?50, 0?82

-Number and percentage of breast-fed infants within the current independent variable. Total number of infants at 6 (n 1343) and at 12 (n 1285) months of age.
- -OR and 95 % CI are adjusted for all other variables in the table, with the exception of day care by persons other than the parents at 6 months of age.
yTest for linear trend: NS; *P , 0?05, **P , 0?01, ***P , 0?001.

of age. These data are consistent with earlier national data Maternal and paternal education
from Norway(14) . National data from Sweden show the A number of studies have observed that maternal edu-
same level of exclusive breast-feeding at 1 week of age cation is significantly associated with exclusive breast-
compared to our findings (88 %), while 15 % of the infants feeding and breast-feeding duration(4,5,7,8,19–21) . In our
were exclusively breast-fed at 6 months of age(17) . In the study, the odds of exclusive breast-feeding and breast-
USA, national data show a low level of exclusive breast- feeding increased significantly with increasing maternal
feeding at 1 week of age (50 %), while 14 % of the infants educational level. We found a significant association
were exclusively breast-fed at 6 months of age(18) . between exclusive breast-feeding at 4 months of age and
Only 1?5 % of the infants in our study had never been paternal education, but no significant association was
breast-fed. Breast-feeding level slowly decreased from 92% found at 5?5 months of age. In the AIBS study (All Babies
at 2 months of age, to 82% at 6 months and further down to in Southeast Sweden), data on exclusive breast-feeding
46% at 12 months of age. A high level of breast-feeding were available for more than 10 000 infants born between
initiation has also been reported in Sweden where 98 % of 1997 and 1999(7), and low paternal education was reported
the mothers initiated breast-feeding(17). At 2 months of age, to be a risk factor for short exclusive breast-feeding (,4
90% were breast-fed, while 69% and 17% of the infants months). Paternal education was found to be significantly
were breast-fed at 6 and 12 months of age, respectively(17). associated with breast-feeding at every month from 2 to
9 months of age in the present study. In a study among
The breast-feeding initiation reported from the USA was 74%
10 500 Californian women, Heck et al.(22) showed positive
and at 2, 6 and 12 months of age the corresponding breast-
associations between breast-feeding and paternal education,
feeding rates were 63 %, 43% and 23 %, respectively(18).
Breast-feeding in Norway 2093
and Lanting et al. reported that women in The Netherlands
(20)

who initiated breast-feeding were more likely to have a


higher-educated partner.

Maternal age
Maternal age is a powerful variable that has been associated
with exclusive breast-feeding and breast-feeding initiation
and duration(3–5,7). In contrast to what others have repor-
ted(6,7), we did not find a significant association between
exclusive breast-feeding and increasing maternal age at
4 months of age. However, at 5?5 months of age a significant
association was observed. In the present study, multivariate
analyses of breast-feeding during the first year of life
showed that maternal age turned out to be a stable variable
as it was significantly associated with breast-feeding at every
month from 3 to 12 months of age.

Maternal smoking
In Sweden, Ludvigsson and Ludvigsson(7) reported
smoking to be associated with increased risk of short
exclusive breast-feeding (,4 months). In the previous
national dietary survey among infants in Norway, Lande
et al.(6) reported significantly lower odds of exclusive
breast-feeding at 4 months of age for mothers who
smoked compared with non-smoking mothers (adjusted
OR 5 0?40; 95 % CI 0?32, 0?50). This is similar to the
results we observed for maternal smoking with regard to
exclusive breast-feeding at 4 and 5?5 months of age.
In the present study, maternal smoking was an important
adverse factor on the duration of breast-feeding. The
odds of breast-feeding at both 6 and 12 months of age
were lower for mothers who smoked compared with
non-smoking mothers. For breast-feeding duration and
maternal smoking, a consistent negative association has
been reported in the literature(3–5,23) .
In our analyses, maternal smoking turned out to be a
stable variable as it was negatively associated with exclusive
breast-feeding at every month from 3 to 5?5 months of age
and with breast-feeding from 2 to 12 months of age.

Marital status
We found a significant association between marital status
and breast-feeding at 6 months of age, but no such
association was observed for breast-feeding at 12 months
of age or for exclusive breast-feeding at 4 or 5?5 months
of age. Some studies have shown that breast-feeding
occurs more frequently among married women and that
married women breast-feed for longer periods of time(5),
while others have not found this association(4) .

Birth weight
We found no significant association between infant birth
weight and exclusive breast-feeding; however, the odds
of breast-feeding decreased significantly with decreasing
birth weight at both 6 and 12 months of age. The same
was observed by Lande et al.(6) .
2094 AL Kristiansen et al.
Table 7 Adjusted OR of not receiving solid foods before 4 months of age

Not receiving solid foods before


4 months
- -
Characteristics n- %- Adjusted OR- 95 % CI-

Infant’s gender
Boy 582 88 1?00 –
Girl 624 92 1?58 1?08, 2?31
Maternal education
Primary and secondary schools 41 76 1?00 –
Comprehensive school 315 84 1?36 0?65, 2?82
Academy/college/university (#4 years) 485 91 2?02 0?94, 4?33
Academy/college/university (.4 years) 365 95 3?68 1?57, 8?67
P trendy – – *** –
Maternal age (years)
#24 82 74 1?00 –
25–34 828 91 1?66 0?95, 2?88
$35 296 93 1?88 0?91, 3?91
P trendy – – NS –
Maternal smoking
No 1069 92 1?00 –
Yes 137 78 0?45 0?28, 0?70
Number of children
1 462 86 1?00 –
2 509 93 2?00 1?29, 3?12
$3 235 91 1?51 0?86, 2?66
P trendy – – * –
Geographical region
Capital and surroundings 304 93 1?00 –
East 299 89 0?71 0?40, 1?25
South 193 92 1?06 0?53, 2?11
West 205 92 1?06 0?54, 2?07
Middle 104 87 0?61 0?30, 1?24
North 101 80 0?32 0?17, 0?62

-Number and percentage of infants not receiving solid foods before 4 months of age within current independent variable. Total number
of infants (n 1343).
-
-OR and 95 % CI are adjusted for all other variables in the table.
yTest for linear trend: NS; *P , 0?05, **P , 0?01, ***P , 0?001.

Parity care was associated with decreased duration of breast-


In the literature, the association between parity and feeding at ages 6 and 12 months.
breast-feeding is inconsistent(4,5) . In our study, the odds
of exclusive breast-feeding at 4 months of age increased Introduction of solid foods
with increasing number of children. We did not observe a Norwegian health authorities recommend that solid foods
consistent pattern between exclusive breast-feeding or are introduced at 6 months of age, or at the earliest at
breast-feeding and parity. 4 months of age(11) . In the present study, 10 % had been
introduced to solid foods before 4 months of age.
Day care National data from the USA(26) show that about 29 %
Due to the Norwegian parental leave system, the majority of all infants were introduced to solid foods before
4 months of age, while earlier national data from Norway(6)
of Norwegian infants are in parental care at the first year
observed that 21 % of the infants received solid foods
of life. At the age of 12 months, 70 % of the infants in our
before the age of 4 months; the corresponding percen-
study were in parental care, while 30 % were taken care of
tages reported from Sweden and Switzerland are 4 %
by childminders, kindergartens, grandparents or other
care persons. For breast-feeding at 12 months of age, we and 5 %, respectively(27,28) .
observed a significant negative association with non- Consistent with earlier findings from Norway, we found
parental day care and observed that infants who had that infants with mothers who were less educated were
non-parental care had lower odds of being breast-fed at more likely to have been introduced to solid foods before
this age. A recent study from the USA(24), using a national 4 months of age and that the introduction of solid foods
representative sample of 8150 infants, reported that differed significantly among geographical regions(6). In the
infants who attended day care before 3 months of age univariate analysis the odds of timely introduction of
were less likely to ever have been breast-fed than those in solid foods increased with increasing maternal age, but in
parental care. In another national sample of 2500 mothers contrast to earlier findings(6,25,29), this association was not
in the USA, Hendricks et al.(25) observed that being in day significant in the multivariate analysis. Moreover, a significant
Breast-feeding in Norway 2095

association between the introduction of solid foods and the possibility to breast-feed, factors like maternal edu-
parity was observed in the present study. Compared to cation, maternal age and maternal smoking are strongly
associations reported in the literature, some have found associated with duration of exclusive breast-feeding and
an association(6,30) , while others have not(29,31) . In our breast-feeding. Research to better understand the reasons
study, boys were more likely to be introduced to solid for inequalities in breast-feeding is needed to facilitate
foods before 4 months of age than girls. Lande et al.(6) the development of more effective breast-feeding pro-
and Erkkola et al.(29) reported similar results, while Scott
et al. did not find such association(31). We found that motion strategies. This, again, may improve compliance
mothers who smoked were more likely than non-smok- with recommendations and reduce inequalities in infant
ing mothers to introduce solid foods early, and this is feeding practices.

consistent with what others have reported(6,28,31) .


Acknowledgements
In the present study, we used national representative
data from 1490 mothers/infants who participated in a
The present study was generously supported by EXTRA
prospective cohort study in Norway. The response rate
funds from the Norwegian Foundation for Health and
was 52 %. When comparing the responders with available
Rehabilitation. The authors declare no conflict of interest.
data on all Norwegian births in 2006, there were no
A.L.K. carried out the data analyses and wrote the
indications of differences regarding an infant’s gender,
manuscript; B.L., N.C.Ø. and L.F.A. assisted and provided
gestational age, number of children, geographical region
advice during all the stages of the work. All authors
or maternal marital status. Small differences, which were
contributed in the discussion and interpretation of the
considered unimportant, were seen for maternal age and
results, and in the drafting and editing of the manuscript.
infant birth weight, e.g. the average maternal age in
The authors are grateful to all children and their parents
our cohort was 1 year higher than the average age of all
who participated in the national dietary survey ‘Spedkost
mothers giving birth that year. The only information we
2006–2007’. They thank all health professionals who
had on the non-responders was geographical region, and
assisted the parents in getting data on the infants’ weight
this did not differ from the responders.
and height, and also thank Tron Anders Moger who
Data on exclusive breast-feeding and breast-feeding
provided advice for the statistical analyses.
practices were collected retrospectively, but within a
maximum of 6 months after cessation. Li et al.(32) con-
cluded in their review that mothers seems to provide References
accurate estimates of initiation and duration of any breast-
feeding, especially when the duration is recalled over a 1. Duijts L, Ramadhani MK & Moll HA (2009) Breastfeeding
protects against infectious diseases during infancy in
period of 3 years or less. The validity and reliability of
industrialized countries. A systematic review. Matern Child
maternal recall for the age at introduction of foods and Nutr 5, 199–210.
fluids other than breast milk seems to be less satisfac- 2. Ip S, Chung M, Raman G et al. (2007) Breastfeeding and
tory(32) . We used several questions to assess exclusive maternal and infant health outcomes in developed
breast-feeding, breast-feeding and introduction of solid countries. Evid Rep Technol Assess (Full Rep) 153, 1–186.
3. Dennis CL (2002) Breastfeeding initiation and duration: a
foods, but we cannot fully exclude recall bias. 1990–2000 literature review. J Obstet Gynecol Neonatal
For exclusive breast-feeding at 4 months of age, we Nurs 31, 12–32.
4. Scott JA & Binns CW (1999) Factors associated with the
observed a tendency towards stronger effects of maternal initiation and duration of breastfeeding: a review of the
age on the number of children in the lowest age groups literature. Breastfeed Rev 7, 5–16.
compared with those in the highest age groups. For 5. Thulier D & Mercer J (2009) Variables associated with
breast-feeding at 6 months of age we observed a ten- breastfeeding duration. J Obstet Gynecol Neonatal Nurs 38,
259–268.
dency towards stronger effects of maternal age on infant 6. Lande B, Andersen LF, Baerug A et al. (2003) Infant feeding
birth weight among mothers in the age group 25–34 years practices and associated factors in the first six months of
compared with the two other age groups. For breast- life: the Norwegian infant nutrition survey. Acta Paediatr
feeding at 6 months of age we also observed a tendency 92, 152–161.
7. Ludvigsson JF & Ludvigsson J (2005) Socio-economic
towards stronger effects of maternal smoking among determinants, maternal smoking and coffee consumption,
mothers in the lowest educational groups compared with and exclusive breastfeeding in 10205 children. Acta
the higher educational groups (data not shown). These Paediatr 94, 1310–1319.
interactions need to be investigated further. 8. Michaelsen KF, Larsen PS, Thomsen BL et al. (1994) The
Copenhagen cohort study on infant nutrition and growth:
duration of breast feeding and influencing factors. Acta
Paediatr 83, 565–571.
Conclusion 9. World Health Organization (2001) The Optimal Duration of
Exclusive Breastfeeding. Report of An Expert Consultation.
Geneva: WHO.
Even though Norway has an extensive and positive breast- 10. World Health Organization (2008) Indicators for Assessing
feeding tradition and a maternal leave system which support Infant and Young Child Feeding Practices. Conclusions of
2096 AL Kristiansen et al.
a Consensus Meeting held 6–8 November 2007 in Washing- 22. Heck KE, Braveman P, Cubbin C et al. (2006) Socio-
ton DC, USA. Geneva: WHO. economic status and breastfeeding initiation among Cali-
11. Norwegian Directorate of Health (2001) Infant Feeding fornia mothers. Public Health Rep 121, 51–59.
Recommendations. Report no. IS-1019. Oslo: Norwegian 23. Horta BL, Kramer MS & Platt RW (2001) Maternal smoking
Directorate of Health. and the risk of early weaning: a meta-analysis. Am J Public
12. Liestol K, Rosenberg M & Walloe L (1988) Breast-feeding Health 91, 304–307.
practice in Norway 1860–1984. J Biosoc Sci 20, 45–58. 24. Kim J & Peterson KE (2008) Association of infant child care
13. NAV (not dated) Parental benefit on birth. http://www. with infant feeding practices and weight gain among US
nav.no/English/Stay1in1Norway/805369034.cms (accessed infants. Arch Pediatr Adolesc Med 162, 627–633.
August 2009). 25. Hendricks K, Briefel R, Novak T et al. (2006) Maternal and
14. Lande B (2003) Spedkost 6 Months – Norwegian National child characteristics associated with infant and toddler feeding
Dietary Survey Among Infants at 6 Months. Report no. practices. J Am Diet Assoc 106, Suppl. 1, S135–S148.
IS-1074. Oslo: Norwegian Directorate of Health. 26. Briefel RR, Reidy K, Karwe V et al. (2004) Feeding infants
15. Lande B & Andersen LF (2005) Spedkost 12 Months – and toddlers study: improvements needed in meeting
Norwegian National Dietary Survey among Infants. Report infant feeding recommendations. J Am Diet Assoc 104,
no. IS-1248. Oslo: Norwegian Directorate of Health. Suppl. 1, S31–S37.
16. Andersen LF, Lande B, Arsky GH et al. (2003) Validation of 27. Brekke HK, Ludvigsson JF, van OJ et al. (2005) Breastfeeding
a semi-quantitative food-frequency questionnaire used among and introduction of solid foods in Swedish infants: the All
12-month-old Norwegian infants. Eur J Clin Nutr 57, 881–888. Babies in Southeast Sweden study. Br J Nutr 94, 377–382.
17. National Board of Health and Welfare (2008) Breastfeeding, 28. Dratva J, Merten S & Ackermann-Liebrich U (2006) The
Children born in 2006. http://www.socialstyrelsen.se/ timing of complementary feeding of infants in Switzerland:
publikationer2008/2008-125-12 (accessed September 2009). compliance with the Swiss and the WHO guidelines. Acta
18. National Immunization Survey, Centers for Disease Control Paediatr 95, 818–825.
and Prevention, Department of Health and Human Services 29. Erkkola M, Pigg HM, Virta-Autio P et al. (2005) Infant
(2006) US National Breastfeeding Rates. http://www.cdc. feeding patterns in the Finnish type I diabetes prediction
gov/breastfeeding/data/NIS_data/2006/age.htm (accessed and prevention nutrition study cohort. Eur J Clin Nutr 59,
October 2006). 107–113.
19. Susin LR, Giugliani ER, Kummer SC et al. (1999) Does 30. Tatone-Tokuda F, Dubois L & Girard M (2009) Psychosocial
parental breastfeeding knowledge increase breastfeeding determinants of the early introduction of complementary
rates? Birth 26, 149–156. foods. Health Educ Behav 36, 302–320.
20. Lanting CI, Van Wouwe JP & Reijneveld SA (2005) Infant 31. Scott JA, Binns CW, Graham KI et al. (2009) Predictors of
milk feeding practices in the Netherlands and associated the early introduction of solid foods in infants: results of a
factors. Acta Paediatr 94, 935–942. cohort study. BMC Pediatr 9, 60.
21. Yngve A & Sjostrom M (2001) Breastfeeding determinants 32. Li R, Scanlon KS & Serdula MK (2005) The validity and
and a suggested framework for action in Europe. Public reliability of maternal recall of breastfeeding practice. Nutr
Health Nutr 4, 729–739. Rev 63, 103–110.
Nutrisi Kesehatan Masyarakat: 13 (12), 2087-2096 doi: 10.1017 / S1368980010002156

Faktor-faktor yang terkait dengan ASI eksklusif dan menyusui di Norwegia

Anne Lene Kristiansen1, *, Britt Lande2, Nina Cecilie Øverby3 dan Lene Frost Andersen1
1 Departemen Gizi, Institut Ilmu Kedokteran Dasar, Universitas Oslo, PO Box 1046, Blindern, 0316 Oslo, Norwegia: 2 Divisi Kesehatan Masyarakat,

Direktorat Kesehatan Norwegia, Oslo, Norwegia:


3 Fakultas Kesehatan dan Olahraga, Universitas Agder, Kristiansand, Norwegia

Dikirimkan 13 Januari 2010: Diterima 21 Juni 2010: Pertama kali diterbitkan secara online 16 Agustus 2010

Abstrak

Objektif: Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan ASI eksklusif dan menyusui selama
tahun pertama kehidupan bayi Norwegia.
Rancangan: Data tentang praktik menyusui dikumpulkan dengan FFQ semi-kuantitatif.
Pengaturan: Pada tahun 2006-2007 sekitar 3000 bayi diundang untuk berpartisipasi dalam studi kohort prospektif
berbasis populasi di Norwegia.
Subyek: Sebanyak 1.490 ibu / bayi berpartisipasi pada usia 6 dan 12 bulan.
Hasil: Pemberian ASI eksklusif pada usia 4 bulan dikaitkan dengan pendidikan orang tua, paritas dan
wilayah geografis, sedangkan pemberian ASI eksklusif pada usia 5 - 5 bulan hanya dikaitkan dengan
usia ibu. Pada kedua usia, hubungan negatif dengan menyusui eksklusif diamati pada ibu yang
merokok. Menyusui pada 6 bulan dikaitkan dengan pendidikan orang tua, usia ibu dan status
perkawinan. Pemberian ASI pada 12 bulan dikaitkan dengan pendidikan ibu, usia ibu dan jumlah anak.
Pada kedua usia, asosiasi negatif dengan menyusui diamati untuk ibu yang merokok dan penurunan
berat badan lahir. Pada 12 bulan, asosiasi negatif juga diamati karena memiliki penitipan anak oleh
selain orang tua.

Kesimpulan: Meskipun Norwegia memiliki tradisi menyusui yang luas dan positif serta sistem cuti ibu
yang mendukung kemungkinan untuk menyusui, faktor-faktor seperti pendidikan ibu, usia ibu dan ibu
yang merokok sangat terkait dengan durasi pemberian ASI eksklusif dan menyusui. . Penelitian untuk
lebih memahami alasan ketidaksetaraan dalam menyusui diperlukan untuk memfasilitasi
pengembangan strategi promosi menyusui yang lebih efektif. Ini sekali lagi dapat meningkatkan Kata kunci
kepatuhan terhadap rekomendasi dan mengurangi ketidaksetaraan dalam praktik pemberian makan ASI Eksklusif
bayi. Menyusui
Praktik pemberian makan bayi

Gizi yang memadai selama masa bayi dan anak usia dini sangat penting telah dipelajari secara luas ( 3–5), penelitian sebelumnya di negara-negara
untuk memastikan pertumbuhan, kesehatan dan perkembangan anak ini jarang meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
mencapai potensi penuh mereka. ASI sangat membantu kesehatan dan eksklusif. ASI dan ASI eksklusif, secara umum, dilaporkan berhubungan
nutrisi bayi. Selain sebagai sumber nutrisi yang sangat baik untuk anak dengan usia ibu, status perkawinan, tingkat pendidikan orang tua dan
yang sedang tumbuh, ASI dikaitkan dengan penurunan risiko banyak merokok ( 6–8). Selain itu, durasi menyusui ditemukan terkait dengan
penyakit pada bayi dan ibu. Review terbaru oleh Duijts dkk. ( 1) menunjukkan berbagai faktor lain seperti status sosial, suplai ASI yang tidak
bahwa sejumlah penelitian di negara-negara industri menunjukkan bahwa mencukupi, paritas, situasi kerja ibu, masalah kesehatan bayi serta faktor
menyusui melindungi bayi dari infeksi keseluruhan, infeksi saluran cerna terkait layanan kesehatan ( 5,7).
dan saluran pernapasan. Apalagi Ip dkk. ( 2) melaporkan manfaat jangka
panjang dari menyusui bagi bayi untuk mengurangi risiko obesitas dan
diabetes tipe 2 di kemudian hari, dan manfaat jangka panjang bagi ibu Sejak 2001, WHO ( 9) telah merekomendasikan pemberian ASI eksklusif
menyusui adalah mengurangi risiko kanker payudara dan ovarium. selama 6 bulan pertama kehidupan. Pemberian ASI eksklusif diartikan
sebagai memberi ASI hanya untuk bayi tanpa makanan atau minuman
tambahan ( 10). Otoritas kesehatan Norwegia juga merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dan setelah itu
Inisiasi dan durasi pemberian ASI eksklusif dan menyusui dipengaruhi secara bertahap pengenalan makanan pendamping yang sesuai dengan
oleh beberapa faktor. Meskipun faktor-faktor yang mempengaruhi inisiasi pemberian ASI berkelanjutan ( 11). Norwegia memiliki tradisi menyusui yang
dan durasi menyusui di negara maju memiliki luas dan positif ( 12) dan dibayar lama

*Penulis yang sesuai: Email alkristiansen@medisin.uio.no r Penulis 2010


2088 AL Kristiansen dkk.

cuti ibu, yang mendukung kemungkinan menyusui selama tahun pertama 1998–1999 ( 14,15), dan SFFQ yang digunakan antara umur 12 bulan telah
kehidupan. Jangka waktu tunjangan orang tua adalah 46 minggu pada divalidasi ( 16). Para orang tua diminta untuk mengisi kuesioner pada hari
tunjangan 100% atau 56 minggu pada tunjangan 80% ( 13). tersebut sedekat mungkin dengan usia 6 bulan atau 12 bulan anak dan
untuk mendeskripsikan kebiasaan pemberian makan pada usia tertentu.
Berdasarkan data dari survei makanan nasional yang besar tentang Kedua SFFQ diuji dalam studi percontohan dan kemudian direvisi.
pemberian makan bayi, kami telah menyelidiki faktor-faktor yang terkait
dengan ASI eksklusif dan ASI selama tahun pertama kehidupan di Norwegia. SFFQ terakhir mencakup empat puluh dua pertanyaan pada 6 bulan
dan lima puluh satu pertanyaan pada 12 bulan. Pertanyaan tentang
pemberian ASI terkait dengan apakah anak mendapat ASI atau tidak dan
frekuensi ASInya. Asupan ASI tidak dihitung. Juga ditanyakan kapan
Metode anak berhenti menerima ASI, kapan mulai menerima susu formula bayi /
susu lain dan ketika anak diperkenalkan dengan makanan padat atau
Subjek dan desain semi padat untuk pertama kalinya. Pertanyaan tentang makanan
Sampel nasional dari sekitar 3000 bayi Norwegia dibuat oleh Statistik pendamping pada 6 dan 12 bulan mencakup kira-kira lima puluh dan 160
Norwegia. Sampel tersebut mencakup semua bayi yang lahir di Norwegia jenis makanan yang berbeda.
selama periode 3 minggu dari 17 April hingga 8 Mei 2006. Kami
berasumsi bahwa makanan bayi yang lahir pada bulan April – Mei serupa
dengan makanan bayi yang lahir pada waktu lain dalam setahun. Sang Kedua SFFQ juga memberikan informasi tentang tingkat pendidikan
ibu harus lahir di Norwegia, Swedia atau Denmark. Jika anak kembar orang tua, usia ibu, situasi kerja ibu, status perkawinan ibu, ibu yang
atau kembar tiga, orang tua hanya diminta untuk memasukkan yang merokok dan jumlah anak / paritas, asma / alergi dalam keluarga, jenis
tertua. Penelitian ini memiliki desain longitudinal dan dilakukan pada kelamin bayi, berat badan lahir bayi, usia kehamilan dan penitipan anak (
bulan Oktober – November 2006 dan April – Mei 2007, saat bayi berusia hanya pada 12 bulan).
6 dan 12 bulan. Pada 6 bulan, 1986 (67%) ibu / bayi berpartisipasi.
Mereka yang memberikan penolakan tertulis untuk berpartisipasi pada 6
bulan tidak diundang untuk berpartisipasi pada 12 bulan. Pada 12 bulan, Klasifikasi menyusui
1.635 (57%) ibu / bayi berpartisipasi. Dalam penelitian ini, Berdasarkan definisi WHO tentang menyusui ( 10), bayi yang diberi ASI
dikategorikan menjadi ASI eksklusif dan ASI. Bayi yang diberi ASI
eksklusif pada usia tertentu hanya menerima ASI dan tidak diberikan
makanan atau minuman tambahan, bahkan air, tetapi dapat menerima
suplemen vitamin-mineral. Bayi yang diberi ASI mencakup semua bayi
yang menerima ASI; baik mereka yang diberi ASI eksklusif dan mereka
Komite Regional untuk Etika Riset Medis menyetujui penelitian ini, yang telah diperkenalkan dengan minuman selain ASI dan / atau
dan persetujuan tertulis diperoleh dari ibu / orang tua. makanan pendamping.

Para ibu menerima undangan dan FFQ semi-kuantitatif (SFFQ)


melalui pos sekitar 2 minggu sebelum anak berusia 6 dan 12 bulan.
Untuk mendapatkan data tentang berat dan panjang bayi, orang tua Analisis data
diminta untuk membawa kuesioner ke pemeriksaan rutin 6 dan 12 bulan Analisis regresi logistik ganda diterapkan untuk mempelajari pemberian
di puskesmas, dan kemudian mengembalikan kuesioner yang telah diisi ASI eksklusif pada setiap bulan hingga usia 5? 5 bulan dan pemberian
ke dalam amplop prabayar. Pada 6 bulan, satu surat terima kasih / ASI pada setiap bulan hingga usia 12 bulan, terkait dengan karakteristik
pengingat gabungan dan satu surat pengingat dengan kuesioner orang tua dan bayi yang dipilih. Selain itu, faktor-faktor yang
terlampir dikirim. Pada 12 bulan, ibu dihubungi satu kali melalui telepon berhubungan dengan pengenalan makanan padat juga dipelajari dengan
dan menerima satu pengingat dengan kuesioner terlampir. Pada usia 6 menggunakan analisis regresi logistik ganda. Analisis regresi logistik
dan 12 bulan, mereka yang mengembalikan kuesioner lengkap ganda diterapkan pada mereka yang memiliki informasi tentang semua
dimasukkan ke dalam undian sepuluh cek yang masing-masing bernilai karakteristik ibu / bayi. Hasil disajikan sebagai OR disesuaikan dengan
sekitar US $ 800 dan sepuluh cek yang masing-masing bernilai US $ 95% CI. Efek interaksi potensial dinilai. Signifikansi statistik diuji dengan
1600. uji rasio kemungkinan. Pengujian tren di seluruh kategori dilakukan
dengan memperlakukan kategori sebagai variabel berkelanjutan dalam
analisis regresi logistik.

FFQ semi-kuantitatif
Dua SFFQ dirancang untuk menggambarkan praktik pemberian makan
masing-masing pada usia 6 dan 12 bulan, dan juga untuk secara retrospektif
mendeskripsikan praktik pemberian makan sejak lahir hingga usia tertentu. Mereka
didasarkan pada SFFQ yang digunakan dalam survei diet nasional Norwegia
pertama di antara bayi di . 4 tahun. Usia ibu, dilaporkan sebagai variabel kontinu,
Menyusui di Norwegia 2089

dikategorikan menjadi tiga kelompok: # 24, 25-34 dan $ 35 tahun. Status ibu yang merokok dalam Tabel 1 Karakteristik bayi dan orang tuanya ( n 1490) Karakteristik

kehamilan diberi kode ya, ya tapi berhenti dan tidak. Status ibu yang merokok saat bayi berusia 6
Nilai-
bulan diberi kode ya dan tidak. Status perkawinan ibu dikodekan sebagai menikah, hidup
Bayi
bersama dan tidak menikah / tinggal bersama. Sepuluh kategori situasi kerja ibu sebelum
Laki-laki / perempuan 50/50
melahirkan digabungkan menjadi empat kategori: penuh waktu, paruh waktu, pelajar dan lainnya Berat lahir (g) 3595 (592)
(termasuk ibu yang bekerja di rumah / ibu rumah tangga, ibu cuti sakit, pengangguran, cacat, . 3500 59
2500–3500 37
rehabilitasi, dll.). Sepuluh kategori situasi kerja ibu ketika bayi berusia 12 bulan digabungkan
, 2500 4
menjadi empat kategori: penuh waktu, paruh waktu, cuti melahirkan dan lainnya. Empat kategori Panjang lahir (cm) 50? 3 (2? 6)

jumlah anak / paritas dikategorikan menjadi tiga kelompok: satu anak, dua anak dan tiga anak Usia kehamilan (minggu)
, 38 12
atau lebih. Lima kategori penitipan anak pada 12 bulan oleh orang lain, selain orang tua,
$ 38 88
dikategorikan sebagai tidak (penitipan oleh ibu dan / atau ayah) dan ya (penitipan oleh pengasuh Ibu ibu
anak, taman kanak-kanak atau kakek-nenek / pengasuh lainnya). Wilayah geografis digabungkan Umur (tahun) 31? 2 (4? 8)
# 24 8
menjadi enam kategori: Ibu kota dan sekitarnya, Wilayah Timur, Selatan, Barat, Tengah dan
25–34 68
Utara. Berat lahir bayi, dilaporkan sebagai variabel kontinu, dikategorikan sebagai 0,3500, $ 35 24
2500-3500 dan, 2500g. Asma / alergi dalam keluarga dikategorikan ya (ibu bayi, ayah dan / atau Status perkawinan ibu
Menikah 47
saudara kandungnya pernah atau pernah menderita asma / alergi) dan tidak. Ibu kota dan
Penduduk 49
sekitarnya, wilayah Timur, Selatan, Barat, Tengah dan Utara. Berat lahir bayi, dilaporkan sebagai Belum menikah / tinggal bersama 4
variabel kontinu, dikategorikan sebagai 0,3500, 2500-3500 dan, 2500g. Asma / alergi dalam Merokok selama kehamilan
Tidak 84
keluarga dikategorikan ya (ibu bayi, ayah dan / atau saudara kandungnya pernah atau pernah
Ya, tapi berhenti 9
menderita asma / alergi) dan tidak. Ibu kota dan sekitarnya, wilayah Timur, Selatan, Barat, Iya 6
-
Tengah dan Utara. Berat lahir bayi, dilaporkan sebagai variabel kontinu, dikategorikan sebagai Merokok-
Tidak 87
0,3500, 2500-3500 dan, 2500g. Asma / alergi dalam keluarga dikategorikan ya (ibu bayi, ayah
Iya 14
dan / atau saudara kandungnya pernah atau pernah menderita asma / alergi) dan tidak. pendidikan
Sekolah dasar dan menengah Sekolah 4
komprehensif 29
Akademi / perguruan tinggi / universitas (# 4 tahun) 39
Akademi / perguruan tinggi / universitas (.4 tahun) 28
Berkenaan dengan analisis pemberian ASI eksklusif pada usia 5? 5 Ayah
pendidikan
bulan, ada kebutuhan kategori runtuh untuk pendidikan ibu dan usia ibu
Sekolah dasar dan menengah Sekolah 7
untuk menghindari subkelompok kecil. komprehensif 45
Akademi / perguruan tinggi / universitas (# 4 tahun) 26
Akademi / perguruan tinggi / universitas (.4 tahun) 22
Kami menggunakan kedua hasil dari analisis univariat (dengan kriteria
P, 0? 10) dan bukti dari literatur untuk memutuskan variabel mana yang - Persentase untuk variabel kategori, dan sarana dengan SD untuk variabel kontinu.

harus diperiksa dalam analisis multivariat. Dalam model terakhir, variabel -


- Saat bayi berusia 6 bulan.
signifikan ( P, 0? 05) dimasukkan. Namun, terlepas dari tingkat signifikansi
statistik, kami memutuskan untuk memasukkan usia ibu dan pendidikan
ibu di semua model akhir. Semua Sembilan puluh dua persen bayi mendapat ASI eksklusif pada usia 1
minggu. Proporsi bayi yang diberi ASI eksklusif adalah 84% pada usia 1
P. nilai dua sisi, dan tingkat signifikansi 5% digunakan. Semua analisis bulan, 65% pada usia 3 bulan dan menurun menjadi 48% pada usia 4 bulan
statistik dilakukan dengan Paket Statistik untuk paket perangkat lunak dan selanjutnya turun menjadi 13% pada usia 5? 5 bulan (Gbr. 1). Hanya 1?
statistik Ilmu Sosial versi 16? 0 (SPSS Inc., Chicago, IL, USA). 5% dari bayi yang belum pernah disusui. Tingkat menyusui perlahan menurun
dari 96% pada usia 1 bulan, menjadi 82% pada usia 6 bulan dan menjadi
Hasil analisis pemberian ASI eksklusif usia 4 dan 5? 5 bulan, 46% pada usia 12 bulan (Gbr. 1).
pemberian ASI pada usia 6 dan 12 bulan dan pengenalan makanan
padat sebelum usia 4 bulan disajikan. Usia ini dipilih untuk mempelajari Di antara mereka yang berhenti menyusui sebelum 6 bulan, tiga
kepatuhan terhadap rekomendasi tentang pemberian makan bayi dan alasan terpenting yang dilaporkan adalah ASI yang tidak mencukupi
memberikan kemungkinan perbandingan dengan data nasional (40%), bayi tidak ingin ASI (17%), dan masalah mengisap (10%). Antara
sebelumnya dari Norwegia ( 6). usia 6 dan 12 bulan, tiga alasan terpenting yang dilaporkan untuk
penghentian menyusui adalah karena bayi tidak ingin mendapat ASI
(37%), ASI tidak mencukupi (20%) dan tidak ada masalah khusus, tetapi
tidak mau untuk menyusui lebih lama (10%).
Hasil

Tabel 1 menyajikan karakteristik terpilih dari bayi dan orang tuanya. Dari
1.490 ibu / bayi yang berpartisipasi pada usia 6 dan 12 bulan, 93% ibu Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif
menyelesaikan kuesioner. Pendidikan ibu dan ayah, jumlah anak, wilayah geografis dan ibu yang
merokok secara signifikan
2090 AL Kristiansen dkk.

terkait dengan pemberian ASI eksklusif pada usia 4 bulan (Tabel 2). Tren pemberian ASI eksklusif secara signifikan ( P, 0? 01) lebih rendah untuk ibu yang
positif yang signifikan ditemukan untuk pendidikan ibu dan jumlah anak. merokok dibandingkan dengan ibu yang tidak merokok.

Usia ibu secara signifikan terkait dengan pemberian ASI eksklusif pada Selain itu, analisis regresi multivariat dilakukan untuk pemberian ASI
usia 5? 5 bulan (Tabel 3) dan tren positif yang signifikan diamati. Pada eksklusif pada usia 1, 2, 3 dan 5 bulan dan hasilnya dirangkum dalam
usia 4 dan 5? 5 bulan kemungkinannya Tabel 4. Pendidikan ibu ternyata merupakan variabel yang paling stabil
karena secara signifikan terkait dengan pemberian ASI eksklusif pada
kebanyakan usia. Sejak usia 3 bulan, ibu yang merokok secara signifikan
dikaitkan dengan pemberian ASI eksklusif.
100 96
92
89
86
90 84
82
84
76
80
75 70
70 63
65 Faktor yang terkait dengan menyusui
56
60
49
50 46 Pendidikan ibu dan ayah, usia ibu dan status perkawinan secara
48
40 signifikan terkait dengan menyusui pada 6 bulan (Tabel 5). Pemberian
30 ASI pada 12 bulan secara signifikan terkait dengan pendidikan ibu, usia
26
20 ibu dan jumlah anak (Tabel 5). Pada kedua usia, hubungan negatif yang
10 10 signifikan dengan menyusui diamati untuk ibu yang merokok dan untuk
0 penurunan berat badan lahir bayi, dan pada 12 bulan, asosiasi negatif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
juga diamati untuk memiliki penitipan anak selain oleh orang tua.
Umur (bulan)

Gambar 1 Pemberian ASI eksklusif () selama 6 bulan pertama kehidupan dan


menyusui () selama tahun pertama kehidupan ( n 1490)

Meja 2 Penyesuaian ATAU pemberian ASI eksklusif pada usia 4 bulan

Pemberian ASI Eksklusif di


4 bulan

- -
Karakteristik n- %- Disesuaikan ATAU- 95% CI-

Pendidikan ibu
Sekolah dasar dan menengah Sekolah 14 26 1? 00 -
komprehensif 138 37 1? 53 0? 77, 3? 02
Akademi / perguruan tinggi / universitas (# 4 tahun) 267 50 2? 13 1? 07, 4? 23
Akademi / perguruan tinggi / universitas (.4 tahun) 240 63 3? 14 1? 54, 6? 38
P. kecenderungan y - - *** -
Pendidikan ayah
Sekolah dasar dan menengah Sekolah 42 44 1? 00 -
komprehensif 240 40 0? 67 0? 42, 1? 08
Akademi / perguruan tinggi / universitas (# 4 tahun) 191 55 0? 95 0? 58, 1? 57
Akademi / perguruan tinggi / universitas (.4 tahun) 186 61 1? 00 0? 59, 1? 69
P. kecenderungan y - - NS -
Usia ibu (tahun)
# 24 26 23 1? 00 -
25–34 451 49 1? 62 0? 99, 2? 67
$ 35 182 57 1? 74 1? 00, 3? 04
P. kecenderungan y - - NS -
Ibu yang merokok
Tidak 612 52 1? 00 -
Iya 47 27 0? 43 0? 29, 0? 62
Jumlah anak
1 213 40 1? 00 -
2 301 55 1? 77 1? 37, 2? 30
$3 145 56 2? 00 1? 41, 2? 82
P. kecenderungan y - - *** -
Wilayah geografis
Modal dan sekitarnya 179 55 1? 00 -
Timur 143 42 0? 69 0? 50, 0? 96
Selatan 117 56 1? 25 0? 86, 1? 81
Barat 110 49 0? 92 0? 64, 1? 33
Tengah 54 45 0? 73 0? 47, 1? 15
Utara 56 44 0? 71 0? 46, 1? 11

- Jumlah dan persentase bayi yang diberi ASI eksklusif dalam variabel independen saat ini. Jumlah total bayi pada usia 4 bulan ( n 1343).

-
- ATAU dan 95% CI disesuaikan untuk semua variabel lain di tabel.
y Uji tren linier: NS; * P, 0? 05, ** P, 0? 01, *** P, 0? 001.
Menyusui di Norwegia 2091

Tabel 3 Disesuaikan ATAU pemberian ASI eksklusif pada usia 5? 5 bulan

Pemberian ASI Eksklusif di


5? 5 bulan

- -
Karakteristik n- %- Disesuaikan ATAU- 95% CI-

Pendidikan ibu
Sekolah dasar / menengah / komprehensif 46 11 1? 00 -
Akademi / perguruan tinggi / universitas (# 4 tahun) 68 13 1? 07 0? 71, 1? 60
Akademi / perguruan tinggi / universitas (.4 tahun) 67 18 1? 32 0? 86, 2? 02
P. kecenderungan y - - NS -
Usia ibu (tahun)
, 30 46 9 1? 00 -
30–34 71 13 1? 29 0? 86, 1? 94
$ 35 64 20 2? 13 1? 39, 3? 28
P. kecenderungan y - - *** -
Ibu yang merokok
Tidak 172 15 1? 00 -
Iya 9 5 0? 34 0? 17, 0? 68

- Jumlah dan persentase bayi yang diberi ASI eksklusif dalam variabel independen saat ini. Jumlah total bayi pada usia 5? 5 bulan ( n 1343).

-
- ATAU dan 95% CI disesuaikan untuk semua variabel lain di tabel.
y Uji tren linier: NS; * P, 0? 05, ** P, 0? 01, *** P, 0? 001.

Tabel 4 Faktor yang terkait dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan-

Usia Keibuan Keibuan Keibuan Kelahiran Ayah Jumlah Geografis Asma Perkawinan /
(bulan) pendidikan usia merokok bobot pendidikan anak-anak wilayah status alergi

1 x x x
2 x x x x
3 x x x x x x
4 x x x x x
5 x x x x
5? 5 x x

- Jumlah total bayi ( n 1343), dengan x menunjukkan asosiasi signifikan yang disesuaikan ( P, 0? 05).

Selain itu, analisis regresi multivariat dilakukan untuk menyusui setiap dan wilayah geografis. Kemungkinan tidak memperkenalkan makanan padat
bulan dari usia 1 sampai 5 bulan dan dari usia 7 sampai 11 bulan dan sebelum usia 4 bulan secara signifikan lebih rendah ( P, 0? 001) untuk ibu yang
hasilnya dirangkum dalam Tabel 6. Pendidikan ibu ternyata menjadi merokok dibandingkan dengan ibu yang tidak merokok.
variabel yang paling stabil sebagai itu secara signifikan terkait dengan
menyusui pada semua usia. Usia ibu, ibu yang merokok, pendidikan
ayah, dan berat lahir bayi juga ternyata variabel yang stabil karena
menunjukkan hubungan yang signifikan dengan pemberian ASI pada Diskusi
sebagian besar usia.
Berdasarkan data dari survei makanan bayi nasional yang besar,
faktor-faktor yang terkait dengan ASI eksklusif dan menyusui selama
Faktor yang berhubungan dengan pengenalan makanan padat tahun pertama kehidupan di antara bayi Norwegia dieksplorasi. Kami
Sepuluh persen bayi diperkenalkan dengan makanan padat sebelum usia 4 bulan menemukan bahwa pemberian ASI eksklusif dan pemberian ASI pada
(yaitu pada usia 3? 5 bulan atau lebih awal). Pada kelompok ini, makanan pertama bayi usia dini secara keseluruhan tinggi. Dalam analisis regresi
yang paling banyak dikonsumsi adalah bubur yang terbuat dari jagung / beras / millet multivariat, pemberian ASI eksklusif secara signifikan dikaitkan dengan
(63% telah mengkonsumsi ini), sedangkan 25% telah mengkonsumsi bubur yang pendidikan ibu, sedangkan pemberian ASI secara signifikan dikaitkan
terbuat dari oat / gandum / barley dan 24% telah mengkonsumsi buah / beri sebelum dengan pendidikan ibu dan usia ibu. Baik ASI eksklusif maupun ASI
umurnya. dari 4 bulan. Hanya sedikit yang diperkenalkan dengan sayuran, daging atau berhubungan negatif dengan ibu yang merokok.
yoghurt sebelum usia 4 bulan.

Tren linier yang signifikan dari peningkatan kemungkinan tidak memperkenalkan

makanan padat sebelum usia 4 bulan ditemukan dengan peningkatan pendidikan ibu Tingkat menyusui dan menyusui eksklusif
(Tabel 7). Anak perempuan memiliki kemungkinan yang jauh lebih tinggi untuk tidak Lebih dari 90% bayi dalam penelitian ini diberi ASI eksklusif pada usia 1
diperkenalkan pada makanan padat sebelum usia 4 bulan dibandingkan anak minggu, dan tingkat pemberian ASI eksklusif tinggi selama 3 bulan
laki-laki, dan hubungan yang signifikan juga ditemukan untuk jumlah anak. pertama kehidupan, tetapi kemudian menurun menjadi 10% pada 6
bulan.
2092 AL Kristiansen dkk.

Tabel 5 Menyesuaikan ATAU menyusui pada usia 6 dan 12 bulan

Menyusui pada 6 bulan Disesuaikan Menyusui pada 12 bulan Disesuaikan

- - - -
Karakteristik n- %- ATAU- 95% CI- n- %- ATAU- 95% CI-

Berat lahir bayi (g)


. 3500 670 85 1? 00 - 378 49 1? 00 -
2500–3500 407 82 0? 83 0? 60, 1? 14 213 45 0? 85 0? 67, 1? 08
, 2500 30 57 0? 19 0? 11, 0? 36 16 31 0? 39 0? 21, 0? 72
P. kecenderungan y - - *** - - - * -
Pendidikan ibu
Sekolah dasar dan menengah Sekolah 33 61 1? 00 - 13 26 1? 00 -
komprehensif 270 72 1? 57 0? 82, 3? 00 136 38 1? 61 0? 81, 3? 21
Akademi / perguruan tinggi / universitas (# 4 tahun) 456 86 2? 54 1? 29, 5? 01 254 50 2? 33 1? 17, 4? 65
Akademi / perguruan tinggi / universitas (.4 tahun) 348 91 3? 87 1? 83, 8? 17 204 55 2? 81 1? 39, 5? 66
P. kecenderungan y - - *** - - - *** -
Pendidikan ayah
Sekolah dasar dan menengah Sekolah 78 81 1? 00 - - - - -
komprehensif 447 75 0? 43 0? 23, 0? 80 - - - -
Akademi / perguruan tinggi / universitas (# 4 tahun) 306 88 0? 72 0? 36, 1? 44 - - - -
Akademi / perguruan tinggi / universitas (.4 tahun) 276 90 0? 73 0? 35, 1? 55 - - - -
P. kecenderungan y - - * - - - - -
Usia ibu (tahun)
# 24 69 62 1? 00 - 20 25 1? 00 -
25–34 770 84 1? 94 1? 21, 3? 11 395 47 1? 99 1? 13, 3? 50
$ 35 268 84 1? 80 1? 04, 3? 11 192 53 2? 40 1? 30, 4? 44
P. kecenderungan y - - NS - - - * -
Ibu yang merokok
Tidak 1001 86 1? 00 - 559 50 1? 00 -
Iya 106 60 0? 35 0? 24, 0? 51 48 29 0? 49 0? 34, 0? 71
Status perkawinan ibu
Menikah 547 85 1? 00 - - - - -
Penduduk 533 81 1? 05 0? 76, 1? 44 - - - -
Belum menikah / tinggal bersama 27 61 0? 43 0? 21, 0? 88 - - - -
Jumlah anak
1 - - - - 234 47 1? 00 -
2 - - - - 232 44 0? 75 0? 57, 0? 97
$3 - - - - 141 55 1? 12 0? 79, 1? 58
P. kecenderungan y - - - - - - NS -
Penitipan siang hari oleh orang selain orang tua
Tidak - - - - 454 50 1? 00 -
Iya - - - - 153 40 0? 64 0? 50, 0? 82

- Jumlah dan persentase bayi yang diberi ASI dalam variabel independen saat ini. Jumlah total bayi pada usia 6 ( n 1343) dan di 12 ( n 1285) bulan.
-
- OR dan 95% CI disesuaikan untuk semua variabel lain dalam tabel, dengan pengecualian penitipan anak oleh orang selain orang tua pada usia 6 bulan.
y Uji tren linier: NS; * P, 0? 05, ** P, 0? 01, *** P, 0? 001.

umur. Data ini konsisten dengan data nasional sebelumnya dari Pendidikan ibu dan ayah
Norwegia ( 14). Data nasional dari Swedia menunjukkan tingkat pemberian Sejumlah penelitian telah mengamati bahwa pendidikan ibu secara
ASI eksklusif yang sama pada usia 1 minggu dibandingkan dengan signifikan terkait dengan pemberian ASI eksklusif dan durasi menyusui ( 4,5,7,8,19–21).

temuan kami (88%), sementara 15% bayi diberi ASI eksklusif pada usia 6 Dalam penelitian kami, kemungkinan pemberian ASI eksklusif dan
bulan ( 17). Di AS, data nasional menunjukkan rendahnya tingkat menyusui meningkat secara signifikan dengan peningkatan tingkat
pemberian ASI eksklusif pada usia 1 minggu (50%), sedangkan 14% bayi pendidikan ibu. Kami menemukan hubungan yang signifikan antara
diberi ASI eksklusif pada usia 6 bulan ( 18). pemberian ASI eksklusif pada usia 4 bulan dan pendidikan ayah, tetapi
tidak ada hubungan yang signifikan yang ditemukan pada usia 5? 5 bulan.
Hanya 1? 5% bayi dalam penelitian kami yang belum pernah disusui. Dalam studi AIBS (Semua Bayi di Swedia Tenggara), data tentang
Tingkat menyusui secara perlahan menurun dari 92% pada usia 2 bulan, pemberian ASI eksklusif tersedia untuk lebih dari 10.000 bayi yang lahir
menjadi 82% pada 6 bulan dan selanjutnya turun menjadi 46% pada usia antara tahun 1997 dan 1999 ( 7), dan pendidikan ayah yang rendah
12 bulan. Tingkat inisiasi menyusui yang tinggi juga telah dilaporkan di dilaporkan menjadi faktor risiko untuk pemberian ASI eksklusif yang
Swedia di mana 98% ibu mulai menyusui ( 17). Pada usia 2 bulan, 90% singkat (, 4 bulan). Pendidikan ayah ditemukan secara signifikan terkait
disusui, sementara 69% dan 17% bayi disusui masing-masing pada usia dengan menyusui pada setiap bulan dari usia 2 sampai 9 bulan dalam
6 dan 12 bulan ( 17). penelitian ini. Dalam sebuah penelitian di antara 10.500 wanita California,
Heck dkk. ( 22) menunjukkan hubungan positif antara menyusui dan
Inisiasi menyusui yang dilaporkan dari Amerika Serikat adalah 74% dan pendidikan ayah,
pada usia 2, 6 dan 12 bulan, tingkat menyusui yang sesuai masing-masing
adalah 63%, 43% dan 23% ( 18).
Menyusui di Norwegia 2093

dan Lanting dkk. ( 20) melaporkan bahwa wanita di Belanda yang memulai
menyusui lebih cenderung memiliki pasangan yang berpendidikan lebih tinggi.

Usia ibu
Usia ibu adalah variabel yang kuat yang telah dikaitkan dengan pemberian
ASI eksklusif dan inisiasi serta durasi menyusui ( 3–5,7). Berbeda dengan apa
yang telah dilaporkan orang lain ( 6,7), kami tidak menemukan hubungan
yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dan peningkatan usia ibu
pada usia 4 bulan. Namun, pada usia 5? 5 bulan, hubungan yang
signifikan diamati. Dalam penelitian ini, analisis multivariat menyusui
selama tahun pertama kehidupan menunjukkan bahwa usia ibu ternyata
menjadi variabel yang stabil karena secara signifikan dikaitkan dengan
menyusui pada setiap bulan dari usia 3 hingga 12 bulan.

Ibu yang merokok


Di Swedia, Ludvigsson dan Ludvigsson ( 7) dilaporkan
merokok dikaitkan dengan peningkatan risiko pemberian ASI eksklusif
singkat (, 4 bulan). Dalam survei makanan nasional sebelumnya pada
bayi di Norwegia, Lande
dkk. ( 6) melaporkan secara signifikan lebih rendah peluang pemberian
ASI eksklusif pada usia 4 bulan untuk ibu yang merokok dibandingkan
dengan ibu non-perokok (OR 5 0? 40; 95% CI 0? 32, 0? 50). Hal ini
serupa dengan hasil yang kami amati untuk ibu yang merokok
sehubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada usia 4 dan 5? 5
bulan.
Dalam penelitian ini, ibu yang merokok merupakan faktor merugikan
yang penting dalam durasi menyusui. Kemungkinan menyusui pada usia
6 dan 12 bulan lebih rendah untuk ibu yang merokok dibandingkan
dengan ibu yang tidak merokok. Untuk durasi menyusui dan ibu yang
merokok, hubungan negatif yang konsisten telah dilaporkan dalam
literatur ( 3–5,23).

Dalam analisis kami, ibu yang merokok ternyata menjadi variabel yang
stabil karena dikaitkan secara negatif dengan pemberian ASI eksklusif pada
setiap bulan dari usia 3 hingga 5 - 5 bulan dan dengan menyusui dari usia 2
hingga 12 bulan.

Status pernikahan
Kami menemukan hubungan yang signifikan antara status perkawinan dan
menyusui pada usia 6 bulan, tetapi tidak ada hubungan yang diamati untuk
menyusui pada usia 12 bulan atau untuk menyusui eksklusif pada usia 4 atau
5? 5 bulan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui terjadi lebih
sering di antara wanita yang sudah menikah dan wanita yang sudah menikah
menyusui untuk jangka waktu yang lebih lama ( 5),

sementara yang lain belum menemukan asosiasi ini ( 4).

Berat lahir
Kami tidak menemukan hubungan yang signifikan antara berat lahir bayi
dan ASI eksklusif; Namun, kemungkinan menyusui menurun secara
signifikan dengan penurunan berat badan lahir pada usia 6 dan 12 bulan.
Hal yang sama diamati oleh Lande dkk. ( 6).
2094 AL Kristiansen dkk.

Tabel 7 Disesuaikan ATAU tidak menerima makanan padat sebelum usia 4 bulan

Tidak menerima makanan padat sebelumnya

4 bulan

- -
Karakteristik n- %- Disesuaikan ATAU- 95% CI-

Jenis kelamin bayi


Nak 582 88 1? 00 -
Gadis 624 92 1? 58 1? 08, 2? 31
Pendidikan ibu
Sekolah dasar dan menengah Sekolah 41 76 1? 00 -
komprehensif 315 84 1? 36 0? 65, 2? 82
Akademi / perguruan tinggi / universitas (# 4 tahun) 485 91 2? 02 0? 94, 4? 33
Akademi / perguruan tinggi / universitas (.4 tahun) 365 95 3? 68 1? 57, 8? 67
P. kecenderungan y - - *** -
Usia ibu (tahun)
# 24 82 74 1? 00 -
25–34 828 91 1? 66 0? 95, 2? 88
$ 35 296 93 1? 88 0? 91, 3? 91
P. kecenderungan y - - NS -
Ibu yang merokok
Tidak 1069 92 1? 00 -
Iya 137 78 0? 45 0? 28, 0? 70
Jumlah anak
1 462 86 1? 00 -
2 509 93 2? 00 1? 29, 3? 12
$3 235 91 1? 51 0? 86, 2? 66
P. kecenderungan y - - * -
Wilayah geografis
Modal dan sekitarnya 304 93 1? 00 -
Timur 299 89 0? 71 0? 40, 1? 25
Selatan 193 92 1? 06 0? 53, 2? 11
Barat 205 92 1? 06 0? 54, 2? 07
Tengah 104 87 0? 61 0? 30, 1? 24
Utara 101 80 0? 32 0? 17, 0? 62

- Jumlah dan persentase bayi yang tidak menerima makanan padat sebelum usia 4 bulan dalam variabel bebas saat ini. Jumlah total bayi ( n 1343).

-
- ATAU dan 95% CI disesuaikan untuk semua variabel lain di tabel.
y Uji tren linier: NS; * P, 0? 05, ** P, 0? 01, *** P, 0? 001.

Keseimbangan perawatan dikaitkan dengan penurunan durasi menyusui pada usia 6 dan
Dalam literatur, hubungan antara paritas dan menyusui tidak konsisten ( 4,5). 12 bulan.
Dalam penelitian kami, kemungkinan pemberian ASI eksklusif pada usia
4 bulan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah anak. Kami tidak Pengenalan makanan padat
mengamati pola yang konsisten antara ASI eksklusif atau ASI dan Otoritas kesehatan Norwegia merekomendasikan agar makanan padat
paritas. diperkenalkan pada usia 6 bulan, atau paling awal pada usia 4 bulan ( 11). Dalam
penelitian ini, 10% telah diperkenalkan dengan makanan padat sebelum usia
4 bulan. Data nasional dari AS ( 26) menunjukkan bahwa sekitar 29% dari

Penitipan siang hari


semua bayi diperkenalkan dengan makanan padat sebelum usia 4 bulan,
sedangkan data nasional sebelumnya dari Norwegia ( 6)
Karena sistem cuti orang tua Norwegia, sebagian besar bayi Norwegia berada
dalam perawatan orang tua di tahun pertama kehidupan. Pada usia 12 bulan, 70%
bayi dalam penelitian kami berada dalam pengasuhan orang tua, sementara 30% mengamati bahwa 21% bayi menerima makanan padat sebelum usia 4
dirawat oleh pengasuh anak, taman kanak-kanak, kakek-nenek, atau pengasuh bulan; persentase terkait yang dilaporkan dari Swedia dan Swiss
lainnya. Untuk menyusui pada usia 12 bulan, kami mengamati hubungan negatif masing-masing adalah 4% dan 5% ( 27,28).
yang signifikan dengan penitipan anak non-orang tua dan mengamati bahwa bayi
yang memiliki pengasuhan non-orang tua memiliki kemungkinan lebih rendah untuk Konsisten dengan temuan sebelumnya dari Norwegia, kami menemukan
disusui pada usia ini. Sebuah studi terbaru dari Amerika Serikat ( 24), menggunakan bahwa bayi dengan ibu yang kurang berpendidikan lebih mungkin untuk
sampel perwakilan nasional dari 8150 bayi, melaporkan bahwa bayi yang diperkenalkan dengan makanan padat sebelum usia 4 bulan dan pengenalan
menghadiri penitipan anak sebelum usia 3 bulan lebih kecil kemungkinannya untuk makanan padat berbeda secara signifikan di antara wilayah geografis ( 6). Dalam
pernah disusui dibandingkan dengan bayi yang berada dalam pengasuhan orang analisis univariat, kemungkinan pengenalan makanan padat tepat waktu
tua. Dalam sampel nasional lain dari 2.500 ibu di AS, Hendricks dkk. ( 25) mengamati meningkat dengan bertambahnya usia ibu, tetapi berbeda dengan temuan
bahwa berada di siang hari sebelumnya ( 6,25,29), hubungan ini tidak signifikan dalam analisis multivariat.
Apalagi yang signifikan
Menyusui di Norwegia 2095

hubungan antara pengenalan makanan padat dan paritas diamati dalam kemungkinan untuk menyusui, faktor-faktor seperti pendidikan ibu, usia
penelitian ini. Dibandingkan dengan asosiasi yang dilaporkan dalam literatur, ibu dan ibu yang merokok sangat terkait dengan durasi pemberian ASI
beberapa telah menemukan hubungan ( 6,30), sementara yang lain belum ( 29,31). Dalam eksklusif dan menyusui. Penelitian untuk lebih memahami alasan
penelitian kami, anak laki-laki lebih mungkin diperkenalkan dengan makanan
ketidaksetaraan dalam menyusui diperlukan untuk memfasilitasi
padat sebelum usia 4 bulan dibandingkan anak perempuan. Lande dkk. ( 6)
pengembangan strategi promosi menyusui yang lebih efektif. Ini, sekali
lagi, dapat meningkatkan kepatuhan terhadap rekomendasi dan
dan Erkkola dkk. ( 29) melaporkan hasil serupa, sedangkan Scott mengurangi ketidaksetaraan dalam praktik pemberian makan bayi.
dkk. tidak menemukan asosiasi seperti itu ( 31). Kami menemukan bahwa ibu yang
merokok lebih mungkin memperkenalkan makanan padat lebih awal dibandingkan

ibu yang tidak merokok, dan ini konsisten dengan apa yang telah dilaporkan orang
lain ( 6,28,31).
Ucapan Terima Kasih
Dalam penelitian ini, kami menggunakan data perwakilan nasional
dari 1.490 ibu / bayi yang berpartisipasi dalam studi kohort prospektif di
Penelitian ini dengan murah hati didukung oleh dana EXTRA dari
Norwegia. Tingkat tanggapannya adalah 52%. Ketika membandingkan
Yayasan Kesehatan dan Rehabilitasi Norwegia. Para penulis
responden dengan data yang tersedia tentang semua kelahiran
menyatakan tidak ada konflik kepentingan.
Norwegia pada tahun 2006, tidak ada indikasi perbedaan mengenai jenis
ALK melakukan analisis data dan menulis naskah; BL, NCØ. dan LFA
kelamin bayi, usia kehamilan, jumlah anak, wilayah geografis atau status
membantu dan memberikan nasihat selama semua tahapan pekerjaan.
perkawinan ibu. Perbedaan kecil, yang dianggap tidak penting, terlihat
Semua penulis berkontribusi dalam diskusi dan interpretasi hasil, dan
untuk usia ibu dan berat lahir bayi, misalnya rata-rata usia ibu dalam
dalam penyusunan dan penyuntingan naskah. Penulis berterima kasih
kohort kami adalah 1 tahun lebih tinggi daripada usia rata-rata semua ibu
kepada semua anak dan orang tua mereka yang berpartisipasi dalam
yang melahirkan tahun itu. Satu-satunya informasi yang kami miliki
survei diet nasional 'Spedkost 2006–2007'. Mereka berterima kasih kepada
tentang non-responden adalah wilayah geografis, dan ini tidak berbeda
semua tenaga kesehatan yang membantu para orang tua mendapatkan
dari responden.
data tentang berat dan tinggi badan bayi, dan juga berterima kasih kepada
Tron Anders Moger yang memberikan saran untuk analisis statistik.

Data tentang praktik menyusui dan menyusui eksklusif dikumpulkan


secara retrospektif, tetapi dalam waktu maksimal 6 bulan setelah
penghentian. Li dkk. ( 32) menyimpulkan dalam tinjauan mereka bahwa ibu
tampaknya memberikan perkiraan yang akurat tentang inisiasi dan durasi Referensi

menyusui, terutama bila durasi tersebut diingat selama periode 3 tahun


1. Duijts L, Ramadhani MK & Moll HA (2009) Menyusui melindungi terhadap
atau kurang. Validitas dan reliabilitas ingatan ibu untuk usia saat
penyakit menular selama masa bayi di negara industri. Tinjauan sistematis. Gizi
pengenalan makanan dan cairan selain ASI tampaknya kurang Anak Matern 5, 199–210.
memuaskan ( 32). Kami menggunakan beberapa pertanyaan untuk menilai
pemberian ASI eksklusif, pemberian ASI dan pengenalan makanan padat, 2. Ip S, Chung M, Raman G dkk. ( 2007) Hasil menyusui dan kesehatan ibu
dan bayi di negara maju. Evid Rep Technol Menilai (Rep Penuh) 153, 1–186.
tetapi kami tidak dapat sepenuhnya menyingkirkan bias ingatan.
Dennis CL (2002) Inisiasi dan durasi menyusui: tinjauan literatur tahun
3. 1990-2000. J Obstet Gynecol Neonatal Nurs 31, 12–32.

Untuk pemberian ASI eksklusif pada usia 4 bulan, kami mengamati


4. Scott JA & Binns CW (1999) Faktor yang berhubungan dengan inisiasi dan
kecenderungan pengaruh usia ibu yang lebih kuat pada jumlah anak
durasi menyusui: tinjauan pustaka. Rev. Menyusui 7, 5–16.
pada kelompok usia terendah dibandingkan dengan kelompok usia
tertinggi. Untuk menyusui pada usia 6 bulan, kami mengamati 5. Thulier D & Mercer J (2009) Variabel yang berhubungan dengan durasi
kecenderungan pengaruh usia ibu yang lebih kuat pada berat lahir bayi di menyusui. J Obstet Gynecol Neonatal Nurs 38,
259–268.
antara ibu dalam kelompok usia 25-34 tahun dibandingkan dengan dua
6. Lande B, Andersen LF, Baerug A dkk. ( 2003) Praktik pemberian makan
kelompok usia lainnya. Untuk menyusui pada usia 6 bulan, kami juga bayi dan faktor terkait dalam enam bulan pertama kehidupan: survei gizi
mengamati kecenderungan efek yang lebih kuat dari ibu yang merokok di bayi Norwegia. Acta Paediatr
92, 152–161.
kalangan ibu di kelompok pendidikan terendah dibandingkan dengan
7. Ludvigsson JF & Ludvigsson J (2005) Faktor penentu sosial ekonomi, ibu
kelompok pendidikan tinggi (data tidak ditampilkan). Interaksi ini perlu merokok dan konsumsi kopi, dan pemberian ASI eksklusif pada 10.205
diselidiki lebih lanjut. anak. Acta Paediatr 94, 1310–1319.

8. Michaelsen KF, Larsen PS, Thomsen BL dkk. ( 1994) Studi kohort


Copenhagen tentang nutrisi dan pertumbuhan bayi: durasi menyusui dan
faktor-faktor yang mempengaruhi. Acta Paediatr 83, 565–571.

Kesimpulan 9. Organisasi Kesehatan Dunia (2001) Durasi Pemberian ASI Eksklusif yang
Optimal. Laporan Konsultasi Ahli.
Jenewa: WHO.
Meskipun Norwegia memiliki tradisi menyusui yang luas dan positif serta 10. Organisasi Kesehatan Dunia (2008) Indikator untuk Menilai Praktik
sistem cuti ibu yang mendukung Pemberian Makan Bayi dan Anak. Kesimpulan dari
2096 AL Kristiansen dkk.

Rapat Konsensus diadakan 6-8 November 2007 di Washington DC, AS. Jenewa: 22. Heck KE, Braveman P, Cubbin C dkk. ( 2006) Status sosial ekonomi dan
WHO. inisiasi menyusui di antara ibu California. Rep. Kesehatan Masyarakat 121, 51–59.
11. Direktorat Kesehatan Norwegia (2001) Rekomendasi Pemberian Makan
Bayi. Melaporkan tidak. IS-1019. Oslo: Direktorat Kesehatan Norwegia. 23. Horta BL, Kramer MS & Platt RW (2001) Ibu yang merokok dan risiko
penyapihan dini: meta-analisis. Am J Kesehatan Masyarakat 91, 304–307.
12. Liestol K, Rosenberg M & Walloe L (1988) Praktek menyusui di Norwegia
1860–1984. J Biosoc Sci 20, 45–58. NAB (tidak bertanggal) Manfaat orang 24. Kim J & Peterson KE (2008) Asosiasi penitipan bayi dengan praktik pemberian
13. tua saat lahir. http: // www. nav.no/Inggris/Tetap 1 di 1 Norway / makan bayi dan penambahan berat badan di antara bayi AS. Arch Pediatr
805369034.cms (diakses Adolesc Med 162, 627–633. Hendricks K, Briefel R, Novak T dkk. ( 2006)
Agustus 2009). 25. Karakteristik ibu dan anak terkait dengan praktik pemberian makan bayi dan
14. Lande B (2003) Spedkost 6 Bulan - Survei Diet Nasional Norwegia untuk balita. J Am Diet Assoc 106, Suppl. 1, S135 – S148. Briefel RR, Reidy K, Karwe
Bayi pada Usia 6 Bulan. Melaporkan tidak. IS-1074. Oslo: Direktorat V dkk. ( 2004) Studi pemberian makan pada bayi dan balita: perbaikan yang
Kesehatan Norwegia. Lande B & Andersen LF (2005) Spedkost 12 Bulan - 26. diperlukan dalam memenuhi rekomendasi pemberian makan bayi. J Am Diet
15. Survei Diet Nasional Norwegia untuk Bayi. Melaporkan Assoc 104,

tidak. IS-1248. Oslo: Direktorat Kesehatan Norwegia. Andersen LF, Lande B, Suppl. 1, S31 – S37.
16. Arsky GH dkk. ( 2003) Validasi kuesioner frekuensi makanan semi-kuantitatif 27. Brekke HK, Ludvigsson JF, van OJ dkk. ( 2005) Pemberian ASI dan
yang digunakan di antara bayi Norwegia berusia 12 bulan. Eur J Clin Nutr 57, 881–888. pengenalan makanan padat pada bayi Swedia: studi Semua Bayi di Swedia
Badan Kesehatan dan Kesejahteraan Nasional (2008) Menyusui, Anak yang Tenggara. Br J Nutr 94, 377–382. Dratva J, Merten S & Ackermann-Liebrich
17. lahir tahun 2006. http://www.socialstyrelsen.se/ publikationer2008 / 28. U (2006) Waktu pemberian makanan pendamping ASI pada bayi di Swiss:
2008-125-12 (diakses September 2009). Survei Imunisasi Nasional, Pusat sesuai dengan pedoman Swiss dan WHO. Acta Paediatr 95, 818–825.
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Departemen Kesehatan dan
18. Layanan Kemanusiaan (2006) Tingkat Menyusui Nasional AS. http:
//www.cdc. gov / breastfeeding / data / NIS_data / 2006 / age.htm (diakses 29. Erkkola M, Pigg HM, Virta-Autio P. dkk. ( 2005) Pola makan bayi dalam
studi kohort prediksi diabetes tipe I Finlandia dan studi nutrisi pencegahan. Eur
J Clin Nutr 59,
Oktober 2006). 107–113.
19. Susin LR, Giugliani ER, Kummer SC dkk. ( 1999) Apakah pengetahuan orang tua 30. Tatone-Tokuda F, Dubois L & Girard M (2009) Penentu psikososial dari
tentang menyusui meningkatkan angka menyusui? Kelahiran 26, 149–156. pengenalan awal makanan pendamping. Kesehatan Educ Behav 36, 302–320.
Scott JA, Binns CW, Graham KI dkk. ( 2009) Prediktor pengenalan awal
20. Lanting CI, Van Wouwe JP & Reijneveld SA (2005) Praktik pemberian susu 31. makanan padat pada bayi: hasil studi kohort. BMC Pediatr 9, 60.
bayi di Belanda dan faktor-faktor terkait. Acta Paediatr 94, 935–942.

21. Yngve A & Sjostrom M (2001) determinan menyusui dan kerangka kerja yang 32. Li R, Scanlon KS & Serdula MK (2005) Validitas dan reliabilitas ingatan ibu
disarankan untuk tindakan di Eropa. Nutr Kesehatan Masyarakat 4, 729–739. tentang praktik menyusui. Nutr Rev 63, 103–110.

Anda mungkin juga menyukai