PENDAHULUAN
Kehamilan dan kelahiran merupakan kejadian normal dalam kehidupan, walaupun hal tersebut
adalah suatu yang normal tetapi potensi terjadinya patologi pada wanita tetap ada, semua individu
mempunyai resiko/potensial terjadinya patologis (Hani, 2011).
Wanita hamil umumnya akan mengalami mual dan muntah selama beberapa bulan pertama
kehamilan, walaupun ada juga beberapa wanita hamilyang tidak mengalami mual selama kehamilan
pertama mereka, tetapi merasa mual dengan kehamilan berikutnya. Rasa mual biasanya terjadi pada
pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat pada malam hari. Rasa mualbiasanya dimulai pada
minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat (Prawirohardjo, 2014).
Menurut Madjunkova et al (2013), wanita hamil (50-90%) mengalami mual dan muntah selama
trimester pertama, 28% mengalami mual saja, sedangkan 52% mual dan muntah. Gejala itu muncul
biasanya pada minggu ke-4 dan menghilang pada minggu ke-16 serta juga mencapai puncak antara
minggu ke-8 dan minggu ke-12. Diantaranya 20-30% dari wanita hamil juga dapat mengalami gejala
mual dan muntah pada usia kehamilan di atas 20 minggu sampai dengan waktu akan melahirkan.
Jika seorang ibu memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badan
sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang dan timbul acetone dalam air kencing, maka
keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan dirumah sakit (Karunaharan,
2010).
Menurut WHO sebagai badan PBB yang menangani masalah bidang kesehatan, mengatakan
bahwa Hiperemesis Gravidarum terjadi diseluruh dunia, diantaranya negara-negara di benua Amerika
dengan angka kejadian yang beragam. Sementara itu, kejadian Hiperemesis Gravidarum juga banyak
terjadi terjadi di Asia contohnya di Pakistan, Turki dan Malaysia. Sementara itu, angka kejadian
Hiperemesis Gravidarum di Indonesia adalah mulai dari 1% sampai 3% dari seluruh kehamilan
(Refiani, 2018).
Perempuan di Indonesia yang mengalami kehamilan berjumlah 5.291.143 ibu hamil, dari
jumlah ibu hamil yang mengalami keadaan hiperemesis gravidarum mencapai 14,8%. Dahulu
hiperemesis gravidarum menjadi penyebab kematian maternal yang signifikan, namun sekarang
hiperemesis tidak lagi menjadi penyebab utama mortalitas ibu, tetapi hiperemesis masih menjadi
penyebab morbiditas ibu yang signifikan. World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap
tahun terjadi 210 juta kehamilan diseluruh dunia, dari jumlah ini 20 juta perempuan mengalami
kesakitan sebagai akibat kehamilan (Kemenkes, 2018; Anton, 2015).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan bahwa lebih dari 80% ibu hamil di
Indonesia mengalami mual dan muntah yang berlebihan, yang dapat menyebabkan ibu hamil
menghindari jenis makanan tertentu dan akan dapat menyebabkan risiko bagi dirinya maupun janin
yang sedang dikandungnya (Oktavia, 2016).
Berdasarkan data yang didapat dari Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Banten Hiperemesis
Gravidarum tercakup dalam masalah komplikasi kebidanan pada kasus kehamilan. Diperkirakan 15-
20% ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan
di Provinsi Banten tahun 2016 sebesar 71,63%. Kabupaten/kota dengan persentase penanganan ibu
hamil komplikasi tertinggi adalah Kabupaten Serang yaitu 105,9%. Kabupaten/kota dengan
persentase penanganan ibu hamil komplikasi terendah adalah Kota Serang yaitu 55,5% (Dinkes
Provinsi Banten, 2016).
Faktor yang turut menentukan kondisi hiperemesis gravidarum adalah tipe/karakter seseorang
dan perilaku kesehariannya serta tingkat pengetahuannya. Tingkat pengetahuan tentang hiperemesis
gravidarum akan berpengaruh terhadap perilaku penerimaan kehamilan itu sendiri. Apabila tingkat
pengetahuan tentang hiperemesis gravidarum pada ibu hamil rendah dimungkinkan bisa menjadi
stressor, terlebih jika dikombinasikan oleh faktor internal dan eksternal akan berimplikasi pada
terjadinya hiperemesis gravidarum. Oleh karena itu, calon ibu diharapkan memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai mual dan muntah agar ibu dapat menentukan sikap untuk mengatasi masalahnya dan
kekhawatiran ibu tentang keluhannya dapat dikurangi pada awal kehamilan sehingga tidak terjadi
gangguan pada kehamilan selanjutnya (Maulana, 2010).
Dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup
yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari segi biologis, semua makhluk hidup mempunyai aktivitas
masing-masing. Seringkali ibu mempunyai respon perilaku yang biasa atas keadaan yang dialaminya
sehingga keluhan mual muntah dapat bertambah hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan (Notoadmodjo, 2013; Hajjah, 2013).
Penelitian Ririn (2015), menyebutkan pengetahuan tentang hiperemesis gravidarum yang baik
sebanyak 4 (12,5%) ibu hamil, untuk pengetahuan yang cukup sebanyak 24 (75%) ibu hamil, dan
pengetahuannya yang kurang sebanyak 4 (12,5%) ibu hamil. Sedangkan pada penelitian Octaviani,
dkk (2017) menyebutkan bahwa sebagian ibu hamil sebanyak 57 (54,8%) orang memiliki sikap yang
positif dalam mencegah kejadian hiperemesis gravidarum dan sebagian orang ibu hamil sebanyak 47
(45,2%) memiliki sikap yang negatif dalam mencegah kejadian hiperemesis gravidarum.
Upaya pemerintah dalam pencegahan terhadap penyulit atau komplikasi pada masa kehamilan
dengan menggunakan ANC terpadu dan pembinaan untuk membaca buku KIA yang tujuannya untuk
memenuhi hak setiap ibu hamil agar memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas dan
komprehensif sehingga mampu menjalani kehamilan yang sehat sesuai panduan dalam buku KIA,
dengan mendapatkan pelayanan promoti++f, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Kemenkes, 2015).
Adapun kebijakan Pemerintah di dalam Sustainable Development Goals (SDG’s) tahun 2030
mengenai kesehatan yang baik, tercantum di dalam tujuan SDGs nomor 3. Meningkatkan kesehatan
ibu pada tahun 2030 yaitu mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target
internasional 2025 untuk menurunkan stunting, wasting pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi
remaja perempuan, wanita hamil, menyusui, lansia (Kemenkes, 2015).
Banyaknya angka kejadian Hiperemesis Gravidarum di Bpm Hj. Ulfah Sawiah tidak diketahui
dengan pasti, namun berdasarkan pendataan pasien dengan hiperemesis gravidarum di Bpm Hj. Ulfah
Sawiah yang masuk rawat inap pada tahun 2021 sebanyak 52 orang. pada bulan januari-februari tahun
2022 sebanyak 12 orang.
Menurut survei pendahuluan yang telah dilakukan di Bpm Hj. Ulfah Sawiah pada 20 ibu hamil
baik yang mengalami hiperemesis gravidarum maupun yang hanya mengalami emesis gravidarum
telah mengetahui dengan baik apa yang dimaksud dengan hiperemesis gravidarum dan dapat
menanganinya dengan perilaku yang baik juga sebanyak 11 orang (55%) dan yang tidak mengetahui
tentang hiperemesis gravidarum serta penanganannya yang kurang baik sebanyak 9 orang (45%)
Berdasarkan uraian diatas dan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan dan sejauh
penelusuran kepustakaan penulis, belum adanya penelitian mengenai hiperemesis gravidarum di Bpm
Hj. Ulfah Sawiah, maka perlu dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pengetahuan
dan perilaku ibu terhadap kejadian Hiperemesis Gravidarum pada ibu hamil di Bpm Hj. Ulfah Sawiah
Tahun 2022.
TINJAUAN PUSTAKA
Hiperemesis Gravidarum
Mual dan muntah pada kehamilan terjadi karena pengaruh hCG, penurunan tonus otot-otot
traktus digestivus sehingga seluruh traktus digestivus mengalami penurunan kemampuan bergerak
(Kusmiyati, 2015).
1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu aktifitas sehari-hari karena keadaan umum pasien yang buruk akibat dehidrasi.
Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar terjadi pada usia kehamilan trimester I.
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, akan tetapi dapat juga timbul setiap saat dan pada malam
Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Ibu Hamil Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil
Wellness and Healthy Magazine, 4 (2), Agustus 2022, – 210
Dayang Septi Wisudawati; Rahayu Khairiah
hari. Gejala-gejala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Goodwin, 2018).
2. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-
perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan
vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi (Kusmiyati, 2015). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada 1.301 kasus hiperemesis gravidarum di Canada diketahui beberapa hal yang
menjadi faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum diantaranya komplikasi dari kelainan
hipertiroid, gangguan psikiatri, kelainan gastrointestinal, dan diabetes pregestasional. Beberapa
faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan menurut Tresnawati (2016) adalah sebagai
berikut:
a. Faktor Predisposisi:
1) Primigravida
2) Overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan ganda, estrogen, HCG tinggi, dan
molahidatidosa
b. Faktor Organik:
1) Masuknya villy khorialis dalam sirkulasi maternal
2) Perubahan metabolik akibat hamil
a) Resistensi yang menurun dari pihak ibu
b) Alergi
c. Faktor Psikologis:
1) Rumah tangga yang retak
2) Takut terhadap kehamilan
3) Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
4) Kehilangan pekerjaan
Muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan penurunan berat
badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim
(Andria, 2017).
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala hiperemesis gravidarum menurut Varney (2015) meliputi:
a. Muntah berat
b. Nafsu makan buruk
c. Asupan makan buruk
d. Penurunan berat badan
e. Dehidrasi
f. Ketidakseimbangan elektrolit
g. Respon berlebihan terhadap masalah psikososial yang mendasar
h. Muntah yang tidak dapat diatasi dengan tindakan untuk mengatasi morning sickness
i. Asidosis yang disebabkan kelaparan
j. Alkalosis akibat hilangnya asam hidroklorida yang keluar bersamaan dengan muntahan
k. Hipokalemia
4. Tingkatan Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum menurut Khumaira (2012) dapat dibagi kedalam 3 tingkatan:
a. Tingkat I
Muntah terus menerus sehingga menimbulkan:
1) Dehidrasi (turgor kulit turun)
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan menurun
4) Mata cekung dan lidah kering
5) Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esophagus
6) Nadi meningkat dan tekanan darah turun
7) Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
8) Tampak lemah dan lemas
b. Tingkat II
1) Dehidrasi semakin meningkat akibatnya:
a) Turgor kulit makin turun
b) Lidah kering dan kotor
c) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
2) Kardiovaskuler
a) Frekuensi nadi semakin cepat lebih dari 100 kali/menit
b) Nadi kecil karena volume darah turun
c) Suhu badan meningkat
d) Tekanan darah turun
3) Liver
Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus.
a) Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan oliguria, anuria
b) Terdapat timbunan benda keton aseton
Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena mempunyai aroma yang khas
dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
c) Kadang-kadang muntah bercampur darah akibat rupture esophagus dan pecahnya
mukosa lambung pada sindrom Mallory weiss.
c. Tingkat III
1) Keadaan umum lebih parah
2) Muntah berhenti
3) Kesadaran menurun dan somnolen atau koma
4) Nadi kecil dan cepat
5) Suhu badan meningkat
6) Tekanan darah menurun
7) Ikterus semakin meningkat
8) Terdapat timbunan aseton yang semakin meningkat dengan bau yang semakin tajam
9) Gangguan mental
10) Oliguria semakin parah dan menjadi anuria.
5. Penatalaksanaan
Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Ibu Hamil Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil
Wellness and Healthy Magazine, 4 (2), Agustus 2022, – 212
Dayang Septi Wisudawati; Rahayu Khairiah
Pengetahuan
Suriasumantri (dalam Nurroh, 2017) menjelaskan bahwa pengetahuan adalah suatu hasil tahu
dari manusia atas penggabungan atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek
yang diketahui. Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu.
Menurut Notoatmodjo (dalam Yuliana, 2017) menerangkan bahwa pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh
seseorang melalui panca indera.
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan semua yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu
termasuk ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia.
Pengetahuan dikumpulkan dengan tujuan untuk menjawab semua permasalahan kehidupan sehari-
hari yang dialami oleh manusia dan untuk digunakan dalam menawarkan berbagai kemudahan
padanya (Notoatmodjo, 2012)
Menurut Sulaiman (2015) menjelaskan bahwa tingkatan pengetahuan terdiri dari 4 macam,
yaitu pengetahuan deskriptif, pengetahuan kausal, pengetahuan normatif dan pengetahuan esensial.
Pengetahuan deskriptif yaitu jenis pengetahuan yang dalam cara penyampaian atau penjelasannya
berbentuk secara objektif dengan tanpa adanya unsur subyektivitas. Pengetahuan kausal yaitu suatu
pengetahuan yang memberikan jawaban tentang sebab dan akibat. Pengetahuan normatif yaitu suatu
pengetahuan yang senantiasa berkaitan dengan suatu ukuran dan norma atau aturan. Pengetahuan
esensial adalah suatu pengetahuan yang menjawab suatu pertanyaan tentang hakikat segala sesuatu
dan hal ini sudah dikaji dalam bidang ilmu filsafat.
Sedangkan menurut Daryanto (dalam Yuliana, 2017) menjelaskan bahwa pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan menjelaskan bahwa ada
enam tingkatan pengetahuan yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (ingatan). Seseorang dituntut untuk mengetahui fakta tanpa
dapat menggunakannya.
2. Pemahaman (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui.
3. Penerapan (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek tersebut dapat menggunakan dan
mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari
hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu objek.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
telah ada. Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan
dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
6. Penilaian (evaluation)
Yaitu suatu kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu
didasarkan pada suatu kriteria atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Menurut Arikunto (2010), pengukuran tingkat pengetahuan dapat dikatagorikan menjadi tiga
yaitu:
1. Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% dengan benar dari total jawaban
pertanyaan.
2. Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75% dengan benar dari total jawaban
pertanyaan.
3. Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab <56% dari total jawaban pertanyaan.
Perilaku
Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Ibu Hamil Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil
Wellness and Healthy Magazine, 4 (2), Agustus 2022, – 214
Dayang Septi Wisudawati; Rahayu Khairiah
Menurut Walgito (2016) menjelaskan bahwa perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan
individu itu sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada. Dalam hal ini ada beberapa teori
perilaku yang dapat dikemukakan:
1. Teori Insting : Perilaku disebabkan karena insting. Insting merupakan perilaku yang innate,
perilaku yang bawaaan, dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman.
2. Teori Dorongan (Drive Theory) : Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu
mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan
kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku.
4. Teori Insentif (Incentive Theory) : Dengan insentif akan mendorong organisme berbuat atau
berperilaku. Insentif juga disebut reinforcementada yang positif dan ada yang negatif.
5. Teori Atribusi : Teori ini menjelaskan sebab-sebab perilaku manusia, pada dasarnya perilaku
manusia itu dapat atribusi internal, tetapi juga dapat atribusi eksternal.
6. Teori Kognitif : Dalam berperilaku seseorang harus memilih mana yang perlu dilakukan. Dengan
kemampuan berpikir seseorang akan dapat melihat apa yang telah terjadi sebagai bahan
pertimbangannya disamping melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan juga dapat
melihat kedepan apa yang akan terjadi dalam seseorang bertindak (Walgito, 2016).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan perilaku atau tingkah laku sebagai aktifitas-aktifitas
seseorang yang tampak atau tidak tampak. Adapun teori perilaku yaitu terdiri dari lima teori: Teori
Insting, Teori Dorongan (Drive Theory), Teori Insentif (Incentive Theory), Teori Atribusi, dan Teori
Kognitif (Walgito, 2016).
Menurut Azwar (2016), pengukuran perilaku yang berisi pernyataan-pernyataan
terpilih dan telah diuji reabilitas dan validitasnya maka dapat digunakan untuk mengungkapkan
perilaku kelompok responden. Kriteria pengukuran perilaku yaitu:
1. Perilaku positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner > T mean
2. Perilaku negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner < T mean
Penilaian perilaku yang didapatkan jika :
1. Nilai > 50, berarti subjek berperilaku positif
2. Nilai < 50 berarti subjek berperilaku negatif (Azwar, 2016).
METODE
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif
secara cross sectional dimana data masing-masing dari variabelnya diteliti dalam waktu yang
bersamaan. Deskriptif-kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dalam masyarakat tanpa mencari
hubungan antar variabel dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara lain dari
kuantifikasi (pengukuran) (Ariani, 2014; Sujarweni, 2019).
Penelitian ini dilakukan dilakukan di Bpm Hj. Ulfah Sawiah. Alasan pemilihan tempat
penelitian di Bpm Hj. Ulfah Sawiah. Waktu penelitian diawali sejak awal bulan januariSampai
dengan bulan Maret 2022 dan selajutnya dilakukan pengumpulan data pada bulan April
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu hamil di Bpm Hj. Ulfah Sawiah Tahun
2022. pada bulan Januari-Maret 2022 yang berjumlah 1160 orang. Jumlah sampelyang digunakan
adalah sebanyak 93 orang yang dihitung berdasarkan rumus Slovin. Teknik pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik Accidental Sampling.
Alat yang digunakan dalam metode pengambilan data penelitian ini adalah dengan memberikan
kuesioner dalam bentuk kertas yang berisi pertanyaan kepada responden yaitu ibu hamil trimester I
Bpm Hj. Ulfah Sawiah tahun 2021. Kuesioner terdiri atas 20 pertanyaan terkait dengan uji
pengetahuan ibu dan 13 pertanyaan untuk mengetahui perilaku ibu.
Analisis data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia kemudian diolah dengan statistik
dan dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Hasil untuk pengolahan
data dianalisis dengan mengguanakan analisis univariat dan analisis bivariat.Analisis univariat
dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, terutama untuk menghasilkan distribusi,
frekuensi dan presentase dari tiap variabel yang diteliti. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji
Chi-Square.
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Kejadian Hiperemesis Gravidarumpada Ibu Hamil
Kejadian HEG F %
Ya 27 29
Tidak 66 71
Total 93 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa masih ditemukan ibu hamil di Bpm Hj. Ulfah Sawiah Tahun 2022
yang mengalami Hiperemesis Gravidarum yaitu sebanyak 27 responden (29%).
Pengetahuan Ibu
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Pengaruh Pengetahuan pada Ibu Hamil
Pengetahuan F %
Kurang 25 27
Cukup 29 31
Baik 39 42
Total 93 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa masih terdapat ibu hamil di Bpm Hj. Ulfah Sawiah Tahun 2022
yang berpengetahuan kurang sebanyak 25 orang (27%).
Perilaku Ibu
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Pengaruh Perilaku pada Ibu Hamil
Perilaku F %
Negatif 14 15%
Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Ibu Hamil Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil
Wellness and Healthy Magazine, 4 (2), Agustus 2022, – 216
Dayang Septi Wisudawati; Rahayu Khairiah
Positif 79 85%
Total 93 100%
Tabel 3 menunjukkan bahwa masih terdapat ibu hamil di Bpm Hj. Ulfah Sawiah Tahun 2022
yang berperilaku negatif sebanyak 14 orang (15%).
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Pengaruh Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum
Kejadian HEG
Pengetahuan Ya Tidak Total %
F % F %
Kurang 6 6 19 20 25 27
Cukup 11 12 18 19 29 31
Baik 10 11 29 31 39 42
Total 27 29 66 71 93 100
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa ibu yang berpengetahuan kurang terhadap Hiperemesis
Gravidarum presentasenya lebih kecil pada ibu yang mengalami Hiperemesis Gravidarum (6%)
dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami Hiperemesis Gravidarum (20%).
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Pengaruh Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil
Kejadian HEG
Perilaku Ya Tidak Total %
F % F %
Negatif 5 5 9 10 14 15
Positif 22 24 57 61 79 85
Total 27 29 66 71 93 100
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa ibu yang berperilaku negatif terhadap Hiperemesis
Gravidarum presentasenya lebih kecil pada ibu yang mengalami Hiperemesis Gravidarum (5%)
dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami Hiperemesis Gravidarum (10%).
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ditemukan ibu hamil di Bpm Hj. Ulfah
Sawiah Tahun 2022 yang mengalami Hiperemesis Gravidarum yaitu sebanyak 27 responden (29%).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ibu hamil yang mengalami Hiperemesis Gravidarum
pada ibu hamil TM I sebanyak 11 responden (12%), pada TM II sebanyak 10 responden (11%), dan
pada TM III sebanyak 6 responden (6%)dapat diartikan bahwa hiperemesis gravidarum tidak hanya
terjadi pada kehamilan trimester 1 dan hal ini sejalan dengan teori Madjunkova et al (2013) yang
menyebutkan bahwa diantara 20-30% dari wanita hamil juga dapat mengalami gejala mual dan
muntah pada usia kehamilan di atas 20 minggu sampai dengan waktu akan melahirkan.
Pengetahuan Ibu
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa masih terdapat ibu hamil di Bpm Hj. Ulfah Sawiah
Tahun 2022 yang berpengetahuan kurang sebanyak 25 orang (27%).
Melihat dari jawaban responden pada lembar kuesioner terkait pengetahuan ibu, ibu yang
memiliki pengetahuan kurang masih belum mengetahui frekuensi mual muntah yang dikatakan
berlebihan itu berapa kali dalam sehari dan makanan apa yang harus dihindari agar mual muntah tidak
semakin parah sebanyak 6 responden (6%).
Oleh sebab itu menurut asumsi penulis untuk memaksimalkan pengetahuan diperlukan adanya
peran serta tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat) dalam menginformasikan pengetahuan tentang
Hiperemesis Gravidarum.
Berdasarkan penelitian Octaviani (2016), menegaskan bahwa pengetahuan yang kurang pada
ibu hamil terkait Hiperemesis Gravidarum, maka resiko yang terjadi ibu hamil dapat mengalami
Hiperemesis yang berat. Oleh sebab itu pengetahuan mengenai kehamilan akan memotivasi ibu untuk
menjaga dirinya dan kehamilannya dengan menaati nasehat yang didapat dari materi pernyuluhan
terkait kejadian hiperemesis gravidarum.
Perilaku Ibu
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa masih terdapat ibu hamil di Bpm Hj. Ulfah Sawiah
Tahun 2022 yang berperilaku negatif sebanyak 14 orang (15%).
Pada penelitian Fitriah (2015), menyebutkan bahwa bentuk perilaku negatif yang dilakukan
oleh kebanyakan ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum seperti ibu jarang mengonsumsi
makanan dengan gizi seimbang seperti karbohidrat dari nasi, protein dari ikan atau daging, vitamin
dari buah-buahan.
Melihat dari jawaban pada lembar kuesioner yang telah dijawab oleh responden menunjukkan
bahwa kebanyakan dari perilaku negatif yang ibu lakukan adalah lebih memilih tidak memakan
apapun daripada sedikit makan tapi sering. Padahal untuk mencegah terjadinya mual ibu bisa
mengatasinya dengan makan sedikit tapi sering dan tetap memenuhi kebutuhan gizinya selama hamil
seperti roti, gandum, sayur atau pun buah.
Menurut asumsi penulis, responden yang berperilaku negatif disebabkan karena kurangnya
kesadaran diri ibu terhadap pentingnya mengontrol asupan gizi selama kehamilan sehingga ibu belum
dapat mencegah Hiperemesis Gravidarum dengan baik.
Dari hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa ibu yang berpengetahuan kurang
terhadap Hiperemesis Gravidarum presentasenya lebih besar pada ibu yang tidak mengalami
Hiperemesis Gravidarum (20%) dibandingkan dengan ibu yang mengalami Hiperemesis Gravidarum
(6%).
Hasil penelitian tersebut dapat diasumsikan oleh penulis bahwa semakin kurang pengetahuan
ibu hamil tentang Hiperemesis Gravidarum tidak menjamin ibu hamil tersebut akan mengalami
Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Ibu Hamil Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil
Wellness and Healthy Magazine, 4 (2), Agustus 2022, – 218
Dayang Septi Wisudawati; Rahayu Khairiah
Hiperemesis Gravidarum. Karena pada dasarnya responden yang pengetahuannya kurang terhadap
Hiperemesis Gravidarum memang disebabkan karena ibu yang belum berpengalaman dan belum
memahami dengan baik apa itu Hiperemesis Gravidarum. Meskipun demikian, ibu yang
pengetahuannya kurang terhadap Hiperemesis Gravidarum dan tidak mengalami Hiperemesis
Gravidarum mendapatkan dukungan internal maupun eksternal dengan baik sehingga ibu dapat
menangani dan berusaha mencegah agar tidak terjadi Hiperemesis Gravidarum, yang mana dukungan
internal ataupun eksternal tersebut merupakan variabel lain yang tidak diteliti oleh peneliti.
Menurut Maulana (2010) menyatakan apabila tingkat pengetahuan tentang hiperemesis
gravidarum pada ibu hamil rendah dimungkinkan bisa menjadi stressor, terlebih jika dikombinasikan
oleh faktor internal dan eksternal akan berimplikasi pada terjadinya hiperemesis gravidarum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang berperilaku negatif terhadap Hiperemesis
Gravidarum presentasenya lebih besar pada ibu yang tidak mengalami Hiperemesis Gravidarum
(10%) dibandingkan dengan ibu yang mengalami Hiperemesis Gravidarum (5%).
Melihat hasil dari kuesioner yang telah dijawab oleh responden diketahui bahwa ibu hamil yang
berperilaku negatif dan mengalami Hiperemesis Gravidarum menganggap bahwa mengkonsumsi
makanan yang asam dan pedas dapat mengurangi mual dan muntahnya, dan penulis mengasumsikan
bahwa hal tersebut terjadi karena ibu kurang berpengalaman dalam mencegah dan menangani
Hiperemesis Gravidarum. Karena menurut penelitian Wawan (2011), menyampaikan bahwa terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang
dianggap penting, pengaruh budaya, media massa dan faktor emosional. Faktor-faktor tersebut boleh
jadi salah satunya mempengaruhi perilaku negatif ibu hamil yang mengalami Hiperemesis
Gravidarum.
1. Masih ditemukan ibu hamil yang mengalami Hiperemesis Gravidarum yaitu sebanyak 27
responden (29%) di Bpm Hj. Ulfah Sawiah Tahun 2022.
2. Masih ditemukan ibu yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 25 orang (27%) di Bpm Hj.
Ulfah Sawiah Tahun 2022.
3. Masih ditemukan ibu yang memiliki perilaku negatif sebanyak 14 orang (15%) di Bpm Hj.
Ulfah Sawiah Tahun 2022.
4. Ibu yang berpengetahuan kurang presentasenya lebih kecil pada ibu yang mengalami
Hiperemesis Gravidarum (6%) di Bpm Hj. Ulfah Sawiah Tahun 2022.
5. Ibu yang berperilaku negatif presentasenya lebih kecil pada ibu yang mengalami Hiperemesis
Gravidarum (5%) di Bpm Hj. Ulfah Sawiah Tahun 2022.
DAFTAR PUSTAKA
Andria. (2017). Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hiperemesis Gravidarum di RSU Roka Hulu. Jurnal
Maternity and Neonatal, 174-175.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Ibu Hamil Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil
Wellness and Healthy Magazine, 4 (2), Agustus 2022, – 220
Dayang Septi Wisudawati; Rahayu Khairiah
Noor Hidayah, M. R. (2019). Tipe Kepribadian dengan Frekuensi Muntah Penderita Hiperemesis
Gravidarum di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus. The 10th University Research Colloqium
2019.
Notoadmodjo. (2013). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo. (2012). Cara Pengukuran Pengetahuan. Jakarta: Bina Pustaka.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian . Jakarta .
O'Brien, C. (2015). Nausea and Vomiting. Canadian Family.
Oktavia. (2016). Kejadian Hiperemesis Gravidarum. Jurnal Ilmu Kesehatan.
Prawirohardjo. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
Refiani, N. I. (2018). Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Hiperemesis
Gravidarum di Bpm Wirahayu Panjang Bandar Lampung Tahun 2017. Jurnal Kebidanan Vol.
4, No.1.
Serang, D. K. (2018). Profil Kesehatan Kota Serang. Serang: Dinas Kesehatan Kota Serang.
Soekidjo, N. (2010). Ilmu Prilaku Kesehatan. Jakarta: Renika.
Statistik, B. P. (2016). Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015.
https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/dasar/pdf?kd=2&th=2015.
Sujarweni, V. W. (2019). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sumai, F. K. (2014, Januari-Juni). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis
gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa
Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiiah Bidan, p. 62.
Umboh, H. S. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperemesis. Jurnal
Ilmiah Bidan, 25.
Walgito, B. (2016). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
WHO. (2015). World Health Statistics. America: World Health Organization.
WHO. (2016). Mortalitas & Morbiditas Komponen Demografi. Amerika: WHO.
Wijayanti, A. R. (2017). Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Hiperemesis
Gravidarum (di Wilayah Puskesmas Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri). Jurnal
Kebidanan Dharma Husada Vol.6, No.2 , 135-137.