Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Menurut WHO hiperemesis gravidarum terjadi diseluruh dunia dengan angka kejadian
mencapai 12.5 % dari seluruh kehamilan. Angka kejadian hiperemesis gravidarum yang terjadi
di dunia sangat beragam yaitu 10.8% di China, 2.2% di Pakistan, 1-3% di Indonesia, 1.9% di
Turki, 0.9% di Norwegia, 0.8% di Canada, 0.5% di California, 0,5%-2% di Amerika, dan 0.3%
di Swedia (Zhang Y, 2011).
Angka kejadian hiperemesis gravidarum di Indonesia 1-3% dari seluruh kehamilan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan bahwa lebih dari 80% ibu hamil di
Indonesia mengalami mual dan muntah yang berlebihan, yang dapat menyebabkan ibu hamil
menghindari jenis makanan tertentu dan akan dapat menyebabkan risiko bagi dirinya maupun
janin yang sedang dikandungnya (Oktavia, 2016). Hasil pengumpulan data tingkat pusat,
Subdirektorat Kebidanan dan Kandungan, Subdirektorat Kesehatan Keluarga tahun 2011 dari
325 Kabupaten/Kota menujukkan bahwa sebesar 20.44% ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum berat dirujuk dan harus mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut (SDKI, 2012).
Angka

Angka kejadian hiperemesis gravidarum di Sumatera Barat tidak diketahui dengan pasti,
namun berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Meigina (2011) di RSUP Dr.M.
Djamil Padang didapatkan data bahwa kejadian hiperemesis gravidarum tahun 2009 sebanyak 38
kasus, tahun 2010 sebanyak 45 kasus, dan kejadian hiperemesis gravidarum yang dirawat selalu
terjadi setiap bulannya. Penelitian lainnya di RSUD Pasaman Barat yang dilakukan oleh Maulida
(2013) menyebutkan bahwa angka kejadian hiperemesis gravidarum pada tahun 2011 sebanyak
82 kasus yang dirawat di rumah sakit dan kasus hiperemesis gravidarum yang dirawat juga selalu
terjadi setiap bulannya (Maulida, 2013).

Penyebab hiperemesis gravidarum tidak diketahui dengan pasti, namun sering


dihubungkan dengan perubahan-perubahan hormon selama kehamilan dan berbagai faktor risiko
lainnya. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum adalah ibu
dengan usia muda, ibu dengan kehamilan pertama(primipara), Selain itu faktor lain yang juga
berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum termasuk pendidikan ibu yang rendah,
jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu dengan status perokok aktif, dan obesitas (Creasy, 2014)

Dampak yang ditimbulkan pada bayi yaitu adanya gangguan menangisdalam jangka
waktu yang tidak biasa, tidak mendapatkan asupan asi danmengalami gangguan tidur (Depkes
RI, 2001). Baby blues juga berdampak pada suami yaitu keharmonisan pada ibu yang mengalami
baby blues biasanya akan terganggu ketika suami belum mengetahui apa yang sedang dialami
oleh istrinya yaitu baby blues, suami cenderung akan menganggap si ibu tidak becus mengurus
anaknya bahkan dalam melakukan hubungan suami istri biasanya mereka merasa takut seperti
takut menggangu bayinya (Kasdu, 2007).

Pencegahan terjadinya baby blues menurut Rukhiyah (2019) yaitu :memperisapkan diri
dengan baik, persiapan diri saat kehamilan sehingga saat kelahiran memiliki kepercayaan diri
yang baik.mencari informasi tentang baby blues informasi yang kita berikan bermanfaat
sehingga ibu mengetahui faktor penyebab sehingga dapat mengantisipasi atau mencari bantuan
jika menghadapi baby blues.

Cara pencegahan nya dapat dengan Lemon minyak esensial (cirus lemon) adalah salah
satu yang paling banyak digunakan minyak herbal dalam kehamilan dan dianggap sebagai obat
yang aman pada kehamilan. Menurut sebuah studi, 40% wanita telah menggunakan aroma lemon
untuk meredakan mual dan muntah, dan 26,5% dari mereka telah dilaporkan sebagai cara yang
efektif untuk mengontrol gejala mual muntah. Karena meningkatnya minat dalam penggunaan
obat herbal pada kehamilan, ketersediaan lemon disemua musim, dan berbagai tinggi digunakan
dalam masyarakat Iran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inhalasi lemon untuk
mengurangi mual muntah pada ibu hamil trimester I.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dari tahun ke tahunterjadi peningkatan
angka kejadian kasus hiperemesis gravidarum. berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Meigina (2011) di RSUP Dr.M. Djamil Padang didapatkan data bahwa kejadian hiperemesis
gravidarum tahun 2009 sebanyak 38 kasus, tahun 2010 sebanyak 45 kasus, dan kejadian
hiperemesis gravidarum yang dirawat selalu terjadi setiap bulannya. Penelitian Dan didapatkan
ibu hamil yang mengalami kejadian mual muntah ada sejumlah 56 ibu hamil. Oleh karena itu
peneliti sangat tertarik untuk melakuan penelitian tentang “Pengaruh Inhalasi Lemon Untuk
Mengurangi Mual Muntah Pada Ibu Hamil .

B.RUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat pengaruh inhalasi lemon untuk mengurangi mual muntah pada ibu
hamil?

C.TUJUAN

Tujuan Umum

1.Untuk mengetahui faktor resiko yang berhubungan dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum.

Tujuan Khusus

1.Untuk mengetahui gambaran pengaruh inhalasi lemon untuk mengurangi mual muntah pada
ibu hamil
2.Untuk mengetahui hubungan pengaruh inhalasi lemon dengan kejadian hiperemesis
gravidarum
3. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan kejadian hiperemesis gravidarum

D.MANFAAT PENELITIAN
1) Teoritis
Bagi peneliti
a. Menambah dan memperluas ilmu pengetahuan serta pengalaman dalam melaksanakan suatu
penelitian.
b. Menambah dan memperluas ilmu pengetahuan dalam bidang obstetri khususnya tentang
hiperemesis gravidarum.

Bagi Institusi
Pendidikan Menambah ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan
penelitian lebih lanjut tentang hyperemesis gravidarum.

2) Praktis
a.Bagi Rumah Sakit
Menjadi bahan masukan dan evaluasi sebagai dasar dalam meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit
b.Manfaat bagi Institusi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada Rumah sakit Sumatra
barat mengenai pengaruh inhalasi lemon pada ibu hamil mual muntah sehingga dapat menjadi
pertimbangan dalam pembuatan kebijakan program kesehatan dimasa yang akan mendatang.

Anda mungkin juga menyukai