PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan Pembangunan
Millenium (MDGs), tepatnya pada tujuan pembangunan nomor 4 dan 5 yaitu
menurunkan Angka Kematian Anak dan Meningkatkan Kesehatan Ibu (Arsita, 2012).
Namun, menurut data WHO pada tahun 2012, sebanyak 585.000 perempuan
meninggal saat hamil atau persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di
negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100
ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara
maju dan 51 negara persemakmuran.
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu
hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung pada
tempat atau usia kehamilan. Kematian ibu ini dibagi menjadi kematian langsung dan
kematian tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah ini sebagai akibat komplikasi
kehamilan, persalinan, nifas, dan segala intervensi atau penangannya tidak tepat dari
komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung sebagai akibat penyakit yang sudah
ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan.Di negara-negara berkembang
sebagian besar penyebab ini adalah perdarahan, infeksi dan abortus atau penyebab
lainnya seperti di sebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada
sebelum kehamilan atau persalinan, misalanya hipertensi, penyakit jantung, diabetes
melitus, anemia, malaria dan termasuk hiperemesis gravidarum yang memperberat
kehamilan sehingga kehamilan dapat mengalami komplikasi.
Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang
beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di Indonesia, 0,3% dari seluruh
kehamilan di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di
Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9 di Turki. Di Amerika Serikat, prevalensi
hiperemesis gravidarum adalah 0,5-2%. Literatur juga menyebutkan bahwa
perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum secara umum adalah 4:1000
kehamilan (Runiari, 2010). Untuk di Negara Indonesia, prevalensi hiperemesis
gravidarum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009)
dalam Sumardi (2016), menjelaskan bahwa lebih dari 80% wanita hamil di Indonesia
mengalami mual dan muntah berlebihan. Menurut Vikanes, et al (2013) dalam
Sumardi (2016), insidensi terjadinya kasus hiperemesis gravidarum sebesar 0,8
sampai 3,2% dari seluruh kehamilan atau sekitar 8 sampai 32 kasus per 1000
kehamilan di Negara Norwegia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Savira
(2014) dalam Sumardi (2016) data yang di dapatkan di Rumah Sakit Umum Daerah
Panembahan Senopati Bantul periode 1 Januari 2011 sampai 30 November 2013,
terdapat 5683 ibu hamil dan yang mengalami Hiperemesis Gravidarum sebanyak 120
(2,1%) ibu hamil atau sekitar 21 kasus per 1000 kehamilan, 101 (84,2%) diantaranya
harus dirawat di Rumah Sakit karena kejadian hiperemesis gravidarum. Selain itu
berdasarkan data Profil Kesehatan Jawa Timur kejadian hiperemesis gravidarum di
Jawa Timur sebesar 412.188 atau 70% dari 594.265 jumlah kehamilan di Jawa Timur
dan berdasarkan profil Kesehatan Propinsi Lampung tahun 2012 hiperemesis
gravidarum mencapai 10-15% dari jumlah ibu hamil yang ada yaitu sebanyak
182.815 orang (Dinkes Lampung, 2012)
Hiperemesis gravidarum ditandai dengan gejala mual dan muntah persisten
hingga menyebabkan penurunan berat badan hingga lebih dari 5% berat badan
sebelum hamil dan mengganggu aktivitas. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis
menentukan berat ringannya penyakit. Penanganan hiperemesis gravidarum
didasarkan pada berat ringannya gejala dan ada tidaknya faktor penyulit yang
memperberat keluhan pasien. Hiperemesis gravidarum tetap merupakan penyebab
morbiditas yang serius dengan komplikasi seperti central pontine myelinolisis,
ensefalopati, cedera esofagus, pertumbuhan janin terganggu bahkan kematian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hiperemesis gravidarum?
2. Apa saja faktor faktor yang dapat menyebabkan seorang ibu hamil
mengalami hiperemesis gravidarum?
3. Apa saja gejala-gejala timbulnya hiperemesis gravidarum?
4. Bagaimana patofisiologis dari hiperemesis gravidarum?
5. Apa saja penatalaksaan untuk hiperemesis gravidarum?
6. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan dari hiperemesis gravidarum?
7. Bagaimana prognosis dari hiperemesis gravidarum?
8. Bagaimana cara pencegahan dari terjadinya hiperemesis gravidarum ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan dalam menangani hiperemesis gravidarum?
10. Bagaimana satuan acara penyuluhan terkait dengan hiperemesis gravidarum?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari hiperemesis gravidarum
2. Untuk mengetahui apa saja faktor faktor yang dapat menyebabkan seorang
ibu hamil mengalami hiperemesis gravidarum
3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari timbulnya hiperemesis gravidarum
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologis dari hiperemesis gravidarum
5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksaan untuk hiperemesis gravidarum
6. Untuk mengetahui komplikasi yang dapat ditimbulkan dari hiperemesis
gravidarum
7. Untuk mengetahui prognosis dari hiperemesis gravidarum
8. Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya hiperemesis gravidarum
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat dalam menangani
hiperemesis gravidarum
10. Untuk mengetahui satuan acara penyuluhan terkait dengan hiperemesis
gravidarum
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu:
1.3.1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa khususnya mahasiswa kesehatan dapat menjadikan tulisan ini
sebagai sumber referensi dalam mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan
dengan kondisi hiperemesis gravidarum pada ibu hamil.
1.3.2. Bagi Praktik Keperawatan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam
praktik keperawatan maternitas serta penanganan secara non farmakologi
khususnya untuk mengatasi hiperemesis gravidarum pada ibu hamil.
1.3.3. Bagi Penulis
Memberikan manfaat bagi penulis dalam memperkaya pengalaman dan
wawasan penulis mengenai kasus-kasus yang sering terjadi di lapangan
terutama pada keperawatan maternitas. Penulis juga dapat melatih
kemampuan menyusun asuhan keperawatan maternitas dengan kasus
hiperemesis gravidarum.
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Definisi
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk.
(Prawirohardjo, 2009).
Hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual dan untah yang berlebihan
sehingga mengganggu aktivitas ibu hamil. Hiperemisis gravidarum sering terjadi
pada awal kehamilan antara umur kehamilan 8-12 minggu. Hiperemesis gravidarum
apabila tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi bahkan kematian
ibu dan janin. Prevalensi hiperemisis gravidarum anatara 1-3% atau kasus per 1000
ke hamilan (Runiari 2010).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa hamil
karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama kehamilan
trimester pertama (Varney,2006).
Jadi dapat disimpulkan hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual dan
muntah berlebih pada ibu hamil yang dapat mengganggu ibu dan bila tidak ditangani
akan berdampak buruk pada ibu dan janin.
2.2 Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan pada 1.301 kasus hiperemesis gravidarum di Canada
diketahui beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum
diantaranya komplikasi dari kelainan hipertiroid, gangguan psikiatri, kelainan
gastrointestinal, dan diabetes pregestasional. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini
disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia.
Menurut Mochtar, R. (1998) beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang
telah ditemukan adalah sebagai berikut:
1. Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola hidatidosa
dan kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan dimana hormon
khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialisdalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibathamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan
tersebut.
3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologis
Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri,rumah tangga yang
retak,kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu,tidak siap untuk menerima kehamilan
memegang peranan yang cukup penting dalam menimbulkan hiperemesis
gravidarum.
c) Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah keadaan umum lebih parah,
muntah henti,kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan
cepat, suhu meningkat tensi menurun, komplikasi fatal terjadi pada susunan
syaraf yang dikenal sebagai ensefalopati werniele, dengan gejala: nistagmus,
dipolpia dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan
zat makanan,termasuk vitamin B kompleks, timbulnya ikterus menunjukkan
adanya payah hati.
Jika ibu hamil memiliki masalah atau gangguan kesehatan dengan Hiperemesis
Gravidarum dapat menyebabkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi
2.4 Patofisiologi
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya
bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah
merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu
detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik.
Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis
menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang
lebih tinggi pada sereberal, dari chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area
postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum.
Beberapa signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah
melalui nukleus traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral
daerah formasi retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan
pusat pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah
dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan
melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen.
Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih
kontroversial. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam aseton asetik, asam
hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan akibat muntah akan menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra
vaskuler dan plasma akan berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian
juga dengan klorida urine. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehigga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan
oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan
kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal,
meningkatkan frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehigga
memperberat keadaan penderita
2.5 Pengobatan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh
hangat.Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.Makanan
dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
a) Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital.Vitamin yang
dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan
antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin.Anti
histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin.
b) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam.
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang
tanpa pengobatan.
c) Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
d) Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per
hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B
kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula
asam amino secara intra vena.
e) Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan
memburuk.Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik.Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai
terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
f) Diet
1) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak
diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini
kurang dalam semua zat zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya
diberikan selama beberapa hari.
2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan.Makanan ini rendah dalam
semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
3) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama
makanan.Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.
2.6 Komplikasi
Pada mual dan muntah yang parah, lama dan serig dapat menyebabkan tubuh
mengalami defisensi 2 vitamin penting yaitu thiamin dan vitamin K. Pada defisiensi
thiamin, dapat terjadi Wernicke encephalopathy, yaitu suatu keadaan gangguan sistem
saraf pusat yang ditandai dengan pusing, gangguan penglihatan,ataxia dan nistagmus.
Penyakit ini dapat berkembang semakin parah dan menyebabkan kebutaan, kejang
dan koma. Pada defisiensi vitamin K, terjadi gangguan koagulasi darah dan juga
disertai dengan epistaksis.
Baik komplikasi yang relatif ringan maupun berat bisa disebabkan karena
hiperemesis gravidarum. Kehilangan berat badan, dehidrasi, acidosis akibat dari gizi
buruk, alkalosis akibat dari muntah-muntah, hipokalemia, kelemahan otot, kelainan
elektrokardiografi dan gangguan psikologis dapat terjadi. Komplikasi yang
mengancam nyawa meliputi ruptur esofagus yang disebabkan muntah-muntah berat,
Wernicke's encephalopathy (diplopia, nystagmus, disorientasi, kejang, coma),
perdarahan retina, kerusakan ginjal, pneumomediastinum spontan, IUGR dan
kematian janin. Pasien dengan hiperemesis gravidarum pernah dilaporkan mengalami
epistaxis pada minggu ke-15 kehamilan karena intake vitamin K yang tidak adekuat
yang disebabkan emesis berat dan ketidakmampuannya mentoleransi makanan padat
dan cairan. Dengan penggantian vitamin K, parameter-parameter koagulasi kembali
normal dan penyakit sembuh. Vasospasme arteri cerebral yang terkait dengan
hiperemesis gravidarum juga ada dilaporkan pada beberapa pasien. Vasospasme
didiagnosa dengan angiografi Magnetic Resonance Imaging (MRI). Tetapi bila semua
bentuk pengobatan gagal dan kondisi ibu menjadi mengancam nyawa, pengakhiran
kehamilan merupakan pilihan. Verberg melaporkan pilihan pengakhiran kehamilan
kira-kira 2 % pada kehamilan yang terkomplikasi dengan hiperemesis gravidarum.
Namun demikian, Kuscu dan Koyuncu menilai luaran maternal dan neonatal
dari penderita hiperemesis gravidarum yang diteliti pada dua penelitian berbeda yang
melibatkan 193 dan 138 pasien. Dari 193 pasien, 24% membutuhkan perawatan inap
dan satu pasien membutuhkan nutrisi parenteral. Berat lahir, usia kandungan,
kelahiran preterm, skor Apgar, mortalitas perinatal dan kejadian kelainan bawaan
janin tidak berbeda antara pasien hiperemesis dan populasi umum. Dalam studi
lainnya, tidak ada terdeteksi peningkatan risiko keterlambatan pertumbuhan, kelainan
bawaan dan prematuritas. Umumnya hiperemesis gravidarum dapat disembuhkan.
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Namun pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
2.7 Prognosis
Prognosis pada hIperemesis gravidarum biasanya dialami pada minggu 2
sampai minggu ke-12 dari kehamilan. Dengan penanganan yang cepat dan tepat,
hiperemesis jarang menimbulkan bahaya pada ibu dan janin yang dikandungnya.
Bila prognosis baik maka hyperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini
biasanya dapat membatasi diri pada kehamilan.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PERIODE PRENATAL
DI POLI KIA/KB
RS WISMA PRASANTHI
A. PENGKAJIAN
Anak
Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak
ke
Umu
Pe
r Jenis
N Tah Penyul Jen nol Peny Laser Infe Perda P
keha kela BB
o un it is on ulit asi ksi rahan j
mila min
g
n
1 2 16 Mual - - - - - - - - -
0 ming munta
1 gu h
7
Status Obstetrikus :
G1P0A00 UK : 16 minggu
TP : 16 cm
ANC kehamilan ini: pemeriksaan urine di puskesmas rahmat jati
F. Riwayat Penyakit Klien dan Keluarga : klien dan keluarga tidak memiliki riwayat
penyakit sebelumnya
2. Nutrisi/ metabolik
Klien mengalami gangguan dalam pola makan dan minumnya. Klien tidak
nafsu makan ataupun minum serta susah mencium aroma yang
menyengat, karena akan merasakan mual yang tak tertahankan yang
terjadi secara kontinue.
3. Pola eliminasi
Klien mengalami gangguan eleminasi karena kesulitan minum dan makan
yang dialaminya.
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi ROM
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total.
5. Oksigenasi
Klien tidak mengalami gangguan pernapasan.
7. Pola perseptual
Klien sangat senang dengan kehamilannya, namun terganggu dengan rasa
mual dan muntah yang dialaminya.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
GCS : 2 detik
Tingkat kesadaran : komposmentis
Tanda-tanda vital : TD: 100/80 mmHg N: 60 x.menit RR: 22x/menitT: 360C
BB : 55 kg TB : 160 cm LILA : 25 cm
Head to toe:
Kepala Wajah:
Inspeksi : tidak ada lesi, distribusi rambut merata, rambut
lurus dan bersih, warna rambut hitam dan tidak
rontok. Wajah pasien tampak simetris, tidak
terdapat kelainan pada wajah, tidak ada edema,
wajah tampk tidak pucat, serta tidak terdapat lesi.
Palpasi : Pada kepala tidak terdapat nodul atau massa.
Mata:
Inspeksi : konjungtiva tampak pink, tidak anemis, sklera
tampak berwarna putih, ikterus -/-, reflek pupil +/+,
isokor
Palpasi : edema pelpebra -/-
Leher:
Inspeksi : pada leher terdapat hiperpigmentasi, tidak terdapat
infeksi atau lesi pada kulit leher
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
bendungan vena jungularis, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, dan tidak ada deviasi trakea.
Dada:
Payudara
Inspeksi :
Areola : gelap (hiper pigmentasi)
Tanda : (-)
dimpling/retraksi
Putting : Menonjol
Palpasi : tidak terdapat nodul atau massa
Pengeluaran ASI : (-)
Perkusi : tidak terkaji
Jantung:
Inspeksi : tidak ada lesi, ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : tidak teraba massa abnormal di dada,
tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak terkaji
Auskultasi : suara jantung S1 S2 tunggal regular,
murmur (-)
Paru:
Inspeksi : ekspansi dada simetris, bentuk dada
normal chest, ketika bernapas klien tidak
meggunakan otot bantu pernapasan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan di area dada, taktil
fremitus normal, dan tidak ada massa
Perkusi : tidak terkaji
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), wheezing
(-/-), ronchi (-/-)
Abdomen:
Inspeksi
Linea : Nigra
Luka bekas operasi : Tidak ada
Kontraksi : Tidak ada
Striae : Tidak ada
Pembesaran sesuai UK : Ya
Gerakan janin : baik (aktif)
Auskultasi : DJJ: 120x/menit
Palpasi
Leopod I : Di bagian fundus teraba bentuk tidak
spesifik, dua jari diatas sympisis
TFU : 13 cm
Leopod II : Di bagian kanan perut teraba bagian
janin keras, datar, seperti ada tahanan
(punggung)
Di bagian kiri perut teraba bagian kecil
dan berongga janin (ekstremitas)
Leopod III : -
Leopod IV : -
Tafsiran berat badan janin : TFU-12 x 155 = (13-12) x 155= 155
gram
Kontraksi : -
Durasi : -
Perkusi : -
Ekstermitas :
Atas
Oedema : tidak ada
Varises : tidak ada
CRT : 1 detik
Kekuatan otot : 555 555
Tonus : baik
Bawah
Oedema : tidak ada
Varises : tidak ada
CRT : 1 detik
Kekuatan otot : 555 555
Tonus : baik
DATA PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Pemeriksaan darah lengkap (CBC)
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu
suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu
penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap
suatu penyakit. Pemeriksaan ini bagi ibu hamil berguna untuk
mengetahui kadar Hemoglobin darah sehingga dapat memperkirakan
apakah ada tidaknya risiko anemia. Hasil pemeriksaan darah lengkap
Ny. T, Hb : 12 gr/dl (normal)
Pemeriksaan USG :-
Diagnosa medis
Mual muntah
Pengobatan
Pemberian terapi anti mual dan muntah dalam bentuk non farmakologi
seperti aromatherapi serta rekomendasi nutrisi yang tepat.
B. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
Mual
DO:
TD: 100/80 mmHg
N: 60 x/menit
RR: 22x/menit
T: 360C
BB : 55 kg
TB : 160 cm
LILA : 25 cm
DS :
klien mengatakan sempat Kehamilan
Ketidakefektifan Proses
merasa bingung dan takut
Perubahan psikologis Kehamilan dan
dengan kondisi mual
muntah berlebih yang Kurang informasi dan pengetahuan Melahirkan
dialaminya karena
kurangnya pengetahuan Distress psikososial ibu
dan informasi yang Ketidakefektifan proses kehamilan-
didapatkannya melahirkan
DO :
tingkat pendidikan klien
hanya sebatas SD
DS : Kehamilan
Klien mengatakan kurang
Perubahan psikologis
istirahat dan tidur Ansietas
sehingga khawatir akan Krisis situasi
kondisi kehamilannya
Ancaman kehilangan janin
DO : Ansietas
Klien terlihat lelah dan
pucat
A. Diagnosa Keperawatan
1. Mual dan muntah berhubungan dengan distensi lambung dan usus.
2. Ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan berhubungan dengan
distress psikososial ibu.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan fisik kehamilan, takut
kehilangan kehamilan, reaksi emosi karena menjadi hamil, dan
kekhawatiran terhadap keamanan.
C. RENCANA KEPERAWATAN
Kehamilan merupakan suatu keadaan wanita yang memiliki embrio atau fetus
didalam rahimnya yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Proses kehamilan
akan menimbulkan berbagai perubahan pada seluruh sistem tubuh seperti sistem
kardiovaskuler, sistem pernafasan maupun sistem gastrointestinal. Salah satu jenis
adaptasi maternal dapat terjadi pada sistem gastrointestinal dengan gejala kehilangan
selera makan, pengurangan sekresi intestinal, gangguan fungsi liver, absorbsi nutrisi
terganggu.
Pada awal kehamilan, beberapa wanita mengalami mual-mual yang disertai
dengan atau tanpa muntah-muntah (morning sickness) yang dapat terjadi akibat
peningkatan kadar HCG serta gangguan metabolisme karbohidrat. Apabila kondisi
tersebut tidak ditangani sejak awal maka akan berdampak menimbulkan risiko
terjadinya hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum merupakan kondisi mual
muntah berlebih yang dapat menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari.
Untuk mengatasi sejak dini kondisi tersebut yang bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya hiperemesis gravidarum, pilihan alternatif berupa
pengobatan non farmakologi dapat ditempuh, salah satunya dengan mengkonsumsi
wedang jahe. Menurut jurnal hasil penelitian Alyamaniyah dan Mahmudah yang
dilakukan pada tahun 2014 dengan judul Efektivitas Pemberian Wedang Jahe
(Zingiber Officinale Var. Rubrum) Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum Pada
Trimester Pertama, didapatkan hasil bahwa dengan melakukan pengkonsumsian
wedang jahe tersebut perbedaan yang signifikan frekuensi emesis gravidarum ibu
hamil sebelum dan sesudah diberi wedang jahe pada kelompok eksperimen dengan
nilai p = 0,000.
BAB V
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TUJUAN
g. SASARAN PENYULUHAN
Ibu hamil trimester I di Banjar Abasan Dauh Puri, Denpasar.
E. STRATEGI PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan kegiatan akan dilakukan selama 55 menit dengan sasaran
Ibu hamil trimester I di Banjar Abasan Dauh Puri, Denpasar.
Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
mengerti. diberikan.
Penyaji membuka
sesi tanya jawab
(diskusi).
Penyaji menjawab
pertanyaan sasaran.
F. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah.
2. Diskusi.
3. Demonstrasi.
H. SETTING TEMPAT
Bentuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan adalah bentuk U yang disertai oleh
moderator, observer, notulen, penyaji, peserta dan fasilitator.
Keterangan gambar
1. : Penyaji 4. = Observer
2. : Peserta 5. = Fasilitator
3. : Moderator
I. PENGORGANISASIAN
J. KRITERIA EVALUASI
a) Evaluasi Struktur
1. Persiapan Media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan
siap digunakan. Media yang akan digunakan adalah power point dan
leaflet.
2. Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam penyuluhan sudah siap dipakai. Alat yang
dipakai yaitu laptop, LCD, mikrofon dan sound system.
3. Persiapan Materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan dalam
bentuk makalah dan akan disajikan dalam bentuk power point serta
leaflet yang akan dibagikan diakhir kegiatan untuk mempermudah
sasaran memahami materi.
b) Evaluasi Proses
1. Kehadiran 65% para Ibu hamil trimester I di Banjar Abasan Dauh Puri,
Denpasar.
2. 70% peserta aktif mendengarkan materi yang disampaikan.
3. Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara
penyuluh dan peserta.
4. Peserta yang hadir diharapkan tidak ada yang meninggalkan tempat
penyuluhan sebelum seluruh rangkaian kegiatan penyuluhan berakhir.
5. 35% peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan.
c) Evaluasi hasil
60% Sasaran yaitu para ibu hamil trimester I di Banjar Abasan Dauh Puri,
Denpasar, mampu menjelaskan:
1. Pengertian hiperemesis gravidarum.
2. Faktor-faktor penyebab dari hiperemesis gravidarum.
3. Dampak yang ditimbulkan dari hiperemesis gravidarum.
4. Penanganan secara umum dari hiperemesis gravidarum.
5. Penanganaan secara khusus dengan intervensi pemberian wedang jahe
untuk mencegah hiperemesis gravidarum.
6. Sasaran mampu mendemonstrasikan kembali pembuatan wedang jahe
untuk mencegah hiperemesis gravidarum.
LAMPIRAN MATERI
Wedang Jahe
Bahan : Jahe 500 mg, air 200 ml, gula
Alat : parutan, pisau, panci, gelas, sendok
Cara Pembuatan :
1. Kupas jahe 500 mg dan cucilah hingga bersih
2. Parutlah jahe yang sudah dikupas hingga halus
3. Rebus air 200 ml hingga mendidih
4. Masukkan parutan jahe tadi kedalam air yang sudah mendidih
5. Tunggu selama 15 menit hingga warnanya berubah menjadi kuning
kecoklatan, sambil diaduk sesekali
6. Kemudian tuang air rebusan jahe tadi pada gelas, bila senang manis bisa
bubuhkan gula secukupnya
PERHATIAN :
- Pada wanita hamil tidak dianjurkan untuk mengonsumsi jahe terlalu
banyak karena dapat meningkatkan rangsangan pada uterus (rahim).
- Wanita yang pernah mengalami keguguran juga tidak dianjurkan untuk
mengonsumsi segala macam jenis jahe.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka