Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang
Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan Pembangunan
Millenium (MDGs), tepatnya pada tujuan pembangunan nomor 4 dan 5 yaitu
menurunkan Angka Kematian Anak dan Meningkatkan Kesehatan Ibu (Arsita, 2012).
Namun, menurut data WHO pada tahun 2012, sebanyak 585.000 perempuan
meninggal saat hamil atau persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di
negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100
ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara
maju dan 51 negara persemakmuran.
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu
hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung pada
tempat atau usia kehamilan. Kematian ibu ini dibagi menjadi kematian langsung dan
kematian tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah ini sebagai akibat komplikasi
kehamilan, persalinan, nifas, dan segala intervensi atau penangannya tidak tepat dari
komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung sebagai akibat penyakit yang sudah
ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan.Di negara-negara berkembang
sebagian besar penyebab ini adalah perdarahan, infeksi dan abortus atau penyebab
lainnya seperti di sebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada
sebelum kehamilan atau persalinan, misalanya hipertensi, penyakit jantung, diabetes
melitus, anemia, malaria dan termasuk hiperemesis gravidarum yang memperberat
kehamilan sehingga kehamilan dapat mengalami komplikasi.
Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang
beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di Indonesia, 0,3% dari seluruh
kehamilan di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di
Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9 di Turki. Di Amerika Serikat, prevalensi
hiperemesis gravidarum adalah 0,5-2%. Literatur juga menyebutkan bahwa
perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum secara umum adalah 4:1000
kehamilan (Runiari, 2010). Untuk di Negara Indonesia, prevalensi hiperemesis
gravidarum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009)
dalam Sumardi (2016), menjelaskan bahwa lebih dari 80% wanita hamil di Indonesia
mengalami mual dan muntah berlebihan. Menurut Vikanes, et al (2013) dalam
Sumardi (2016), insidensi terjadinya kasus hiperemesis gravidarum sebesar 0,8
sampai 3,2% dari seluruh kehamilan atau sekitar 8 sampai 32 kasus per 1000
kehamilan di Negara Norwegia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Savira
(2014) dalam Sumardi (2016) data yang di dapatkan di Rumah Sakit Umum Daerah
Panembahan Senopati Bantul periode 1 Januari 2011 sampai 30 November 2013,
terdapat 5683 ibu hamil dan yang mengalami Hiperemesis Gravidarum sebanyak 120
(2,1%) ibu hamil atau sekitar 21 kasus per 1000 kehamilan, 101 (84,2%) diantaranya
harus dirawat di Rumah Sakit karena kejadian hiperemesis gravidarum. Selain itu
berdasarkan data Profil Kesehatan Jawa Timur kejadian hiperemesis gravidarum di
Jawa Timur sebesar 412.188 atau 70% dari 594.265 jumlah kehamilan di Jawa Timur
dan berdasarkan profil Kesehatan Propinsi Lampung tahun 2012 hiperemesis
gravidarum mencapai 10-15% dari jumlah ibu hamil yang ada yaitu sebanyak
182.815 orang (Dinkes Lampung, 2012)
Hiperemesis gravidarum ditandai dengan gejala mual dan muntah persisten
hingga menyebabkan penurunan berat badan hingga lebih dari 5% berat badan
sebelum hamil dan mengganggu aktivitas. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis
menentukan berat ringannya penyakit. Penanganan hiperemesis gravidarum
didasarkan pada berat ringannya gejala dan ada tidaknya faktor penyulit yang
memperberat keluhan pasien. Hiperemesis gravidarum tetap merupakan penyebab
morbiditas yang serius dengan komplikasi seperti central pontine myelinolisis,
ensefalopati, cedera esofagus, pertumbuhan janin terganggu bahkan kematian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hiperemesis gravidarum?
2. Apa saja faktor faktor yang dapat menyebabkan seorang ibu hamil
mengalami hiperemesis gravidarum?
3. Apa saja gejala-gejala timbulnya hiperemesis gravidarum?
4. Bagaimana patofisiologis dari hiperemesis gravidarum?
5. Apa saja penatalaksaan untuk hiperemesis gravidarum?
6. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan dari hiperemesis gravidarum?
7. Bagaimana prognosis dari hiperemesis gravidarum?
8. Bagaimana cara pencegahan dari terjadinya hiperemesis gravidarum ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan dalam menangani hiperemesis gravidarum?
10. Bagaimana satuan acara penyuluhan terkait dengan hiperemesis gravidarum?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari hiperemesis gravidarum
2. Untuk mengetahui apa saja faktor faktor yang dapat menyebabkan seorang
ibu hamil mengalami hiperemesis gravidarum
3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari timbulnya hiperemesis gravidarum
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologis dari hiperemesis gravidarum
5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksaan untuk hiperemesis gravidarum
6. Untuk mengetahui komplikasi yang dapat ditimbulkan dari hiperemesis
gravidarum
7. Untuk mengetahui prognosis dari hiperemesis gravidarum
8. Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya hiperemesis gravidarum
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat dalam menangani
hiperemesis gravidarum
10. Untuk mengetahui satuan acara penyuluhan terkait dengan hiperemesis
gravidarum

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu:
1.3.1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa khususnya mahasiswa kesehatan dapat menjadikan tulisan ini
sebagai sumber referensi dalam mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan
dengan kondisi hiperemesis gravidarum pada ibu hamil.
1.3.2. Bagi Praktik Keperawatan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam
praktik keperawatan maternitas serta penanganan secara non farmakologi
khususnya untuk mengatasi hiperemesis gravidarum pada ibu hamil.
1.3.3. Bagi Penulis
Memberikan manfaat bagi penulis dalam memperkaya pengalaman dan
wawasan penulis mengenai kasus-kasus yang sering terjadi di lapangan
terutama pada keperawatan maternitas. Penulis juga dapat melatih
kemampuan menyusun asuhan keperawatan maternitas dengan kasus
hiperemesis gravidarum.

BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Definisi
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk.
(Prawirohardjo, 2009).
Hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual dan untah yang berlebihan
sehingga mengganggu aktivitas ibu hamil. Hiperemisis gravidarum sering terjadi
pada awal kehamilan antara umur kehamilan 8-12 minggu. Hiperemesis gravidarum
apabila tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi bahkan kematian
ibu dan janin. Prevalensi hiperemisis gravidarum anatara 1-3% atau kasus per 1000
ke hamilan (Runiari 2010).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa hamil
karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama kehamilan
trimester pertama (Varney,2006).
Jadi dapat disimpulkan hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual dan
muntah berlebih pada ibu hamil yang dapat mengganggu ibu dan bila tidak ditangani
akan berdampak buruk pada ibu dan janin.

2.2 Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan pada 1.301 kasus hiperemesis gravidarum di Canada
diketahui beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum
diantaranya komplikasi dari kelainan hipertiroid, gangguan psikiatri, kelainan
gastrointestinal, dan diabetes pregestasional. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini
disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia.
Menurut Mochtar, R. (1998) beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang
telah ditemukan adalah sebagai berikut:
1. Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola hidatidosa
dan kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan dimana hormon
khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialisdalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibathamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan
tersebut.
3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologis
Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri,rumah tangga yang
retak,kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu,tidak siap untuk menerima kehamilan
memegang peranan yang cukup penting dalam menimbulkan hiperemesis
gravidarum.

2.3 Tanda dan Gejala


Gejala-gejala Hiperemesis Gravidarum, menurut berat ringannya dapat dibagi
kedalam 3 (tiga) tingkatan.
a) Tingkatan I
Mual terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri
pada epigastrium, nadi meningkat sekitar 100/menit, tekanan darah sistolik
menurun,turgor kulit mengurang, lidang mengering dan mata cekung.
b) Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lemah
mengurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu
kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris, berat badan turun dan mata
menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi.
Aseton tercium dalam hawa pernafasan karena memiliki aroma yang khas
dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

c) Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah keadaan umum lebih parah,
muntah henti,kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan
cepat, suhu meningkat tensi menurun, komplikasi fatal terjadi pada susunan
syaraf yang dikenal sebagai ensefalopati werniele, dengan gejala: nistagmus,
dipolpia dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan
zat makanan,termasuk vitamin B kompleks, timbulnya ikterus menunjukkan
adanya payah hati.
Jika ibu hamil memiliki masalah atau gangguan kesehatan dengan Hiperemesis
Gravidarum dapat menyebabkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi

robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-


Weiss) dengan akibat perdarahan gastro intestinal.
b. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurnaterjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton
asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah

c. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah


menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan khlorida darah dan khlorida air kemih turun.
Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah
ke jaringan berkurang.

d. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya


ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntahmuntah lebih banyak,
dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.

2.4 Patofisiologi
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya
bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah
merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu
detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik.
Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis
menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang
lebih tinggi pada sereberal, dari chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area
postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum.
Beberapa signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah
melalui nukleus traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral
daerah formasi retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan
pusat pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah
dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan
melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen.
Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih
kontroversial. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam aseton asetik, asam
hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan akibat muntah akan menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra
vaskuler dan plasma akan berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian
juga dengan klorida urine. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehigga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan
oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan
kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal,
meningkatkan frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehigga
memperberat keadaan penderita

2.5 Pengobatan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh
hangat.Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.Makanan
dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
a) Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital.Vitamin yang
dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan
antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin.Anti
histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin.
b) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam.
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang
tanpa pengobatan.
c) Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
d) Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per
hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B
kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula
asam amino secara intra vena.
e) Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan
memburuk.Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik.Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai
terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
f) Diet
1) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak
diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini
kurang dalam semua zat zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya
diberikan selama beberapa hari.
2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan.Makanan ini rendah dalam
semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
3) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama
makanan.Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.
2.6 Komplikasi
Pada mual dan muntah yang parah, lama dan serig dapat menyebabkan tubuh
mengalami defisensi 2 vitamin penting yaitu thiamin dan vitamin K. Pada defisiensi
thiamin, dapat terjadi Wernicke encephalopathy, yaitu suatu keadaan gangguan sistem
saraf pusat yang ditandai dengan pusing, gangguan penglihatan,ataxia dan nistagmus.
Penyakit ini dapat berkembang semakin parah dan menyebabkan kebutaan, kejang
dan koma. Pada defisiensi vitamin K, terjadi gangguan koagulasi darah dan juga
disertai dengan epistaksis.
Baik komplikasi yang relatif ringan maupun berat bisa disebabkan karena
hiperemesis gravidarum. Kehilangan berat badan, dehidrasi, acidosis akibat dari gizi
buruk, alkalosis akibat dari muntah-muntah, hipokalemia, kelemahan otot, kelainan
elektrokardiografi dan gangguan psikologis dapat terjadi. Komplikasi yang
mengancam nyawa meliputi ruptur esofagus yang disebabkan muntah-muntah berat,
Wernicke's encephalopathy (diplopia, nystagmus, disorientasi, kejang, coma),
perdarahan retina, kerusakan ginjal, pneumomediastinum spontan, IUGR dan
kematian janin. Pasien dengan hiperemesis gravidarum pernah dilaporkan mengalami
epistaxis pada minggu ke-15 kehamilan karena intake vitamin K yang tidak adekuat
yang disebabkan emesis berat dan ketidakmampuannya mentoleransi makanan padat
dan cairan. Dengan penggantian vitamin K, parameter-parameter koagulasi kembali
normal dan penyakit sembuh. Vasospasme arteri cerebral yang terkait dengan
hiperemesis gravidarum juga ada dilaporkan pada beberapa pasien. Vasospasme
didiagnosa dengan angiografi Magnetic Resonance Imaging (MRI). Tetapi bila semua
bentuk pengobatan gagal dan kondisi ibu menjadi mengancam nyawa, pengakhiran
kehamilan merupakan pilihan. Verberg melaporkan pilihan pengakhiran kehamilan
kira-kira 2 % pada kehamilan yang terkomplikasi dengan hiperemesis gravidarum.
Namun demikian, Kuscu dan Koyuncu menilai luaran maternal dan neonatal
dari penderita hiperemesis gravidarum yang diteliti pada dua penelitian berbeda yang
melibatkan 193 dan 138 pasien. Dari 193 pasien, 24% membutuhkan perawatan inap
dan satu pasien membutuhkan nutrisi parenteral. Berat lahir, usia kandungan,
kelahiran preterm, skor Apgar, mortalitas perinatal dan kejadian kelainan bawaan
janin tidak berbeda antara pasien hiperemesis dan populasi umum. Dalam studi
lainnya, tidak ada terdeteksi peningkatan risiko keterlambatan pertumbuhan, kelainan
bawaan dan prematuritas. Umumnya hiperemesis gravidarum dapat disembuhkan.
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Namun pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

2.7 Prognosis
Prognosis pada hIperemesis gravidarum biasanya dialami pada minggu 2
sampai minggu ke-12 dari kehamilan. Dengan penanganan yang cepat dan tepat,
hiperemesis jarang menimbulkan bahaya pada ibu dan janin yang dikandungnya.
Bila prognosis baik maka hyperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini
biasanya dapat membatasi diri pada kehamilan.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN M ATERNITAS

PERIODE PRENATAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A

DENGAN G1P000 DISERTAI HIPEREMESIS GRAVIDARUM

DI POLI KIA/KB

RS WISMA PRASANTHI

TANGGAL 13 FEBRUARI 2017

A. PENGKAJIAN

I. IDENTITAS PASIEN PENANGGUNG/ SUAMI


Nama : Ny. A Nama : Tn. B
Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang Pekerjaan : Pegawai Bank
Status perkawinan : Menikah Alamat : Denpasar
Agama : Hindu
Suku : Bali
Alamat : Denpasar
No. CM : 101
Tanggal MRS : 13 Februari 2017
Tanggal pengkajian : 13 Februari 2017
Sumber informasi : Pasien dan Suami

II. ALASAN KUNJUNGAN


Keluhan Utama/ alasan ke poli adalah karena adanya mual muntah berlebih yang
dirasakan oleh klien selama masa kehamilannya.

III.RIWAYAT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


A. Riwayat Menstruasi :

Menarche : umur 14 tahun Siklus : teratur (v ) tidak ( )


Banyaknya : empat kali ganti pembalut Lamanya: 5 hari/siklus
Keluhan : nyeri menstruasi biasa
HPHT : 1 November 2016
B. Riwayat pernikahan :

Menikah : 1 kali Lama : 2 tahun


C. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :

Anak
Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak
ke
Umu
Pe
r Jenis
N Tah Penyul Jen nol Peny Laser Infe Perda P
keha kela BB
o un it is on ulit asi ksi rahan j
mila min
g
n
1 2 16 Mual - - - - - - - - -
0 ming munta
1 gu h
7

D. Riwayat Kehamilan Saat ini:

Status Obstetrikus :
G1P0A00 UK : 16 minggu
TP : 16 cm
ANC kehamilan ini: pemeriksaan urine di puskesmas rahmat jati

E. Riwayat Keluarga Berencana :

Akseptor KB : jenis - Lama : -


Masalah :-
(tuliskan riwayat penggunaan kontrasepsi)

F. Riwayat Penyakit Klien dan Keluarga : klien dan keluarga tidak memiliki riwayat
penyakit sebelumnya

IV. POLA FUNGSIONAL KESEHATAN


1. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Klien memang merencanakan kehamilannya, dimana pada pemeriksaan
pertama untuk mengetahui positif hamil dilakukan di puskesmas setempat.
Ketika klien mengalami mual muntah yang berlebih klien merasa
kebingungan tentang bagaimana cara mengatasi hal tersebut sehingga
memutuskan untuk memeriksakan ke tenaga kesehatan.

2. Nutrisi/ metabolik
Klien mengalami gangguan dalam pola makan dan minumnya. Klien tidak
nafsu makan ataupun minum serta susah mencium aroma yang
menyengat, karena akan merasakan mual yang tak tertahankan yang
terjadi secara kontinue.

3. Pola eliminasi
Klien mengalami gangguan eleminasi karena kesulitan minum dan makan
yang dialaminya.

4. Pola aktivitas dan latihan


Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri

Makan/minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilisasi di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi ROM

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total.

5. Oksigenasi
Klien tidak mengalami gangguan pernapasan.

6. Pola tidur dan istirahat


Klien merasa terganggu saat istirahat maupun tidur akibat rasa mual yang
dialaminya, sehingga sering merasa cemas akan kondisi kehamilannya.

7. Pola perseptual
Klien sangat senang dengan kehamilannya, namun terganggu dengan rasa
mual dan muntah yang dialaminya.

8. Pola persepsi diri


Klien sudah tidak sabar menantikan perutnya membasar dan merasakan
persalinan

9. Pola seksual dan reproduksi


Setelah mengetahui bahwa klien positif hamil, klien tidak lagi melakukan
hubungan seksual secara intim hanya pelukan saja.

10. Pola peran-hubungan


Klien tidak dapat menjalankan perannya sebagai pedagang karena tidak
kuat menghirup aroma yang menyebabkan mual.

11. Pola manajemen koping stress


Klien selalu menceritakan keluhan yang dialaminya kepada suami dan
mertuanya

12. Sistem nilai dan keyakinan


Klien masih tetap melaksanakan kewajibannya seperti sembahyang
ataupun beryadnya

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:

GCS : 2 detik
Tingkat kesadaran : komposmentis
Tanda-tanda vital : TD: 100/80 mmHg N: 60 x.menit RR: 22x/menitT: 360C
BB : 55 kg TB : 160 cm LILA : 25 cm

Head to toe:
Kepala Wajah:
Inspeksi : tidak ada lesi, distribusi rambut merata, rambut
lurus dan bersih, warna rambut hitam dan tidak
rontok. Wajah pasien tampak simetris, tidak
terdapat kelainan pada wajah, tidak ada edema,
wajah tampk tidak pucat, serta tidak terdapat lesi.
Palpasi : Pada kepala tidak terdapat nodul atau massa.
Mata:
Inspeksi : konjungtiva tampak pink, tidak anemis, sklera
tampak berwarna putih, ikterus -/-, reflek pupil +/+,
isokor
Palpasi : edema pelpebra -/-

Leher:
Inspeksi : pada leher terdapat hiperpigmentasi, tidak terdapat
infeksi atau lesi pada kulit leher
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
bendungan vena jungularis, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, dan tidak ada deviasi trakea.

Dada:
Payudara
Inspeksi :
Areola : gelap (hiper pigmentasi)
Tanda : (-)
dimpling/retraksi
Putting : Menonjol
Palpasi : tidak terdapat nodul atau massa
Pengeluaran ASI : (-)
Perkusi : tidak terkaji

Jantung:
Inspeksi : tidak ada lesi, ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : tidak teraba massa abnormal di dada,
tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak terkaji
Auskultasi : suara jantung S1 S2 tunggal regular,
murmur (-)

Paru:
Inspeksi : ekspansi dada simetris, bentuk dada
normal chest, ketika bernapas klien tidak
meggunakan otot bantu pernapasan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan di area dada, taktil
fremitus normal, dan tidak ada massa
Perkusi : tidak terkaji
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), wheezing
(-/-), ronchi (-/-)

Abdomen:
Inspeksi
Linea : Nigra
Luka bekas operasi : Tidak ada
Kontraksi : Tidak ada
Striae : Tidak ada
Pembesaran sesuai UK : Ya
Gerakan janin : baik (aktif)
Auskultasi : DJJ: 120x/menit
Palpasi
Leopod I : Di bagian fundus teraba bentuk tidak
spesifik, dua jari diatas sympisis
TFU : 13 cm
Leopod II : Di bagian kanan perut teraba bagian
janin keras, datar, seperti ada tahanan
(punggung)
Di bagian kiri perut teraba bagian kecil
dan berongga janin (ekstremitas)
Leopod III : -
Leopod IV : -
Tafsiran berat badan janin : TFU-12 x 155 = (13-12) x 155= 155
gram
Kontraksi : -
Durasi : -
Perkusi : -

Genitalia dan perineum:


Kebersihan : genitalia dan perineum bersih
Bloddy show : -
VT : -
Anus :
Hemoroid : Tidak ada

Ekstermitas :
Atas
Oedema : tidak ada
Varises : tidak ada
CRT : 1 detik
Kekuatan otot : 555 555
Tonus : baik
Bawah
Oedema : tidak ada
Varises : tidak ada
CRT : 1 detik
Kekuatan otot : 555 555
Tonus : baik

DATA PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Pemeriksaan darah lengkap (CBC)
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu
suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu
penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap
suatu penyakit. Pemeriksaan ini bagi ibu hamil berguna untuk
mengetahui kadar Hemoglobin darah sehingga dapat memperkirakan
apakah ada tidaknya risiko anemia. Hasil pemeriksaan darah lengkap
Ny. T, Hb : 12 gr/dl (normal)
Pemeriksaan USG :-
Diagnosa medis
Mual muntah
Pengobatan
Pemberian terapi anti mual dan muntah dalam bentuk non farmakologi
seperti aromatherapi serta rekomendasi nutrisi yang tepat.

B. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH

DS: Kehamilan Mual muntah


Klien mengatakan tidak
tahan mencium bau Perubahan fisiologis
menyengat karena akan Terjadi peningkatan hormon HcG,
menimbulkan sensasi progestron dan estrogen
mual yang tidak
tertahankan Distensi asam lambung dan usus

Mual
DO:
TD: 100/80 mmHg
N: 60 x/menit
RR: 22x/menit
T: 360C
BB : 55 kg
TB : 160 cm
LILA : 25 cm

Klien terlihat lemas serta


mengalami sensasi mual
selama menjalani
pemeriksaan.

DS :
klien mengatakan sempat Kehamilan
Ketidakefektifan Proses
merasa bingung dan takut
Perubahan psikologis Kehamilan dan
dengan kondisi mual
muntah berlebih yang Kurang informasi dan pengetahuan Melahirkan
dialaminya karena
kurangnya pengetahuan Distress psikososial ibu
dan informasi yang Ketidakefektifan proses kehamilan-
didapatkannya melahirkan

DO :
tingkat pendidikan klien
hanya sebatas SD

DS : Kehamilan
Klien mengatakan kurang
Perubahan psikologis
istirahat dan tidur Ansietas
sehingga khawatir akan Krisis situasi
kondisi kehamilannya
Ancaman kehilangan janin
DO : Ansietas
Klien terlihat lelah dan
pucat

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas:

A. Diagnosa Keperawatan
1. Mual dan muntah berhubungan dengan distensi lambung dan usus.
2. Ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan berhubungan dengan
distress psikososial ibu.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan fisik kehamilan, takut
kehilangan kehamilan, reaksi emosi karena menjadi hamil, dan
kekhawatiran terhadap keamanan.

C. RENCANA KEPERAWATAN

Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Mual dan Muntah NOC: NIC:
1) Selera makan; keinginan untuk
makan ketika dalam keadaan sakit Manajemen mual
atau sedang menjalani pengobatan.
Intervensi:
2) Tingkat kenyamanan; derajat
1) Pantau gejala subjektif mual
persepsi yang positif tentang
pada pasien
kenyamanan fisik dan psikologis 2) Pantau warna, berat jenis dan
3) Hidrasi; keadekuatan cairan yang jumlah urin
adekuat dalam kompartemen intrasel 3) Kaji penyebab mual
dan ekstrasel tubuh Pemantauan nutrisi
4) Pengendalian mual-muntah; Intervensi:
tindakan individu untuk
mengendalikan mual dan muntah 1) Pantau kecendrungan
peningkatan atau penurunan
5) Keparahan mual dan muntah; berat badan
keparagan mual, rasa ingin terus
menerus muntah 2) Pantau adanya kulit kering dan
pecah-pecah yang disertai
6) Status nutrisi; asupan makanan dan depigmentasi
cairan; jumlah makanan dan cairan
yang masuk ke dalam tubuh dalam 3) Pantau turgor kulit jika
24 jam diperlukan

Kriteria Hasil: 4) Pantau adanya pembengkakan


atau pelunakan, penyusutan
1) Mual akan berkurang yang dan peningkatan perdarahan
dibuktikan oleh selera makan, pada gusi
tingkat kenyamanan, hidrasi,
pengendalian mual dan muntah: 5) Pantau asupan kalori dan
keperahan mual dan muntah dan makanan
status nutrisi yang adekuat Manajemen cairan
2) Pasien akan terbebas dari rasa mual Intervensi:
dan muntah
1) Pertahankan catatan intake dan
3) Pasien akan mengidentifikasi dan outpun yang akurat
melakukan tindakan yang dapat 2) Monitor status hidrasi
menurunkan rasa mual dan muntah 3) Monitor vital sign
4) Monitor masukan makanan
atau cairan dan hitung intake
kalori harian
5) Lakukan terapi IV
6) Monitor status nutrisi
7) Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
8) Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
9) Atur kemungkinan transfuse
10) Persiapan untuk transfuse
Ketidakefektifan NOC: NIC:
proses kehamilan- Pengetahuan dalam kehamilan; Perawatan Kehamilan;
melahirkan mengetahui promosi dan pencegahan penyediaan pelayanan kesehatan
yang terjadi pada proses kehamilan selama kehamilan.
Kriteria hasil: Intervensi:
1) Mengetahui pentingnya pengetahuan 1) Mendiskusikan pentingnya
tentang kehamilan berpartisipasi dalam perawatan
2) Mengetahui kewaspadaan terhadap prenatal sepanjang
komplikasi kehamilan kehamilan,serta mendorong
keterlibatan mitra pasien
3) Dapat mengontrol perubahan keluarga lainnya
psikologis terhadap kehamilan 2) Monitor status psikososial
4) Meningkatkan kenyamanan klien dan kerabat pasien
3) Monitor factor resiko dan
perawatan diri saat kehamilan
status kesehatan yang
mepengaruhi pasien dan janin
4) Intruksikan pasien untuk tidak
rutin test dan treatment (non-
stress test, biopisikal profile)

Ansietas NOC: NIC:

1) Tingkat ansietas; keparahan Penurunan kecemasan


manifestasi kekhawatiran,
ketegangan atau perasaan tidak Intervensi:
tenang yang muncul dari sumber 1) Gunakan pendekatan yang
yang tidak dapat diidentifikasi tenang dan meyakinkan
2) Pengendalian diri terhadap 2) Dorong pasien untuk
ansietas; tindakan professional mengekspresikan kemarahan,
untuk menghilangkan atau serta izinkan pasien untuk
mengurangi perasaan khawatir, menangis
tegang atau perasaan tidak tenang
3) Nyatakan dengan jelas tentang
akibat sumber yang tidak dapat
harapan tentang perilaku
diidentifikasi
pasien
3) Konsentrasi; kemampuan untuk
4) Damping pasien untuk
focus pada stimulasi tertentu
meningkatkan keamanan
4) Koping; tindakan personal untuk dengan mengurangi rasa takut
mengatasi stressor yang membebani
5) Berikan pijatan punggung, dan
sumber-sumber individu
pijatan leher bila perlu
6) Jaga peralatan perawatan jauh
Kriteria Hasil: dari pasien
1) Ansietas berkurang, dibuktikan 7) Bantu pasien untuk
dengan menunjukan pengendalian mengidentifikasikan situasi
diri terhadap ansietas dan koping yang mencetuskan ansietas
2) Menunjukan pengendalian diri 8) Sarankan terapi alternative
terhadap ansietas, yang dibuktikan untuk mengurangi ansietas
oleh indikator berikut: yang dapat diterima oleh
merencanakan strategi untuk situasi pasien
penuh tekanan,
9) Sediakan lingkungan yang
mempertahankanperforma peran,
tenang dan batasi kontak
memantau distorsi persepsi,
dengan orang lain
memantau manifestasi perilaku
ansietas, menggunakan teknik
relaksasi untuk meredakan ansietas
BAB IV
ANALISIS JURNAL

Kehamilan merupakan suatu keadaan wanita yang memiliki embrio atau fetus
didalam rahimnya yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Proses kehamilan
akan menimbulkan berbagai perubahan pada seluruh sistem tubuh seperti sistem
kardiovaskuler, sistem pernafasan maupun sistem gastrointestinal. Salah satu jenis
adaptasi maternal dapat terjadi pada sistem gastrointestinal dengan gejala kehilangan
selera makan, pengurangan sekresi intestinal, gangguan fungsi liver, absorbsi nutrisi
terganggu.
Pada awal kehamilan, beberapa wanita mengalami mual-mual yang disertai
dengan atau tanpa muntah-muntah (morning sickness) yang dapat terjadi akibat
peningkatan kadar HCG serta gangguan metabolisme karbohidrat. Apabila kondisi
tersebut tidak ditangani sejak awal maka akan berdampak menimbulkan risiko
terjadinya hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum merupakan kondisi mual
muntah berlebih yang dapat menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari.
Untuk mengatasi sejak dini kondisi tersebut yang bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya hiperemesis gravidarum, pilihan alternatif berupa
pengobatan non farmakologi dapat ditempuh, salah satunya dengan mengkonsumsi
wedang jahe. Menurut jurnal hasil penelitian Alyamaniyah dan Mahmudah yang
dilakukan pada tahun 2014 dengan judul Efektivitas Pemberian Wedang Jahe
(Zingiber Officinale Var. Rubrum) Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum Pada
Trimester Pertama, didapatkan hasil bahwa dengan melakukan pengkonsumsian
wedang jahe tersebut perbedaan yang signifikan frekuensi emesis gravidarum ibu
hamil sebelum dan sesudah diberi wedang jahe pada kelompok eksperimen dengan
nilai p = 0,000.

BAB V
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Promosi Kesehatan pada Ibu Hamil


Judul : Upaya Pencegahan Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil
Trimester I dengan Pemberian Wedang Jahe
Sasaran : Ibu hamil trimester I di Banjar Abasan Dauh Puri, Denpasar
Hari/Tanggal : Senin, 13 Februari 2016
Waktu : 55 menit
Tempat : Balai Banjar Abasan Dauh Puri, Denpasar
Penyuluh : SGD 1 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Udayana
Sub Topik : 1. Pengertian hiperemesis gravidarum
2. Faktor-faktor penyebab dari hiperemesis gravidarum
3. Dampak yang ditimbulkan dari hiperemesis gravidarum
4. Penanganan secara umum dari hiperemesis gravidarum
5. Penanganaan secara khusus dengan intervensi wedang jahe
untuk mencegah hiperemesis gravidarum.
6. Demonstrasi pembuatan wedang jahe untuk mencegah
hiperemesis gravidarum gravidarum
A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan tolak ukur untuk menilai
keadaan pelayanan obstetri di suatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti sistem
pelayananobstetri masih buruk, sehingga perlu perbaikan. Saat ini AKI di Indonesia
masih sangat tinggi, hal ini terbukti dengan hasil Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) Tahun 2012, AKI rata-rata 359 per 100.000 kelahiran.(BKKBN,
2013).
Kehamilan adalah salah satu kejadian yang diinginkan oleh pasangan suami
istri, mulai awal kehamilan sudah dilakukan persiapan menyambut kelahiran bayi.
Saat ini ibu hamil sudah mengerti cara menjaga kondisi tubuh demi kelancaran
kehamilan dan perkembangan janin dalam kandungan. Pada setiap kehamilan
terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita khususnya pada alat genetalia eksterna
dan interna, serta pada payudara. Dalam hal ini hormon estrogen, dan progesteron
mempunyai peranan penting terhadap beberapa perubahan yang terjadi pada ibu
hamil. Perubahan karena hormon estrogen pada kehamilan akan mengakibatkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa mual dan
muntah. Selain hormon estrogen, diduga pengeluaran Human Chorionic
Gonadotropine (HCG) dalam serum dari plasenta juga menyebabkan mual muntah
(Wiknjosastro, 2009).
Mual muntah ini pada umumnya berkaitan erat dengan mengidam tidak suka
atau sangat suka sesuatu yang sangat berlebihan. Hasil laporan menunjukkan bahwa
hampir 50 - 90% wanita hamil mual muntah terjadi pada trimester pertama (3 bulan
pertama kehamilan). Keadaan ini akan membaik pada usia kehamilan 12-16 minggu.
Sebanyak 90% ibu mengalami mual selama masa kehamilan, dan sekitar setengahnya
disertai muntah. Emesis gravidarum atau nama lainnya nausea gravidarum (NVP),
atau lebih dikenal dengan istilah morning sickness yaitu mual muntah yang terjadi
pada pagi hari, tapi yang sebenarnya tidak hanya terjadi pada pagi hari saja, bahkan
rasa mual tersebut terjadi di sepanjang hari (Maulana,2008). Keadaan ini terjadi pada
sekitar 60-80% primigravida dan 40-60% terjadi pada multigravida. Pada umumnya
wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian dapat
berlangsung berbulan-bulan. Keluhan ini merupakan hal yang fisiologis akan tetapi
bila tidak segera diatasi akan menjadi hal yang patologis sehingga akan menimbulkan
gangguan pada kehamilan salah satunya akan berkembang menjadi hiperemesis
gravidarum (Wiknjosastro, 2009).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. Untuk di
Negara Indonesia, prevalensi hiperemesis gravidarum yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) dalam Sumardi (2016),
menjelaskan bahwa lebih dari 80% wanita hamil di Indonesia mengalami mual dan
muntah berlebihan. Menurut Vikanes, et al (2013) dalam Sumardi (2016), insidensi
terjadinya kasus hiperemesis gravidarum sebesar 0,8 sampai 3,2% dari seluruh
kehamilan atau sekitar 8 sampai 32 kasus per 1000 kehamilan di Negara Norwegia.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Savira (2014) dalam Sumardi (2016) data
yang di dapatkan di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
periode 1 Januari 2011 sampai 30 November 2013, terdapat 5683 ibu hamil dan yang
mengalami Hiperemesis Gravidarum sebanyak 120 (2,1%) ibu hamil atau sekitar 21
kasus per 1000 kehamilan, 101 (84,2%) diantaranya harus dirawat di Rumah Sakit
karena kejadian hiperemesis gravidarum.
Penanganan mual bisa dilakukan dengan beberapa cara. Ketersediaan obat-
obatan sebagai upaya penanganan juga bisa didapatkan dengan mudah. Namun obat-
obatan tersebut berpotensi untuk memberikan efek teratogenik selama masa
pertumbuhan janin pada awal kehamilan. Oleh karena itu banyak dari wanita hamil
mulai mencari alternatif penanganan yang lain salah satunya melalui pengobatan
alternatif ataupun tradisional. Literatur menyebutkan bahwa tanaman herbal yang bisa
mengurangi mual muntah adalah jahe, kamomil, daun rasberi dan papermint
(Wilkinson. 2000)
Jahe dapat membantu wanita hamil dalam mengatasi mual muntah tanpa
menimbulkan efek samping yang membahayakan janin didalam kandungan. Jahe
berfungsi lebih baik dibandingkan dengan plasebo atau obat inaktif, seperti B6,
menurut dr Francesca Borelli di University of Naples Frederico di Itali,jahe bisa
menjadi terapi yang efektif untuk mengatasi rasa mual muntah dalam kehamilan
(Maulana,2009). Jahe efektif untuk mengurangi mual,penelitian di Australia
mengatakan bahwa jahe dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengatasi
rasa mual yang aman untuk ibu dan bayi (Yesi,2011).
Salah satu senyawa aktif yang terdapat pada jahe adalah kurkumin. Baru-baru
ini juga telah dibuktikan secara klinis bahwa jahe bermanfaat sebagai antimual dan
muntah pada ibu hamil yang aman. Selama ini gangguan hiperemesis gravidarum
yaitu keluhan mual dan muntah yang berlebihan pada kehamilan muda, terutama pada
trimester pertama, menjadi salah satu masalah kesehatan utama pada ibu hamil.
Sebagian obat antimual dan muntah yang sudah ada di masyarakat terbukti kurang
aman untuk janin, sehingga banyak ibu yang mengalami hiperemesis takut minum
obat (Edwin,2011).
Menurut sebuah ulasan yang dipublikasikan oleh jurnal Obstetrics &
Gynecology, jahe dapat membantu para wanita hamil yang mengalami morning
sickness tanpa menimbulkan efek samping yang membahayakan janin didalam
kandungannya. Dari enam penelitian yang menguji efek jahe dalam mengurangi rasa
mual dan muntah pada wanita hamil, ditemukan bahwa jahe berfungsi lebih baik
dibandingkan plasbo atau obat inaktif seperti vitamin B6, yang selama ini
menunjukkan fungsinya dalam mengurangi mual dan muntah pada beberapa wanita
hamil (Enidra, 2007).

TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah diberikan penyuluhan kesehatan dan demonstrasi selama 45 menit,
diharapkan sasaran (para ibu hamil trimester I) mampu mengetahui,
memahami serta menerapkan pencegahan hiperemesis gravidarum pada ibu
hamil dengan pemberian wedang jahe

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan dan demonstrasi selama 45 menit, diharapkan
sasaran (para ibu hamil trimester I) mampu:
a. Menjelaskan pengertian dari hiperemesis gravidarum
b. Menjelaskan faktor-faktor penyebab dari hiperemesis gravidarum
c. Menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari hiperemesis gravidarum
d. Menjelaskan penanganan secara umum dari hiperemesis gravidarum
e. Menjelaskan penanganan secara khusus dengan intervensi wedang
jahe untuk mencegah hiperemesis gravidarum.

f. Demonstrasi pembuatan wedang jahe untuk mencegah hiperemesis


gravidarum gravidarum

g. SASARAN PENYULUHAN
Ibu hamil trimester I di Banjar Abasan Dauh Puri, Denpasar.

h. GARIS BESAR MATERI


1. Pengertian hiperemesis gravidarum
2. Faktor-faktor penyebab dari hiperemesis gravidarum
3. Dampak yang ditimbulkan dari hiperemesis gravidarum
4. Penanganan secara umum dari hiperemesis gravidarum
5. Penanganaan secara khusus dengan intervensi pemberian terapi wedang jahe
untuk mencegah hiperemesis gravidarum.
6. Demonstrasi pembuatan wedang jahe untuk mencegah hiperemesis
gravidarum gravidarum

E. STRATEGI PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan kegiatan akan dilakukan selama 55 menit dengan sasaran
Ibu hamil trimester I di Banjar Abasan Dauh Puri, Denpasar.
Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

Pembukaan 5 Menit Penyaji Sasaran membalas


mengucapkan salam salam dari mahasiswa.
kepada sasaran
Sasaran mendengarkan
tujuan.
dengan seksama.
Penyaji
Sasaran menyimak serta
memperkenalkan
bertanya apabila tujuan
kelompok kepada
dirasa kurang jelas.
sasaran. Sasaran mendengarkan
Penyaji
dengan seksama.
menyampaikan tujuan
pokok materi
penyuluhan.
Penyaji menjelaskan
tujuan penyuluhan.
Penyaji menjelaskan
waktu pelaksanaan.

Pelaksanaan 45 menit Menyamakan persepsi Sasaran menyampaikan


antara penyaji dengan apa yang belum
sasaran. diketahuinya.
Memberikan apa yang Sasaran memperhatikan
sasaran belum ketahui. penjelasan dan
Penyaji menjelaskan memahami materi yang
materi subtopik disampaikan penyaji.
bahasan terkait dengan Sasaran mendengarkan
hiperemesis dengan seksama.
Sasaran mengajukan
gravidarum pada
sasaran pertanyaan mengenai
Penyaji melakukan hal-hal yang belum
demonstarsi cara dimengerti.
Sasaran mendengarkan
pembuatan wedang
jahe agar peserta lebih jawaban yang

mengerti. diberikan.
Penyaji membuka
sesi tanya jawab
(diskusi).
Penyaji menjawab
pertanyaan sasaran.

Penutup 5 menit Penyaji melakukan Sasaran menjawab


evaluasi hasil pertanyaan evaluasi.
penyuluhan. Sasaran menyimak
Penyaji kesimpulan yang
menyampaikan disampaikan oleh
kesimpulan materi mahasiswa dan
pada sasaran serta menerima leaflet yang
membagikan leaflet diberikan.
pada sasaran.

F. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah.
2. Diskusi.
3. Demonstrasi.

G. MEDIA / ALAT / SUMBER


1. Media
a. Power Point
b. Leatflet
2. Alat
a. Laptop
b. Proyektor LCD
c. Mikrofon
d. Sound system
e. Bahan bahan untuk demonstrasi pembuatan wedang jahe

H. SETTING TEMPAT
Bentuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan adalah bentuk U yang disertai oleh
moderator, observer, notulen, penyaji, peserta dan fasilitator.

Keterangan gambar
1. : Penyaji 4. = Observer
2. : Peserta 5. = Fasilitator
3. : Moderator

I. PENGORGANISASIAN

1. Moderator ( Pembawa acara)


Uraian tugas :
Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta.
Mengatur proses dan lama penyuluhan.
Menutup acara penyuluhan.
2. Penyaji (Penyuluh)
Uraian tugas :
Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh peserta.
Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
Melakukan demonstrasi terkait dengan pembuatan wedang jahe.
Memotivasi peserta untuk bertanya.
3. Fasilitator
Uraian tugas :
Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.
Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas
bagi peserta.
4. Observer
Uraian tugas :
Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan
Mengevaluasi hasil penyuluhan denga rencana penyuluhan.
Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak
sesuai dengan rencana penyuluhan.

J. KRITERIA EVALUASI
a) Evaluasi Struktur
1. Persiapan Media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan
siap digunakan. Media yang akan digunakan adalah power point dan
leaflet.
2. Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam penyuluhan sudah siap dipakai. Alat yang
dipakai yaitu laptop, LCD, mikrofon dan sound system.
3. Persiapan Materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan dalam
bentuk makalah dan akan disajikan dalam bentuk power point serta
leaflet yang akan dibagikan diakhir kegiatan untuk mempermudah
sasaran memahami materi.
b) Evaluasi Proses
1. Kehadiran 65% para Ibu hamil trimester I di Banjar Abasan Dauh Puri,
Denpasar.
2. 70% peserta aktif mendengarkan materi yang disampaikan.
3. Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara
penyuluh dan peserta.
4. Peserta yang hadir diharapkan tidak ada yang meninggalkan tempat
penyuluhan sebelum seluruh rangkaian kegiatan penyuluhan berakhir.
5. 35% peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan.
c) Evaluasi hasil
60% Sasaran yaitu para ibu hamil trimester I di Banjar Abasan Dauh Puri,
Denpasar, mampu menjelaskan:
1. Pengertian hiperemesis gravidarum.
2. Faktor-faktor penyebab dari hiperemesis gravidarum.
3. Dampak yang ditimbulkan dari hiperemesis gravidarum.
4. Penanganan secara umum dari hiperemesis gravidarum.
5. Penanganaan secara khusus dengan intervensi pemberian wedang jahe
untuk mencegah hiperemesis gravidarum.
6. Sasaran mampu mendemonstrasikan kembali pembuatan wedang jahe
untuk mencegah hiperemesis gravidarum.

LAMPIRAN MATERI

Pengertian Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu
hamil yang menyebabkan kegiatan sehari harinya menjadi terganggu.
(Prawirohardjo, 2009).Hiperemisis gravidarum sering terjadi pada awal kehamilan
antara umur kehamilan 8-12 minggu. Hiperemesis gravidarum apabila tidak
tertangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi bahkan kematian ibu dan
janin. Prevalensi hiperemisis gravidarum anatara 1-3% atau kasus per 1000 ke
hamilan (Runiari 2010).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa hamil
karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama kehamilan
trimester pertama (Varney,2006).
Jadi dapat disimpulkan hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual dan
muntah antara umur kehamilan 8-12 minggu yang berlebih pada ibu hamil yang
dapat mengganggu ibu dan bila tidak ditangani akan berdampak buruk pada ibu dan
janin

Penyebab Hiperemesis Gravidarum

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Berdasarkan


hasil penelitian yang dilakukan pada 1.301 kasus hiperemesis gravidarum di Canada
diketahui beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum
diantaranya komplikasi dari kelainan pada kelenjar hipertiroid, gangguan psikiatri,
kelainan pada lambung, dan diabetes yang dialami saat hamil. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh faktor keracunan oleh sesuatu , juga tidak ditemukan
kelainan biokimia.
Beberapa faktor pendukung dan faktor lain yang telah ditemukan adalah
sebagai berikut:
1. Orang dengan kehamilan ganda. Pada kehamilan
ganda hormon memegang peranan dimana hormon khorionik gonadotropin
dibentuk berlebihan.
2. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu
terhadap anak.
3. Faktor psikologis seperti depresi, gangguan
psikiatri,rumah tangga yang retak,kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu,tidak
siap untuk menerima kehamilan memegang peranan yang cukup penting
dalam menimbulkan hiperemesis gravidarum.
Dampak Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum yang bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit disertai alkalosis hipokloremik, serta dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi, sehingga nantinya dampak-dampak yang ditimbulkan tersebut akan sangat
berpengaruh pada kondisi ibu maupun janin.

Penanganan Hiperemesis Gravidarum Secara Umum


1. Obat-obatan
Obat yang sering digunakan adalah Phenobarbital.Vitamin yang dianjurkan
Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan obat anti mual seperti
Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin.
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam.
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaja-gejala akan berkurang atau hilang
tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
4. Pemberian cairan
Berikan cairan- yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dan Glukosa
5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat
ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C.
Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra
vena.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan menjadi buruk ,. Usahakan mengadakan
pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk.Delirium,
kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik.Sehingga akan dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan.
6. Diet
Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak
diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini
kurang dalam semua zat zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya
diberikan selama beberapa hari.
Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan.Makanan ini rendah
dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama
makanan.Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.

Penanganaan secara khusus dengan intervensi wedang jahe untuk mencegah


hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan mula muntah yang berlebihan yang
dapat menganggu aktivitas. Hiperemesis gravidarum dapat dicegah dengan
melakukan intervensi saat sedang mengalami Emesis gravidarum. Emesis gravidarum
adalah kondisi dimana ibu hamil mengalami keluhan mual muntah pada trimester
pertama. Biasanya keluhan ini dialami pada pagi hari, namun tidak jarang ibu hamil
juga mengeluhkan hal ini terjadi malam atau sepanjang hari. Sebagian lagi merasakan
bahwa mual dan muntah merupakan suatu hal yang tidak nyaman dan mengganggu
aktivitas sehari-hari bahkan banyak dari wanita hamil yang harus mengkonsumsi
obat-obatan atau tindakan altematif lain untuk mengatasi mual dan muntah.
Obat-obatan yang sering diberikan pada wanita hamil yang mengalami mual
muntah adalah obat yang mengandung efek anti mual seperti vitamin B6. Namun
bahan-bahan ini dilaporkan memiliki efek samping seperti sakit kepala, diare dan
mengantuk. Oleh karena itu banyak dari wanita hamil mulai mencari alternatif
penanganan yang lain salah satunya melalui pengobatan alternatif ataupun tradisional.
Literatur menyebutkan bahwa tanaman herbal yang bisa mengurangi mual muntah
adalah jahe, kamomil, daun rasberi dan papermint.
Jahe merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat
Indonesia. Jahe efektif untuk mengurangi derita mual dan muntah selama hamil.
Bagian tanaman yang bermanfaaat sebagai obat mual dan muntah adalah bagian
rimpang yang mengandung minyak atsiri 2-3%. Minyak atsiri terdiri dari zingiberin,
kemferia, limonen, bomeol, sineol, zingeberal, linalool, geraniol, kabikol, zingiberol,
gingerol, dan shogaol. Disamping itu, ramuan tradisional pun bisa digunakan dengan
meminum secangkir wedang jahe hangat. Di India, jahe dibuat sebagai minuman
untuk mengatasi rasa mual pada wanita hamil. Jahe dapat dikonsumsi dalam berbagai
bentuk seperti minuman, permen, atau manisan. Tetapi wanita hamil tidak boleh
mengkonsumsi jahe secara berlebihan karena jahe dapat merangsang uterus. Oleh
karena itu, ibu hamil yang pemah mengalami keguguran tidak dianjurkan untuk
mengkonsumsi jahe karena dapat meningkatkan resiko keguguran.
Jahe sering digunakan untuk tujuan pengobatan pada beberapa waktu lalu.
Salah satu indikasi yang biasa digunakan adalah untuk mengatasi mual dan muntah.
Fungsi aromatik, spasmolitik, karminatif dan absorben yang dihasilkan oleh jahe
memberikan pengamh langsung pada saluran gastrointestinal. Jahe juga memiliki
efek anti-inflamasi serta pengamh yang menguntungkan dalam mengatasi mual
muntah, anoreksia, dyspepsia dan demam.

Wedang Jahe
Bahan : Jahe 500 mg, air 200 ml, gula
Alat : parutan, pisau, panci, gelas, sendok
Cara Pembuatan :
1. Kupas jahe 500 mg dan cucilah hingga bersih
2. Parutlah jahe yang sudah dikupas hingga halus
3. Rebus air 200 ml hingga mendidih
4. Masukkan parutan jahe tadi kedalam air yang sudah mendidih
5. Tunggu selama 15 menit hingga warnanya berubah menjadi kuning
kecoklatan, sambil diaduk sesekali
6. Kemudian tuang air rebusan jahe tadi pada gelas, bila senang manis bisa
bubuhkan gula secukupnya

PERHATIAN :
- Pada wanita hamil tidak dianjurkan untuk mengonsumsi jahe terlalu
banyak karena dapat meningkatkan rangsangan pada uterus (rahim).
- Wanita yang pernah mengalami keguguran juga tidak dianjurkan untuk
mengonsumsi segala macam jenis jahe.

BAB VI
PENUTUP

Kesimpulan

Hiperemesis gravidarum merupakan mual muntah yang berlebih yang dapat


menyebabkan terganggunya aktivitas dari ibu hamil. Apabila kondisi tersebut tidak
ditangani dengan cepat maka akan berpotensi menimbulkan adanya komplikasi-
komplikasi lain yang dapat mengganggu kelancaran dari proses kehamilan hingga
persalinan nantinya. Agar kondisi tersebut mendapatkan penanganan yang tepat tentu
diperlukan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
kondisi ibu hamil. Selain melalui asuhan keperawatan yang dapat diberikan, kondisi
hiperemesis gravidarum ini juga dapat dicegah, salah satunya dengan pilihan
alternatif non farmakologis yaitu dengan mengkonsumsi wedang jahe.
Wedang jahe dapat diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah terjadinya
kondisi hiperemesis gravidarum. Disamping itu, pemberian wedang jahe ini terbukti
dapat memberikan penurunan yang signifikan terhadap frekuensi dari mual muntah
yang sering dialami oleh ibu hamil.

Saran

Kehamilan merupakan salah satu peristiwa yang diinginkan oleh seorang


perempuan. Tentunya dalam proses kehamilan tersebut, akan terjadi beberapa
perubahan-perubahan dalam tubuh ibu, salah satunya adalah perubahan fisiologis
tubuh ibu hamil. Untuk mencegah terjadinya kondisi-kondisi yang tidak diinginkan
selama kehamilan, sangat penting bagi ibu hamil untuk secara rutin melakukan
pemeriksaan kehamilannya. Hal tersebut tentunya berguna untuk mendeteksi lebih
dini apa saja gangguan yang dialami oleh ibu, seperti hiperemesis gravidarum.

DAFTAR PUSTAKA

Alyamaniyah, U.H., Mahmudah. (2014). Efektivitas Pemberian Wedang Jahe


(Zingiber Officinale Var. Rubrum) Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum
Pada Trimester Pertama. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, vol. 3(1), 81-
87.

Arsita, S. (2012). Efektifitas Minuman Jahe Dalam Mengurangi Emesis Gravidarum


Pada Ibu Hamil Trimester I. Jurnal Ners Indonesia, vol. 1(2), 1-10

BKKBN. (2013). Hasil SDKI Angka Kematian Ibu


2012.http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=900

Dinkes Lampung. (2012). Profil Dinkes Provinsi Lampung. Retrieved from.


www.Depkes.go.id Diakses pada 13 Februari 2017
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Anak
Kemenkes RI.

Manuba, I.B.G. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Maulana, M. (2008). Penyakit Kehamilan dan Pengobatannya. Jogjakarta : Kata hati

Prawirohardjo, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Runiari, N . (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hiperemesis


Gravidarum. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

Sihombing. (2015). Bab I Pendahuluan. Retrieved from:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52033/5/Chapter%20I.pdf

Sumardi, S (2016). Bab I Kehamilan. Retrieved from.


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2776/BAB%20I.pdf?
sequence=5&isAllowed=y Diakses pada 13 Februari 2017

Varney,H.(2006). Buku ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC

Viviana, R.R. (2013). Tinjauan Pustaka. Retrieved from :


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37846/4/Chapter%20II.pdf

Wiknjosastro, H. (2009). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai