Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HIPEREMESIS

Dosen Pengampu : Mutiara Dewi Listiyanawati, S.Kep., M.Si.Med

Disusun Oleh :

1. Riscawati Dewi W (P18220)


2. Rory Kurniawan (P18221)
3. Shella Tri Pitaloka (P18222)
4. Shintyasmani Wulan S (P18223)
5. Siti Rahayuningsih (P18224)
6. Tika Rianingsih (P18225)
7. Tria Nurul H (P18226)
8. Umi Nurkhayati (P18227)
9. Yusanto Dwi L (P18229)
10. Yuliana Susilowati (P18230)
11. Yutika Febi M (P18231)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2019/2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hiperemesis gravidarum merupakan ibu hamil yang mengalami
mual muntah yang berlebih, dapat menimbulkan gangguan aktivitas
sehari-hari sehingga membahayakan kesehatan bagi janin dan ibu, bahkan
dapat menyebabkan kematian. Selain itu, mual muntah juga berdampak
negatif bagi ibu hamil, seperti aktivitas sehari-hari menjadi terganggu.
Biasanya mual muntah sering terjadi saat pagi hari, bahkan dapat timbul
kapan saja maupun terjadi kadang dimalam hari. Gejala tersebut 40-60%
biasa terjadi pada multigravida (Rocmawati, 2011). Mual (nausea) dan
muntah (emesis gravidarum) adalah suatu yang wajar pada ibu hamil
trimester 1. Kondisi ini akan berubah jika mual muntah terjadi >10 kali
dalam sehari, sehingga dapat mengganggu keseimbangan gizi, cairan
elektrolit, dan dapat memengaruhi keadaan umum serta menganggu
kehidupan sehari-hari (Morgan, 2009). Kehamilan menurut Morgan
(2009) adalah merupakan proses produksi yang memerlukan perawatan
yang khusus agar persalinan dapat berjalan dengan lancar dan aman,
sehingga bayi terlahir dengan sehat, selamat sesuai keinginan keluarga.
Sedangkan menurut Hutaean (2009), kehamilan merupakan peristiwa yang
sangat ditunggu bagi perempuan yang sudah menikah. Saat perempuan
tidak lagi mendapat menstruasi dan setelah 2 melakukan pemeriksaan urin
serta ditandai dengan hasil positif maka bisa dikatakan hamil. Perempuan
tersebut akan merasa senang begitu juga dengan keluarganya.

Mengingat masih tingginya angka kejadian HEG maka ibu tersebut


harus memperoleh penanganan yang tepat. Hal ini dikarenakan bahaya
dari HEG tidak hanya bagi ibu tetapi juga berdampak terhadap janinya.
Untuk itu bidan sebagai pelaksana dalam memberikan asuhan kebidanan
mampu bertindak dengan cermat, tanggap serta memiliki kompetensi yang
cukup. Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang
wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya
terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.
Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid
terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan
muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida. Satu
diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan
mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen
dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh
Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf
pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita
dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual
dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan
sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan
inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan
perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hiperemesis?
2. Apa yang menjadi faktor pemicu terjadinya hiperemesis dalam
kehamilan?
3. Ada berapa kategori dalam hiperemesis kehamilan ? Jelaskan?
4. Bagaimana cara mengurangi mual muntah saat kehamilan?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pasien yang
mengalami hIperemesis
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami
hIperemesis
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami
hyperemesis
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada psien yang mengalami
hyperemesis
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien hyperemesis
e. Melakukan evaluasi pada pasien hyperemesis
D. Manfaat
1. Bagi Perawat
Sebagai bahan evaluasi yang diperlukan khususnya dalam praktek
pelayanan keperawatan dengan hiperemesis
2. Bagi Rumah Sakit
Bagi pihak rumah sakit untuk menambah wawasan khususnya asuhan
keperawatan pada pasien hiperemesis
3. Bagi penulis
Menambah pengetahuan perawat dalam memberikan tindakan yang
lebih baik dalam penanganan pasien hiperemesis
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita
mual dan muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam, sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.
Keadaan ini rata-rata muncul pada usia kehamilan 8-12 minggu
(Susilawati dan Erlina, 2017).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang
berlebihan pada wanita ham sampai mengganggu pekerjaan sehari-
hari karena umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi.
Penyebab hiperemesisi gravidarum belum diketahui secara pasti,
namun diperkirakan disebabkan oleh adanya peningkatan hormone
estrogen dan HGC (Hormon Chorionic Gonadothrophin) dalam
serum. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dii dengan
keadaan ini, mskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat
dapat berlangsung sampai 4 bulan. Sehingga pekerjaan sehari-hari
menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Nadyah,
2013:38)
Mual dan muntah dalam kehamilan merupakan hal yang
fisiologis dalam kehamilan, biasanya yang dikenal sebagai
morning sickness merupakan gejala umum yang terjadi pada awal
kehamilan. Kejadian mual muntah berkisar 50% sampai 90% dari
wanita-wanita yang hamil. Mual dan muntah pada kehamilan
timbul pada minggu ke 4 dan berakhir pada minggu ke 16
(Mitayani, 2009)
B. Faktor Pemicu Terjadinya Hiperemesis Dalam Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu
perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan baik demi
tercapainya persalinan yang aman dan melahirkan bayi yang sehat.
Komplikasi kehamilan salah satunya adalah mual dan muntah atau
dikenal dengan Hiperemesis Gravidarum. Dampak Hiperemesis
Gravidarum yaitu dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2
menurun, gangguan fungsi liver dan terjadi Ikterus, terjadi
perdarahan pada Parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan
fungsi umum alat-alat vital dan menimbulkan kematian.
Dalam hal ini yang bisa menjadi faktor pemicu terjadinya
hiperemesis pada ibu hamil dapat disebabkan pula karena
kurangnya capaian kunjungan ibu hamil untuk memenuhi target
nasional.Kurangnya kunjungan selama masa kehamilan inilah yang
dapat menyebabkan ibu memiliki sedikit informasi mengenai
deteksi dini komplikasi atau gangguan yang terjadi selama masa
kehamilan, termasuk didalamnya informasi mengenai Hiperemesis
Gravidarum. Selain itu pula Menurut Badan Kependudukan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hiperemesis Gravidarum
di bawah umur 20 tahun lebih di sebabkan oleh karena belum
cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu
tentu menimbulkan keraguan jasmani cinta kasih serta perawatan
dan asuhan bagi anak yang akan di lahirkannya. Hal ini
mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang
membuat ibu kurang nafsu makan. Bila ini terjadi maka bisa
mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi pada
impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah
melalui saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf
spinal ke diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi
muntah.dapat pula disebabkan karena Jarak yang dekat antara
kehamilan sekarang dan dahulu serta umur ibu yang sudah lebih
dari 35 tahun juga dapat berpengaruh,karena keadaan yang belum
normal sebagaimana mestinya harus sudah bereproduks ilagi untuk
kehamilan selanjutnya maka dari hal itulah dapat menyebabkan
Hiperemesis Gravidarum dan komplikasi kehamilan lainya
( proverawati,2009).
C. Katgori Hiperemesis Dalam Kehamilan
Menurut Kuswanti(2014) kategori/tingkatkan hiperemesis
gravidarum dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Hiperemesis gravidum grade I
pada grade I ini ibu akan merasa lemah,muntah terus
menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita,nafsu
makan tidak ada,berat badan menurun dan nyeri
epigastrium,nadi meningkat menjadi 100x/menit,tekanan darah
sistolik menurun,turgor kulit berkurang,lidah mengering,dan
mata cekung.
2. Hiperemesis gravidum grade II
Pada grade II ini ibu akan mengalami lebih lemah dan
apatis,turgor kulit buruk,lidah mengering,mata cekung,nadi
kecil dan cepat,suhu kadang-kadang naik,mata sedikit
ikterus,berat badan turun,tensi turun,hemokonsentrasi,oliguria
dan konstipasi serta aseton dapat tercium dalam hawa
pernafasan,karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula
dalam kencing.
3. Hiperemesis gravidum grade III
Pada grade ini keadaan umum sang ibu lebih
parah,kesadaran samnolen sampai koma,nadi kecil dan
cepat,suhu meningkat,muntah berhenti,komplikasi fatal terjadi
pada susunan syaraf yang dikenal sebagai ensefalopati
wernicke dengan gejala nigtasmus,diplopia dan perubahan
mental.
D. Cara Menanggulangi Mual Muntah Pada Kehamilan
Pada langkah ini adalah melaksanakan rencana asuhan
secara efisien, dapat dilakukan oleh bidan atau tim kesehatan
lainnya. Bidan bertanggung jawab untuk memastikan
implementasi benar-benar dilakukan. Apabila dilakukan kolaborasi
dengan dokter, bidan dapat mengambil tanggung jawab
mengimplementasi secara kolaborasi.
Pada ada kasus kebidanan Ny. D pelaksanaan asuhan yaitu
kolaborasi untuk memberikan cairan D5% 20 tpm, injeksi
ondancentron 4 mg, injeksi ranitidine 50 mg, antasida syrup 125
ml. Pada langkah ini peneliti menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan praktik dilahan yaitu penempatkan klien pada
ruang isolasi tidak ada batasan untuk pengunjung sehingga klien
terganggu dengan suara bising disekitarnya dan akan menyebabkan
mual muntah karena keadaan psikologi klien terganggu. Sedangkan
menurut Runiari (2010) bahwa klien ditempatkan dalam kamar
yang tenang, dengan situasi yang cerah dan peredaran udara
baik.Hanya dokter, perawat dan satu atau dua dari keluarga pasien
yang boleh masuk ke dalam kamar klien sampai muntah berhenti
dan klien mau makan. Kadang dengan tindakan isolasi, gejala-
gejala akan berkurang.
Terapi aroma dengan menggunakan indra penciuman
merupakan salah satu yang memiliki reseptor saraf yang
berhubungan dengan saluran ke otak sehingga efek yang diberikan
bisa langsung dirasakan oleh ibu hamil yang mengalami mual
muntah.
Pemilihan terapi aroma untuk mengatasi permasalahan
mual dan muntah pada ibu hamil yaitu minyak essensial jeruk
dimana kulit jeruk memiliki kandungan senyawa limonene,
myrcene, linalool,oktanal, dekanal, sitronelal, neral, geranial,
valensen, β sinensial, α sinansial yang bermanfaatuntuk menekat
rasa mual dan mencegah terjadinya muntah karenakandungan
senyawa tersebut mampu menimbulkan efek tenang bagi siapapun
yang menghirupnya.
E. Pengobatan Baik Farmakologis Maupun Non-Farmakologis
Ibu hamildalam mengatasi hiperemesis gravidarumdari
sejak keluhan awal Menurut Quinland dalam (Runiari, 2010)
bahwa penatalaksanaan mual muntah dalam kehamilan tergantung
pada beratnya gejala.Paling ringan bisa diatasi dengan
perubahandiet hingga pengobatan antiemetik, rawatinap dan
pengobatan parenteral. Pengobatanterhadap hiperemesis
gravidarum dapatberupa terapi farmakologis dan
nonfarmakologis.Seluruh partisipan dalam penelitian
inimempercayakan pengobatan hiperemesisgravidarum dengan
menggunakan terapi farmakologis yang mereka peroleh saat
periksa baik di bidan maupun dokter. Obat yang diberikan bidan
saat periksa berupa anti muntah seperti vitamin B6, vosea,
metoclopramide, atau primperan sIrup dengan pertimbangan agar
mudah diminum oleh ibu hamil. Partisipan yang dilakukan rawat
inap mendapatkan ondansetron secara drip pada cairan infus dan
injeksi ranitidine pada hari I dan II perawatan. Untukmeningkatkan
stamina tubuh diberikanneurobion injeksi. Pada hari ketiga
perawatan, partisipan masih diberikan cairan infus tanpa drip anti
mual. Obat anti mualnya diberikan secara oral, jika keluhan ibu
hamil teratasi pada hari perawatan hari ketiga maka akan
dipulangkan pada hari keempat. Pada saat-saat tertentu mereka
merasa keluhannya tidak berkurang maka mereka beristirahat dan
mengoleskan penghangat seperti minyak kayu putih, minyak
aromaterapi atau dengan minum air hangat. Selain menggunakan
obat sebagai terapi farmakologis, hiperemesis gravidarum dapat
diatasi menggunakan terapi nonfarmakologis misalnya rebusan
maupun seduhan jahe. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Soa,
Amelia and Octaviani, 2018) bahwa pemberian rebusan jahe merah
dan daun mint lebih efektif dalam mengurangi mual muntah saat
kehamilan dibandingkan jeruk nipis dan madu. Hasil penelitian
(Nugrahani, 2017) menyatakan bahwa pemberian seduhan jahe
lebih efektif dibandingkan dengan jus buahjeruk bali untuk
mengatasi mual muntah pada ibu hamil trimester I. Permen jahe
juga mampu menurunkan emesis gravidarum pada kehamilan
trimester I di Wilayah Puskesmas Kaliwungu Kabupaten
Kendal.Selain itu, pemberian serbuk jahe (ZingiberOfficinale)
terhadap tingkatan mual muntah pada ibu hamil usia kehamilan 0-
16 minggu (Kundarti, Rahayu and Utami, 2015) Lemon inhalasi
aromatherapy juga berpengaruh terhadap mual pada kehamilan.
(Astriana, Putri and Aprilia, 2015) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa ada perubahan rata-rata frekuensi mual antara
sebelum dan sesudah diberikan inhalasi aromatherapy yaitu 4,53
menjadi 3,13 dalam sehari. Hal ini berarti ada pengaruh pemberian
lemon inhalasi aroma therapyterhadap mual pada kehamilan.
Pemberian jahe instan dengan dosis 290 mg juga mampu
menurunkan kejadian mual muntah pada ibu hamil trimester I
sebesar 6 kali lipat dibandingkan plasebo. Dengan pemberianjahe
instan akan meningkatkan asupan energy pada ibu hamil pada ibu
hamil dengan mual muntah sebesar 24,5 kali lebih besar dari pada
placebo.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita
mual dan muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam, sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi
buruk. Keadaan ini rata-rata muncul pada usia kehamilan 8-12
minggu (Susilawati dan Erlina, 2017). Dampak Hiperemesis
Gravidarum yaitu dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2
menurun, gangguan fungsi liver dan terjadi Ikterus, terjadi
perdarahan pada Parenkim liver sehingga menyebabkan
gangguan fungsi umum alat-alat vital dan menimbulkan
kematian. Menurut Kuswanti (2014) kategori/tingkatkan
hiperemesis gravidarum dibedakan menjadi 3 yaitu
Hiperemesis gravidum grade I, II, dan III.
Obat yang diberikan bidan saat periksa berupa anti muntah
seperti vitamin B6, vosea, metoclopramide, atau primperan
syrup dengan pertimbangan agar mudah diminum oleh ibu
hamil. Partisipan yang dilakukan rawat inap mendapatkan
ondansetron secaradrip pada cairan infus dan injeksi ranitidin.
Untuk meningkatkan stamina tubuh diberikan neurobion
injeksi. Obat anti mualnya diberikan secara oral, jika keluhan
ibu hamil teratasi pada hari perawatan hari ketiga maka akan
dipulangkan pada hari keempat. Pada saat-saat tertentu mereka
merasa keluhannya tidak berkurang maka mereka beristirahat
dan mengoleskan penghangat seperti minyak kayu putih,
minyak aromaterapi atau dengan minum air hangat. Selain
menggunakan obat sebagai terapi farmakologis, hiperemesis
gravidarum dapat diatasi menggunakan terapi non farmakologis
misalnya rebusan maupun seduhan jahe. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian (Soa,Amelia and Octaviani, 2018) bahwa
pemberian rebusan jahe merah dan daun mint lebih efektif
dalam mengurangi mual muntah saat kehamilan dibandingkan
jeruk nipis dan madu.
B. Saran
Dengan mempelajari dan mendapatkan informasi mengenai
Hiperemesis gravidarum mahasiswa mampu mengetahui dan
dapat membantu di lapangan kerja dengan efektif sesuai
dengan teori yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina Wulandari & Tri Suwarni. 2018. Pelaksanaan Ibu Hamil Dengan
Hiperemesis Gravidarum Di Rumah Sakit Umum Daerah Wonogiri.
Indonesian Journal on medical science. 5(2) : 149-156.

Dhilon Dhini Anggraini & Rofika Azni. 2018. Pengaruh Pemberian Terapi Aroma
Jeruk Terhadap Intensitas Rasa Mual Dan Muntah Pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya. Jurnal Doppler Universitas
Pahlawan Tuanku Tambusai. 2(1) : 58-65.

Susanti Evi Dkk. 2019. Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Pada Ny “S”
Dengan Hieperemesis Gravidarum Tingkat II Di RS TNI Angkatan
Laut Jala Ammari Pada Tanggal 27 Mei - 18 Juli 2018. Jurnal
Midwifery. 1(2) : 34-45.

Rofi`Ah Siti Dkk. 2019. Studi Fenomenologi Kejadian Hiperemesis Gravidarum


Pada Ibu Hamil Trimester I. Jurnal Riset Kesehatan. 8(1) : 47-52.

Umboh Hertje Salome Dkk. 2014. Faktor-Faktor Berhubungan Dengan Kejadian


Hiperemesis Gravidarum Di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa.
Jurnal Ilmiah Bidan. 2(2) : 24-33.

Anda mungkin juga menyukai