Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)

D
I
S
U
S
U
N

O
L
E
H

HAYATI, Str. Keb


NIP. 19660528 198801 2 00 1

UPTD PUSKESMAS BANGKINANG


KABUPATEN KAMPAR
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-NYA
makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Kehamilan Ektopik
Terganggu (KET)” dapat diselesaikan.
Selama penyusunan makalah ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak dalam bentuk informasi, motivasi serta dorongan moral dan spiritual,
sehingga makalah ini tersusun dan dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Disamping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan sudah
tentu masih ada kesalahan-kesalahan yang luput dari pengamatan penulis. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan
seperlunya sangat penulis harapkan.
Pada akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan
jika ada kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi.

Bangkinang, Desember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................
1.3 Manfaat Penulisan................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................


2.1 Definisi KET......................................................................................................
2.2 Etilogi KET.......................................................................................................
2.3 Patofisiologi KET..............................................................................................
2.4 Manifestasi Klinis KET......................................................................................
2.5 Tanda dan Gejala KET.........................................................................................
2.6 Komplikasi KET................................................................................................
2.7 Pemeriksaan Penunjang KET.....................................................................................
2.8 Penatalaksanaan KET.........................................................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................................


3.1 Kesimpulan.......................................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai
Kehamilan Ektopik Terganggu. Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di
tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga
abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan
ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang
panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat
kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan
tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari
implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat
tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif,
infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas
dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat. Insiden
kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama pada
mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada
kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan
angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham pada tahun 2002 dilaporkan
kehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7 dalam 100 persalinan. Dari penelitian yang
dilakukan Budiono Wibowo di RSUP CiptoMangunkusumo (RSUPCM) Jakarta pada
tahun 2007 dilaporkan 153 kehamilan ektopik terganggu dalam 4007 persalinan, atau 1
dalam 26 persalinan. Ibu yang mengalami kehamilan ektopik terganggu tertinggi pada
kelompok umur 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan
ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0% sampai 14.6%.

4
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Kehamilan
Ektopik Terganggu (KET).
2. Tujuan Khusus
1. Mampu mengetahui tentang pengertian KET
2. Mampu memahami tentang etiologi terjadinya KET
3. Mampu menjelaskan tentang patofisiologi terjadinya KET
4. Mampu menjabarkan tentang tanda dan gejala (manifestasi klinik) terjadinya KET
5. Mampu mengetahui komplikasi dari KET
6. Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari KET
7. Mampu mengetahui penatalaksanaan KET
8. Mampu menyusun asuhan keperawatan maternitas dengan KET

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan atau keterampilan dan dapat mengaplikasikan ilmu
daam penerapan manajemen asuhan kebidanan dengan pendikumentasian SOAP
untuk asuhan persalinan dengan KET.
2. Bagi Instansi
Sebagai bahan masukan bagi instansi dalam meningkatkan wawasan mengenai asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan KET.

5
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

A. Pengertian KET
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar
tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah,
dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi
terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi dituba, jarang
terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus
yang rudimenter dan divertikel pada uterus (Prawiroharjho, 2008).
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan
yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim
misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim
di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam
tanduk rudimenter rahim. (Obstetri Patologi, 2004). Kehamilan ektopik adalah implantasi
dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri (Kapita Selekta
Kedokteran, 2001).

B. Etiologi KET
1. Faktor dalam lumen tuba
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba
menyempit atau membentuk kantong buntu.
b. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai
gangguan fungsi siliaendosalping.
c. Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen
tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba
a. Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur yang
dibuahi dalam tuba.

6
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan telur yang
dibuahi di tempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur.
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4. Faktor lain
a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau
sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus.
Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur.
b. Fertilisasi in vitro (pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel telur
yang sudah di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim wanita).
5. Bekas radang pada tuba
6. Kelainan bawaan tuba
7. Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal
8. Operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba
9. Abortus buatan
10. Riwayat kehamilan ektopik yang lalu
11. Infeksi pasca abortus
12. Apendisitis
13. Infeksi pelvis
14. Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
(Winkjosastro, 2005 - Helen Varney, 2007 - Cunningham, 2006)

C. Patofisiologi KET
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi
secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan
telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara
dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot
endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh
lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena
pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vilikhorealis

7
menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan
pembuluhdarah.
Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi
trofoblas.Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum
graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah
menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar,
nucleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang
dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma
mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan
endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Setelah janin mati,
desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara utuh atau
berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal
dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai
10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin
tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi
adalah :
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati
karenavaskularisasi yang kurang dan denganmudah diresobsi total.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili
korialis pada dinding tuba ditempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari
dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Segera setelah
perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba terpisah
bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae
tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan
gejala-gejala menghilang.
3. Ruptur dinding tuba
Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke
dalam lapisan muskularis tubaterus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila
ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan
muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih

8
lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan
seperti pada koitus dan pemeriksaan vagina.

D. Manifestasi Klinis KET


Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada
tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan
perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang
dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan
kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor
berupa vertigo atau sinkop ; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen
bagian bawah, dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tandairitasi diafragma bila
perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada
bahuatau leher, terutama saat inspirasi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri
tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari
kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kistakorpus
luteum atau folikel ovarium.
Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum. Douglas
menonjol dan nyeri pada perabaan. Pada umumnya pasien menunjukkan gejala
kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan
lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung
hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek. Nyeri merupakan keluhan utama.
Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi disertai perdarahan,
sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan
terjadi kematian janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan
ektopik. Namun sebagian pasien tidakmengalami amenorrhea karena kematian janin
terjadi sebelum haid berikutnya.

E. Tanda dan Gejala KET


Tanda :
1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan
vaginal.
2. Menstruasi abnormal.
3. Abdomen dan pelvis yang lunak.

9
4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan, atau
tergeser akibat perdarahan.
5. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus.
6. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
7. Kolaps dan kelelahan
8. Pucat
9. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
10. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
11. Gangguan kencing
12. Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan peritoneum oleh
darah di dalam rongga perut.
13. Pembesaran uterus
Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon-
hormon kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus
pada kehamilan intrauterin yang sama umurnya.
14. Nyeri pada toucher
Terutama kalau cervix digerakkan atau pada perabaan cavum douglasi (nyeri
digoyang).
15. Tumor dalam rongga panggul
Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan kumpulan
darah di tuba dan sekitarnya.
16. Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang
terganggu, karena perdarahan yang banyak ke dalam rongga perut.
Gejala :
1. Nyeri
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik.
Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral, terlokalisasi atau tersebar.
2. Perdarahan
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan
dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan
yang banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa. Perdarahan
abnormal uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus.

10
3. Amenorhea
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki
berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak
menyadari bahwa mereka hamil.

F. Komplikasi KET
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis,
diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis
secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung
lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan
kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan,
infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah
besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.

G. Pemeriksaan Penunjang KET


Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum
terganggu demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba
atau rupture tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan ektopik
yang belum terganggu, maka penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat bantu
diagnostic yang dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi atau kuldoskopi.
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak mengalami
kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali. Untuk mempertajam
diagnosis, maka pada tiap wanita dalam masa reproduksi dengan keluhan nyeri pada
perut bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan ektopik harus
dipikirkan.
Pada umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang cermat
diagnosis dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostic seperti
kuldosentesis, ultrasonografi dan laparoskopi masih diperlukan anamnesis. Haid
biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subyektif
kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan.
Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.

11
1. Pemeriksaan umun
Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut
tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah
hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
2. Pemeriksaan ginekologi
Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks
menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit
membesar dan kadang-kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang
sukar ditemukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan
adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik, sehingga menyukarkan
perbedaan dengan infeksi pelvik.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel darah merah berguna dalam
menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda
perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya
ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat
setelah 24 jam. Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya
perdarahan bila leukositosis meningkat.
Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat diperhatikan
jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada
keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi tes
negative tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena
kematian hasilkonsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human
chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negative.
4. Kuldosentris
Adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah kavum Douglas ada
darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan
ektopik terganggu. Tekniknya :
a. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
b. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic
c. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam servik ;
dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak.
d. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10
ml dilakukan penghisapan.

12
e. Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain
kasa dan perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan : Darah segar
berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku; darah ini berasal
dari arteri atau vena yang tertusuk. Darah tua berwarna coklat sampai hitam
yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini
menunjukkan adanya hematokel retrouterina.
5. Ultrasonografi
Berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pasti ialah apabila
ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut jantung
janin. Hal ini hanya terdapat pada ± 5 % kasus kehamilan ektopik. Walaupun
demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan
intrauterine pada kasus uternus bikornis.
6. Laparoskopi
Hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan
ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain meragukan. Melalui
prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis
dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentumlatum.
Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan,
tetapi hal ini menjadi indikasi untuk melakukan laparotomi.

H. Penatalaksanaan KET
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap
jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan
tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif (non-operatif) yaitu walaupun darah
berkumpul di rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat
dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari darah di
kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan dengan bahaya
ileus. Operasi terdiri dari salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi. Jika penderita
sudah memiliki anak cukup dan terdapat kelainan pada tuba tersebut dapat
dipertimbangkan untuk mengangkat tuba. Namun jika penderita belum mempunyai anak,
maka kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba berfungsi.
Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam
divertikulum uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter. Perdarahan
sedini mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksia yang menjadi sumber

13
perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dari rongga abdomen
sebanyak mungkin dikeluarkan. Serta memberikan transfusi darah. Untuk kehamilan
ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila dimungkinkan dirawat, namun
apabila tidak menunjukkan perbaikan maka dapat dilakukan tindakan sistektomi ataupun
oovorektomi. Sedangkan kehamilan ektopik terganggu berlokasi di servik uteri yang
sering menngakibatkan perdarahan dapat dilakukan histerektomi, tetapi pada nulipara
yang ingin sekali mempertahankan fertilitasnya diusahakan melakukan terapi konservatif

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga
uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan
ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi dituba, jarang terjadi implantasi
pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan
divertikel pada uterus. Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung
dari ada tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea,
dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang
datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu
dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap
jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan
tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif (non-operatif) yaitu walaupun darah
berkumpul di rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat
dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari darah di
kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan dengan bahaya
ileus.

B. Saran
Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan sebaiknya dalam memberikan pelayanan berpegang pada teori yang
ada, agar kualitas pelayanan tetap terjaga serta mendapatkan hasil yang maksimal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nuraisyah, 2015. Asuhan Kebidanan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET).


http://dprajabondowoso.blogspot.com/2015/06/asuhan-kebidanan-kehamilan-
ektopik.html. Di akses pada tanggal 10 Desember 2019.
Prawirohardjo, Sarwono, 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Winkjosastro, H. 2005. Ilnu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiharjo.

16

Anda mungkin juga menyukai