Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS BAYI DAN BALITA


ATRESIA DUODENI

DOSEN PENGAMPU:
ARIFARAHMI, M.KEB

DISUSUN OLEH :
GRESINTA FITRISMA
(2019041009)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami mendapat kesehatan dan kekuatan fisik serta pikiran
sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ATRESIA DUODENI”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “ASUHAN
NEONATUS, BAYI DAN BALITA ” untuk meningkatkan kemampuan dan
pemahaman tentang mata kuliah ini.
Tidak lupa pula pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati kami
ucapkan kepada dosen mata kuliah “ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN
BALITA”, yaitu: ARIFARAHMI, M.KEB yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan makalah ini, juga kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
kami harapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang 1
B. RumusanMasalah 1
C. Tujuan 2
BAB IILANDASAN TEORI
A. Pengertian Atresia duodeni 3
B. Etiologi Atresia Duodeni 3
C. Patofisiologi 3
D. Tanda dan Gejala Atresia Duodeni 4
E. Komplikasi 4
F. Penatalaksanaan 5
G. Pemeriksaan Penunjang 6
H. Pencegahan 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 7
B. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini, banyak sekali perubahan baik ilmu
pengetahuan, teknologi maupun perubahan pola pikir masyarakat. Tuntutan
masyarakat terhadap kualitas dan profesionalisme pemberian pelayanan kesehatan
semakin meningkat. Kebidanan sebagai profesi dan bidan sebagai tenaga profesional
juga dituntut untuk bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kebidananan
sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerja
sama dengan anggota tim kesehatan lainnya.
Tenaga bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan memegang peranan penting
dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Bahkan WHO menyatakan bahwa
bidan merupakan “back bone” untuk mencapai target-target global, nasional maupun
daerah. Hal ini disebabkan karena bidan merupakan tenaga kesehatan yang melayani
pasien selama 24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan serta berada pada
garis terdepan dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan
membantu memberikan informasi tentang kesehatan.
Atresia adalah tidak terbentukknya atau tersumbatnya suatu saluran dari
organ-organ. Atresia Duodenal adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya
duodenum (bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan
yang akan ke usus. Atresia duodenum merupakan salah satu abnormalitas usus yang
biasa didalam ahli bedah pediatric.

B. Rumusan masalah
Untuk memudahkan dalam pembuatan makalah ini penulis mencoba untuk
merumuskan masalah diantaranya :
1. Apa pengertian dari Atresia Duodeni?
2. Apaetiologi dari Atresia Duodeni?
3. Bagaimanapatofisiologidari atresia duodeni?
4. SebutkanTanda dan Gejala dari Atresia Duodeni!
5. Apasajakomplikasi yang terjadipada atresia duodeni?
6. BagaimanaPenatalaksanaan dari Atresia Duodeni?
7. Apasajapemeriksaanpenunjangdari Atresia Duodeni?

1
8. Bagaimanapencegahandari atresia duodeni?

C. Tujuan Masalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memberikan kemampuan kepada
mahasiswi untuk memahami kelainan kelainan yang terjadi pada bayi baru lahir
1. Untuk mengetahui pengertian dari Atresia Duodeni.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Atresia Duodeni.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Atresia Duodeni.
4. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala dari Atresia Duodeni.
5. Untuk mengetahui Komplikasi Atresia Duodeni.
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Atresia Duodeni.
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang.
8. Untuk mengetahui pencegahan dari atresia duodeni.

D. ManfaatMasalah
Dalam pembuatan makalah ini,penulis mengharapkan dapat bermanfaat bagi
masyarakat pada umumnya, dan dapat menambah pengetahuan tentang Asuhan
Neonatus pada Bayi dan Balita dengan Atresia Duodeni kususnya pada mahasiswa
kesehatan.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Pengertian Atresia duodeni


Atresia duodeni merupakan suatu kondisi dimana duodenum (bagian pertama
dari usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran
terbuka dari lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung
ke usus.
Atresia Duodeni adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya duodenum
(bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke
usus.
Atresia Duodeni adalah obstruksi lumen usus oleh membran utuh, tali fibrosa
yang menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu
celah antara ujung-ujung duodenum yang tidak bersambung.
Atresia Duodeni adalah buntunya saluran pada duedenum yang biasanya
terjadi pada ampula arteri.

B.  Etiologi Atresia Duodeni


Penyebab yang mendasari terjadinya atresia duodenum masih belum
diketahui, tapi ada beberapa yang bisa menyebabkan atresia duodenum :
a. Gangguan perkembangan pada awal masa kehamilan
b. Gangguan pembuluh darah.
c. Banyak terjadi pada bayi prematur.
d. Banyak ditemukan pada bayi sindrom down.
e. Suplay darah yang rendah pada masa kehamilan sehingga duodenum mengalami
penyempitan dan menjadi obstruksi.

C. Patofisiologi
Gangguan perkembangan duodenum terjadi akibat proliferasi endodermal
yang tidak adekuat (elongasi saluran cerna melebihi proliferasinya) atau kegagalan
rekanalisasi pita padat epithelial (kegagalan proses vakuolisasi). Banyak peneliti
telah menunjukkan bahwa epitel duodenum berproliferasi dalam usia kehamilan 30-
60 hari lalu akan terhubung ke lumen duodenal secara sempurna.

3
Proses selanjutnya yang dinamakan vakuolisasi terjadi saat duodenum padat
mengalami rekanalisasi. Vakuolisasi dipercaya terjadi melalui proses apoptosis atau
kematian sel terprogram, yang timbul selama perkembangan normal di antara lumen
duodenum. Kadang-kadang, atresia duodenum berkaitan dengan pankreas anular
(jaringan pankreatik yang mengelilingi sekeliling duodenum). Hal ini sepertinya
lebih akibat gangguan perkembangan duodenal daripada suatu perkembangan dan
atau berlebihan dari pancreatic buds.
Pada tingkat seluler, traktus digestivus berkembang dari embryonic gut, yang
tersusun atas epitel yang merupakan perkembangan dari endoderm, dikelilingi sel
yang berasal dari mesoderm. Pensinyalan sel antara kedua lapisan embrionik ini
tampaknya memainkan peranan sangat penting dalam mengkoordinasikan
pembentukan pola dan organogenesis dari duodenum

D.    Tanda dan Gejala Atresia Duodeni


a. Perutnya menggelembung (kembung) di daerah epigastrum pada 24 jam atau
sesudahnya.
b. Muntah segera setelah lahir berwarna kehijau - hijauan karena empedu(biliosa).
c. Muntah terus – menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam.
d. Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen.
e. Tidak kencing setelah disusui.
f. Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran mekonium.
g. Pembengkakan abdomen pada bagian atas.
h. Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium.
i. Berat badan menurun atau sukar bertambah.
j. Polihidramnion terlihat pada 50 % dengan atresia duodenal.
k. Ikterik.

E. Komplikasi
Dapat ditemukan kelainan kongenital lainnya. Mudah terjadi dehidrasi,
terutama bila tidak terpasang line intravena. Setelah pembedahan, dapat terjadi
komplikasi lanjut seperti pembengkakan duodenum (megaduodenum), gangguan
motilitas usus, atau refluks gastroesofageal.

4
F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan awal bayi dengan atresia duodenum meliputi dekompresi naso atau
arogastrik dengan penggantian cairan secara intravena.
2. Ekokardiogram dan foto rontgent dada serta tulang belakang harus dilakukan
untuk mengevaluasi anomaly yang lain karena 1/3 bayi dengan atresia duodenum
mempunyai anomaly bawaan yang dapat mengancam kehidupan.
3. Koreksi definitive atresia duodenum biasanya ditunda untuk mengevaluasi dan
mobati anomaly lain yang berakibat fatal.
4. Duodenoduodenostomi yaitu operasi perbaikan atresia duodenum. Usus
proksimal yang melebar dapat dikecilkan secara perlahan dalam upaya
memperbaiki peristaltic.
5. Pemasangan pipa gastrostomi dipasang untuk mengalirkan lambung dan
melindungi jalan nafas.
6. Dukungan nutrisi intravena atau pipa jejunum transanastomosis diperlukan
sampai bayi mulai makan per oral.
7. Jika obstruksi disebabkan oleh pipa ladd dengan malrotasi, operasi diperlukan
tanpa boleh ditunda. Setelah lipatan atau pita peritoneum yang tidak normal
dipisahkan, seluruh usus besar diletakkan di dalam perut sebelah kiri, setelah
mula-mula membuang appendiks dan usus halus diletakkan di sebelah kanan
posisi janin tidak berputar (non rotasi).
8. Apendektomi dilakukan menghindari salah diagnose apendisitis di kemudian
hari.
9. Memasang kateter nasogastrik berujung balon ke dalam jejerum sebelah bawah
obstruksi, balon ditiup dan dengan pelan-pelan menarik kateternya. Ini dilakukan
jika terjadi malrotasi yang muncul bersama dengan obstruksi duodenum intrinsic
seperti membrane atau stenosis.
10. Pada pancreas anular paling baik ditangani dengan duodenoduodenostomi tanpa
memisah pancreas, dengan meninggalkan sependek mungkin bagian lingkungan
yang tidak berfungsi. Obstruksi duodenum diafragmatika dikelola dengan
diodenoplasti karena ada kemungkinan bahwa duktus koledokus dapat bermuara
pada diafragma sendiri

5
AsuhanKebidananpada atresia duodeni
1) Perbaikan keadaan umum dengan mengatasi muntah-muntah sebelum
operasi.
2) Berikan informed consent dan informena chace sebelum dilakukan rujukan
atau tindakanpembedahan.

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Dengan X-ray abdomen (USG prenatal) memperlihatkan pola gelembung ganda
yang berisi udara dalam usus bagian bawah.
b. Suatu enema barium dapat diperlihatkan berasosiasi dengan keadaan malrotasi.

G. Pencegahan
Dicegah dengan suplementasi asam folat, sehingga defisiensi asam folat
dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam teratogenesis meningokel. Basis
molekul defisiensi asam folat adalah kurang adekuatnya enzim enzim yang
mentransfer gugus, karbon dalam proses metilasi protein dalam sel, baik dalam
nukleus maupun mitokhondria, sehingga terjadi gangguan biosintesis DNA dan
RNA. serta kenaikan kadar homosistein.
Ini juga bermanfaat untuk memperluas aspek pencegahan bagi kasus
meningokel dan kelainan neural tube defect pada umumnya, serta aspek pengobatan
terhadap kasus defek tulang kepala, bahkan sejak pasien masih berada di dalam
kandungan.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Atresia duodeni adalah kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari usus
halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari
lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus.
1. Penyebab atresia duodeni :
a. Gangguan perkembangan pada awal masa kehamilan . 
b. Gangguan pembuluh darah.
c. Banyak terjadi pada bayi prematur.
d. Banyak ditemukan pada bayi sindrom down.
e. Suplay darah yang rendah pada masa kehamilan sehingga duodenum
mengalami penyempitan dan menjadi obstruksi.
2. Tanda dan Gejala Atresia Duodeni:
a. Perutnya menggelembung (kembung) di daerah epigastrum pada 24 jam atau
sesudahnya.
b. BBL muntah segera setelah lahir berwarna kehijau - hijauan karena
empedu (biliosa).
c. Muntah terus – menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam.
d. Bayimuntahtanpadisertaidistensi abdomen.
e. Tidak kencing setelah disusui.
f. Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran mekonium.
g. Pembengkakan abdomen pada bagian atas.
h. Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium.
i. Berat badan menurun atau sukar bertambah
j. Polihidramnionterlihatpada 50% dengan atresia duodenal              
k. Ikterik.
3. Patofisiologi
Gangguan perkembangan duodenum terjadi akibat proliferasi endodermal
yang tidak adekuat (elongasi saluran cerna melebihi proliferasinya) atau
kegagalan rekanalisasi pita padat epithelial (kegagalan proses vakuolisasi).

7
4. Penatalaksanaan
a. Perbaiki keadaan umum dengan cara memberikan cairan elektrolit melalui
intravena untuk mengatasi defisit cairan tubuh yang ditimbulkan oleh
muntah-muntah.
b. Pemasangan tuba orogastrik untuk mendekompresi lambung.
c. Dilakukan pembedahan untuk mengoreksi kebuntuan
duodenum(duodenoduodenostomi).

B.   Saran
1) Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa kebidanan harus mempelajari tentang kelainan bawaan
dan penatalaksanannya khususnya atresia duodeni sebagai tambahan ilmu
pengetahuan dan bekal apabila sudah mengabdi dimasyarakat atau di tempat
pelayanankesehatan, demi kesejahteraanneonatus.
2) Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan memberikan pelayanan yang maksimal
terhadap penderita atresia duodenidan esophagus. Sehingga dapat
meminimalisirkan komplikasi-komplikasi yang terjadi pada bay ibarulahir yang
mengalami atresia duodenidan esophagus.
3) Bagimasyarakat
Diharapkan masyarakat memahami tentang kelainan – kelainan pada bayi
terlebih khusus kelainan atresia duodeni dan mampu selalu memperhatikan
kesehatananaknya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ai YeyehRukiyah, S.Si.T.,LiaYulianti, Am.Keb, MKM. 2010.


AsuhanNeonatusBayidanAnakBalita.Jakarta: Trans Info Media

Deslidel, Hajjah. 2001. AsuhanNeonatus, Bayi, danBalita : Jakarta : EGC

NanyLiaDewi, Vivian. 2010.AsuhanNeonatus, Bayi, danAnakBalita.Jakarta:


SalembaMedica

Ngatsiyah. 1997. PerawatanAnakSakit. PeenerbitBukuKedokteran EGC. Jakarta.

Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. AsuhanNeonatusBayidanBalita.Jakarta : TIM

Sudarti. 2010. Kelainan Dan PenyakitPadaBayidanAnak. Yogyakarta: NuhaMedika.

Anda mungkin juga menyukai