Anda di halaman 1dari 13

Definisi

Pada kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui tuba falopi (saluran tuba) menuju
ke uterus (rahim). Telur tersebut akan berimplantasi (melekat) pada rahim dan mulai tumbuh
menjadi janin. Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan tumbuh di
tempat yang tidak semestinya.

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri. Sering disebut juga
kehamilan ekstrauterin. Kurang tepat, karena kehamilan pada cornu uteri atau serviks uteri
(intrauterin) juga masih termasuk sebagai kehamilan ektopik (Cakul, 2000).

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar ronnga uterus (Syarifudin,
2001).

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang ditandai dengan terjadinya implantasi di luar
endometrium kavum uteri setelah fertilisasi (syafrudin, 2001).

Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh dan
berkembang di luar endometrium kavum uteri. Bila kehamilan tersebut mengalami proses
pengakhiran (abortus) maka disebut kehamilan ektopik terganggu (Achadiat, 2004).

Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus
atau pecah dan hal ini berbahaya bagi wanita tersebut (Yulaikhah, 2009).

Lokasi Kehamilan Ektopik

 Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi (98%),

1. Ujung fimbriae tuba falopii (17%)


2. Ampula tubae ( 55%)
3. Isthmus tuba falopii (25%)
4. Pars interstitsialis tuba falopii (2%)

 ovarium (indung telur),


 rongga abdomen (perut),
 serviks (leher rahim)
Lokasi Kehamilan Ektopik

Etiologi

Etiologi pasti tak diketahui.

Faktor Resiko

Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun perlu diingat
bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan
ektopik adalah :

1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya

Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar 15% setelah
kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua.

2. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron

Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral (3 –
4%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil
progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel
telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.

3. Kerusakan dari saluran tuba

Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut sehingga menyebabkan
telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan
gangguan saluran tuba diantaranya adalah :

 Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali dibandingkan wanita yang
tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan masa
ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di
saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh
 Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba, gangguan
pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia,
gonorea
 Endometriosis : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba
 Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul, pengobatan
infertilitas seperti bayi tabung –> menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba.

2.5 Tanda dan Gejala

Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda seperti kehamilan pada
umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah, mudah lelah, dan perabaan keras pada
payudara.

a. Gejala

Nyeri ─ Nyeri panggul atau abdomen hampir selalu terdapat.

 Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral ; terlokalisir atau menyebar.


 Nyeri subdiafragma atau nyeri bahu tergantung ada atau tidaknya perdarahan intra-
abdominal.

Perdarahan ─ Perdarahan uterus abnormal (biasanya berupa bercak perdarahan ) terjadi pada
75% kasus yang merupakan akibat dari lepasnya sebagian desidua.

Amenorea ─ Amenorea sekunder tidak selalu terdapat dan 50% penderita KE mengeluhkan
adanya spotting pada saat haid yang dinanti sehingga tak jarang dugaan kehamilan hampir tidak
ada.

Sinkope ─ Pusing, pandangan berkunang-kunang dan atau sinkope terjadi pada 1/3 sampai ½
kasus KET.

“Desidual cast”─ 5 – 10% kasus kehamilan ektopik mengeluarkan ”desidual cast” yang sangat
menyerupai hasil konsepsi.

b. Tanda

Ketegangan abdomen ─

 Rasa tegang abdomen yang menyeluruh atau terlokalisir terdapat pada 80% kasus
kehamilan ektopik terganggu
 Nyeri goyang servik (dan ketegangan pada adneksa) terdapat pada 75% kasus kehamilan
ektopik.

Masa adneksa ─ Massa unilateral pada adneksa dapat diraba pada ⅓ sampai ½ kasus KE.
Kadang-kadang dapat ditemukan adanya masa pada cavum Douglassi (hematocele)
Perubahan pada uterus ─ Terdapat perubahan-perubahan yang umumnya terjadi pada
kehamilan normal seperti ada riwayat terlambat haid dan gejala kehamilan muda

Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala diatas, maka dikatakan
bahwa wanita tersebut mengalami Kehamilan Ektopik Terganggu. Apabila anda merasa hamil
dan mengalami gejala-gejala seperti ini maka segera temui dokter anda. Hal ini sangat penting
karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa apabila ruptur (pecah) dan menyebabkan
perdarahan di dalam.

Patofisiologi

Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam
perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat
terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat
dari hal ini yaitu :

1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal
(fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla,
darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu
banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.

Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan
vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit
hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.

a. Abortus Tuba

Perjalanan Lebih Lanjut dari Abortus Tuba


Terjadi pada 65% kasus dan umumnya terjadi implantasi didaerah fimbriae dan ampula.

Berulangnya perdarahan kecil pada tuba menyebabkan lepasnya dan yang diikuti dengan
kematian ovum.

Perjalanan selanjutnya adalah :

1. Absorbsi lengkap secara spontan.


2. Absorbsi lengkap secara spontan melalui ostium tubae menunju cavum peritoneum.
3. Abosrbsi sebagian sehingga terdapat konsepsi yang terbungkus bekuan darah yang
menyebabkan distensi tuba.
4. Pembentukan “tubal blood mole”.

b. Ruptur Tuba

1. Perjalanan Lebih Lanjut Ruptur


TubaTerjadi pada 35% kasus dan seringkali terjadi pada kasus kehamilan ektopik dengan
implantasi didaerah isthmus.

Ruptura pars ampularis umumnya terjadi pada kehamilan 6 – 10 minggu , namun ruptura
pada pars isthmica dapat berlangsung pada usia kehamilan yang lebih awal.

Pada keadaan ini trofoblast menembus lebih dalam dan seringkali merusak lapisan serosa
tuba, ruptura dapat berlangsung secara akut atau gradual .

Bila ruptur terjadi pada sisi mesenterik tuba maka dapat terjadi hematoma ligamentum
latum.

Pada kehamilan ektopik pars interstitisialis, ruptura dapat terjadi pada usia kehamilan
yang lebih “tua” dan menyebabkan perdarahan yang jauh lebih banyak.

Patologi
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama halnya di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Perkembangan
telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini
dan kemudian diresobsi. Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen
tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis.
Pembentukan desidua di tuba tidak sempurna. Perkembangan janin selanjutnya
bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan
banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.

Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan. Sebagian besar
kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.

1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi

2. Abortus ke dalam lumen tuba

3. Ruptur dinding tuba

(www.medforum.nl)

Komplikasi Kehamilan Ektopik (Perdarahan)

2.8 Diagnosa Kehamilan Ektopik Terganggu

1. Anamnesis : riwayat terlambat haid / amenorrhea, gejala dan tanda kehamilan muda,
dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah.
2. Pemeriksaan fisis : keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk, ada tanda
akut abdomen. Saat pemeriksaan adneksa dengan vaginal touché, ada nyeri bila porsio
digerakkan (nyeri goyang porsio).
3. Pemeriksaan penunjang diagnostik : urine B-hCG (+), kuldosentesis (ditemukan darah di
kavum Douglasi), USG.
4. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.

2.9 Diagnosis Banding Kehamilan Ektopik Terganggu

Hati-hati dengan diagnosis banding, misalnya appendisitis pada usia kehamilan muda : mungkin
ada tanda kehamilan, mungkin juga ada tanda akut abdomen – sebaliknya kehamilan ektopik
terganggu belum tentu pula disertai gejala perdarahan. Diagnosa diferensial dari kehamilan
ektopik yaitu:

1) abortus biasa

2) salpingitis akut

3) appendicitis akut

4) rupture korpus luteum

5) torsi kista ovarium

6) mioma submukosa yang terpelintir

7) retrofleksi uteri gravida inkarserata

8)rupture pembuluh darah mesenterium

Di bawah ini dikemukakan perbedaan gejala dan tanda :

GEJALA KET Abortus Kista ovarium Infeksi pelvis


Amenore Ada (75%) Semua Tidak Ada (25%)

Perdarahan Sedikit Banyak Tidak Bisa ada


pervaginam
Banyak Tidak Tidak Tidak
Perdarahan
abdominal <38 C Tidak Tidak >38 C

Pireksia Di bawah Tidak Ada Ada bilateral

Massa pelvis Sedikit membesar Membesar Tidak Tidak besar

Uterus Hebat Tidak Hebat Nyeri

Nyeri Ada Bias ada Tidak Tidak

Anemia Bisa ada Tidak Tidak Ada


Lekositosis (+)75% (+) Tidak Tidak

Reaksi kehamilan Ada Tidak Tidak Tidak

Shiffting dullness

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan untuk
mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:

Laboratorium

 Hematokrit

Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.

 Sel darah putih

Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis.

 Tes kehamilan

Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG positif. Pada kehamilan
intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan
ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya
menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon yang
rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.

Pemeriksaan Penunjang/Khusus

 Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari


rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan
seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain
 Laparoskopi ─ peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti
oleh USG
 D & C ─ Dilakukan untuk konfirmasi diagnosa pada kasus dimana pasien tak
menghendaki kehamilan. Bila hasil kuretase hanya menunjukkan desidua, maka
kemungkinan adanya kehamilan ektopik harus ditegakkan.
 Laparotomi ─ Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan
gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).
 Kuldosintesis ─ Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk
menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak perlu
dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan intraabdominal sudah dapat ditegakkan
dengan cara pemeriksaan lain.
2.11 Tatalaksana

Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran
kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui:

1. Obat-obatan

Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan adalah
methotrexate (obat anti kanker).

2. Operasi

Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan yang
lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila
memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.

Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :

1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi
longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan
keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi
superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

Operasi Laparoskopik : Salfingostomi

Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-hCG rendah maka
dapat diberikan injeksi methrotexate kedalam kantung gestasi dengan harapan bahwa trofoblas
dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.

Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:

1. Ukuran kantung kehamilan <>


2. Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik

Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :

1. Masa tuba <>


2. Usia kehamilan <>
3. Janin mati
4. Kadar β-hCG <>

Kontraindikasi pemberian Methrotexate :

1. Laktasi
2. Status Imunodefisiensi
3. Alkoholisme
4. Penyakit ginjal dan hepar
5. Diskrasia darah
6. Penyakit paru aktif
7. Ulkus peptikum

Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap
minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan “second look operation”.

2.12 Pencegahan

Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara
aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti
berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang
pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat
menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya
kehamilan ektopik.

Kita tidak dapat menghindari 100% risiko kehamilan ektopik, namun kita dapat mengurangi
komplikasi yang mengancam nyawa dengan deteksi dini dan tatalaksana secepat mungkin. Jika
kita memiliki riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, maka kerjasama antara dokter dan ibu
sebaiknya ditingkatkan untuk mencegah komplikasi kehamilan ektopik.

2.13 Prognosis kehamilan di masa depan

Adalah suatu kewajaran untuk khawatir menganai masalah kesuburan setelah mengalami
kehamilan ektopik. Seseorang yang mengalami kehamilan ektopik bukan berarti tidak dapat
mengalami kehamilan normal namun berarti seseorang memiliki kemungkinan untuk mengalami
kehamilan ektopik lagi di masa depan.

Umumnya penyebab kehamilan ektopik (misalnya penyempitan tuba atau pasca penyakit radang
panggul) bersifat bilateral. Sehingga setelah pernah mengalami kehamilan ektopik pada tuba satu
sisi, kemungkinan pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba sisi yang lain

Apabila saluran tuba ruptur (pecah) akibat kehamilan ektopik dan diangkat melalui operasi,
seorang wanita akan tetap menghasilkan ovum (sel telur) melalui saluran tuba sebelahnya namun
kemungkinan hamil berkurang sebesar 50 %. Apabila salah satu saluran tuba terganggu (contoh
karena perlekatan) maka terdapat kemungkinan saluran tuba yang di sebelahnya mengalami
gangguan juga. Hal ini dapat menurunkan angka kehamilan berikutnya dan meningkatkan angka
kehamilan ektopik selanjutnya. Pada kasus yang berkaitan dengan pemakaian spiral, tidak ada
peningkatan risiko kehamilan ektopik apabila spiral diangkat.

REFERENSI
1. Anthonius Budi. M, Kehamilan Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta, 2001.
2. Arif M. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.
3. Hanifa W, dkk., IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1992, Hal. 323-334.
4. ____________, Ilmu Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1999, Hal 250-255.
5. Karsono, B. Ultrasonografi dalam Obstetri, dalam : Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan.
FKUI. Jakarta 2002
6. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri ed 2. EGC. Jakarta. 1998
7. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. ” Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal”. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
8. Rachimhadhi, T. Kehamilan Ektopik, dalam : Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. FKUI.
Jakarta. 2002
9. Rustam. M, MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.226-
235.
10. Taber Ben-Zoin. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC.
Jakarta
11. Wijayanegara, H. Ultrasonografi Dalam Bidang Obstetri, dalam : Dasar-dasar
Ultrasonografi dan Peranannya pada Keadaan Gawat Darurat. Penerbit ALUMNI. 1985
12. Yulaikhah Lily. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. EGC. Jakarta.
13. http://hidayat2.wordpress.com/category/materi-kuliah/page/4/
14. http: //www.khairmidwifery07.blogspot.com/2009_06_01_arch…
15. http://www.indianradiologist.com/cme2.htm
16. http://radiology.creighton.edu/pregnancy.htm
Beberapa hal dibawah ini ada hubungannya dengan terjadinya kehamilan ektopik:
 Pengaruh faktor mekanik : Faktor-faktor mekanis yang menyebabkan kehamilan
ektopik antara lain: riwayat operasi tuba, salpingitis, perlekatan tuba akibat operasi
non-ginekologis seperti apendektomi, pajanan terhadap diethylstilbestrol,
salpingitis isthmica nodosum (penonjolan-penonjolan kecil ke dalam lumen tuba
yang menyerupai divertikula), dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Hal-hal
tersebut secara umum menyebabkan perlengketan intra- maupun ekstraluminal
pada tuba, sehingga menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri. Faktor
mekanik lain adalah pernah menderita kehamilan ektopik, pernah mengalami
operasi pada saluran telur seperti rekanalisasi atau tubektomi parsial, induksi
abortus berulang, tumor yang mengganggu keutuhan saluran telur.
 Pengaruh faktor fungsional : Faktor fungsional yaitu perubahan motilitas tuba yang
berhubungan dengan faktor hormonal. Dalam hal ini gerakan peristalsis tuba
menjadi lamban, sehingga implantasi zigot terjadi sebelum zigot mencapai kavum
uteri. Gangguan motilitas tuba dapat disebabkan oleh perubahan keseimbangan
kadar estrogen dan progesteron serum. Dalam hal ini terjadi perubahan jumlah dan
afinitas reseptor adrenergik yang terdapat dalam utrus dan otot polos dari saluran
telur. Ini berlaku untuk kehamilan ektopik yang terjadi pada akseptor kontrasepsi
oral yang mengandung hanya progestagen saja, se telah memakai estrogen dosis
tinggi pascaovulasi untuk mencegah kehamilan. Merokok pada waktu terjadi
konsepsi dilaporkan meningkatkan insiden kehamilan ektopik yang diperkirakan
sebagai akibat perubahan jumlah dan afinitas reseptor adrenergik dalam tuba.
 Kegagalan kontrasepsi : Sebenarnya insiden sesungguhnya kehamilan ektopik
berkurang karena kontrasepsi sendiri mengurangi insidensi kehamilan. Akan tetapi
dikalangan para akseptor bisa terjadi kenaikan insiden kehamilan ektopik apabila
terjadi kegagalan pada teknik sterilisasi. Alat kontrasepsi dalam Rahim selama ini
dianggap sebagai penyebab kehamilan ektopik. Namun ternyata hanya AKDR yang
mengandung progesteron yang meningkatkan frekuensi kehamilan ektopik. AKDR
tanpa progesteron tidak meningkatkan risiko kehamilan ektopik, tetapi bila terjadi
kehamilan pada wanita yang menggunakan AKDR, besar kemungkinan kehamilan
tersebut adalah kehamilan ektopik.
 Peningkatan afinitas mukosa tuba : Dalam hal ini terdapat elemen endometrium
ektopik yang berdaya meningkatkan implantasi pada tuba.
 Pengaruh proses bayi tabung Beberapa kejadian kehamilan ektopik dilaporkan
terjadi pada proses kehamilan yang terjadi dengan bantuan teknik-teknik
reproduksi (assisted reproduction). Kehamilan tuba dilaporkan terjadi pada GIFT
(gamete intrafallopian transfer), IVF (in vitro fertilization), ovum transfer, dan
induksi ovulasi. Induksi ovulasi dengan human pituitary hormone dan hCG dapat
menyebabkan kehamilan ektopik bila pada waktu ovulasi terjadi peningkatan
pngeluaran estrogen urin melebihi 200 mg sehari.

Anda mungkin juga menyukai