D-III KEBIDANAN
TAHUN 2018
Disusun Oleh : Kelompok 1
1. Al Mar’atush S (102017001)
2. Anggieta Febriana (102017002)
3. Ayu Retno S ( 102017003)
4. Badriyatul Masruroh (102017004)
5. Dhea Diptyahayu M (102017005)
6. Diah Ayu Kurniawati (102017006)
7. Dian Puspita (102017007)
8. Dinda Oktaria A (102017008)
9. Erwina Siti Nabilah (102017009)
FIMOSIS DAN
HIPOSPADIA
FIMOSIS
Fimosis adalah pembukaan prepusium yang kecil,
sehingga prepusium tidak dapat ditarik kebelakang glands
penis.
Etiologi
Adanya penyempitan pada ujung preputium karena
terjadi perlengketan dengan glans penis (tidak dapat ditarik ke
proksimal) sehingga pada saat miksi terjadi gangguan aliran
urin dimana urin mengumpul di ruang antara preputium dan
glans penis (tampak menggelembung).
PATOFISIOLOGIS
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena
terdapat adesi antara prepusium dengan glans penis. Hingga
usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris
yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul
didalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan
prepusium dari glans penis.
Tanda dan Gejala Fimosis
a. Ujung kulit penis mengerut dan tak bisa ditarik ke
arah pangkal ketika akan dibersihkan.
b. Anak mengejan saat buang air kecil, karena muara
saluran kencing di ujung penisnya tertutup.
b. Biasanya, dia menangis dan pada ujung penisnya
tampak menggembung.
c. Air seni yang keluar tidak lancar. Kadang-kadang
menetes dan kadang memancar dengan arah yang
tidak dapat diduga.
d. Anak menangis setiap kali buang air kecil dan
kadang disertai demam, akibat terjadi infeksi.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
1. Ulserasi meatus
2. Nyeri saat berkemih
3. Kasus yang berat dapat menimbulkan retensi
urine
DIAGNOSIS
PATOFISIOLOGI
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap
terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari
penis. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai
topi yang menutup sisi dorsal dari glans.
KOMPLIKASI
Komplikasi awal yang terjadi adalah perdarahan, infeksi,
dan edema.
Komplikasi lanjut:
1. Stenosis sementara karena edema atau hipertropi scar
pada tempat anastomosis.
2. Kebocoran traktus urinaria karena penyembuhan yang
lama.
3. Fistula uretrocutaneus
4. Striktur uretra
DIAGNOSIS
Dapat didiagnosis pada pemeriksaan ultrasound prenatal.
Pemeriksaan penunjang yaitu urethtroscopy dan cystoscopy untuk
memastikan organ-organ seks internal terbentuk secara normal. Excretory
urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas
kongenital pada ginjal dan ureter.
Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, perlu dilakukan
pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya. Bayi
yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis
dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan.
PENATALAKSANAAN
1. Koreksi bedah
Tujuan dari terapi adalah membentuk penyesuaian dan
panjang uretra adekuat, membuka pada ujung glands, untuk
memberikan orifisium yang tidak tersumbat yang diarahkan
kedepan untuk mencegah penyebaran dan memberikan penis
yang cukup lurus untuk memungkinkan hubungan seksual.
2. Persiapan pra bedah
3. Penatalaksanaan pasca bedah
TERIMA KASIH
WASSALAMU’ALAIKUM
WR. WB