Anda di halaman 1dari 13

mutiazainivitaloka

Ukuran – ukuran Kepala Janin


BAB I

PEMBAHASAN

Ukuran – ukuran Kepala Janin

Kepala janin Merupakan bagian tubuh yang paling besar dan paling keras yang akan
dilahirkan.
Besar dan posisi kepala janin akan sangat menentukan dan mempengaruhi jalannya
persalinan.
Trauma pada kepala bayi selama persalinan dapat mempengaruhi kehidupannya : hidup
sempurna, cacat, atau meninggal. Kepala secara garis besar dapat dibagi menjadi tulang-
tulang tengkorak (kranium), tulang-tulang dasar tengkorak (basis kranii) dan tulang-tulang
muka. Tulang tengkorak (kranium) bayi paling menentukan keberhasilan proses persalinan
pervaginam, karena daerahnya relatif paling luas dan mengalami kontak langsung dengan
jalan lahir.

Ukuran-ukuran diameter kepala bayi yang menentukan di antaranya :

1. Presentasi Belakang Kepala, Kepala melewati vulva dengan diameter sub


mentobregmantika ( 9,5 cm ).
2. Presentasi Puncak Kepala, Diameter yang berperan Diameter Oksipito Frontalis (
±11,5cm).
3. Presentasi Dahi, Diameter Oksipitomentalis ( ±13 cm).
4. Presentasi Muka, Diameter Submentobregmantika ( 9,5 cm).
5. Diameter Biparietalis, Ukuran lintang antara os parietal kanan / kiri.
6. Diameter Bitemporalis, Ukuran lintang terkecil antara 2 temporalis (±8cm)

Ukuran-ukuran sirkumferensia / lingkar kepala bayi :

1. Sirkumferensia Suboksipito-bregmatika ( 32 cm)


2. Sirkumferensia Oksipito-frontalis ( 34 cm)
3. Sirkumferensia Mento oksipitalis ( 35 cm)
4. Sirkumferensia Submento-bregmatikus ( 32 cm)
Bidang Hodge

Hodge, menemukan bidang-bidang lain dalam panggul untuk mengetahui seberapa jauh
penurun kepala pada panggul yang dikenal dengan Bidang Hodge. Beliau juga mengajarkan
pelajaran kebidanan tentang letak verteks/letak belakang kepala, mekanisme letak sungsang,
pemasangan forsep, dan mengubah letak kepala dengan tangan sebelum memasang cunam.

Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian terendah janin turun ke
dalam panggul pada persalinan dan terdiri atas empat bidang:

1. Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium.
2. Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian
bawah symphisis.
3. Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi
spina isciadika kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak
setinggi os koksigeus.

Sutura

Sutura adalah batas antara 2 tulang, sedangkan fontanella merupakan antara sudut – sudut
tulang terdapat ruang ditutup dengan membran.

Beberapa sutura pada tengkorak :

 Sutura Sagitalis Superior, yang menghubungkan kedua ossis parietalis kiri dan kanan
 Sutura Koronaria, yang menghubungkan os parietalis dengan os frontalis
 Sutura Lamboidea , yang menghubungkan os parietalis dengan os oksipitalis
 Sutura Frontalis, yang menghubungkan kedua ossis frontalis.

Terdapat 2 fontanella ( Ubun – ubun) yaitu :

 Fontanella Minor ( Ubun-ubun Kecil), berbentuk segitiga, dan terdapat ditempat


sutura sagitalis superior bersilang dengan sutura lamboidea.
 Fontanella Mayor (Ubun-ubun Besar), berbentuk segiempat panjang, terdapat
ditempat sutura sagitalis superior dan sutura frontalis bersilang dengan sutura
koronaria.

Molase Kepala Janin

Adalah perubahan bentuk kepala sebagai akibat penumpukan tulang tengkorak yang saling
overlapping satu sama lain karena belum menyatu dengan kokoh dan memungkinkan
terjadinya pergeseran sepanjang garis sambungnya. Molase (Molding) melibatkan seluruh
tengkorak kepala, dan merupakan hasil dari tekanan yang dikenakan atas kepala janin oleh
struktur jalan lahir ibu. Sampai batas-batas tertentu, molase akan memungkinkan diameter
yang lebih besar bisa menjadi lebih kecil dan dengan demikian bisa sesuai melalui panggul
ibu.

Molase ( penyusupan ) adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala janin dapat
menyesuaikan diri dengan bagian atas panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup /
tumpang tindih menunjukan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul ( Chepalo
Pelvic Disproportion ) CPD.

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin, temuan dicatat
pada partograf dengan lambang :

0 : Tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dipalpasi.

1 : Tulang – tulang kepala janin tumpang tindih, tetapi masih dapat dipisahkan.

2 : Tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

3 : Tulang – tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
PENURUNAN KEPALA JANIN MENURUT SISTEM PERLIMAAN

Periksa Luar Periksa Dalam Keterangan


Kepala diatas PAP, mudah
5/5
digerakkan
Sulit digerakkan, bagian terbesar
4/5 H I-II
kepala belum masuk panggul
Bagian terbesar kepala belum
3/5 H II-III
masuk panggul
Bagian terbesar kepala sudah
2/5 H III +
masuk panggul
1/5 H III-IV Kepala di dasar panggul
0/5 H IV Di perineum

Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari atau perlimaan adalah :

1. 5/5 jika terbawah janin seluruhnya teraba diatas simpisis pubis.


2. 4/5 jika sebagian 1/5 bagian terbawah janin memasuki PAP
3. 3/5 jika sebagian 2/5 bagian terbawah janin sudah masuk rongga panggul.
4. 2/5 jika sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas simpisis dan 3/5
bagian terbawah telah turun melewati bidang tengah rongga panggul.
5. 1/5 jika hanya 1 dan 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada
diatas simpisis dan 4/5 telah masuk ke rongga panggul.

6.0/5 ji an terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari


pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin.ka bagi

Rumus Taksiran Berat Janin (TBJ)

Taksiran berat janin dianggap penting pada masa kehamilan karena pertumbuhan janin
intrauterine berlangsung tidak konstan, yaitu berlangsung cepat pada awal masa kemudian
melambat seiring bertambahnya usia kehamilan dan berhubungan dengan meningkatnya
risiko terjadinya komplikasi selama persalinan pada ibu dan bayi seperti berat lahir rendah
atau berat lahir berlebih. Ibu yang sehat akan melahirkan bayi sehat. Salah satu factor yang
mempengaruhi terhadap kesehatan ibu adalah keadaan gizi ibu. Pada penelitian ini status gizi
ibu dinilai dari ukuran lingkar lengan atas (LLA) ibu. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan akurasi taksiran berat janin dengan rumus Lohnson dibandingkan
dengan berat lahir actual pada ibu hamil gizi baik dan ibu hamil gizi buruk berdasarkan
lingkar lengan atas.Metode penelitian yang digunakan adalah studi non eksperimental dengan
pendekatan cross-sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 ibu
hamil inpartu di klinik bersalin di Yogyakarta yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi. Analisis statistik yang dipakai adalah analisis chi square.Dari hasil analisis data,
didapatkan hasil pada status gizi p=0.603 (p0.05); OR=1,6 (OR1).Dari penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan akurasi antara ibu hamil gizi baik dan ibu hamil gizi
buruk.

Tinggi Fudus Uteri

Tinggi fudus adalah jarak antara tepi atas simfisis pubis dan p[uncak fudus uteri. Pemeriksaan
fudus dilaksanankan saat utereri sedang tidak dalam keadaan kontraksi, bias dengan cara
manual atau menggunakan pita lila

Pemeriksaan fudus uteri bertujuan untuk menentukan usia kehamilan, menentukan tafsiran
berat janin apakah ada hambatan pertumbuhan janin atau tidak.

Secara umum persalinan pervaginam dapat dilakukan jika memenuhi tiga faktor utama:

1. Power. (His ditambah kemampuan ibu mengejan)


2. Passage (Jalan lahir)
3. Passanger (Janin,plasenta, dan selaput ketuba

Berat janin yang berlebih kadang menjadi kendala bagi para bidan yg akan menolong
persalinan per vaginam. Disini coba kami sampaikan :rumus menghitung berat janin dalam
uterus (rumus Lohnson) dan rumus hodge.
RUMUS TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN PADA SAAT KALA 1

1. LOHNSON

Ø Jika kepala belum masuk PAP maka rumusnya:

Berat Janin = (tinggi fudus uteri – 12 ) x 155 gram

Ø Jika kepala sudah masuk PAP maka rumusnya:

Berat Janin = (tinggi fudus uteri – 11 ) x 155 gram

1. HODGE

Rumus : tinggi fundus ( cm ) – N x 155

1. HODGE I: N = 13 bila kepala belum melewati PAP


2. HODGE II: N = 12 bila kepala berada diatas spina isciadika
3. HODGE III: N = 11 bila kepala berada dibawah spina isciadika

Contohnya:

Diketahui TFU 26cm


TBJ = (TFU-13) x 155

= (26-13) x 155

= 2015 gram

Sedangkan TBJ menurut TFU normal UK 7 bulan adaah

TBJ = (TFU-13) x 155

= (30-13) x 155

= 2636 gram

Menghitung taksiran berat janin (TBJ) dengan rumus diatas keakuratannya akan meleset ,
karena faktor sbb:

 Ketebalan didnding abdomen, ini membuat kita kesulitan dalam menentukan lokasi
fundus uteri.
 Rumus ini tidak dikhususkan untuk wanita Indonesia, pola makan yg berbeda akan
menentukan besarnya janin.

o Penanganan kelainan posisi (positio occipito posterior persistensi)


Umunya dapat lahir spontan, namun bila ada indikasi, dapat dipilih antara
ekstraksi vakum atau forseps.

Ekstraksi dengan forceps

1. Anak dilahirkan dengan oksiput tetap dibelakang ¬


terutama dilakukan jika ada faktor – faktor yang menyukarkan rotasi ke
deapan seperti panggul anthropoid atau android

2. Anak dilahirkan dengan oksiput sebelah depan


Dilakukan jika tidak adanya faktor yang menghalangi rotasi sangat sukar.
Oleh karena itu, dalam praktik baiknya forceps dipasang biparietal dan
dilakukan tarikan. Jika kepala dengan oksiput di belakang. Namun, jika
ternyata waktu menarik kepala ada kecenderungan untuk memutar ke
depan, kita bantu dengan forsep. Cara yang dilakukan adalah menurut
teknik scanzoni
Ekstraksi dengan vakum.

Pada ekstraksi dengan vakum ekstator kita ikuti arah putaran ubun-ubun
kecil dengan hanya dilakukan penarikan kepala ke bawah dengan arah
tarikan yang disesuaikan dengan tingkat turunnya kepala
Presentasi oksiput posterior,Penanganan :

a. Persalinan akan terganggu (lama) bila rotasi spontan tidak terjadi (90%
akan terjadi rotasi spontan menjadi oksiput anterior.)
b. Pecahkan ketuban
c. Bila kepala tdk turun (teraba > 3/5 diatas PAP) ð lakukan seksio sesarea
d. Bila pembukaan serviks belum lengkap, tdk ada tanda2 obstruksi ð drips
oksitosin
e. Pembukaan lengkap & Kala II lama & tdk ada tanda2 obstruksi ð drips
oksitosin
f. Syarat2 terpenuhi ð ekstraksi vakum atau forsep

Presentasi puncak kepalaØ


Adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi minimal dengan sinsiput
merupakan bagian terendah.
Penanganan :

a. dapat ditunggu kelahiran spontan


b. episiotomy
c. bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah didasar
panggul, maka dilakukan ekstraksi forcep.

Presentasi dahi
Adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi maksimal sedang dahi
merupakan bagian terendah. Terjadi pada 1 dari 400 kelahiran. Biasanya
akan berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala.

Penanganan

a. bayi kecil maka bisa lahir spontan


b. jika pada kala 1 kepala belum masuk ke dalam rongga panggul, dapat
diusahakan dengan melakukan perasat Thorn (10% bisa menjadi presentasi
muka/ belakang kepala jika tidak berhasil lakukan SC.
c. jalan persalinan tak lancar/pembukaan belum lengkap/janin besar dan
sukar melewati PAP kemudaian terjadi molage hebat maka lakukan Sectio
caesaria
d. jika janin mati lakukan pembukaan lengkap dan lakukan kraniotomi dan
jika pembukaan tidak lengkap lakukan SC.

1. Presentasi muka
Adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi maksimal sedang muka
merupakan bagian terendah. Terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran.Penanganan
:
a. periksa apakah ada CPD jika positif ada maka lakukan SC dan jika
negatif dan kondisi baik lakukan persalinan pervaginam
b. dalam kehamilan, bila terjadi posisi mentoposterior (dagu berada di
belakang) perasat Schatz
c. dalam persalinan

1. konservatif dan aktif : tidur miring kesebelah dagu, bila mentoanterior


lahir spontan, bila mentoposterior ubah menjadi mentoanterior dengan
perasat Thorn atau forsep jika tidak berhasil lakukan SC.
2. janin mati embriotomi

Letak sungsang
Adalah keadaan janin dimana letaknya memanjang dgn bagian terbawah
bokong dengan atau tanpa kaki. Angka kejadian mencapai 3 % dari
kelahiran.Klasifiaksi :

Ada 4 presentasi yaitu


a. presentasi bokong murni, kedua kaki menjungkit ke atas terletak dekat
kepala
b. presentasi bokong kaki, kedua kaki disamping bokong dsb sempurna, bila
hanya satu kaki dsb tidak sempurna.
c. presentasi kaki, bgn terendah 2 kaki dsb presentasi kaki sempurna, bila
hanya 1 dsb presentasi kaki tidak sempurna.
d. presentasi lutut, bgn terendah 2 lutut dsb sempurna, bila hanya 1 dsb tidak
sempurna

Penanganan :
a. Dalam kehamilan, Bila ditemui pada primigravida hendaknya diusahakan
versi luar yang dilakukan antara 34 dan 38 minggu. Sebelum melakukan versi
luar, diagnosis letak janin harus pasti dan denyut jantung janin harus dalam
keadaan baik. Perlu diingat kotraindikasi versi luar ialah panggul sempit,
perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, dan plasenta previa.

b. Dalam persalinan, Untuk menolong persalinan letak sungsang ini


diperlukan ketekunan dan kesabaran. Pertama-tama tentukan apakah ada
kelainan yang mengindikasikan untuk seksio sesarea. Apabila tidak ada, dan
diperkirakan dapat dilahirkan pervaginam maka hendaknya pengawasan
dilakukan secara seksama. Setelah bokong lahir, jangan menarik atau
mengadakan dorongan secara Kristeller karena dapat menyulitkan kelahiran
lengan dan bahu. Untuk melahirkan bahu dan kepala dapat dipilih perasat
Bracht. Sedangkan untuk melahirkan lengan dan bahu dapat dipakai cara
klasik yaitu Mueller / Loevset. Kepala janin dapat dilahirkan secara
Mauriceau.
Presentasi rangkap
Penanganan :
a)Pada sebagian besar kasus, penatalaksanaan kasus adalah ekspektatif oleh
karena jarang mengganggu jalannya persalinan dan umumnya tangan janin
secara reflektoar akan ditarik sehingga tidak lagi mengganggu jalannya
persalinan.
b)Tindakan yang bisa dikerjakan adalah dengan mereposisi tangan dan
menurunkan kepala kedalam jalan lahir secara bersamaan.

Letak lintang

Keadaan di mana sumbu panjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu
panjang tubuh ibu – Knee-chest position, Pada primigravida umur kehamilan
kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika lebih dari 28
minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai
persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi
lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi
lutut dada sampai persalinan.

Presentasi gandaØ

Menumbungnya satu ekstremitas disisi bagian terbawah janin dan kedua


bagian ini sekaligus berada didalam panggul.
Penanganan :
-Jika lengan menumbung disamping kepala, keadaan tersebut harusØ
diawasi ketat apakah lengan keluar bersama dengan penurunan bagian
terbawah janin. Jika gagal mengikuti penurunan tersebut/bila tampaknya
menghalangi penurunan kepala, lengan yang menumbung tersebut secara
perlahan-lahan harus didorong ke atas dan bersamaan dengan itu, kepala
akan turun karena tekanan fundus uteri.udah masuk ke rongga panggul.

POSISIO OKSIPITALIS POSTERIOR PERSISTEN

Pada 10% kehamilan, kepala masuk PAP dengan oksiput berada pada segmen posterior
panggul.
Sebagian besar keadaan ini terjadi pada arsitektur panggul yang normal, sebagian kecil terjadi
pada bentuk android.
Diagnosa ditegakkan melalui palpasi abdomen dimana punggung janin teraba disatu sisi
pinggang ibu dan dilokasi tersebut DJJ terdengar paling keras.
Pada persalinan, pemeriksaan VT dapat memberi informasi yang lebih banyak dengan
terabanya occiput dan ubun-ubun besar .
Selama persalinan berlangsung, kepala janin memperoleh tekanan kearah pelvis sehingga
terjadi fleksi kepala. Setelah dilatasi lengkap, proses persalinan selanjutnya dapat terjadi
melalui satu dari 3 kemungkinan dibawah :

Kemungkinan arah Putar Paksi Dalam ( PPD) pada posisio oksipitalis posterior
1. 65% kasus, kepala melakukan PPD sejauh 1350 sehingga occiput berada dibelakang
simfisis (rotasi panjang) → persalinan spontan pervaginam normal.
2. 20% kasus, kepala tidak dapat melalukan PPD secara lengkap sehingga ubun-ubun
kecil berada dikiri atau dikanan (“deep tranverse arrest”).
3. 15% kasus, terjadi PPD 450 kearah posterior (rotasi pendek) → positio occipitalis
posterior persisten.

Rotasi panjang kearah anterior

Rotasi pendek kearah posterior (mendekati sacrum)


Persalinan pervaginam dapat terjadi melalui berbagai kemungkinan :

1. Persalinan spontan.
2. Ekstraksi cunam dengan occiput posterior.
3. Rotasi manual menjadikan occiput anterior dan diikuti dengan persalinan spontan atau
dengan ekstraksi cunam.
4. Rotasi dengan cunam kearah occiput anterior dan kemudian dilahirkan.

PROGNOSA
Fitzpatrick dkk (2001) , Ponkey dkk (2003) : membandingkan prognosa antara 246 pasien
POPPersisten dengan presentasi occiput anterior (POA) dan tercatat adanya komplikasi
persalinan yang lebih tinggi pada POPP dibandingkan pada POA.
Hanya 40% kasus POPP yang dapat mengalami persalinan spontan pervaginam.
12% kasus POPP berakhir dengan SC atas indikasi distosia.

POSISI OKSIPITO TRANVERSAL PERSISTSN


(deep tranverse arrest – letak malang melintang rendah)

Pada arsitektur panggul normal, posisi occiput tranversal umumnya bersifat sementara
sebelum berakhir sebagai posisi occiput anterior atau posterior.
Bila his cukup kuat, terjadi PPD keanterior dan persalinan dapat berlangsung secara normal
atau dengan bantuan ekstraksi cunam outlet.
Bila his tidak kuat atau terdapat kelainan bentuk panggul, persalinan pervaginam mungkin
berlangsung dengan didahului oleh tindakan rotasi manual kepala dilanjutkan dengan
persalinan ekstraksi cunam dengan occiput di anterior atau di posterior.
Etiologi posisi occipitalis tranversal tidak selalu sederhana. Panggul jenis platipeloid atau
android tidak memiliki cukup ruangan untuk terjadinya rotasi kepala.
Pada panggul android, engagemen tidak terjadi sehingga kulit kepala sering terlihat didepan
introitus vagina sebagai akibat adanya molase dan pembentukan caput yang berlebihan.
Dalam keadaan ini tindakan persalinan dengan cunam harus dilakukan secara hati-hati dan
tidak dipaksakan.
Daftar pustaka

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP


2. Mochtar,Rustam.1998 . Sinopsis Obstetri: Obstetri Fiologi/Obstetri Patologi jilid 1.
Jakarta: ECG
3. Vander, Sherman, Luciano. Parturition: Human Physiology, Ed. 9, McGraw-
Hill, New York: 677-678. 2005
4. Cuningham dkk. Normal Labor and Delivery: William’s Obstetrics. 22nd Ed. USA.
McGraw-Hill: 410-440, 2005
5. Lukas, Efendi. 2009. Bahan kuliah: Fisiologi Kehamilan. Makassar: Universitas
Hasanuddin

6. http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/ Sumber Pustaka


7. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo..

8. Saifudin, A.B, 2001. Buku Acuan Nasional, pelayanan kesehatan maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
9. Varney, Helen. 1999. Varney’s Midwifery. 3rd Edition. Sudbury Massachusetts :
Jones Bartlett

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23. KATA PENGANTAR
24.
25. Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk sederhana.
26. Atas bantuan dan bimbingan semua pihak maka makalah ini dapat diselesaikan. Oleh
karena itu, patutlah kami menyampaikan terima kasih kepada :
27. Bapak Drs. Muh. Ishak, M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia di Akbid
Bataritoja Watampone.
28. Orang tua kami yang banyak memeberikan motifasi dan bantuan baik moril maupun
materi, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
29. Teman-teman yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
30. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kami
memohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenaan dihati pembaca. Serta
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
31. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.
32.
33.
34. Watampone, November 2012
35.
36.
37.
38. Tim Penyusun,
39.

Iklan

Bagikan ini:

 Twitter
 Facebook5
 Google

Posted on 2 Agustus 2015 by mutiazainivitaloka Bookmark the permalink.

Navigasi pos
← DEPRESI POST PARTUM
Perubahan Haematologi Masa Nifas →

Tinggalkan Balasan

Blog di WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai