Anda di halaman 1dari 12

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Definisi

Pada kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui tuba falopi(saluran tuba) menuju
ke uterus (rahim). Telur tersebut akan berimplantasi(melekat) pada rahim dan mulai tumbuh menjadi
janin. Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan tumbuh di tempat yang tidak
semestinya.

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri.Sering disebut juga
kehamilan ekstrauterin. Kurang tepat, karena kehamilan pada cornu uteri atau serviks uteri (intrauterin)
juga masih termasuk sebagai kehamilan ektopik (Cakul, 2000).

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar ronnga uterus (Syarifudin, 2001).

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang ditandai dengan terjadinya implantasi di luar endometrium
kavum uteri setelah fertilisasi (syafrudin, 2001).

Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh dan berkembang
di luar endometrium kavum uteri. Bila kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran (abortus)
maka disebut kehamilan ektopik terganggu (Achadiat, 2004).

Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau
pecah dan hal ini berbahaya bagi wanita tersebut (Yulaikhah, 2009).

Lokasi Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi (98%),

1.

Ujung fimbriae tuba falopii (17%)

2.

Ampula tubae ( 55%)

3.

Isthmus tuba falopii (25%)

4.

Pars interstitsialis tuba falopii (2%)

ovarium (indung telur),

rongga abdomen (perut),

serviks (leher rahim)

Lokasi Kehamilan Ektopik

Etiologi

Etiologi pasti tak diketahui.

Faktor Resiko

Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun perlu diingat
bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik
adalah :

1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya

Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar 15% setelah kehamilan
ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua.

2. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron

Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral (3 4%). Pil
yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron
dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah
dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.

3. Kerusakan dari saluran tuba

Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut sehingga menyebabkan telur
melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan
saluran tuba diantaranya adalah :

Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 3,5 kali dibandingkan wanita yang tidak
merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya
telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan penurunan
kekebalan tubuh

Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba, gangguan pergerakan
sel rambut silia yang dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea

Endometriosis : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba

Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul, pengobatan infertilitas
seperti bayi tabung > menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba.

2.5 Tanda dan Gejala

Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda seperti kehamilan pada
umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah, mudah lelah, dan perabaan keras pada payudara.

a. Gejala

Nyeri Nyeri panggul atau abdomen hampir selalu terdapat.

Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral ; terlokalisir atau menyebar.

Nyeri subdiafragma atau nyeri bahu tergantung ada atau tidaknya perdarahan intra-abdominal.

Perdarahan Perdarahan uterus abnormal (biasanya berupa bercak perdarahan ) terjadi pada 75%
kasus yang merupakan akibat dari lepasnya sebagian desidua.

Amenorea Amenorea sekunder tidak selalu terdapat dan 50% penderita KE mengeluhkan adanya
spotting pada saat haid yang dinanti sehingga tak jarang dugaan kehamilan hampir tidak ada.

Sinkope Pusing, pandangan berkunang-kunang dan atau sinkope terjadi pada 1/3 sampai kasus
KET.

Desidual cast 5 10% kasus kehamilan ektopik mengeluarkan desidual cast yang sangat
menyerupai hasil konsepsi.

b. Tanda

Ketegangan abdomen

Rasa tegang abdomen yang menyeluruh atau terlokalisir terdapat pada 80% kasus kehamilan
ektopik terganggu

Nyeri goyang servik (dan ketegangan pada adneksa) terdapat pada 75% kasus kehamilan ektopik.

Masa adneksa Massa unilateral pada adneksa dapat diraba pada sampai kasus KE. Kadangkadang dapat ditemukan adanya masa pada cavum Douglassi (hematocele)

Perubahan pada uterus Terdapat perubahan-perubahan yang umumnya terjadi pada kehamilan
normal seperti ada riwayat terlambat haid dan gejala kehamilan muda

Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala diatas, maka dikatakan
bahwa wanita tersebut mengalami Kehamilan Ektopik Terganggu. Apabila anda merasa hamil dan
mengalami gejala-gejala seperti ini maka segera temui dokter anda. Hal ini sangat penting karena
kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa apabila ruptur (pecah) dan menyebabkan perdarahan di
dalam.

Patofisiologi

Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam
perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat
terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal
ini yaitu :

1.

Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria)
dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang
keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi
oleh tekanan dari dinding tuba.

2.

Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi
berlebihan tuba.

3.

Faktor abortus ke dalam lumen tuba.

Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan
muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam
hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai
menimbulkan syok dan kematian.

a. Abortus Tuba

Perjalanan Lebih Lanjut dari Abortus Tuba

Terjadi pada 65% kasus dan umumnya terjadi implantasi didaerah fimbriae dan ampula.

Berulangnya perdarahan kecil pada tuba menyebabkan lepasnya dan yang diikuti dengan kematian
ovum.

Perjalanan selanjutnya adalah :

1.

Absorbsi lengkap secara spontan.

2.

Absorbsi lengkap secara spontan melalui ostium tubae menunju cavum peritoneum.

3.

Abosrbsi sebagian sehingga terdapat konsepsi yang terbungkus bekuan darah yang menyebabkan
distensi tuba.

4.

Pembentukan tubal blood mole.

b. Ruptur Tuba

1.
Perjalanan Lebih Lanjut Ruptur Tuba

Terjadi pada 35% kasus dan seringkali terjadi pada kasus kehamilan ektopik dengan implantasi
didaerah isthmus.

Ruptura pars ampularis umumnya terjadi pada kehamilan 6 10 minggu , namun ruptura pada
pars isthmica dapat berlangsung pada usia kehamilan yang lebih awal.

Pada keadaan ini trofoblast menembus lebih dalam dan seringkali merusak lapisan serosa tuba,
ruptura dapat berlangsung secara akut atau gradual .

Bila ruptur terjadi pada sisi mesenterik tuba maka dapat terjadi hematoma ligamentum latum.

Pada kehamilan ektopik pars interstitisialis, ruptura dapat terjadi pada usia kehamilan yang lebih
tua dan menyebabkan perdarahan yang jauh lebih banyak.

Patologi

Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama halnya di kavum
uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Perkembangan telur selanjutnya
dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresobsi.
Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang
menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Pembentukan desidua di tuba tidak
sempurna. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.

Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan. Sebagian besar
kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.

1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi

2. Abortus ke dalam lumen tuba

3. Ruptur dinding tuba

Komplikasi Kehamilan Ektopik (Perdarahan)

2.8 Diagnosa Kehamilan Ektopik Terganggu

1.

Anamnesis : riwayat terlambat haid / amenorrhea, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada
atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah.

2.

Pemeriksaan fisis : keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk, ada tanda akut
abdomen. Saat pemeriksaan adneksa dengan vaginal touch, ada nyeri bila porsio digerakkan
(nyeri goyang porsio).

3.

Pemeriksaan penunjang diagnostik : urine B-hCG (+), kuldosentesis (ditemukan darah di kavum
Douglasi), USG.

4.

Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.

2.9 Diagnosis Banding Kehamilan Ektopik Terganggu

Hati-hati dengan diagnosis banding, misalnya appendisitis pada usia kehamilan muda : mungkin
ada tanda kehamilan, mungkin juga ada tanda akut abdomen sebaliknya kehamilan ektopik terganggu
belum tentu pula disertai gejala perdarahan. Diagnosa diferensial dari kehamilan ektopik yaitu:

1) abortus biasa

2) salpingitis akut

3) appendicitis akut

4) rupture korpus luteum

5) torsi kista ovarium

6) mioma submukosa yang terpelintir

7) retrofleksi uteri gravida inkarserata

8)rupture pembuluh darah mesenterium

Di bawah ini dikemukakan perbedaan gejala dan tanda :

GEJALA
Amenore

KET
Ada (75%)

Abortus
Semua

Kista ovarium
Tidak

Infeksi pelvis
Ada (25%)

Perdarahan
pervaginam

Sedikit

Banyak

Tidak

Bisa ada

Banyak

Tidak

Tidak

Tidak

Perdarahan
abdominal

<38 C

Tidak

Tidak

>38 C

Pireksia

Di bawah

Tidak

Ada

Ada bilateral

Massa pelvis

Sedikit membesar Membesar

Tidak

Tidak besar

Uterus

Hebat

Tidak

Hebat

Nyeri

Nyeri

Ada

Bias ada

Tidak

Tidak

Anemia

Bisa ada

Tidak

Tidak

Ada

Lekositosis

(+)75%

(+)

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Reaksi kehamilan Ada


Shiffting dullness

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan untuk
mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:

Laboratorium

Hematokrit

Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.

Sel darah putih

Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis.

Tes kehamilan

Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan -hCG positif. Pada kehamilan
intrauterin, peningkatan kadar -hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan
ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya
menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon yang rendah menunjukkan
adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.

Pemeriksaan Penunjang/Khusus

Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari rahim
seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di
rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain

Laparoskopi peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti oleh USG

D & C Dilakukan untuk konfirmasi diagnosa pada kasus dimana pasien tak menghendaki
kehamilan. Bila hasil kuretase hanya menunjukkan desidua, maka kemungkinan adanya kehamilan
ektopik harus ditegakkan.

Laparotomi Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan gangguan
hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).

Kuldosintesis Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk menentukan


ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila
diagnosa adanya perdarahan intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan
lain.

2.11 Tatalaksana

Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran
kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui:

1. Obat-obatan

Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan adalah
methotrexate (obat anti kanker).

2. Operasi

Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan yang lebih
aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan
dilakukan operasi laparaskopi.

10

Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :

1.

Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi
longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari
luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.

2.

Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior
dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

Operasi Laparoskopik : Salfingostomi

Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar -hCG rendah maka
dapat diberikan injeksi methrotexate kedalam kantung gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan
janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.

Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:

1.

Ukuran kantung kehamilan <>

2.

Keadaan umum baik (hemodynamically stabil)

3.

Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik

Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :

1.

Masa tuba <>

2.

Usia kehamilan <>

3.

Janin mati

4.

Kadar -hCG <>

Kontraindikasi pemberian Methrotexate :

1.

Laktasi

2.

Status Imunodefisiensi

3.

Alkoholisme

4.

Penyakit ginjal dan hepar

5.

Diskrasia darah

6.

Penyakit paru aktif

7.

Ulkus peptikum

Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap minggu
sampai negatif. Bila perlu lakukan second look operation.

11

2.12 Pencegahan

Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara aman
seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks
secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat
menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada
saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.

Kita tidak dapat menghindari 100% risiko kehamilan ektopik, namun kita dapat mengurangi
komplikasi yang mengancam nyawa dengan deteksi dini dan tatalaksana secepat mungkin. Jika kita
memiliki riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, maka kerjasama antara dokter dan ibu sebaiknya
ditingkatkan untuk mencegah komplikasi kehamilan ektopik.

2.13 Prognosis kehamilan di masa depan

Adalah suatu kewajaran untuk khawatir menganai masalah kesuburan setelah mengalami
kehamilan ektopik. Seseorang yang mengalami kehamilan ektopik bukan berarti tidak dapat mengalami
kehamilan normal namun berarti seseorang memiliki kemungkinan untuk mengalami kehamilan ektopik
lagi di masa depan.

Umumnya penyebab kehamilan ektopik (misalnya penyempitan tuba atau pasca penyakit
radang panggul) bersifat bilateral. Sehingga setelah pernah mengalami kehamilan ektopik pada tuba
satu sisi, kemungkinan pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba sisi yang lain

Apabila saluran tuba ruptur (pecah) akibat kehamilan ektopik dan diangkat melalui operasi,
seorang wanita akan tetap menghasilkan ovum (sel telur) melalui saluran tuba sebelahnya namun
kemungkinan hamil berkurang sebesar 50 %. Apabila salah satu saluran tuba terganggu (contoh karena
perlekatan) maka terdapat kemungkinan saluran tuba yang di sebelahnya mengalami gangguan juga.
Hal ini dapat menurunkan angka kehamilan berikutnya dan meningkatkan angka kehamilan ektopik
selanjutnya. Pada kasus yang berkaitan dengan pemakaian spiral, tidak ada peningkatan risiko
kehamilan ektopik apabila spiral diangkat.

12

Anda mungkin juga menyukai