Oleh:
1.2 Etiologi
1.3 Klasifikasi
c. Kehamilan ovarial
Kehamilan ini yang jarang terdapat, terjadi apabila spermatozoon
memasuki folikel de Graaf yang baru saja pecah, dan menyatukan diri
dengan ovum yang masih tinggal dengan folikel. Nasib kehamilan ini
adalah ovum yang dibuahi mati, atau terjadi ruptura. Untuk dapat
membuat diagnosa kehamilan ovarial murni harus memenuhi beberapa
syarat antara lain:
1. Tuba pada tempat kehamilan harus normal, bebas dan terpisah dari
ovarium.
2. Kantong janin harus terletak dalam ovarium.
3. Ovarium yang mengandung kantong janin harus berhubungan dengan
uterus lewat ligamentum ovary propium.
4. Harus ditemukan jaringan ovarium dalam dinding kantong janin.
d. Kehamilan intra dan ekstra uterin
Kombinasi kehamilan intrauteri dan kehamilan tuba terjadi kurang
lebih satu kali diantara 6000 kehamilan. Kombinasi ini biasanya terjadi
pada kehamilan kembar dengan satu ovum yang dibuahi berimpalanatsi
di kavum uteri dan ovum yang lain berimplantasi di tuba. Dalam hal ini
biasanya terjadi gangguan kehamilan tuba yang memerlukan tindakan
operasi, dan kemudian ternyata bahwa uterus tumbuh terus berhubung
dengan masih adanya kehamilan dalam uterus.
e. Kehamilan abdominal
Kehamilan ini sangat jarang ditemukan, kehamilan abdominal bisa
primer atau sekunder, kehamilan abdominal primer terjadi apabila ovum
dan spermatozoon bertemu dan bersatu didalam satu tempat peritoneum
dalam rongga perut, dan kemudian juga berimplantasi ditempat tersebut.
Berhubung syarat-syarat untuk impantasi kurang baik maka kehamilan
berhenti dengan kematian mudigah di sertai dengan perdarahan.
1.4 Patofisiologi dan WOC
1. Patofisiologi
Sementara tanda-tanda dini kehamilan yang biasa didapati pada
serviks muncul, uterus menjadi sedikit membesar dan agak melunak pada
kehamilan ektopik. Endometrium berisi desidua (tapi tidak ada trofoblas)
dan mempunyai gambaran mikroskopik yang khas.
Pada kehamilan ektopik, korpus luteum kehamilan berfungsi,
amenorea terjadi akibat produksi HCG oleh trofoblas dan sekresi
progesterone oleh korpus luteum. Biasanya terjadi perdarahan
endometrium ringan, dipekirakan karena pola hormonal yang tidak
normal, setelah suatu interval amenore yang bervariasi. Lepasnya
endometrium dan perdarahan terjadi ketika trofoblas berkurang (akibat
rupture). Hanya pada kehamilan interstisial yang tidak lazim, darah dari
tuba mengalir melalui uterus ke vagina.
Nyeri abdomen bagian bawah, pelvis, atau punggung bawah dapat
terjai sekunder akibat distenci atau rupture tuba. Kehamilan ismus
biasanya rupture dalam waktu sekitar 6 minggu dan perdarahan akibat
kehamilan ampula terjadi pada 8-12 minggu. Kehamilan kornu paling
sering mencapai trimester kedua sebelum rupture. Kehamilan intra
abdominal dapat berakhir setiap waktu disertai dengan perdarahan.
Massa pelvis disebabkan oleh pembesaran hasil konsepsi,
pembentukan hematoma, distorsi usus akibat adhesi atau infeksi. Jika
janin meninggal tanpa perdarahan hebat, mungkin dapat menjadi
terinfeksi, termumifiksasi, terkalsifikasi (litopedioon) atau menjadi
adiposera (penggantian oleh lemak).
2. WOC.
Kurang pengetahuan
pembuahan telur di ovum
1.5 Manifestasi Klinis
Gejala yang terjadi pada kehamilan ektopik meliputi rasa nyeri diperut
Perjalanan ke uterus, telur mengalami hambatan
samping kiri atau kanan bawah, perdarahan dari vagina, nyeri bahu dan
(endosalfingitis, hipoplasia uteri, tumor idiopatik, bekas radang pada
pusing. tube, infeksi pelvis, dll)
Adapun manifestasi klinis kehamilan ektopik bervariasi dari bentuk
abortus tuba atau terjadi ruptura tuba. Sering juga dijumpai rasa nyeri dan
Bernidasi di tuba
gejala hamil muda. Pada pemeriksaan dalam terdapat pembesaran uterus
yang tidak sesuai degan usia tua kehamilan dan belum dapat diraba
Kehamilan
kehamilan pada tuba. Karena tuba dalam ektopik
keadaan lembek. Adapun gejala
klinis kehamilan ektopik yaitu:
a. Amenorea Kehamilan ektopik terganggu
h. Foto Rontgen. Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada
dalam letak paksa. Pada foto lateral tampak bagian-bagian janin
menutupi vertebra Ibu.
1.7 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
1. Tubektomi
2. Laparatomi
3. Laparoskopi
Laparoskop yaitu untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin
lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar
tuba.
4. Tanfusi darah
5. Pemeriksaan laboratorium
6. Kuldosintesis
B. Penataksanaan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Anamnesis dan gejala klinis
a) Riwayat terlambat haid
b) Gejala dan tanda kehamilan muda
c) Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
d) Terdapat aminore
e) Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh
abdomen, terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
f) Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah
yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
a.Inspeksi
a) Mulut : bibir pucat
b) Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c) Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
d) Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
e) Ekstremitas : dingin
b. Palpasi
a) Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil
daripada UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada
adnexa.
b) Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas
menonjol.
c. Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
d. Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + / +
a. Laboratorium
a) Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan
abdominal yang terjadi.
c) Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan
pemeriksaan β-hCG positif. Pada kehamilan intrauterin,
peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua
hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya
peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3
sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang
normal. Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya
suatu masalah seperti kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Penunjang/Khusus
a) Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
b) Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat
menggambarkan isi dari rahim seorang wanita.
Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan
seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur,
maupun di tempat lain.
b. Diagnose keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai
berikut:
1. Defisit volume cairan b.d ruptur pada lokasi implantasi sebagai
efek tindakan pembedahan.
2. Nyeri b.d ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
3. Ansietas b.d krisis situasi
4. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang
di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
5. Kurangnya pengetahuan b.d kurang pemahaman atau tidak
mengenal sumber-sumber informasi.
Intervensi
1. Dx: Defisit volume cairan b.d ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek
tindakan pembedahan.
Tujuan: setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, di
harapkan pasien menunjukkan volume cairan yang adekuat.
Kriteria Hasil: - Tanda vital stabil
- Nadi teraba
- Keluaran urine, berat jenis dan pH dalam batas normal.
Intervensi:
O: - Monitor tanda tanda vital
- Monitor tanda dan gejala pendarahan menetap.
- Monitor status hidrasi
N: - distribusikan cairan selama 24 jam
- Catat nilai Hb dan Ht sebelum dan setelah pasien kehilangan darah.
- Cegah konstipasi
E: - ajarkan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K
- Instruksikan pasien untuk menghindari konsumsi aspirin atau obat-
obat anti koagulan.
C: - terapi obat
- Gizi
- tidak meringis.
Intervensi: