Anda di halaman 1dari 17

Makalah Keperawatan Maternitas ll

Askep Kehamilan Ektopik

Oleh:

1. Aulia Indah Pramesti (18301043)


2. Resti Julita (18301064)
3. Siti Muthmainah (18301070)

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


STIKes PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2020
MATERI

1.1 Definisi Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana sel telur yang dibuahi


berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uterus. Termasuk
kedalam ektopik ialah kehamilan tuba, kehamilan ovarial, kehamilan
intraligamenter, kehamilan servikal, dan kehailan abdominal primer atau
sekunder.

Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi


berimplantasi, tumbuh dan berkembang diluar endometrium kavum uteri. Bila
kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran (abortus) maka disebut
dengan kehamilan ektopik terganggu (KET) (Geri & Carole,, 2009).

Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat


implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang
mencapai aterm (Wiknjosastro, 2007).

1.2 Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian


besar penyebabnya tidak begitu diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan
pembuahan telur dibagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur
mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba.
Menurut Saifuddin tahun 2009 faktor-faktor yang memegang peranan
dalam hal ini ialah sebagai berikut:
a. Faktor tuba
1. Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu.
2. Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran tuba yang
berkelok-kelok panjang yang dapat menyebabkan fungsi silia tuba
tidak berfungsi dengan baik.
3. Keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan
predisposisi terjadinya kehamilan ektopik.
4. Faktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau
divertikel saluran tuba yang bersifat congenital
5. Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri atau
tumor ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk juga dapat
menjadi etiologi kehamilan ektopik terganggu.
b. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar,
maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba,
kemudian berhenti dan tumbuh di saluran tuba.
c. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba dapat
membutuhkan konsep khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga
kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
d. Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB, yang hanya mengandung progesteron dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
e. Faktor lain
Termasuk disini antara lain adalah pemakaian IUD dimana proses
peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
Faktor umur penderita yang sudah menua dan faktor perokok juga sering
dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik.

1.3 Klasifikasi

Beberapa Jenis Kehamilan Ektopik menurut Wiknjosastro, 2007:


a. Kehamilan servikal
Kehamilan ini jarang dijumpai dan biasanya terjadi abortus spontan
dan didahului oleh perdarahan yang makin lama semakin banyak.
Kehamilan ini jarang sekali berlangsung lewat 20 minggu. Perdarahan
yang banyak merupakan indikasi untuk ,mengambil tindakan terdiri atas
kerokan kavum uteri dan kanalis servikalis. Diagnosis biasanya baru
dibuat pada waktu itu. Dengan USG dapat ditegakkan lebih dini.
b. Kehamilan dalam divertikulum uterus
Kehamilan ini jarang sekali terjadi dan sangat sulit sekali untuk
membuat diagnosisnya. USG dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) kiranya dapat menegakkan diagnosis. Akibat kehamilan ini
rupture ke luar dari uterus atau abortus. Kadang-kadang kehamilan
dapat berlangsung terus dan memerlukan laparatomi untuk melahirkan
janin diikuti oleh histerektomi.

c. Kehamilan ovarial
Kehamilan ini yang jarang terdapat, terjadi apabila spermatozoon
memasuki folikel de Graaf yang baru saja pecah, dan menyatukan diri
dengan ovum yang masih tinggal dengan folikel. Nasib kehamilan ini
adalah ovum yang dibuahi mati, atau terjadi ruptura. Untuk dapat
membuat diagnosa kehamilan ovarial murni harus memenuhi beberapa
syarat antara lain:
1. Tuba pada tempat kehamilan harus normal, bebas dan terpisah dari
ovarium.
2. Kantong janin harus terletak dalam ovarium.
3. Ovarium yang mengandung kantong janin harus berhubungan dengan
uterus lewat ligamentum ovary propium.
4. Harus ditemukan jaringan ovarium dalam dinding kantong janin.
d. Kehamilan intra dan ekstra uterin
Kombinasi kehamilan intrauteri dan kehamilan tuba terjadi kurang
lebih satu kali diantara 6000 kehamilan. Kombinasi ini biasanya terjadi
pada kehamilan kembar dengan satu ovum yang dibuahi berimpalanatsi
di kavum uteri dan ovum yang lain berimplantasi di tuba. Dalam hal ini
biasanya terjadi gangguan kehamilan tuba yang memerlukan tindakan
operasi, dan kemudian ternyata bahwa uterus tumbuh terus berhubung
dengan masih adanya kehamilan dalam uterus.

e. Kehamilan abdominal
Kehamilan ini sangat jarang ditemukan, kehamilan abdominal bisa
primer atau sekunder, kehamilan abdominal primer terjadi apabila ovum
dan spermatozoon bertemu dan bersatu didalam satu tempat peritoneum
dalam rongga perut, dan kemudian juga berimplantasi ditempat tersebut.
Berhubung syarat-syarat untuk impantasi kurang baik maka kehamilan
berhenti dengan kematian mudigah di sertai dengan perdarahan.
1.4 Patofisiologi dan WOC
1. Patofisiologi
Sementara tanda-tanda dini kehamilan yang biasa didapati pada
serviks muncul, uterus menjadi sedikit membesar dan agak melunak pada
kehamilan ektopik. Endometrium berisi desidua (tapi tidak ada trofoblas)
dan mempunyai gambaran mikroskopik yang khas.
Pada kehamilan ektopik, korpus luteum kehamilan berfungsi,
amenorea terjadi akibat produksi HCG oleh trofoblas dan sekresi
progesterone oleh korpus luteum. Biasanya terjadi perdarahan
endometrium ringan, dipekirakan karena pola hormonal yang tidak
normal, setelah suatu interval amenore yang bervariasi. Lepasnya
endometrium dan perdarahan terjadi ketika trofoblas berkurang (akibat
rupture). Hanya pada kehamilan interstisial yang tidak lazim, darah dari
tuba mengalir melalui uterus ke vagina.
Nyeri abdomen bagian bawah, pelvis, atau punggung bawah dapat
terjai sekunder akibat distenci atau rupture tuba. Kehamilan ismus
biasanya rupture dalam waktu sekitar 6 minggu dan perdarahan akibat
kehamilan ampula terjadi pada 8-12 minggu. Kehamilan kornu paling
sering mencapai trimester kedua sebelum rupture. Kehamilan intra
abdominal dapat berakhir setiap waktu disertai dengan perdarahan.
Massa pelvis disebabkan oleh pembesaran hasil konsepsi,
pembentukan hematoma, distorsi usus akibat adhesi atau infeksi. Jika
janin meninggal tanpa perdarahan hebat, mungkin dapat menjadi
terinfeksi, termumifiksasi, terkalsifikasi (litopedioon) atau menjadi
adiposera (penggantian oleh lemak).
2. WOC.

Kurang pengetahuan
pembuahan telur di ovum
1.5 Manifestasi Klinis
Gejala yang terjadi pada kehamilan ektopik meliputi rasa nyeri diperut
Perjalanan ke uterus, telur mengalami hambatan
samping kiri atau kanan bawah, perdarahan dari vagina, nyeri bahu dan
(endosalfingitis, hipoplasia uteri, tumor idiopatik, bekas radang pada
pusing. tube, infeksi pelvis, dll)
Adapun manifestasi klinis kehamilan ektopik bervariasi dari bentuk
abortus tuba atau terjadi ruptura tuba. Sering juga dijumpai rasa nyeri dan
Bernidasi di tuba
gejala hamil muda. Pada pemeriksaan dalam terdapat pembesaran uterus
yang tidak sesuai degan usia tua kehamilan dan belum dapat diraba
Kehamilan
kehamilan pada tuba. Karena tuba dalam ektopik
keadaan lembek. Adapun gejala
klinis kehamilan ektopik yaitu:
a. Amenorea Kehamilan ektopik terganggu

Lamanya amonorea bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa


bulan. Dengan amenorea dapat dijumpai tanda-tanda hamil muda, yaitu
abortus Rupture pada implantasi di
morning sickness, mual-muntah, terjadi perasaan ngidam.
tuba dan uterus
b. Nyeri abdomen
Resiko Nyeri abdomen disebabkan kehamilan tuba yang pecah. Rasa nyeri
berduka
dapat menjalar keseluruh abdomen tergantung dai perdarahan Kekurangan volume
Perdarahan abnormal
didalamnya. Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai cairan
diafragma, dapat terjadi nyeri didaerah bahu. Bila darahnya membentuk
cemas
hematokel yaitu timbunan didaerah
Nyerikavum
abdomen douglas akan terjadi rasa
Perubahan perfusi
nyeri dibagian bawah dan saat buang air besar. jaringan
c. Perdarahan
Nyeri akut
Terjadinya abortus atau rupture kehamilan tuba terdapat perdarahan
kedalam kavum abdomen dalam umlah yang bervariasi. Darah yang
tertimbun dalam kavum abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi
gangguan dalam sirkulasi umum yang menyebabkan nadi meningkat,
tekanan darah menurun sampai jatuh dalam keadaan syok.

1.6 Pemeriksaan Diagnostik


Menemukan Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu
diagnosis kehamilan ektopik menurut Sarwono Prawirohardjo (2006: 330-
331):

a. Pemeriksaan umum. Penderita tampak kesakitan dan pucat; pada


perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada
jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung
dan nyeri tekan.
b. Pemeriksaan ginekologi. Tanda-tanda kehamilan muda mungkin
ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus
dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang
teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba menunjukkan adanya
hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik, sehingga
menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.

c. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel


darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik
terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut.
Pada kasus janis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia; tetapi
harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.

Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya


perdarahan bila leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan
ektopik dari infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah
leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang
terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi, tes negatif
tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena
kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi
human chorionic gonadotropin (HCG) menurun dan menyebabkan tes
negatif.

d. Dilatasi dan kerokan. Pada umumnya dilatasi dan kerokan untuk


menunjang diagnosis kehamilan ektopik tidak dianjurkan. Berbagai
alasan dapat dikemukakan; a) kemungkinan adanya kehamilan dalam
uterus bersama kehamilan ektopik; b) hanya 12 sampai 19% kerokan
pada kehamilan ektopik menunjukkan reaksi desidua; c) perubahan
endometrium yang berupa reaksi Arias-Stella tidak khas untuk kehamlan
ektopik. Namun, jika jaringan yang dikeluarkan bersama dengan
perdarahan terdiri atas desidua tanpa villi koriales, hal itu dapat
memperkuat diagnosis kehamilan ekktopik terganggu.

e. Kuldosentesis. Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk


mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah. Cara ini amat
berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik
terganggu.

f. Ultrasonografi. Ultrasonografi berguna dalam diagnostik kehamilan


ektopik. Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar
uterus yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya
terdapat pada ± 5% kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hal
ini masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan
intrauterin pada kasus uternus bikornis.

g. Laparoskopi. Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik


terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur
diagnostik yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat
kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan
uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas, dan ligamentum latum. Adanya
darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat
kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparotomi.

h. Foto Rontgen. Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada
dalam letak paksa. Pada foto lateral tampak bagian-bagian janin
menutupi vertebra Ibu.

i. Histerosalpingografi. Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan


lebih besar dari biasa, dengan janin diluar uterus. Pemeriksaan ini
dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganngu sudah dipastikan
dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI (Magnetic Resonance
Imagine) (1,4,8,15). Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri
abdomen, perdarahan vagina abnormal, dan amenore.

1.7 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis

1. Tubektomi

Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba


falopi yang menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut
dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter).
Metode lain yang tidak melakukan pemotongan adalah dengan mengikat
atau menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini
menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau sperma. Pembedahan
biasanya dilakukan dengan pembiusan umum atau lokal (spinal/epidural).
Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang
disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera
ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk menentukan
lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk
memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung
tuba falopi kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional
yang disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan
sayatan yang lebih besar.

2. Laparatomi

Laparotomi eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-


ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian
luka insisi dijahit kembali.

3. Laparoskopi
Laparoskop yaitu untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin
lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar
tuba.

4. Tanfusi darah

Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan tranfusi, jika


terjadi pendarahan yang berlebihan.

5. Pemeriksaan laboratorium

Kadar haemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila terganggu.

6. Kuldosintesis

Yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah di dalam


kavum douglasi terdapat darah. Tehnik kuldosintesi :

a. Baringkan pasien dalam posisi litotomi.

b. Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptik.

c. Pasang spekulum dan jepitbibir belakang porsio dengan cunam


serviks, lakukan traksi ke depan sehinggah forniks posterior tampak.

d. Suntikan jarum spinal no.18 ke kavum Douglasi dan lakukan


penghisapan dengan semprit 10 ml.

e. Bila pada pengisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya


berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa
bekuan kecil yang merupakan tanda hematokel retrouterina.

B. Penataksanaan Keperawatan

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, dan


pelaksanaan kemoterapi, dan menciptakan suasana tenang dan nyaman
untuk mengurangi rasa nyeri dan kecemasan. Konseling pasca tindakan
dan asuhan mandiri selama dirumah.
1.8 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan menurut Yuliaikhah , 2009 :

a. Pengkajian
1. Anamnesis dan gejala klinis
a) Riwayat terlambat haid
b) Gejala dan tanda kehamilan muda
c) Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
d) Terdapat aminore
e) Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh
abdomen, terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
f) Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah
yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
a.Inspeksi
a) Mulut            :           bibir pucat
b) Payudara     :    hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c) Abdomen      :           terdapat pembesaran abdomen.
d) Genetalia       :           terdapat perdarahan pervaginam
e) Ekstremitas   :           dingin
b. Palpasi
a) Abdomen :     uterus teraba lembek, TFU lebih kecil
daripada UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada
adnexa.
b) Genetalia           : Nyeri goyang porsio, kavum douglas
menonjol.
c. Auskultasi
Abdomen            : bising usus (+), DJJ (-)
d. Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + / +

3. Pemeriksaan fisik umum:


a) Pasien tampak anemis dan sakit
b) Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di
daerah adneksa.
c) Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
d) Daerah ujung (ekstremitas) dingin
e) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian
bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
f) Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai
syok
g) Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas
darah, nyeri saat perabaan.
4. Pemeriksaan khusus:
a) Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
b) Kavum douglas menonjol dan nyeri
c) Mungkin tersa tumor di samping uterus
d) Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
e) Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan,
nyeri pada uteris kanan dan kiri
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui
kehamilan seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan
ektopik seorang dokter dapat melakukan:

a. Laboratorium
a) Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan
abdominal yang terjadi.

b) Sel darah putih

Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya


leukositosis. Leoukosite 15.000/mm3.  Laju endap darah
meningkat.

c) Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan
pemeriksaan β-hCG positif. Pada kehamilan intrauterin,
peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua
hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya
peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3
sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang
normal. Kadar hormon yang rendah  menunjukkan adanya
suatu masalah seperti kehamilan ektopik.

b. Pemeriksaan Penunjang/Khusus
a) Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
b) Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat
menggambarkan isi dari rahim seorang wanita.
Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan
seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur,
maupun di tempat lain.

b. Diagnose keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai
berikut:
1. Defisit volume cairan b.d ruptur pada lokasi implantasi sebagai
efek tindakan pembedahan.
2. Nyeri b.d ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
3. Ansietas b.d krisis situasi
4. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang
di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
5. Kurangnya pengetahuan b.d kurang pemahaman atau tidak
mengenal sumber-sumber informasi.
Intervensi

1. Dx: Defisit volume cairan b.d ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek
tindakan pembedahan.
Tujuan: setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, di
harapkan pasien menunjukkan volume cairan yang adekuat.
Kriteria Hasil: - Tanda vital stabil
- Nadi teraba
- Keluaran urine, berat jenis dan pH dalam batas normal.
Intervensi:
O: - Monitor tanda tanda vital
- Monitor tanda dan gejala pendarahan menetap.
- Monitor status hidrasi
N: - distribusikan cairan selama 24 jam
- Catat nilai Hb dan Ht sebelum dan setelah pasien kehilangan darah.
- Cegah konstipasi
E: - ajarkan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K
- Instruksikan pasien untuk menghindari konsumsi aspirin atau obat-
obat anti koagulan.
C: - terapi obat
- Gizi

2. Dx: Nyeri b.d upture tuba falopi, pendarahan intraperitonial.


Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x 24 jam,
pasien dapat :
Kriteria Hasil: - mendemonstrasikan teknik relaksasi.

- tanda-tanda vital dalam batas normal

- tidak meringis.
Intervensi:

O : - Monitor tanda-tanda vital


- Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dalam
interval yang spesifik.
N: - lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durai, frekuensi, kualita, intensitas atau beratnya
nyeri dan factor pencetus.
- Beri individu penurun nyeri yang optimal dengan peresepan
analgesic.
- Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan di rasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat proedur.

E : - ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri


- Ajarkan teknik relaksasi
- Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
C : - kolaborasi dengan pasien, orang dekat atau tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurun nyeri
nonfarmakologi, sesuai kebutuhan.
- Terapi obat

3. Dx: Ansietas b.d krisis situasi


Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x 24 jam,
diharapkan cemas pasien berkurang.
Kriteria Hasil: - Pasien tidak gelisah
-Pasien tampak tenang
- Menunjukkan kemampuan untuk menghadapi
masalah.
Intervensi:
O: - monitor tanda tanda vital
N: - Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal kecemasan
- Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan di rasakan
yang mungkin akan di alami klien selama prosedur.
- Lakukan usapan pada punggung/ leher dengan cara yang tepat
- Control stimulus untuk kebutuhan klien secara tepat.
E: - ajarkan klien untuk melakukan teknik relaksasi
C: - terapi obat untuk menghilangkan rasa cemas
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT BINA PUTAKA SARWONO
PRAWIROHARDJO.
Yuliaikhah, Lily. T, 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP
Prawiroharjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan konsepsi. Dalam:
ilmu kandungan, edisi ll. Jakarta: Yayasan bina pustaka sarwono prawiroharjo,
2006
Geri, M., & Carole, H (2009). Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta:
EGC
Cynthia, Sri,dkk. 2013. Tinjauan Kasus Kehamilan Ektopik di BLU RSUP
Manado. Vol 1, No 1. Jurnal e-Biomedik

Anda mungkin juga menyukai