Anda di halaman 1dari 11

ASKEP PADA PASIEN MULTIPLE ORGAN DYSFUNCTION

Oleh:

Kelompok 6
Andrian Sahid
Indri Yulistiani
Messy Wulandari
Nurmila
Riska Ramadani

Program Studi Ilmu Keperawatan


Stikes Payung Negeri
Pekanbaru
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. hanya karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya makalah dapat selesai tepat waktu. Salawat dan salam tidak lupa ucapkan kepada
Nabi Muhammad saw. Tujuan penulisan makalah “Askep Pada Pasien Multiple Organ
Dysfunction ” untuk menambah wawasan pembaca. Penulis ucapkan terima kasih kepada ibu
Ns. Putri Indah Pratiwi, M.Kep., selaku dosen pengampu mata kuliah keperawatan kritis atas
bimbingan yang diberikan dalam penyusun makalah. Penulisan makalah belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca.

Pekanbaru, 14 Desember 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Awalnya sindrom kegagalan multi organ diduga sebagai akibat dari sepsis.
Ide ini berdasarkan pengamatan bahwa onset dini dari kegagalan respiratorik setelah
sejumlah kejadian stress koinsiden denganrespon septic pada banyak pasien. Respon
ini antara lain meliputi demam, leukosistosis, peningkatan cardiac output
dan penurunan resistensivascular perifer. Peneliti mendemonstrasikan bahwa lebih
dari 50% pasien mengalami kegagalan multi system organ tanpa bukti adanya
infeksi. Kegagalan multi organ yang meninggal memiliki bukti adanya inflamasi akut
dan kronik pada seluruh organ mereka. Penemuan ini mengarah pada ide bahwa
kegagalan multi system organ berasal dari sindrom respon inflamasi sistemik
(systemic inflammatory response syndrome/SIRS) dan disregulasi respon
hiperinflamasi sistemik dari pada sepsis atau infeksi. Satu kejadian tersering yang
dapat menyebabkan penyakit ini adalah iskemiaataucedera perfusi. Kegagalan multi
organ terus menjadi penyebab kematian lanjut setelah cedera.Kegagalan multi organ
juga menjadi penyebab terbanyak mortalitas di unit terapi intensif setelah komplikasi
bedah. Patogenesis darisindrom ini masih belum dapat dimengerti sepenuhnya, tapi
cenderung berkaitan dengansejumlah kombinasi dari respon inflamasi disregulasi,
aliran darahinadekuat, cederaiskemia-reperfusi dan disregulasi fungsi imun.

A. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan mengenai Askep pada Pasien dengan multiple organ dysfunction
B. Tujuan Khusus
1. Untuk menjelaskan tentang definisi multiple organ dysfunction
2. Untuk menjelaskan tentang etiologi multiple organ dysfunction
3. Untuk menjelaskan tentang faktor resiko muttiple organ dysfunction
4. Untuk menjelaskan tentang manifestasi klinis multiple organ dysfunction
5. Untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
perdarahansaluran pencernaan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS)

Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS) adalah perubahan


fungsi organ pada klien dengan penyakit akut seperti homeostasis yang
tidak dapat diatasai tanpa intervensi, disebut MODS jika organ yang
mengalami kegagalan dua atau lebih organ (Black & Hawks, 2014). MODS
memiliki angka kematian yang tinggi, dan pada sebagian besar pasien dukungan
hidup tidak akan meningkatkan harapan hidup melainkan memperpanjang proses
kematian dan menghabiskan biaya perawatan di ruang ICU (Fry, 1988). Sejak tahun
1973, MODS digambarkan sebagai jalur akhir dari suatu proses pasien dengan
penyakit kritis di ICU. Deskripsi pertama kali digambarakan di tahun 1940 saat
perang dunia II dimana diamati pada setiap pasin dengan shock hipovolemik akibat
dari perdarahan masif pada umumnya meninggal 10 hari kemudian dengan
insufisiensi ginjal (Varon, 2008). Observasi
2.2 Etiologi

Didapatkan 6 penyebab utama perawatan ICU antara lain:

1. Infeksi (bakteri, virus)

2. Trauma (trauma multiple, pasca operasi, heat injury, iskemia visceral)

3. Inflamasi (HIV, eklamsia, gagal hati tranfusi masif)

4. Non infeksi (reaksi obat, reaksi tranfusi)


2.3 Faktor resiko
orang yang berisiko tinggi mengalami MODS adalah orang yang memiliki
respon imun yang rendah seperti lansia, klien dengan penyakit kronis, klien dengan
gizi buruk, klien dengan kanker, korban trauma berat dan klien yang menderita
sepsis (Black & Hawks, 2014). Menurut Balk R.A (2000 dalam Herwanto & Amin,
2009) faktor risiko tinggi terjadinya MODS adalah Systemic Inflammatory
Response Syndrome (SIRS), syok dan hipotensi berkepanjangan, trauma berat,
operasi besar, gagal hati stadium akhir, infark usus, disfungsi hati, usia > 65 tahun.
2.4 Klasifikasi
Adapun beberapa jenis MODS yaitu:
1. primer dan sekunder. MODS primer merupakan kegagalan yang didapat
langsung dari trauma/cedera itu sendiri.
2. MODS sekunder terjadi dari inflamasi sistemik yang meluas, terjadi setelah
trauma, dan menyebabkan disfungsi organ yang tidak terlibat dalam trauma
awal (Black & Hawks, 2014). Klien memasuki proses hipermetabolik pada hari
ke 14-21 hari, kecuali proses ini tidak dapat dihentikan maka pasien akan
berujung pada kematian (Black & Hawks, 2014).
2.5 Manifestasi Klinis
Adapun Tanda-tanda MODS dengan terjadinya komplikasi (Guntur, 2008):

a. Sindrom distress pernafasan


ALI tampak pada 60%-70% pasien dengan severe sepsis. Hal ini ditandai dengan
adanya infiltrat paru pada rontgen tanpa adanya gagal jantung kiri (PaWP < 18
mmHg). Adanya kegagalan dalam pertukaran gas paru yang ditandai rasio
PaO2/FiO2 <300 untuk ALI atau <200 untuk ARDS. Tingkat keparahan
ALI/ARDS menentukan ventilasi mekanik. Ventilasi mekanik akan memulihkan
pertukaran gas paru dan mengurangi kebutuhan metabolik. Efek merugikan
sebaiknya dihindarkan dengan Protective Ventilatory Strategies.

b. Koagulasi intravaskuler
Penurunan sel darah merah tanpa adanya perdarahan dan penurunantrombosit <
100.000/mm3sering ditemukan. Sepsis menambah koagulasidan menurunkan
fibrinolisis. Endogenous activated Protein C yangmencegah trombosis
mikrovaskular juga turun selama sepsis. Ketikaterjadi penyumbatan pembuluh
darah kecil dapat terjadi gangguanmikrosirkulasi yang akan menyebabkan disokia
jaringan. Dalam sepsisberat, pemberian rhAPC dapat membantu memperbaiki
gangguankoagulasi.

c. Gagal ginjal akut


Gangguan fungsi ginjal dapat terjadi dengan produksi urin yang normalmaupun
berkurang. Peningkatan kreatinin > 0,3 mg/dl dari nilaisebelumnya atau

peningkatan > 50% atau oliguri < 0,5 cc/kgbb/jam lebihdari 6 jam menandakan
gangguan ginjal akut dan dapat mempengaruhikeluaran yang buruk.

d. Perdarahan usus
Iskemia splanchnic dan asidosis intramukosa terjadi selama sepsis. Tandaklinis
mencakup perubahan fungsi otot halus usus dan terjadi diare.Perdarahan GIT
disebabkan stress ulcer gastritis akut yang jugamanifestasi sepsis. Monitoring pH
intramukosa lambung digunakan untukmengenali dan petunjuk terapi resusitasi.
Peningkatan pCO2 intraluminaldikaitkan dengan adanya iskemia jaringan dan
asidosis mukosa.

e. Gagal hati

Gangguan hati ditandai dengan adanya hepatomegali dan total bilirubin > 2mg/dl.
Adanya peningkatan bilirubin terkonjugasi dan peningkatan GGT sering terjadi.

f. Disfungsi sistem saraf

Jika sumber infeksi diluar CNS, gangguan neurologik dapat dianggapsebagai


ensefalopati septik. Beberapa kondisi lainnya dapat menambahefek sekunder
seperti hipoksemia, gangguan metabolik, elektrolit, danhipoperfusi serebral
selama keadaan syok. Gejala dapat bervariasi mulaidari agitasi, bingung, delirium,
dan koma. Walaupun tidak terlihat defisitneurologi tetapi dapat terjadi mioklonus
dan kejang. Gangguan CNS beratmemerlukan proteksi jalan napas dan support
ventilasi.

g. Gagal jantung
2.6 Konsep asuhan keperawatan

1 Pengkajian
1. Biodata
a. Anamnesis yang diperoleh dari anamnesis umum merupakan identitas diri
pasien yaitu nama,umur,alamat,jenis kelamin,agama,pekerjaan.Identitas
penanggung
jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan pasien dan alamat (Febrianto,2013).
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan utama saat masuk Rumah Sakit/alasan MRS
Alasan pasien masuk Rumah Sakit perlu dikaji mengenai kapan, dimana,
penyebab, bagaimana proses terjadinya.
b. Keluhan utama saat pengkajian
Biasanya ditemukan keluhan seperti: Sepsis, kelelahan, insomnia
c. Riwayat penyakit saat ini
Kaji mengenai perjalanan penyakit saat ini
d. Riwayat Allergi
Kaji juga apakah pasien memiliki alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan
tertentu.
e. Riwayat Pengobatan
Perlu dikaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya .
f. Riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat penyakit keluarga
Kaji mengenai riwayat penyakit sebelumnya dan adanya penyakit keturunan
atau riwayat penyakit keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi- perfusi
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi
neuromuskuler
c. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
d. Ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi
insulin
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
f. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
g. Resiko jatuh dibuktikan dengan penurunan tingkat kesadaran
h. Resiko aspirasi dibuktikan dengan penurunan tingkat kesadaran
i. Resiko perdarahan dibuktikan dengan gangguan
3. implementasi Keperawatan
Tahap implementasi dimulai setelahrencana tindakan disusun dan ditujukan pada
rencana strategi untuk membantumencapai tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu,
rencana tindakan yangspesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhimasalah kesehatan. Tujuan dari implementasi adalah membantu dalam
mencapaitujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Efendi
&Makhfudli, 2009).

4.Evaluasi Keperawatan
Tujuan evaluasi adalahmelihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan. Hal
ini bisa dilaksanakandengan mengadakan hubungan dengan pasien berdasarkan respon
pasienterhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapatmengambil
keputusan. Proses evaluasi terdiri atas dua tahap yaitu mengukur pencapaian tujuan
pasien yang baik kognitif, afektif, psikomotor dan perubahanfungsi tubuh serta gejalanya
serta membandingkan data yang terkumpul dengantujuan dan pencapaian tujuan (Efendi
& Makhfudli, 2009)
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS) adalah perubahan fungsi organ
pada klien dengan penyakit akut seperti homeostasis yang tidak dapat diatasai tanpa
intervensi, disebut MODS jika organ yang mengalami kegagalan dua atau lebih organ.
Saran
Adapun saran – saran yang dapat penulis berikan dalam usaha keperawatanpada
pasien gawat darurat dengan perdarahan saluran pencernaan ini adalah :

a. Untuk klien

Klien diharapkan harus senantiasa tetap memelihara kesehatannya,


menjaga pola makan dengan baik dan harus mengerti faktor apa saja yang
mencetuskan terjadinya MODS.

b. Untuk perawat

Bagi teman sejawat, diharapkan benar-benar memahami konsep dasar penyakit


perdarahan saluran pencernaan, karena berdasarkan pengetahuan dan
keterampilan itulah maka perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J dan Hawks, J 2014 keperawatan medikal bedah:majemen klinis untuk
hasil yang diharapkan. R. Jakarta: salemba emban patria

Anda mungkin juga menyukai