Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MODUL 20 ( KEGAWATDARURATAN MEDIK )

SKENARIO 4

SGD 4 – SEMESTER VI

KURNIA MIFTAHUL JANNAH

(71170811005)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyesaikan tugas SKENARIO 4 ini dengan
baik dalam penyelesaikan ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang
kami miliki, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan
demi dan untuk pengembangan makalah ini kedepan. Kami mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya dan sekaligus dapat menambah pengetahuan.

Wassalamualaikum wr.wb

Medan, 19 April 2020

Hormat saya ,

Kurnia Miftahul Jannah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................I

DAFTAR ISI...............................................................................III

BAB I PENDAHULUAN...........................................................IV

1.1. LATAR BELAKANG................................................IV

BAB II PEMBAHASAN

2.1. SKENARIO................................................................VI

2.2. SEVEN JUMPS..........................................................VI

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN.............................................................XX

3.2. SARAN.........................................................................XX

DAFTAR PUSTAKA.................................................................XXI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
di intensive care unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30%
pada 28 hari pertama perawatan. Jutaan penderita tersebar diseluruh
dunia dan rata-rata sebanyak 1400 pasien meninggal setiap hari.
Tingginya biaya perawatan, kualitas hidup setelahnya, dan beban
ekonomi yang harus ditanggung, semua ini membuat sepsis menjadi

3
masalah kesehatan yang besar. Sepsis merupakan suatu penyakit yang
berspektrum mulai dari respon inflamasi yang ringan hingga gangguan
multi organ. Pengenalan dan terapi lebih awal diperlukan untuk
mencegah perburukan penyakit dan dapat memperbaiki kemungkinan
harapan hidup (Dhilon andBittner, 2010).
Saat ini sepsis telah menjadi sindroma penyakit yang dapat dijumpai secara
luas dibelahan bumi manapun. Oleh karena itu selain pengenalan dini
dan penanganan secepat mungkin. Maka memperkirakan prognosis
mejadi salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam penanganan
pasien sepsis. Dengan demikian diperlukan sarana pemeriksaan yang
dapat menunjang usaha prognostik tersebut. Apalagi bila pemeriksaan
tersebut dapat dilakukan dengan uji yang lebih sederhana dan dapat
dilakukan sekalipun di rumah sakit perifer. Disamping pemeriksaan
yang lebih dulu digunakan sebagai prediktor mortalitas, dalam hal ini
kadar asam laktat dan penilaian defisit basa.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi tentang SIRS dan sepsis
2. Tujuan khusus
1. Menjelaskan Definisi SIRS dan Sepsis
2. Menjelaskan Jenis dan klasifikasi SIRS dan Sepsis
3. Menjelaskan Etiologi SIRS dan Sepsis
4. Menjelaskan komplikasi dari SIRS dan Sepsis
5. Menjelaskan Penatalaksanaan SIRS dan Sepsis

4
BAB II

PEMBAHASAN

SEMESTER VI – MODUL 20 (Kegawatdaruratan Medik)

SKENARIO – 4

Sepsis

Telah datang seorang laki-laki, usia 65 tahun ke RS FK UISU


dengan keluhan utama demam sejak 7 hari yang lalu dan semakin berat dalam 3
hari ini. Demam disertai batuk yang semakin lama semakin berat dan cenderung

5
berdahak, kental berwarna kehijauan. Nafas terasa sesak sejak 3 hari ini.
Denyutan jantung terasa meningkat. Nafsu makan berkurang sejak sakit ini.
Keyword : demam tinggi, frekuensi pernafasan meningkat, denyut jantung
meningkat.
More info : Kesadaran apatis, tekanan darah 90/50 mmHg, nadi 104x/mnt,
pernafasan 26x/menit, Temp 39ᵒC. Laboratorium : Hb 12,3 gr/dl, Leukosit
13.500/µL. Foto Thorax: Infiltrat kedua lapangan paru.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pasien mengalami disfungsi organ
dan mengalami syok septik. Dokter jaga kemudian melakukan tata laksana yang
sesuai dan selanjutnya meminta beberapa pemeriksaan laboratorium lain yang
berkaitan dengan sepsis.

SEVEN JUMPS (HASIL DISKUSI)


▪ STEP 1 (Terminologi)
1. Sepsis : komplikasi akibat infeksi, sindroma respon inflamasi sistemik
dengan etiologi mikroba yang terbukti atau di curigai.
2. Syok septik : sindrom inflamasi, respon sistemik dengan bukti infeksi.
3. Kesadaran apatis : kondisi dimana seseorang tidak peduli atau merasa
segan dengan lingkungan sekitarnya, kesadaran acuh tak acuh.

▪ STEP 2 (Identifikasi Masalah)


1. Laki laki , usia 65 tahun

6
2. Keluhan : demam 7 hari yang lalu, semakin memberat dalam 3 hari ini,
disertai batuk berdahak kental berwarna kehijauan, nafas terasa sesak,
denyut jantung meningkat, nafsu makan berkurang , kesadaran apatis.
3. Vital sign : tekanan darah : 90/50 mmHg , Nadi 104x pr mnit ,
prnafasan 22x perenit temperaur : 39. C
4. Pemeriksaan penunjang : Hb : 12,3 g/dL , Leukosit 13.000/uL , foto
thorax : infiltrat kedua lapang paru.
5. Hasil pemeriksaan pasien mengalami difungsi organ dan syok septik,
dan kemudian dilakukan pemeriksaan lab untuk syok septik.

▪ STEP 3 (Analisa Masalah)


1. Organ apa saja yang mengalami disfungsi organ ?

Jwb: Komplikasi akibat infeksi jadi terjadi disfungsi organ pada


kardiovaskular dan respirasi

2. Apa yang menyebabkan orang sakit demam tinggi, frekuensi


pernafasan meningkat, dan denyut jantung meningkat?

Jwb: Karena terjadi respon inflamasi pada sistem respirasi akibat


dari infeksi , diakibatkan dari kondisi dri sepsis contohnya
demam,suhu oral lebih dari 30.c atau hipotermia kuang dari 36.c ,
takipneus lebih dari 24x permenit, takikardi lebih dai 90x permenit,
leukosistosis lebih dari 12.000 L , leukopenia lebih dari 4000 per L
atau lebih dari 10 % neutrofil batang.

3. Apa saja faktor yang dapat menyebabkan sepsis?

Jwb: Karena adanya peradangan pada seluruh tubu akibat dari


komplikasi sepsis

4. Apa tatalaksana yang diberikan pada pasien?

Jwb:

7
▪ Airway : proteksi jalan nafas, jika diperlukan lakukan
intubasi
▪ Breathing : berikan oksigen 100% , pertahankan saturasi
>96%.
▪ Circulation : pasang infus dua jalu ( untuk ekspansi volume
intravaskule melalui kanula vena besar) minimal ukura
16G.
▪ Terapi cairan : untuk mengurangi syok dan demam
▪ Terapi vasopressor : untuk denyut jantung contohnya
epinefrin , dopamin, dan phenylephrine.
▪ Pada terapi suportif : oksigenasi , kontrol kgd, intervensi
nutrition mengatasi disfungsi organ, terapi gangguan
koagulasi steroid dan modifikasi respon inflamasi,
bikaronat.

▪ STEP 4 (Mapping Concept)

Sepsis

Respon sistemik

Syok sepsis Sepsis berat

Disfungsi organ hipotensi


8
Respon inflamasi
Penyebaran
sistemik dan
mikroorganisme
prokoagulan infeksi.

▪ STEP 5 (Learning Objective)


5. Defenisi sepsis
6. Etiologi sepsis
7. Patofisiologi sepsis
8. Pemeriksaan sepsis
9. Penatalaksanaan sepsis
10. Komplikasi sepsis

▪ STEP 6 (Belajar Mandiri)

9
▪ STEP 7 (Learning issue)

A. Sepsis

1. Definisi

Sepsis merupakan respon sistemik pejamu terhadap infeksi dimana


patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi
aktivasi proses inflamasi. Berbagai definisi sepsis telah diajukan, namun
definisi yang saat ini digunakan di klinik adalah definisi yang ditetapkan
dalam consensus American College of Chest Physician dan Society of
Critical Care Medicine pada tahun 1992 yang mendefinisikan sepsis,
sindroma respon inflamasi sistemik (systemic inflammatory response
syndrome/ SIRS), sepsis berat, dan syok/renjatan septik (Chen et.al,2009).

10
Terminologi dan definisi sepsis :

a. Sindroma respons inflamasi sistemik (SIRS: systemic inflammatory


response syndrome) Respon tubuh terhadap inflamasi sistemik
mencakup 2 atau lebih keadaan berikut:

- suhu >38°C atau <36°C

- frekuensi jantung >90 kali/menit

- frekuensi nafas >20 kali/menit atau PaCO2 <32 mmHg

- leukosit darah >12.000/mm3, <4.000/mm3 atau batang >10%

b. Sepsis : keadaan klinis berkaitan dengan infeksi dengan manifestasi


SIRS.

c. Sepsis berat : sepsis yang disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi


atau hipotensi termasuk asidosis laktat, oliguria, dan penurunan
kesadaran.

d. Ranjatan septik : sepsis dengan hipotensi meskipun telah diberikan


resusitasi cairan secara adekuat atau memerlukan vasopressor untuk
mempertahaankan tekanan darah dan perfusi organ.

2. Etiologi

Sepsis merupakan respon terhadap setiap kelas mikroorganisme. Dari hasil


kultur darah ditemukan bakteri dan jamur 20-40% kasus dari sepsis.
Bakteri gram negatif dan gram positif merupakan 70% dari penyebab
infeksi sepsis berat dan sisanya jamur atau gabungan beberapa
mikroorganisme. Pada pasien yang kultur darahnya negatif, penyebab
infeksi tersebut biasanya diperiksa dengan menggunakan kultur lainnya
atau pemeriksaan mikroskopis (Munford, 2008). Penelitian terbaru
mengkonfirmasi bahwa infeksi dengan sumber lokasi saluran pernapasan

11
dan urogenital adalah penyebab paling umum dari sepsis (Shapiro, 2010).
Penyebab umum sepsis pada orang sehat yaitu sebagai berikut :

No Sumber Lokasi Mikroorganisme


1 Kulit Staphylococcus aureus dan gram positif bentuk
cocci lainnya
2 Saluran kemih Eschericia coli dan gram negatif bentuk batang
lainnya
3 Saluran pernafasan Streptococcus pneumonia
4 Usus dan kantung empedu Enterococcus faecalis, E.coli dan gram negative
bentuk batang lainnya, Bacteroides fragilis
5 Organ pelvis Neissseria gonorrhea,anaerob

Syok septik

Syok septik terjadi bila suatu mikroorganisme penyebab infeksi atau


mediator berada di dalam darah menginduksi perubahan-perubahan
kardiovaskuler. Syok septik pada fase awal ditandai oleh adanya high
cardiac output dan low systemic vascular resistance. Syok septik
dimulai dengan adanya suatu infeksi setempat dengan masuknya
mikroorganisme ke dalam aliran darah. Efek toksik dapat berasal dari
berasal dari mikroorganisme sendiri, atau dari komponen
mikroorganisme misalnya endotoksin, LPS atau pelepasan eksotoksin.
Selain menyebabkan timbulnya demam, TNF-α juga akan
menyebabkan takikardi, takipnea, myalgia, leukositosis dan
somnolensi. Meskipun TNF-α merupakan mediator utama, ia hanya

12
merupakan satu dari sekian banyak sitokin yang terlibat dalam sepsis.
IL-1b mempunyai aktifitas mirip TNF-α, tampaknya juga mempunyai
fungsi penting pada proses sepsis dan syok septik. TNF-α, IL-1b,
interferon (INF) γ, IL8, mungkin bekerja sinergis, bersama dengan
sitokin tambahan lain. IL-1b dan TNF-α juga dapat mempengaruhi
kecepatan produksi mereka sendiri dengan melalui mekanisme positive
feedback. Dengan berlanjutnya sepsis, campuran sitokin dan mediator
menjadi begitu kompleks. Pada syok septik ditemukan sekitar 30 bahan
pro dan anti molecule inflammatory dengan kadar meningkat di atas
normal (Suharto, 2000). Efek bahan mediator sepsis pada sistem
kardiovaskuler dapat dibedakan dalam hal efek pada vaskuler perifer
dan efek pada jantung. Mediator eksogen maupun endogen
menimbulkan vasodilatasi perifer. Endotoksin menyebabkan penurunan
tekanan darah, peningkatan cardiac output, penurunan systemic
vascular resistance. Vasodilatasi dan peningkatan cardiac output juga
dapat ditimbulkan oleh pemberian TNFα, IL-1, atau IL-2. Mediator
penting sebagai respon sitokin adalah nitric oxide, yang dibentuk dari
bahan arginin oleh enzim nitric oxide synthase. Endotoksin, TNF-α dan
interleukin akan menstimulir nitric oxide synthase dalam makrofag dan
otot polos vaskuler, dengan pelepasan sejumlah besar molekul
vasodilator. Meskipun pada pasien syok septik dijumpai peningkatan
cardiac output, namun ejection jantung kiri dan kanan berkurang.
Terjadilah dilatasi ventrikel kiri. Dijumpai takikardi, cardiac output
tetap. Pasien syok septik juga mengalami penurunan stroke volume
terhadap pemberian infus volume, yang menunjukkan adanya depresi
miokard. SIRS/Sepsis

Bila syok septik persisten, kombinasi gangguan vaskuler perifer dan


depresi miokard akan berakibat mortalitas 50%. Kematian terjadi akibat
hipotensi yang tak teratasi dan akibat timbulnya MODS. Perubahan
hemodinamik pada syok septik biasanya juga akibat penurunan vascular

13
resistance, maldistribusi aliran darah dan hipovolemia fungsional, yang
disebabkan antara lain oleh : diffuse capillary leakage bahan intra
vaskuler. Faktor lain yang berperan atas timbulnya penurunan volume
intravaskuler adalah dehidrasi akibat penyakit sebelumnya, insensible
water-loss, muntah atau diare, dan poliuria. Cardiac output pada
awalnya normal atau meningkat. Meningkatnya cardiac output dan
penurunan vascular resistance sistemik membedakan syok septik dari
syok kardiogenik dan syok hipovolemik.

3. Tanda dan Gejala

Manifestasi dari respon sepsis biasanya ditekankan pada gejala dan


tanda-tanda penyakit yang mendasarinya dan infeksi primer. Tingkat di
mana tanda dan gejala berkembang mungkin berbeda dari pasien dan
pasien lainnya, dan gejala pada setiap pasien sangat bervariasi. Sebagai
contoh, beberapa pasien dengan sepsis adalah normo-atau hipotermia, tidak
ada demam paling sering terjadi pada neonatus, pada pasien lansia, dan
pada orang dengan uremia atau alkoholisme (Munford, 2008). Pasien
dalam fase awal sepsis sering mengalami cemas, demam, takikardi, dan
takipnea (Dasenbrook & Merlo, 2008). Tanda-tanda dari sepsis sangat
bervariasi. Berdasarkan studi, demam (70%), syok (40%), hipotermia (4%),
ruam makulopapular, petekie, nodular, vesikular dengan nekrosis sentral

14
(70% dengan meningococcemia), dan artritis (8%). Demam terjadi pada
<60% dari bayi dibawah 3 bulan dan pada orang dewasa diatas 65 tahun
(Gossman & Plantz, 2008). Infeksi menjadi keluhan utama pada pasien
(Hinds et.al,2012). Perubahan status mental yang tidak dapat dijelaskan
(LaRosa, 2010) juga merupakan tanda dan gejala pada sepsis. Adanya
tanda dan gejala disseminated intravascular coagulation (DIC)
meningkatkankan angka mortalitas (Saadat, 2008). Pada sepsis berat
muncul dampak dari penurunan perfusi mempengaruhi setidaknya satu
organ dengan gangguan kesadaran, hipoksemia (PO2 <75 mmHg),
peningkatan laktat plasma, atau oliguria (≤30 ml / jam meskipun sudah
diberikan cairan). Sekitar satu perempat dari pasien mengalami sindrom
gangguan pernapasan akut (ARDS) dengan infiltrat paru bilateral,
hipoksemia (PO2 <70 mmHg, FiO2 >0,4), dan kapiler paru tekanan <18
mmHg .Pada syok septik terjadi hipoperfusi organ (Weber & Fontana,
2007). Diagnosis sepsis sering terlewat, khususnya pada pasien usia lanjut
yang tanda-tanda klasik sering tidak muncul. Gejala ringan, takikardia dan
takipnea menjadi satu-satunya petunjuk, Sehingga masih diperlukan
pemeriksaan lebih lanjut yang dapat dikaitkan dengan hipotensi, penurunan
output urin, peningkatan kreatinin plasma, intoleransi glukosa dan lainnya
(Hinds et.al,2012).

4. Diagnosis

Tindakan tes diagnostik pada pasien dengan sindrom sepsis atau


dicurigai sindrom sepsis memiliki dua tujuan. Tes diagnostik digunakan
untuk mengidentifikasi jenis dan lokasi infeksi dan juga menentukan
tingkat keparahan infeksi untuk membantu dalam memfokuskan terapi
(Shapiro et.al,2010). Bila pasien mengalami penurunan kesadaran, sebelum
evaluasi diagnostik dimulai lakukan penilaian awal dari pasien yang sakit
perhatikan jalan nafas (perlu untuk intubasi), pernapasan (laju pernafasan,
gangguan pernapasan, denyut nadi), sirkulasi (denyut jantung, tekanan
darah, tekanan vena jugularis, perfusi kulit), dan inisiasi cepat resusitasi

15
(Russell, 2012). Kemudian dilakukan anamnesis riwayat penyakit dan juga
beberapa pemeriksaan fisik untuk mencari etiologi sepsis.

Sistem pernapasan adalah sumber yang paling umum infeksi pada


pasien sepsis. Riwayat batuk produktif, demam, menggigil, gejala
pernapasan atas, masalah tenggorokan dan nyeri telinga harus dicari.
Kedua, adanya pneumonia dan temuan takipnea atau hipoksia telah terbukti
merupakan alat prediksi kematian pada pasien dengan sepsis. Pemeriksaan
fisik juga harus mencakup evaluasi rinci untuk infeksi fokal, misalnya
tonsilitis eksudatif, nyeri pada sinus, injeksi membran timpani, dan ronki
atau dullness pada auskultasi paru.

Sistem pencernaan adalah yang kedua paling umum sumber sepsis.


Sebuah riwayat nyeri perut, termasuk deskripsi, lokasi, waktu, dan faktor
pemberat harus dicari. Riwayat lebih lanjut, termasuk adanya mual,
muntah, dan diare harus dicatat. Pemeriksaan fisik yang cermat, mencari
tanda-tanda iritasi peritoneal, nyeri perut, dan bising usus, sangat penting
dalam mengidentifikasi sumber sepsis perut. Perhatian khusus harus
diberikan temuan fisik memberi kesan sumber umum infeksi atau penyakit
tanda Murphy menunjukkan kolesistitis, nyeri pada titik McBurney
menunjukkan usus buntu, nyeri kuadran kiri bawah menunjukkan
divertikulitis, dan pemeriksaan rektal mengungkapkan abses rektum atau
prostatitis.

Sistem neurologis diperiksa dengan mencari tanda-tanda meningitis,


termasuk kaku kuduk, demam, dan perubahan kesadaran. Pemeriksaan
neurologis terperinci adalah penting. Letargi atau perubahan mental
mungkin menunjukkan penyakit neurologis primer atau hasil dari
penurunan perfusi otak dari keadaan shock.

Riwayat urogenital termasuk pertanyaan mengenai adanya nyeri


pinggang, disuria, poliuria, discharge, pemasangan kateter, dan
instrumentasi urogenital. Riwayat seksual untuk menilai resiko penyakit

16
menular seksual. Alat kelamin juga harus diperiksa untuk melihat apakah
ada bisul, discharge, dan lesi penis atau vulva. Pemeriksaan dubur harus
dilakukan, menentukan ada nyeri, pembesaran prostat, konsisten dengan
prostatitis. Nyeri adneksa pada wanita berpotensi abses tuba-ovarium.

Riwayat muskuloskeletal adanya gejala ke sendi tertentu.


Kemerahan, pembengkakan, dan sendi terasa hangat, terutama jika ada
berbagai penurunan kemampuan gerak sendi, mungkin tanda-tanda sepsis
arthritis dan mungkin arthrocentesis. Pasien harus benar-benar terbuka dan
kulit diperiksa untuk melihat selulitis, abses, infeksi luka, atau trauma.
Luka yang mendalam, benda asing sulit untuk mengidentifikasi secara
klinis. Petechiae dan purpura merupakan infeksi Neisseria meningitidis
atau DIC. Ruam seluruh tubuh merupakan eksotoksin dari pathogen seperti
Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes (Shapiro et.al,2010).
Pada pasien sepsis juga dilakukan pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis.Pada tabel dibawah
dijelaskan hal-hal yang menjadi indikator laboratorium pada penderita
sepsis.

komplikasi: syok septik, DIC, kegagalan multi organ.

5. Penatalaksanaan

Menurut Opal (2012), penatalaksanaan pada pasien sepsis dapat dibagi


menjadi:

a. Nonfarmakologi

Mempertahankan oksigenasi ke jaringan dengan saturasi >70% dengan


melakukan ventilasi mekanik dan drainase infeksi fokal.

b. Sepsis Akut

17
Menjaga tekanan darah dengan memberikan resusitasi cairan IV dan
vasopressor yang bertujuan pencapaian kembali tekanan darah >65
mmHg, menurunkan serum laktat dan mengobati sumber infeksi.

1) Hidrasi IV, kristaloid sama efektifnya dengan koloid sebagai


resusitasi cairan

2) Terapi dengan vasopresor (mis., dopamin, norepinefrin,


vasopressin) bila rata-rata tekanan darah 70 sampai 75 mm Hg tidak
dapat dipertahankan oleh hidrasi saja. Penelitian baru-baru ini
membandingkan vasopresin dosis rendah dengan norepinefrin
menunjukkan bahwa vasopresin dosis rendah tidak mengurangi
angka kematian dibandingkan dengan norepinefrin antara pasien
dengan syok sepsis

3) Memperbaiki keadaan asidosis dengan memperbaiki perfusi


jaringan dilakukan ventilasi mekanik, bukan dengan memberikan
bikarbonat.

4) Pemberian Oksigen : Secara umum tujuan dari resusitasi adalah


memperbaiki oksigenasi pada jaringan atau sel. Resusitasi dilakukan
secepatnya mencakup tindakan yang berhubungan dengan airway
(A), breathing (B) dan circulation (C). Oksigen arterial diperiksa
dengan pulse oksimetri atau dengan pemeriksaan gas darah.
Oksigen diberikan melalui pipa nasal atau masker untuk
mempertahankan saturasi oksigen arteri lebih dari 95%. Bila terjadi
gagal nafas dilakukan intubasi dan ventilasi mekanik

5) Antibiotik diberikan menurut sumber infeksi yang paling sering


sebagai rekomendasi antibotik awal pasien sepsis. Sebaiknya
diberikan antibiotik spektrum luas dari bakteri gram positif dan

18
gram negative.cakupan yang luas bakteri gram positif dan gram
negative (atau jamur jika terindikasi secara klinis).

6) Pengobatan biologi Drotrecogin alfa (Xigris), suatu bentuk rekayasa


genetika aktifasi protein C, telah disetujui untuk digunakan di
pasien dengan sepsis berat dengan multiorgan disfungsi (atau
APACHE II skor>24); bila dikombinasikan dengan terapi
konvensional, dapat menurunkan angka mortalitas

7) Pengelolaan Cairan dan Volume replacement

a. Jenis cairan: Pilihan cairan koloid atau kristaloid yang


diberikan, dipertimbangkan atas berbagai pedoman untung rugi
masingmasing cairan. Beberapa hal yang perlu menjadi
pertimbangan dalam pemilihan cairan kristaloid atau koloid,
yaitu (Suharto, 2000) : 1. Infus cairan koloid menghasilkan
colloid osmotic pressure (COP), dengan demikian cairan koloid
akan mempertahankan atau meningkatkan COP , 2. Untuk
volume yang sama, efek ekspansi cairan kristaloid lebih rendah
dibanding koloid, dan efek koloid lebih lama dibanding cairan
kristaloid, 3. Pemberian cairan kristaloid dapat berakibat
penurunan COP yang merupakan predisposisi Edema paru.
Jumlah cairan kristaloid dibanding koloid untuk menghasilkan
end point yang sama adalah 3 kali jumlah koloid. Efek Edema
perifer mengganggu oksigenasi jaringan, 4. Cairan koloid lebih
mudah mempertahankan stabilitas hemodinamik dibandingkan
kristaloid , 5. Cairan koloid lebih mahal. Bergantung sifat
physicochemical, efek awal dan plasma half life., 6. Studi
menunjukkan tidak ada perbedaan dalam efek cardiorespiratory,
7. Beberapa larutan dikemukakan mempunyai potensial efek
yang menguntungkan dibanding cairan yang lain ,
8. Umumnya albumin lebih mahal dibanding cairan sintetik

19
c. Cara dan jumlah pemberian :

Pada syok septik, dianjurkan pemberian cairan bolus 1000 ml


cairan kristaloid atau 500 ml koloid dalam 20-30 menit.
Pemberian cairan berikutnya dilihat dari respon klinik,
pemeriksaan auskultasi paru untuk mendengarkan rhonchi,
pengukuran ventricular filling pressure dan bila mungkin
penilaian oksigenasi. Cairan yang diberikan umumnya dianggap
cukup bila dicapai tekanan darah sistolik 90 mmHg dengan
disertai tanda klinik perbaikan perfusi end organ. Pada pasien tua
atau dengan penyakit jantung iskemia atau penyakit serebro-
vaskuler mungkin perlu tekanan darah > 100 mmHg. Selain itu
dapat dipertimbangkan pula pemberian transfusi darah. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan transport oksigen
darah disamping mempertahankan volume intra vaskuler.
Anemia dapat mengakibatkan gangguan transportasi ke jaringan.
Transfusi diperlukan bila kadar hemoglobin kurang dari 8 g%.
Apabila pasien dalam keadaan anemia dan juga hipotensi,
tekanan vena sentralnya rendah, maka perlu diberikan whole
blood. Bila ada perdarahan dan consumptive koagulopathy, fresh
frozen plasma dapat diberikan.

d. Sepsis kronis

Terapi antibiotik berdasarkan hasil kultur dan umumnya terapi


dilanjutkan minimal selama 2 minggu.

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sepsis merupakan respon sistemik pejamu terhadap infeksi dimana patogen
atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi
proses inflamasi.
2. Dari hasil kultur darah ditemukan bakteri dan jamur 20-40% kasus dari
sepsis. Bakteri gram negatif dan gram positif merupakan 70% dari
penyebab infeksi sepsis berat dan sisanya jamur atau gabungan beberapa
mikroorganisme.

21
3. Tanda dan gejala sepsis adalah normo-atau hipotermia, tidak ada demam
paling sering terjadi pada neonatus, pada pasien lansia, dan pada orang
dengan uremia atau alkoholisme (Munford, 2008). Pasien dalam fase awal
sepsis sering mengalami cemas, demam, takikardi, dan takipnea
(Dasenbrook & Merlo, 2008). Tanda-tanda dari sepsis sangat bervariasi.
Berdasarkan studi, demam (70%), syok (40%), hipotermia (4%), ruam
makulopapular, petekie, nodular, vesikular dengan nekrosis sentral (70%
dengan meningococcemia), dan artritis (8%). Gejala ringan, takikardia dan
takipnea menjadi satu-satunya petunjuk
4. Tes diagnostik digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan lokasi infeksi
dan juga menentukan tingkat keparahan infeksi untuk membantu dalam
memfokuskan terapi (Shapiro et.al,2010). Bila pasien mengalami
penurunan kesadaran, sebelum evaluasi diagnostik dimulai lakukan
penilaian awal dari pasien yang sakit perhatikan jalan nafas (perlu untuk
intubasi), pernapasan (laju pernafasan, gangguan pernapasan, denyut nadi),
sirkulasi (denyut jantung, tekanan darah, tekanan vena jugularis, perfusi
kulit), dan inisiasi cepat resusitasi (Russell, 2012). Kemudian dilakukan
anamnesis riwayat penyakit dan juga beberapa pemeriksaan fisik untuk
mencari etiologi sepsis.
5. Penatalaksanaan pada pasien sepsis dapat dibagi menjadi:
a. Nonfarmakologi, dengan mempertahankan oksigenasi ke jaringan
b. Sepsis Akut, dengan menjaga tekanan darah dengan memberikan
resusitasi cairan IV dan vasopressor
c. Sepsis kronis, dengan terapi antibiotik minimal selama 2 minggu.

B. Saran
Bagi mahasiswa dapat memahami teori tentang SIRS dan Sepsis. Sehingga
dapat memberikan pengetahuan sesuai teori dan mengaplikasikannya ke
kehidupan sehari-hari.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ashariati, A. 2000, ’Clinical Emergencies in Medical Oncology’ dalam : Pendidikan


Kedokteran Berkelanjutan XV.

Laboratorium SMF Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unair – RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya, hal. 3-15.

Filbin, M.A. & Stapczynski, J.S. 2006, ’Shock, Septic’ available at : www.emedicine.
com/emerg/topic 533 .htm. waktu akses 2 Oktober 2006, 15:03.

23
Guntur. 2006, ‘Sepsis’ dalam : SIRS & Sepsis (Imunologi, Diagnosis,
Penatalaksanaan), ed., D.A. Prasetyo, Y.S. Sutanto. Sebelas Maret University Press.
Surakarta, hal. 1-13.

Kabat. 2000, ‘Acute Respiratory Failure’ dalam : Pendidikan Kedokteran


Berkelanjutan XV. Laboratorium SMF Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unair –
RSUD Dr. Soetomo. Surabaya, hal. 127-41.

Kentjono, W.A. 2005, ’SIRS-Sepsis pada Penderita Karsinoma Nasofaring pasca


Radioterapi dan Kemoterapi’. Bagian/SMF THT FK Unair/RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.

24
Lembar Penilaian Makalah

       

NO Bagian yang Dinilai Skor Nilai


1 Ada Makalah 60  
2 Kesesuaian dengan LO 0 - 10  
3 Tata Cara Penulisan 0 - 10  
4 Pembahasan Materi 0 - 10  
5 Cover dan Penjilidan 0 - 10  
TOT AL  

25
NB : LO = Learning Objective Medan, 18 April 2020

Dinilai Oleh :

Tutor

(dr. Agus Sumedi, Sp. An-KIC)


_____________________________________

26

Anda mungkin juga menyukai