SKENARIO 4
SGD 4 – SEMESTER VI
(71170811005)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyesaikan tugas SKENARIO 4 ini dengan
baik dalam penyelesaikan ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang
kami miliki, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan
demi dan untuk pengembangan makalah ini kedepan. Kami mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya dan sekaligus dapat menambah pengetahuan.
Wassalamualaikum wr.wb
Hormat saya ,
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................I
DAFTAR ISI...............................................................................III
BAB I PENDAHULUAN...........................................................IV
BAB II PEMBAHASAN
2.1. SKENARIO................................................................VI
3.1. KESIMPULAN.............................................................XX
3.2. SARAN.........................................................................XX
DAFTAR PUSTAKA.................................................................XXI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
di intensive care unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30%
pada 28 hari pertama perawatan. Jutaan penderita tersebar diseluruh
dunia dan rata-rata sebanyak 1400 pasien meninggal setiap hari.
Tingginya biaya perawatan, kualitas hidup setelahnya, dan beban
ekonomi yang harus ditanggung, semua ini membuat sepsis menjadi
3
masalah kesehatan yang besar. Sepsis merupakan suatu penyakit yang
berspektrum mulai dari respon inflamasi yang ringan hingga gangguan
multi organ. Pengenalan dan terapi lebih awal diperlukan untuk
mencegah perburukan penyakit dan dapat memperbaiki kemungkinan
harapan hidup (Dhilon andBittner, 2010).
Saat ini sepsis telah menjadi sindroma penyakit yang dapat dijumpai secara
luas dibelahan bumi manapun. Oleh karena itu selain pengenalan dini
dan penanganan secepat mungkin. Maka memperkirakan prognosis
mejadi salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam penanganan
pasien sepsis. Dengan demikian diperlukan sarana pemeriksaan yang
dapat menunjang usaha prognostik tersebut. Apalagi bila pemeriksaan
tersebut dapat dilakukan dengan uji yang lebih sederhana dan dapat
dilakukan sekalipun di rumah sakit perifer. Disamping pemeriksaan
yang lebih dulu digunakan sebagai prediktor mortalitas, dalam hal ini
kadar asam laktat dan penilaian defisit basa.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi tentang SIRS dan sepsis
2. Tujuan khusus
1. Menjelaskan Definisi SIRS dan Sepsis
2. Menjelaskan Jenis dan klasifikasi SIRS dan Sepsis
3. Menjelaskan Etiologi SIRS dan Sepsis
4. Menjelaskan komplikasi dari SIRS dan Sepsis
5. Menjelaskan Penatalaksanaan SIRS dan Sepsis
4
BAB II
PEMBAHASAN
SKENARIO – 4
Sepsis
5
berdahak, kental berwarna kehijauan. Nafas terasa sesak sejak 3 hari ini.
Denyutan jantung terasa meningkat. Nafsu makan berkurang sejak sakit ini.
Keyword : demam tinggi, frekuensi pernafasan meningkat, denyut jantung
meningkat.
More info : Kesadaran apatis, tekanan darah 90/50 mmHg, nadi 104x/mnt,
pernafasan 26x/menit, Temp 39ᵒC. Laboratorium : Hb 12,3 gr/dl, Leukosit
13.500/µL. Foto Thorax: Infiltrat kedua lapangan paru.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pasien mengalami disfungsi organ
dan mengalami syok septik. Dokter jaga kemudian melakukan tata laksana yang
sesuai dan selanjutnya meminta beberapa pemeriksaan laboratorium lain yang
berkaitan dengan sepsis.
6
2. Keluhan : demam 7 hari yang lalu, semakin memberat dalam 3 hari ini,
disertai batuk berdahak kental berwarna kehijauan, nafas terasa sesak,
denyut jantung meningkat, nafsu makan berkurang , kesadaran apatis.
3. Vital sign : tekanan darah : 90/50 mmHg , Nadi 104x pr mnit ,
prnafasan 22x perenit temperaur : 39. C
4. Pemeriksaan penunjang : Hb : 12,3 g/dL , Leukosit 13.000/uL , foto
thorax : infiltrat kedua lapang paru.
5. Hasil pemeriksaan pasien mengalami difungsi organ dan syok septik,
dan kemudian dilakukan pemeriksaan lab untuk syok septik.
Jwb:
7
▪ Airway : proteksi jalan nafas, jika diperlukan lakukan
intubasi
▪ Breathing : berikan oksigen 100% , pertahankan saturasi
>96%.
▪ Circulation : pasang infus dua jalu ( untuk ekspansi volume
intravaskule melalui kanula vena besar) minimal ukura
16G.
▪ Terapi cairan : untuk mengurangi syok dan demam
▪ Terapi vasopressor : untuk denyut jantung contohnya
epinefrin , dopamin, dan phenylephrine.
▪ Pada terapi suportif : oksigenasi , kontrol kgd, intervensi
nutrition mengatasi disfungsi organ, terapi gangguan
koagulasi steroid dan modifikasi respon inflamasi,
bikaronat.
Sepsis
Respon sistemik
9
▪ STEP 7 (Learning issue)
A. Sepsis
1. Definisi
10
Terminologi dan definisi sepsis :
2. Etiologi
11
dan urogenital adalah penyebab paling umum dari sepsis (Shapiro, 2010).
Penyebab umum sepsis pada orang sehat yaitu sebagai berikut :
Syok septik
12
merupakan satu dari sekian banyak sitokin yang terlibat dalam sepsis.
IL-1b mempunyai aktifitas mirip TNF-α, tampaknya juga mempunyai
fungsi penting pada proses sepsis dan syok septik. TNF-α, IL-1b,
interferon (INF) γ, IL8, mungkin bekerja sinergis, bersama dengan
sitokin tambahan lain. IL-1b dan TNF-α juga dapat mempengaruhi
kecepatan produksi mereka sendiri dengan melalui mekanisme positive
feedback. Dengan berlanjutnya sepsis, campuran sitokin dan mediator
menjadi begitu kompleks. Pada syok septik ditemukan sekitar 30 bahan
pro dan anti molecule inflammatory dengan kadar meningkat di atas
normal (Suharto, 2000). Efek bahan mediator sepsis pada sistem
kardiovaskuler dapat dibedakan dalam hal efek pada vaskuler perifer
dan efek pada jantung. Mediator eksogen maupun endogen
menimbulkan vasodilatasi perifer. Endotoksin menyebabkan penurunan
tekanan darah, peningkatan cardiac output, penurunan systemic
vascular resistance. Vasodilatasi dan peningkatan cardiac output juga
dapat ditimbulkan oleh pemberian TNFα, IL-1, atau IL-2. Mediator
penting sebagai respon sitokin adalah nitric oxide, yang dibentuk dari
bahan arginin oleh enzim nitric oxide synthase. Endotoksin, TNF-α dan
interleukin akan menstimulir nitric oxide synthase dalam makrofag dan
otot polos vaskuler, dengan pelepasan sejumlah besar molekul
vasodilator. Meskipun pada pasien syok septik dijumpai peningkatan
cardiac output, namun ejection jantung kiri dan kanan berkurang.
Terjadilah dilatasi ventrikel kiri. Dijumpai takikardi, cardiac output
tetap. Pasien syok septik juga mengalami penurunan stroke volume
terhadap pemberian infus volume, yang menunjukkan adanya depresi
miokard. SIRS/Sepsis
13
resistance, maldistribusi aliran darah dan hipovolemia fungsional, yang
disebabkan antara lain oleh : diffuse capillary leakage bahan intra
vaskuler. Faktor lain yang berperan atas timbulnya penurunan volume
intravaskuler adalah dehidrasi akibat penyakit sebelumnya, insensible
water-loss, muntah atau diare, dan poliuria. Cardiac output pada
awalnya normal atau meningkat. Meningkatnya cardiac output dan
penurunan vascular resistance sistemik membedakan syok septik dari
syok kardiogenik dan syok hipovolemik.
14
(70% dengan meningococcemia), dan artritis (8%). Demam terjadi pada
<60% dari bayi dibawah 3 bulan dan pada orang dewasa diatas 65 tahun
(Gossman & Plantz, 2008). Infeksi menjadi keluhan utama pada pasien
(Hinds et.al,2012). Perubahan status mental yang tidak dapat dijelaskan
(LaRosa, 2010) juga merupakan tanda dan gejala pada sepsis. Adanya
tanda dan gejala disseminated intravascular coagulation (DIC)
meningkatkankan angka mortalitas (Saadat, 2008). Pada sepsis berat
muncul dampak dari penurunan perfusi mempengaruhi setidaknya satu
organ dengan gangguan kesadaran, hipoksemia (PO2 <75 mmHg),
peningkatan laktat plasma, atau oliguria (≤30 ml / jam meskipun sudah
diberikan cairan). Sekitar satu perempat dari pasien mengalami sindrom
gangguan pernapasan akut (ARDS) dengan infiltrat paru bilateral,
hipoksemia (PO2 <70 mmHg, FiO2 >0,4), dan kapiler paru tekanan <18
mmHg .Pada syok septik terjadi hipoperfusi organ (Weber & Fontana,
2007). Diagnosis sepsis sering terlewat, khususnya pada pasien usia lanjut
yang tanda-tanda klasik sering tidak muncul. Gejala ringan, takikardia dan
takipnea menjadi satu-satunya petunjuk, Sehingga masih diperlukan
pemeriksaan lebih lanjut yang dapat dikaitkan dengan hipotensi, penurunan
output urin, peningkatan kreatinin plasma, intoleransi glukosa dan lainnya
(Hinds et.al,2012).
4. Diagnosis
15
(Russell, 2012). Kemudian dilakukan anamnesis riwayat penyakit dan juga
beberapa pemeriksaan fisik untuk mencari etiologi sepsis.
16
menular seksual. Alat kelamin juga harus diperiksa untuk melihat apakah
ada bisul, discharge, dan lesi penis atau vulva. Pemeriksaan dubur harus
dilakukan, menentukan ada nyeri, pembesaran prostat, konsisten dengan
prostatitis. Nyeri adneksa pada wanita berpotensi abses tuba-ovarium.
5. Penatalaksanaan
a. Nonfarmakologi
b. Sepsis Akut
17
Menjaga tekanan darah dengan memberikan resusitasi cairan IV dan
vasopressor yang bertujuan pencapaian kembali tekanan darah >65
mmHg, menurunkan serum laktat dan mengobati sumber infeksi.
18
gram negative.cakupan yang luas bakteri gram positif dan gram
negative (atau jamur jika terindikasi secara klinis).
19
c. Cara dan jumlah pemberian :
d. Sepsis kronis
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sepsis merupakan respon sistemik pejamu terhadap infeksi dimana patogen
atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi
proses inflamasi.
2. Dari hasil kultur darah ditemukan bakteri dan jamur 20-40% kasus dari
sepsis. Bakteri gram negatif dan gram positif merupakan 70% dari
penyebab infeksi sepsis berat dan sisanya jamur atau gabungan beberapa
mikroorganisme.
21
3. Tanda dan gejala sepsis adalah normo-atau hipotermia, tidak ada demam
paling sering terjadi pada neonatus, pada pasien lansia, dan pada orang
dengan uremia atau alkoholisme (Munford, 2008). Pasien dalam fase awal
sepsis sering mengalami cemas, demam, takikardi, dan takipnea
(Dasenbrook & Merlo, 2008). Tanda-tanda dari sepsis sangat bervariasi.
Berdasarkan studi, demam (70%), syok (40%), hipotermia (4%), ruam
makulopapular, petekie, nodular, vesikular dengan nekrosis sentral (70%
dengan meningococcemia), dan artritis (8%). Gejala ringan, takikardia dan
takipnea menjadi satu-satunya petunjuk
4. Tes diagnostik digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan lokasi infeksi
dan juga menentukan tingkat keparahan infeksi untuk membantu dalam
memfokuskan terapi (Shapiro et.al,2010). Bila pasien mengalami
penurunan kesadaran, sebelum evaluasi diagnostik dimulai lakukan
penilaian awal dari pasien yang sakit perhatikan jalan nafas (perlu untuk
intubasi), pernapasan (laju pernafasan, gangguan pernapasan, denyut nadi),
sirkulasi (denyut jantung, tekanan darah, tekanan vena jugularis, perfusi
kulit), dan inisiasi cepat resusitasi (Russell, 2012). Kemudian dilakukan
anamnesis riwayat penyakit dan juga beberapa pemeriksaan fisik untuk
mencari etiologi sepsis.
5. Penatalaksanaan pada pasien sepsis dapat dibagi menjadi:
a. Nonfarmakologi, dengan mempertahankan oksigenasi ke jaringan
b. Sepsis Akut, dengan menjaga tekanan darah dengan memberikan
resusitasi cairan IV dan vasopressor
c. Sepsis kronis, dengan terapi antibiotik minimal selama 2 minggu.
B. Saran
Bagi mahasiswa dapat memahami teori tentang SIRS dan Sepsis. Sehingga
dapat memberikan pengetahuan sesuai teori dan mengaplikasikannya ke
kehidupan sehari-hari.
22
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium SMF Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unair – RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya, hal. 3-15.
Filbin, M.A. & Stapczynski, J.S. 2006, ’Shock, Septic’ available at : www.emedicine.
com/emerg/topic 533 .htm. waktu akses 2 Oktober 2006, 15:03.
23
Guntur. 2006, ‘Sepsis’ dalam : SIRS & Sepsis (Imunologi, Diagnosis,
Penatalaksanaan), ed., D.A. Prasetyo, Y.S. Sutanto. Sebelas Maret University Press.
Surakarta, hal. 1-13.
24
Lembar Penilaian Makalah
25
NB : LO = Learning Objective Medan, 18 April 2020
Dinilai Oleh :
Tutor
26