MAKALAH
SINDROM GERIATRI
oleh
KURNIA MIFTAHUL JANNAH
71170811005
Dosen pakar : Prof. dr. H. Azhar Tanjung, Sp. PD, KAI-KP, Sp. MK (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2020
1
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan ………………………………………………………………………….. 22
2. Saran ………………………………………………………………………………… 22
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Secara umum, memang penyakit infeksi telah dapat dikendalikan, akan tetapai pada
lansia hal ini masih merupakan suatu masalah, karena berkaitan dengan menurunnya
fungsi organ tubuh dan daya tahan tubuh terhadap proses menua. Bahkan diluar
negeri yang kemjauan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak diragukan lagi ternyata
angka kematian akibat beberapa penyakit infeksi pada lansia masih ajuh lebih tinggi
dibandingkan dengan orang dewas, yang membuktikan bahwa infeksi masih
merupakan masalah penting pada lansia.
Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat timbul pula
penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-prnyakit yang
diderita kelompok usia lanjut merupakan : (1) kelanjutan penyakit yang diderita sejak
umur muda; (2) akibat gejala sisa penyakit yang pernah diderita sebelumnya; (3)
penyakit akibat kebiasaan- kebiasaan tertentu di masa lalu (misalnya kebiasaan
merokok, minum alkohol dan sebagainya); dan (4) penyakit-penyakit yang mudah
terjadi akibat usia lanjut. Penyakit-penyakit paru yang diderita kelompok usia lanjut
juga mengikuti pola penyebab atau kejadian tersebut.
Geriatri adalah pelayanan kesehatan untuk lanjut usia (lansia) yang mengobati
kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009).
Menurut UU RI No. 13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah mencapai
umur 60 tahun ke atas. Saat ini ilmu geriatri menjadi sangat penting untuk dipahami
oleh tenaga kesehatan karena jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia yang semakin
meningkat (Setiati, 2013). Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) tahun 2014, jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa atau
8,03% dari seluruh penduduk Indonesia sehingga termasuk negara dengan struktur
penduduk menuju tua atau ageing population. Hal ini juga mempengaruhi angka
harapan hidup yang meningkat mencapai 70,7 tahun (BPS, 2015). Diperkirakan
persentaselansiadi Indonesiaakan mencapai 11,34% pada tahun 2020 dan Indonesia
akan menjadi negara ke-5 yang paling banyak jumlah lansianya pada tahun 2025.
Perubahan struktur demografi ini mengakibatkan perubahan juga dalam strategi
pelayanan kesehatan di Indonesia, yaitu dengan lebih memperhatikan penyakit yang
terjadi pada lansia (Darmojo, 2009).
3
4
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi sindrome geriatri dan gangguan kesehatan yang
utama pada lansia Respirasi
2. Tujuan khusus
1. Menjelaskan Definisi Sindrom Geriatri
2. Menjelaskan Jenis dan klasifikasi geriatri syndrom
3. Menjelaskan Etiologi Geriatric Syndrome
4. Menjelaskan Manifestasi Geriatric Syndrome
5. Menjelaskan Penatalaksanaan Geriatric Syndrome
6. Menjelaskan Pencegahan Geriatri Syndrom
7. Menjelaskan Gangguan Fisiologis karena Menua
8. Menjelaskan Gangguan Kesehatan yang Utama Respiratorik pada Lansia
9. Menjelaskan Faktor-faktor yang Memperburuk Fungsi Paru
4
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sindrom Geriatri
Sindrom geriatri merupakan kumpulan gejala dan atau tanda klinis, dari satu
atau lebih penyakit yang sering dijumpai pada pasien geriatric. Tampilan klinis yang tidak khas
sering membuat sindrom geriatri tidak terdiagnosis. Sindrom geriatri meliputi gangguan kognitif,
depresi, inkontinensia, ketergantungan fungsional, dan jatuh. Sindrom geriatrik menampilkan
banyak fitur-fitur umum. Keadaan lansia sangat umum yaitu lemah. Efeknya pada kualitas hidup
dan cacat substansial. Sering gejala utama tidak berhubungan dengan kondisi patologis tertentu
yang mendasari perubahan status kesehatan. Sebagai contoh, ketika infeksi yang melibatkan
saluran kemih menyebabkan delirium, itu adalah perubahan fungsi saraf dalam bentuk perubahan
kognitif dan perilaku yang memungkinkan diagnosis delirium dan menentukan hasil fungsional
yang banyak. Karena sindrom ini melibatkan banyak sistem organ,
diperlukan perencanaan dan pemberian perawatan klinis.
Dalam bidang geriatri dikenal beberapa masalah kesehatan yang sering dijumpai
baik mengenai fisik atau psikis pasien usia lanjut. Menurut Solomon dkk:
The “13 i” yangterdiri dari Immobility (imobilisasi), Instability (instabilitas dan jatuh),
Intelectual impairement (gangguan intelektual seperti demensia dan delirium),
Incontinence(inkontinensia urin dan alvi), Isolation (depresi), Impotence (impotensi), Immuno-
deficiency (penurunan imunitas), Infection (infeksi), Inanition (malnutrisi), Impaction
(konstipasi), Insomnia (gangguan tidur), Iatrogenic disorder (gangguan iatrogenic) dan
Impairement of hearing,vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman)
(Setiati dkk., 2006 dalam AA Dini, 2013).
Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinis pada orang tua yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan dikaitkan dengan kecacatan. Tamplan klinis
yang tidak khas sering membuat sindrom geriatri tidak terdiagnosis. (Vina. 2015)
Sindrom geriatri meliputi gangguan kognitif, depresi, inkontinesia, ketergantungan
fungsional, dan jatuh. Sindrom ini dapat menyebabkan angka morbiditas yang signifikan
dan keadaan yang buruk pada usia tua yang lemah. Sindrom ini biasanya melibatkan
beberapa sistem organ. Sindrom geriatrik mungkin memiliki kesamaan patofisiologi
meskipun presentasi yang berbeda, dan memerlukan interventasi dan strategi yang
berfokus terhadap faktor etiologi (Panitaetal, 2011)
5
6
Dalam menilai kesehatan lansia perlu dibedakan antara perubahan akibat penuaan
dengan perubahan akibat proses patologis. Beberapa problema klinik dari penyakit pada
lanjut usia yang sering dijumpai.
Sindrom geriatri antara lain:
- “The O Complex” : fall, confusion, incontinence, iatrogenic disorders, impaired
homeostasis
- “The Big Three”: Intelectual failure, instability, incontinence
- “The 14 I” : Immobility, impaction, Instability, iatrogenic, intelectual
Impairment, Insomnia, Incontinence, Isolation, Impotence, Immunodeffciency,
Infection, Inanition, Impairment of Vision, Smelling, Hearing, Impecunity.
Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih,
diiringi gerak anatomis tubuh yang menghilang akibat perubahan fungsi fisiologis.
Gangguan keseimbangan (Instabilitas) akan memudahkan pasien geriatri terjatuh dan
dapat mengalami patah tulang. Inkontinesia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin
yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi
dan jumlahnya, sehingga mengakibatkan masalah sosial dan higienis. Inkontinesia urin
seringkali tidak dilaporkan oleh pasien atau keluarganya karena malu atau tabu untuk
diceritakan, ketidaktahuan dan menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar pada orang
usia lanjut serta tidak perlu diobati. Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami
sehingga banyak kasus tidak dikenali. Gejala depresi pada usia lanjut seringkali dianggap
sebagai bagian dari proses menua. Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi
sistem imun pada usia lanjut. Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih,
pneumonia, sepsis, dan meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi dan
faktor lingkungan memudahkan usia lanjut terkena infeksi.
Gangguan penglihatan dan pendengaran juga sering dianggap sebagai hal yang
biasa akibat proses menua. Gangguan penglihatan berhubungan dengan penurunan
kegiatan waktu senggang, status fungsional, gunsi sosial, dan mobilitas. Gangguan
penglihatan dan pendengaran berhubungan dengan kualitas hidup, meningkatkan
disabiltas fisik, ketidakseimbangan, jatuh, fraktur panggul dan mobilitas. Pasien geriatri
sering disertai penyakit kronis degeneratif. Masalah yang muncul sering tumpang tindih
dengan gejala yang sudah lama diderita sehingga tampilan gejla menjadi tidak jelas.
6
7
Penyakit degeneratif yang banyak dijumpai pada pasien geriatri adalah hipertensi,
diabetes melitus, dislipidemia, osteoartritis, dan penyakit kardiovaskular.
1. Jenis dan klasifikasi geriatri sindrome (Vina, 2015)
a) Imobility (Imobilisasi)
Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih,
diiringi gerak anatomis tubuh yang menhilang akibat perubahan fungsi fisiologis.
Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan imobilisasi
pada usia lanjut. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekuatan otot, ketidaksembangan dan masalah psikologis.
7
8
8
9
9
10
50% pria pada umur 65 tahun dan 75 % pria pada usia 80 tahun mengalami impotensi. 25 %
terjadi akibat mengkonsumsi obat-obatan seperti : anti hipertensi, anti psikosa, anti
depressant, litium (mood stabilizer). Selain karena mengkonsumsi obat-obatan,
impotensi dapat terjadi akibat menurunnya kadar hormon.
g) Immunodeficiency (penurunan imunitas)
Perubahan yang dapat terjadi dari proses menua adalah: berkurangnya imunitas yang
dimediasi oleh sel, rendahnya afinitas produksi antibodi, meningkatnya autoantibodi,
terganggunya fungsi makrofag, berkurangnya hipersensitivitas tipe lambat, atrofi
timus, hilangnya hormon timus, berkurangnya produksi sel B oleh sel-sel sumsum
tulang
h) Infection (infeksi)
Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada usia lanjut. Infeksi
yang sering dijumpai adlaah saluran kemih, pneumonia, sepsis dan meningitis.
Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan faktor lingkungan memudahkan
usia lanjut terkenaa infeks.
i) Inanitation (malnutrisi)
Etiologi malnutrisi yaitu : malnutrisi primer terjadi sebab dietnya mutlak salah satu kurang,
malnutrsi sekunder atau bersayarat. Kelemahan nutrisi panda hendaya terjadi pada
lansia karena kehilangan berat badan fisiologis dan patologis yang tidak disengaja.
Anoreksia pada lanjut usia merupakan penurunan fisiologis nafsu makan dan asupan
makan yang menyebabkan kehilangan berat badan yang tidak diinginkan. Faktor
predisposisi malnutrisi adlah: pancaindra untuk rasa dan bau berkurang, kehilangan
gigi alamiah, gangguan motilitas usus akibat tonus otot menurun, penurunan
produksi asam lambung.
j) Impaction (konstipasi)
Konstipasi oleh Holson adalah 2 dari keluhan-keluhan berikut yang berlangsung dalam 3
bulan, konsistensi fese keras, mengejan dnegna keras saat BAB, rasa tidak tuntas saat
BAB meliputi 25 % dari keseluruhan BAB. Faktor resiko yang menyebabkan
konstipasi adalah: obat-obatan (narkotik golongan NSAID , antasid aluminium,
diuretik, analgeti), kondisi neurologis, gangguan metabolik, psikologis, penyakit
saluran cerna, lain-lain (diet rendah serat, kurang olahraga, kurnag cairan)
10
11
11
12
hipotiroid dan sesak napas, imobilisasi pada lansia diakibatkan oleh adanya gangguan
nyeri, kekakuan, ketidakseimbangan, serta kelainan psikologis.
b. Instability
Akibat yang ditimbulkan seperti peristiwa jatuh merupakan masalah yang juga penting pada
lansia terutama lansia wanita.
c. Intelektual impaired
Gangguan intelektual berlangsung progresif disebut demensia. Muncil secara perlahan tetapi
progresif (biasanya selang bulanan hingga tahunan). Gangguan depresi juga
merupakan penyebab kemunduran intelektual yang cukup sering ditemukan namun
seringkali terabaikan.depresi disebabkan oleh adanya suasana hati atau mood yang
bersifat depresif yang berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu yang disertai
keluhan-keluhan vegetatif (berupa gangguan tidur, penurunan minat, perasaan
bersalah, merasa tidak bertenaga, kurang konsentrasi, hilangnya nafsu makan.
d. Incontinance
Adalah penegluaran urin/feses tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup
sehingga mengakibatkan maslah gangguan kesehatan atau sosial. Ini bukan
kinsekuensi normal dari pertambahan usia. Penyebanya kelainan urologi (radang,
batu, tumor), kelainan neurologi (stroke, trauma medula spinalis, demensia)lainya
(imobilisasi, lingkungan). Dapat akut disaat timbul penyakit atau yang kronik.
e. Isolation
Penyebabnya : kehilangan orang/objek yang dicintai, sikap pasimistik, kecenderungan
beradumsi negatif terhadap suatu pengalaman yang mengecewakan, kehilangan
integritas pribadi, penyakit degeneratif kronik tanpa dukungan sosial yang adekuat.
f. Impotance
1) DE organik akibat gangguan endokrin, neurogenik, vaskuler (aterosklerosis atau
fibrosis)
2) DE psikogenik merupakan penyebab utama pada gangguan organik, walaupun
faktor psikogenik ikut memegang peranan. DE jenis ini yang berpotensi
reversible potensial biasanya yang disebabkan oleh kecemasan, depresi, rasa
bersalah, masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal dalam
hubungan seksual.
12
13
g. Immuno-deficiensi
Daya tahan tubuh yang menurun pasa lansai merupakan fungsi tubuh yang terganggu dengan
bertambahnya umur seseorang. Walupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh
proses menua, tapi dpaat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit menahun
maupun penyakit akut yang dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh
seseorang, demikian juga penggunaaan berbagai obat, gizi yang kurang, penurunan
fungsi organ tubuh dan lain-lain.
h. Infection
Terjdi akibat beberapa hal antara lain adanya penyakit penyakit yang cukup banyak,
menurunnya daya takan/imunitas terhadap infeksi, menurunya daya komunikasi
sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini. Ciri
utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan peningkatan temperatur
badan, sering dijumpai pada usia lanjut.
i. Inanitation
Penyebab terjadinya gizi buruk adalah depresi berkabung, imobilisasi, penyakit kronis
(PPOK, rematik, gagal jantung, diabetes, gagal ginjal, dispepsia, gangguan hati,
keganasan), demensia dan demam.
j. Impaction
Konstipasi yang terjadi pada lansia dibabkan karena pergerakan fisik pada lansia yang kurang
mengkonsumsi makan berserat, kurang minum, juga akibat pemberian obat-obatan
tertentu.
k. Insomnia
Pada lansia dapat disebabkan oleh faktor yang trdiri dari nyeri kronis, sesak napas pada
penyakit paru obstruktif kronis, gangguan psikiatrik (gangguan cemas dan depresi),
penyakit neurologi (parkinson’s disease, alzheimer disease)dan obat-obatan
kortikosteroid dan diuretik)
l. Gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman
Sistem pendengaran: kehilangan mendengar bunyi dengan nada yang sangat tinggi akibat
dari berhentinya pertumbuhan saraf dan berakhirnya pertumbuhan organ basal yang
mengakibatkan matinya rumah siput didalam telinga. Dapat mendengar pada suara
rendah.
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
19
20
20
21
1. Faktor merokok
Merokok akan memperburuk fungsi paru, yaitu terjadi penyempitan saluran nafas. Pada tingkat
awal, saluran nafas akan mengalami obstruksi clan terjadi penurunan nilai VEP1 yang
besarnya tergantung pada beratnya penyakit paru tad. Pada tingkat lanjut dapat terjadi
obstruksi yang iereversibel, timbul penyakit paru obstruktif menahun (PPOM)
2. Obesitas
Kelebihan berat badan dapat memperburuk fungsi paru seseorang. Pala obesitas, biasanya terjadi
penimbunan lemak pada leher, dada dan (finding perut, akan dapat mengganggu
compliance dinding dada, berakibat penurunan volume paru atau terjadi keterbatasan
gerakan pernafasan (restriksi) dan timbul gangguan fungsi paru tipe restriktif
3. Imobilitas
Imobilitas akan menimbulkan kekakuan atau keterbatasan gerak saat otot-otot berkontraksi,
sehingga kapasitas vital. paksa atau volume paru akan "relatif' berkurang. Imobilitas karena
kelelahan otot-otot pernafasan pada usia lanjut dapat memperburuk fungsi paru (ventilasi
paru). Faktor-faktor lain yang menimbulkan imobilitas (paru), misalnya efusi pleura,
pneumotoraks, tumor paru dan sebagainya (Mangunegoro, 1992).Perbaikan fungsi paru
dapat dilakukan dengan menjalankan olah raga secara intensif.
4. Operasi
Tidak semua operasi (pembedahan) mempengaruhi faal paru. Dari pengalaman para ahli
diketahui bahwa yang pasti memberikan pengaruh faal paru adalah :
a. pembedahan toraks (jantung dan paru);
b. pembedahan abdomen bagian atas; dan
c. anestesi atau jenis obat anestesi tertentu.
Peruhahan fungsi paru yang timbul, meliputi perubahan proses ventilasi, distribusi
gas, difusi gas serta perfusi darah kapiler paru. Adanya perubahan patofisiologik paru
pasca bedah mudah menimbulkan komplikasi paru: atelektasis, infeksi atau sepsis dan
selanjutnya mudah terjadi kematian, karena timbul.
21
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada usia lanjut terjadi penularan analomik-fisiologik paru dan saluran nafas, antara lain
berupa pengurangan elastic recoil paru; kecepatan arus ekspirasi, tekanan oksigen acted serta
respons pusat reflek pernafasan terhadap rangsangan oksigen arteri atau hiperkapnia. Hal-hal
tersebut berpengaruh pada mekanisme perthanan tubuh terhadap timbulnya penyakit paru.
Penyakit paru yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah infeksi saluran nafas akut bagian
bawah PPOM. Berhagai cara dapat dilakukan untuk pencegahan terhadap timbulnya infeksi
pernafasan akut bagian bawah, PPOM. Untuk mencegah melanjunya penurunan fungsi paru,
antara lain dapat diatasi dengan melakukan olah raga atau latihan fisik yang teratur, selain
meningkatkan taraf kesehatan usia lanjut. Laju penurunan fungsi paru dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal paru secara berkala.
B. Saran
Bagi mahasiswa dapat memahami teori tentang sindrome geriatri dan gangguan kesehatan
yang utama pasa lansia yaitu respirasi. Sehingga dapat memberikan pengetahuan sesuai teori.
Bagi perawata diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan pasien
lansia dengan sindrome geriatri dan gangguan kesehatan respirasi sehinggan dapat meningkatkan
pelayanan keperawtan yang baik
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Siti, Maryam Rdkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Penanganannya. Jakarta: Salemba Medika
23