Anda di halaman 1dari 23

1

MAKALAH
SINDROM GERIATRI

oleh
KURNIA MIFTAHUL JANNAH
71170811005

Dosen pakar : Prof. dr. H. Azhar Tanjung, Sp. PD, KAI-KP, Sp. MK (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

1
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………… 2

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ……………………………………………………………………….. 3


2. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………. 3
3. Tujuan ………………………………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN

1. Sindrom geriatri ………………………………………………………………………. 5


2. Jenis dan Klasifikasi sindrom geriatric ……………………………………………….. 7
3. Etiologi ……………………………………………………………………………….. 11
4. Manifestasi Geriatric Sindrom ……………………………………………………….. 14
5. Penatalaksanaan ……………………………………………………………………… 16
6. Pencegahan …………………………………………………………………………… 17

BAB III STUDI KASUS

1. Respiratorik pada Lansia …………………………………………………………….. 19


2. Faktor Memperburuk Fungsi Paru …………………………………………………… 20

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan ………………………………………………………………………….. 22
2. Saran ………………………………………………………………………………… 22

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….. 23

2
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Secara umum, memang penyakit infeksi telah dapat dikendalikan, akan tetapai pada
lansia hal ini masih merupakan suatu masalah, karena berkaitan dengan menurunnya
fungsi organ tubuh dan daya tahan tubuh terhadap proses menua. Bahkan diluar
negeri yang kemjauan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak diragukan lagi ternyata
angka kematian akibat beberapa penyakit infeksi pada lansia masih ajuh lebih tinggi
dibandingkan dengan orang dewas, yang membuktikan bahwa infeksi masih
merupakan masalah penting pada lansia.
Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat timbul pula
penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-prnyakit yang
diderita kelompok usia lanjut merupakan : (1) kelanjutan penyakit yang diderita sejak
umur muda; (2) akibat gejala sisa penyakit yang pernah diderita sebelumnya; (3)
penyakit akibat kebiasaan- kebiasaan tertentu di masa lalu (misalnya kebiasaan
merokok, minum alkohol dan sebagainya); dan (4) penyakit-penyakit yang mudah
terjadi akibat usia lanjut. Penyakit-penyakit paru yang diderita kelompok usia lanjut
juga mengikuti pola penyebab atau kejadian tersebut.
Geriatri adalah pelayanan kesehatan untuk lanjut usia (lansia) yang mengobati
kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009).
Menurut UU RI No. 13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah mencapai
umur 60 tahun ke atas. Saat ini ilmu geriatri menjadi sangat penting untuk dipahami
oleh tenaga kesehatan karena jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia yang semakin
meningkat (Setiati, 2013). Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) tahun 2014, jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa atau
8,03% dari seluruh penduduk Indonesia sehingga termasuk negara dengan struktur
penduduk menuju tua atau ageing population. Hal ini juga mempengaruhi angka
harapan hidup yang meningkat mencapai 70,7 tahun (BPS, 2015). Diperkirakan
persentaselansiadi Indonesiaakan mencapai 11,34% pada tahun 2020 dan Indonesia
akan menjadi negara ke-5 yang paling banyak jumlah lansianya pada tahun 2025.
Perubahan struktur demografi ini mengakibatkan perubahan juga dalam strategi
pelayanan kesehatan di Indonesia, yaitu dengan lebih memperhatikan penyakit yang
terjadi pada lansia (Darmojo, 2009).

3
4

A. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi sindrome geriatri dan gangguan kesehatan yang
utama pada lansia Respirasi
2. Tujuan khusus
1. Menjelaskan Definisi Sindrom Geriatri
2. Menjelaskan Jenis dan klasifikasi geriatri syndrom
3. Menjelaskan Etiologi Geriatric Syndrome
4. Menjelaskan Manifestasi Geriatric Syndrome
5. Menjelaskan Penatalaksanaan Geriatric Syndrome
6. Menjelaskan Pencegahan Geriatri Syndrom
7. Menjelaskan Gangguan Fisiologis karena Menua
8. Menjelaskan Gangguan Kesehatan yang Utama Respiratorik pada Lansia
9. Menjelaskan Faktor-faktor yang Memperburuk Fungsi Paru

4
5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sindrom Geriatri
Sindrom geriatri merupakan kumpulan gejala dan atau tanda klinis, dari satu
atau lebih penyakit yang sering dijumpai pada pasien geriatric. Tampilan klinis yang tidak khas
sering membuat sindrom geriatri tidak terdiagnosis. Sindrom geriatri meliputi gangguan kognitif,
depresi, inkontinensia, ketergantungan fungsional, dan jatuh. Sindrom geriatrik menampilkan
banyak fitur-fitur umum. Keadaan lansia sangat umum yaitu lemah. Efeknya pada kualitas hidup
dan cacat substansial. Sering gejala utama tidak berhubungan dengan kondisi patologis tertentu
yang mendasari perubahan status kesehatan. Sebagai contoh, ketika infeksi yang melibatkan
saluran kemih menyebabkan delirium, itu adalah perubahan fungsi saraf dalam bentuk perubahan
kognitif dan perilaku yang memungkinkan diagnosis delirium dan menentukan hasil fungsional
yang banyak. Karena sindrom ini melibatkan banyak sistem organ,
diperlukan perencanaan dan pemberian perawatan klinis.
Dalam bidang geriatri dikenal beberapa masalah kesehatan yang sering dijumpai
baik mengenai fisik atau psikis pasien usia lanjut. Menurut Solomon dkk:
The “13 i” yangterdiri dari Immobility (imobilisasi), Instability (instabilitas dan jatuh),
Intelectual impairement (gangguan intelektual seperti demensia dan delirium),
Incontinence(inkontinensia urin dan alvi), Isolation (depresi), Impotence (impotensi), Immuno-
deficiency (penurunan imunitas), Infection (infeksi), Inanition (malnutrisi), Impaction
(konstipasi), Insomnia (gangguan tidur), Iatrogenic disorder (gangguan iatrogenic) dan
Impairement of hearing,vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman)
(Setiati dkk., 2006 dalam AA Dini, 2013).
Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinis pada orang tua yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan dikaitkan dengan kecacatan. Tamplan klinis
yang tidak khas sering membuat sindrom geriatri tidak terdiagnosis. (Vina. 2015)
Sindrom geriatri meliputi gangguan kognitif, depresi, inkontinesia, ketergantungan
fungsional, dan jatuh. Sindrom ini dapat menyebabkan angka morbiditas yang signifikan
dan keadaan yang buruk pada usia tua yang lemah. Sindrom ini biasanya melibatkan
beberapa sistem organ. Sindrom geriatrik mungkin memiliki kesamaan patofisiologi
meskipun presentasi yang berbeda, dan memerlukan interventasi dan strategi yang
berfokus terhadap faktor etiologi (Panitaetal, 2011)

5
6

Dalam menilai kesehatan lansia perlu dibedakan antara perubahan akibat penuaan
dengan perubahan akibat proses patologis. Beberapa problema klinik dari penyakit pada
lanjut usia yang sering dijumpai.
Sindrom geriatri antara lain:
- “The O Complex” : fall, confusion, incontinence, iatrogenic disorders, impaired
homeostasis
- “The Big Three”: Intelectual failure, instability, incontinence
- “The 14 I” : Immobility, impaction, Instability, iatrogenic, intelectual
Impairment, Insomnia, Incontinence, Isolation, Impotence, Immunodeffciency,
Infection, Inanition, Impairment of Vision, Smelling, Hearing, Impecunity.

Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih,
diiringi gerak anatomis tubuh yang menghilang akibat perubahan fungsi fisiologis.
Gangguan keseimbangan (Instabilitas) akan memudahkan pasien geriatri terjatuh dan
dapat mengalami patah tulang. Inkontinesia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin
yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi
dan jumlahnya, sehingga mengakibatkan masalah sosial dan higienis. Inkontinesia urin
seringkali tidak dilaporkan oleh pasien atau keluarganya karena malu atau tabu untuk
diceritakan, ketidaktahuan dan menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar pada orang
usia lanjut serta tidak perlu diobati. Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami
sehingga banyak kasus tidak dikenali. Gejala depresi pada usia lanjut seringkali dianggap
sebagai bagian dari proses menua. Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi
sistem imun pada usia lanjut. Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih,
pneumonia, sepsis, dan meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi dan
faktor lingkungan memudahkan usia lanjut terkena infeksi.
Gangguan penglihatan dan pendengaran juga sering dianggap sebagai hal yang
biasa akibat proses menua. Gangguan penglihatan berhubungan dengan penurunan
kegiatan waktu senggang, status fungsional, gunsi sosial, dan mobilitas. Gangguan
penglihatan dan pendengaran berhubungan dengan kualitas hidup, meningkatkan
disabiltas fisik, ketidakseimbangan, jatuh, fraktur panggul dan mobilitas. Pasien geriatri
sering disertai penyakit kronis degeneratif. Masalah yang muncul sering tumpang tindih
dengan gejala yang sudah lama diderita sehingga tampilan gejla menjadi tidak jelas.

6
7

Penyakit degeneratif yang banyak dijumpai pada pasien geriatri adalah hipertensi,
diabetes melitus, dislipidemia, osteoartritis, dan penyakit kardiovaskular.
1. Jenis dan klasifikasi geriatri sindrome (Vina, 2015)
a) Imobility (Imobilisasi)

Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih,
diiringi gerak anatomis tubuh yang menhilang akibat perubahan fungsi fisiologis.
Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan imobilisasi
pada usia lanjut. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekuatan otot, ketidaksembangan dan masalah psikologis.

b) Instability (Instabilitas dan jatuh)


Gangguan keseimbangan (instabilitas) akan memudahkan pasien geriatri
terjatuh dan dapat mengalami patah tulang. Terdapat banyak faktor yang berperan
untuk terjadinya instabilitas dan jatuh pada orang usia lanjut. Berbagai faktor tersebut
dapat diklasifikasikan sebagai faktor instrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien)
dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan). Prinsip dasar
tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh adalah
mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh, memberikan terapi
fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu
atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti
pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
c) Intelektual Impairment (Gangguan Kognitif)
Keadaan yang terutama menyebabkan gangguan intelektual pada pasien lanjut
usia adalah delirium dan demensia. Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan
memori yang dapat disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungantingkat
kesadaran. Demensia tudak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup
berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat
pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, psien menjadi perasa dan
terganggunya aktivitas.
d) Incontinence (Inkontinensia Urin dan alvi)

7
8

WHO mendefinisikan Faecal Incontinence sebagai hilangnya tak sadar feses


cair atau padat yang merupakan masalah sosial atau higienis. Definisi lain
menyatakan inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau
keyidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui anus. Kejadian
inkontinensia alvi/fekal lebih jarang dibandingkan inkontinensia urin.
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak terkendali
pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya,
sehingga mengakibatkan masalah sosial dan higienis. Inkontinensia urin seringkali
tidak dilaporkan oleh pasien atau keluarga karena malu atau tabu untuk diceritakan,
ketidaktahuan dan mengganggapnya sebagai sesuatu yang wajar pada orang usia
lanjut serta tidak perlu diobati.

1) Inkontinensia urin akut reversibel


Meruakan setiap kondisi yang menghambat mobilitas pasien dapat memicu timbulnya
inkontinensia urin fungsional atau memburuknya inkontinensia persisten, seperti
fraktur tulang pinggul, stroke, arthritis dan sebagainya. Resistensi urin karena
obat-obatan atau obstruksi anatomis dapat pula menyebabkan inkontinensia urin.
Keadaan inflamasi pada vagina dan uretra mungkin kan memicu inkontinensia
urin. Konstipasi juga sering menyebabkan inkontinensia akut.
2) Inkontinensia urin persisen
Dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara meliputi anatomi, patofisiologi dan klinis.
Untuk kepentingan praktek klinis, klasifikasi klinis lebih bermanfaat karena dapat
membantu evaluasi dan intervensi klinis. Kategori meliputi:
3) Inkontinensia urin stres
Tak terkendalinnya aliran urin akibat meningkatnya tekanan intraabdominal seperti pada
saat batu, bersin atau berolehraga. Umumnya disebabkan oleh melemahnya urin
pada lansia dibawah 75 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita tetapi mungkn
terjadi pada laki-laki akibat kerusakan pada sfingter urethra setelah pembedahan
transurethral dan radiasi. Pasien mengeluh mengeluarkan urin pada saat tertawa,
batu atau berdiri. Jumlah urin yang keluar dapat sedikit atau banyak.

8
9

4) Inkontinensia urin urgensi


Keluarnya urin secara tak terkendali dikaitkan dengan sensasi keinginanberkemih.
Inkontinensia urin jenis ini umumnya dikaitkan dengan kontraksi detrusor tak
terkendali. Masalah-masalah neurologis sering dikaitkan dengan inkontenansia
urin urgensi ini, meliputi stroke, penyakit parkinson, demensia dan cedera
medula spinalis. Pasien mengeluh tak cukup waktu untuk sampai ditoilet setelah
timbul keinginan untuk berkemih sehingga timbul peristiwa inkontinensia urin.
Inkontinensia tipe urgensi ini menrupakan penyebab tersering inkontinensia pada
lansia diatas 75 tahun.
5) Inkontinensia urin luapan/overflow
Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan dengan distensi kandung kemih yang
berlebihan. Hal ini disebabkan oleh obstruksi anatomis, seperti pembesaran
prostat, faktor neurogenik pada diabetes melitus atau sclerosis mulltiple yang
menyebabkan berkurang atau tidak berkontraksinya kandung kemih dan faktor-
faktor obat-obatan. Pasien mengeluh keluarnya sedikit urin tanpa adanya sensasi
bahwa kandung kemih sudah penuh.
6) Inkontenansia urin fungsional
Merupakan keadaan yang mengalami pengeluaran urin secara tanpa disadari dan tidak
dapat diperkirakan. Inkontenansia fungsional merupakan intenkonensia dengan
fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh tetapi ada faktor lain seperti
gangguan kognitif berat meyebabkan pasien sulit untuk mengidentifikasi
perlunya urinasi (misal demensia Alzheimer) atau gangguan fisik yang
menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin menjangkau toiley untuk
melakukan urinasi.
e) Isolation (Depresi)
Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehngga banyak kasus tidak dikenali.
Gejala depresi pada usia lanjut sering kali dianggap sebagai bagian dari proses
menua. Faktor yang memeperberat depresi adalah kehilangan orang yang dicintai,
kehilangan rasa aman, taraf kesehatan menurun
f) Impotence (impotensi)

9
10

50% pria pada umur 65 tahun dan 75 % pria pada usia 80 tahun mengalami impotensi. 25 %
terjadi akibat mengkonsumsi obat-obatan seperti : anti hipertensi, anti psikosa, anti
depressant, litium (mood stabilizer). Selain karena mengkonsumsi obat-obatan,
impotensi dapat terjadi akibat menurunnya kadar hormon.
g) Immunodeficiency (penurunan imunitas)
Perubahan yang dapat terjadi dari proses menua adalah: berkurangnya imunitas yang
dimediasi oleh sel, rendahnya afinitas produksi antibodi, meningkatnya autoantibodi,
terganggunya fungsi makrofag, berkurangnya hipersensitivitas tipe lambat, atrofi
timus, hilangnya hormon timus, berkurangnya produksi sel B oleh sel-sel sumsum
tulang
h) Infection (infeksi)
Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada usia lanjut. Infeksi
yang sering dijumpai adlaah saluran kemih, pneumonia, sepsis dan meningitis.
Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan faktor lingkungan memudahkan
usia lanjut terkenaa infeks.
i) Inanitation (malnutrisi)
Etiologi malnutrisi yaitu : malnutrisi primer terjadi sebab dietnya mutlak salah satu kurang,
malnutrsi sekunder atau bersayarat. Kelemahan nutrisi panda hendaya terjadi pada
lansia karena kehilangan berat badan fisiologis dan patologis yang tidak disengaja.
Anoreksia pada lanjut usia merupakan penurunan fisiologis nafsu makan dan asupan
makan yang menyebabkan kehilangan berat badan yang tidak diinginkan. Faktor
predisposisi malnutrisi adlah: pancaindra untuk rasa dan bau berkurang, kehilangan
gigi alamiah, gangguan motilitas usus akibat tonus otot menurun, penurunan
produksi asam lambung.
j) Impaction (konstipasi)
Konstipasi oleh Holson adalah 2 dari keluhan-keluhan berikut yang berlangsung dalam 3
bulan, konsistensi fese keras, mengejan dnegna keras saat BAB, rasa tidak tuntas saat
BAB meliputi 25 % dari keseluruhan BAB. Faktor resiko yang menyebabkan
konstipasi adalah: obat-obatan (narkotik golongan NSAID , antasid aluminium,
diuretik, analgeti), kondisi neurologis, gangguan metabolik, psikologis, penyakit
saluran cerna, lain-lain (diet rendah serat, kurang olahraga, kurnag cairan)

10
11

k) Insomnia (gangguan tidur)


Merupakan gangguan tidur yang sering dijumpai pada pasien geriatri. Umumnya mereka
mengeluh bahwa tidurnya tidak memuaskan dan sulit memetahankan kondisi tidur.
Sekitar 57% orang lanjut usia di komunitas mengalami insomnia kronis, 30% pasien
usia lanjut mengeluh tetap terjaga sepnjang malam, 19 % mengeluh bangun terlalu
pagi, dan 19 % mengalami kesulitan untuk tertidur. Pada usia lanjut umunya
mengalami gangguan tidur seperti: kesulitan untuk tertidur, kesulitan
mempertahankan tidur nyenyak, bangun terlalu pagi. Faktor yang menyebabkan
insomnia: perubahan irama sirkadian, gangguan tidur primer, penyakit fiisik
(hipertiroid, arteritis), penyakit jiwa, pengobatan polifarmasi, demensia.
l) Latrogenik disorder (gangguan latrogenik)
Karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu multipatologik, sering kali menyebabkan
pasien mengkonsumsi obat yang tidak sedikit jumlahnya. Pemberian oabta pada
lansia haruslah sangat hati-hati dan rasional karena obat akan dimetabolisme dihati
sedangkan pada lansia terjadi penurunan faal hati juga terjadi penurunan faal ginjal
(jumlah glomerulus berkurang), dimana sebagian besar obat dikeluarkan melalui
ginjal sehingga pada lansia sisa metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan dengan
baik dan dapat berefek toksik.
m) Gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman
Gangguan penglihatan dan pendengaran juga sering dianggap sebagai hal yang biasa akibat
proses menua. Prevalensi gangguan penglihatan pada pasien geriatri yang diarawat di
indonesia mencapai 24 %. Gangguan penglihatan berhubungan dengan penurunan
kegiatan waktu senggang , status fungsional, fungsi sosial dan mobilitas. Gangguan
pengliahatn dan pendengaran berhubungan dengan kualitas hidup, meningkatkan
disabilitas fisik, ketidakseimbangan, jatuh, fraktur panggul dan mortalitas.
2. Etiologi (Vina. 2015)
a. Immobility
Lansia yang terus-menerus berada ditempat tidur (disebut berada pada keadaan (bed rdden).
Berakiabt atrofi otot, decubitus, malnutrisi, serta pnemonia. Faktor resikonya dapat
berupa osteortritis, gangguan penglihatan, fraktur, hipotensi postural, anemia, stroke,
nyeri, demensia, lemah otot, vertigo, keterbatsan ruang lingkup, PPOK, gerak sendi

11
12

hipotiroid dan sesak napas, imobilisasi pada lansia diakibatkan oleh adanya gangguan
nyeri, kekakuan, ketidakseimbangan, serta kelainan psikologis.
b. Instability
Akibat yang ditimbulkan seperti peristiwa jatuh merupakan masalah yang juga penting pada
lansia terutama lansia wanita.
c. Intelektual impaired
Gangguan intelektual berlangsung progresif disebut demensia. Muncil secara perlahan tetapi
progresif (biasanya selang bulanan hingga tahunan). Gangguan depresi juga
merupakan penyebab kemunduran intelektual yang cukup sering ditemukan namun
seringkali terabaikan.depresi disebabkan oleh adanya suasana hati atau mood yang
bersifat depresif yang berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu yang disertai
keluhan-keluhan vegetatif (berupa gangguan tidur, penurunan minat, perasaan
bersalah, merasa tidak bertenaga, kurang konsentrasi, hilangnya nafsu makan.
d. Incontinance
Adalah penegluaran urin/feses tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup
sehingga mengakibatkan maslah gangguan kesehatan atau sosial. Ini bukan
kinsekuensi normal dari pertambahan usia. Penyebanya kelainan urologi (radang,
batu, tumor), kelainan neurologi (stroke, trauma medula spinalis, demensia)lainya
(imobilisasi, lingkungan). Dapat akut disaat timbul penyakit atau yang kronik.
e. Isolation
Penyebabnya : kehilangan orang/objek yang dicintai, sikap pasimistik, kecenderungan
beradumsi negatif terhadap suatu pengalaman yang mengecewakan, kehilangan
integritas pribadi, penyakit degeneratif kronik tanpa dukungan sosial yang adekuat.
f. Impotance
1) DE organik akibat gangguan endokrin, neurogenik, vaskuler (aterosklerosis atau
fibrosis)
2) DE psikogenik merupakan penyebab utama pada gangguan organik, walaupun
faktor psikogenik ikut memegang peranan. DE jenis ini yang berpotensi
reversible potensial biasanya yang disebabkan oleh kecemasan, depresi, rasa
bersalah, masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal dalam
hubungan seksual.

12
13

g. Immuno-deficiensi
Daya tahan tubuh yang menurun pasa lansai merupakan fungsi tubuh yang terganggu dengan
bertambahnya umur seseorang. Walupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh
proses menua, tapi dpaat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit menahun
maupun penyakit akut yang dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh
seseorang, demikian juga penggunaaan berbagai obat, gizi yang kurang, penurunan
fungsi organ tubuh dan lain-lain.
h. Infection
Terjdi akibat beberapa hal antara lain adanya penyakit penyakit yang cukup banyak,
menurunnya daya takan/imunitas terhadap infeksi, menurunya daya komunikasi
sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini. Ciri
utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan peningkatan temperatur
badan, sering dijumpai pada usia lanjut.
i. Inanitation
Penyebab terjadinya gizi buruk adalah depresi berkabung, imobilisasi, penyakit kronis
(PPOK, rematik, gagal jantung, diabetes, gagal ginjal, dispepsia, gangguan hati,
keganasan), demensia dan demam.
j. Impaction
Konstipasi yang terjadi pada lansia dibabkan karena pergerakan fisik pada lansia yang kurang
mengkonsumsi makan berserat, kurang minum, juga akibat pemberian obat-obatan
tertentu.
k. Insomnia
Pada lansia dapat disebabkan oleh faktor yang trdiri dari nyeri kronis, sesak napas pada
penyakit paru obstruktif kronis, gangguan psikiatrik (gangguan cemas dan depresi),
penyakit neurologi (parkinson’s disease, alzheimer disease)dan obat-obatan
kortikosteroid dan diuretik)
l. Gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman
Sistem pendengaran: kehilangan mendengar bunyi dengan nada yang sangat tinggi akibat
dari berhentinya pertumbuhan saraf dan berakhirnya pertumbuhan organ basal yang
mengakibatkan matinya rumah siput didalam telinga. Dapat mendengar pada suara
rendah.

13
14

Sitem penglihatan daa penurunan yang konsissten dalam kemampuan untuk


melihat objek pada tingkat penerangan yang rendah serta menurunnya sensivitas
terhadap warna.
Daya penciuman menjadi kurang tajam dengan bertambahnya usia, sebagian
karena pertumbuhan sel didalam hidung berhenti dan sebagian lagi karena semakin
lebatnya bulu rambut dilubang hidung.

3. Manifestasi Geriatric Syndrom (Vina,2015)


a. Imobilisasi
1) Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuai kebutuhan
2) Keterbatsan mengerakan sendi
3) Adnya kerusakan aktivitas
4) Penurunan ADL dibantu orang lain
5) Malas untuk bergerak atau latihan mobilitas
b. Inkontinensia
1) Inkontinensia stress: keluarnya urin selama batuk, mengejan
2) Inkotinensia urgensi: ketidakmampuan menahan keluarnya urin dengan gambaran
seringnya terburu-buru berkemih
3) Enuresis nokturnal: keluarnya urin saat tidur malam hari
c. Demensia
1) Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif
2) Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek
3) Gangguan kepribadian dan perilaku
4) Mudah tersinggung, bermusuhan
5) Keterbatasan dalam ADL
6) Kesulitan mengatur dalam penggunaan keuangan
7) Tak bisa pulang kerumah bila berpergian
8) Sulit mandi makan, berpakaian dan toilet
d. Konstipasi
1) Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB
2) Mengejan keras saat BAB

14
15

3) Masa feses yang keras dan sulit keluar


4) Perasaan tidak tuntas saat BAB
5) Sakit pada daerah rectum saat BAB
6) Adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam
7) Menggunakan bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses
8) Menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa BAB
e. Depresi
1) Ganguan tidur
2) Keluhan somatik berupa nyeri kepala, dizzi (puyeng), pandangan kabur, gangguan
saluran cerna, ganguan nafsu makan, kontipasi, perubahan berat badan
3) Gangguan psikomotor berupa aktivitas tubuh meningkat, aktivitas mental
meningkat atau menurun, tidak mengacuhkan kejadian disekitarnya, fungsi seksual
berubah (libido menurun), gejala biasanya lebih buruk dipagi hari.
f. Malnutrisi
1) Kelelahan dan kekurangan energi
2) Pusing
3) Sitem kekebalan tubuh yang rendah (mengakibatkan tubuh kesulitan melawan
infeksi
4) Kulit kering dan bersisik
5) Gigi yang membusuk’
6) Gusi bengkak dan berdarah
7) Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8) Badan badan kurang
9) Pertumbuhan yang lambat
10) Kelemahan pada otot
11) Perut kembung
12) Tulang yang mudah patah
13) Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
g. Insomnia
1) Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal
2) Wajah kelihatan kusam

15
16

3) Mata merah, hingga timbul bayangan gelap dibawah mata


4) Lemas, mudah cemas
5) Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori dan mudah tersinggung
h. Immune Deficeincy
1) Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandungkan bakteri
2) Diare kronik umum terjadi (sering disebut gastroenteritis)
3) Infeksi respiratorius dan oral thrushumum terjadi
4) Terjadi failure to thrive tanpa adanya infeksi
i. Impoten
1) Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi secara
berulang (paling tidak selama 3 bulan)
2) Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
3) Ereksi hanya sesaat

4. Penatalaksanaan Geriatric Syndrome (Vina, 2015)


Pendekatan peripurna pasien geriatri merupakan prosedur pengkajian multidimensi. Pendekatan
multidimensi berusaha untuk menguraikan berbagai masalah pada pasien geriatri,
mengidentifikasi semua aseit pasien, mengidentifikasi jenis pelayanan yang dibutuhkan,
dan mengembangkan rencanna asuhan yang berorientasi pada kepentingan pasien.
Beberapa penatalaksaan secara umum sindrom geriatrik diantaranya:
a. Pemberian asupan diet protein , vitamin C,D, E & mineral yang cukup.
Orang usia lanjut umumnya mengkonsumsi protein kurang dari angka kecukupan
gizi. Proporsi protein yang adekuat merupakan faktor penting, bukan dalam jumlah
besar pada sekali makan. Protein sebaiknya mengandung asam amino esensial.
Leusin adalah asam amino esensial dengan kemampuan anabolisme protein tertinggi
sehingga dapat mencegah sarkopenia.
b. Pengaturan olahraga secara teratur
Kemampuan dasar seperti: berjalan, keseimbangan, fungsi kognitif. Aktivitas fisik
dapat menghambat penurunan massa dan fungsi otot dengan memicu peningkatan
masa dan kapasitas metabolik otot sehingga memengaruhi energy expenditure,
metabolis glukosa dan cadangan protein

16
17

c. Pencegahan infeksi dengan vaksin


d. Antisipasi kejadian yang dapat menimbulkan stres misalnya pembedahan elektif dan
recon ditioning cepat setelah mengalami stres dnegna renutrisi dan fisioterapi
individual
e. Terapi pengabatan pada lansia berbeda dari pasien pada usia muda, karena adanya
perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh usia, dan dampak yang timbul dari
penggunaan obat-obatan yang digunakan sebelumnya.

Penatalaksaanna resiko jatuh:


1) Perhatikan penggunaan alat bantu melihat (kaca mata) dan alat bantu dengar
(earphone)
2) Evaluasi dan ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
3) Evaluasi kemampuan kognitif
4) Beri lansia bantu berjalan seperti hand rail walker

Penatalaksanaan gangguan tidur:


1) Tingkatkan aktivitas rutin setiap hari
2) Ciptakan lingkungan yang nyaman
3) Kurang konsumsi kopi
4) Berikan benzodiazepine seperti temazepam (7,5-15mg)

5. Pencegahan geratric syndrome (Vina, 2015)


1) Promosi
Merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mencegah penyakit. Merupakan proses advokasi kesehatan untuk
meningkatkan dukungan klien, tenaga profesinal dan masyarakt terhadap praktik
kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Untuk membantu organ-organ
mengubah gaya hidup mereka dan bergerak kearaha kesehatan yang optimal serta
mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang
perilaku hidup mereka. Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia:

17
18

a. Mengurangi cedera, dilakukan dnegan tujuan mengurangi kejadian jatuh,


mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah
b. Meningkatkan keamanan ditempat kerja bertujuan untuk mengurangi terpapar
dengan bahan-bahan kimia
c. Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk bertujuan untuk
mengurangi penggunaan semprotan bahan-bahan kimia, mengurangi radiasi
dirumah
d. Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mutu yang bertujuan
untuk mengurangi karies gigi serta memlihahara kebersihan gigi dan mulut
2) Pencegahan preventif
a. Melakukan pencegahan primer meliputi: pencegahan pada lansia sehat,
terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan. Jemisnya:
program imunisasi, konseling, berhenti merokok, dan minum beralkohol,
dukungan nutrisi, keamanan didalan dan sekitar rumah, menejemen stres
b. Melakukan pencegahan sekunder melputi : pemeriksaan terhadap penderita
tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak
secara klinis dan mengidap faktor resiko. Jenisnya: kontrol hipertensi, deteksi
dan pengobatan kanker, screening, pemeriksaan rektal, papsmear, gigi mulut
c. Melakukan pencegahan tersier : dilakukan sebelum terdapat gejala penyakit
dan cacat, mencegah cacat bertambah dan ketergantungan serta perawatan
dengan perawtan dirumah sakit, rehabilisasi pasien rawat jalan dan perawatan
jangka panjang.

18
19

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Respiratorik pada Lansia


Patofisiologi gangguan yang sering terjadi pada lansia adalah: (Mickey.2006)
1. Infeksi Saluran Pernapasan Bawah
Infeksi saluran pernapasan bawah adalah infeksi paling sering kedua pada
kelompok lansia, dan pneumonia merupakan penyebab kematian pertama oleh proses
infeksi. Pembersihan jalan napas yang tidak efektif, peningkatan kolonisasi, dan
gangguan respons sistem imun pada lansia dapat mencapai puncaknya dengan
pneumonia. Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi akuisisinya: yang
diperoleh dari komunitas, nosokomial (diperoleh dari rumah sakit), aspirasi dan yang
diperoleh dari panti jompo.
Pneumonia menyerang jalan napas terminal. Organisme yang menyerang
akanbertambah banyak dan melepaskan toksin yang memicu respons inflamasi dan
respons imun. Setelah itu, mediator biokimia dilepaskan yang merusak membran mukosa
bronkus dan membra alveolokapiler, menyebabkan edema. Acini (bronkiolus
respiratorius, duktus alveolaris, dan alveolus) dan bronkiolus terminalis dipenuhi dengan
debris infeksi dan eksudat.
Lansia yang terdapat di institusi perawatan cenderung untuk mengalami pneumonia
karena perubahan kesadaran (Stroke dan Sedasi) yang dapat meninggalkan jalan napas
tanpa perlindungan. Mereka juga mengalami gangguan mobilitas, yang turut berperan
terhadap ketidak efektifan respirasi. Lansia yang baru mengalami infeksi virus (yaitu
influenza) berisiko tinggi karena infeksi virus meningkatkan penempelan mukosa pada
infeksi bakteri dan virus. Infeksi virusjuga dapat mengganggu transpor mukosilia.
Tuberkulosis adalah suatu pertumbuhan epidemik diantara lansia yang merupakan
segmen pertumbuhan tercepat pada populasi Amerika Serikat. Apakah ini adalah infeksi
baruatau reaktivasidari infeksi lamatidak diketahui dengan jelas. Lansia berisiko tinggi
karena biasanya mengambil tempat pada bagian apeks paru. Mikroorganisme akan
bertambahan banyak dan menyebabkan pneumonitis yang memicu respons imun.
Neutrofl dan makrofag yang menutupi dan meliputi basil-basil,

19
20

mencegahpenyebaranlebih lanjut. Penutupan tersebut menyebabkan pembentukan tuber...


granuloma TB akan tetap dorman atau mengalami reaktivitas, atau mungkin tidak pernah
dapat diatasi karena gangguan respons imun. Seperti yang akan dijelaskan lebih lanjut,
munculnya penyakit ini pada lansia.
2. Kanker Paru
Penyebab kematian utama yangberhubungan dengan kanker pada pria dan wanita adalah
kanker bronkogenik. Angka insidensi telah meningkatsecara tetap, dengan peningkatan
paling besar terjadi pada wanita. Untuk pembahasan yag rinci lebih lanjut tentang kanker
paru pada lansia.
3. Penurunan fisiologi Paru-Paru
Fungsi paru-paru mengalami kemunduran disebabkan berkurangnya elastisitas jaringan
paru-paru dan dinding dada, berkurangnya kekuatn kontraksi otot pernafasan sehingga
menyebabkan sulit bernafas. Infeksi sering diderita pada lanjut usia diantaranya
Penumonia, kematian cukup tinggi sampai 40 % yang terjadi karena daya tahan tubuh
yang menurun. Tuberkulosis pada lansia diperkirakan masih tinggi
4. Nyeri Dada cukup
Nyeri dada yang berkaitan dengan kondisi pulmonary mungkin terasa tajam menusuk,
dan intermiten atau mungkin pekak, sakit dan persisten. Nyeri biasanya terasa pada
tempat terjadi patologi,tetapi mungkin dapat beralih keseimbangan tempat, misalnya
leher, punggung, atau abdomen. Penyakit paru tidak selamanya menimbulkan nyeri dada
karena paru-paru dan pleura viseral tidak mengandung saraf sensory dan tidak sensitif
terhadap nyeri.
5. Sesak Nafas
Pada waktu melakukan kerja fisik dapat disebakan oleh :
a. kelemahan jantung
b. gangguan sistem saluran pernafasan
c. karena BB berlebih.

B. Faktor-faktor yang Memperburuk Fungsi Paru


Selain penurunan fungsi paru akibat proses penuaan, terdapat beberapa faktor yang dapat
memperburuk fungsi paru. Faktor-faktor yang memperburuk fungsi paru antara lain :

20
21

1. Faktor merokok
Merokok akan memperburuk fungsi paru, yaitu terjadi penyempitan saluran nafas. Pada tingkat
awal, saluran nafas akan mengalami obstruksi clan terjadi penurunan nilai VEP1 yang
besarnya tergantung pada beratnya penyakit paru tad. Pada tingkat lanjut dapat terjadi
obstruksi yang iereversibel, timbul penyakit paru obstruktif menahun (PPOM)
2.  Obesitas
Kelebihan berat badan dapat memperburuk fungsi paru seseorang. Pala obesitas, biasanya terjadi
penimbunan lemak pada leher, dada dan (finding perut, akan dapat mengganggu
compliance dinding dada, berakibat penurunan volume paru atau terjadi keterbatasan
gerakan pernafasan (restriksi) dan timbul gangguan fungsi paru tipe restriktif
3. Imobilitas
Imobilitas akan menimbulkan kekakuan atau keterbatasan gerak saat otot-otot berkontraksi,
sehingga kapasitas vital. paksa atau volume paru akan "relatif' berkurang. Imobilitas karena
kelelahan otot-otot pernafasan pada usia lanjut dapat memperburuk fungsi paru (ventilasi
paru). Faktor-faktor lain yang menimbulkan imobilitas (paru), misalnya efusi pleura,
pneumotoraks, tumor paru dan sebagainya (Mangunegoro, 1992).Perbaikan fungsi paru
dapat dilakukan dengan menjalankan olah raga secara intensif.
4.  Operasi
Tidak semua operasi (pembedahan) mempengaruhi faal paru. Dari pengalaman para ahli
diketahui bahwa yang pasti memberikan pengaruh faal paru adalah :
a. pembedahan toraks (jantung dan paru);
b. pembedahan abdomen bagian atas; dan
c. anestesi atau jenis obat anestesi tertentu.
Peruhahan fungsi paru yang timbul, meliputi perubahan proses ventilasi, distribusi
gas, difusi gas serta perfusi darah kapiler paru. Adanya perubahan patofisiologik paru
pasca bedah mudah menimbulkan komplikasi paru: atelektasis, infeksi atau sepsis dan
selanjutnya mudah terjadi kematian, karena timbul.

21
22

BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Pada usia lanjut terjadi penularan analomik-fisiologik paru dan saluran nafas, antara lain
berupa pengurangan elastic recoil paru; kecepatan arus ekspirasi, tekanan oksigen acted serta
respons pusat reflek pernafasan terhadap rangsangan oksigen arteri atau hiperkapnia. Hal-hal
tersebut berpengaruh pada mekanisme perthanan tubuh terhadap timbulnya penyakit paru.
Penyakit paru yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah infeksi saluran nafas akut bagian
bawah PPOM. Berhagai cara dapat dilakukan untuk pencegahan terhadap timbulnya infeksi
pernafasan akut bagian bawah, PPOM.  Untuk mencegah melanjunya penurunan fungsi paru,
antara lain dapat diatasi dengan melakukan olah raga atau latihan fisik yang teratur, selain
meningkatkan taraf kesehatan usia lanjut. Laju penurunan fungsi paru dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal paru secara berkala.

B. Saran
Bagi mahasiswa dapat memahami teori tentang sindrome geriatri dan gangguan kesehatan
yang utama pasa lansia yaitu respirasi. Sehingga dapat memberikan pengetahuan sesuai teori.
Bagi perawata diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan pasien
lansia dengan sindrome geriatri dan gangguan kesehatan respirasi sehinggan dapat meningkatkan
pelayanan keperawtan yang baik

22
23

DAFTAR PUSTAKA

Vina. 2015. LP Geriatric Syndrome. http://docslide.us/document/lp-geriatric-syndrome-


vina.html diakses pada tanggal 20 Desember 2015

Siti, Maryam Rdkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Penanganannya. Jakarta: Salemba Medika

23

Anda mungkin juga menyukai