Anda di halaman 1dari 8

Lihat diskusi, statistik, dan profil penulis untuk publikasi ini di: https://www.researchgate.

net/publication/326283822

PENGARUH TEKNIK EFLEURASI TERAPI PIJAT SEBAGAI PENCEGAHAN BABY BLUES PADA
POSTARTUM LAINNYA

Artikel · Juli 2018

DOI: 10.31632 / ijalsr.2018v01i03.003

KUTIPAN BACA

1 986

2 penulis , termasuk:

Desi Sarli

STIKes Alifah Padang, Indonesia

7 PUBLIKASI 3 KUTIPAN

LIHAT PROFIL

Beberapa penulis publikasi ini juga mengerjakan proyek terkait berikut:

Pengaruh Perbedaan Kadar Oksitosin Melalui Pemijatan Oksitosin Terhadap Jumlah Perdarahan pada Ibu 2 Jam Postpartum Lihat proyek

Semua konten setelah halaman ini diunggah oleh Desi Sarli pada 16 November 2018.

Pengguna telah meminta peningkatan dari file yang diunduh.


Int J Adv Life Sci Res. Volume 1 (3) 15-21
doi: 10.31632 / ijalsr.2018v01i03.003

Jurnal Internasional Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Hayati

ISSN Online: 2581-4877

beranda jurnal http://ijalsr.org

Pengaruh Terapi Pijat Dengan Teknik Effleurage Sebagai Pencegahan Baby Blues
Pada Ibu Nifas
Desi Sarli, FN Sari

Dosen Kebidanan, Kebidanan Akademi Alifah Padang, Indonesia.

* Penulis korespondensi E-mail: desi_sarli@yahoo.com

Abstrak

Beberapa hasil penelitian menunjukkan kasus ibu yang mendapat Baby Blues dan Postnatal Depression cukup tinggi. Satu dari dua wanita yang melahirkan (50%)

pernah mengalami Baby Blues, dan sekitar 10% akan melanjutkan Postnatal Depression. Acara baby blues dapat diberikan perawatan dengan terapi komplementer

salah satunya dengan massage effleurage. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh efek pijat terhadap kejadian baby blues. Penelitian ini

menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian analitik pra eksperimental dan pendekatannya adalah pretest posttest satu kelompok, penelitian ini

dilaksanakan ± 4 bulan. Sasaran penelitian ini adalah ibu postpartum ≥ 7 hari sampai dengan 6 minggu postpartum yang berjumlah 30 responden. Data diperoleh dari

responden dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh ibu sendiri dengan menggunakan instrumen EPDS sebelum dan sesudah intervensi. Penapisan dilakukan

sebelum intervensi, Intervensi dilakukan 2 kali seminggu, kemudian setelah ibu intervensi disuruh mengisi kuesioner EPDS. Analisis data dilakukan dengan “uji t

dependen” untuk mengetahui pengaruh Treatment Massage dengan teknik Effleurage sebagai pencegahan baby blues pada ibu postpartum. Hasil penelitian ini

didapatkan hasil positif kejadian baby blues sebelum dilakukan pemijatan sebesar 46,7%, sedangkan responden yang tidak mengalami gejala baby blues sebelum

dilakukan pemijatan sebesar 53,3%. Setelah pemijatan effleurage sebanyak 2 kali, seminggu mengalami penurunan dibandingkan sebelum pemijatan effleurage

dilakukan sebesar 20%, Sedangkan yang menunjukkan bahwa responden tidak mengalami gejala baby blues setelah dilakukan pemijatan meningkat 80%.

Berdasarkan hasil uji T-Dependent didapatkan P-value <0,05 (α) yang berarti terdapat pengaruh teknik effleurage massage terhadap acara Baby Blues di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang Indonesia. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Adanya penurunan kejadian baby blues setelah dilakukan effleurage pijat

yaitu dari 46,7% menjadi 20%, mempengaruhi teknik effleurage massage terhadap kejadian Baby Blues. 05 (α) yang artinya ada pengaruh teknik effleurage massage

terhadap kejadian Baby Blues di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang Indonesia. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Adanya penurunan kejadian baby

blues setelah dilakukan effleurage pijat yaitu dari 46,7% menjadi 20%, mempengaruhi teknik effleurage massage terhadap kejadian Baby Blues. 05 (α) yang artinya ada

pengaruh teknik effleurage massage terhadap kejadian Baby Blues di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang Indonesia. Dari hasil penelitian dapat

disimpulkan Adanya penurunan kejadian baby blues setelah dilakukan effleurage pijat yaitu dari 46,7% menjadi 20%, mempengaruhi teknik effleurage massage

terhadap kejadian Baby Blues.

Kata kunci: Effleurage Pijat, Baby Blues, Pasca Persalinan

15
Sarli & Sarli
Int J Adv Life Sci Res. Volume 1 (3) 15-21

pengantar

Kelahiran seorang bayi merupakan peristiwa penting bagi Beberapa ibu juga merasa tidak nyaman, sakit, kesakitan, dan
kehidupan seorang wanita dan keluarganya. Wanita mengalami tidak dapat dihidupkan kembali dengan resep apa pun. Hampir
banyak perubahan emosional selama kehamilan dan masa nifas semuanya merasa lelah, lemas, atau stres setiap saat setelah
agar sesuai dengan seorang ibu. Masa nifas selama 6 minggu melahirkan. Selain itu, seringkali ditemukan bahwa mereka
atau 40 hari menurut awam adalah masa nifas. Masa ini penting mengalami gangguan tidur dan terkadang tidak tidur selama
untuk terus dipantau karena pelaksanaan yang kurang maksimal seminggu.
dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan
dapat berlanjut pada komplikasi pasca persalinan seperti depresi
Kecemasan dapat menunda atau mencegah pelepasan oksitosin
pascapersalinan saat melahirkan (Sarli, 2017).
selama masa menyusui dan berpotensi mengganggu refleks
menyusui (Jahdi dkk., 2016). Baby Blues dapat memperkuat
perilaku ibu jauh dari bayinya, serta mempengaruhi ikatan
emosional antara ibu dan bayi, menempatkan ikatan antara
ibu-bayi pada risiko (Tiez & Zietlow, 2014), yang terakhir dapat
Masa nifas merupakan masa kritis, di mana ibu bisa merasa menyebabkan kerugian psikologis pada anak ( Glasheen, 2010).
sangat lelah dan cemas. Kecemasan merupakan salah satu Selain itu, kecemasan merupakan prediktor yang sangat kuat dari
keluhan yang paling banyak diderita pada masa nifas. Dalam depresi postpartum (Lonstein, 2007).
penelitian sebelumnya oleh (Field, 2016), 30% ibu melahirkan
dilaporkan mengalami kecemasan atau baby blues selama masa
nifas. Prevalensi kecemasan pascapersalinan juga dilaporkan
sebesar 18% dalam penelitian di Maryland di AS dan 12,7%
Karena diagnosis dini depresi pascapartum dapat membantu
dalam penelitian di Australia Selatan (Sockol, Eppersond, &
mencegah depresi berikutnya, intervensi perlu dirancang untuk
Barber,
mengurangi gangguan ini. Berbagai metode telah digunakan
untuk mengurangi depresi, dengan terapi sentuhan dan pijat
(Lonstein, 2007).
2013). Di Vancouver, Kanada, insiden depresi pascapartum
dilaporkan
14,2% di minggu pertama setelah melahirkan, 12,1% di minggu Prevalensi kejadian depresi postpartum dan biaya pengobatan

keempat, dan 9,2% di minggu kedelapan. yang mahal mengakibatkan separuh dari pasien yang memakai

Baby blues merupakan salah satu depresi ringan yang dapat


alternatif perawatan, termasuk
terjadi pada ibu nifas dimana ibu mengalami onset hipokondria
pijat sehingga merupakan terapi yang paling banyak diterapkan
dan disertai gejala yang berkaitan. Penelitian terbaru menemukan
pada pasien depresi postpartum (5,2%) (Sherman dkk. 2010).
bahwa baby blues dan depresi pasca persalinan pada ibu baru
melahirkan cukup tinggi. Satu dari dua ibu yang baru saja
melahirkan (50%) mengalami baby blues dan 10% terus Pijat mengatur sistem saraf otonom dan oleh karena itu

mengalami depresi pasca persalinan. Sekitar 70% dari semua ibu menurunkan kadar kortisol, adrenalin, dan noradrenalin. Itu juga

yang pernah melahirkan mengalami baby blues dan 10-20% ibu dapat mengatur aktivitas saraf, otak frontal, dan jaringan kontrol.

mengalami depresi pasca melahirkan (Anderson & Maes, Selain itu, pijatan merangsang serat aferen sensorik di kulit,
mempengaruhi tubuh dan pikiran manusia (Sarli & Agus, 2014).
Tekanan intermiten yang diterapkan selama pijatan
meningkatkan sirkulasi darah dan drainase limfatik (Meftahi dkk. 2014)

2013). yang menyebabkan perubahan denyut jantung dan tekanan


darah (Ejindu, 2007).
Banyak ibu nifas mengalami emosi yang berlebihan seperti
kesedihan yang mendalam dengan tangisan yang tidak ada
motivasi. Dalam kondisi mental ini, kita tidak bisa melihat ibu
tersenyum atau merasa bahagia. Beberapa ibu merasa takut,
khawatir, dan tegang. Masalah kecil kecil dapat memicu baby Pijat juga menyebabkan relaksasi otot, yang mengarah pada

blues jika tidak segera diselesaikan (Botulinum & Study, peningkatan sistem kekebalan, mengurangi
rasa sakit, dan akhirnya berkurang

2014). depresi pascapersalinan. Relaksasi pada masa nifas mengurangi


tekanan pada

16
Sarli & Sarli
Int J Adv Life Sci Res. Volume 1 (3) 15-21

sistem saraf simpatik dan dapat mencegah depresi pasca berjumlah 30 orang. Data dikumpulkan dari data yang diperoleh
melahirkan, dan juga dapat meningkatkan hubungan ibu-bayi dari responden dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh
yang efektif. Menggunakan ibu sendiri dengan menggunakan instrumen EPDS sebelum dan
dari yang saling melengkapi perawatan di sesudah intervensi. Skrining dilakukan sebelum intervensi,
perawatan postpartum dapat mengurangi intervensi farmakologis. Intervensi dilakukan dua kali seminggu, kemudian setelah
intervensi ibu disuruh mengisi kuesioner EPDS untuk
membandingkan hasil skrining sebelum dan sesudah intervensi.
Penggunaan terapi komplementer dalam perawatan postpartum
Analisis data dilakukan dengan “uji t dependen” untuk
dengan menerapkan teknik pemijatan (Field
mengetahui pengaruh Treatment Massage dengan teknik
dkk., 2010). Teknik pijat yang dikembangkan dan digunakan oleh
Effleurage sebagai pencegahan baby blues pada ibu postpartum.
bidan adalah effleurage yang masif. Massage effleurage adalah
teknik pemijatan menggunakan telapak tangan dengan pola
gerakan melingkar pada bagian perut, pinggang atau paha.
Effleurage perut, pinggang dan paha adalah salah satu metode
non-farmakologis yang biasa digunakan dalam metode Lamaze
untuk

Hasil
menekankan di postpartum ibu
(Parulian, Sitompul, & Oktrifiana, 2013). 1. Karakteristik Responden

Effleurage merupakan penerapan Teori Kontrol Gerbang karena Tabel 1: Karakteristik Responden Menurut Umur, Paritas,

teknik ini dilakukan dengan cara merangsang kulit dengan cara Pendidikan, Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya

memijat permukaan tubuh yang hasilnya akan maksimal jika


Variabel Kategori F %
dilakukan tanpa pembatas berupa pakaian. Kekuatan penekanan
saat effleurage berbeda pada setiap ibu. Mungkin beberapa Usia 20-35 th 20 66,7
wanita lebih suka tekanan yang sangat ringan tetapi yang lain > 35 th 10 33,3
lebih suka dengan tekanan yang lebih kuat. Pijat sebaiknya
Keseimbangan - Primipara 12 40,0
dilakukan secara ritmis agar ibu dapat bernapas secara perlahan - Multipara 18 60,0
dan teratur (Wardani & Herlina, 2017).
pendidikan - Dasar 4 13,3
- SMP S 8 26,7
- SMA 12 40,0
- Universitas 6 20,0
Kerja - pekerjaan
Tidak ada 23 76,7
Penerapan terapi nonfarmakologi untuk mengatasi ansietas - Kerja 7
postpartum merupakan salah satu metode yang harus 23,3

dikembangkan oleh semua bidan. Hal ini secara tidak langsung


Berdasarkan tabel 1, proporsi usia responden terbanyak adalah
akan membantu ibu dalam menjalani nifas sehingga dapat
yang berusia 20-35 tahun
mengurangi risiko ibu nifas ke
66,7% dan yang berusia> 35 tahun 33,3%. Hal ini menunjukkan
pengalaman bayi blues. Karena itu
bahwa usia responden lebih banyak yang berusia 20-35 tahun
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh
dibandingkan yang berusia> 35 tahun pada saat pengambilan
Terapi Pijat dengan teknik effleurage sebagai upaya pencegahan
sampel.
baby blues pada ibu postpartum.

Proporsi responden tertinggi adalah Multipara (60%) dan


Primipara (40%). Hal ini menunjukkan bahwa paritas responden
lebih banyak Multipara dibandingkan Primipara.
Metode

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan


Itu paling tinggi pendidikan proporsi dari
penelitian analitik pra eksperimental dan pendekatannya adalah
Responden berpendidikan SMA 40% dan berpendidikan SD
one group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah
terendah 13,3%. Sedangkan yang berpendidikan SLTP sebesar
ibu nifas ≥ 7 hari sampai dengan 6 minggu pascapersalinan di
26,7% dan PT sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang. Teknik
rata-rata pendidikan responden berpendidikan SMA.
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Quota
Sampling yaitu

17
Sarli & Sarli
Int J Adv Life Sci Res. Volume 1 (3) 15-21

Itu paling tinggi proporsi dari kerja dulu Teknik pemijatan pada kejadian Baby Blues di wilayah kerja
pengangguran 76,7% dan dipekerjakan oleh Puskesmas Lubuk Buaya Padang.
23,3%.

2. Acara Baby Blues Sebelum dan Setelah Effleurage


Diskusi
Pijat
1. Karakteristik responden
Tabel 2. Terjadinya Baby Blues Sebelum Effleurage Pijat
Berdasarkan tabel 1 proporsi responden yang paling banyak
berusia 20-35 tahun adalah 66,7% dan berusia 35 tahun.
Bayi Frekuensi Persentase
Blues
33,3%. Hal ini menunjukkan bahwa usia responden lebih banyak
Negatif 16 53,3
yang berusia 20-35 tahun dibandingkan yang berusia> 35 tahun
Positif 14 46,7
pada saat pengambilan sampel.
Total 30 100

Berdasarkan penelitian Kurniasari & Astuti menyebutkan bahwa


Berdasarkan tabel 2 menunjukkan hasil positif kejadian baby lansia biasanya mudah mengalami depresi. Penelitian ini sejalan
blues sebelum dilakukan pemijatan effleurage sebesar 46,7%, dengan adanya pengaruh usia minor dengan kejadian
sedangkan menunjukkan bahwa responden tidak mengalami postpartum blues bahwa pada lansia ibu postpartum usia ≥ 30
baby blues (negatif) sebelum dilakukan pemijatan effleurage yaitu tahun dikaitkan dengan kesiapan mental wanita untuk menjadi
sebesar 53,3%. seorang ibu (Kurniasari & Astuti, 2015).

Tabel 3. Terjadinya Baby Blues Setelah Effleurage Pijat

Rentang usia optimal untuk ibu adalah 20-35 tahun (bukan risiko
Bayi Frekuensi Persentase
tinggi). Pada masa ini diharapkan seorang ibu memiliki
Blues
kemampuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan
Negatif 24 80
Positif 6 20 ketenangan emosi terutama dalam menghadapi persalinan

Total 30 100 (Kurniasari & Astuti,


2015).

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan hasil kejadian baby blues Peneliti berasumsi bahwa usia> 35 tahun lebih rentan mengalami
(positif) setelah dilakukan pemijatan effleurage selama 2 kali baby blues karena ibu memiliki risiko tinggi untuk hamil,
seminggu mengalami penurunan dibandingkan sebelum melahirkan, dan melahirkan sehingga lebih sering mengalami
dilakukan pemijatan effleurage sebesar 20%, sedangkan yang kecemasan yang sangat tinggi selama masa kehamilan,
menunjukkan bahwa responden tidak mengalami gejala baby persalinan, dan nifas.
blues. setelah effleurage pijat meningkat 80%.

Proporsi responden tertinggi adalah Multipara (60%) dan


Primipara (40%). Hal ini menunjukkan bahwa paritas responden
3. Pengaruh Effleurage Pijat pada Kejadian Baby Blues lebih banyak Multipara dibandingkan Primipara.

Hal ini sejalan dengan teori bahwa stres psikologis dan fisik yang
Tabel 4 Pengaruh Effleurage Pijat pada Kejadian Baby Blues
terkait dengan kewajiban baru sebagai ibu dapat menimbulkan
krisis emosional yang pada akhirnya dapat menghambat adaptasi
ibu terhadap peran ibu (Tiez & Zietlow, 2014).
Uji-T Uji Sampel Berpasangan T Sig

Berarti SD
Pretest 0,267 0,450 3,247 0,003
Posttest Hal ini sejalan dengan teori bahwa stres psikologis dan fisik yang
terkait dengan kewajiban baru sebagai ibu dapat menimbulkan

Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa hasil uji T-Dependent krisis emosional yang pada akhirnya dapat menghambat ibu.

diperoleh P-value <0,05 (α) yang artinya terdapat pengaruh


effleurage. adaptasi untuk keibuan peran

18
Sarli & Sarli
Int J Adv Life Sci Res. Volume 1 (3) 15-21

(Pearlstein, Howard, Salisbury, & Zlotnick, Dibandingkan sebelum dilakukan pemijatan sebesar 20%, hal ini
2009). menunjukkan bahwa responden tidak mengalami gejala baby
blues setelah dilakukan pemijatan meningkat sebesar 80%.
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar proporsi kerja tidak
bekerja sebesar 76,7% dan bekerja sebesar 23,3%. Status ibu
bekerja dan memiliki pendapatan tetap atau tidak bekerja (hanya
menjalankan tugas rutin sebagai ibu rumah tangga) Baby Blues merupakan depresi ringan yang terjadi pada ibu
dalam beberapa jam setelah melahirkan, hingga beberapa hari
cenderung tidak untuk mempengaruhi itu setelah melahirkan, kemudian akan hilang dengan sendirinya jika
psikologis kondisi dari pasca-kerangka diberikan pelayanan psikologis yang baik (Desi Sarli, 2017).
ibu karena status pekerjaan ibu lebih berpengaruh untuk
meningkatkan pendapatan keluarga.
Berdasarkan penelitian Ade, tahun 2017 ada seorang ibu yang
Asumsi peneliti adalah status pekerjaan berhubungan dengan mengalami baby blues sebesar 40% sebelum dilakukan
status pendapatan keluarga karena ibu nifas merasa pada bayi intervensi massage effleurage dan 60% responden normal,
baru lahir banyak kebutuhan akan kebutuhan bayinya, seperti namun setelah dilakukan intervensi 100% responden normal.
popok, pakaian bayi, dll.
SEBUAHskor mengurangi setelah

intervensi (Widiyanti, 2017).


Berdasarkan hasil penelitian, proporsi responden berpendidikan
tertinggi adalah SLTA 40% dan berpendidikan SD terendah
13,3%. Sedangkan yang berpendidikan SLTP sebesar 26,7% dan 3. Pengaruh Effleurage pada Pijat
PT sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata Kejadian Baby Blues
pendidikan responden berpendidikan SLTA.

Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa hasil uji T-Dependent


diperoleh P-value <0,05 (α) yang artinya ada pengaruh teknik
pijat efleurage terhadap kejadian Baby Blues di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Buaya.
Perempuan berpendidikan tinggi menghadapi peran dan konflik,
antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan
untuk bekerja atau beraktivitas di luar rumah, dengan perannya
sebagai ibu rumah tangga dan orang tua anak-anaknya Berdasarkan penelitian Ade, tahun 2017 ada seorang ibu yang
(Lonstein, 2007). mengalami baby blues sebesar 40% sebelum dilakukan
intervensi massage effleurage dan 60% responden normal,
namun setelah dilakukan intervensi 100% responden normal.
Dalam penelitian ini peneliti beranggapan bahwa pemahaman
tentang kesehatan pada ibu dengan pendidikan SMA tidak sebaik
SEBUAHskor mengurangi setelah
ibu yang berpendidikan perguruan tinggi, karena ibu yang
intervensi (Widiyanti, 2017).
mengalami baby blues menganggap informasi tentang kesehatan
tidak penting, rata-rata ibu malas untuk menggali informasi Teknik Effleurage adalah teknik pijat ringan berirama, dan
kesehatan. menggunakan pijatan ringan pada punggung, pinggang, perut
atau paha (Field et al., 2010). Teknik ini dapat memberikan
relaksasi dan pereda nyeri terutama bila dilakukan pada
permukaan tubuh tanpa terhalang oleh kain atau pakaian
2. Acara Baby Blues Sebelum dan Sesudah (Wulandari & Hiba,
Effleurage Pijat
2015).
Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil positif kejadian infant blues
Dengan pijatan pada otot tulang belakang maka terjadi
sebelum dilakukan effleurage sebesar 46,7% sedangkan
rangsangan pada sumsum tulang belakang yang berfungsi
responden yang tidak mengalami gejala baby blues sebelum
sebagai penghubung saraf antara otak dan sistem saraf tepi
dilakukan massage effleurage sebesar 53,3%.
(Anderson & Maes,
2013). Semua komunikasi naik dan turun sumsum tulang
Berdasarkan tabel 3. menunjukkan hasil kejadian baby blues belakang terletak pada tabung (saluran) naik yang mengirimkan
(positif) setelah dilakukan pemijatan effleurage selama 2 kali sinyal dari input aferen ke otak. Substrat lambung terletak di
seminggu mengalami penurunan.

19
Sarli & Sarli
Int J Adv Life Sci Res. Volume 1 (3) 15-21

tengah sumsum tulang belakang berisi hubungan interkoneksi penurunan skor baby blues yang dialami ibu.
antara masukan aferen dan keluaran eferen dan badan sel
neuron eferen (Botulinum & Study, 2014). Serabut aferen dan
eferen, masing-masing membawa sinyal ke dan dari sumsum
tulang belakang, berkumpul menjadi saraf tulang belakang. Saraf Kesimpulan

ini melekat pada sumsum tulang belakang secara berpasangan di


Karakteristik responden berdasarkan umur, paritas, pendidikan,
sepanjang korda. Sehingga akan menurunkan kadar hormon
dan pekerjaan berusia antara 20-30 tahun, paritas yang paling
kortisol dan meningkatkan relaksasi pada ibu (Sarli & Agus,
dominan adalah multipara, rata-rata pendidikan ibu jenjang SMA
2014).
dan ibu yang lebih banyak menganggur, dari karakteristik
tersebut sebagian besar ibu mengalami baby blues.

Menurut asumsi peneliti, dengan pemijatan effleurage pada ibu


nifas yang dilakukan selama 2 kali seminggu memberikan
Penurunan kejadian baby blues setelah efleurage pijat dilakukan
kenyamanan dan relaksasi bagi ibu sehingga menurunkan kadar
dari 46,7% menjadi 20%.
hormon kortisol. Sehingga bunda yang mengalami baby blues
bersama
Pengaruh teknik pijat effleurage terhadap kejadian Baby Blues.

intervensi pijat effleurage


mengalami perubahan yang sangat signifikan yaitu

Referensi

Anderson, G., & Maes, M. (2013). Depresi pascapartum: Glasheen, C., Richardson, GA, Fabio, A. (2010). Tinjauan
Psikoneuroimunologis sistematis tentang efek kecemasan ibu pasca melahirkan pada
dasar dan pengobatan. Penyakit Neuropsikiatri anak-anak.
dan Pengobatan, 9, 277–287. Peloncat Wina, 13 ( 1), 61–74.
https://doi.org/10.2147/NDT.S25320 https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s00737-
009-0109-y
Botulinum, RI, & Study, R. (2014). Neurobiologis
Dampak dari Pasca melahirkan Jahdi, F., Mehrabadi, M., Mortazavi, F., & Haghani, H. (2016).
Keibuan Depresi: pencegahan dan Pengaruh pesan gaya punggung lambat terhadap tingkat
pendekatan intervensi, Metode Nat. 4 (1), 139–148. ttps: kecemasan wanita Iran pada hari pertama pascapersalinan,
//doi.org/10.1038/nmeth.2839.A
Jurnal Medis Bulan Sabit Merah Iran, 18 (8).
Ejindu, A. (2007). Efek pijat kaki dan wajah pada induksi tidur,
https://doi.org/10.5812/ircmj.34270
tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan: Studi
percontohan crossover. Terapi Pelengkap dalam Praktek Klinis, 13 Kurniasari, D., & Astuti, YA (2015). Hubungan Karakteristik Ibu,
(4), 266–275. https://doi.org/ Kondisi Bayi dan Dukungan Sosial Suami dengan Postpartum
Blues pada Ibu Persalinan SC di RSUD Ahmad Yani Metro 2014. Jurnal
10.1016 / j.ctcp.2007.03.008 Kesehatan Holistic, 9 ( 3), 115–125.

Field, T. (2016). Review Riset Terapi Pijat, 19–31. Lengkapi Ada


Clin Pract
https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2016.04.005.Mas
Sage Lonstein, JS (2007). Pengaturan kecemasan selama periode
postpartum. Perbatasan dalam Neuroendokrinologi, 28 (2–3),
Field, T., Deeds, O., Diego, M., Hernandezreif, M., Gauler, A.,
115–141.
Sullivan, S.,… Mendekati, G. (2010). Manfaat Menggabungkan
Terapi Pijat Meftahi, N, Bervis, S., Taghizadeh, S., Ghafarinejad, F. (2014).
dengan Kelompok Interpersonal Pengaruh Berbaring dalam Posisi Tengkurap pada Tekanan
Psikoterapi di Sebelum lahir Murung Darah dan Denyut Jantung dengan dan tanpa Pijat. Jurnal Ilmu
Wanita, Jurnal Terapi Bodywork dan Gerakan. 13 (4), 297–303. dan Penelitian Rehabilitasi, 1, 40–
https://doi.org/
10.1016 / j.jbmt.2008.10.002. Manfaat 43. Diambil dari http://www.sid.ir/FileServer/

20
Sarli & Sarli
Int J Adv Life Sci Res. Volume 1 (3) 15-21

JE / 50002820140204 Tiez, A, Zietlow, R. (2014). Ikatan ibu pada ibu dengan gangguan
kecemasan postpartum: peran penting dari gejala depresi
Parulian, TS, Sitompul, J., & Oktrifiana, AN (2013). Pengaruh
subklinis dan perilaku menghindar dari ibu.
Effleurage Massage Engineer terhadap Pemisahan Nyeri di
Posko Ibu di RS Sariningsih Bandung, 2 (1); 1–9. Diakses
Springer, 17 tahun ( 5), 433–442. https: //doi.org/
10.1007 / s00737-014-0423-x.
dari
http://ejournal.stikesborromeus.ac.id/file/jurnal Wardani, RA & Herlina. (2016). Effleurage Pijat dan Efektivitas
% 204.pdf Counterpressure Pijat untuk Mengurangi Nyeri Persalinan.

Pearlstein, T., Howard, M., Salisbury, A., & Zlotnick, C. (2009).


Jurnal Keperawatan dan Kebidanan, 123–133. Diperoleh dari
Depresi pascapartum.
Jurnalonline. lppmdianhusada
Am J Obstet Gyneco, 200 ( 4), 357–364.
. ac.id/index.php/jkk/article/view/110/85
https://doi.org/10.1016/j.ajog.2008.11.033.Post
partum Widiyanti, AE S. (2017). Penerapan Terapi Pijat Dengan Tehnik
Effleurage Sebagai Pencegahan Depresi Postpartum Pada Ibu
Sarli, Desi. TI (2017). Buku SCREENING BABY BLUES. ISBN:
Nifas di BPM Tugirah Tahun 2017. Skripsi Karya Tulis Ilmiah,
978-602-61754, Padang: Sinar Ultima Indah.
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG.

Sarli, D., & Agus, M. (2014). Artikel Riset Pengaruh Perbedaan Diakses dari http: // elib .
Kadar Oksitosin Melalui Pijat Oksitosin Terhadap Jumlah stikesmuhgombong.ac.id/320/
Perdarahan pada Ibu 2 Jam Pasca Persalinan. Jurnal Kesehatan
Wulandari, P. & Hiba, PDN (2015). Pengaruh Massage
Andalas, 4 tahun ( 3), 743–750. Diperoleh dari
Effleurage Terhadap Pengurangan Tingkat Nyeripersalinan Kala I
http://jurnal.fk.unand.ac.id
Fase Aktif Pada Primigravida di Ruang Bougenville Rsud
Tugurejo Semarang. Journal Maternity Nursing, 3 ( 1), 59–67.
Sherman, KJ, Ludman, EJ, Cook, AJ, Hawkes, RJ, Roy-Byrne,
PP, Bentley, S., dkk. (2010). Efektivitas pijat terapeutik untuk
gangguan kecemasan umum: uji coba terkontrol secara acak. Resmi

Jurnal dari TAMBAH SEBUAH,27 ( 5), 441–450.


https://doi.org/https://doi.org/10.1002/da.20671

Sockol, LE, Eppersond, N., & Barber, JP (2013). Mencegah


depresi pascapartum: Sebuah meta-analitik
ulasan Laura. Klinis
Psikologi Ulasan, 33 ( 8), 1205–1217.
https://doi.org/10.1016/j.cpr.2013.10.004.Prev
enting

21

Viieew
V. wppuubblliicca.dll
attiiodin ssttaattss

Anda mungkin juga menyukai