DI RSUD SIDOARJO
Disusun Oleh:
SURAKARTA
2020
PEMBERIAN MODALITAS FISIOTERAPI TRANSCUTANEOUS
DI RSUD SIDOARJO
Disusun Oleh:
SURAKARTA
2020
i
MAKALAH
Disusun Oleh:
Anak Agung Gde Mangu Prawirayuda (P27226017106)
Maevy Dwi Cahyaningrum (P27226017131)
Rachma Fajar Ayu Karfitasari (P27226017139)
Rosyida Nur Fitrah (P27226017144)
Taufik Rirenggatama (P27226017147)
Diah Ayu Putri Ning Sriyana (P27226017167)
Pembimbing
Mengetahui
Kepala Sub Bagian Pendidikan dan Penelitian
RSUD Sidoarjo
ii
PRAKATA PRAKTIK
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan izinnya
transcutaneous electrical nerve stimulation, traksi lumbal dan terapi latihan pada
pasien low back pain di RSUD Sidoarjo guna memenuhi tugas praktik kinik yang
Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Untuk itu penulis
datang.
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikan
makalah ini, semoga segala upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.............................................................................................. i
Halaman Pengesahan................................................................................... ii
Daftar Isi...................................................................................................... iv
Daftar Gambar.............................................................................................. v
Daftar Tabel................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan................................................................. 4
BAB IV PENUTUP................................................................................... 50
A. Kesimpulan............................................................................. 50
B. Saran....................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 51
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
dibutuhkan kualitas Sumber Daya Manusia yang bermutu dan produktifitas kerja
yang baik. Sumber Daya Manusia cukup berkualitas pun jika mengalami masalah
yang bisa mempengaruhi menurunnya produktifitas kerja adalah low back pain.
Low back pain adalah nyeri, ketegangan otot atau kekakuan lokal yang
dirasakan di daerah bawah kosta sampai lipatan bokong bawah yang disertai atau
tanpa disertai sciatica yaitu nyeri yang cenderung menjalar ke posterior paha dan
tungkai yang disebabkan tekanan pada saraf sciatic (Chou, 2011). Low back pain
(LBP) adalah gangguan yang terjadi pada area punggung bawah yang dapat
melibatkan otot dan tulang, sumber rasa sakit yang dialami individu adalah karena
cidera pada struktur jaringan lunak yang meliputi otot, fascia, dan ligament
(Kirthika, 2016). Low back pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan di punggung
bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit
namun merupakan istilah untuk sindrom nyeri yang dirasakan di area anatomi
yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri (Andini Fauzia, 2015).
1
2
Keluhan low back pain ini sering ditemukan dalam kehidupan sehari–hari.
selama hidupnya. Prevalensi low back pain di Indonesia sendiri bervariasi antara
7,6% sampai 37% (Ditjen Yankes, 2018). Menurut World Health Organization
sebenarnya dapat terjadi di semua usia, namun prevalensi ini sering terjadi pada
Salah satu klasifikasi low back pain adalah low back pain miogenik. low
back pain miogenik merupakan penyebab terbanyak yang sering terjadi. low back
pain miogenik lebih kurang 90% disebabkan oleh faktor mekanik yaitu low back
pain pada struktur anatomi normal yang digunakan secara berlebihan atau akibat
dari trauma atau deformitas, yang menimbulkan stress atau strain pada otot,
tendon dan ligamen (Borenstein dan Wiesel, 2004; dikutip oleh Pramita, 2014).
low back pain miogenik berkaitan dengan aktivitas sehari-hari yang berlebihan,
mengangkat beban yang berat, terlalu lama berdiri atau duduk dengan posisi yang
salah.
yang disebabkan karena gangguan atau kelemahan pada unsur otot dan tendon
fungsional penderita, dalam jangka waktu yang lama maka terjadi penurunan
kekuatan otot yang selanjutnya diikuti dengan terjadinya atrofi pada otot-otot
sebagian besar keluhan dapat hilang sendirinya tanpa adanya penanganan medis
(Kravitz, 2006; dikutip oleh Pramita, 2014). Masa penyembuhan low back pain
biasanya berlangsung antara 3 - 4 bulan. Hilangnya keluhan low back pain masih
belakang bagian dalam. Impairment pada LBP yaitu berupa nyeri, penurunan
proprioseptif, keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) lumbal dan kelemahan otot
dari posisi duduk lama, berdiri lama dan kesulitan berjalan. Oleh karena itu
peranan penting dalam penanganan LBP. Secara umum, tujuan dari pengobatan
B. Rumusan Masalah
stimulation, traksi lumbal dan terapi latihan pada kasus low back pain?
C. Tujuan Penulisan
stimulation, traksi lumbal dan terapi latihan pada kasus low back pain di RSUD
electrical nerve stimulation, traksi lumbal dan terapi latihan pada kasus low back
D. Manfaat Penulisan
Transcutaneous electrical nerve stimulation, traksi lumbal dan terapi latihan pada
terapi pada pasien dengan low back pain, selain pilihan modalitas terapi lain yang
lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dihubungkan satu sama lain oleh diskus, ligamen, otot. Dari 33 jumlah vertebra
tersebut semua dapat digerakan tetapi 9 vertebra sisanya tidak dapat digerakan
bagian punggung bawah di antara toraks dan sakrum. Vertebra lumbalis terdiri
dari 5 tulang vertebra yaitu L1-L5. Sebuah vertebra umumnya terdiri dari satu
arkus vertebra di posterior, satu korpus vertebra di anterior, diskus, sendi facet
dan ligamen. Korpus vertebra lumbal juga memiliki bentuk yang lebih besar jika
Arkus vertebra terletak di sebelah posterior korpus vertebra dan terdiri dari
dua pasang (kanan dan kiri) pedikulus dan lamina. Arkus vertebra dan permukaan
(kanalis spinalis), yang berisi medulla spinalis dan akar saraf spinalis (Moore dan
6
Dalley, 2013). Arkus vertebralis terdiri dari; 2 prosesus transversus, 4
prosesus
7
8
anterior atau lateral yang berhimpitan antara artikularis superior dan artikularis
transversus sendiri merupakan proyeksi dari arkus vertebra yang terletak di sisi
arkus vertebra, terletak di persimpangan dua lamina dan berfungsi sebagai titik
tempat melekatnya banyak otot dan ligamen dan dapat teraba di sepanjang tulang
Gambar 2.1
padat dan secara kasar berbentuk silindris, yang memberi kekuatan pada kolumna
vertebralis saat menopang berat tubuh. Dimana semakin ke caudal, ukuran korpus
vertebra berangsur menjadi lebih besar dan kemudian secara progresif kembali
mengecil ke ujung os coccygeus. Keadaan bahwa daerah lumbal dan sacrum akan
menerima beban yang lebih besar daripada daerah servikal dan torakal yang
Dalley, 2013).
Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian yaitu annulus fibrosus yang
terletak dibagian pinggir dan pada bagian tengah disusun oleh nucleus pulposus.
Diskus ini berfungsi sebagai peredam kejut atau benturan apabila beban pada
sebagai penyangga beban, penahan gerakan antar tulang vertebra dan untuk
memisahkan antar tulang vertebra sebagai unit fungsional dari sendi facet.
Sendi facet atau yang biasa disebut sendi apophyseal atau zygapophyseal
merupakan sendi yang khas yang terletak di bagian posterior dari vertebra. Sendi
ini dibentuk oleh prosesus artikularis superior vertebra dengan prosesus artikularis
inferior vertebra yang terletak di atasnya. Setiap ruas tulang belakang memiliki
dua sendi facet dikarenakan setiap ruas vertebra memiliki dua prosesus artikularis
Gambar 2.2
Sendi facet (Putz dan Pabst, 2006)
10
banyak ligamen yang bekerja secara bersama – sama untuk menyokong beban
berat tubuh.
Gambar 2.3
gerakan tiba-tiba. Selain itu ligamen juga berfungsi untuk memelihara stabilitas
sendi saat terjadi gerakan. Ligamen sendiri merupakan stabilisator pasif pada
vertebra. Selain dengan adanya stabilisator pasif, pada vertebra juga terdapat
otot intermediate atau otot perantara. Otot intrinsik merupakan otot bagian dalam
11
yang menyatu dengan kolumna vertebra dan dianggap sebagai otot sejati. Otot-
otot intrinsik memanjang mulai dari dasar tengkorak sampai sakrum. Tiga otot
dan Edens, 2018). Otot intrinsik terdiri dari kelompok otot yang berfungsi untuk
(Suyasa, 2018).
gerak atas dengan kolumna vertebra, terdiri dari otot serratus posterior,
dengan bagian dari otot erector spine dan otot semispinalis (Suyasa, 2018). Otot
intermediate merupakan otot erector spine yang teridri dari otot longissimus,
thorak ekstensor utama pada kolumna vertebra dan mengontrol fleksi pada
kolumna vertebra atas (upper column vertebrae), otot – otot dalam ini tertutup
Gambar 2.4
Otot-otot punggung untuk gerakan ekstensi trunk (Putz R dan Pabst R, 1995).
Keterangan gambar 2. 4
1. m. Spinalis thoracis
2. m. Iliocostalis lumborum
3. m. Obliqus eksternus abdominis
4. m. Obliqus internus abdominis
5. m. Iliocostalis thoracis
6. m. Latisimus dorsi
7. m. Erector spine
Otot trunk atau dikenal sebagai core muscle merupakan otot-otot yang
berada pada vertebra dan pelvis. Struktur penyusun otot trunk yang berfungsi
sebagai fleksor trunk adalah (1) rectus abdominis, (2) obliqus internus, (3)
obliqus eksternus. Otot-otot ini berada di bagian perut (Hall, 2003). Otot
rectus abdominis berorigo pada simpisis pubis dan berinsersio pada prosesus
xhipoideus, cartilage costa, dan costa ke 5-7. Otot obliqus internus berorigo
berinsersio pada permukaan dalam costa ke 10-12, garis pectineal tengah dari
pubis, dan linea alba. Otot obliqus eksternus berorigo pada permukaan luar
costa ke 5-12 dan berinsersio pada puncak anterior tulang ilium, ligament
Gambar 2.5
Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan nyeri di
daerah punggung antara sudut bawah kosta sampai daerah lumbosacral (Adhyati,
2011). Low back pain dapat disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi
pada tulang. Nyeri ini juga dapat mengikuti cedera pada trauma pada punggung,
dan dapat juga disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti penyakit arthritis dan
osteoporosis. Penyebab lainnya adalah obesitas, berat badan saat hamil, postur
tubuh saat beraktivitas serta posisi tidur yang buruk (Kusumaningrum, 2014).
14
Low back pain (LBP) adalah gangguan yang terjadi pada area punggung
Kelainan ini melibatkan otot dan tulang, sumber rasa sakit yang dialami individu
adalah karena cidera pada struktur jaringan lunak yang meliputi otot, fascia, dan
ligament (Kirthika, 2016). Low back pain (LBP) adalah nyeri punggung bawah,
ataupun diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan istilah untuk sindrom
nyeri yang dirasakan di area anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama
karakteristik yang lebih spesifik diantaranya, nyeri radikuler, masalah pada sendi
faset, sacro-iliaka, nyeri diskogenik, dan stenosis spinal (Allegri, et al, 2016).
yang tidak jelas. Sebagian besar nyeri punggung bawah dianggap tidak spesifik,
namun ketegangan dan spasme otot dianggap sebagai salah satu alasan yang
umum untuk nyeri punggung bawah (Allegri, et al., 2016). Nyeri punggung
spesifik low back pain dapat diartikan karena pathoanatomical yang tidak
15
diketahui penyebabnya. Permasalahan ini dapat menyerang siapa saja. Nyeri yang
timbul pada masa anak-anak dapat diprediksi akan menjadi nyeri punggung
a. Jenis kelamin
daripada laki-laki karena secara fisiologis kekuatan otot pada perempuan lebih
rendah daripada laki-laki dengan perbandingan 2/3, sehingga daya tahan otot laki-
b. Umur
Nyeri punggung bawah dapat menyerang siapa saja baik dewasa, lansia,
bahkan remaja. Nyeri punggung bawah yang terjadi pada masa pertumbuhan akan
lebih beresiko dibanding pada orang dewasa karena terdapat kemungkinan untuk
penyakit yang serius apabila keluahan nyeri punggung bawah disertai dengan
penurunan berat badan, kelemahan, dan masalah ketika berjalan berupa nyeri yang
menyebar sampai punggung bawah dan mengganggu tidur (Spiteri, et al, 2017).
Nyeri punggung bawah yang sering terjadi pada masa pertumbuhan dianggap
(Simamora, 2019).
c. Aktivitas
Nyeri punggung dapat diakibatkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
Nyeri punggung bawah sering terjadi pada mereka yang memiliki aktivitas yang
16
berat dengan body mechanic atau sikap kerja yang salah ketika mengangkat,
belakang, karena itu pada orang yang overweight dan obesitas beban pada tulang
belakang akan menjadi lebih besar, sehingga dapat mengalami nyeri punggung
karena degenerasi pada diskus yang disebabkan oleh kompresi dan kelainan lokasi
anatomis akibat beban yang berlebih (Lisanti,2017). Menurut WHO, body mass
TABEL 2.1
Klasifikasi IMT
Berat badan kurang (underweight) <18,5
Berat badan normal 18,5 – 22,9
Kelebihan berat badan (overweight) 23 – 24,9
dengan risiko
Obesitas I 25 – 29,9
Obesitas II ≥ 30
Sikap atau postur tubuh yang salah seperti kebiasaan duduk dalam posisi
yang salah, posisi duduk statis yang lama dan kurang ergonomis, membungkuk
mengakibatkan titik berat badan akan jatuh ke depan. Hal ini akan berpengaruh
apabila terjadi terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama akan
17
scoliosis, lordosis dan kifosis juga dapat menimbulkan nyeri punggung bawah
Kissner, 2017).
Low back pain secara umum dapat diklasifikasikan sebagi nyeri punggung
bawah spesifik yang diketahui penyebab pastinya dan nyeri punggung bawah non
spesifik yang tidak diketahui penyebab pastinya (Allegri, et al, 2016). Sebagian
besar (85%), penyebab nyeri punggung bawah adalah non-spesifik terkait dengan
masalah pada jaringan lunak berupa cedera otot maupun ligamen dan spasme,
berbagai faktor resiko. Pada umumnya faktor resiko yang dapat dialami oleh
semua orang adalah pembebanan pada area punggung. Hal tersebut dapat
menyebabkan cedera pada tulang belakang dan otot-otot punggung akibat beban
berat yang bertumpu langsung pada punggung sehingga posisi tubuh dalam
yang lama dan berulang akan menyebabkan penyempitan permanen pada rongga
diskus dan degenerasi dini pada tulang belakang serta kontraksi berlebih pada otot
imbalance syndrome yang ditandai dengan: (1) adanya tightness pada otot
18
ekstensor lumbal yang kemudian diikuti dengan adanya tightness pada otot fleksor
panggul atau sebaliknya, (2) tightness pada kedua otot tersebut disebabkan karena
adanya kelemahan otot perut dan otot pantat dalam kontrol postural tegak. Nyeri
seperti membawa beban yang berat dan terjadi secara berulang. Hal ini akan
mengangkat beban lebih terletak pada otot, beban tersebut lebih ditumpukan pada
otot besar dan memiliki stabilitas kuat seperti otot-otot punggung, namun hal ini
dapat menambah lengkungan lordosis pada lumbal dan pada bagian depan
menambah kifosis pada dada sehingga tubuh akan membungkuk. Semakin berat
beban yang dibawa seseorang maka akan tekanan pada tulang belakang menjadi
cedera pada tulang belakang dan otot, hal tersebut karena beban berat yang
punggung yang dapat ditandai dengan keterbatasan gerak. Apabila hal ini
berlangsung dalam waktu yang lama akan menyebabkan kelemahan pada otot
19
punggung yang menumpu beban sehingga nyeri yang terjadi juga berlangsung
posturnya, hal ini akan menambah kelengkungan pada tulang belakang dan akan
Bentuknya terdiri dari serangkaian badan silindris vertebra, yang terartikulasi oleh
posterior. Struktur yang peka terhadap nyeri adalah periosteum, 1/3 bangunan luar
anulus fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot tereksitasi apabila
ada kelainan bersifat patologi, penyakit, trauma, beban mekanik dan postural yang
tidak baik sehingga adanya muskuler berupa peningkatan alfa dan gamma motor
yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanikal, termal, kimiawi). Pada kondisi
nyeri punggung bawah pada umumnya otot ekstensor lumbal lebih lemah
dibanding otot fleksor, sehingga tidak kuat mengangkat beban. Otot sendiri
sebenarnya tidak jelas sebagai sumber nyeri, tetapi muscle spindles jelas
mengalami spasme sehingga mengalami nyeri tekan. Perlengketan otot yang tidak
C. Modalitas Fisioterapi
20
1. TENS
a. Definisi TENS
dan modulasi nyeri melalui aktivasi teori gerbang kendali (gate control) dan teori
opiate endogen. TENS adalah bentuk stimulasi saraf elektrik perifer melalui kulit
perkembangan otot.
Hz dan dalam TENS modern, frekuensinya dapat beragam dari 2-600 Hz.
Dipercaya bahwa jaringan tubuh dapat beradaptasi terhadap arus TENS dan
untuk mencegah hal ini, arus TENS dimodulasi. Perubahan bertahap dan kontinu
dalam satu atau lebih parameter arus TENS, untuk mencegah adaptasi dikenal
sebagai modulasi TENS. Modulasi ini dapat dihasilan dengan perubahan frekuensi
dibagi menjadi dua jenis berbeda, yaitu TENS frekuensi tinggi dan TENS
frekuensi rendah. TENS frekuensi tinggi juga dikenal sebagai TENS tinggi dan
digunakan untuk nyeri akut. TENS frekuensi rendah memiliki frekuensi kurang
menyerupai morfin. Endofin terbentuk secara alamiah di dalam otak dan kelenjar
hipofisis. Endorfin dari otak bersirkulasi dan menghambat sensi nyeri sebagai
berbagai gerbang yang dilalu oleh impuls nyeri saat menuju ke otak. Gerbang ini
aktivitas di serabut saraf eferen yang besar dan kecil serta di serabut yang turun
dari bagian pusat yang lebh tinggi. Transmisi sensasi nyeri bergantung pada
aktivasi transmisi sel (T) oleh serabut saraf yang besar atau kecil.
Nyeri sendi: arthritis rheumatoid, osteoarthritis, hemoragi intra artikular, dan lain
lain. Nyeri akut: TENS dapat juga digunakan dalam terapi nyeri akut seperti nyeri
obstetric atau nyeri persalinan, trauma akut, nyeri orofasial akut, nyeri
pascaoperasi, dan dismenorea primer. Nyeri otot: TENS juga digunakan dalam
terapi nyeri karena berbagai gangguan otot, seperti spasme otot, tortikolis spastic,
miositis, mialgia, dan otot keseleo. Nyeri spinal: cedera medulla spinalis,
kompresi saraf spinal dapat diterapi dengan sangat baik. Nyeri neoplastik: TENS
22
dapat digunakan dalam terapi kondisi neoplastik. Gangguan saraf: cedera saraf
penyakit buerger, pemulihan luka dan setelah bedah rekonstruktif dan Nyeri
d. Dosimetri TENS
Pada nyeri akut TENS frekuensi tinggi dan intensitas rendah atau yang
dapat dilaca dapat diaplikasikan selama 20 menit. Pada nyeri kronik, TENS
ditoleransi selama 30 menit. Namun jika intensitas nyeri sangat hebat bahkan
2. Traksi
ataupun manual dengan cara kerja yaitu dengan cara memisahkan atau
disebabkan oleh pulposus nucleus terherniasi atau stenosis spina, spasme otot,
hipomobilitas spina, inflamasi otot, nyeri sub akut dan kronik. Traksi yang
menjadi salah satu modalitas yang digunakan dalam penanganan kondisi Hernia
Nucleus Pulposus (HNP) ini bahwa dengan traksi teknik intermiten dapat
osteoporosis, spondylosis.
Ada dua jenis traksi yaitu traksi kontinu dan intermiten untuk
pelaksanaannya kedua jenis traksi sama yaitu adalah posisi pasien tidur terlentang
paha sedikit fleksi 85 derajat dan eksorotasi 10-15 derajat serta lutut dalam
punggung berupa sabuk (pelvic belt) yang diikatkan diatas crista iliaca. Kedua
adalah traksi intermiten untuk posisi pasien dan pelaksanaannya sama seperti
traksi kontinu, yang membedakan Teknik traksi yaitu jika kontinu dilakukan
secara terus menerus sedangkan intermiten dilakukan secara terputus putus yaitu
Paul Williams pada tahun 1937. Latihan William flexion exercise ini dirancang
memfleksikan lumbo sacral spine, terutama otot abdominal dan otot gluteus
penderita low back pain sehingga lingkup gerak sendinya meningkat dan kembali
normal. William flexion exercise dengan frekuensi 3 kali latihan dalam satu
minggu, dan dengan waktu 1 kali terapi 20 menit. William flexion exercise adalah
24
otot-otot yang memfleksikan lumbo sacral spine, terutama otot abdominal dan
Tujuan dari terapi latihan Williams fleksion adalah untuk mengurangi nyeri
punggung bawah dan membentuk stabilitas batang tubuh bagian bawah dengan
cara : 1). Aktivasi otot abdominal, gluteus maksimus dan otot hamstring. 2).
Peregangan secara pasif otot-otot fleksor panggul dan punggung bawah (m.
postural dengan otototot ekstensor postural. 3). Mengurangi posisi lordosis dari
1) Lying on stomach
2) Lying on pillow
bantal di bawah dada, kepala menghadap ke bawah ambil napas dalam kemudian
3) Prone on elbows
menumpu pada lengan bawah. Ambil napas dalam kemudian hembuskan. Tahan
perlahan, luruskan siku sehingga tubuh bagian atas terdorong naik sedangkan
tubuh bagian bawah tetap dalam posisi rileks. Tahan posisi selama 10 detik,
2. Quadruped
Posisi awal seperti merangkak, tubuh menumpu pada kedua tangan dan
lutut. Angkat lengan dan angkat tungkai pada sisi yang berlawanan secara
punggung
3. Prone plank
4. Superman
Nama : Tn. P
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
No. CM : 1726900
B. Diagnosa Medis
(Diagnosis medis, catatan klinis, medika mentosa, hasil lab, radiologi, dll)
kesimpulan
31
32
Medika mentosa:
- Mecobalamin 2x1
- Alpentin 2x1
C. Segi Fisioterapi
1) Pemeriksaaan Subyektif
atas kanan dan pinggang kiri. Nyeri dirasa memberat pada saat pasien
pagi hari, ketika aktivitas mudah capek, dan tidak mampu untuk duduk
Kurang lebih pada 5 bulan yang lalu nyeri semakin memberat dan
bulan April 2020. Pasien meminta rujukan ke RSUD Sidoarjo. Setelah itu
pasien dirujuk ke poli saraf RSUD Sidoarjo. Pada tanggal 22 Agusus 2020
dikonsulkan ke poli rehab medik RSUD Sidoarjo dan dirujuk untuk foto
darah terakhir kali cek 150 mg/dL. Terdapat riwayat trauma 2 tahun lalu dan tidak
2) Pemeriksaan objektif
c) Pernapasan : 20 kali/menit
d) Temperature : 36֯ C
34
f) Berat badan : 59 kg
59/(1,6 )² = 23 (Normal)
a) Statis
b) Dinamis
iii. Palpasi
bidang gerak yaitu fleksi-ekstensi lumbal, lateral fleksi kanan-kiri, dan rotasi.
kanan dimana gerakan ke kanan lebih terbatas, disertai dengan adanya keluhan
nyeri.
v. Muscle test
dengan melawan tahanan berat tubuh dan gaya gravitasi. Didapatkan pasien
dapat menggerakkan ke segala arah tetapi tidak full ROM pada gerak fleksi
60% = Severe disability, 61% - 80% = Crippled, 81% - 100% = Pasien sudah
sangat tersiksa oleh nyeri yang timbul. Dalam pemeriksaan ini didapatkan
hasil moderate disability Pasien merasakan nyeri yang lebih dan mulai
Lingkungan aktivitas
a. Tes provokasi
1) Tes SLR
Pada tes ini pasien tidur terlentang kemudian secara pasif hip di
penjalaran.
2) Bragard test
37
Pada tes ini pasien tidur terlentang kemudian secara pasif hip di
memberikan dorso fleksi pada kaki pasien secara pasif. Pemeriksa harus
penjalaran.
3) Neri test
Pada tes ini pasien tidur terlentang kemudian secara pasif hip di
memberikan dorso fleksi pada kaki pasien secara pasif dan pasien
Nyeri diam : 2
Nyeri gerak : 5
Nyeri tekan : 3
c. Pemeriksaan LGS
1) Schoober test
tanda. Pasien dikatakan normal bila jarak kedua titik lebih dari 20 cm,
sedangkan pasien dikatakan tidak normal bila jarak kedua titik kurang dari
20 cm. Hasil dari tes ini selisih jarak kurang dari 20 cm menunjukkan
meletakkan mid line pada jari tengah, kemudian ukur jarak normal (saat
berdiri tegak) dari jari tengah sampai lantai. Setelah itu pasien diminta untuk
melakukan gerak lateral fleksi kanan dan kiri, ukur jaraknya dari jari tengah
sampai lantai, apakah ada perbedaan yang mencolok antara kanan dan kiri.
Dari tes ini ditemukan gerakan lateral fleksi ke kanan lebih terbatas.
3) LGS rotasi
goniometer dengan titik pusat pada garis tengah sutura frontalis beragntian
ke kanan dan kiri. Dari pemeriksaan ini didapatkan rotasi kekanan lebih
terbatas.
Tabel 3.1
39
3) Underlying proccess
(clinincal reasoning)
Kurva vertebra
abnormal Spondilosis
Perubahan postur
Teknologi Intervensi
Fisioterapi Spasme otot
- TENS
- Traksi Lumbal
- William Nyeri
Flexion
Exercise
- Koreksi Postur
Aktivitas fungsional
Aktivitas fungsional
Gambar 3.1
Underlying proses
40
4) Diagnosa fisioterapi
a. Impairment
b. Functional limitations
bangun tidur di pagi hari, mudah capek saat beraktifitas, dan tidak mampu
5) Program fisioterapi
- TENS
- Traksi
d. Rencana evaluasi
e. Prognosis
6) Pelaksanaan terapi
1) TENS
a. Persiapan pasien
yaitu dengan posisi tidur tengkurap. Bagian yang akan diterapi yaitu
42
b. Pelaksanaan
menjangkau area yang akan diterapi yaitu area lumbal pasien. Pasang
sebagai berikut :
- Therapy : tens
- Type : symmetric
- Frequency : 100 Hz
- Polarity : positive
pasien.
2) Traksi
a. Persiapan pasien
b. Pelaksanaan
43
Lepaskan kunci pada bawah bed sehingga bed bisa bergerak. Setting
- Beban total 50 % BB
- Hold 20-30% BB
- Waktu total 15 menit dengan Hold 15-30 detik dan rest 15-30 detik
atau kontinyu
3) Terapi latihan
a. Persiapan pasien
b. Pelaksanaan
5) Lying on stomach
selama 5 menit
6) Lying on pillow
7) Prone on elbows
sedangkan tubuh bagian bawah tetap dalam posisi rileks. Tahan posisi
2. Quadruped
Posisi awal seperti merangkak, tubuh menumpu pada kedua tangan dan
lutut. Angkat lengan dan angkat tungkai pada sisi yang berlawanan secara
punggung
3. Prone plank
4. Superman
7) Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada pasien yaitu pasien diminta untuk : 1) berjemur
yang terlalu berat, 2) menggunakan teknik angkat angkut yang benar yaitu
berjemur, 6) tidur di atas kasur yang agak keras, 7) melanjutkan latihan di rumah.
50
T0 T1 T2
Nyeri diam 2 2 2
Nyeri tekan 3 3 2
Nyeri gerak 5 3 3
LGS T0 T1 T2
Schober’s test 18 cm 19 cm 21 cm
Lateral fleksi 15 cm 13 10 cm
kanan cm
Lateral fleksi kiri 19 cm 19 cm 17 cm
Rotasi kanan 50 ֯ 58 ֯ 65 ֯
Rotasi kiri 75 ֯ 80 ֯ 80 ֯
T0 T1 T2
Fleksi trunk 3 4 4
Ekstensi trunk 5 5 5
T0 T1 T2
Intensitas nyeri 2 2 2
Perawatan diri 1 1 1
Aktivitas 3 1 0
mengangkat
Berjalan 3 2 1
Duduk 2 3 2
Berdiri 3 2 2
Tidur 2 1 1
Kehidupan sosial 2 2 2
51
Bepergian 2 1 0
Hasil 40% 26% 22%
Keterangan
sehari- hari.
81% - 100% Pasien sudah sangat tersiksa oleh nyeri yang timbul
9) Evaluasi
Seorang laki-laki berumur 65 tahun dengan kondisi low back pain yang
menggunakan modalitas TENS, traksi, dan terapi latihan berupa William flexion
bertambah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
stimulation, traksi lumbal dan terapi latihan pada pasien low back pain
penurunan nyeri dan peningkatan lingkup gerak sendi. Hal ini berdampak
pula pada perbaikan postur terutama pada pola yang membungkuk dan
Sidoarjo
B. Saran
lumbal secara berkala agar arus sesuai dengan dosimetry selain itu pembaruan
52
DAFTAR PUSTAKA
53
Legiran, Tri Suciati, Meirisa Rahma. 2018; Hubungan Antara Penggunaan Tas
Sekolah dan Keluhan Muskuloskeletal Pada Siswa Sekolah Dasar.
JKK. 5(1), 1-9.
Legiran, Tri Suciati, Meirisa Rahma. 2018; Hubungan Antara Penggunaan Tas
Sekolah dan Keluhan Muskuloskeletal Pada Siswa Sekolah Dasar.
JKK. 5(1), 1-9
Liebenson, C. (2005). McKenzie self-treatments for sciatica. Journal of Bodywork
and Movement Therapies, 9(1), 40-42.
Lippert, L. S., 2017; Clinical Kinesiology and Anatomy, 6th ed, Philadelphia, F.
A. Davis Company.
Lisanti, Martini, B. Widjasena. 2017; Hubungan Penggunaan Tas Punggung
Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Siswa MI Nashrul Fajar
Meteseh Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 5 (4), 409-418.
Mahendra, A., 2018; Hubungan Usia, Masa Kerja, Status Gizi dan Intensitas
Getaran Mesin dengan Keluhan Subyektif Low Back Pain (Studi
Pada Pekerja Penggergajian Kayu Desa Sapuran, Wonosobo),
Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.
Mahendrayani, L.I, Susi Purnawati, Nopi Andayani. 2014; Hubungan Berat Tas
Dengan Nyeri Punggung Bawah Pada Anak Sekolah Umur 12-14
tahun di Denpasar
Moore, and Dalley, 2013; Anatomi Berorientasi Klinis Edisi kelima Jilid 2,
Erlangga, Jakarta.
Moore, Keith L dan Anne M.R. Agur, 2013; Anatomi Klinis Dasar; Hipokrates,
Jakarta, hal. 190 – 206
Pangestu, K.Y., 2016; Pengaruh Pemberian Short Wave Diathermy (SWD),
TENS, dan William’s Flexion Exercise (WFE) terhadap Penurunan
Nyeri dan Peningkatan Kemampuan Fungsional Nyeri Punggung
Bawah Myogenic, Program Studi Diploma IV Fisioterapi, Jurussan
Fisioterapi, Poltekkes Surakarta.
54
Pramita, I., Pangkahlia, A., Sugijanto, 2015; Core Stability Exercise Lebih Baik
Meningkatkan Aktivitas Fungsional dari pada William Flexion
Exercise pada Pasien Nyeri Punggung Bawah Miogenik; Sport and
Fitness Journal, Universitas Udayana, Vol 3 No 1 hal 35-49
Pramita, Indah, 2014; Core Stability exercise lebih baik Meingkatkan Aktivitas
Fungsional daripada William’s Flexion Exercise pada Pasien Nyeri
Punggung Bawah Miogenik, Program Pascasarjana Universitas
Udayana, Denpasar, hal 62-67.
Pratiwi M, Yuliani S, Bina K, Martini. 2009; Beberapa Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Penjual Jamu
Gendong. Jurnal Promosi Kesehatan. 4(1), 61-67
Simamora, M, Elida Sinuraya, Nurlelasari, H. 2019; Hubungan Berat Tas
Punggung Dengan Nyeri Punggung bawah Pada Anak Usia Sekolah.
Jurnal Kesehatan Surya Nusantara. 62-70
Spiteri, K, M. Louisa Busuttil, Samuel Aquilina, Dorothy G, Erin C, Victor G.
2017; Schoolbags and Back Pain In Children Between 8-13 years : A
National Study. British Journal Pain. 11 (2), 81-86.
Suyasa, Ketut. 2018; Penyakit Degenerasi Lumbal Diagnosis Dan Tata Laksana.
Bali : Udayana University Press
Widnyana, M, Luh Made, Wahyuddin B, I Made M, Sugijanto. 2018;
Lumbopelvic stabilization exercise lebih menurunkan disabilitas
dibandingkan dengan william’s flexion exercise pada pasien nyeri
punggung bawah. Sport and fitness journal. 6 (1). 41-47
55
56
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Berikan tanda √ pada salah satu pilihan jawaban yang paling menggambarkan
keadaan anda.
Intensitas nyeri
Saya merawat diri secara normal tanpa disertai timbulnya nyeri (Nilai : 0)
Saya merawat diri secara normal tetapi terasa sangat nyeri (Nilai : 1)
Saya merawat diri secara hati-hati dan lamban karena terasa sangat nyeri
(Nilai : 2)
Saya memerlukan sedikit bantuan saat merawat diri (Nilai : 3)
Setiap hari saya memerlukan bantuan saat merawat diri (Nilai : 4)
Saya tidak bisa berpakaian dan mandi sendiri, hanya tiduran di bed (Nilai :
5)
Aktifitas Mengangkat
Saya dapat mengangkat benda berat tanpa disertai timbulnya nyeri (Nilai :
0)
Saya dapat mengangkat benda berat tetapi disertai timbulnya nyeri (Nilai :
1)
Nyeri membuat saya tidak mampu mengangkat benda berat dari lantai,
tetapi saya mampu mengangkat benda berat yang posisinya mudah,
misalnya di atas meja. (Nilai : 2)
Nyeri membuat saya tidak mampu mengangkat benda berat dari lantai,
tetapi saya mampu mengangkat benda ringan dan sedang yang posisinya
mudah, misalnya di atas meja. (Nilai : 3)
Saya hanya dapat mengangkat benda yang sangat ringan (Nilai : 4)
Saya tidak dapat mengangkat maupun membawa benda apapun (Nilai : 5)
Berjalan
Duduk
Saya mampu duduk pada semua jenis kursi selama aku mau (Nilai : 0)
Saya mampu duduk pada kursi tertentu selama aku mau (Nilai : 1)
Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari 1 jam karena nyeri
(Nilai : 2)
Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari 1/2 jam karena nyeri
(Nilai : 3)
Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari 10 menit karena
nyeri (Nilai : 4)
Saya tidak mampu duduk karena nyeri (Nilai : 5)
Berdiri
Tidur
Kehidupan Sosial