DI RSUD BANYUMAS
Disusun oleh :
Falderama B.M P27226023322
Hari :
Tanggal :
NIP.
BAB I
PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini masyarakat dituntut untuk bekerja dengan cepat dan
tepat agar mampu memenuhi kebutuhan finansialnya untuk dapat bertahan hidup.
Namun, masyarakat sering kali mengabaikan posisi ergonomis ketika bekerja. Hal
ini dapat menimbulkan beberapa keluhan nyeri, salah satunya adalah nyeri
sekitar $134 miliar yang dihabiskan pada tahun 2016. Prevelensi ischialgia di
prevelensi ischialgia sebesar 18-21%, pada laki-laki sebesar 13,6% dan pada
daripada laki-laki. Hal ini karena perempuan memiliki aktivitas yang monoton
dengan posisi statis, misalnya dalam penggunaan high heels atau pada ibu-ibu
dengan adanya nyeri hebat di area punggung bawah yang menjalar dari paha
1
2
belakang sampai ke kaki. Ischialgia juga dapat disebabkan oleh beberapa kondisi
Modalitas fisioterapi yang dapat digunakan untuk menangani kasus tersebut antara
lain Micro Wave Diathermy (MWD), Short Wave Diathermy (SWD), Terapi
alat terapi fisik yang berfungsi untuk mengurangi nyeri dengan menggunakan arus
listrik ringan. TENS akan merangsang sistem saraf melalui elektroda luar yang di
aplikasikan pada kulit pasien (Yanik et all 2014). TENS secara selektif akan
subtansi analgesik segmental yang secara cepat disekresikan oleh otak menuju ke
vertebra yang bekerja pada sistem saraf pusat dan saraf perifer untuk mengurangi
lumbal yang digunakan untuk membuka foramen intervertebralis dan facet sendi,
3
serta mengulur fleksor panggul dan ekstensor lumbal, memperkuat otot perut dan
pada posterior lumbosakral joint (Permadi AW, et.all, 2016). Latihan ini
merupakan latihan penguluran otot yang berfungsi untuk merileksasikan otot dan
fleksibilitas otot meningkat sehingga terjadi penurunan rasa nyeri (Khalid, 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengambil judul karya tulis ilmiah
B. Rumusan Masalah
Tujuan yang ingin dicapai penulisan dalam karya tulis ilmiah ini adalah
electrical nerve stimulation (TENS) dan terapi latihan pada kasus ischialgia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ischialgia
1. Definisi
Nervus ischiadicus terdiri dari L4-S2 dengan diameter 2 cm dan merupakan saraf
terbesar pada tubuh manusia. Rasa nyeri pada kasus ischialgia biasanya muncul
ketika fleksi lumbal, rotasi trunk, dan batuk (Davis D, 2021). Ischialgia dapat
dan juga faktor usia. Pada kondisi ischialgia biasanya pasien akan mengeluh
adanya rasa nyeri, kekuatan otot menurun, serta gerakan fungsional yang
5
6
2. Anatomi Fungsional
dan berfungsi sebagai penopang tubuh manusia agar tubuh tetap tegak dan
seimbang. Pada setiap dua ruas tulang pada vertebra terdapat bantalan tulang
Gambar 2. 1
Columna Vertebralis (Sobotta, 2013)
Keterangan :
1. Vertebra cervical 5. Os coccygeus
2. Vertebra thorakal 6. Vertebra prominens
3. Vertebra lumbal 7. Foramina intervertebralis
4. Os sacrum 8. Promontorium
7
5 vertebral body dan 4 diskus invertebralis yang biasa disebut L1-L5. Regio ini
jika dilihat dari sisi sagital, akan membentuk kurva lordosis. Sealain itu, Vertebra
lumbal juga berperan sebagai center of gravity (COG) tubuh manusia, yang
menyebabkan regio ini menerima beban mekanik yang lebih besar. Dilihat dari
bentuk dan strukturnya regio ini merupakan regio yang paling cepat dan mudah
1) Corpus
besar dan berbentuk silinder serta pada sisi sampingnya terlihat lebih lebar.
2) Arcus
pedikel dan lamina. Lamina vertebra lumbalis biasanya berbentuk lebar dan
pendek. Lamina ini membentuk bagian posterior pada arcus vertebra serta
3) Prosesus spinosus
Prosesus spinosus pada vertebra lumbal berbentuk seperti kapak kecil yang
memiliki karakteristik yang tebal dan lebar serta berbentuk sedikit persegi.
8
4) Prosesus transversus
dan ramping. Tetapi, pada L5 bentuk prosesus transversus lebih besar dan
sedikit berbentuk kerucut yang berfungsi untuk bersendi dengan sacrum dan
5) Foramen vertebralis
karakteristik yang terlihat berbentuk seperti segitiga jika dilihat dari sisi
Gambar 2. 2
Vertebra lumbal (Sobotta, 2013)
Keterangan :
c. Discus intervertebralis
Gambar 2. 3
Discus intervertebralis (Netter, 2018)
Keterangan :
1. Annulus fibrosus
2. Nucleus pulposus
diskus dan anterior dari corpus vertebra. Ligament ini berperan untuk
3) Ligament flavum
4) Ligament tranversum
5) Ligament interspinosus
apex.
6) Ligamen supraspinosus
Gambar 2. 4
Ligament columna vertebralis, potongan medial (Paulsen, 2013)
Keterangan
1. Ligamen longitudinal anterior
2. Ligamen longitudinal posterior
3. Ligamen flavum
4. Ligamen interspinale
5. Ligamen supraspinale
6. Processus articularis anterio
Sedangkan untuk stabilisator aktif pada vertebra lumbal yaitu otot yang
maupun superior. Otot-otot yang teletak di sebelah anterior dan lateraal vertebra
diantaranya yaitu :
1) M. Rectus abdominis
Berfungsi sebagai otot penggerak gerakan fleksi dan side fleksi, origo
terletak pada pelvis dan insersio di costae 5-7 dibagian processus xypoideus.
12
lumbal. Origo terletak pada bagian distal costae 8 dan insersio di pelvis.
Origo terletak pada bagian pelvis dan insersio di bagian distal costae 3 dan
linea alba.
4) M. Psoas mayor
5) M. Quadratus Lumborum
1) M. Iliocostalis thoracic
Otot ini berfungsi sebagai penggerak ekstensi dan side fleksi colum
2) M. Latisimus dorsi
3) M. Erector spine
dan insersio terletak pada processus transversus T1-T2. Otot ini berfungsi untuk
gerakan fleksi dan menegak batang tubuh serta penggerak ekstensi lumbal.
4) M. Multifidus
berkontraksi secara bilateral, gerakan side fleksi serta rotasi sisi yang
berlawanan jika bergerak secara unilateral. Origo terletak pada sacrum, ilium,
pada processus spinosus pada vertebrae bagian atas yang membentang di antara
Gambar 2. 5
Otot-otot perut (Paulsen, 2013)
Keterangan
1. M. Rectus abdominis 3. M. Obliqus internus abdomini
2. M. Oblliqus eksternus abdominis
14
Gambar 2. 6
Otot-otot punggung (Paulsen, 2013)
Keterangan
Gambar 2. 7
Otot anterior lateral (Paulsen, 2013)
Keterangan
1. M. Quadratus Lumborum
2. M. Psoas Mayor
15
e. Nervus ischiadicus
dan paha. Nervus ischiadicus berasal dari cabang frontal (ramus anterior) dari
saraf L4-S2 yang berjalan melalui foramen infra piriformis kemudian turun
Nervus ischiadicus melewati antara group otot hamstring dan adductor magnus
paha, otot biceps femoris, semitendinosus, dan adduktor magnus. Oleh karena
itu nervus ischiadicus berfungsi sebagai penggerak flexi hip dan extensi hip,
Gambar 2. 8
Nervus ischiadicus (Rigoard P , 2017) Keterangan
:
1. Lumbosacral trunk 9. Nervus cocygeal
2. Nervus gluteal superior 10. Plexus S2-S4
3. Nervus gluteal inferior 11. Gray rami
4. Nervus ke otot piriformis
5. Nervus ischiadicus
6. Nervus posterior cutaneous femoralis
7. Nervus pudendal
8. Perineal branch
f. Dermatome
melalui saraf tulang belakang. Sistem dermatom menutupi seluruh tubuh mulai
dari tangan dan jari hingga kaki dan jari kaki. Dermatome L4 meliputi
punggung bawah, paha depan, posterior knee, tungkai bawah bagian medial,
g. Biomekanika
bersifat statis dan posterior bersifat dinamis. Bagian anterior ini berfungsi
sebagai pembawa beban dan peredam getaran, sedangkan bagian posterior yang
sendi facet. Sendi facet berfungsi sebagai fulcrum dan berperan sebagai
akan membagi beban kompresif dan mempengaruhi pola gerakan pada vertebra
(Suyasa, 2018).
Lingkup gerak sendi (LGS) pada saat gerakan flexi normalnya sekitar
100° dan gerakan extensi sekitar 50°. Untuk menentukan sudut pada gerakan
flexi dan extensi yaitu dengan menarik garis lurus antara acromion pada
scapula dan crista iliaca pada femur. Otot-otot yang berperan saat gerakan
flexi yaitu
abdominis, m. psoas major. Sedangkan otot yang berperan saat gerakan extensi
al, 2013).
18
Lingkup gerak sendi (LGS) pada saat gerakan lateral flexi kanan dan
kiri normalnya adalah 40°. Vertebra prominens (C7) dan S1 sebagai titik
referensi dalam menetukan sudut antara posisi tegak dan saat bergerak side
flexi maksimal. Otot-otot yang berperan sebagai pernggerak gerakan side flexi
3) Gerakan rotasi
posterior bilateral sekitar 40°. Yang digunakan sebagai titik referensi pada
acromion scapula di kedua sisi. Otot-otot yang berperan dalam gerakan rotasi
secara langsung yang terjadi pada permukaan sendi. Gerakan tersebut berupa
gerakan slide dan glide. Pada regio lumbal, pada saat gerakan flexi discus
merenggang. Pada saat gerakan side flexi discus intervertebralis juga akan
19
terjadi kompresi pada sisi yang searah dengan gerakan. Misalnya, saat terjadi
gerakan side flexi kanan maka discus intervertebralis pada bagian sisi kanan
akan terjadi kompresi dan bagaian sisi kiri akan merenggang begitupun dengan
h. Etiologi
Selain itu, gaya hidup juga dapat beresiko menyebabkan terjadinya ischialgia.
Menurut Baloh (2019) ada empat gangguan utama pada tulang belakang
terjadinya kompresi pada nervus spinalis yang berada di cauda equina atau
kanal tulang di tulang vertebra. Herniasi discuc biasanya terjadi pada usia
paruh baya dan lanjut usia (usia 30-60 tahun). Osteoarthritis terjadi pada orang
tua yaitu dengan usia >60 tahun, dan untuk spondylolisthesis terjadi pada orang
yang lebih muda <30 tahun. Sedangkan sebanyak 15% kasus lain penyebab
ischialgia adalah kompresi pada nervus spinalis oleh tumor, kista, dan infeksi.
20
a. Herniasi discus
oleh annulus fibrosus dan pada bagian luarnya dilindungi oleh ligament yang
sangat kuat. Ketika terjadi trauma pada discus intervertebralis, penuaan, dan
sendi facet yang menyebabkan hipertrofi sendi. Protraksi diskus( terjadi ketika
melewati annular ligament) terjadi lebih dari 50% pada orang normal,
b. Spondylolistesis
melibatkan ruang antar diskus, sendi facet, dan ligamen intraspinal dan
paraspinal. Kondisi ini paling sering terjadi pada segmen L4 dan L5, atau antara
manifestasi pada kompresi diskus dan medula spinalis, yang akan berperan
c. Infeksi
Infeksi yang terjadi pada tulang vertebra dan pelvic dapat menyebabkan
ischialgia karena dapat mempengaruhi akar saraf, misalnya abses dan herpes
discus dimana pasien akan merasakan nyeri yang sangat hebat tanpa adanya
adanya ruam vaskuelr pada kulit yang muncul selama beberapa hari setelah
a. Spondylosis
Proses penuaan dan degenerasi tidak hanya terjadi pada diskus saja
tetapi juga terjadi pada sendi, ligament, dan tulang yang ada disekitarnya tulang
menjadi tempat keluarnya saraf pada tulang vertebra. Sedangkan spinal stenosis
lambat dan bertahap berbeda dengan herniasi discus yang berkembang dengan
onset yang sangat cepat. Stenosis pada tulang vertebra menyebabkan terjadinya
b. Tumor
Tumor jinak atau ganas juga dapat menekan saraf pada tulang vertebra
sehingga dapat menyebabkan ischialgia. Tumor jinak paling umum yang dapat
dan tulang. Selain itu, ischialgia juga dapat menjadi salah satu gejala adanya
c. Nerve Entrapment
Nyeri akibat terjepitnya saraf oleh otot dan ligamen dapat menimbulkan
nyeri yang luar biasa. Ischialgia juga dapat terjadi setelah melahirkan yang
terjepit diantara otot dan jaringan yang ada disekitarnya. Gejala khas yang
muncul pada sindroma piriformis adalah nyeri dibagian tengah pantat, nyeri
menjadi lebih parah ketika melakukan gerakan eksorotasi hip, adanya nyeri
tekan didaerah takik sciatic, dan nyeri akan meningkat ketika duduk terlalu
lama.
i. Patofisiologi
Nervus ischiadicus terdiri dari akar saraf L4-S2 yang keluar dari rongga
fossa poplitea yang terbagi menjadi nervus tibialis dan nervus peroneal. Gejala
23
yang dapat menyebabkan neuropati dan sering terjadi pada pasien tanpa gejala.
Di sisi lain, pasien dengan HNP simtomatik dapat mengalami perbaikan klinis
Terdapat korelasi positif antara kompresi dan neuropati praoperasi, hal ini
terutama pada orang berusia di atas 50 tahun. Nyeri punggung bagian bawah
tersebut bersifat pegal, ngilu, kaku dan lelah pada daerah pinggang. Spondylosis
diskus, yang kemudian menipis dan diikuti oleh lipatan ligamen di sekitar
Ada beberapa gejala umum yang dapat dijumpai pada kasus ischialgia,
diantara yaitu : pasien akan merasakan nyeri pada bagian punggung bawah atau
tungkai, mati rasa, kesemutan ringan, nyeri tumpul, muncul sensasi seperti
24
terbakar dibagian belakang betis atau telapak kaki, nyeri terasa lebih parah
ketika sedang berbaring atau bangun tidur. Ischialgia biasanya terjadi pada satu
tungkai kaki dan terkadang ada sensasi seperti sengatan listrik yang dirasakan
disepanjang jalur persarafan. Nyeri yang dirasakan dapat berupa nyeri ringan
hingga berat. Nyeri juga akan terasa ketika batuk, bersin, berjalan ke kamar
mandi, atau ketika duduk yang menjadi penyebab nyeri punggung bawah
k. Prognosis
Sebagian besar kasus ischialgia sembuh dalam waktu 4-6 minggu tanpa
adanya komplikasi jangka panjang bahkan tanpa tindakan medis. Pada kasus
yang lebih parah dan terdapat neuropati, mungkin pasien akan mengalami
mekanika kerja yang buruk, depresi mental, dan status sosial ekonomi yang
l. Komplikasi
terjadinya komplikasi. Komplikasi yang terjadi diantaranya yaitu : (1) rasa sakit
yang meningkat dari waktu ke waktu; (2) parestesia pada kaki yang sakit; (3)
hilangnya kekuatan otot di kaki yang sakit; (4) hilangnya fungsi usus dan
kandung kemih; (5) terjadi kerusakan saraf permanen (Davis et al, 2021).
25
B. Problematika Fisioterapi
1. Impairment
Impairment adalah suatu masalah yang timbul pada body function dan
Impairment yang sering ditemukan pada pasien ischialgia adalah (1) nyeri pada
lingkup gerak sendi lumbrosakral (s76002), (3) spasme otot quadratus luborum
(b7800).
2. Functional Limitation
Functional limitation pada kasus ischialgia adalah (1) pasien akan mengalami
kesulitan ketika berjalan jauh (d4501), (2) kesulitan untuk melakukan gerakan
3. Paricipant Restriction
dalam situasi kehidupan (ICF, 2002). Paricipant Restriction yang terjadi pada
1. Pengertian TENS
merupakan metode stimulasi saraf dengan menggunakan arus listrik pada kulit
intensitas, dan durasi yang digunakan sangat bervariasi (Okonknow et al, 2018).
Mekanisme TENS dalam mengurangi nyeri menurut gate control teori. TENS
dan nyeri menjadi berkurang atau hilang. Mekanisme lain melalui rangsangan
morfin endogen, stimulus listrik pada kulit dan saraf dapat menyebabkan tubuh
diproduksi secara alamiah di dalam otak dan kelenjar hipofisis (Khatri, 2018).
nyeri pada lumbosakral yang umumnya disertai dengan nyeri yang menjalar
TENS menunjukkan hasil yang lebih baik dalam menghilangkan rasa nyeri jika
Mekanisme pereda nyeri oleh TENS pada kasus ischialgia terletak pada
stimulasi serabut saraf aβ yang dapat meredakan nyeri. Proses stimulasi bekerja
27
et al, 2018).
Gambar 2. 9
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (Khatri, 2018).
2. Jenis-jenis TENS
1) Conventional TENS
berdiameter besar (Aβ) tanpa mengaktivasi serabut saraf berdiameter kecil (Aδ
dan offset yang cepat terlokalisasi di dermatom. Secara teoretis, arus frekuensi
berdiameter besar secara selektif, meskipun dalam praktiknya hal ini akan
elektroda. Metode ini biasa dikenal sebagai TENS dengan frekuensi tinggi
tetapi tidak menyakitkan pada miotom terkait dengan asal mula nyeri. Tujuan
ALTENS adalah untuk secara selektif mengaktifkan saraf berdiameter kecil (Aδ
atau grup III) yang timbul dari otot (ergoreseptor) oleh induksi gerakan otot
3) Intense TENS
kecil Aδ dengan memberikan intense TENS di atas pesarafan tepi dari lokasi
nyeri dengan intensitas yang dapat ditoleransi oleh klien. Dengan demikian,
intense TENS digunakan di atas lokasi nyeri atau di sepanjang persarafan yang
timbul nyeri menggunakan frekuensi tinggi dan arus intensitas tinggi yang
3. Metode TENS
dan pascasinaps. Metode ini memiliki efek relaksasi pada pasien karena
melepaskan endorfin yang diproduksi oleh sistem saraf pusat dan kelenjar
hormon peptida yang memilki efek menenangkan pada tubuh. Pada kasus ini,
TENS efektif meredakan nyeri dan mengurangi kesemutan yang menjalar pada
5. Indikasi TENS
TENS umumnya diberikan pada kondisi nyeri akut dan nyeri kronis
seperti nyeri post operasi, desminore primer, nyeri pasca melahirkan, nyeri
6. Kontraindikasi TENS
7. Dosis TENS
analgesik untuk rasa nyeri dengan frekuensi 10-100 Hz, (2) durasi 10-15 menit
sehingga nyeri berkurang dan terjadi penurunan disabilitas (Khalid et al, 2013).
Latihan ini pertama kali dikembangkan oleh Dr. Paul William’s pada tahun
1937 untuk pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah kronis. Latihan ini
otot-otot abdominal serta dapat memperbaiki postur yang salah. Latihan ini
dapat meningkatkan stabilitas tulang vertebra lumbal. Secara aktif melatih otot
William flexion exercise lebih dominan gerakan flexi karena dapat mengurangi
bawah kronis yang disebabkan oleh peradangan dan terbatasnya jaringan lunak,
exercise yaitu adanya gangguan pada discus seperti bulging, heniasi discus,
diantaranya yaitu :
1) Pelvic Tilting
Posisi pasien tidur terlentang dengan lutut flkesi dan kaki menumpu rata
diatas bed. Tekan punggung ke bawah (rata dengan bed) tanpa bantuan tungkai
bawah. Kemudian tahan selama 5-10 detik, dan gerakan diulangi 8-10x/sesi.
Gambar 2. 10
Pelvic Tilting (Kumara, 2015)
Posisi pasien tidur terlentang, salah satu lutut ditekuk dan kaki lainnya
lurus diatas bed. Secara perlahan lutut kanan ditarik kearah bahu dan ditahan 5-
10 detik. Kemudian lakukan pada lutut kiri dan tahan 5-10 detik. Gerakan
diulangi 8-10x/sesi.
33
Gambar 2. 11
Single Knee To Chest (Kumara, 2015)
menekuk kedua lututnya dan ditarik kearah dada. Tahan selama 5-10 detik, lalu
Gambar 2. 12
Double Knee To Chest (Kumara, 2015)
4) Hamstring Stretch
Posisi pasien masih sama dengan gerakan sebelumnya yaitu posisi tidur
terlentang diatas bed. Salah satu tungkai diangkat lurus ke atas, kedua tangan
menopang pada bagian belakang paha. Kemuadian tahan 5-10 detik, ulangi
gerakan 8-10x/sesi.
34
Gambar 2. 13
Hamstring Stretch (Kumara, 2015)
5) Partial Sit-up
kedua lutut fleksi dan kaki menumpu di bed. Secara perlahan angkat kepala dan
bahu dari bed, pertahankan selama 5-10 detik. Kemudian secara perlahan
Gambar 2. 14
Partial Sit-up (Kumara, 2015)
6) Squat
badan sampai kedua lutut flexi. Gerakan ini ditahan selama 5-10 detik dan
ulangi 8-10x/sesi.
35
Gambar 2. 15
Squat (Kumara, 2015).
BAB III
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
A. Pengkajian Fisioterapi
1. Anamnesis
wawancara mengenai penyakit yang sedang diderita oleh pasien. Pada kasus
a. Anamnesis umum
36
37
b. Anamnesis khusus
lengkap mengenai penyakit yang diderita oleh pasien saat ini. Anamnesis
khusus meliputi :
1) Keluhan utama
Pasen merasakan nyeri pada punggung bawah sudah lama dan nyeri
yang dirasakan hilang timbul, pasien merasakan nyeri yang tertahankan pada
Pasien tidak ada keluhan lain selain nyeri punggung bawah yang
angkat-angkat berat. Tidak ada riwayat penyakit herediter pada keluarga pasien
c. Anamnesis sistem
Dari anamnesis sistem ini didapatkan hasil sebagai berikut : (1) kepala
dan leher : pasien tidak mengeluhkan seperti pusing dan kaku leher, (2)
debar, (3) respirasi : pasien tidak mengeluhkan sesak napas, pilek, dan batuk,
dan terkontrol, (5) urogenitalis : tidak ada keluhan, (6) muskuloskeletal : pasien
mengeluhkan nyeri pada punggung bawah dan terdapat spasme otot pada otot
2. Pemeriksaan fisik
pasien untuk menemukan tanda klinis pada penyakit yang dilakukan secara
a. Vital sign
Pemeriksaan vital sign terdiri dari : (1) tekanan darah 120/80 mmHg, (2)
b. Inspeksi
Inspeksi statis : Bahu tampak simetris antara bahu kanan dan bahu kiri,
tungkai kanan dan tungkai kiri saat pasien tidur terlentang. Sedangkan inspeksi
dinamis : Pasien mampu berjalan secara mandiri tanpa menggunakan alat bantu
c. Palpasi
Pada kasus ini didapatkan hasil yaitu adanya nyeri tekan pada punggung
bawah (L4 dan L5) pada facet jointnya, adanya spasme pada otot quadratus
lumborum, suhu pada punggung bawah normal saat dibandingkan dengan suhu
disekitarnya.
d. Perkusi
e. Auskultasi
1) Gerakan Aktif
tentang lingkups gerak sendi (LGS), serta rasa nyeri yang timbul.
40
TABEL 3.1
gerak saat gerakan fleksi, ekstensi, side fleksi kanan, dan kiri tiga dimensi
lumbal tidak full ROM dengan disertai nyeri yang muncul diakhir gerakan.
Untuk side fleksi kanan dan kiri lumbal full ROM dengan disertai yang muncul
diakhir gerakan. Sedangkan pada gerakan fleksi hip full ROM disertai nyeri
2) Gerakan Pasif
keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS), endfeel, dan nyeri saat digerakkan.
TABEL 3.2
Side fleksi kiri lumbal tiga dimensi Full ROM Ada Firm
Side fleksi kanan lumbal tiga dimensi Full ROM Ada Firm
Dari hasil pemeriksaan gerak pasif pada lumbal didapatkan hasil tidak
ada keterbatasan gerak saat gerakan fleksi, ekstensi, side fleksi kanan dan kiri,
side fleksi kanan, dan kiri tiga dimensi full ROM dengan disertai nyeri yang
muncul diakhir gerakan dengan endfeel firm. Sedangkan untuk fleksi hip full
ROM dengan disertai nyeri yang muncul diakhir gerakan dengan endfeel firm.
merubah posisi dari tidur ke duduk kemudian bangkit dari duduk ke berdiri lalu
berjalan tanpa menggunakan alat bantu dan tanpa adanya nyeri. Aktivitas
Fungsional : (1) Pasien mampu berjalan tanpa menggunakan alat bantu, (2)
dalam aktivitas perawatan diri dan toileting pasien dapat melakukan secara
mandiri.
43
harinya suka angkat-angkat berat dan berdiri terlalu lama. Hal itu yang
3. Pemeriksaan Spesifik
rating scale (NRS). Skala ini menggunakan angka 0-10 untuk menggambarkan
tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien. Nilai 0 menggambarkan tidak ada
Gambar 3. 1
Numeric Ranting Scale (NRS)
44
TABEL 3.3
Nyeri tekan pada otot paralumbal dan facet joint 6 Nyeri sedang
Dari hasil pemeriksaan nyeri didapatkan hasil nyeri diam saat duduk dan
tengkurap 2, nyeri gerak 5 saat gerakan fleksi lumbal dan nyeri tekan 6 pada
facet joint.
Schober Test
Modified schober test adalah salah satu metode salah satu alat ukur yang
berguna untuk menilai mobilisasi dari vertebra khusnya pergerakan lumbal dan
ditandai pada titik yang menghubungkan antara kedua posterior superior iliac
spine (PSIS) dan satu tanda lainnya adalah 15 cm diatas tanda pertama.
pengukuran ini adalah jika hasil pengukuran pada saat fleksi lumbal kurang dari
45
5cm dan ekstensi kurang dari 3cm maka diindikasikan ada keterbatasan lingkup
TABEL 3.4
PEMERIKSAAN LGS LUMBAL DENGAN MODIFIED SCHOBER TEST
Posisi Nilai
Normal (L1-SIPS) 15 cm
Fleksi Lumbal 17 cm
Ekstensi Lumbal 2 cm
test didapatkan hasil terdapat keterbatasan lingkup gerak sendi pada saat
c. Pemeriksaan Khusus
1) Lassegue test
berada disamping tungkai pasien yang akan diperiksa. Kemudian, terapis secara
perlahan mengangkat tungkai pasien sampai ke sudut 70° apabila pasien sudah
2) Bragard test
Gerakan dan posisi awal seperti lassegue test, tetapi ditambah dengan
gerakan dorsi flexi kaki. Pada pemeriksaan ini didapatkan hasil tes positif.
3) Neri test
Gerakan dan posisi awal masih sama dengan lassegue test, tetapi
ditambah dengan gerakan flexi leher. Pada pemeriksaan ini didapatkan hasil tes
positif.
4) Faber test
Posisi pasien tidur terlentang, kemudian pada kaki pasien yang sakit
lutut ditekuk dan tumit atau maleolus lateralis diletakkan di atas lutut tungkai
yang lainnya dan diberi tekanan pada bagian posterior lutut yang ditekuk. Pada
TABEL 3.5
TES PROVOKASI NYERI ISCHIALGIA
Tes laseque - -
Tes bragard - +
Tes neri - +
Faber test - -
pekerjaan rumah tangga. Pada setiap item diikuti oleh 6 pernyataan yang
TABEL 3.6
Indikator Nilai
Intensitas nyeri 3
Aktivitas mengangkat 1
Berjalan 1
Duduk 2
Berdiri 2
Tidur 1
Kehidupan sosial 1
Bepergian 1
Jumlah nilai 12
jumlah hasil 12 dengan skor 24% (disabilitas minimal) yaitu pasien memiliki
TABEL 3.7
B. Problem Fisioterapi
1. Impairment
Impairment adalah suatu masalah yang timbul pada body function dan
Impairment yang sering ditemukan pada pasien ischialgia adalah nyeri pada
gerak sendi lumbrosakral (s76002), (3) spasme otot quadratus luborum (b7800).
49
2. Functional Limitation
Functional limitation pada kasus ischialgia adalah (1) pasien akan mengalami
kesulitan ketika berjalan jauh (d4501), (2) kesulitan untuk melakukan gerakan
3. Participant Restriction
dalam situasi kehidupan (ICF, 2002). Paricipant Restriction yang terjadi pada
C. Tujuan Fisioterapi
fisioterapi dibagi menjadi dua yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang. Tujuan jangka pendek yaitu (1) mengurangi derajat nyeri yang
menjalar sampai tungkai, (2) mengurangi nyeri diam, tekan dan gerak pada
(TENS), infrared (IR), terapi latihan, terapi manipulasi, dan massage. Selain itu
sebagainya.
yang telah ditetapkan. Pada kasus ischialgia modalitas yang digunakan adalah
a. Persiapan alat
memberikan intervensi, antara lain : (1) pastikan semua alat bersih dan
berfungsi dengan baik, (2) memastikan kabel tidak melilit dan tidak
mengelupas, serta jauhkan dari sumber air, (3) pastikan pad electrode dalam
keadaan lembab, (4) siapkan perekat dan pemberat pad jika diperlukan.
b. Persiapan pasien
serta memberitahu apa saja yang akan dirasakan oleh pasien saat diberikan
menggunakan dua tabung reaksi yang berisi air panas dan dingin. Kemudian
area punggung bawah pasien dari baju atau kain yang menempel dan bersihkan
c. Pelaksanaan terapi
izin/memberitahu pasien bahwa terapi akan segera dimulai. Pada kasus ini
Electrode channel 1 dipasang pada segmen vertebra lumbal 4-5 dan electrode
channel 2 dipasang pada posterior hip kiri atas dan bawah sesuai dengan jalur
alat dan terapis mengatur dosis pada TENS dengan frekuensi 100 Hz. Durasi
yang digunakan untuk terapi yaitu 15 menit dengan metode segmental. Untuk
a. Persiapan alat
Alat yang dipakai untuk terapi latihan william flexion exercise adalah
matras atau bed yang tidak empuk atau cenderung keras tapi tetap nyaman
untuk pasien.
b. Persiapan pasien
keadaan normal atau tidak. Tanyakan pada pasien apakah pasien merasa pusing,
c. Pelaksanaan terapi
1) Pelvic Tilting
Posisi pasien tidur terlentang dengan lutut flkesi dan kaki menumpu rata
diatas bed. Tekan punggung ke bawah (rata dengan bed) tanpa bantuan tungkai
bawah. Kemudian tahan selama 5-10 detik, dan gerakan diulangi 8-10x/sesi.
53
Posisi pasien tidur terlentang, salah satu lutut ditekuk dan kaki lainnya
lurus diatas bed. Secara perlahan lutut kanan ditarik kearah bahu dan ditahan 5-
10 detik. Kemudian lakukan pada lutut kiri dan tahan 5-10 detik. Gerakan
diulangi 8-10x/sesi.
menekuk kedua lututnya dan ditarik kearah dada. Tahan selama 5-10 detik, lalu
4) Hamstring Stretch
Posisi pasien masih sama dengan gerakan sebelumnya yaitu posisi tidur
terlentang diatas bed. Salah satu tungkai diangkat lurus ke atas, kedua tangan
menopang pada bagian belakang paha. Kemuadian tahan 5-10 detik, ulangi
gerakan 8-10x/sesi.
5) Partial Sit-up
kedua lutut fleksi dan kaki menumpu di bed. Secara perlahan angkat kepala dan
bahu dari bed, pertahankan selama 5-10 detik. Kemudian secara perlahan
6) Squat
badan sampai kedua lutut flexi. Gerakan ini ditahan selama 5-10 detik dan
ulangi 8-10x/sesi.
E. Edukasi
Terapis memberikan edukasi kepada pasien, pada kasus ini antara lain
yang berat, (2) menganjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas bediri terlalu
lama, (3) menganjurkan pasien untuk duduk dengan kursi yang tidak terlalu
empuk dan tidak terlalu keras serta kursi yang ada sandarannya, (4)
mengajarkan cara mengangkat dan mengangkut beban yang benar, yaitu pada
membungkuk serta saat membawa benda, usahakan beban tersebut berada dekat
dengan tubuh.
F. Home Program
terdiri dari 6 gerakan yaitu : pelvic tilting, single knee to chest, double knee to
chest, hamstring stretch, partial sit up, dan squat ditahan 5-10 detik dan
dari hasil pemeriksaan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi VAS, LGS,
TABEL 3.8
Jenis nyeri T0 T1 T2 T3
TABEL 3.9
Gerak T0 T1 T2 T3
Fleksi Lumbal 17 cm 17 cm 18 cm 18 cm
Ekstensi Lumbal 2 cm 2 cm 2 cm 3,5 cm
Sumber : Data Primer, 2022
(ODI).
TABEL 3.10
No Indikator T0 T1 T2 T3
1 Intensitas nyeri 3 3 2 2
2 Perawatan diri (mandi,berpakaian, dll) 0 0 0 0
3 Aktivitas mengangkat 1 1 1 1
4 Berjalan 1 1 1 1
5 Duduk 2 2 1 1
6 Berdiri 2 2 2 1
7 Tidur 1 1 1 1
8 Kehidupan sosial 1 1 1 1
9 Bepergian 1 1 1 1
Total 12 12 10 9
ODI 24% 24% 20% 18%
pertama skor pasien 24% sedangkan pada terapi ketiga skor kemampuan
H. Hasil Terapi
terjadi perubahan meskipun belum sembuh total dengan didapatkan hasil yaitu
terjadi penurunan nyeri diam, nyeri tekan, dan nyeri gerak pada punggung
bawah. Terjadi peningkatan lingkup gerak sendi lumbal, dan juga peningkatan
Baloh, R.W. 2019. Sciatica and Chronic Pain. Los Angeles. Springer
International Publishing AG. Diakses dari
https://dl.uswr.ac.ir/bitstream/Hannan/32419/1/9783319939032.pdf
Davis, D., Maini, K. and Vasudevan, A. 2021 Sciatica. StatPearls. Diakses dari
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/
Fritz, J., Lane, E., McFadden, M. 2021. Physical therapy referral from primary
care for acute back pain with sciatica. Annals of Internal Medicine.
174(1): 8-17. Diakses dari
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33017565/
Hayes, K. D., & Hall, K. D. 2018. Agens Modalitas untuk Praktik Fisioterapi.
Jakarta. EGC.
68
69
ICF. 2002. Towards a common language for functioning, disability and health
ICF. Geneva. World Health Organization. Diakses dari
https://www.who.int/publications/m/item/icf-beginner-s-guide-
towards-a-common-language-for-functioning-disability-and-health
Kumar, M., Garg, Gaurav., Singh, L.R., Singh, Talever., dan Tyagi, L.K. 2011.
Epidemiology, Pathophysiology and Symptomatic Treatment of
Sciatica : A Review. 2(4). 1050–1061. Diakses dari
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1297319X05000
801
Moore, K. L., Dalley, A.F. 2004. Chlinical Orianted Anatomy. seventh edition.
lippicott Williams & Wilkins. Philadelpia.
Okonkwo, U. P., Ibeneme, S.C., Ihegihu, E.Y., Egwuonwu, A.V., Ezema, I.C.,
Maruf, A.F., Okoye, E.C., Ibikunle, O.P., dan Ezekwu, A.O. 2018.
Effects of transcutaneous electrical nerve stimulation in the
Management of PostInjection Sciatic Pain in a non-randomized
controlled clinical trial in Nnewi. Nigeria’. 8(310): 1–11. Diakses
dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30477485/
Paulsen, F., dan Waschke, J. 2013. Jilid 1 Sobotta Atlas Anatomi Manusia:
Anatomi Umum Dan Sistem Musculoskeletal. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Pearce, E.C. 2017. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Edisi 46. Jakarta:
PT 72 Gramedia Pustaka Utama Anggota IKAPI.
Permadi, A., Syatibi, M., Purbo, H. 2016. Beda Pengaruh Latihan Fleksi
William Dengan Gapping Segmental Setelah Pemberian
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Terhadap
Pengurangan nyeri Punggung Bawah Akibat Spondylosis. Jurnal
Virgin. 2 (1): 64-83.
Putz, R dan Pabst, R. 2005. Sobotta Atlas of Human Anatomy. 12. Berilustrasi.
Williams & Wilkins. 1997. Vol 2.
Saladin, K. 2018. Anatomy and Physiology. The Unity of Form and Function.
8th Edition. New York. McGraw-Hill Primis. Diakses dari
https://book.asia
Shiri, R., Lalluka, T., Karppinen, J. and. Juntura, E.V. 2014. Systematic Review
and MetaAnalyses. American Journal of Epidemiology. 179 (9): 1-
4.
Zahratur, A,. & dan Priatna, H. 2019. Perbedaan Efektivitas Antara William
Flexion Exercise Dan Core Stability Exercise Dalam
Meningkatkan. Jurnal Fisioterapi 19 (1): 1–9.