Oleh:
Ineke Intania G992003076
Pembimbing:
dr. Rieva Ermawan, SpOT(K)
HALAMAN PENGESAHAN
Referensi artikel ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik
Ilmu Bedah, substase Bedah Orthopedi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret - RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Disusun oleh :
Ineke Intania
G992003076
Pembimbing
Prevalensi HNP sekitar 1-3% di Finlandia dan Italia. Di AS, 1–2% dari
populasi terkena HNP. Kejadian HNP di beberapa Negara berkembang sekitar
15-20% dari total populasi. Penyakit ini terutama menyerang orang dewasa
pada usia 30-50 tahun dan puncaknya pada usia 40–45 tahun. Rasio HNP
antara laki-laki dan wanita yaitu 2: 1. Namun, secara umum, insidensi
terdistribusikan dengan cara yang sama antara pria dan wanita.Wanita
cenderung mengeluh tentang nyeri punggung bawah, sedangkan laki laki
sering mengeluh nyeri menjalar dari pinggul ke tungkai (Ikhsanawati et al.,
2015).
B. Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya disebabkan
karena peningkatan usia sehingga terjadi perubahan degeneratif. Annulus
fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya,
annulus fibrosus yang mana sering terjadi di daerah lumbal dapat menyembul
atau pecah (Moore dan Agur, 2013).
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh
karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus
intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada
kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan
oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau bahkan
dalam hitungan tahun (Helmi, 2012).
Menurut (Herliana, Yudhinono , & Fitriyani, 2017) bahwa hal-hal yang
menyebabkan penyakit HNP antara lain :
1. Aktivitas mengangkat benda berat dengan posisi awalan yang salah seperti
posisi membungkuk sebagai awalan
2. Kebiasaan sikap duduk yang salah dalam rentang waktu yang sangat lama.
Hal ini sangat berpengaruh pada tulang belakang ketika kita sedang
membungkuk dalam posisi duduk yang kurang nyaman
3. Melakukan gerakan yang salah baik disengaja maupun tidak yang sangat
berpengaruh pada tulang dan menyebabkan tulang punggung mengalami
penyempitan sehingga terjadi trauma
4. Kelebihan berat badan (obesitas)
C. Patofisiologi
Peningkatan usia menyebabkan degenerasi dari hydrophilic
preoteoglycan yang terdapat pada nucleus pulposus pada diskus vertebral.
Karena bagian yang bersifat hydrofilik mengalami degenrasi maka terjadi
dehidrasi di daerah diskus. Setelah terjadi kondisi berupa dehidrasi ini, maka
terjadi suatu mechanical loading compresses sehingga merobek annulus
fibrosus. Lalu menjadi rupture diskus / herniasi.
Terjadi rupture diskus ini ada dua kemungkinan, yang pertama nucleus
oulposus akan keluar ke bagian lateral, yaitu di sekirar ligament longitudinal
posterior-> sehingga terjadi herniasi pada diskus laterlis. Yang kedua yaitu
herniasi sentral, yang epidemiologi jauh lebih tidak sering dibandingkan
herniasi lateral, pada hal ini nucleus pulposus keluar melawan posisi ligament
longitudinalis posterior sehingga terjadi herniasi diskus vertebralis sentral.
Herniasi diskus lateralis secara fisik mengenai akar nervis spinalis
(nervus nervus tepi) hal ini bisa menyebabkan radikulopati maupun sindrom
kauda equine. Herniasi diskus lateral bersamaan dengan efek samping dari
proses penuaan, menyebabkan penyempitan secara degeneraftif pada canalis
vertebralis. Sehingga menjadi spondilosis.
Herniasi diskus sentral secara fisik mengenai akar nervis spinalis
(nervus nervus tepi) hal ini bisa menyebabkan radikopati maupun sindrom
kauda equine. Herniasi diskus sentral bersamaan dengan efek samping dari
proses penuaan, menyebabkan penyempitan secara degeneraftif pada canalis
vertebralis. Sehingga menjadi spondilosis myelopathy. Herniasi diskus sentral
yang mengenai bagian cervical dan mengenai bagian aooinak, secara fisik akan
menekan corda spinalis, sehingga menjadi myelopathy (Yan, 2012).
Bagian dari vertebra yang sering terkena hernia nucleus pulposus
adalah bagian servikal dan bagian lumbal, karena mengalami gerakan yang
terus menerus dan besar, hal ini menyebakan terjadi stress yang besar sehingga
mengalami degenerasi yang berujung pada rupturnya diskus vertebralis dan
herniasi (Yan, 2012).
D. Anatomis Fisiologi
1. Sistem Tulang Vertebra
Tulang belakang merupakan struktur lentur sejumlah tulang yang
disebut vertebra. Diantara tiap dua ruas vertebra terdapat bantalan tulang
rawan. Panjang rangkaian vertebra pada orang dewasa dapat mencapai 57
sampai 67 cm. seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya
adalah tulang-tulang terpisah dan 9 ruas sisanya bergabung membentuk 2
tulang. Vertebra dikelompokkan dan dinilai sesuai dengan daerah yang
ditempatinya, tujuh vertebra cervikalis, dua belas vertebra thoracalis, lima
vertebra lumbalis, lima vertebra sacralis, dan empat vertebra koksigeus
(Pearce, 2009).
Susunan tulang vertebra terdiri dari: korpus, arcus, foramen
vertebrale, foramen intervertebrale, processus articularis superior dan
inferior, processus transfersus, spina, dan discus intervertebralis (Eidelson,
2012).
1) Korpus
Merupakan lempeng tulang yang tebal, agak melengkung dipermukaan
atas dan bawah (Gibson, 2003). Dari kelima kelompok vertebra,
columna vertebra lumbalis merupakan columna yang paling besar dan
kuat karena pusat pembebanan tubuh berada di vertebra lumbalis
(Bontrager dan Lampignano, 2014).
2) Arcus
Menurut Gibson (2003) Arcus vertebra terdiri dari: a) Pediculus di
bagian depan: bagian tulang yang berjalan kea rah bawah dari corpus,
dengan lekukan pada vertebra di dekatnya membentuk foramen
intervertebrale. b) Lamina di bagian belakang: bagian tulang yang
pipih berjalan ke arah belakang dan ke dalam untuk bergabung dengan
pasangan dari sisi yang berlawanan.
3) Foramen vertebrale
Merupakan lubang besar yang dibatasi oleh korpus di bagian depan,
pediculus di bagian samping, dan lamina di bagian samping dan
belakang.
4) Foramen intervertebrale Merupakan lubang pada bagian samping, di
antara dua vertebra yang berdekatan dilalui oleh nervus spinalis yang
sesuai.
5) Processus Articularis Superior dan Inferior Membentuk persendian
dengan processus yang sama padavertebra di atas dan di bawahnya.
6) Processus Transversus Merupakan bagian vertebra yang menonjol ke
lateral.
7) Discus Intervertebralis
Merupakan cakram yang melekat pada permukaan korpus dua
vertebrae yang berdekatan, terdiri dari annulus fibrosus, cincin
jaringan fibrokartilaginosa pada bagian luar, dan nucleus pulposus, zat
semi-cair yang mengandung sedikit serat dan tertutup di dalam annulus
fibrosus.
2. Ligamen Vertebra
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos Lumbosacral
Pemeriksaan foto polos lumbosacral adalah tes pencitraan untuk
melihat penyebab penyakit punggung, seperti adanya patah tulang,
degenerasi, dan penyempitan. Pada foto lumbosacral akan terlihat
susunan tulang belakang yang terdiri dari 5 ruas tulang belakang,
sacrum dan tulang ekor (Maksum & Hanriko, 2016)
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computered Tornografi Scan
(CT Scan) Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computered
Tornografi Scan (CT Scan) direkomendasikan pada pasien dengan
kondisi yang serius atau deficit neurologis yang progresif, seperti
infeksi tulang, cauda equine syndrome atau kanker dengan penyempitan
vertebra. Pada kondisi tersebut keterlambatan dalam diagnosis dapat
mengakibatkan dampak yang buruk (Maksum & Hanriko, 2016)
3. Electromyography (EMG) dan Nerve Conduction Studies (NCS)
Pemeriksaan EMG dan NCS sangat membantu dalam mengevaluasi
gejala neurologis dan atau deficit neurologis yang terlihat selama
pemeriksaan fisik. Pada pasien HNP dengan gejala dan tanda neuroligis
EMG dan NCS dapat membantu untuk melihat adanya lumbosacral
radiculopathy, pepipheral polyneuriphathy, myopathy atau peripheral
nerve entrapment.
DAFTAR PUSTAKA