PENDAHULUAN
Low Back Pain (LBP) adalah rasa nyeri yang terjadi di daerah pinggang bagian
bawah dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian sebelah belakang dan samping luar.
Keluhan ini dapat demikian hebatnya sehingga pasien mengalami kesulitan dalam
melakukan setiap gerakan. Penyebab dari nyeri punggung bawah banyak sekali dan
bervariasi mulai dari kelelahan otot sampai tumor ganas. Dalam beberapa kasus nyeri
punggung bawah dapat ditangani dan dicegah dengan mengetahui penyebabnya dan
yang lengkap dan teliti, apalagi pada kasus yang spesifik pemeriksaannya akan lebih
banyak daripada kasus non spesifik. Pada kasus spesifik akan ada pemeriksaan
Hernia Nukleus Pulposus (HNP), spondilosis, dan trauma. Pada penderita HNP
biasanya akan timbul nyeri pinggang yang menjalar sampai daerah tungkai bawah
bahkan ada yang sampai ujung ibu jari kaki dan juga ditandai dengan nyeri yang hebat
ketika pasien mengejan atau bersin. Dengan adanya nyeri tersebut, maka akan timbul
spasme otot di sekitar vertebra dan keterbatasan gerak pada vertebra lumbal (fleksi,
ekstensi, latero fleksi). Lordosis lumbal kurang atau semakin mendatar. Dari masalah
yang timbul ini, akan mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari tidak dapat bekerja
sesuai dengan bidangnya dan tidak dapat menikmati waktu senggang karena nyeri
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari nyeri
punggung bawah (LBP). Pada penderita Hernia Nukleus Pulposus (HNP) biasanya akan
1
timbul nyeri pinggang yang menjalar sampai daerah tungkai bawah bahkan ada yang
sampai ujung ibu jari kaki dan juga ditandai dengan nyeri yang hebat ketika pasien
mengejan atau bersin. Dengan adanya nyeri tersebu, maka akan timbul spasme otot di
sekitar vertebra dan keterbatasan gerak pada vertebra lumbal. Hernia Nukleus Pulposus
(HNP) atau herniasi diskus intervertebralis, yang sering pula disebut sebagai Lumbar
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit dimana bantalan lunak di
antara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nukleus Pulposus) mengalami
tekanan di salah satu bagian posterior atau lateral sehingga Nukleus Pulposus pecah dan
luruh sehingga terjadi penonjolan melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan
Pria dan wanita memiliki risiko yang sama dalam mengalami HNP, dengan umur
paling sering antara usia 30 dan 50 tahun. HNP merupakan penyebab paling umum
Nyeri punggung bawah dialami oleh 70% orang di Negara - Negara maju
(McIntonsh dan Hall, 2011). NPB termasuk dalam sepuluh penyakit prevalensi tinggi di
dunia. Global Burden of Disease Study (GBD) 2010 menyatakan bahwa prevalensi
nyeri punggung bawah di dunia 9,17% dengan jumlah populasi 632.045 jiwa.
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi pada laki – laki lebih tinggi sebesar 9,64%
bawah secara jelas, tetapi prevalensi penyakit sendi di Indonesia berdasarkan diagnosis
2
atau gejala menurut Riskesdas tahun 2013 adalah 24,7 persen. Prevalensi penyakit sendi
tertinggi pada umur ≥75 tahun (33% 2 dan 54,8%). Berdasarkan jenis kelamin,
prevalensi pada perempuan (27,5%) lebih tinggi dari laki-laki (21,8%) (Riskesdas,
2013). Salah satu penyebab yang paling sering dari nyeri punggung bawah adalah
MENKES / SK/ VI/ 2008 tentang standar pelayanan fisioterapi di sarana kesehatan.
“Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada Individu dan
atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi
komunikasi (Sunarto , 2009). Peran fisioterapi sangat besar dalam pananganan HNP
lumbal. Untuk mengatasi disfungsi akibat HNP lumbal bisa memberikan intervensi
3
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
1. Definisi HNP
diskus) atau nukleus pulposus yang terlepas sebagian didalam canalis spinal
(ruptur diskus).
HNP adalah suatu kondisi dimana sebagian atau seluruh bagian dari
proses penuaan.
kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP pada lumbal sering
terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini melibatkan root
nervel 4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat dan
menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal
4
yang sering dirasakan penderita HNP. Weakness pada grup otot tertentu
sesungguhnya, yaitu:
longitudinalis posterior.
5
2. Anatomi Tulang Belakang
vertebralis terdiri dari 33 tulang yang membentuk kurva dan terdiri dari 5
Kurva pada ver tebra terdiri atas : kurva konveks keanterior (lordosis)
sacrum.
1) Thorakal
dan lumbal karena ukuran dan luasnya regio serta bersendi dengan
6
sangkar thorax. Corpus vertebra secara progresif lebih lebar dari
segmen bawahnya
7
Struktur Thoracal Spine
facet C7, juga pada lower thoracal yaitu Th12-L1 bentuk/arah facet
2) Lumbal
8
lebih besar dan lebih tebal dibandingkan regio lain. Vertebra lumbal
9
Otot-otot stabilitas lumbal adalah multifidus (bagian dari otot
thoracolumbal.
gerak penyerta dari Th10 – Th12. Pada segmen lumbal terdiri dari
vertebra L3 dengan jarak 2-4 cm. Arah permukaan facet pada lumbal
oleh facet joint, diskus, ligamen dan otot. Segmen L5-S1 dibentuk
10
regio yang paling besar menerima beban mengingat lumbal
b. Otot-otot trunk
Soames, 2012).
11
depan, menarik pelvis ke atas, dan pasca kontraksi sepihak
2012).
dua pertiga ligamen inguinal. Dan berinsersio pada ke-3 atau ke-4
Fungsi otot tersebut adalah rotasi ke sisi yang sama, membantu otot
12
Merupakan group otot yang luas dan terletak dalam pada
&Soames 2012).
7. Otot Psoas
13
Psoas adalah fleksor pinggul dan eksternal memutar pinggul dan
c. Saraf
Tiga puluh satu pasang saraf spinal (nervus spinalis) dilepaskan dari
medulla spinalis. Beberapa anak akar keluar dari permukaan dorsal dan
ventral (radix anterior) dan akar dorsal (radix posterior). Dalam radix
dari serabut eferen atau motoris untuk otot kerangka. Pembagian nervus
14
ischiadicus keluar dari foramen ischiadicus mayor tuberositas anterior
1/3 bawah dan tengah dari SIPS kebagian dari tuberositas ischia.
yang dibatasi satu dengan lainnya oleh diskus intervertebra dan ditahan
Bagian dorsal tidak begitu kuat dan terdiri atas arkus vertebra dengan
lamina dan pedikel yang diikat satu dengan lainnya oleh berbagai
15
duramater. Diskus intervertebra dan nukleus pulposus tidak mempunyai
kebebasan gerak yang terbesar. Tarikan tekanan dan torsi yang dialami
daerah ini dapat mengalami cedera lebih besar daripada daerah lain,
lesi pada diskus lumbal adalah mengenai jaringan lunak dan sering sekali
m. pereneus tertius
d. Diskus Intervertebralis
16
lumbar, dengan satu di antaranya sacrum dan coccygeus . Diskus di
(Hamill.J et al,2015).
a) Nucleus Pulposus
central diskus lumbalis (Gbr. 2.9). Inti pulposus terdiri dari tiga
Kehilangan dan hilangnya yang merata dari gel ini terjadi dengan
hidup, kadar air 80-88% biasa. Namun dari sekitar dekade keempat
b) Annulus Fibrosus
17
didalamnya. Secara mekanis annulus fibrosus berperan sebagai coiled
bola.
(Hamill.J et al,2015).
3. Biomekanik Lumbal
sendi pada persendian. Pada lumbal spine gerakannya berupa gerak slide
1) Osteokinematik
18
Gerakan osteokinematik pada fleksi dan ekstensi terjadi
pada sagital plane, lateral fleksi pada frontal plane, dan rotasi
2) Arthrokinematik
rotasi kekiri.
pada gerakan fleksi normal dari lumbal spine superior vertebra akan
19
L2 selanjutnya akan bergerak pada L3, dan L3 selanjutnya akan bergerak
mellibatkan gerakan dari inferior facet dari vertebra pada superior facet
pada caudal vertebra. Hingga facet joint terbuka pada fleksi dan tertutup
20
3) Lumbopelvic Ryhtm
pada hip oleh karena adanya ketegangan yang terjadi pada otot
gerak lumbal, maka diperlukan fleksi hip yang lebih besar. Pada
4. Etiologi
21
biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur,
2013)
kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan
oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau
terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi, 2012).
5. Patofisiologi
bergerak, cairan menjadi padat dan rata serta melebar di bawah tekanan dan
radikulasi berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi bila penjebolan di
sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks
yang terkena. Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali
gaya traumatik yang berkali-kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar
22
dan disamping itu timbul sobekan radikal. Kalau hal ini sudah terjadi, maka
berikutnya saja.
pada herniasi nukleus. Setela trauma jatuh, kecelakaan, dan stress minor
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat,
dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama
radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat
ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan terus
kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis
23
ganjalan. Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang
dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola
pulposus yang terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast
dan dibentuk oleh anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus yang
pada daerah lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi.
Hal ini biasa berhubungan dengan beberapa luka pada tulang belakang atau
banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah
servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi
pada anak-anak dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun.
dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan
24
“low back pain”sub kronik atau kronik yang kemudian disusun oleh nyeri
6. Gambaran klinis
ketika nucleus pulposus menekan saraf. Gejala klinis yang paling sering
terbakar dan berdenyut menjalar sampai bawah lutut. Bila saraf sensoris
kena maka akan memberikan gejala kesemutan atau rasa baal sesuai
gangguan miksi, defekasi dan disfungsi seksual. Nyeri yang timbul sesuai
Dapat disimpulkan, tanda gan gejala yang dialami oleh penderita HNP
25
B. Tinjauan Tentang Pemeriksaan dan Pengukuran Fisioterapi
a. History Taking
oleh pasien melalui tanya jawab, pada saat melakukan anamnesis seorang
membawa kita menempuh setengah jalan kea rah diagbosis yang tepat.
dimalam hari dan kekkuan dipagi hari, nyeri saat membungkuk, batuk,
b. Inspeksi/Observasi
saat berjalan.
26
c. Red Flag
kombinasi diagnose pada red flag yang yang digunakan adalah usia lebih
dari 50 tahun, ada atau tidaknya riwayat kanker, apakah pasien pernah
spondylitis sering dikaitkan dengan onset yang terlalu cepat atau bahkan
discomfort selama lebih dari 3 bulan, kekakuan dipagi hari, dan rasa
keluarga, kaku pada thorax, nyeri dada, dan nyeri pada tumit. Deteksi
masalah pada cauda equine paling efektif menggunakan tes urin. Selain
27
itu, red flag dapat secara signifikan berpotensi untuk membuat faktor
bergerak.
d. Quick Test
pasien merasa nyeri saat melakukan gerakan tersebut dan tidak bisa
akan semakin terdorong kea rah ruang yang terbuka (arah posterior dari
vertebra) dan menekan saraf isciadikus, biasa juga ada kelemahan otot
Gambar 2.12
Lumbopelvic rhythm (A) Posisi berdiri (B) 50 ° pertama fleksi (C) kelanjutan
28
Quick test pada kasus hnp yaitu Tredenlenberg, dimana saat
dilakukannya test ini pada umumnya SIPS dari pasien hnp tidak
1) Aktif
a) Koordinasi gerak
b) Pola gerak
c) Nyeri
d) ROM aktif
utamanya saat fleksi, nyeri itu disebabkan oleh diskus yang bergeser
2) Pasif
29
Dengan demikian pemeriksaan ini banyak ditujukan untuk struktur
sehingga pada satu sisi akan terjadi penguluran dan pada sisi yang
a) ROM Pasif
b) Stabilitas sendi
c) Rasa nyeri
d) End feel
e) Capsular pattern
30
b) Kekuatan otot secara isometric
f. Pemeriksaan Spesifik
mengungkap ciri khusus serta jenis gangguan dari suatu struktur atau
jaringan tertentu.
pasien.
2) Slump Test
3) Quadrant Test
31
Dengan melakukan tes ini maka akan menyebabkan terjadinya
5) Patrick Test
Dalam test ini, terdiri dari PACVP dan LPAVP. PACVP atau
7) Dermatom Test
32
dan 5 saraf sacral. Masing masing saraf menyampaikan rangsangan
8) Myotom Test
pada otot. Area inervasi yang terganggu dapat pula diketahui dengan
2. Pengukuran fisioterapi
1) VAS
(ujung kiri diberi tanda “no pai” dan ujung kanan diberi tanda “bad
diukur dari batas kiri sampai pada tanda yang diberi oleh pasien dan
33
itulah tingkat intensitas nyeri pasien. Skor tersebut dicatat dan digunakan
a) Pengertian
low back Index (juga dikenal sebagai Oswestry Low Back Pain
34
pasien. Tes ini dianggap sebagai 'uji baku' untuk gangguan
b) Sistem Skoring
sebagai berikut:
Contoh:
16 (jumlah gol)
Jika salah satu bagian yang tidak terjawab atau tidak berlaku skor
dihitung:
16 (jumlah gol)
pengukuran)
c) Interpretasi Skor
35
berisi rekomendasi untuk
dan berolahraga.
konservatif.
sekitar.
36
4 61% - Lumpuh Pasien dalam kelompok ini
lain.
keluhan keluhan.
Tabel 2.1
Interpretasi Skor Oswetry Disability Index
1. Intensitas Nyeri
37
1 = nyeri terasa buruk, tapi saya dapat menangani
2. Perawatan Diri
menambah nyeri
3. Mengangkat
menambah nyeri
38
1 = saya dapat mengangkat beda berat, tetapi
menambah nyeri
ringan
benda
4. Berjalan
berbagai jarak
km
seperempat km
39
5. Duduk
6. Berdiri
7. Tidur
pereda nyeri
40
3 = meskipun saya menggunakan obat pereda nyer,
8. Kehidupan sosial
saya bertambah
nyeri
9. Bepergian
menambah nyeri
menambah nyeri
41
5 = nyeri menghambat saya bepergian kecuali
menyebabkan nyeri
pekerjaan ringan
pekerjaaan/rumah tangga
Total Skor
Tabel 2.2
Interpretasi Skor Oswetry Disability Index
0 – 20 : cacat minimal
42
81-100 : Merasakan gejala nyeri yang hebat
a. Pengertian
nyeri dan memperbaiki otot – otot yang mengalami kontraktur. Hal ini
43
frekuensi yang lebih tinggi lagi diperlukan suatu tabung khusus yang
Untuk itu mesin dilengkapi dengan tombol pemanasan agar mesin tetap
dalam posisi dosis nol antara pengobatan satu dengan yang berikutnya.
Pada posisi tersebut tabung tetap mendapatkan arus listrik, tetapi dosis ke
et al, 2016).
Kawat dan selubung logam tadi berjalan sejajar dan membentuk sebagai
semacam ini diperlukan untuk arus frekuensi yang sangat tinggi dan
44
yang bermacam-macam dan ukuran serta sifat energi elektromagnetik
terdpat jarak berupa udara. Pada emitter yang berbulat maka medan
juga disebabkan oleh penyerapan jaringan. Jarak antara kulit dan emitter
tergantung pada beberapa faktor antara lan jenis emitter, output mesin
yang lebih luas diperlukan jarak yang lebih jauh dan memerlukan mesin
d. Efek Fisiologis
1) Perubahan Temperature
temperatur 1ºC.
b) Reaksi General
45
Kemungkinan terjadi kenaikan temperature tetapi perlu
aplikasinya lokal.
2) Konsensual Efek
dan darah.
3) Jaringan Ikat
± 3 cm.
4) Jaringan Otot
metabolism otot.
e. Efek Terapeutik
46
2) Penyembuhan Luka Pada Jaringan Lunak
fisiologis.
3) Kontraktur Jaringan
a) Indikasi
b) Kontraindikasi
47
(3) Area ischemia dan efusi sendi
alat-alat intrauterine.
a. Definisi
48
yang merelaksasi pada otot tanpamenimbulkan nyeri dan kerusakan
sebanyak 6 kali.
yang sama memicu reaksi golgi tendon organ. Impuls saraf afferent
49
motorneuron efferent dan oleh karena itu terjadi pencegahan
cord) dan pada waktu yang sama menghalangi motor neuron otot
50
antagonis sehingga disebut reciprocal inhibition. Saat agonis
1) Indikasi
mengalamikelemahan.
artikular.
2) Kontraindikasi
(c) Osteoporosis
a. Defenisi
posisi dan gerakan batang badan melalui panggul dan kaki sehingga
51
merujuk kepada daerah Lumbo-Pelvic-Hip kompleks, Core menjadi
daerah awal dari semua gerakan, dan juga berkenaan dengan titik tumpu
Otot utama dari Core Muscle antara lain adalah otot panggul,
b. Tujuan
menjadi tua.
52
1) Indikasi
Gangguan Stabilitas
2) Kontraindikasi
c) Spinal fraktur
d) Masalah kardiovaskular
d. Teknik pelaksanaan
1) Gerakan 1
2) Gerakan 2
53
lengan / siku dan kaki di sisi yang sama. Pegang ini posisi selama
3) Gerakan 3
hamstring, glutes, dan low back Anda untuk mengangkat kaki lurus
sisi.
54
4) Gerakan 4
dan lutut ditekuk hingga 90 derajat dengan kaki rata di lantai dan
4. Mc Kenzie Exercise
a. Defenisi
55
dan untuk peregangan ditunjukan untuk otot - otot ekstensor punggung
(McKenzie, 2008).
b. Tujuan
adalah:
1) Indikasi
2) Kontraindikasi
a) Fraktur
d. Teknik Pelaksanaan
1) Gerakan 1
56
rileks (deep breathing) (Handika M, 2017). Gerakan ini dapat dilihat
2) Gerakan 2
Posisi tidur terungkap dengan posisi kepala dan badan bagian atas
57
akibat dorongan lengan, gerakan ini dilakukan dan ditahan selama 8
4) Gerakan 4
58
5) Gerakan 5
dilakukan dan ditahan selama 5-8 hitungan (5-8 detik) dengan 8 kali
6) Gerakan 6
dilakukan dan ditahan selama 5-8 hitungan (5-8 detik) dengan 8 kali
59
Gambar 2.23 Seated&Flex with Hands Behind Seat
Mc Kenzie Methode
(Amy Romano, 2013)
60
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
Nama : Ny. S
Usia : 56 Tahun
Pekerjaan : Perawat
B. Anamnesis Khusus
kedua tungkainya.
61
Vital Sign
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36 ◦C
C. Inspeksi/observasi
62
2. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
c. TIMT
63
E. Pemeriksaan Spesifik Dan Pengukuran Fisioterapi
1. VAS
2. Tes Palpasi
Hasil :
3. Slump test
Tujuan:
Prosedur tes :
64
Posisi pasien duduk tegak dan kedua tangan berada dibelakang tubuh
fleksi, pasien diminta ekstensi knee, 6) jika pasien tidak mampu ekstensi
knee (karena nyeri) maka tekanan pada kepala dipindahhkan pada bahu
kanan kiri.
Interpretasi :
menammbah gerakan ekstensi knee atau nyeri berkurang, berarti tes positif.
(Magee, 2014).
65
Hasil : Positif.
Prosedur tes :
pasif menggerakkan tungkai pasien yang dites kearah fleksi hip dan
ekstensi knee.
Positif tes :
Jika nyeri terutama dirasakan pada pinggang maka lebih kearah disc.
herniation atau penyebab patologi penekanan pada sisi sentral, jika nyeri
Interpretasi :
Hasil : Positif
66
Kanan Kiri
47o 63o
Keterangan :
30o – 70o : Timbul nyeri kejut sepanjang dermatom dan akar sarafnya yang
terkompresi
90o : Timbul nyeri pada bagian tungkai pasien terutama pada betis
5. Bragard’s Test
Tujuan :
Tes untuk mengidentifikasi patologi pada dura meter atau lesi pada
spinal cord.
Prosedur tes
Sama seperti Lasegue’s test dimana bedanya pada Bragard’s test, terapis
Positif tes :
kedunya mengindikasikan penguluran pada dura mater dari spinal cord atau
lesi pada spinar cord (seperti: disc herniation, tumor, meningitis), tetapi jika
nyeri tidak meningkat dengan fleksi cervical mengindikasikan lesi pada area
67
Hasil : Positif
6. Quadrant Test
Pasien dalam keadaan berdiri. Terapis mempalpasi ilium dari sisi yang
berlawanan dari yang ingin di test. Pasien diarahkan oleh fisioterapis untuk
Hasil : Positif
68
Hasil : Positif
a. Patrick Test
Tujuan :
Prosedur tes :
pada tungkai yang tidak dites dengan menggunakan satu tangan dan
tangan satunya pada sisi medial knee pasien yang dites, memberikan
yang sama pada tungkai pasien yang satunya. Positif tes jika lokasi
69
nyeri berkorespondensi terhadap disfungsi pada area hip, lumbar,
Tujuan :
piriformis.
Prosedur tes :
70
selanjutnya secara pasif menggerakkan tungkai pasian ke arah fleksi
Positif tes :
Hasil : Negatif
1. Intensitas Nyeri :1
2. Perawatan Diri :3
3. Mengangkat :3
4. Berjalan :3
5. Duduk :3
6. Berdiri :3
7. Tidur :5
8. Kehidupan Sosial :2
71
9. Berpergian :1
Hasil : 7
Hasil MRI
- Spondylosis cervicothoracolumbalis.
- Bulging disc ringan ke posterior ( broad base ) pada level C5 –C6 yang
thoracal sac.
1. Diagnosa
2. Problematik Fisioterapi
72
a. Anatomical / Fungsional Impairmant
b. Activity Limitation
c. Participation Restriction
masyarakat.
1. SWD
73
Prosedur :
- Dosis :
F : 3 Kali seminggu
I : 50 W
T : Metode segmental
T : 10 menit
Prosedur :
- Posisi Pasien : pasien side lying dengan salah satu kaki di atas, dan
74
b. Otot quadratus lumborum
Prosedur :
75
- Dosis
F : Setiap hari
I : Penguluran maksimal
T : Kontak langsung
3. McKenzie Exercise
Prosedur :
- Dosis :
F : Setiap hari
I : Penguluran max
T : Kontak langsung
T : 8x hitungan
76
4. Core stabilty
yang sesuai. Pasien menarik perutnya ke atas dan ke atas di pusar tanpa
- Dosis
F : Setiap hari
I : Kontraksi max
T : Kontak langsung
T : 8x hitungan
77
5. Edukasi
- Menjaga postur tubuh yang benar pada saat berdiri ataupun duduk
I. Evaluasi Fisioterapi
intervensi yang diberikan kepada pasien maka diperoleh hasil berupa penurunan
nyeri dan kemampuan aktivitas dari pasien yang mulai membaik seperti nilai
VAS yang awalnya nilai 8 menjadi 7 dan nilai ODI yang awalnya 26 sekarang
menjadi 23.
78