PENDAHULUAN
Dalam bahasa Inggris kedokteran. nyeri pinggang dikenal sebagai Low
Back Pain, secara anatomi pinggang adalah daerah tulang belakang L1 sampai
tulang sacrum dan otot-otot sekitarnya. Daerah pinggang mempunyai fungsi
penting pada tubuh manusia, yaitu membuat tubuh berdiri tegak, untuk
pergerakan, dan melindungi beberapa organ penting yang ada di dalamnya.
Peranan otot-otot erektor truski adalah memberikan tenaga imbangan ketika
mengangkat benda. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau herniasi diskus
intervertebralis, yang sering pula disebut sebagai Lumbar Disc Syndrome atau
Lumbosacral radiculopathies adalah penyebab tersering nyeri pugggung bawah
yang bersifat akut, kronik atau berulang. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah
suatu penyakit dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel
disc atau Nucleus Pulposus) mengalami tekanan di salah satu bagian posterior
atau lateral sehingga nucleus pulposus pecah dan luruh sehingga terjadi
penonjolan melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan mengakibatkan
penekanan radiks saraf.1,2
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari
nyeri punggung yang penting. Hernia nucleus pulposus sering terjadi pada pria
dan wanita dewasa dengan insden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5. Hampir
80% dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian besar HNP terjadi pada diskus
L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya sekitar 20% dari insiden HNP.2
Gejala dari HNP biasanya sulit dibedakan dengan gangguan spinal atau nyeri
punggung lainnya. Untuk penanganan yang efektif diperlukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang lengkap. Diperlukan pula pengertian tentang perjalanan
alamiah dan kemungkinan terjadinya radikulopati, kemungkinan perbaikan secara
spontan, dan peranan pemeriksaan imaging serta indikasi rujuk ke spesialis.
Pada paper ini akan dibahas mengenai Hernia Nukleus Pulposus (HNP) yang
lebih ditekankan pada aspek klinis dan penatalaksanaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
1
ditahan satu sama lain oleh ligamen longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal
tidak begitu kokoh dan terdiri atas masing-masing arkus vertebra dengan lamina
dan pedikel yang diikat satu sama lain oleh berbagai ligament di antaranya
ligament interspinal, ligament intertansversa dan ligament flavum. Pada prosesus
spinosus dan transverses melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi
kolum vertebra (Snell, 2006)
Tulang belakang manusia adalah pilar atau tiang yang berfungsi sebagai
penyangga tubuh dan melindungi medulla spinalis. Pilar itu terdiri atas 33 ruas
tulang belakang yang tersusun secara segmental yang terdiri atas 7 ruas tulang
servikal (vertebra servikalis), 12 ruas tulang torakal (vertebra torakalis), 5 ruas
tulang lumbal (vertebra lumbalis), 5 ruas tulang sakral yang menyatu (vertebra
sakral), dan 4 ruas tulang ekor (vertebra koksigea) (Rizzo, 2001).
anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina,
kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat
otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae
antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint)
(Premkumar, 2004).
terbesar. Vertebra torakal berlingkup gerak sedikit karena adanya tulang rusuk
yang membentuk toraks, sedangkan vertebra lumbal mempunyai ruang lingkup
gerak yang lebih besar dari torakal tetapi makin ke bawah lingkup geraknya
semakin kecil (Premkumar, 2004).
Gambar 2.4.
Vertebra
Lumbalis
Kolumna
vertebralis
ini
terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari segmen anterior dan posterior
(Premkumar, 2004).
a. Segmen anterior, sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai
penyangga badan. Segmen ini meliputi korpus vertebrata dan diskus
intervebralis yang diperkuat oleh ligamentum longitudinale anterior di
bagian depan dan limentum longitudinale posterior di bagian belakang.
Sejak dari oksiput, ligament ini menutup seluruh bagian belakang diskus.
Mulai L1 gamen ini menyempit, hingga pada daerah L5-Si lebar ligament
hanya tinggal separuh asalnya.
b. Segmen posterior, dibentuk oleh arkus, prosesus transverses dan prosesus
spinosus. Satu dengan lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan
diperkuat oleh ligament serta otot. Setiap ruas tulang belakang terdiri atas
5
permukaan superior dan inferior prosessus uncinate terdapat pula sendi faset, lebih
dikenal dengan nama sendi uncovertebral dari Luschka joint of Luschka) yang
juga penting dalam biomekanikal dan stabilitas tulang vertebra (Premkumar,
2004).
Diskus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage
Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari
nukleus pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat
mengjungkit kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan
ekstensi columna vertebralis. Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun
nukleus pulposusnya adalah bangunan yang tidak peka nyeri (Premkumar, 2004).
Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan
(hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai
sifat sangat higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan
berperan menahan tekanan/beban. Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus
pulposus menurun dan diganti oleh fibrokartilago Sehingga pada usia lanjut,
diskus ini tipis dan kurang lentur, dan sukar dibedakan dari anulus. Ligamen
longitudinalis posterior di bagian L5-si sangat lemah, sehingga HNP sering terjadi
di bagian postero lateral. Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal
posterior makin mengecil sehingga pada ruang intervertebre L5-S1 tinggal
separuh dari lebar semula sehingga mengakibatkan mudah terjadinya kelainan
didaerah ini (Premkumar, 2004).
Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara
progresif dengan bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan
degenerasi yang ditandai dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai
berkurangnya kadar air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi
kurang elastic (Premkumar, 2004).
2.4 Etiologi
Penyebab utama terjadinya HNP adalah cidera, cidera dapat terjadi
karena terjatuh tetapi lebih sering karena posisi menggerakkan tubuh yang salah.
Pada posisi gerakan tulang belakang yang tidak tepat maka sekat tulang belakang
akan terdorong ke satu sisi dan pada saat itulah bila beban yang mendorong cukup
besar akan terjadi robekan pada annulus pulposus yaitu cincin yang melingkari
nucleus pulposus dan mendorong keluar sehingga disebut hernua nucleus
pulposus. Bisa juga terjadi karena adanya spinal stenosis, ketidakstabilan vertebra
karena salah posisi, mengangkat, pembentukan osteofit, degenerasi dari
kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya
elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nukleus hingga annulus. Menurut
gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus dapat terjadi dari nukleus yang hanya
terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus, nukleus berpindah
tempat tetapi masih di dalam lingkaran anulus fibrosus, nukleus keluar dari anulus
fibrosus, sampai nukleus yang keluar dan menembus ligamen. Nyeri yang terjadi
dapat disebabkan pelepasan asam arakidonat yang merangsang jaringan atau
melalui mekanisme neuropatic pain, yakni nyeri yang terjadi disebabkan
kerusakan langsung pada saraf. (Shedid, 2007, Reni H. Masduchi, 2011).
Selain itu, hernia nucleus pulposus juga bisa terjadi kerana HNP
biasanya terjadi sebagai akibat dari proses degeneratif. Leher dan punggung
menerima stres dan tekanan dari berat tubuh, dan ini dapat menyebabkan diskus
intervertebralis untuk memecah. Kondisi tulang belakang ini juga bisa terjadi pada
pasien yang lebih muda yang kelebihan berat badan, berpartisipasi dalam olahraga
berdampak tinggi atau terus mengangkat benda berat.
2.5 Patofisiologi
Hernia nukleus Pulposus dapat disebabkan oleh proses degeneratif dan
trauma yang dapat diakubatkan (jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang
seperti mengangkat benda berat) yang berlangsung dalam waktu yang lama.
Diskus intervertebralis merupakan jaringan yang terletak antara kedua tulang
vertebra yang dilingkari oleh annulus fibrosus yang terdiri atas jaringan
konsentrik dan fibrikartilago dimana didalamnya terdapat substansi setengah cair
(nucleus pulposus) yang mengandung berkas-berkas serat kolagenosa, sel jaringan
ikat, dan sel tulang rawan. Bahan ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock
absorver) antara korpus vertebra yang berdekatan dan berperan penting dalam
pertukaran cairan antara diskus dan kapiler. Diskus intervertebral ini membentuk
sekitar seperempat dari panjang keseluruhan kolumna vertebralis. Diskus paling
tipis terletak di region lumbalis. Seiring dengan bertambahnya usia, kandungan air
diskus berkurang (dari 90% pada masa bayi menjadi 70% pada lanjut usia) dan
diskus menjadi lebih tipis sehingga resiko terjadinya HNP menjadi semakin besar.
Selain itu serat-serat menjadi lebih kasar dan mengalami hialinisasi, yang ikut
berperan menimbulkan perubahan yang menyebabkan HNP melalui annulus yang
disertai penekanan saraf spinalis. Dalam herniasi diskus interverteberalis, nukleus
dari diskus menonjol kedalam annulus (cincin fibrosa sekitas diskus) dengan
akibat kompresi saraf. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan
kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di
annulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh,
kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat benda berat dalam
waktu yang lama) kartilago dapat cedera, kapsulnya mendorong kea rah medulla
spinalis yang memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap saraf spinal
saat muncul dari kolumna spinal. Sebagian besar herniasi diskus terjadi di daerah
lumbal di antara ruang lumbal ke 4 dan 5 atau lumbal ke 5 ke S1, hal ini terjadi
karena daerah inilah yang paling berat menerima tumpuan berat badan saat
beraktivitas. Arah tersering herniasi adalah posterolateral. Karena akar saraf
daerah lumbal miring ke bawah sewaktu keluar melalui foramen saraf (Price,
2005, Brunner 2001, Rasjad, 2003))
10
2.6 Diagnosis
Diagnosis Hernia Nukleus Pulposus ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan neurologi dan pemeriksaan penunjang.
(kreiner et all, 2012).
A. Anamnesis
Dalam anamnesis perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya, bagaimana mulai
timbulnya, lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri didahului
11
12
Tes Siccard
Tes Siccard dilakukan dengan posisi sama seperti tes Braggard
namun dengan ibu jari didorong maksimal kea rah atas
13
atau
penyempitan
memperlihatkan
sela
perubahan
intervertebral
(Ramachandran, 2013).
Foto Kaudografi
14
dan
degeneratif
dengan
pembentukan
osteofit
15
Gambar 2.11 CT
myelogram sagittal
memperlihatkan
pelebaran,
kalsifikasiekstrusi
diskus posterior
yang menyebabkan
penekanan pada
spinal cord.
MRI
Untuk membuktikan HNP dan menentukan lokasinya. MRI mampu
memperlihatkan daerah yang terkena HNP dengan jelas dan
mengevaluasi struktur jsoft tissue yang lebih baik daripada modalitas
radiologi lainnya. Pada MRI tidak ada tindakan invasif dan tidak
melibatkan radiasi dalam pemeriksaannya, namun proses foto cukup
lama dan biaya besar. MRI terutama bermanfaat untuk diagnosis
kompresi medulla spinalis atau kauda ekuina. MRI merupakan
standar baku emas untuk HNP namun alat ini sedikit kurang teliti
daripada CT Scan dalam mengevaluasi gangguan radiks saraf. MRI
dapat dijadikan sebagai modalitas dalam menentukan prognosis.
Pada MRI, HNP muncul sebagai fokal, tonjolan asimetris diskus
yang melampaui batas-batas anulus. Pada MRI sagittal, pada HNP
dengan degenerasi facet keluar akar saraf pada neural foramen dapat
terlihat jelas. Selain itu fragmen bebas pada diskus mudah terdeteksi
pada MRI. (Autio, 2006, Ramachandran, 2013, OConnell, 2003)
16
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada HNP (Hernia Nukleus Pulposus) meliputi terapi
konservatif dan pembedahan.
1. Terapi Konservatif
Penatalaksanaan secara konservatif penting dalam perawatan pasien
dengan
HNP.
Pembedahan
biasanya
tidak
diindikasikan
sampai
namun
tirah
baring
yang
berkepanjangan
tidak
18
Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat
Latihan
19
tegak dan lurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke
pinggir tempat tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat
panggul dan berubah ke posisi duduk. Pada saat akan berdiri
20
atau
interlaminar
(misalnya,
methylprednisolone).
21
mengurangi
tekanan
terhadap
nervus.
Discectomy
dengan semihemilaminektomi.
Setelah akar saraf teridentifikasi, semua ligament dan akar saraf
dibersihkan. Refraktor akar saraf digunakan untuk memotong akar
dalam.
Lalu disektomi dapat dilakukan melalui refraktor tubular tersebut.
2.9 Komplikasi
Komplikasi jarang terjadi pada beberapa kasus, kemungkinan komplikasi
yang dapat terjadi yaitu:6
1. Nyeri tulang belakang kronik
2. Nyeri tulang belakang permanen (sangat jarang)
3. Hilangnya sensasi atau pergerakan di tungkai atau kaki
4. Menurunnya atau hilangnya fungsi dari usus dan kandung kemih
2.10 Prognosis
Umumnya prognosis baik dengan pengobatan yang konservatif. Presentasi
rekurensi dari keadaan ini sangat kecil. Tetapi kadang-kadang pada sebagian
orang memerlukan waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun untuk memulai
lagi aktivitasnya tanpa disertai rasa nyeri dan tegang pada tulang belakang.
Keadaan tertentu (misalnya dalam bekerja) yang mengharuskan pengangkatan
suatu benda maka sebaiknya dilakukan modifikasi untuk menghindari rekurensi
nyeri pada tulang belakang. Pasien yang menjalani pembedahan 90% membaik
terutama nyeri pada tungkai, kemungkinan terjadinya kekambuhan sebanyak 5%.
6
24
BAB III
SIMPULAN
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nucleus
pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan kearah kanalis spinalis
melalui annulus fibrosus yang robek. Hernia nucleus pulposus sering terjadi pada
pria dan wanita dewasa dengan insden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5.
Penyebab utama terjadinya HNP adalah cidera, cidera dapat terjadi karena terjatuh
tetapi lebih sering karena posisi menggerakkan tubuh yang salah.
Penyebab
lainnya yaitu adanya spinal stenosis, ketidakstabilan vertebra karena salah posisi,
mengangkat, pembentukan osteofit, degenerasi dari kandungan tulang rawan
annulus dan akibat dari proses degeneratif. Diagnosis HNP ditegakkan melalui
anmnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan HNP dapat dilakukan secara konservatif dan
pembedahan. Pembedahan diindikasikan apabila terapi konservatif gagal untuk
mengurangi gejala-gejala yang dialami pasien , memiliki sindrom cauda equine
atau terdapat defisit neurologis yang progresif. Komplikasi pada HNP hanya
terjadi pada beberapa kasus. Umumnya prognosis baik dengan pengobatan yang
konservatif. Presentasi rekurensi dari keadaan ini sangat kecil. Pasien yang
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Kreiner S, Hwang S, Easa J, Resnick D.K et all. 2012. Clinical Guidelines
for Multidisciplinary Spine Care Diagnosis and Treatment of Lumbar Disc
Herniation with Radiculopathy. USA. North American Spine Society.
26