Anda di halaman 1dari 29

http://med.unhas.ac.

id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-4_Hernia-Nucleus-
Pulposus.pdf

http://eprints.ums.ac.id/35747/1/naskah%20publikasi.pdf

FISIOTERAPI PADA HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)


LUMBAL

APA ITU HNP ?


HNP adalah suatu kondisi dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke
dalam kanalis vertebra atau rupture pada diskus vertebra yang diakibatkan oleh
menonjolnya nucleus pulposus yang menekan annulus fibrosus yang menyebabkan
kompresi pada saraf, sehingga meninmbulkan adanya gangguan neurologi. HNP
pada bagian lumbal, lebih sering terjadi pada segmen L5-S1 atau L4-L5.

Gambar 1. HNP

Herniasi pada diskus intervertebra lumbal lebih mudah terjadi daripada herniasi pada cervical
ataupun torakal. Herniasi diskus lumbal lebih sering terjadi pada arah centrolateral dan
dengan demikian mengkompresi akar saraf satu level dibawahnya. Sehingga, herniasi diskus
L4-L5 biasanya mengkompres akar saraf L5.

Derajat HNP :
Bulging
Protrusion
Ekstrusio
Sekuestrasi
Gambar 2. stage of HNP

PEMERIKSAAN FISIK

Vertebral Syndrome:
Kurva lordosis lumbal menjadi flat/datar
Skoliosis
Mobilitas lumbal menurun (tes schober kurang dari 10-15 cm, peningkatan jarak
finger to floor pada maksimal bending)
Nyeri saat bergerak
Tenderness pada prosessus spinosus
Tenderness pada paravertebra
Tanda-Tanda Iritasi Saraf
Test lasegue positif
Terkadang, test reverse lasegue juga positif (jika herniasi luas atau fragmen
intraspinal)
Tenderness pada Valleix Pressure Point
Tes neri positif
Deficit
Motorik (gluteus maksimus, ekstensor lutut, dorsiflexor dan plantarflexor kaki )
Atrofi otot (thigh and calf)
Sensorik (bandlike, radikular; anterior thigh/shin, dorsum dan lateral kaki)
Reflex (reflex Quadriceps melemah, reflex Achilles bisa jadi hilang)
Gangguan sphincteric, terutama perkemihan (jika dicurigai terdapat kompresi cauda
equine, cek saddle anesthesia)
INTERVENSI FISIOTERAPI
Mengurangi nyeri ; Heating (IRR/SWD), Interferensal Therapy, NMT
Koreksi postur, stabilisasi, reposisi HNP ; Bugnet, Mc Kenzie, Neural Mobilization
dan Bridging Exc
Kelemahan otot : Strengthening exc
Gang. ADL : ADL exc/PNF.
http://monaziters.blogspot.co.id/2015/11/fisioterapi-pada-hernia-nukleus.html

Sabtu, 23 Juli 2011

Hernia Nukleus Pulposus ( HNP )


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kira-kira 80% penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan nyeri punggung

bawah. Pada setiap saat lebih dari 10 % penduduk menderita nyeri pinggang.

Insidensi nyeri pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang 15-20% dari

total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik,

termasuk tipe benigna. Penelitian kelompok studi nyeri PERDOSSI Mei 2002

menunjukkan jumlah penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien

nyeri.
Studi populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2%

pada pria dan 13,6% pada wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang

insidensinya sekitar 5,4 5,8%, frekwensi terbanyak pada usia 45-65 tahun.

Biasanya nyeri pinggang membutuhkan waktu 6-7 minggu untuk penyembuhan baik

terhadap jaringan lunak maupun sendi, namun 10% diantaranya tidak mengalami perbaikan

dalam kurun waktu tersebut. Hal ini pastilah sangat mengganggu, bukan hanya menimbulkan

rasa tidak nyaman atau sakit, tapi juga menghambat produktifitas di kehidupan sehari-hari.

Nyeri punggung bawah merupakan gejala, bukan suatu diagnosis. Nyeri punggung

merupakan kelainan dengan berbagai etiologi dan membutuhkan penanganan simtomatis serta

rehabilitasi medik. Banyak sekali penyebab nyeri pinggang pada manusia, bisa karena infeksi

pada otot atau tulang belakang, trauma atau benturan yang hebat pada pinggang, kelainan
pada tulang belakang, dll. Salah satu yang cukup sering menyebabkan nyeri pinggang adalah

yang dinamakan Herniated Nucleus Pulposus (HNP).

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)

adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke

dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus) atau ruptur pada diskus vebrata yang

diakibatakan oleh menonjolnya nukleus pulposus yang menekan anulus fibrosus

yang menyebabkan kompresi pada syaraf, terutama banyak terjadi di daerah

lumbal dan servikal sehingga menimbulkan adanya gangguan neurologi (nyeri

punggung) yang didahului oleh perubahan degeneratif pada proses penuaan.

B. ANATOMI

Diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari

servikal sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan

peredam kejut (shock absorber).

Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu:

1. Anulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:


Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilangkonsentris

mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan menyerupai

gulungan per (coiled spring)

Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus

Daerah transisi.

Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal posterior makin mengecil

sehingga pada ruang intervertebra L5-S1 tinggal separuh dari lebar semula

sehingga mengakibatkan mudah terjadinya kelainan didaerah ini.

2. Nucleus Pulposus

Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan (hyaluronic

long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangat higroskopis.

Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan/beban.

Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara progresif dengan

bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang ditandai dengan

penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai berkurangnya kadar air dalam nucleus

sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang elastic.


Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:
Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu

menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1.

Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi.

Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi

L5-S1. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum

longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arah

herniasi yang paling sering adalah postero lateral.

C. ETIOLOGI

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya HNP adalah sebagai berikut :

1. Riwayat trauma

2. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam

waktu lama.

3 Sering membungkuk.

4 Posisi tubuh saat berjalan.

5 Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).

6 Struktur tulang belakang.

7 Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang.

D. EPIDEMIOLOGI
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 S1 kemudian pada C5-C6 dan paling

jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi

kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. Dengan insidens Hernia lumbosakral

lebih dari 90% sedangkan hernia servikalis sekitar 5-10%.

E. PATOFISIOLOGI

Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan

perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein

polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus.

Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada

herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang

seperti mengangkat) kartilago dapat cedera.

Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala

ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun

tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis

atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau

terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.

Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus

menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan

dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengah-

tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak

terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi

pada kolumna anterior.


Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis

mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.

Patofisiologi HNP
F. KLASIFIKASI

1. Hernia Lumbosacralis

Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi

perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang.

Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong

ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi,

nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis

vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus,

biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai

menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf.

2. Hernia Servikalis

Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma vertebralis

servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-otot leher spastik,

kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara
tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol

keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri

radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.

3. Hernia Thorakalis

Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya terdiri

dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya

anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya

mendadak dengan paraparese.

Penonjolan pada sendi intervertebral thorakal masih jarang terjadi (menurut love dan

schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thorakal paling

bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau

bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.

G. MANIFESTASI KLINIS

o Ischialgia. Nyeri bersifat tajam, seperti terbakar, dan berdenyut sampai ke bawah

lutut.

Ischialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus sampai ke

tungkai.

o Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal.

o Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patella

(KPR) dan Achilles (APR).


o Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan

fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan

tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.

o Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat benda berat, membungkuk

akibat bertambahnya tekanan intratekal.

o Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi

yang sehat.

Menurut Deyo dan Rainville, untuk pasien dengan keluhan LBP dan nyeri yang dijalarkan

ke tungkai, pemeriksaan awal cukup meliputi:

1. Tes laseque

2. Tes kekuatan dorsofleksi pergelangan kaki dan ibu jari kaki. Kelemahan

menunjukkan gangguan akar saraf L4-5

3. Tes refleks tendon achilles untuk menilai radiks saraf S1

4. Tes sensorik kaki sisi medial (L4), dorsal (L5) dan lateral (S1)

5. Tes laseque silang merupakan tanda yang spesifik untuk HNP.

Bila tes ini positif, berarti ada HNP, namun bila negatif tidak berarti tidak ada HNP.

Pemeriksaan yang singkat ini cukup untuk menjaring HNP L4-S1 yang mencakup 90% kejadian

HNP. Namun pemeriksaan ini tidak cukup untuk menjaring HNP yang jarang di L2-3 dan L3-4

yang secara klinis sulit didiagnosis hanya dengan pemeriksaan fisik saja.

Gejala masing-masing tipe HNP berbeda-beda :

a. Henia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan

periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan

tertentu, ketegangan, hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga

kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada

tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri

menjalar kedalam bokong dan tungkai. Low back pain ini disertai rasa nyeri yang

menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks

mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk

skilosis lumbal.

Syndrom sendi intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri :

1. Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.

2. Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki

3. Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks

Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :

1. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan tungkai yang sakit,

pada tungkai ini timbul nyeri.

2. Tess Naffziger : Penekanan pada vena jugularis bilateral.

3. Tes Lasegue

4. Tes Valsava

5. Tes Patrick
6. Tes Kontra Patrick

Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai atas dan

bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari muskulus

ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.

b. Hernia servicalis

- Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis)

- Atrofi di daerah biceps dan triceps

- Refleks biceps yang menurun atau menghilang

- Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.

c. Hernia thorakalis

- Nyeri radikal

- Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang paraparesis

- Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia

H. FAKTOR RESIKO

Faktor risiko yang tidak dapat dirubah

Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi

Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita


Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya

Faktor risiko yang dapat dirubah

Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik

barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung,

latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.

Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang

berat dalam jangka waktu yang lama.

Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk

menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.

Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat

menyebabkan strain pada punggung bawah.

Batuk lama dan berulang

I. GAMBARAN RADIOLOGIS

Dapat dilihat hilangnya lordosis lumbal, skoliosis, penyempitan intervertebral, spur

formation dan perkapuran dalam diskus.

Bila gambaran radiologik tidak jelas, maka sebaiknya dilakukan punksi lumbal yang

biasanya menunjukkan protein yang meningkat tapi masih dibawah 100 mg %.

J. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum,

pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang. Adanya riwayat mengangkat

beban yang berat dan berulang, timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya

berdasarkan lokasi terjadinya herniasi. Diagnosa pada hernia intervertebral ,

kebocoran lumbal dapat ditemukan secepat mungkin. Pada kasus yang lain, pasien

menunjukkan perkembangan cepat dengan penanganan konservatif dan ketika

tanda-tanda menghilang. Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam

menentukan suatu lokalisasi yang akurat.

1. Anamnesis

Dalam anamnesis perlu ditanyakan kapan dan bagaimana mulai timbulnya,

lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali kegiatan

fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma sebelumnya

dan apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Adanya riwayat

mengangkat beban yang berat dan berulangkali, timbulnya low back

pain. Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya herniasi.

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi :

Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:

o Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.

o Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri

pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang
terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan

pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada

fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).

o Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh

membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke

suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang

ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.

Palpasi :

Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu keadaan

psikologis di bawahnya (psychological overlay).

Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada

ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus

sambil melihat respons pasien. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan

untuk mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada

kelainan neurologis.

Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan

L3. Refleks tumit predominan dari S1.

Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia

yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari

pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau

LMN.
Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan

kedua sisi untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan

memperhatikan miotom yang mempersarafinya.

Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena

membutuhkan perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti

diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom

yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi

lokalisasi dibanding motoris.

3. Laboratorium:

Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED), kadar Hb,

jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.

4. Pemeriksaan Radiologis :

Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang

dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan

degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang

terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu

skoliosis akibat spasme otot paravertebral.

CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis

telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.


MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan

berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap

memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.

MRI sangat berguna bila:

o vertebra dan level neurologis belum jelas

o kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak

o untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi

o kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

K. DIAGNOSIS BANDING

1 Tumor tulang spinalis yang berproses cepat, cairan serebrospinalis yang berprotein tinggi. Hal

ini dapat dibedakan dengan menggunakan myelografi.

2. Arthiritis

3. Anomali colum spinal.

L. TERAPI

a. Terapi Konservatif

Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik pasien dan

melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan. 90% pasien akan

membaik dalam waktu 6 minggu, hanya sisanya yang membutuhkan pembedahan.

Terapi konservatif untuk HNP meliputi:


1. Tirah baring

Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama yang

dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien

dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa.

Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan

punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan

memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.

2. Medikamentosa

Analgetik standar (parasetamol, kodein, dan dehidrokodein yang diberikan

tersendiri atau kombinasi).

NSAID : penghambat COX-2 (ibuprofen, naproxen, diklofenak) dan penghambat COX-

2 (nabumeton, etodolak, dan meloxicam).

Analgesic kuat : potensi sedang (meptazinol dan pentazosin), potensi kuat

(buprenorfin, dan tramadol), dan potensi sangat kuat (diamorfin dan morfin).

Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat

dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi

3. Terapi fisik

4. Traksi pelvis

Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti bermanfaat.

Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring dan korset

saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.


5. Diatermi/kompres panas/dingin

Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada

keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk

nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.

6. Korset lumbal

Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk mencegah

timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat

mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi spasme.

7. Latihan

Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung seperti jalan kaki,

naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan

untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak.

Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah

semakin meningkat.

8. Latihan kelenturan

Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya vertebra lumbosakral tidak sepenuhnya

lentur. Keterbatasan ini dapat dirasakan sebagai keluhan kencang. Latihan untuk kelenturan

punggung adalah dengan membuat posisi meringkuk seperti bayi dari posisi terlentang. Tungkai

digunakan sebagai tumpuan tarikan. Untuk menghasilkan posisi knee-chest, panggul diangkat

dari lantai sehingga punggung teregang, dilakukan fleksi bertahap punggung bawah bersamaan
dengan fleksi leher dan membawa dagu ke dada. Dengan gerakan ini sendi akan mencapai

rentang maksimumnya. Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali gerakan, 2 kali sehari.

9. Latihan penguatan

Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang dari

posisi berbaring.

Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali

diluruskan dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).

Latihan mengangkat panggul: Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan

punggung fleksi, kaki bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada

lantai dan panggul diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang

bertumpu pada lantai. Latihan ini untuk meningkatkan lordosis vertebra lumbal.

Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian

punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga

punggung menekan dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps.

Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring penting karena otot

hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral termasuk

pada anulus diskus posterior, ligamen dan otot erector spinae. Latihan dilakukan

dari posisi duduk, kaki lurus ke depan dan badan dibungkukkan untuk berusaha

menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri.

Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki,

kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini

dilakukan 10 kali.
Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut,

meluruskan kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan

tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini diulang 10 kali.

Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik

untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.

Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut:

o Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus.

Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.

o Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat

tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke

posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu

posisi berdiri.

o Pada posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser

posisi panggul.

o Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan

diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.

o Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok,

punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan

punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang

diangkat dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.

o Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki

harus berubah posisi secara bersamaan.


o Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc

duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat

bangkit.

Dengan melakukan latihan setiap hari, atau setidaknya 3-4 kali/minggu secara teratur maka

diperkirakan dalam 6-8 minggu kekuatan akan membaik sebanyak 20-40%.

b. Terapi Operatif

Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit

neurologik.

Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:

Defisit neurologik memburuk.

Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).

Paresis otot tungkai bawah.

Terapi Konservatif gagal

1. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus

intervertebral

2. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada

kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis,

mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula

dan radiks
3. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra

4. Disektomi dengan peleburan : Graf tulang (Dari krista illaka atau bank tulang)

yang digunakan untuk menyatukan dengan prosessus spinosus vertebrata. Tujuan

peleburan spinal adalah untuk menstabilkan tulang belakang dan mengurangi

kekambuhan.

Berdasar lokasi herniasi penatalaksanaan dapat dibedakan menjadi :

a. Hernia Lumbosacralis

Pada fase akut, pasien tidur diatas kasur yang keras beralaskan papan

dibawahnya. Traksi dengan beban mulai 6 Kg kemudian berangsur-angsur dinaikkan

10 Kg. pada hernia ini dapat diberikan analgetik salisilat

b.Hernia Servicalis

Untuk HNP sevicalis, dapat dilakukan traksi leher dengan kalung glisson,

berat beban mulai dari 2 Kg berangsur angsur dinaikkan sampai 5 Kg. tempat tidur

dibagian kepala harus ditinggikan supaya traksi lebih efektif.

Untuk HNP yang berat, dapat dilakukan terapi pembedahan pada daerah

yang rekuren. Injeksi enzim chympapim kedalam sendi harus selalu diperhatikan.

M. KOMPLIKASI
1) Kelemahan dan atrofi otot

2) Trauma serabut syaraf dan jaringan lain

3) Kehilangan kontrol otot sphinter

4) Paralis / ketidakmampuan pergerakan

5) Perdarahan

6) Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal

N. PROGNOSIS

Terapi konservatif yang dilakukan dengan traksi merupakan suatu

perawatan yang praktis dengan kesembuhan maksimal. Kelemahan fungsi

motorik dapat menyebabkan atrofi otot dan dapat juga terjadi pergantian kulit.

KESIMPULAN

Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI) adalah suatu

keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis

(protrusi diskus) atau ruptur pada diskus vebrata yang diakibatakan oleh menonjolnya nukleus

pulposus yang menekan anulus fibrosus yang menyebabkan kompresi pada syaraf, terutama

banyak terjadi di daerah lumbal dan servikal sehingga menimbulkan adanya gangguan

neurologi (nyeri punggung) yang didahului oleh perubahan degeneratif pada proses penuaan.

HNP dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu hernia lumbosacralis, hernia thoracalis,

dan hernia cervicalis. Masing-masing hernia tersebut memiliki gejala yang berbeda-beda,
tergantung dari radix syaraf yang lesi. Namun, gejala yang paling sering adalah ischialgia, nyeri

biasanya bersifat tajam, seperti terbakar, berdenyut, dan menjalar sampai bawah lutut.

Untuk penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis,

pemeriksaan klinis umum, pemeriksaan neurologik, dan pemeriksaan penunjang.

Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan

radiologi, MRI, CT Scan, mielogram, elektromiografi

DAFTAR PUSTAKA

1. Aminoff, MJ et al. 2005. Lange medical book : Clinical Neurology, Sixth Edition,

Mcgraw-Hill.

2. Ropper, AH., Brown, Robert H. 2005. Adams & Victors Principles of Neurology, Eight

Edition, McGraw-Hill.

3. Mardjono Mahar dan Sidharta Priguna. 2004. neurologi Klinis Dasar. Dian

Rakyat:Jakarta.

4. Sidharta Priguna. 2004. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat:Jakarta

5. Benjamin, MA. 2009. Herniated Disk. UCSF Department of Orthopaedic Surgery. URL

: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000442.htm

6. Foster, Mark R. 2010. Herniated Nucleus Pulposus.

URL : http://emedicine.medscape.com/article/1263961-overview

7. Weinstein JN, Lurie JD, Tosteson TD, et al. Surgical vs nonoperative treatment for

lumbar disk herniation: the Spine Patient Outcomes Research Trial (SPORT)

observational cohort. JAMA. Nov 22 2006;296(20):2451-9.

URL : https://profreg.medscape.com/px/
8. Freedman, Kevin B. 2006. Herniated Nucleus Pulposus (Slipped Disk). VeriMed

Healthcare Network. URL : http://healthguide.howstuffworks.com/herniated-nucleus-

pulposus-slipped-disk-dictionary.htm

9. Nucleus Pulposus. Wikipedia, free encyclopedia.

URL : http://en.wikipedia.org/wiki/Nucleus_pulposus

10. Martin, Michael D. 2002. Pathophysiology of Lumbar Disc Degeneration: a review of

the literature.

URL : http://scottsevinsky.com/pt/reference/spine/lumbar/lumbar_disc_degeneration.

pdf

http://ferryfawziannor.blogspot.co.id/2011/07/hernia-nukleus-pulposus-hnp.html

Anda mungkin juga menyukai