Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahuluan / LP Hernia Nukleus pulposus (HNP)

1. Pengertian Hernia Nukleus pulposus (HNP)

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah gangguan yang melibatkan rupture annulus
pulposus (cincin luar diskus) sehingga nucleus pulposus menonjol (mengalami herniasi)
dan menekan akar saraf spinal, menimbulkan nyeri dan mungkin deficit neurologic.
Sebagian besar terjadi antara L4 dan L5, menekan akar saraf L5 atau antara L5 dan S1,
menekan akar saraf S1. (Price, 2008).
Hernia Nukleus pulposus (HNP) adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses
patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik). (Harsono,
2008).
Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)adalah
suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis
vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di
dalam kanalis vertebralis (rupture discus).

2. Etiologi

HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 –S1 kemudian pada C5-C6 dan paling
jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi
kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. HNP terjadi karena proses
degenratif diskus intervetebralis. Kandungan air diskus berkurang seiring bertambahnya
usia. Selain itu serat-serat menjadi lebih kasar dan mengalami hialinisasi, yang ikut
berperan menimbulkan perubahan yang menyebabkan herniasi nucleus pulposus melalui
annulus disertai penekanan akar saraf spinal. (Price, 2008)

3. Manifestasi Klinis

Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot
sekitar lesi dan nyeri tekan . HNP terbagi atas :
1. HNP sentral
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine
2. HNP lateral
Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra pantat dan betis,
belakang tumit dan telapak kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan
ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa
nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah
bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks
patela negatif. Sensibilitas [ada dermatom yang sdesuai dengan radiks yang terkena
menurun. Pada percobaan lasegue atau test mengnagkat tungkai yang lurus (straigh leg
raising) yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi panggul, akan
dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda lasefue positif). (Setyanegara, 2010)

4. Patofisiologi

Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel kartilago
yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus bergerak, cairan menjadi
padat dan rata serta melebar di bawah tekanan dan menggelembungkan annulus fibrosus.
Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus
pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteri radikulasi berada dalam
bungkusan dura. Hal ini terjadi bila penjebolan di sisi lateral. Bilamana tempat
herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks yang terkena.
Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai diskus
intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya anulus
fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya traumatik yang berkali-kali, berikutnya
robekan itu menjadi lebih besar dan disamping itu timbul sobekan radikal. Kalau hal ini
sudah terjadi, maka soal menjebolnya nukleus pulposus adalah soal waktu dan trauma
berikutnya saja.
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam
diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang
menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma *jatuh,
kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera. Pada
kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun
tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula
spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap
sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus
menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam
bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat
herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada
tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di
garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior.
Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami
lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.Diskus
Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara
tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul.
Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan
rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002).Diskus intervertebral dibentuk
oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang terdiri dari serabut halus dan longgar,
berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus
pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat.
Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah
lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan
dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya
disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat).
Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada
daerah servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada
anak-anak dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun.
Menjebolnya (hernia)nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di
bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian dari
nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos dan
dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radikal pada nucleus
fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schomorl merupakan
kelainan mendasari “low back pain”sub kronik atau kronik yang kemudian disusun oleh
nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai khokalgia atau siatika.

Pathway

Pathway HNP
5. Pemeriksaan Diagnostik
1. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang
2. M R I : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal
lumbal.
3. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada M R I
4. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang terkena.
5. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan urine untuk menyingkirkan kelainan-kelainan pada saluran kencing.
b) Pemeriksaan darah yaitu laju endap darah dan hitung diferensial untuk
menyingkirkan adanya tumor ganas, infeksi dan penyakit reumatik.

6. Penatalaksanaan Medik

1. Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan
mengubah defisit neurologik.
Jenis - jenis Pembedahan :
a) Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral
b) Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis
spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis,
mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan
radiks
c) Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
d) Disektomi dengan peleburan.

2. Immobilisasi
Immobilisasi dengan mengeluarkan kolor servikal, traksi, atau brace.

3. Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada
katrol dan beban.
4. Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan
jika perlu kortikosteroid.

5. Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS).


6. Terapi panas dingin.
Konsep Asuhan Keperawatan Hernia Nukleus pulposus (HNP)

Pengkajian
1. Anamnesa
Keluhan utama, riwayat perawatan sekarang, Riwayat kesehatan dahulu, Riwayat
kesehatan keluarga

2. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian terhadap masalah pasien terdiri dari awitan, lokasi dan penyebaran
nyeri, parestesia, keterbatasan gerak dan keterbatasan fungsi leher, bahu dan ekstremitas
atas. Pengkajian pada daerah spinal servikal meliputi palpasi yang bertujuan untuk
mengkaji tonus otot dan kekakuannya.

3. Pemeriksaan Penunjang
 Foto Rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk identifikasi ruang
antar vertebra menyempit.
 Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalu tindakan lumbal pungsi dan
pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahiu adanya penyumbatan.hambatan
kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
 Elektroneuromiografi (ENMG), Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat
adanya polineuropati.
 Scan tomografi, Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi
intervertebralis.

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d penjepitan saraf pada diskus intervertebralis (hal.306)
2. Hambatan mobilitas fisik b.d hemiparese/hemipelgia (hal.271)
3. Ansietas b.d prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anastesi, nyeri, hilangnya fungsi
(hal.241)
4. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit (hal.244)
Intervensi Keperawatan

Diagnosa. 1.
Nyeri akut b.d penjepitan saraf pada diskus intervertebralis (hal.306)

Intervensi
 Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus / yang memperberat.
Tetapkan skala 0 – 10
 Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut
dalam keadaan fleksi, posisi telentang
 Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi
 Bantu pemasangan brace / korset
 Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
 Ajarkan teknik relaksasi
 Kolaborasi : analgetik, traksi, fisioterapi

Diagnosa. 2.
Hambatan mobilitas fisik b.d hemiparese/hemipelgia (hal.271)

Intervensi
 Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
 Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
 Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelah rehap perubahan
posisi. Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu.
 Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi
 Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti tongkat.
 Kolaborasi : analgetik

Diagnosa. 3.
Ansietas b.d prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anastesi, nyeri, hilangnya fungsi (hal.241
Intervensi
 Kaji tingkat ansietas pasien
 Berikan informasi yang akurat
 Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah seperti kemungkinan
paralisis, pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan peran dan tanggung jawab.
 Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan
mungkin menghalangi proses penyembuhannya.
 Libatkan keluarga

Diagnosa. 4.
Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit (hal.244)

Intervensi
 Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis dan pembatasan kegiatan
 Berikan informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri, mengangkat dan
menggunakan sepatu penyokong
 Diskusikan mengenai pengobatan dan efek sampingnya.
 Anjurkan untuk menggunakan papan / matras yang kuat, bantal kecil yang agak datar
dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup.
 Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama
 Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu diperhatikan seperti nyeri tusuk,
kehilangan sensasi / kemampuan untuk berjalan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta :


Gajahmada University Press, 1993.
2. Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996.
3. Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015) . Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc,Ed Revisi Jilid 2, Jogjakarta
: Mediaction.
4. Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 2008. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses- proses penyaki,Ed.6,volume 1&2, EGC, Jakarta.
5. Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian
Rakyat, 1996.
6. Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC, 2002
7. Styanegara. Ilmu Bedah Saraf edisi IV. Gramedia Pustaka Utama. Tangerang,
2010.
8. Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 1998.

Anda mungkin juga menyukai