Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN

”HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

(Dosen Pembibimbing : Ns. Fani Fionita, S.Kep)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

Martina Rahanserang

Neithalia Lerebulan

Sri Ayu Ashari

Widana

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

A. Definisi

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus intervertabralis dengan


piotusi dan nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis mengakibatkan penekanan pada radiks
atau cauda equina (2014). Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menjebolnya nucleus
pulposus ke dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi annulus fibrosus korpus vertebralis.
HNP mempunyai banyak sinonim antara lain Herniasi Diskus Intervertebralis, ruptured disc,
slipped disc, prolapsus disc dan sebagainya. HNP sering menyebabkan nyeri punggung
bawah (Low Back Pain). Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada
region lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf,
namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal. Diskus Intervertebralis adalah
lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material
yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian
tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus.
(Brunner & Suddarth, 2002).

HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol dan menekan ke arah
kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. Jadi berdasarkan pengertian para peneliti
diatas dapat disimpulkan bahwa hernia nukleous pulposus adalah kelainan akibat dari kanalis
spinalis yang menonjol sehingga menekan arah kranialis dan biasanya menyebabkan nyeri
pada punggung.

B. Epidemiologi

Herniasi diskus intervertebralis atau hernia nukleus pulposus sering terjadi pada
priadan wanita dewasa dengan insiden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5. Kelainan ini banyak
terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat. HNP pada daerah
lumbal lebih sering terjadi pada usia sekitar 40 tahun danlebih banyak pada wanita dibanding
pria. HNP servikal lebih sering terjadi pada usia 20-40 tahun.Nyeri penggung bawah dapat
mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis kelami. Sekitar 60-80 % dari
seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu episode nyeri punggung bawah
selama hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis
saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan,
dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di sluruh
kasus nyeri ditangani.

HNP torakal lebih sering pada usia 50-60 tahun dan angka kejadian pada wanita dan
pria sama. Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian besar HNP terjadi
padadiskus L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya sekitar 20% dari insiden
HNP.HNP servikal paling sering terjadi pada diskus C6-C7, C5-C6, C4-C5. Selain pada
daerah servikal dan lumbal, HNP juga dapat terjadi pada daerah torakal namun sangat
jarangditemukan. Lokasi paling sering dari HNP torakal adalah diskus T9-T10, T10-T11,
T11-T12. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat
padabagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi ke arah posterolateral,
dengankompresi radiks saraf.

C. Etiologi

HNP terjadi karena proses degeneratif diskus intervetebralis. Keadaan patologis dari
melemahnya annulus merupakan kondisi yang diperlukan untuk terjadinya herniasi. Banyak
kasus bersangkutan dengan trauma sepele yang timbul dari tekanan yang berulang. Tetesan
annulus atau titik lemah tidak ditemukan akibat dari tekanan normal yang berulang dari
aktivitas biasa atau dari aktivitas fisik yang berat.
Menurut Ana 2014, etiologi dari hernia nukleous pulposus disebabkan karena :
1. Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.
2. Spinal stenosis.
3. Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
4. Pembentukan osteophyte.
5. Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus
mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus
hingga annulus.
6. Keadaan akut, injuri pada ligamen, otot dan degenerasi spinal ini akan menyebabkan
nyeri punggung.
7. Degenerasi pada tulang belakang normal pada proses ketuaan, akselerasi trauma.
8. Nyeri punggung akibat spasme otot sehubungan dengan stress.
9. Pengalaman masing-masing orang tentang persepsi nyeri punggung berbeda.
Menurut Lya R., dkk tahun 2008 hernia nukleous pulposusu terjadi karena proses
degeneratif diskus intervetebralis. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya HNP
adalah sebagai berikut :
1. Riwayat trauma
2. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu
lama
3. Sering membungkuk
4. Posisi tubuh saat berjalan
5. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun)
6. Struktur tulang belakang
7. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang

D. Klasifikasi
1. Hernia Lumbosacralis

Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi
fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian
yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus
prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus
berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai
potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus
menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang
ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut
syaraf.

2. Hernia Servikalis

Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi
fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian
yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus
prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus
berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai
potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus
menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang
ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut
syaraf.

3. Hernia Thorakalis

Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada di garis tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese
kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese. Penonjolan pada sendi
intervertebral thorakal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5 % dari semua
operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thorakal paling bawah atau tempat
yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah
faktor penyebab yang paling utama.

E. Patogenesis

Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus,
kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut
menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan
herniasi nukleus purpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal. Pada
umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil ke
yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).

Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai
S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah
lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi
discus antara L 5 dan S 1.Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh
pengurangan kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan
intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.

F. Patofisiologi/patolog

Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan


degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus
menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di
anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma jatuh, kecelakaan, dan
stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera. Pada kebanyakan pasien,
gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada
diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi
pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan
memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal
saat muncul dari kolumna spinal.

Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus


menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan
dura. Hal ini terjadi jika tempat herniasi di sisi lateral. Jika tempat herniasinya di tengah-
tengah tidak ada radiks yang terkena. Karena pada tingkat L2 dan terus ke bawah sudah tidak
terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan
kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus
intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa
ganjalan.

G. Komplikasi
1) Kelemahan dan atropi otot
2) Trauma serabut syaraf dan jaringan lain
3) Kehilangan kontrol otot sphinter
4) Paralis/ketidakmampuan pergerakan
5) Perdarahan
6) Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal
Trauma dan stres fisik

Rupture diskus
(pathway)
Aliran darah ke diskus berkurang, respon beban yang berat, ligamentum longitudinalis post menyempit

Pemisahan lempeng tulang rawan dari korpus vertebra yang berdekatan

Nucleus pulposus keluar melalui serabut-serabut annulus yang robek


Blok saraf parasimpatis

Jepitan saraf spinal


Kelumpulahan otot
pernapasan
Kerusakan jalur simpatetik desending Reaksi peradangan

Iskemian dan hipoksemia


Reaksi peradangan
Kehilangan Terputus
kontrol jaringan Gangguan pola napas
tonus saraf di
Syok Edema Reaksi
vasomotor medulla hipoventilasi
spinal pembengkakan anestetik
persarafan spinal
simpatis ke
jantung Gagal napas
Paralis dan Respon Penekanan Ileus
paralegia nyeri saraf dan paralitik,
Reflek hebat dan pembuluh darah gangguan Kematian
spinal akut fungsi rectum
Hambatan dan kandung
mobilitas kemih koma
Mengaktif- fisik penurunan
Nyeri
kan system fungsi gangguan
akut
saraf jaringan eliminasi urin
Penurunan tingkat
simpatis Kelemahan dan alvi
kesadaran
fisik umum

Ketidakmampuan resiko trauma


Konstriksi prawatan diri (ADL) Disfungsi persepsi
(cidera)
pembuluh Penekanan spasial dan
darah jaringan Kemam- kehilangan sensorik
setempat puan Intake nutrisi
tidak adekuat Perubahan proses
batuk ↓ Perubahan persepsi keluarga,
Resiko
sensorik Kecemasan klien
infark Resiko
miokard kerusakan Perubahan dan keluarga,
integritas pemenuhan koping individu Resiko penurunan
kulit nutrisi tidak efektif, pelaksanaan
Resiko ketidak ibadah spiritual
Risiko
Gangguan ketidakber patuhan terhadap
kardiovaskular -sihan penatalaksanaan
jalan
napas
H. Manifestasi Klinis

Nyeri spontan : sifat nyeri adalah khas yaitu dari posisi berbaring-duduk nyeri
bertambah hebat. Bila berbaring nyeri berkurang atau hilang. Nyeri mulai dari pantat,
menjalar kebelakang lutut hingga kemudian ke tungkai. Nyeri bertambah apabila mengejan,
batuk, dan angkat beban berat. Nyeri bertambah bila ditekan pada Lumbal 5 sampai
Sacrum 1 (garis antara 2 krista iliaka).

1. Nyeri spontan : sifat nyeri adalah khas yaitu dari posisi berbaring-duduk nyeri
bertambah hebat. Bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.
2. Nyeri mulai dari pantat, menjalar ke belakang lutut hingga kemudian ke tungkai.
3. Nyeri bertambah apabila mengejan, batuk, dan angkat beban berat.
4. Nyeri bertambah bila ditekan pada Lumbal 5 sampai sacrum 1 (garis antara 2 krista
iliaka).

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologis

Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif,
dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan
dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot
paravertebral.CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan
suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena. MRI sangat berguna
bila vertebra dan level neurologis belum jelas.
1) Foto rontgen (foto rontgen dari depan, samping dan serong) untuk identifikasi ruang
antar vertebra menyempit.
2) Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan lumbal pungsi
dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahui adanya penyumbatan.
Hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
3) ENMG (Elektroneuromiografi) untuk mengetahui radiks mana yang terkena.
4) CT Scan : melihat gambaran vertebra.
J. Penatalaksanakan Medis

1) Terapi konservatif

Tirah baring : penderita harus tetap berbaring ditempat tidur selama beberapa hari
dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam
sikap fleksi pada sendi panggul dan lutu tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakain
pegas/per dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus dan ditutup dengan
lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut.
Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan
penderita.Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah berbaring dianggap
cukup maka dilakukan latihan/dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan
mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.

2) Medikamentosa

Symtomatik :Analgesik (salisilat, parasetamol) kortikosteroid (prednison, prednisolon),


anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik (amitriptilin),
obat penenang minor (diasepam, klordiasepolsid).Kausal : Kolagenese.

3) Fisioterapi

Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih
dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.

4) Terapi operatif

Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil
yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik.

5) Rehabilitasi

Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula.Agar tidak menggantungkan diri


pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari.Klien tidak mengalami
komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan sebagainya.
ASUHAN KEPERAWATAN

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP) PADA Ny. R

Nomor RM : 503678

Tanggal : 06 Mei 2015

Tempat : RS Jenderal
Sudirman

I. DATA UMUM
1. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 67 tahun
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Maduran, Lamongan
Tanggal masuk RS : 05 Mei 2015
Golongan darah :O
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Sumber info : Klien dan keluarga klien

2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. T
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan klien : Suami klien
Alamat : Maduran, Lamongan
Umur : 69 tahun
Pekerjaan : Petani

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


1. Keluhan utama
Nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri
2. Alasan masuk RS
Ny. R 67 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri,
nyeri dirasakan sudah satu minggu ini,nyeri timbul secara tiba-tiba terasa seperti
berdenyut dan ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan terus menerus dan pasien sampai tidak
bisa tidur.
3. Riwayat Penyakit
Klien mengatakan nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri. Klien tampak
meringis.
P : Klien mengatakan nyeri saat bangkit dari duduk, saat batuk dan mengejan
Q : Klien mengatakan nyeri terasa seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk
R : Klien mengatakan nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri
S : 7 (dari skala 1-10)
T : Klien mengatakan nyeri timbul secara tiba-tiba.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


Keluarga pasien mengatakan pasien pernah mengeluhkan hal yang sama di tahun 2010 tapi
hanya sebentar, sempat dibawa ke dokter akhirnya sembuh.

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang sakitnya seperti ini.

V. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
1. Pola koping : Klien mengatakan mampu menjaga pertahanan
tubuh dengan baik
2. Harapan klien thd keadaan peny.-nya : Klien berharap penyakitnya cepat sembuh
3. Faktor stressor : Klien mengatakan tidak cemas dan tidak
khawatir terhadap penyakitnya
4. Konsep diri : Klien mampu menerima penyakitnya
5. Pengetahuan klien ttg penyakitnya : Klien tahu tentang penyakit yang dialaminya
6. Adaptasi : Klien mengatakan mampu beradaptasi dengan
lingkungan
7. Hubungan dengan anggota keluarga : Klien mengatakan hubungannya dengan
anggota keluarganya baik
8. Hubungan dengan masyarakat : Klien mengatakan membina hubungan yang
baik dengan masyarakat
9. Perhatian thd org lain & lawan bicara : Klien mengatakan perhatian terhadap orang
lain dan lawan bicara
10. Aktivitas sosial : Klien mengatakan berinteraksi dengan baik
dengan orang lain di sekitarnya
11. Bahasa yang sering digunakan : Klien menggunakan bahasa Indonesia
12. Keadaan lingkungan : Klien mengatakan lingkungan rumah bersih
13. Kegiatan keagamaan / pola ibadah : Klien mengatakan rajin beribadah
14. Keyakinan tentang kesehatan : Klien yakin akan cepat sembuh

VI. KEBUTUHAN DASAR / POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Makan
Sebelum MRS : Klien mengatakan nafsu makan baik, frukuensi 3× sehari dengan
porsi makan dihabiskan
Setelah MRS : Keluarga klien mengatakan frekuensi 3x sehari dengan porsi maka
hampir dihabiskan

2. Minum
Sebelum MRS : Klien mengatakan minum air putih 6-7 gelas/hari
Setelah MRS : Klien mengatakan minum air putih 5-6 gelas/hari

3. Tidur
Sebelum MRS : Klien mengatakan tidur malam pukul 22:00 - 05:00 dan
Kadang tidur siang
Setelah MRS : Klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan

4. Eliminasi fekal/BAB
Sebelum MRS : Klien mengatakan BAB lancar
Setelah MRS : Klien mengatakan sudah 1x BAB selama masuk RS

5. Eliminasi urine/BAK
Sebelum MRS : Klien mengatakan BAK lancar, warna kuning pekat, bau khas
Setelah MRS : Klien mengatakan BAK lancar, warna kuning pekat, bau khas
6. Aktivitas dan latihan
Sebelum MRS : Klien mengatakan beraktivitas dengan normal sebagai ibu rumah
tangga dan aktif dalam mengerjakan pekerjaan rumah
Setelah MRS : Klien mengatakan aktivitasnya terhambat karena nyeri yang
dirasakan. Klien tampak terus berbaring

7. Personal hygiene
Sebelum MRS : Klien mengatakan kebersihan dilakukan secara mandiri
Setelah MRS : Klien mandi dan menggosok gigi dengan bantuan dari anaknya.

VII. PEMERIKSAAN FISIK


Hari selasa, tanggal 06 Mei 2015, jam 10:00
1. Keadaan umum
Kehilangan BB :-
Kelemahan : Klien tampak lemah
Perubahan mood :-
Vital sign : TD = 110/60 mmHg
N = 87×/i
S = 36,7◦C
P = 18×/i
Tingkat kesadaran : Tingkat kesadaran klien composmentis.

2. Pemeriksaan Fisik Persistem


1) Sistem Pernapasan
Hidung
Inspeksi : Tidak ada pernafasan cuping hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering , tidak ada sianosis.
Sinus paranasalis
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : simetris kanan kiri, JVP tidak meningkat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Faring
Inspeksi : tidak ada odem
Area dada
Inspeksi : pola nafas efektif
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada bunyi resonan
Auskultasi : vesikuler.

2) Kardiovaskuler dan limfe


Wajah
Inspeksi : pucat, konjungtiva merah muda
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : irama denyutan arteri carotis communis normal
Dada
Inspeksi : dada terlihat simetris
Palpasi : letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis midklavikula
sinistra)
Perkusi : tidak ada tanda - tanda bunyi redup.
Auskultasi : bunyi jantung S1-S2 Tunggal

3) Sistem Persyarafan
(a) GCS 15 : E4 V5 M6
(b) Pemeriksaan nervus
 Nervus I olfaktorius (pembau)
Klien bisa membedakan aroma saat diberi kopi.
 Nervus II opticus (penglihatan)
Bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.
 Nervus III oculomotorius
Tidak oedema pada kelopak mata
 Nervus IV toklearis
Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil
 Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Klien bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan
 Nervus VI abdusen
Bola mata simetris
 Nervus VII facialis
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk wajah
simetris
 Nervus VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran baik
 Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit
 Nervus X vagus
Uvula klien oedem terlihat ketika klien membuka mulut
 Nervus XI aksesorius
Klien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan melawan
tahanan
 Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan
menggerakkannya ke segala arah

4) Reflek fisiologis :
Reflek biceps ++/++, Reflek triceps ++/++, Reflek KPR ++/++,Reflek APR ++/++

5) Perkemihan dan eliminasi uri


Genetalia eksterna
Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Kandung kemih
Inspeksi : tidak ada benjolan, dan pembesaran
Palpasi : kandung kemih penuh
Ginjal
Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : tidak ada nyeri ketuk.

6) Sistem pencernaan – eliminasi alvi


Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat, gigi tidak ada plak dan karies. Tidak ada
pembesaran kelenjar karotis. Tidak ada lesi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,
Lidah
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada tremor dan lesi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan odem.
Abdomen
Inspeksi : ada pembesaran abdomen, tidak ada luka bekas operasi.
Palpasi : abdomen teraba keras pada kuadran III
Perkusi : tidak ada acietes.
Auskultasi : bising usus normal.

7) Sistem muskuloskeletel dan integumen.


Kulit : kering, tidak mengelupas dan bersisik.

8) Sistem endokrin dan eksokrin


Kepala
Inspeksi : Tidak terlihat moon face, tidak alophesia (botak), rambut rontok
Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, dan tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas bawah
Palpasi : Akral hangat kering merah, tidak ada edema, tidak ada nyeri
tekan, atrofi tungkai kiri

9) Sistem reproduksi
Payudara
Inspeksi : payudara simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Axila
Inspeksi : Tidak ada benjolan, tidak ada massa
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada massa
Genetalia
Inspeksi : tidak ada edema, tidak ada varises
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

10) Persepsi sensori


Mata
Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warana iris hitam, lensa normal
jernih, sklera putih
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata
Penciuman (hidung)
Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri saat palpasi fosa kanina
Perkusi : tidak ada reaksi hebat pada regio frontalis, sinus frontalis dan fosa
kanina

KLASIFIKASI DATA :
Data Subjektif :
- Klien mengeluh nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri
- Klien mengatakan nyeri saat bangkit dari duduk, saat batuk dan mengejan
- Klien mengatakan nyeri terasa seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk
- Klien mengatakan nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri
- Klien mengatakan nyeri timbul secara tiba-tiba
- Klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan
- Klien mengatakan aktivitasnya terhambat karena nyeri yang dirasakan.

Data Objektif :

- Klien tampak meringis


- Skala nyeri 7 (skala 0-10)
- Klien tampak terus berbaring
- Klien mandi dan menggosok gigi dengan bantuan dari anaknya.
ANALISA DATA
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS : Trauma dan stres fisik Nyeri akut
- Klien mengeluh
nyeri pinggang Rupture diskus
bawah menjalar ke
tungkai kiri Aliran darah ke diskus
- Klien mengatakan berkurang, respon beban
nyeri saat bangkit yang berat, ligamentum
dari duduk, saat longitudinalis post
batuk dan mengejan menyempit
- Klien mengatakan
nyeri terasa seperti Pemisahan lempeng tulang
berdenyut dan rawan dari korpus vertebra
ditusuk-tusuk yang berdekatan
- Klien mengatakan
nyeri pinggang Nucleus pulposus keluar
bawah menjalar ke melalui serabut-serabut
tungkai kiri annulus yang robek
- Klien mengatakan
nyeri timbul secara Jepitan saraf spinal
tiba-tiba
- Klien mengatakan Reaksi peradangan
susah tidur karena
nyeri yang dirasakan Syok spinal
DO :
- Klien tampak Respon nyeri hebat dan
meringis akut
- Skala nyeri 7 (skala
0-10) Nyeri akut
2 DS : Trauma dan stres fisik Hambatan mobilitas
- Klien mengatakan fisik
aktivitasnya Rupture diskus
terhambat karena
nyeri yang dirasakan. Aliran darah ke diskus
DO : berkurang, respon beban
- Klien tampak terus yang berat, ligamentum
berbaring longitudinalis post
- Klien mandi dan menyempit
menggosok gigi
dengan bantuan dari Pemisahan lempeng tulang
anaknya. rawan dari korpus vertebra
yang berdekatan

Nucleus pulposus keluar


melalui serabut-serabut
annulus yang robek

Jepitan saraf spinal

Reaksi peradangan

Syok spinal

Respon nyeri hebat dan


akut

Nyeri akut

Hambatan mobilitas fisik


DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Nyeri akut berhubungan dengan Nyeri yang berhubungan dengan penjepitan saraf pada
diskus intervertebralis, tekanan di daerah distribusi ujung saraf.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

Anda mungkin juga menyukai