ASUHAN KEPERAWATAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
Martina Rahanserang
Neithalia Lerebulan
Widana
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol dan menekan ke arah
kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. Jadi berdasarkan pengertian para peneliti
diatas dapat disimpulkan bahwa hernia nukleous pulposus adalah kelainan akibat dari kanalis
spinalis yang menonjol sehingga menekan arah kranialis dan biasanya menyebabkan nyeri
pada punggung.
B. Epidemiologi
Herniasi diskus intervertebralis atau hernia nukleus pulposus sering terjadi pada
priadan wanita dewasa dengan insiden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5. Kelainan ini banyak
terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat. HNP pada daerah
lumbal lebih sering terjadi pada usia sekitar 40 tahun danlebih banyak pada wanita dibanding
pria. HNP servikal lebih sering terjadi pada usia 20-40 tahun.Nyeri penggung bawah dapat
mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis kelami. Sekitar 60-80 % dari
seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu episode nyeri punggung bawah
selama hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis
saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan,
dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di sluruh
kasus nyeri ditangani.
HNP torakal lebih sering pada usia 50-60 tahun dan angka kejadian pada wanita dan
pria sama. Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian besar HNP terjadi
padadiskus L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya sekitar 20% dari insiden
HNP.HNP servikal paling sering terjadi pada diskus C6-C7, C5-C6, C4-C5. Selain pada
daerah servikal dan lumbal, HNP juga dapat terjadi pada daerah torakal namun sangat
jarangditemukan. Lokasi paling sering dari HNP torakal adalah diskus T9-T10, T10-T11,
T11-T12. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat
padabagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi ke arah posterolateral,
dengankompresi radiks saraf.
C. Etiologi
HNP terjadi karena proses degeneratif diskus intervetebralis. Keadaan patologis dari
melemahnya annulus merupakan kondisi yang diperlukan untuk terjadinya herniasi. Banyak
kasus bersangkutan dengan trauma sepele yang timbul dari tekanan yang berulang. Tetesan
annulus atau titik lemah tidak ditemukan akibat dari tekanan normal yang berulang dari
aktivitas biasa atau dari aktivitas fisik yang berat.
Menurut Ana 2014, etiologi dari hernia nukleous pulposus disebabkan karena :
1. Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.
2. Spinal stenosis.
3. Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
4. Pembentukan osteophyte.
5. Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus
mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus
hingga annulus.
6. Keadaan akut, injuri pada ligamen, otot dan degenerasi spinal ini akan menyebabkan
nyeri punggung.
7. Degenerasi pada tulang belakang normal pada proses ketuaan, akselerasi trauma.
8. Nyeri punggung akibat spasme otot sehubungan dengan stress.
9. Pengalaman masing-masing orang tentang persepsi nyeri punggung berbeda.
Menurut Lya R., dkk tahun 2008 hernia nukleous pulposusu terjadi karena proses
degeneratif diskus intervetebralis. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya HNP
adalah sebagai berikut :
1. Riwayat trauma
2. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu
lama
3. Sering membungkuk
4. Posisi tubuh saat berjalan
5. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun)
6. Struktur tulang belakang
7. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang
D. Klasifikasi
1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi
fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian
yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus
prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus
berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai
potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus
menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang
ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut
syaraf.
2. Hernia Servikalis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi
fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian
yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus
prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus
berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai
potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus
menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang
ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut
syaraf.
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada di garis tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese
kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese. Penonjolan pada sendi
intervertebral thorakal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5 % dari semua
operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thorakal paling bawah atau tempat
yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah
faktor penyebab yang paling utama.
E. Patogenesis
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus,
kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut
menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan
herniasi nukleus purpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal. Pada
umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil ke
yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai
S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah
lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi
discus antara L 5 dan S 1.Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh
pengurangan kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan
intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.
F. Patofisiologi/patolog
G. Komplikasi
1) Kelemahan dan atropi otot
2) Trauma serabut syaraf dan jaringan lain
3) Kehilangan kontrol otot sphinter
4) Paralis/ketidakmampuan pergerakan
5) Perdarahan
6) Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal
Trauma dan stres fisik
Rupture diskus
(pathway)
Aliran darah ke diskus berkurang, respon beban yang berat, ligamentum longitudinalis post menyempit
Nyeri spontan : sifat nyeri adalah khas yaitu dari posisi berbaring-duduk nyeri
bertambah hebat. Bila berbaring nyeri berkurang atau hilang. Nyeri mulai dari pantat,
menjalar kebelakang lutut hingga kemudian ke tungkai. Nyeri bertambah apabila mengejan,
batuk, dan angkat beban berat. Nyeri bertambah bila ditekan pada Lumbal 5 sampai
Sacrum 1 (garis antara 2 krista iliaka).
1. Nyeri spontan : sifat nyeri adalah khas yaitu dari posisi berbaring-duduk nyeri
bertambah hebat. Bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.
2. Nyeri mulai dari pantat, menjalar ke belakang lutut hingga kemudian ke tungkai.
3. Nyeri bertambah apabila mengejan, batuk, dan angkat beban berat.
4. Nyeri bertambah bila ditekan pada Lumbal 5 sampai sacrum 1 (garis antara 2 krista
iliaka).
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif,
dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan
dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot
paravertebral.CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan
suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena. MRI sangat berguna
bila vertebra dan level neurologis belum jelas.
1) Foto rontgen (foto rontgen dari depan, samping dan serong) untuk identifikasi ruang
antar vertebra menyempit.
2) Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan lumbal pungsi
dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahui adanya penyumbatan.
Hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
3) ENMG (Elektroneuromiografi) untuk mengetahui radiks mana yang terkena.
4) CT Scan : melihat gambaran vertebra.
J. Penatalaksanakan Medis
1) Terapi konservatif
Tirah baring : penderita harus tetap berbaring ditempat tidur selama beberapa hari
dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam
sikap fleksi pada sendi panggul dan lutu tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakain
pegas/per dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus dan ditutup dengan
lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut.
Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan
penderita.Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah berbaring dianggap
cukup maka dilakukan latihan/dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan
mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
2) Medikamentosa
3) Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih
dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
4) Terapi operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil
yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik.
5) Rehabilitasi
Nomor RM : 503678
Tempat : RS Jenderal
Sudirman
I. DATA UMUM
1. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 67 tahun
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Maduran, Lamongan
Tanggal masuk RS : 05 Mei 2015
Golongan darah :O
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Sumber info : Klien dan keluarga klien
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. T
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan klien : Suami klien
Alamat : Maduran, Lamongan
Umur : 69 tahun
Pekerjaan : Petani
V. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
1. Pola koping : Klien mengatakan mampu menjaga pertahanan
tubuh dengan baik
2. Harapan klien thd keadaan peny.-nya : Klien berharap penyakitnya cepat sembuh
3. Faktor stressor : Klien mengatakan tidak cemas dan tidak
khawatir terhadap penyakitnya
4. Konsep diri : Klien mampu menerima penyakitnya
5. Pengetahuan klien ttg penyakitnya : Klien tahu tentang penyakit yang dialaminya
6. Adaptasi : Klien mengatakan mampu beradaptasi dengan
lingkungan
7. Hubungan dengan anggota keluarga : Klien mengatakan hubungannya dengan
anggota keluarganya baik
8. Hubungan dengan masyarakat : Klien mengatakan membina hubungan yang
baik dengan masyarakat
9. Perhatian thd org lain & lawan bicara : Klien mengatakan perhatian terhadap orang
lain dan lawan bicara
10. Aktivitas sosial : Klien mengatakan berinteraksi dengan baik
dengan orang lain di sekitarnya
11. Bahasa yang sering digunakan : Klien menggunakan bahasa Indonesia
12. Keadaan lingkungan : Klien mengatakan lingkungan rumah bersih
13. Kegiatan keagamaan / pola ibadah : Klien mengatakan rajin beribadah
14. Keyakinan tentang kesehatan : Klien yakin akan cepat sembuh
2. Minum
Sebelum MRS : Klien mengatakan minum air putih 6-7 gelas/hari
Setelah MRS : Klien mengatakan minum air putih 5-6 gelas/hari
3. Tidur
Sebelum MRS : Klien mengatakan tidur malam pukul 22:00 - 05:00 dan
Kadang tidur siang
Setelah MRS : Klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan
4. Eliminasi fekal/BAB
Sebelum MRS : Klien mengatakan BAB lancar
Setelah MRS : Klien mengatakan sudah 1x BAB selama masuk RS
5. Eliminasi urine/BAK
Sebelum MRS : Klien mengatakan BAK lancar, warna kuning pekat, bau khas
Setelah MRS : Klien mengatakan BAK lancar, warna kuning pekat, bau khas
6. Aktivitas dan latihan
Sebelum MRS : Klien mengatakan beraktivitas dengan normal sebagai ibu rumah
tangga dan aktif dalam mengerjakan pekerjaan rumah
Setelah MRS : Klien mengatakan aktivitasnya terhambat karena nyeri yang
dirasakan. Klien tampak terus berbaring
7. Personal hygiene
Sebelum MRS : Klien mengatakan kebersihan dilakukan secara mandiri
Setelah MRS : Klien mandi dan menggosok gigi dengan bantuan dari anaknya.
3) Sistem Persyarafan
(a) GCS 15 : E4 V5 M6
(b) Pemeriksaan nervus
Nervus I olfaktorius (pembau)
Klien bisa membedakan aroma saat diberi kopi.
Nervus II opticus (penglihatan)
Bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.
Nervus III oculomotorius
Tidak oedema pada kelopak mata
Nervus IV toklearis
Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil
Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Klien bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan
Nervus VI abdusen
Bola mata simetris
Nervus VII facialis
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk wajah
simetris
Nervus VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran baik
Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit
Nervus X vagus
Uvula klien oedem terlihat ketika klien membuka mulut
Nervus XI aksesorius
Klien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan melawan
tahanan
Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan
menggerakkannya ke segala arah
4) Reflek fisiologis :
Reflek biceps ++/++, Reflek triceps ++/++, Reflek KPR ++/++,Reflek APR ++/++
9) Sistem reproduksi
Payudara
Inspeksi : payudara simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Axila
Inspeksi : Tidak ada benjolan, tidak ada massa
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada massa
Genetalia
Inspeksi : tidak ada edema, tidak ada varises
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
KLASIFIKASI DATA :
Data Subjektif :
- Klien mengeluh nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri
- Klien mengatakan nyeri saat bangkit dari duduk, saat batuk dan mengejan
- Klien mengatakan nyeri terasa seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk
- Klien mengatakan nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri
- Klien mengatakan nyeri timbul secara tiba-tiba
- Klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan
- Klien mengatakan aktivitasnya terhambat karena nyeri yang dirasakan.
Data Objektif :
Reaksi peradangan
Syok spinal
Nyeri akut
1. Nyeri akut berhubungan dengan Nyeri yang berhubungan dengan penjepitan saraf pada
diskus intervertebralis, tekanan di daerah distribusi ujung saraf.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.