Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

B DIAGNOSA MEDIS HERNIASI


NUKLEUS PULPOSUS (HNP) DAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
TENTANG NYERI DI RUANG NUSA INDAH
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH :

NAMA : NADIA
NIM : 2019.C.11a.1052

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2021
2

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Nadia
NIM : 2019.C.11a.1052
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Asuhan Keperawatan pada Ny. B Diagnosa Medis Herniasi
Nukleus Pulposus (HNP) Dan Kebutuhan Dasar Manusia
tentang Nyeri di Ruang Nusa Indah Rsud Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan I (PPK I) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Kristinawati, S.Kep., Ners

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners,

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny. B Dengan Diagnosa
Medis Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) Dan Kebutuhan Dasar Manusia tentang
Nyeri di Ruang Nusa Indah Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Kristinawati, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 2 Juli 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN..................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................3
1.4 Manfaat........................................................................................................3
BAB 2 LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................5
2.1 Konsep Penyakit HNP..................................................................................5
2.1.1 Definisi HNP...........................................................................................5
2.1.2 Etiologi....................................................................................................5
2.1.3 Klasifikasi................................................................................................8
2.1.4 Patofisiologi.............................................................................................9
2.1.5 Manifestasi Klinis..................................................................................12
2.1.6 Komplikasi.............................................................................................12
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................12
2.1.8 Penatalaksanaan Medis..........................................................................13
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Nyeri)...............................................14
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan..............................................................18
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................................18
2.3.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................19
2.3.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................19
2.3.4 Implementasi Keperawatan...................................................................22
2.3.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................................22
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................23
3.1 Pengkajian..................................................................................................23
3.2 Diagnosa.....................................................................................................35
3.3 Intervensi....................................................................................................36
3.4 Implementasi..............................................................................................39
3.5 Evaluasi......................................................................................................39
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................42
4.1 Kesimpulan.................................................................................................42
4.2 Saran...........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri
pinggang bagian bawah adalah hernia nucleus pulsosus (HNP), yang sebagian
besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal. Nyeri punggung bawah merupakan
salah satu penyakit yang sering di jumpai masyarakat.Nyeri penggung bawah
dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis kelami. Sekitar
60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu episode
nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri)
PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian
pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan
bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di sluruh kasus nyeri
ditangani.Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala,
maka yang terpenting adalah mengetahui factor penyebabnya agar dapat diberikan
pengobatan yang tepat. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena
tekanan susunan saraf tepi daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi
karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya. Maka dari itu, dibutuhkan
asuhan keperawatan HNP yang sesuai sehingga proses penyembuhan klien
dengan HNP dapat maksimal.
Menurut data World Health Organication (WHO) 2012, nyeri pinggang
bawah juga sering dikeluhkan oleh pegawai kantoran. Nyeri tersebut merupakan
ketidaknyamanan bagi mereka. Prevalensi nyeri pinggang bawah pada populasi
lebih kurang 16.500.000 per tahun di inggris. Pasien HNP yang berobat jalan
berkisar 1.600.000 orang dan yang dirawat di rumah sakit lebih kurang 100.000
orang. Dari keseluruhan nyeri punggung bawah, yang mendapat tindakan operasi
berjumlah 24.000 orang pertahunnya. Penelitian oleh Fernandez et al (2009) pada
orang dewasa diperoleh pravelensi HNP adalah 19,9% di Spanyol. HNP lebih
banyak terjadi pada perempuan (67,5%) daripada laki-laki (33%). Pasien HNP
dari usia 31-50 tahun 1,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan usia 16-30
tahun.

1
Angka kejadian pasien HNP meningkat tajam pada remaja (lebih awal terjadi pada
anak perempuan daripada anak laki-laki) dengan usia 12-41 tahun yang dilakukan
berdasarkan studi cross sectional di Denmark. Angka kejadian HNP lebih sering
pada usia dewasa, dimana 20,7% dari populasi perempuan dan 21% dari populasi
laki-laki di benua Australia.
Di Indonesia tidak terdapat data yang menunjukkan prevalensi nyeri
punggung bawah secara jelas, tetapi prevalensi penyakit sendi di Indonesia
berdasarkan diagnosis atau gejala menurut Riskesdas tahun 2017 adalah 24,7
persen. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan wawancara meningkat seiring
dengan bertambahnya umur yaitu prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun (33%
2 dan 54,8%). Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi pada perempuan (27,5%)
lebih tinggi dari laki-laki (21,8%) (Riskesdas, 2017).
Data profil dinas kesehatan mengatakan Herniasi dari diskus lumbalis
menyebabkan nyeri pinggang bawah yang menjalar kearah bawah mengikuti
nervus skiatik kedalam paha posterior yang terjadi akibat kompresi pada akar saraf
tulang belakang. Umumnya nyeri skiatik terjadi awalnya dipantat dan menjalar
kebawah dipaha belakang kemudian ke kaki dan pergelangan kaki. Hernia diskus
dapat pula menyebabkan nyeri diselangkangan. Klien sering kali mengalami
spasme otot dan hiperestasia (kebas dan kesemutan) pada area distribusi dari akar
saraf yang terganggu. Nyeri akan bertambah parah dengan mengejan (batuk,
bersin, buang air besar, menekuk, mengangkat barang dan mengangkat kaki-lurus)
atau duduk dalam waktu jangka panjang dan akan berkurang dengan posisi
berbaring miring dengan lutut ditekuk. Gerakan apapun pada tungkai bawah yang
merengangkan saraf akan menyebabkan nyeri.
Dari besarnya insiden Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) di negara–negara
berkembang seperti di Indonesia, penulis tertarik untuk mengangkat topik
Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) dalam upaya ketepatan penegakan diagnosis
hingga pemberian terapi yang adekuat sehingga dapat dilakukan pencegahan dari
komplikasi yang dapat ditimbulkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam studi kasus ini adalah :

2
1.2.1 Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada Ny. B dengan diagnosa
medis Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) di ruang Nusa Indah RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka raya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) di ruang Nusa Indah
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa
medis Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) secara benar dan bisa melakukan
keperawatan di rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) dan
Asuhan Keperawatannya.
3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit

3
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
diagnosa medis Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) melalui Asuhan Keperawatan
yang dilaksanakan secara komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.

4
5
5

BAB 2

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Konsep Penyakit Hernia Nukleus Pulposus (HNP)


2.1.1 Definisi Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau jaringan
melalui lubang yang abnormal. Nukleus pulposus adalah massa setengah cair
yang terbuat dari serat elastis putih yang membentuk bagian tengah dari diskus
intervertebralis (Company, 2017).

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan suatu gangguan yang


melibatkan ruptur annulus fibrosus sehingga nukleus pulposis menonjol (bulging)
dan menekan kearah kanalis spinalis (Autio, 2016). HNP mempunyai banyak
sinonim antara lain : Hernia Diskus Intervertebralis, Ruptur Disc, Slipped Disc,
Prolapsed Disc dan sebagainya (Lucas, 2017).

Menurut Muttaqin (2018) Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah


turunnya kandungan annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada
spinal canal atau rupture annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus
yang menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP pada
lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini
melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat
dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal
yang sering dirasakan penderita HNP. Weakness pada grup otot tertentu namun
jarang terjadi.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hernia nukleus pulposus


(HNP) adalah penyakit yang terjadi ketika bantalan ruas tulang belakang bergeser
dan menekan saraf tulang belakang. HNP juga dikenal dengan istilah ‘saraf
terjepit’.
2.1.2 Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang
lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan
karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah
lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur, 2013)

Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena

5
6
adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus
intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada
kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh
cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam
beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah
medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus
terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari
kolumna spinal (Helmi, 2012).
Pengangkatan beban yang berat pada posisi yang tidak benar juga dapat
menyebabkan hernia nukleus pulposus terjadi pada berbagai arah :

1. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior, hal ini tidak


mengakibatkannya munculnya gejala yang berat kecuali nyeri.
2. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior medial maka dapat
menimbulkan penekanan medulla spinalis dengan akibatnya gangguan
fungsi motorik maupun sensorik pada ektremitas, begitu pula
gangguan miksi dan defekasi.
3. Bila menonjolnya ke arah lateral atau dorsal lateral, maka hal ini dapat
menyebabkan tertekannya radiks saraf tepi yang keluar dari sana dan
menyebabkan gejala neuralgia radikuler.
4. Kadangkala protrusi nukleus terjadi ke atas atau ke bawah masuk ke
dalam korpus vetrebal dan disebut dengan nodus Schmorl.
2.1.3 Klasifikasi
Hernia dibedakan berdasarkan letak hernia di segman vertebra:
a. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka
posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma
adalah kejadian yang berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada
ligamentum longitudinal posterior dan annulus
fibrosus dapat diam di tempat atau
ditunjukkan/dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering
kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus
prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada
kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi
“extruded” dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih
sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus,
biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka

6
7
mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang
besar dapat
menekan serabut-serabut saraf melawan apophysis artikuler.
b. Hernia Servikalis

Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan


kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal
menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau
menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan
diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral
mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal
yang mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
c. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang
paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi (menurut
love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada
empat thoracal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma
jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.

2.1.4 Patofisiologi
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum ferensial.
Karena adanya gaya traumatik yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih
besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP
hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat
diasumsikan sebagai gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu
terpeleset, mengangkat benda berat dan sebagainya.

Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang


belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis
vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra
dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan
sirkum ferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut
dengan terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low
back pain subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang

7
8
tungkai yang dikenal sebagai ischialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus
pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks
yang bersama- sama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura.
Hal itu terjadi jika

8
penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralis
mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan
(Muttaqin, 2008).

9
Pemeriksaan penunjang:
Etiologi : MRI
WOC HNP
Penyebab HNP biasanya dengan meningkatnya usia terjadi perubahan CT Scan
degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus Mielogram
pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus
Pemeriksaan Neurologik
menerus.
EMG (elektromiografi)
HNP merupakan suatu gangguan yang melibatkan
Menekan kearah kanalis spinalis Manifestasi klinis:
ruptur annulus fibrosus sehingga nukleus pulposis Kompresi Radiks L3
menonjol (bulging) dan menekan kearah kanalis Kompresi Radiks L
spinalis
Kompresi Radiks L5
HNP
Kompresi Radiks S1

B1 B2 B3 B4 B5 B6
Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone

Kelemahan Nyeri Trauma di tulang Nyeri saat Diaforesi Kelemahan


fisik umum belakang akibat beraktivitas (berkeringat)

Gelisah
Mual / muntah MK: Intoleransi
Merangsang saraf Ketidakmampua Aktivtas
nyeri n melakukan
Sesak Nafas Kontraksi jantung
meningkat personal Intake kurang
hygiene
MK: Nyeri Akut
MK: Bersihan jalan Waktu tidur berkurang
nafas tidak efektif MK: Risiko
MK: Defisit Ketidakseimbangan
perawatan diri Elektrolit
MK: Gangguan
pola tidur

10
2.1.5 Manifestasi Klinis
1. Kompresi Radiks L3
a. Daerah nyeri dan hipestasi samping panggul dan bagian depan paha
b. Kelemahan kuadriseps femoris
c. Refleks tendon patella (RTP) menurun
2. Kompresi Radiks L
a. Daerah nyeri dan hipestasi samping panggul dan bagian depan paha
b. Kelemahan kuadriseps femoris
c. Refleks tendon patella (RTP) menurun
d. Tanda lasseque positif pada 50% penderita
3. Kompresi Radiks L5
a. Daerah nyeri/hipestasi sepanjang samping tungkai sampai ibu jari
kaki
b. Otot ekstensi/fleksi ibu jari kaki melemah
c. Tanda lasseque positif
4. Kompresi Radiks S1
a. Daerah nyeri/hipestasi sepanjang samping tungkai sampai ibu jari
kaki
b. Refleks tendon patella (RTP) menurun
c. Tanda lasseque positif

2.1.6 Komplikasi
1. Cardiopulmonary arrest
2. Disritmi
3. Gagal multisistem organ
4. Stroke
5. Tromboemboli

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


1. MRI : Untuk melokalisasi protusi diskus
2. CT Scan
3. Mielogram

12
4. Pemeriksaan Neurologik : Untuk menentukan jika ada kerusakan
refleks, sensori, motorik karena kompresi radiks
5. EMG (elektromiografi) : Untuk melokalisasi radiks saraf spinal
khusus yang terkena

2.1.8 Penatalaksanaan Medis


1. Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi
nyeri dan mengubah defisit neurologik.
Macam :
a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari
diskus intervertebral
b. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen
neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk
menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat
patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks.
c. Laminektomi : Pembagian lamina vertebra.
d. Disektomi dengan peleburan
2. Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan
pada katrol dan beban.
3. Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti
inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.
4. Terapi Konservatif
a. Tirah baring, berguna untuk mengurangi rasa nyeri mekanik dan
tekanan intradiskal.
b. Medikamentosa :
1) Analgetik dan NSAID
2) Muscle relaxant
3) Kortikosteroid oral
4) Analgetik adjuvant

13
c. Rehabilitasi medik:
1) Traksi pelvis
2) Termoterapi (terapi panas)
3) Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
4) Korset lumbal
5) Latihan dan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat
badan yang berlebihan.

2.1 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Nyeri)


2.2.1 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala
atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul, 2006).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul
secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya
kerusakan. Serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat
yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi
kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional); awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat
diantisipasi atau di prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronisserangan yang tiba-
tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan (NANDA, 2012).

2.2.2 Anatomi Fisiologi


2.2.2.1 Mekanisme Neuro Fisiologi Nyeri.
Struktur spesifik dalam sistem saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensori nyeri.
2.2.2.2 Transmisi Nyeri.

14
Reseptor nyeri ( nosi septor ) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya pada stimulus yang kuat , yang secara potensial merusak.
2.2.2.3 Bentuk Nyeri.
a. Nyeri Akut
a) Datangnya tiba – tiba.
b) Biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan.
c) Nyeri yang sedang berlangsung dari beberapa detik hingga 6 bln.
d) Dapat sembuh secara spontan atau dengan pengobatan.
b. Nyeri kronik
a) Nyeri yang menetap sepanjang suatu periode waktu.
b) Sulit diobati.
c) Nyeri yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih.

2.2.3 Etiologi
2.2.3.1 Faktor resiko
1) Nyeri akut:
a. Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
b. Menunjukkan kerusakan
c. Posisi untuk mengurangi nyeri
d. Muka dengan ekspresi nyeri
e. Gangguan tidur
f. Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
g. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang,
mengeluh)
2) Nyeri kronis :
a. Perubahan berat badan
b. Melaporkan secara verbal dan non verbal
c. Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada
diri sendiri
d. Kelelahan
e. Perubahan pola tidur
f. Takut cedera

15
g. Interaksi dengan orang lain menurun
1. Factor predisposisi
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
2. Factor presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi

2.2.4 Klasifikasi
Klasifikasi nyeri dapat berdasarkan waktu, yaitu: nyeri akut dan kronis dan
dapat berdasarkan etiologi, yaitu: nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik
2.2.4.1 Nyeri Akut dan Nyeri Kronik
Nyeri akut terjadi karena adanya kerusakan jaringan yang akut dan tidak
berlangsung lama. Sedangkan nyeri kronik, tetap berlanjut walaupun lesi sudah
sembuh. Ada yang memakai batas waktu 3 bulan sebagai nyeri kronik.
Intensitas nyeri dapat dinilai salah satunya menggunakan Visual Analogue
Scale (VAS). Skala ini mudah digunakan bagi pemeriksa, efisien dan lebih mudah
dipahami oleh pasien. Klasifikasi berdasarkan intensitas nyeri yang dinilai dengan
Visual Analog Scale (VAS) adalah angka 0 berarti tidak nyeri dan angka 10
berarti intensitas nyeri paling berat.
2.2.4.2 Nyeri Nosiseptif dan Nyeri Neuropatik
Nyeri secara patofisiologi dapat dibagi menjadi nosiseptif dan nyeri
neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri inflamasi yang dihasilkan oleh
rangsangan kimia, mekanik dan suhu yang menyebabkan aktifasi maupun
sensitisasi pada nosiseptor perifer (saraf yang bertanggung jawab terhadap
rangsang nyeri). Nyeri nosiseptif biasanya memberikan respon terhadap analgesik
opioid atau non opioid.
Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan
neural pada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang meliputi jalur saraf
aferen

16
sentral dan perifer, biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan menusuk.
Pasien yang mengalami nyeri neuropatik sering memberi respon yang kurang baik
terhadap analgesik opioid.
2.2.5 Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di
korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain
dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor
mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau
mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).

2.2.6 Manifestasi Klinis


2.2.6.1 Tanda dan gejala nyeri
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan menghindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi
9. Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri.

2.2.7 Komplikasi
2.2.7.1 Edema Pulmonal
2.2.7.2 Kejang
2.2.7.3 Masalah Mobilisasi
2.2.7.4 Hipertensi
2.2.7.5 Hipertermi

17
2.2.7.6 Gangguan pola istirahat dan tidur.

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang


2.2.8.1 Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di
abdomen
2.2.8.2 Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
2.2.8.3 Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
2.2.8.4 Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah
yang pecah di otak.

2.2.9 Penatalaksanaan Medis


2.2.9.1 Pemberian analgesic
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri
yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
2.2.9.2 Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik
seperti gula, larutan garam/normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan
rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian Keperawatan
2.3.1.1 Pengumpulan Data, Meliputi
1) Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku,
pendidikan, no register, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Biasanya klien dengan kanker payudara akan mengalami nyeri, benjolan
pada payudara.
3) Riwayat Penyakit
- Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. B datang ke RSUD Dr. Doris Sylvanus dengan keluhan nyeri
pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri, nyeri dirasakan sudah satu

18
minggu ini, nyeri timbul secara tiba-tiba terasa seperti berdenyut dan di
tusuk-tusuk, nyeri di rasakan terus menerus dan pasien sampai tidak
bisa tidur. Nyeri bertambah jika pasien bangkit dari duduk, saat
batuk dan mengejan. Pasien merasa nyerinya berkurang ketika pasien
tiduran, tanggal 2 Juli 2021 jam kurang lebih jam 19.00 malam
mengeluh perutnya terasa panas dan di rasakan nyeri, karena
keluhannya semakin memberat keluarga menyarankan untuk di bawa ke
RSUD Dr. Doris Sylvanus. Klien juga merasakan kepalanya terasa
pusing, mual, muntah.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kejadian ini sebelumnya.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
yang sama dengan klien.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
2.3.2.1 Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fisik yang ditandai dengan Ny. B
merasa nyeri ( SDKI halaman 172. D.0077)
2.3.2.2 Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan muntah yang
ditandai dengan Ny. B mengatakan mual muntah ( SDKI halaman 88.
D.0037)
2.3.2.3 Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan yang ditandai
dengan Ny. B mengatakan sulit tidur (SDKI halaman 126. D.0055)

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan keperawatan pada klien dengan kanker payudara meliputi :
Diagnosa I : Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fisik yang ditandai dengan
Ny. B merasa nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam rasa nyeri
teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Skala Nyeri 0 (1-10)
- Klien dapat rileks

19
- TTV normal
Intervensi Rasional
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Selalu memantau
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas perkembangan nyeri
nyeri
2. Identifikasi faktor yang memperberat 2. Mencari tahu faktor memperberat
dan memperingan nyeri dan memperingan nyeri agar
mempercepat proses
3. Kontrol lingkungan yang kesembuhan.
memperberat rasa nyeri. 3. Memberikan kondisi lingkungan
yang nyaman untuk membantu
4. Berikan teknik nonfarmakologis meredakan nyeri
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis 4. Salah satu cara mengurangi nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri 5. Agar klien atau keluarga dapat
melakukan secara mandiri
6. Kaloborasi dengan dokter pemberian ketika nyeri kambuh
analgetik, jika perlu. 6. Bekerja sama dengan dokter
dalam pemberian dosis obat

Diagnosa II Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan yang


ditandai dengan Ny. B mengatakan sulit tidur
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan masalah
gangguan pola tidur dapat teratasi.
Kriteria hasil :
- Tidur malam 8 jam
- Keluhan sulit tidur menurun
- Klien rileks
- Keluhan tidak puas tidur menurun
- Keluhan sering terjaga menurun

20
Intervensi Rasional
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Mengumpulkan data seberapa lama
aktivitas dan tidur klien
2. Modifikasi lingkungan 2. Menciftakan lingkungan yang
nyaman
3. Sesuaikan jadwal pemberian obat 3. Membantu dalam menunjang
siklus tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin 4. Waktu tidur menjadi terkontrol
5. Memberitahukan pentingnya
kecukupan tidur untuk

5. Jelaskan pentingnya tidur cukup meningkatkan kesehatan

selama sakit 6. Mendorong waktu tidur tepat


waktu.

6. Anjurkan menepati kebiasaan


waktu tidur.

21
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Hasil akhir yang diharapkan dari perencanaan dan tindakan keperawatan
adalah:
2.3.5.1 Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fisik teratasi.
2.3.5.2 Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan mual muntah teratasi.
2.3.5.3 Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan teratasi.

22
23

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Nadia


NIM : 2019.C.11a.1052
Ruang Praktek : Nusa Indah
Tanggal Praktek : 2 Juli 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 2 Juli 2021

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. B
Umur : 51 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan


Suku/Bangsa : Dayak / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan :S1
Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Jl. G.Obos


Tgl MRS : 2 Juli 2021
Diagnosa Medis : Hernias Nucleus Pulposus (HNP)

3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan


3.1.2.1 Keluhan Utama :
Klien mengatakan nyeri : timbul saat digerakan, Q : terasa sedang seperti
ditusuk-tusuk, R : di pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri, S : skala
nyeri 7 (1-10), T : berlangsung sekitar 5 menit .

3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :

23
24

Ny. B datang ke RSUD Dr. Doris Sylvanus dengan keluhan nyeri pinggang
bawah menjalar ke tungkai kiri, nyeri dirasakan sudah satu minggu ini, nyeri
timbul secara tiba-tiba terasa seperti berdenyut dan di tusuk-tusuk, nyeri di
rasakan terus menerus dan pasien sampai tidak bisa tidur. Nyeri bertambah
jika pasien bangkit dari duduk, saat batuk dan mengejan. Pasien merasa
nyerinya berkurang ketika pasien tiduran, tanggal 2 Juli 2021 jam kurang
lebih jam 19.00 malam mengeluh perutnya terasa panas dan di rasakan
nyeri, karena keluhannya semakin memberat keluarga menyarankan untuk
di bawa ke RSUD Dr. Doris Sylvanus. Klien juga merasakan kepalanya
terasa pusing, mual, muntah.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
klien

Genogram Keluarga

Ketera
ngan :
1. Meninggal Dunia
2. Klien
3. Suami Klien
4. Tinggal Serumah

24
3.1.3 Pemerikasaan Fisik
3.1.3.1 Keadaan Umum :
Klien tampak lesu, kesadaran compos mentis, posisi berbaring semi fowler.
3.1.3.2 Status Mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, ekpresi wajah klien tampak lesu,
bentuk badan klien simetris, posisi berbaring semi fowler, klien berbicara
jelas, suasana hati klien sedih, penampilan klien kurang rapi, klien
mengetahui waktu pagi, siang dan malam dapat membedakan antara perawat
dan keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt
klien baik, dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif.

3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :


Saat pengkajian TTV klien tanggal 2 Juli 2021 pukul 10:00 WIB, suhu
tubuh klien/ S = 36,7°C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 86 x/menit dan
pernapasan/ RR = 22 x/menit, tekanan darah TD = 110/ 70 mmhg.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien simetris, klien tidak memiliki kebiasaan merokok, klien
tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, tidak terdapat
nyeri, sesak nafas, type pernapasanan klien tampak menggunakan perut,
irama pernapasan tidak teratur dan suara nafas klien vesikuler serta tidak ada
suara nafas tambahan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : tidak
ada

3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)


Klien tidak merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki,
klien tampak tidak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami
clubbing finger, tidak sianosis, tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi,
tidak ada pingsan, capillary refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali
dalam 2 detik, tidak ada terdapat oedema, ictus cordis klien tidak terlihat,
vena jugulasir klien tidak mengalami peningkatan, suara jantung klien (S1-
S2) reguler dan tidak ada mengalami kelainan.

25
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.

3.1.3.6 Persyarafan (Brain)


Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal
baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran
klien tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri
positif, tidak vertigo, tampak gelisah, tidak aphasia, klien tidak merasakan
kesemutan, tidak bingung, tidak dysarthria dan tidak mengalami kejang.
Uji Syaraf Kranial :
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan
seperti : minyak kayu putih atau alcohol.
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang
ada disekitarnya.
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya
ke atas dan ke bawah.
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan
seperti : nasi, kue, buah.
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri
ataupun kanan.
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan dokter,
perawat dan keluarganya.
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa
pahit dan manis.
3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (Asesori) : Klien dapat mengangkat bahunya.
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan
lidahnya. Uji Koordinasi :

26
Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung.
Ekstermitas bawah klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki,
kestabilan tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri klien baik
skala 1, trisep kanan dan kiri klien baik skla 1, brakioradialis kanan dan kiri
klien baik skla 1, patella kanan kiri klien baik skla 1, dan akhiles kanan dan
kiri klien baik skla 1, serta reflek babinski kanan dan kiri klien baik skla 1.
Keluhan lainnya : tidak
ada Masalah
keperawatatan :
Nyeri akut

3.1.7 Eliminasi Uri (Bladder)


Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 4 x
24 jam (normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak
mengalami masalah atau lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak
oliguria, tidak nyeri, tidak retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak
hematuria, tidak hematuria, tidak terpasang kateter dan tidak pernah
melakukan cytostomi.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.

3.1.8 Eliminasi Alvi (Bowel)


Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi
klien lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah
klien tidak ada lesi, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien
tidak ada peradangan, rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien
BAB 2x/hari warna kekuningan dengan konsistensi lemah, tidak diarem
tidak konstipasi, tidak kembung, kembung, bising usus klien terdengar
normal 15 x/hari, dan tidak ada terdapat nyeri tekan ataupun benjolan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.

27
3.1.9 Tulang – Otot – Integumen (Bone)

28
Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak
ada paralise, tidak ada hemiparese, tidka ada krepitasi, tidak ada bengkak,
tidak ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, ukuran otot
klien teraba simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas atas = 5 (normal) dan
ektermitas bawah = 5 (normal). tidak terdapat peradangan dan perlukakaan
di bagian punggung bagian kanan, tangan kanan, pantat kaki kiri dan kaki
kanan dan tidak ada patah tulang, serta tulang belakang klien tampak teraba
normal.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalsah keperawatan : tidak
ada

3.1.10 Kulit-Kulit Rambut


Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosametik dan
lainnya. Suhu kulit klien teraba hangat, warna kulit normal, turgor baik,
tekstur halus, tidak terdapat lesi, tidak terdapat jaringan parut, tekstur
rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan betuk kuku simetris.
Keluhan lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada

3.1.11 Sistem Penginderaan


3.1.3.11.1 Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah, gerakan bola mata klien
tampak bergerak normal dengan visus : mata kanan (VOD) = 6/6 dan mata
kiri (VOS) = 6/6, sclera klien normal/ putih, warna konjungtiva anemis,
kornea bening, tidak terdapat alat bantu penglihatan pada klien dan tidak
terdapat adanya nyeri.
3.1.3.11.2 Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan
tidak tuli.
3.1.3.11.3 Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak
terdapat

29
transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi
kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.

3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe


Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada
teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher
klien bergerak bebas.

3.1.3.13 Sistem Reproduksi


3.1.3.13.1 Reproduksi Wanita
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, tidak ada perdarahan, tidak ada flour albus, clitoris tidak menonjol,
labia lengkap,uretra baik/ normal, kebersihan baik, dan tidak ada keluhan
lainnya.

3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan


3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang
kerumah”.
3.1.4.2 Nutrisi dan Metabolisme
Klien tidak ada program diet, klien merasa mual, ada muntah 2x, tidak
mengalami kesukaran menelan dan tidak ada merasa haus.
TB : 175 Cm
BB sekarang : 55 Kg
BB Sebelum sakit : 55 Kg
IMT = BB
(TB)²
= 55

(175)²
= 17,9 (kurang)

30
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 1x/hari 3x/ hari
Porsi 1 Kurang 2 sedang

Nafsu makan Kurang Baik


Jenis Makanan Nasi, lauk, Nasi, lauk, sayur
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman/cc/24 jam 1200 cc 1600 cc
Kebiasaan makan Pagi Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Keluhan lainnya : tidak ada
Maslsah keperawatan :
Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit

3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur


Klien mengatakan sulit tidur, ruangan terasa panas, ekpresi wajah klien
tampak meringis, tidur sebelum sakit : siang 45 menit dan malam 6 - 7 jam,
tidur sesudah sakit : tidak ada tidur siang, malam 5 jam.

Masalah Keperawatan
Gangguan pola tidur

3.1.4.4 Kognitif
Klien mengatakan “ia tidak senang dengan keadaan yang dialaminya”
Masalah keperawatan : tidak ada.

3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,
peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini,
klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Klien adalah seorang ibu rumah
tangga, klien orang yang ramah”.
Masalah keperawatan : tidak ada.

31
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebas , namun sesudah sakit
klien tidak dapat beraktivitas secara bebas akibat gerakan terbatas dan
didampingi oleh suaminya.
Masalah keperawatan : Tidak ada

3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress


Suami klien mengatakan bila ada masalah Ny. B selalu bercerita dan
meminta bantuan kepada keluarga, dan keluarga selalu menolong Ny.B.
Masalah keperawatan : Tidak ada

3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan


Suami klien mengatakan bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan
dengan keyakinan yang di anut.
Masalah keperawatan : tidak ada.

3.1.5 Sosial - Spiritual


3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan
keluhan yang dirasakan kepada perawat.
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa dayak dan bahasa Indonesia.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap
saat selalu memperhatikan dan mendampingi Ny. B selama diarawat di
rumah sakit.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat
berkomunikasi juga dengan keluarga serta orang lain.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah keluarganya.

32
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk bermain dengan keluaga.
3.1.5.7 Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien selalu menjalan ibadah sholat 5 waktu yang didampingi
oleh suaminya di saat sakit klien tidak bisa beribadah

3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laborato Rium, Penunjang Lainnya)


Data penunjang : 2 Juli 2021
Tabel pemeriksaan laboratorium
Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
22/6/2021 WBC 9, 72 x 10^3ˆ/ul 4.00-10.00

RBC 4.64 x 10^6/ul 3,50-5,50

HGB 13,3 g/dl 11-16

PLT 360 x 10^3/ul 150-400

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


Nama Obat Dosis Rute Indikasi
Injeksi Untuk mengobati berbagai
3x1 mg IV
Cefotaxime macam macam infeksi bakteri
Untuk mengatasi dehidrasi
Infus RL IV
15 tpm isotonik

Palangka Raya, Jumat 2 Juli 2021


Mahasiswa

Nadia
NIM : 2019.C.11a.1052

33
ANALISIS DATA

DATA KEMUNGKINAN MASALAH


PENYEBAB

DS : Klien mengatakan nyeri Trauma di tulang


belakang akibat bekerja
P : timbul saat digerakan Nyeri Akut
Q : seperti ditusuk-tusuk Merangsang saraf nyeri
R : di pinggang bawah menjalar
ke tungkai kiri
T : berlangsung selama Cedera fisik
5 menit.
DO : Nyeri akut
S : skala nyeri 7 (1-10)

1. Klien tampak lemas


2. Cara berbaring klien
tampak semi-fowler
3. Ekspresi wajah meringis
4. TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 86 x/menit
S : 36,7 0C
RR : 22 x/menit `

34
DS : Klien mengatakan sulit Nyeri
tidur
Gelisah
DO :

- Klien tampak lelah Waktu tidur berkurang


- Klien sering menguap
- Lingkar mata klien hitam Ketidak nyamanan
- Suhu kulit klien teraba hangat
- Klien tampak gelisah.
- Wajah klien tampak meringis
- TTV

35
3.2 Prioritas Masalah

1. Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fisik yang ditandai dengan Ny. B
merasa nyeri, P : timbul saat digerakkan, Q : seperti ditusuk-tusuk R : di
pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri, S : skala nyeri 7 (1-10), T :
berlangsung selama 5 menit, klien tampak lemas, cara berbaring semi-fowler,
ekspresi wajah meringis, dan hasil pemeriksaan TTV : TD : 110/70 mmHg, N
: 86 x/menit, S : 36,7 0C, RR : 22 x/menit.
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan mual muntah yang
ditandai dengan Ny. B mengatakan mual muntah 2 kali, Terpasang Infus
Ringer Lactate 500 ml 15 tpm ditangan kiri klien, klien memuntahkan cairan,
dan hasil pemeriksaan TTV : TD : 110/70 mmHg, N : 86 x/menit, S : 36,7 0C,
RR : 22 x/menit.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan yang ditandai
dengan Ny. B mengatakan sulit tidur, klien tampak lelah, klien sering
menguap, lingkar mata klien hitam, suhu kulit klien teraba hangat, klien
tampak gelisah, wajah klien tampak meringis, dan hasil pemeriksaan TTV :
TD : 110/70 mmHg, N : 86 x/menit, S : 36,7 0C, RR : 22 x/menit.

36
36

3.3 Rencana Keperawatan


Nama Pasien : Ny. B
Ruang Rawat : Nusa Indah
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, 1. Selalu memantau perkembangan
dengan cedera fisik yang keperawatan 3x24 jam diharapkan karakteristik, durasi, nyeri
ditandai dengan Ny. B
masalah nyeri klien dapat teratasi, frekuensi, kualitas, intensitas 2. Mencari tahu faktor
merasa nyeri, P : timbul
saat digerakkan, Q : dengan kriteria hasil : nyeri memperberat dan memperingan
seperti ditusuk-tusuk R : 2. Identifikasi faktor yang nyeri agar mempercepat proses
di pinggang bawah 1. Keluhan nyeri menurun
memperberat dan memperingan kesembuhan.
menjalar ke tungkai kiri, 2. Meringis menurun
S : skala nyeri 7 (1-10), nyeri 3. Memberikan kondisi lingkungan
3. Skala Nyeri 0 (1-10)
T 3. Kontrol lingkungan yang nyaman untuk membantu
: berlangsung selama 5 Klien dapat rileks
yang memperberat rasa meredakan nyeri
menit, klien tampak 4. TTV normal
lemas, cara berbaring nyeri. 4. Salah satu cara mengurangi nyeri
semi-fowler, ekspresi 4. Berikan teknik 5. Agar klien atau keluarga dapat
wajah meringis, dan melakukan secara mandiri
nonfarmakologis
hasil pemeriksaan TTV :
TD : 110/70 mmHg, N 5. Ajarkan teknik ketika nyeri kambuh
: 86 nonfarmakologis untuk 6. Bekerja sama dengan dokter
x/menit, S : 38,7 0C, RR mengurangi rasa nyeri dalam pemberian dosis obat
: 22 x/menit.
6. Kaloborasi dengan dokter
pemberian analgetik, jika perlu.

36
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
2. Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kebutuhan cairan pasien 1. Mengetahui kebutuhan cairan
ketidakseimbangan keperawatan 3x24 jam diharapkan 2. Observasi tanda-tanda vital pasien.
elektrolit berhubungan intake dan ouput cairan menjadi 3. Monitor intake dan output 2. Perubahan yang drastis pada
dengan mual muntah seimbang , dengan kriteria hasil : secara ketat tanda-tanda vital merupakan
yang ditandai dengan 4. Pantau hasil laboratorium indikasi kekurangan cairan.
1. TTV Normal
Ny. B mengatakan serum elektrolit, hematokrit 3. Menilai keseimbangan cairan
2. Mukosa Lembab
mual muntah 5. Kolaborasi dengan ahli gizi 4. Menilai keseimbangan cairan
2 kali, dan elektrolit
Terpasang Infus Ringer 5. Untuk mengonsultasikan status
Lactate 500 ml 15 tpm gizi
ditangan kiri klien,
klien memuntahkan
cairan, dan hasil
pemeriksaan TTV : TD
: 110/70 mmHg, N : 86
x/menit, S : 36,7 0C, RR
: 22 x/menit.

37
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi pola aktivitas 1. Mengumpulkan data seberapa
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan dan tidur lama aktivitas dan tidur klien
ketidak nyamanan masalah gangguan pola tidur 2. Modifikasi lingkungan 2. Menciftakan lingkungan
yang ditandai dengan dapat teratasi, dengan kriteria 3. Sesuaikan jadwal pemberian yang nyaman
Ny. B mengatakan sulit hasil : obat 3. Membantu dalam
tidur, klien tampak 4. Tetapkan jadwal tidur rutin menunjang siklus tidur
1. Tidur malam 8 jam
lelah, klien sering 5. Jelaskan pentingnya 4. Waktu tidur menjadi terkontrol
2. Keluhan sulit tidur menurun
menguap, lingkar mata tidur cukup selama sakit 5. Memberitahukan
3. Klien rileks
klien hitam, suhu kulit 6. Anjurkan menepati kebiasaan pentingnya kecukupan
4. Keluhan tidak puas tidur
klien teraba hangat, waktu tidur. tidur untuk meningkatkan
menurun
klien tampak gelisah, kesehatan
Keluhan sering terjaga
wajah klien tampak 6. Mendorong waktu tidur tepat
menurun
meringis, dan hasil waktu.
pemeriksaan TTV : TD
: 110/70 mmHg, N : 86
x/menit, S : 36,7 0C,
RR : 22 x/menit.

38
4.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tanda tangan dan


Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
1. 2 Juli 2021 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S : Klien mengatakan nyeri datang ketika Nadia
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri efek obat menghilang di payudara
kanan, nyeri skla 6 (1-10), seperti
2. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
ditusuk-tusuk, berlangsung sekitar 5
memperingan nyeri menit.
3. Mengontrol lingkungan yang O:
memperberat rasa nyeri.
- Ekspresi wajah meringis
4. Memerikan teknik nonfarmakologis
- Klien dapat melakukan terapi
5. Mengajarkan teknik nonfarmakologis musik secara mandiri disaat nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri datang
- Irama pernafasan teratur
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter
- TTV belum batas
pemberian analgetik, jika perlu. normal TD : 110/70
mmHg

N : 86 x/menit

S : 36,7 0C

RR : 22 x/menit

A : Masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi 2 dan 4

39
Tanda tangan dan
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
2. 2 Juli 2021 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur S : Klien mengatakan tidur menjadi Nadia
2. Memodifikasi lingkungan nyenyak
3. Menjelaskan pentingnya tidur
O:
cukup selama sakit
4. Menetapkan jadwal tidur rutin - Klien mengerti dan ingin melakukan
jadwal tidur rutin
- Tidur siang pukul 13:00-14:00
WIB dan tidur malam 22:00-05:00
WIB, klien menjadi lebih rileks
- Kulit klien teraba hangat
- Tidur malam menjadi 7 jam
A : Masalah teratasi

P : intervensi terselesaikan.

40
43

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan medis pada Ny. B dengan gangguan aman dan
nyaman (nyeri) dalam pemberian asuhan keperawatan disesuaikan dengan
standar keperawatan dalam pelaksanaan intervensi dan implementasi. Dimana
masalah yang ditemukan pada kasus Ny. B dengan diagnosa Nyeri Akut
berhubungan dengan cedera fisik yang ditandai dengan Ny. B merasa nyeri ,
Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan mual muntah yang
ditandai dengan Ny. B mengatakan mual muntah, Gangguan pola tidur
berhubungan dengan ketidak nyamanan yang ditandai dengan Ny. B
mengatakan sulit tidur. Dengan hasil yang membaik.

4.2 Saran
Sebagai seorang perawat kita diharapkan mampu memahami dan
mengetahui masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem
pencernaan pada pasien, agar perawat mampu melakukan asuhan
keperawatan pada klien tersebut. Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang
sering berinteraksi dengan pasien, perawat harus mampu memenuhi
kebutuhan pasien, salah satunya adalah kebutuhan yang berhubungan
dengan sistem pencernaan. Perawat bisa memberikan edukasi kesehatan
agar kejadian ini tidak terulang atau kambuh pada klien yang sama.

41
44

DAFTAR PUSTAKA

Azua J.A.R. 2016. Treatment Modalities for Lumbar Herniated Discs That
Cause Sciatica. MOJ Anat Physiol 2(1): 00032.
Cahyati Y.I. 2015. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) Pada L5-S1. Tersedia dalam : eprints.ums.ac.id
Herdman H.T (Eds), Kamitsuru S (Eds). 2015. NANDA Interntional Inc.
Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi
10.Jakarta: Penerbit Bukun Kedokteran
Humaira, Azkia. 2018. Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
https://fisioterapidotme.wordpress.com/tag/hnp/
Moore dan Agur, 2013. Penyebab Hernia Nukleus Pulposus Berdasarkan Usia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

42

Anda mungkin juga menyukai