DISUSUN OLEH :
NAMA : NADIA
NIM : 2019.C.11a.1052
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners,
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny. B Dengan Diagnosa
Medis Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) Dan Kebutuhan Dasar Manusia tentang
Nyeri di Ruang Nusa Indah Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Kristinawati, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN..................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................3
1.4 Manfaat........................................................................................................3
BAB 2 LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................5
2.1 Konsep Penyakit HNP..................................................................................5
2.1.1 Definisi HNP...........................................................................................5
2.1.2 Etiologi....................................................................................................5
2.1.3 Klasifikasi................................................................................................8
2.1.4 Patofisiologi.............................................................................................9
2.1.5 Manifestasi Klinis..................................................................................12
2.1.6 Komplikasi.............................................................................................12
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................12
2.1.8 Penatalaksanaan Medis..........................................................................13
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Nyeri)...............................................14
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan..............................................................18
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................................18
2.3.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................19
2.3.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................19
2.3.4 Implementasi Keperawatan...................................................................22
2.3.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................................22
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................23
3.1 Pengkajian..................................................................................................23
3.2 Diagnosa.....................................................................................................35
3.3 Intervensi....................................................................................................36
3.4 Implementasi..............................................................................................39
3.5 Evaluasi......................................................................................................39
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................42
4.1 Kesimpulan.................................................................................................42
4.2 Saran...........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Angka kejadian pasien HNP meningkat tajam pada remaja (lebih awal terjadi pada
anak perempuan daripada anak laki-laki) dengan usia 12-41 tahun yang dilakukan
berdasarkan studi cross sectional di Denmark. Angka kejadian HNP lebih sering
pada usia dewasa, dimana 20,7% dari populasi perempuan dan 21% dari populasi
laki-laki di benua Australia.
Di Indonesia tidak terdapat data yang menunjukkan prevalensi nyeri
punggung bawah secara jelas, tetapi prevalensi penyakit sendi di Indonesia
berdasarkan diagnosis atau gejala menurut Riskesdas tahun 2017 adalah 24,7
persen. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan wawancara meningkat seiring
dengan bertambahnya umur yaitu prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun (33%
2 dan 54,8%). Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi pada perempuan (27,5%)
lebih tinggi dari laki-laki (21,8%) (Riskesdas, 2017).
Data profil dinas kesehatan mengatakan Herniasi dari diskus lumbalis
menyebabkan nyeri pinggang bawah yang menjalar kearah bawah mengikuti
nervus skiatik kedalam paha posterior yang terjadi akibat kompresi pada akar saraf
tulang belakang. Umumnya nyeri skiatik terjadi awalnya dipantat dan menjalar
kebawah dipaha belakang kemudian ke kaki dan pergelangan kaki. Hernia diskus
dapat pula menyebabkan nyeri diselangkangan. Klien sering kali mengalami
spasme otot dan hiperestasia (kebas dan kesemutan) pada area distribusi dari akar
saraf yang terganggu. Nyeri akan bertambah parah dengan mengejan (batuk,
bersin, buang air besar, menekuk, mengangkat barang dan mengangkat kaki-lurus)
atau duduk dalam waktu jangka panjang dan akan berkurang dengan posisi
berbaring miring dengan lutut ditekuk. Gerakan apapun pada tungkai bawah yang
merengangkan saraf akan menyebabkan nyeri.
Dari besarnya insiden Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) di negara–negara
berkembang seperti di Indonesia, penulis tertarik untuk mengangkat topik
Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) dalam upaya ketepatan penegakan diagnosis
hingga pemberian terapi yang adekuat sehingga dapat dilakukan pencegahan dari
komplikasi yang dapat ditimbulkan.
2
1.2.1 Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada Ny. B dengan diagnosa
medis Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) di ruang Nusa Indah RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka raya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) di ruang Nusa Indah
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa
medis Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) secara benar dan bisa melakukan
keperawatan di rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) dan
Asuhan Keperawatannya.
3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit
3
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
diagnosa medis Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) melalui Asuhan Keperawatan
yang dilaksanakan secara komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
4
5
5
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
5
6
adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus
intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada
kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh
cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam
beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah
medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus
terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari
kolumna spinal (Helmi, 2012).
Pengangkatan beban yang berat pada posisi yang tidak benar juga dapat
menyebabkan hernia nukleus pulposus terjadi pada berbagai arah :
6
7
mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang
besar dapat
menekan serabut-serabut saraf melawan apophysis artikuler.
b. Hernia Servikalis
2.1.4 Patofisiologi
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum ferensial.
Karena adanya gaya traumatik yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih
besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP
hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat
diasumsikan sebagai gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu
terpeleset, mengangkat benda berat dan sebagainya.
7
8
tungkai yang dikenal sebagai ischialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus
pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks
yang bersama- sama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura.
Hal itu terjadi jika
8
penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralis
mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan
(Muttaqin, 2008).
9
Pemeriksaan penunjang:
Etiologi : MRI
WOC HNP
Penyebab HNP biasanya dengan meningkatnya usia terjadi perubahan CT Scan
degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus Mielogram
pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus
Pemeriksaan Neurologik
menerus.
EMG (elektromiografi)
HNP merupakan suatu gangguan yang melibatkan
Menekan kearah kanalis spinalis Manifestasi klinis:
ruptur annulus fibrosus sehingga nukleus pulposis Kompresi Radiks L3
menonjol (bulging) dan menekan kearah kanalis Kompresi Radiks L
spinalis
Kompresi Radiks L5
HNP
Kompresi Radiks S1
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone
Gelisah
Mual / muntah MK: Intoleransi
Merangsang saraf Ketidakmampua Aktivtas
nyeri n melakukan
Sesak Nafas Kontraksi jantung
meningkat personal Intake kurang
hygiene
MK: Nyeri Akut
MK: Bersihan jalan Waktu tidur berkurang
nafas tidak efektif MK: Risiko
MK: Defisit Ketidakseimbangan
perawatan diri Elektrolit
MK: Gangguan
pola tidur
10
2.1.5 Manifestasi Klinis
1. Kompresi Radiks L3
a. Daerah nyeri dan hipestasi samping panggul dan bagian depan paha
b. Kelemahan kuadriseps femoris
c. Refleks tendon patella (RTP) menurun
2. Kompresi Radiks L
a. Daerah nyeri dan hipestasi samping panggul dan bagian depan paha
b. Kelemahan kuadriseps femoris
c. Refleks tendon patella (RTP) menurun
d. Tanda lasseque positif pada 50% penderita
3. Kompresi Radiks L5
a. Daerah nyeri/hipestasi sepanjang samping tungkai sampai ibu jari
kaki
b. Otot ekstensi/fleksi ibu jari kaki melemah
c. Tanda lasseque positif
4. Kompresi Radiks S1
a. Daerah nyeri/hipestasi sepanjang samping tungkai sampai ibu jari
kaki
b. Refleks tendon patella (RTP) menurun
c. Tanda lasseque positif
2.1.6 Komplikasi
1. Cardiopulmonary arrest
2. Disritmi
3. Gagal multisistem organ
4. Stroke
5. Tromboemboli
12
4. Pemeriksaan Neurologik : Untuk menentukan jika ada kerusakan
refleks, sensori, motorik karena kompresi radiks
5. EMG (elektromiografi) : Untuk melokalisasi radiks saraf spinal
khusus yang terkena
13
c. Rehabilitasi medik:
1) Traksi pelvis
2) Termoterapi (terapi panas)
3) Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
4) Korset lumbal
5) Latihan dan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat
badan yang berlebihan.
14
Reseptor nyeri ( nosi septor ) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya pada stimulus yang kuat , yang secara potensial merusak.
2.2.2.3 Bentuk Nyeri.
a. Nyeri Akut
a) Datangnya tiba – tiba.
b) Biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan.
c) Nyeri yang sedang berlangsung dari beberapa detik hingga 6 bln.
d) Dapat sembuh secara spontan atau dengan pengobatan.
b. Nyeri kronik
a) Nyeri yang menetap sepanjang suatu periode waktu.
b) Sulit diobati.
c) Nyeri yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih.
2.2.3 Etiologi
2.2.3.1 Faktor resiko
1) Nyeri akut:
a. Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
b. Menunjukkan kerusakan
c. Posisi untuk mengurangi nyeri
d. Muka dengan ekspresi nyeri
e. Gangguan tidur
f. Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
g. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang,
mengeluh)
2) Nyeri kronis :
a. Perubahan berat badan
b. Melaporkan secara verbal dan non verbal
c. Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada
diri sendiri
d. Kelelahan
e. Perubahan pola tidur
f. Takut cedera
15
g. Interaksi dengan orang lain menurun
1. Factor predisposisi
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
2. Factor presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi
2.2.4 Klasifikasi
Klasifikasi nyeri dapat berdasarkan waktu, yaitu: nyeri akut dan kronis dan
dapat berdasarkan etiologi, yaitu: nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik
2.2.4.1 Nyeri Akut dan Nyeri Kronik
Nyeri akut terjadi karena adanya kerusakan jaringan yang akut dan tidak
berlangsung lama. Sedangkan nyeri kronik, tetap berlanjut walaupun lesi sudah
sembuh. Ada yang memakai batas waktu 3 bulan sebagai nyeri kronik.
Intensitas nyeri dapat dinilai salah satunya menggunakan Visual Analogue
Scale (VAS). Skala ini mudah digunakan bagi pemeriksa, efisien dan lebih mudah
dipahami oleh pasien. Klasifikasi berdasarkan intensitas nyeri yang dinilai dengan
Visual Analog Scale (VAS) adalah angka 0 berarti tidak nyeri dan angka 10
berarti intensitas nyeri paling berat.
2.2.4.2 Nyeri Nosiseptif dan Nyeri Neuropatik
Nyeri secara patofisiologi dapat dibagi menjadi nosiseptif dan nyeri
neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri inflamasi yang dihasilkan oleh
rangsangan kimia, mekanik dan suhu yang menyebabkan aktifasi maupun
sensitisasi pada nosiseptor perifer (saraf yang bertanggung jawab terhadap
rangsang nyeri). Nyeri nosiseptif biasanya memberikan respon terhadap analgesik
opioid atau non opioid.
Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan
neural pada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang meliputi jalur saraf
aferen
16
sentral dan perifer, biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan menusuk.
Pasien yang mengalami nyeri neuropatik sering memberi respon yang kurang baik
terhadap analgesik opioid.
2.2.5 Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di
korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain
dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor
mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau
mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).
2.2.7 Komplikasi
2.2.7.1 Edema Pulmonal
2.2.7.2 Kejang
2.2.7.3 Masalah Mobilisasi
2.2.7.4 Hipertensi
2.2.7.5 Hipertermi
17
2.2.7.6 Gangguan pola istirahat dan tidur.
18
minggu ini, nyeri timbul secara tiba-tiba terasa seperti berdenyut dan di
tusuk-tusuk, nyeri di rasakan terus menerus dan pasien sampai tidak
bisa tidur. Nyeri bertambah jika pasien bangkit dari duduk, saat
batuk dan mengejan. Pasien merasa nyerinya berkurang ketika pasien
tiduran, tanggal 2 Juli 2021 jam kurang lebih jam 19.00 malam
mengeluh perutnya terasa panas dan di rasakan nyeri, karena
keluhannya semakin memberat keluarga menyarankan untuk di bawa ke
RSUD Dr. Doris Sylvanus. Klien juga merasakan kepalanya terasa
pusing, mual, muntah.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kejadian ini sebelumnya.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
yang sama dengan klien.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
2.3.2.1 Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fisik yang ditandai dengan Ny. B
merasa nyeri ( SDKI halaman 172. D.0077)
2.3.2.2 Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan muntah yang
ditandai dengan Ny. B mengatakan mual muntah ( SDKI halaman 88.
D.0037)
2.3.2.3 Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan yang ditandai
dengan Ny. B mengatakan sulit tidur (SDKI halaman 126. D.0055)
19
- TTV normal
Intervensi Rasional
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Selalu memantau
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas perkembangan nyeri
nyeri
2. Identifikasi faktor yang memperberat 2. Mencari tahu faktor memperberat
dan memperingan nyeri dan memperingan nyeri agar
mempercepat proses
3. Kontrol lingkungan yang kesembuhan.
memperberat rasa nyeri. 3. Memberikan kondisi lingkungan
yang nyaman untuk membantu
4. Berikan teknik nonfarmakologis meredakan nyeri
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis 4. Salah satu cara mengurangi nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri 5. Agar klien atau keluarga dapat
melakukan secara mandiri
6. Kaloborasi dengan dokter pemberian ketika nyeri kambuh
analgetik, jika perlu. 6. Bekerja sama dengan dokter
dalam pemberian dosis obat
20
Intervensi Rasional
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Mengumpulkan data seberapa lama
aktivitas dan tidur klien
2. Modifikasi lingkungan 2. Menciftakan lingkungan yang
nyaman
3. Sesuaikan jadwal pemberian obat 3. Membantu dalam menunjang
siklus tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin 4. Waktu tidur menjadi terkontrol
5. Memberitahukan pentingnya
kecukupan tidur untuk
21
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
22
23
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. B
Umur : 51 Tahun
23
24
Ny. B datang ke RSUD Dr. Doris Sylvanus dengan keluhan nyeri pinggang
bawah menjalar ke tungkai kiri, nyeri dirasakan sudah satu minggu ini, nyeri
timbul secara tiba-tiba terasa seperti berdenyut dan di tusuk-tusuk, nyeri di
rasakan terus menerus dan pasien sampai tidak bisa tidur. Nyeri bertambah
jika pasien bangkit dari duduk, saat batuk dan mengejan. Pasien merasa
nyerinya berkurang ketika pasien tiduran, tanggal 2 Juli 2021 jam kurang
lebih jam 19.00 malam mengeluh perutnya terasa panas dan di rasakan
nyeri, karena keluhannya semakin memberat keluarga menyarankan untuk
di bawa ke RSUD Dr. Doris Sylvanus. Klien juga merasakan kepalanya
terasa pusing, mual, muntah.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
klien
Genogram Keluarga
Ketera
ngan :
1. Meninggal Dunia
2. Klien
3. Suami Klien
4. Tinggal Serumah
24
3.1.3 Pemerikasaan Fisik
3.1.3.1 Keadaan Umum :
Klien tampak lesu, kesadaran compos mentis, posisi berbaring semi fowler.
3.1.3.2 Status Mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, ekpresi wajah klien tampak lesu,
bentuk badan klien simetris, posisi berbaring semi fowler, klien berbicara
jelas, suasana hati klien sedih, penampilan klien kurang rapi, klien
mengetahui waktu pagi, siang dan malam dapat membedakan antara perawat
dan keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt
klien baik, dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif.
25
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
26
Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung.
Ekstermitas bawah klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki,
kestabilan tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri klien baik
skala 1, trisep kanan dan kiri klien baik skla 1, brakioradialis kanan dan kiri
klien baik skla 1, patella kanan kiri klien baik skla 1, dan akhiles kanan dan
kiri klien baik skla 1, serta reflek babinski kanan dan kiri klien baik skla 1.
Keluhan lainnya : tidak
ada Masalah
keperawatatan :
Nyeri akut
27
3.1.9 Tulang – Otot – Integumen (Bone)
28
Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak
ada paralise, tidak ada hemiparese, tidka ada krepitasi, tidak ada bengkak,
tidak ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, ukuran otot
klien teraba simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas atas = 5 (normal) dan
ektermitas bawah = 5 (normal). tidak terdapat peradangan dan perlukakaan
di bagian punggung bagian kanan, tangan kanan, pantat kaki kiri dan kaki
kanan dan tidak ada patah tulang, serta tulang belakang klien tampak teraba
normal.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalsah keperawatan : tidak
ada
29
transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi
kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
(175)²
= 17,9 (kurang)
30
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 1x/hari 3x/ hari
Porsi 1 Kurang 2 sedang
Masalah Keperawatan
Gangguan pola tidur
3.1.4.4 Kognitif
Klien mengatakan “ia tidak senang dengan keadaan yang dialaminya”
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,
peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini,
klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Klien adalah seorang ibu rumah
tangga, klien orang yang ramah”.
Masalah keperawatan : tidak ada.
31
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebas , namun sesudah sakit
klien tidak dapat beraktivitas secara bebas akibat gerakan terbatas dan
didampingi oleh suaminya.
Masalah keperawatan : Tidak ada
32
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk bermain dengan keluaga.
3.1.5.7 Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien selalu menjalan ibadah sholat 5 waktu yang didampingi
oleh suaminya di saat sakit klien tidak bisa beribadah
Nadia
NIM : 2019.C.11a.1052
33
ANALISIS DATA
34
DS : Klien mengatakan sulit Nyeri
tidur
Gelisah
DO :
35
3.2 Prioritas Masalah
1. Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fisik yang ditandai dengan Ny. B
merasa nyeri, P : timbul saat digerakkan, Q : seperti ditusuk-tusuk R : di
pinggang bawah menjalar ke tungkai kiri, S : skala nyeri 7 (1-10), T :
berlangsung selama 5 menit, klien tampak lemas, cara berbaring semi-fowler,
ekspresi wajah meringis, dan hasil pemeriksaan TTV : TD : 110/70 mmHg, N
: 86 x/menit, S : 36,7 0C, RR : 22 x/menit.
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan mual muntah yang
ditandai dengan Ny. B mengatakan mual muntah 2 kali, Terpasang Infus
Ringer Lactate 500 ml 15 tpm ditangan kiri klien, klien memuntahkan cairan,
dan hasil pemeriksaan TTV : TD : 110/70 mmHg, N : 86 x/menit, S : 36,7 0C,
RR : 22 x/menit.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan yang ditandai
dengan Ny. B mengatakan sulit tidur, klien tampak lelah, klien sering
menguap, lingkar mata klien hitam, suhu kulit klien teraba hangat, klien
tampak gelisah, wajah klien tampak meringis, dan hasil pemeriksaan TTV :
TD : 110/70 mmHg, N : 86 x/menit, S : 36,7 0C, RR : 22 x/menit.
36
36
36
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
2. Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kebutuhan cairan pasien 1. Mengetahui kebutuhan cairan
ketidakseimbangan keperawatan 3x24 jam diharapkan 2. Observasi tanda-tanda vital pasien.
elektrolit berhubungan intake dan ouput cairan menjadi 3. Monitor intake dan output 2. Perubahan yang drastis pada
dengan mual muntah seimbang , dengan kriteria hasil : secara ketat tanda-tanda vital merupakan
yang ditandai dengan 4. Pantau hasil laboratorium indikasi kekurangan cairan.
1. TTV Normal
Ny. B mengatakan serum elektrolit, hematokrit 3. Menilai keseimbangan cairan
2. Mukosa Lembab
mual muntah 5. Kolaborasi dengan ahli gizi 4. Menilai keseimbangan cairan
2 kali, dan elektrolit
Terpasang Infus Ringer 5. Untuk mengonsultasikan status
Lactate 500 ml 15 tpm gizi
ditangan kiri klien,
klien memuntahkan
cairan, dan hasil
pemeriksaan TTV : TD
: 110/70 mmHg, N : 86
x/menit, S : 36,7 0C, RR
: 22 x/menit.
37
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi pola aktivitas 1. Mengumpulkan data seberapa
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan dan tidur lama aktivitas dan tidur klien
ketidak nyamanan masalah gangguan pola tidur 2. Modifikasi lingkungan 2. Menciftakan lingkungan
yang ditandai dengan dapat teratasi, dengan kriteria 3. Sesuaikan jadwal pemberian yang nyaman
Ny. B mengatakan sulit hasil : obat 3. Membantu dalam
tidur, klien tampak 4. Tetapkan jadwal tidur rutin menunjang siklus tidur
1. Tidur malam 8 jam
lelah, klien sering 5. Jelaskan pentingnya 4. Waktu tidur menjadi terkontrol
2. Keluhan sulit tidur menurun
menguap, lingkar mata tidur cukup selama sakit 5. Memberitahukan
3. Klien rileks
klien hitam, suhu kulit 6. Anjurkan menepati kebiasaan pentingnya kecukupan
4. Keluhan tidak puas tidur
klien teraba hangat, waktu tidur. tidur untuk meningkatkan
menurun
klien tampak gelisah, kesehatan
Keluhan sering terjaga
wajah klien tampak 6. Mendorong waktu tidur tepat
menurun
meringis, dan hasil waktu.
pemeriksaan TTV : TD
: 110/70 mmHg, N : 86
x/menit, S : 36,7 0C,
RR : 22 x/menit.
38
4.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
N : 86 x/menit
S : 36,7 0C
RR : 22 x/menit
39
Tanda tangan dan
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
2. 2 Juli 2021 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur S : Klien mengatakan tidur menjadi Nadia
2. Memodifikasi lingkungan nyenyak
3. Menjelaskan pentingnya tidur
O:
cukup selama sakit
4. Menetapkan jadwal tidur rutin - Klien mengerti dan ingin melakukan
jadwal tidur rutin
- Tidur siang pukul 13:00-14:00
WIB dan tidur malam 22:00-05:00
WIB, klien menjadi lebih rileks
- Kulit klien teraba hangat
- Tidur malam menjadi 7 jam
A : Masalah teratasi
P : intervensi terselesaikan.
40
43
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan medis pada Ny. B dengan gangguan aman dan
nyaman (nyeri) dalam pemberian asuhan keperawatan disesuaikan dengan
standar keperawatan dalam pelaksanaan intervensi dan implementasi. Dimana
masalah yang ditemukan pada kasus Ny. B dengan diagnosa Nyeri Akut
berhubungan dengan cedera fisik yang ditandai dengan Ny. B merasa nyeri ,
Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan mual muntah yang
ditandai dengan Ny. B mengatakan mual muntah, Gangguan pola tidur
berhubungan dengan ketidak nyamanan yang ditandai dengan Ny. B
mengatakan sulit tidur. Dengan hasil yang membaik.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat kita diharapkan mampu memahami dan
mengetahui masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem
pencernaan pada pasien, agar perawat mampu melakukan asuhan
keperawatan pada klien tersebut. Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang
sering berinteraksi dengan pasien, perawat harus mampu memenuhi
kebutuhan pasien, salah satunya adalah kebutuhan yang berhubungan
dengan sistem pencernaan. Perawat bisa memberikan edukasi kesehatan
agar kejadian ini tidak terulang atau kambuh pada klien yang sama.
41
44
DAFTAR PUSTAKA
Azua J.A.R. 2016. Treatment Modalities for Lumbar Herniated Discs That
Cause Sciatica. MOJ Anat Physiol 2(1): 00032.
Cahyati Y.I. 2015. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) Pada L5-S1. Tersedia dalam : eprints.ums.ac.id
Herdman H.T (Eds), Kamitsuru S (Eds). 2015. NANDA Interntional Inc.
Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi
10.Jakarta: Penerbit Bukun Kedokteran
Humaira, Azkia. 2018. Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
https://fisioterapidotme.wordpress.com/tag/hnp/
Moore dan Agur, 2013. Penyebab Hernia Nukleus Pulposus Berdasarkan Usia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
42