Anda di halaman 1dari 18

Konsep Dan Teori Belajar Mengajar

Mata Kuliah : Promosi Kesehatan

Dosen Pengampu : Siti Santy Sianipar,S.Kep.,M.Kes

Disusun Oleh :

Nadia

(2019.C.11a.1052)

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2019/ 2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
segala berkat dan cinta kasih-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan
pada waktunya. Adapun judul dalam penulisan makalah ini adalah “Konsep Dan
Teori Belajar Mengajar”. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah ikut membantu dalam penulisan makalah ini,sehingga
makalah ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan-kekurangan, oleh sebab itu
penulis dengan kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya
makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,


maupun mahasiswa khususnya Stikes Eka Harap Palangka Raya.

Palangka Raya, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.........................................................................


1.2 Rumusan Masalah....................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................

2.1 Arti Dan Lingkup Belajar........................................................

2.2 Beberapa Teori Proses Belajar.................................................

2.3 Berbagai Teori Belajar Sosial (Social Learning).....................

2.4 Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar............

2.5 Proses Belajar Pada Orang Dewasa.........................................

2.6 Prinsip-Prinsip Belajar.............................................................

BAB 3 PENUTUP......................................................................................

3.1 Kesimpulan..............................................................................

3.2 Saran........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam kehidupan setiap
orang karena belajar merupakan suatu usaha seseorang dalam memperoleh
pengetahuan, pemahaman, maupun perubahan untuk dirinya. Dalam belajar,
diperlukan proses yang disebut pembelajaran. Yaitu kegiatan seseorang dalam
memproses pengetahuan yang ia dapat dari belajar. Belajar dan pembelajaran
memiliki hubungan yang sangat erat. Keduanya saling berkaitan satu salah sama
lain. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa secara berlangsungnya proses belajar. Sedangkan tujuan
pembelajaran adalah untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

1
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arti Dan Lingkup Belajar

Pengertian Belajar

Menurut Kozier (200) belajar merupakan berubahnya kemampuan seseorang


yang terus berlanjut dalam suatu waktu. Sementara itu, menurut Patricia Potter dan
Anne Perry (2005), belajar adalah proses memperoleh ilmu, sikap, dan kemampuan
baru melalui latihan dan pengalaman. Berdasarkan beberapa arti dari belajar di atas,
belajar dapat disimpulkan sebagai kegiatan dalam memperoleh hal-hal baru terutama
ilmu yang didapat melalui latihan atau menempa diri serta pengalaman.

Mengajar

Mengajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti memberi


pelajaran atau pelatihan. Sementara itu, menurut The Free Dictionary, mengajar
merupakan suatu aktivitas untuk mendidik atau melatih dan di dalam aktivitas
mengajar, pengajar berusaha memberi atau menanamkan pengetahuan atau
keterampilan kepada para pelajar. Selain definisi – definisi di atas, mengajar juga
memiliki beberapa definisi yang berasal dari berbagai tokoh yaitu:

a. Mengajar tak hanya menyampaikan pengetahuan tetapi juga merangsang


terjadinya proses berpikir, tumbuhnya sikap kritis, atau hingga mengubah
pandangan para pelajar (Rooijakkers, 1991).
b. Mengajar atau pembelajaran merupakan perolehan pengetahuan, perilaku, dan
keterampilan baru. (Bastable, 2003 dalam Potter dan Perry, 2010)

Dari beberapa definisi di atas, mengajar dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan
yang bertujuan untuk menularkan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada orang yang
belajar sehingga dapat menumbuhkan sikap kritis dari para pelajar hingga mengubah
sikap pelajar dan juga agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.

2
Ruang Lingkup Belajar dan Pembelajaran.

Ruang lingkup merupakan cakupan atau batasan kegiatan yang harus dilakukan oleh
guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan secara efektif
dan efisien.

Ruang lingkup tersebut meliputi; materi, media, pendekatan-pendekatan,


alokasi waktu, metode, pola pembinaan terpadu, kompetensi dasar peserta didik dan
evaluasi.

a. Materi yang diajarkan haruslah sesuai kurikulum yang telah ditetapkan.


b. Media pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana merupakan bagian
penting untuk menunjang suatu kegiatan belajar dan pembelajaran. Baik itu
sarana prasarana di sekolah, maupun yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.
c. Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan sangatlah penting dilakukana
pleh seorang guru kepada siswanya. Hal ini bertujuan untuk memberikan
motivasi kepada siswa agar memiliki semangat balajar yang tinggi. Misalnya
memberi saran maupun pengarahan kepada siswa apabila siswa tersebut
melakukan kesalahan dalam kegiatan belajarnya.
d. Seorang pengajar harus bisa mengatur alokasi waktu belajar agar sesuai
dengan waktu yang diperlukan untuk menyampaikan materi yang ada. Agar
sesuai dengan target yang telah direncanakan.
e. Setiap guru memiliki metode atau cara dalam menyampaikan suatu materi
kepada siswa. Yang terpenting adalah bagaimana agar siswa tersebut merasa
nyaman dan tidak bosan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Guru
sebaiknya memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dalam
memecahkan suatu masalah.
f. Pola pembinaan terpadu, merupakan pola pembelajaran yang menekankan
pada pembinaan kepada siswa untuk mampu bersikap mandiri dalam
memecahkan setiapa masalah.

3
g. Kompetensi dasar peserta didik, merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
seorang peserta didik dalam menyampaikan materi maupun pembelajaran
kepada siswanya.
h. Dalam menentukan hasil akhir dari kemampuan siswa seorang guru
memberikan evaluasi berupa pertanyaan, tes maupun tugas kepada siswa, lalu
menganalisisnya, untuk mengetahui bagian-bagian mana yang masih terdapat
kesalahan-kesalahan maupun yang belum dimengerti oleh siswa.

2.2 Beberapa Teori Proses Belajar

1. Teori Behavior

Teori belajar behavior berpandangan bahwa belajar adalah proses perubahan


perilaku. J.B. Watson yang dikenal sebagai Bapak Teori Behavior mempelajari studi
yang dilakukan oleh Ivan Pavlov tentang eksperimennya terhadap respon seekor
anjing yang dikondisikan pada kondisi berulang. Watson menyimpulkan bahwa
belajar adalah proses penerimaan respon dari stimulus yang dapat diukur dan dapat
diobservasi. Belajar dapat dicapai melalui perilaku yang tepat dari sejumlah respon
dan melalui pendekatan penguatan.

2. Teori Kognitif

Teori kognitif melihat kegiatan belajar sebagai sesuatu yang aktif. Mereka
berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk
menyelesaikan masalah, mengatur kembali, dan mengorganisasi apa yang telah
mereka ketahui untuk mencapai pelajaran baru. Teori belajar kognitif juga sering
disebut sebagai teori perseptual karena menurut teori ini, kegiatan belajar adalah
perubahan persepsi yang terkadang tidak dapat diamati dan / atau diikuti. Menurut
teori ini pula, proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau
informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Teori belajar kognitif dikemukakan oleh Ausubel, Bruner, Jean Piaget, dan Robert M.
Gagne.

4
3. Teori Humanistik

Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan


manusia. Hal itu dikarenakan menurut teori ini, kepribadian individu tidak hanya
berasal dari pembelajaran lingkungan tetapi juga hasil pembelajaran dan motivasi dari
dalam diri individu tersebut. Contoh pembelajaran dari dalam diri individu tersebut
adalah kebebasan utnuk memilih, dan motivasi untuk mencapai aktualisasi diri atau
memenuhi keunikan mereka sebagai manusia. Menurut teori ini pula, terdapat dua
tipe belajar yaitu tipe belajar kognitif atau tipe belajar berdasarkan makna dan tipe
belajar eksperiensial atau tipe belajar berdasarkan pengalaman. Tetapi, secara umum
teori ini bersifat elektif sehingga teknik belajar apapun dapat 13 dialakukan oleh
seorang individu agar tujuan belajar dapat tercapai. Hingga saat ini, terdapat tiga
tokoh pelopor teori humanistik yaitu Arthur Combs, Abraham Maslow, dan Carl
Rogers.

4. Teori Sibernetik

Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi (Nursalam dan Ferry
Efendi, 2008). Teori ini lebih mementingkan sistem informasi daripada proses.
Sistem informasi adalah suatu cara tertentu untuk menyediakan informasi yang
dibutuhkan oleh organisasi agar dapat beroperasi secara benar dan menguntungkan
(Teguh Wahyono, 2010). Tokoh yang mengembangkan teori sibernetik adalah Landa
yang berpendapat bahwa ada dua macam proses berpikir, algoritmik (proses berpikir
linier, konvergen, dan lurus menuju ke satu target tertentu), dan heuristik (cara
berpikir divergen, menuju ke beberapa target sekaligus), dan Pask dan Scott yang
mengemukakan cara berpikir menyeluruh dan sebagian (Nursalam dan Ferry Efendi,
2008).

2.3 Berbagai Teori Belajar Sosial (Social Learning)

Teori pembelajaran sosial atau Social learning theory merupakan


pembelajaran yang tercipta ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang
lain. Dengan kata lain, informasi didapatkan dengan cara memperhatikan kejadian-

5
kejadian di lingkungan sekitar. Prinsip dasar pembelajaran menurut teori ini, bahwa
yang dipelajari individu terutama dalam pembelajaran sosial dan moral terjadi
melalui peniruan/imitation dan penyajian contoh perilaku/modeling.

Dalam hal ini seseorang belajar mengubah perilakunya sendiri melalui


penyaksian cara orang atau sekelompok orang merespon sebuah stimulus tertentu.
Seseorang juga dapat mempelajari respon-respon baru dengan cara pengamatan
terhadap perilaku contoh dari orang lain. Bandura menganggap belajar observasi
sebagai proses kognitif yang melibatkan sejumlah atribut pemikiran manusia, seperti
bahasa, moralitas, pemikiran dan regulasi diri perilaku (Hergenhahn dan Olson,
2015).

Teori belajar sosial atau social learning Theory Bandura didasarkan oleh tiga
konsep yaitu :

 Determinis Resiprokal (reciprocal deterministic):

Pendekatan yang menjelaskan bahwa perilaku manusia dalam bentuk interaksi timbal
balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral, dan lingkungan.
Detirministik resiprokal inilah yang menjadi dasar ari teori belajar bandura dalam
memahami tingkah laku.

 Beyond Reinforcement:

Bahwa setiap perilaku tidak selalu menggunakan reinforcement dalam


pembentukannya. Menurut Bandura, reinforcement penting dalam menentukan
apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, bukan sebagai satu-satunya
pembentuk tingkah laku. Karena baginya orang dapat belajar melakukan sesuatu
hanya dengan mengamati kemudian mengulangi apa yang diamatinya.

 Kognisi dan Self Regulation:

Bandura menempatkan manusia sebagai sesorang yang dapat mengatur dirinya


sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur

6
lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah
lakunya sendiri.

2.4 Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar

1. Faktor Kecerdasan

Yang dimaksud dengan kecerdasan ialah kemampuan seseorang untuk


melakukan kegiatan berfikir yang bersifat rumit dan abstrak. Tingkat kecerdasan dari
masing-masing tidak sama. Ada yang tinggi, ada yang sedang dan ada pula yang
rendah. Orang yang tingkat kecerdasannya tinggi dapat mengolah gagasan yang
abstrak, rumit dan sulit dilakukan dengan cepat tanpa banyak kesulitan-kesulitan
dibandingkan dengan orang yang kurang cerdas.

Orang yang cerdas itu dapat memikirkan dan mengerjakan lebih banyak, lebih
cepat dengan tenaga yang relatif sedikit. Kecerdasan adalah suatu kemampuan yang
dibawa dari lahir sedangkan pendidikan tidak dapat meningkatkannya, tetapi hanya
dapat mengembangkannya. Namun hal ini tingginya kecerdasan seseorang bukanlah
suatu jaminan bahwa ia akan berhasil menyelesaikan pendidikan dengan baik, karena
keberhasilan dalam belajar bukan hanya ditentukan oleh kecerdasan saja tetapi juga
oleh faktor-faktor lainnya.

2. Faktor Belajar

Yang dimaksud dengan faktor belajar adalah semua segi kegiatan belajar,
misalnya kurang dapat memusatkan perhatian kepada pelajaran yang sedang
dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah yang berkaitan sehingga tidak dapat
membaca seluruh bahan yang seharusnya dibaca. Termasuk di sini kurang menguasai
cara-cara belajar efektif dan efisien.

3. Faktor Sikap

Banyak pengaruh faktor sikap terhadap kegiatan dan keberhasilan siswa


dalam belajar. Sikap dapat menentukan apakah seseorang akan dapat belajar dengan

7
lancar atau tidak, tahan lama belajar atau tidak, senang pelajaran yang di hadapinya
atau tidak dan banyak lagi yang lain.  Diantara sikap yang dimaksud di sini adalah
minat, keterbukaan pikiran, prasangka atau kesetiaan. Sikap yang positif terhadap
pelajaran merangsang cepatnya kegiatan belajar.

4. Faktor Kegiatan

Faktor kegiatan ialah faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan, kesegaran
jasmani dan keadaan fisik seseorang. Sebagaimana telah diketahui, badan yang tidak
sehat membuat konsentrasi pikiran terganggu sehingga mengganggu kegiatan belajar.

5. Faktor Emosi dan Sosial

Faktor emosi seperti tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial seperti
persaingan dan kerja sama sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar. Ada
diantara faktor ini yang sifatnya mendorong terjadinya belajar tetapi ada juga yang
menjadi hambatan terhadap belajar efektif.

6. Faktor Lingkungan

Yang dimaksud faktor lingkungan ialah keadaan dan suasana tempat


seseorang belajar. Suasana dan keadaan tempat belajar itu turut juga menentukan
berhasil atau tidaknya kegiatan belajar. Kebisingan, bau busuk dan nyamuk yang
mengganggu pada waktu belajar dan keadaan yang serba kacau di tempat belajar
sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Hubungan yang kurang
serasi dengan teman dapat menganggu konsentrasi dalam belajar.

7. Faktor Pengajar

Kepribadian dosen, hubungan dosen dengan mahasiswa, kemampuan guru


mengajar dan perhatian guru terhadap kemampuan mahasiswanya turut
mempengaruhi keberhasilan belajar. dosen yang kurang mampu dengan baik dalam
mengajar dan yang kurang menguasai bahan yang diajarkan dapat menimbulkan rasa

8
tidak suka kepada yang diajarkan dan kurangnya dorongan untuk menguasainya di
pihak mahasiswa.

Sebaliknya dosen yang pandai mengajar yang dapat menimbulkan pada diri
mahasiswa rasa menggemari bahan yang diajarkannya sehingga tanpa disuruh pun
mahasiswa banyak menambah pengetahuannya dibidang itu dengan membaca buku-
buku, majalah dan bahan cetak lainnya.

Dosen dapat juga menimbulkan semangat belajar yang tinggi dan dapat juga
mengendorkan keinginan belajar yang sungguh-sungguh. Mahaiswa yang baik
berusaha mengatasi kesulitan ini dengan memusatkan perhatian kepada bahan
pelajaran, bukan kepada kepribadian dosennya.

2.5 Proses Belajar Pada Orang Dewasa

Secara literal kata “belajar” seringkali dikaitkan dengan anak-anak karena


memang di masa anak-anak kita lebih banyak menyerap pelajaran dari berbagai
bidang studi. Akan tetapi seperti yang kita tahu juga bahwa belajar itu tidak mengenal
waktu. Bahkan hingga dewasa kita tidak pernah berhenti belajar. Baik belajar ilmu
dan teori baru maupun belajar hal-hal dalam kehidupan yang tidak tertulis dalam
buku. Tapi pernah tidak kita merenungkan mengapa saat dewasa kadang kita sulit
untuk kembali memulai belajar layaknya ketika bersekolah dulu? Misalnya saja
ketika pekerjaan kita mengharuskan bersekolah lagi atau belajar satu subyek secara
komprehensif dalam waktu tertentu, rasanya sangat berbeda dengan masa masih
menggunakan seragam sekolah dulu.

Jawabannya terdapat pada satu terminologi yang disebut andragogi.


Terminologi ini didefinisikan sebagai proses belajar kita sebagai orang dewasa di
mana sistem pembelajaran amat berbeda dengan pedagogi atau sistem pembelajaran
ketika anak-anak. Selepas umur 16 tahun, kita sebenarnya sudah dapat dihitung
sebagai orang dewasa sehubungan dengan umur belajar. Setelah dianggap sebagai

9
orang dewasa pula disiplin ilmu andragogi mulai diterapkan. Kenapa? Karena kita
orang dewasa memiliki asumsi belajar yang berbeda dengan anak-anak.

Menurut Malcolm Knowles (seorang figur pendidikan asal Amerika) ketika


dewasa, asumsi kita dalam belajar mengarah pada sistem yang mandiri. Kita memiliki
konsep diri sebagai pribadi yang tidak ingin bergantung pada orang lain. Ada
perasaan bahwa kita tidak lagi ingin dianggap seperti anak kecil yang masih diurusi
orang tua atau guru. Itulah tandanya kita pun sudah menganggap diri kita mampu
belajar secara mandiri. Unsur pengalaman juga berkaitan erat dengan pemahaman
kita saat belajar. Biasanya kita memusatkan pengalaman pada sistem pembelajaran.
Semakin sering mengalami sesuatu kita semakin merasa lebih mudah mempelajari
satu subyek.

Belum lagi kesiapan belajar kita yang amat berbeda dengan masa kita
bersekolah. Peranan sosial kita di masyarakat sangat berhubungan dengan poin ini.
Misalnya saat kita sedang membutuhkan promosi dalam pekerjaan dan butuh titel
pendidikan yang lebih tinggi untuk itu. Maka kesiapan belajar kita akan lebih besar.
Pandangan kita soal belajar pun berubah dari sebuah keharusan (saat anak-anak)
menjadi soal kebutuhan ketika dewasa. Kita jadi berpusat pada masalah. Maksudnya
adalah kita sadar mengapa kita harus belajar yaitu untuk mengatasi masalah dalam
kehidupan. Semisal menyelesaikan masalah ekonomi karena bertambahnya titel
pendidikan kita bertambahnya juga nilai penghasilan kita di pekerjaan.

Oleh karena itu saat kita dewasa tujuan kita pun tidak lagi semerta-merta
tentang nilai yang bagus tapi lebih ke arah dapat dimanfaatkan untuk apa. Sehingga
kita sebenarnya tidak lagi membutuhkan kehadiran pendidik. Bahkan cenderung bisa
belajar sendiri -jika bukan untuk mendapatkan titel pendidikan yang lebih tinggi.
Pada akhirnya proses belajar kita akan berguna sebagai cara berpikir lebih kritis demi
membentuk sikap dan perilaku yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan.
Hasil belajar pun dapat lebih mudah diaplikasikan secara efektif dan efisien.

10
Kini yang perlu kita amati dan dalami ketika dewasa adalah cara kita belajar.
Tidak seperti anak-anak di mana materi belajar disiapkan oleh guru atau orang tua,
kita dapat belajar secara efektif dengan tiga prinsip utama. Pertama, pelatihan. Kita
harus mengingat bahwa semakin sering berlatih, semakin sering mengulang pelajaran,
semakin mudah menguasai disiplin tersebut. Kedua, belajar secara berkelanjutan.
Maksudnya adalah kita melakukan pembelajaran secara berulang yang kemudian
ditingkatkan dari tahap mudah ke sulit. Terakhir, peninjauan. Belajar yang terus
menerus akan jauh lebih efektif jika diseimbangkan dengan peninjauan atau review.
Kita harus secara kritis meninjau kembali performa belajar. Jujur pada diri sendiri
mana yang masih kurang dan yang sudah baik. Kemudian mencari tahu bagaimana
meningkatkan kekurangan tersebut.

Contoh sederhananya adalah saat kita mau belajar menurunkan berat badan.
Pertama kita pasti harus melatih diri kita untuk disiplin dengan peraturan yang dibuat.
Rutin berolahraga dan mengatur pola makan bisa jadi latihan yang harus kita ulang
setiap hari hingga mendapatkan berat badan yang diinginkan. Kemudian secara
berkelanjutan dan meningkatkan tahapnya. Mungkin di 2 minggu pertama kita hanya
berlari 3 hari seminggu tapi di minggu ketiga kita mulai berlari 4 hari seminggu. Lalu
dalam kurung waktu 2 bulan kita mulai melakukan peninjauan. Apakah berlari dan
pola makan sudah cocok dengan diet yang dilakukan. Jika ternyata kurang tepat kita
bisa mencoba kegiatan olahraga lainnya. Begitu seterusnya hingga pembelajaran kita
mencapai tujuan demi menyelesaikan satu masalah.

2.6 Prinsip-Prinsip Belajar

Ada beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita \pakai sebagai dasar
dalam upaya pembelajaran, yang baik bagi siswa untuk meningkatakan upaya
belajarnya maupun bagi guru yang digunakan untuk meningkatkan upaya
mengajarnya. Berikut ini adalah contoh prinsip-prinspnya:

1. Prinsip Kesiapan

11
Yang dimaksud dengan prinsip kesiapan yaitu proses yang dipengaruhi
kesiapan siswa atau kondisi siswa yang memungkinkan ia dapat belajar.
2. Prinsip Motivasi
Motivasi adalah suatu kondisi atau keadaan dari peserta didik untuk mengatur
arah kegiatan dan memelihara kondisi tersebut.
3. Prinsip Persepsi
Prinsip Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup dan
dipengaruhi oleh perilaku individu itu sendiri. Setiap individu dapat melihat
dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain.
4. Prinsip Tujuan
Tujuan adalah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh setiap individu.
Tujuan ini harus lebiah jelas tergambar dalam pikiran dan dapat diterima oleh
setiap peserta didik dalam proses pembelajaran itu terjadi.
5. Prinsip Perbedaan Individual
Proses pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalam
kelas dan dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi-
tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan
gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa.
6. Prinsip Transfer dan Retensi
Belajar yang dapat dianggap bermanfaat bila seseorang itu dapat menyimpan
dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru dan pada akhirnya dapat
digunakan dalam situasi yang lain. Proses itulah yang disebut dengan Proses
Transfer. Sedangkan yang dimaksud dengan Retensi adalah kemampuan
sesesorang untuk menggunakan lagi hasil belajar.
7. Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep,
penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya
membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi. Dalam
prinsi ini akan melibatkan proses pengenalan dan penemuan.
8. Prinsip Belajar Afektif

12
Belajar Afektif akan mencakup beberapa unsur yaitu nilai emosi, dorongan,
minat dan sikap. Prinsip belajar afektif seseorang akan menemukan
bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru.

9. Prinsip Belajar Evaluasi


Belajar evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya
pelaksanaan pelatihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji
kemajuan dalam pencapaian tujuan.
10. Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menetukan bagaimana ia mampu
mengendalikan aktifitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek
mental dan fisik.

13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belajar dan Pembelajaran merupakan dua hal penting yang erat
kaitannya satu sama lain. Belajar sangat diperlukan untuk mengetahui sampai
dimana pengetahuan, kemampuan, maupun kekurangan kita dalam berfikir,
bersikap maupun bertindak dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
interaksi kita bersama orang lain maupun lingkungan. Pembelajaran adalah
hal yang sangat diperlukan dalam memproses hasil belajar yang telah
diperoleh siswa.
3.2 Saran
Dalam kegiatan pembelajaran, sangat diperlukan interaksi yang baik
antar siswa dan guru agar tecipta proses belajar mengajar yang kondusif.
Belajar tidak harus dilakukan secara terforsir, tetapi belajar dapat dilakukan
sedikit demi sedikit secara bertahap dan terus-menerus.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/07/19/hakikat-definisi-dan-ruang-lingkup-
belajar-dan-pembelajaran-2/

https://www.scribd.com/doc/134187219/Proses-Belajar-Dalam-Promosi-Kesehatan

https://www.academia.edu/13088380/Sosial_Learning_Theory

https://lenterakecil.com/faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar/

https://greatmind.id/article/andragogi-proses-belajar-orang-dewasa

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/05/prinsip-prinsip-belajar-dan-
implikasinya/

Anda mungkin juga menyukai