Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSA MEDIS KEMOTERAPI

LEUKEMIA PADA ANAK


Dosen Pembimbing : Ayu Puspita.,Ners.M.Kep

DISUSUN OLEH :

Fitri Andriyani 2019.C.11a.1044


Yessi 2019.C.11a.1071

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PERODI S1 SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai Asuhan keperawatan penyakit leukimia pada anak . 
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. 
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami . Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi leukimia pada anak..............................................................
2.2 Etiologi leukimia pada anak..............................................................
2.3 Klasifikasi leukimia pada anak.........................................................
2.4 Patofosiologi (WOC )........................................................................
2.5 Manifestasi Klinis.............................................................................
2.6 Komplikasi........................................................................................
2.7 Penatalaksanaan Penunjang ..............................................................
2.8 Pemeriksaan medis............................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh


darah yang berwarna merah. Warna merah tidak tetap, tergantung kandungan
oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Cairan darah tersusun atas
komponen sel yang tersuspensi dalam plasma darah, sel darah dibagi menjadi
eritrosit, leukosit, trombosit, haemoglobin. Apabilah terjadi peningkatan atau
penurunan dari sel darah tersebut akan terjadi kelainan heamatologis,
diantaranya yaitu leukemia (Wijaya & putri M, 2013 dikutip dalam Supriadi
2018 ).
Leukimia berasal dari bahasa yunani leukos- putih, haima-darah, Leukimia
dapat dikenal dengan adanya keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
ploriferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya
kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya
infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain ( Padila, 2013 dikutip dalam Supriadi
2018 ).
Leukemia adalah salah satu jenis kanker darah yang ditandai oleh
proliferasi sel-sel darah putih atau perbanyakan sel-sel pembentuk darah di
sumsum tulang belakang dan jaringan limfoid yang tidak normal. Penyebab
terjadinya leukemia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Banyak
faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia, diantaranya adalah
radiasi ( penyinaran ), bahan kimia tertentu ( benzene dan formaldehyde ),
kemoterapi, kelainan genetik tertentu ( sindroma Down dan sindroma
Fanconi ), dan mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung zat
pewarna ( Anamira, 2018).
Kanker merupakan penyebab kesakitan dan kematian di dunia. Kanker
menjadi urutan kedua penyebab kematian setelah penyakit kardiovaskuler.
Menurut laporan WHO pada tahun 2017, terdapat 14.1 juta kasus dan 8.2 juta
kematian yang disebabkan oleh kanker.
1.2 Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam
mengaplikasikan teori asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada
gangguan system hematologi dengan kasus Leukimia Limpoblastik
Akut ( LLA ).

1.3 Tujuan Khusus


1. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan
pengkajian keperawatan.
2. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan
perumusan diagnosa keperawatan kegawatdaruratan pada An ” M ”
dengan Leukimia Limpoblastik Akut ( LLA ) di ruangan IGD ANAK
Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar berdasarkan prioritas
masalah.
3. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan
penyusunan intervensi keperawatan.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
pengembangan pengetahuan khususnya tentang pemberian asuhan
keperawatan kritis pada pasien dengan gangguan system hematologi
dengan kasus Leukimia Limpoblastik Akut ( LLA ).
2. Bagi tenaga kesehatan
Memberikan informasi mengenai konsep medis dan pemberian asuhan
keperawatan kritis pada pasien dengan gangguan system hematologi
dengan kasus Leukimia Limpoblastik Akut ( LLA )
3. Bagi pasien/keluarga pasien
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menambah penetahuan
tentang LLA dan menambah pengalaman dalam menangani LLA.
4. Bagi penulis
Memberikan manfaat melalui pengalaman bagi penulis untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan kepada
pasien-pasien dengan gangguan system hematologi khususnya pasien
dengan kasus Leukimia Limpoblastik Akut ( LLA ).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Teori


A. Pengertian Leukimia Pada Anak
Leukemia merupakan produksi sel darah putih yang berlebihan,
jumlah leukosit dalam bentuk seringkali rendah, sel – sel imatur ini tidak
sengaja menyerang dan menghacurkan sel darah normal atau jaringan
vaskuler (Apriany, 2016).
Leukimia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari
sumsum tulang, ditandai dengan proliferasi sel-sel darah putih serta
gangguan pengaturan leukosit dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal
dalam darah tepi. Setiap inti sel memiliki kromosom yang menentukan
ciri fisik, misalnya kulit coklat, rambut lurus, mata putih, sedangkan gen
merupakan bagian terkecil dari kromosom yang memiliki fungsi dan
jumlahnya berjuta-juta. Bentuk akut dari leukikimia yang diklarifikasikan
menurut sel yang lebih banyak dalam sumsum tulang yaitu berupa
lymphoblastis. Pada keadaan leukemia terjadi proliferasi sel leuko sit
yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada
normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia,
trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian ( Ngastiyah, 2012 dikutip
dalam Supriadi 2018 ).
Keganasan sel limfosit, berupa proliferasi patologis sel-sel
hematopoietik mudah ditandai dengan kegagalan sumsum tulang
meproduksi sel darah. Leukimia akut ditandai dengan perjalanan penyakit
yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila hal ini tidak
segerah diobati, maka dapat menyebabkan kematian dalam hitungan
minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronik memiliki perjalanan
penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang
lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun ( Wirawan, 2013 dikutip dalam
Supriadi 2018 ).
Jenis-jenis leukemia berdasarkan defenisi diatas dapat dilihat terdapat 4
jenis leukemia yaitu:
1. Leukimia Limfoblastik Akut ( LLA )
Leukimia limfoblastik akut itu sendiri adalah suatu penyakit
keganasan pada jaringan hematopoetik yang ditandai dengan
penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah
abnormal atau sel leukemik dan penyebabkan penekanan dan
penggantian unsur sumsum yang normal (Price, 2009 di kutip oleh
Rahmadina, 2018 ).
2. Leukimia Mielositik Akut ( LMA ).
Ini lebih sering terjdi pada dewasa daripada anak-anak. Tipe ini
dahulunya disebut leukemia nonlimfoblastik akut.
3. Leukimia Limfoblastik Kronik ( LLK ). Hal ini sering diderita oleh
orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang
juga diderita oleh dewasa mudah, dan hamper tidak ada pada
anak-anak (Bradley J ed al,2007 dikutip dalam Supriadi 2018 ).
4. Leukimia Miolositik Kronik ( LMK ).
Sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-
anak, namun sangat sedikit ( Padila,2013 dikutip dalam Supriadi
2018 ).

2.2 Etiologi
Etiologi spesifik leukemia limpoblastik akut belum diketahui, tetapi
terdapat hubungan dengan proses multifaktorial yang berkaitan dengan
genetik, imunologi, lingkungan, bahan toksik, dan paparan virus. Faktor
lingkungan meliputi antara lain paparan ionizing radiation, bahan toksik
kimia, herbisida dan pestisida. Pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi,
diethylstilbestrol, dan amfetamin, rokok, konsumsi alkohol, kontaminasi zat
kimia sebelum atau selama kehamilan mempunyai hubungan tidak konsisten
dengan leukemia limpoblastik akut. Ionizing radiation dan paparan benzene
merupakan faktor risiko yang berhubungan erat baik akut ( Yeni, 2014 ).
Faktor lain yang diduga berperan adalah faktor genetik yaitu riwayat
keluarga, kelainan gen, dan translokasi kromosom. Leukemia juga
dipengaruhi Human T-cell Leukemia Virus-1 (HTLV-1), etnis, jenis kelamin,
usia, usia ibu saat melahirkan, serta karakteristik saat lahir seperti berat lahir
dan urutan lahir ( Ward, 2014 ).

2.3 Klasifikasi
Dalam istilah yang paling luas leukemia pada anak dapat
diklasifikasikan sebagai akut, kronik, kongenital. Leukemia akut menunjukkan
proliferasi maligna sel immatur (blastik). Jika proliferasi itu sebagian
melibatkan jenis sel yang lebih matur (berdiferensiasi), leukemia itu
diklasifikasikan kronik. Leukemia kongenital atau neonatal adalah leukemia
yang terdiagnosis dalam 4 minggu pertama kehidupan bayi. Leukemia pada
anak biasanya jenis limfoblastik akut (ALL) (Apriany, 2016).
a. Akut Limfoblastik Leukemia (ALL)
Merupakan kanker yang paling sering menyerang anak – anak di bawah
umur 15 tahun. Manifestasi berupa poliferasi limfoblas abnormal dalam
sum – sum tulang dan tempat – tempat ekstramedular.
b. Akut Mieloid Leukemia (AML) atau Akut NonLymphoid Leukemia
(ANLL)
Merupakan neoplasma uniklonal yang berasal dari trasformasi suatu atau
beberapa sel hematopoitek. Sifat sebenarnya dari lesi molekular yang
bertanggung jawab atas sifat – sifat neoplasmik dari sel yang berubah
bentuknya tidak jelas, tapi defek krisis adanya instrinsik dan dapat
diturunkan oleh keturunan sel tersebut.
c. Chronic Mielogenosa Leukemia (CML)
Chronic Mielogenosa Leukemia (CML) adalah penyakit klonal sel induk
pluripoten dan digolongkan sebagai salah satu penyakit mieloproliferatif.
CML merupakan neoplasma pada sel tunas hematopoietik yang berpotensi
menimbulkan proliferasi progenitor granulositik.
Definisi lain menyebutkan CML merupakan suatu penyakit yang dicirikan
oleh elevasi yang cukup besar dari jumlah leukosit darah, tanpa akumulasi
dari segala bentuk dan belum menghasilkan granulosit matang.
d. Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK)
Usia rerata paisen saat didiagnosis berusia 65 tahun, hanya 10-15% kurang
dari 50 tahun. Risiko terjadinya LLK meningkat seiring usia.
Perbandingan risiko relatif pada pria tua dan perempuan tua.
e. Leukemia Kongenital
Leukemia kongenital sangat jarang terjadi, terdapat kurang 100 kasus
yang tercatat dengan baik, dengan sebagian besar adalah AML. Leukemia
ini biasanya ditandai oleh hiperleukositosis, hepatosplenomegeli, infiltrat
kulit nodular, dan gawat napas sekunder akibat leukositasis pulmonal.
Leukemia kongenital telah dihubungkan dengan sindromdown, sindrom
turner, trisomi 9, monosomi 7 mosaik, penyakit jantung kongenital
(Apriany, 2016).

2.4 Patofosiologi ( WOC )


LLA dicirikan oleh proliferasi limfoblas imatur. Pada tipe leukemia
akut, kerusakan mungkin pada tingkat sel punca limfopoietik atau prekursor
limfoid yang lebih muda. Sel leukemia berkembang lebih cepat daripada sel
normal, sehingga menjadi crowding out phenomenon di sumsum tulang.
Perkembangan yang cepat ini bukan disebabkan oleh proliferasi yang lebih
cepat daripada sel normal, tetapi selsel leukemia menghasilkan faktor- faktor
yang selain menghambat proliferasi dan diferensiasi sel darah normal, juga
mengurangi apoptosis dibandingkan sel darah normal ( Yenni, 2014 ).
Perubahan genetik yang mengarah ke leukemia dapat mencakup antara lain
menurut ( Yenni, 2014 ) :
a. Aktivasi gen yang ditekan (protogen) untuk membuat onkogen yang
menghasilkan suatu produk protein yang mengisyaratkan peningkatan
proliferasi
b. Hilangnya sinyal bagi sel darah untuk berdiferensiasi
c. Hilangnya gen penekan tumor yang mengontrol proliferasi normal
Hilangnya sinyal apoptosis
1. WOC Leukemia
Faktor pencetus:
- genetik -radiasi
- kelainan kromosom - infeksi virus
proliferasi sel kanker
- paparan bahan kimia- obat-obatan

Infiltrasi susum tulang penyebaran ekstramedular sel onkogen

Sel normal digantikan melalui sirkulasi darah melalui sistem limfatik sistem pertumbuhan
berlebihan
Oleh sel kanker saraf pusat
proliferasi limfosit
Depresi produksi nodus limpe peningkatan kebutuhan
nutrisi
Sumsum tulang pembesaran hati dan limpa tekanan meningkat
limfadenopati intrakranial
Hepatosplenomegali
hipermetabolisme
Penurunan eritrosit sakit kepala, muntah
Penekanan ruang abdomen Kaku kuduk
ketidakseimbangan
peningkatan nutrisi
kurang dari

Poltekkes Kemenkes Padang


2.5 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis ALL cukup bervariasi, dan gejalanya dapat tampak
tersembunyi atau akut. Manifestasi klinisnyaantara lain pucat, mudah memar,
letargi, anoreksia, malaise, nyeri tulang, nyeri perut dan perdarahan. Pada
pemeriksaan fisik akan ditemukan hal – hal sebagai berikut : demam,
keletihan, anoreksia, pucat, petekie dan ekimosis pada kulit atau membran
mukosa, perdarahan retina, pembesaran dan fibrosis organ – organ sistem
retikuloendotelial seperti hati, limpa, dan limfonodus, berat badan turun, nyeri
abdomen yang tidak jelas, nyeri sendi dan nyeri tekan pada tulang (Betz &
Sowden 2009). Gejala klinis umumnya berupa rasa tidak sehat, demam, pucat,
kurang nafsu makan, berat badan menurun, malaise, kelelahan, nyeri tulang
dan sendi, epistaksis dan cenderung terjadi perdarahan, rentan terhadap
infeksi, serta sakit kepala. Tanda klinis yang ditemukan ialah kenaikan suhu
tubuh, ekimosis atau petekie, splenomegali, hepatomegali, limfadenopati, dan
anemia, dan letargi ( Yenni, 2014 ).
Adapun gejalan yang muncul pada penderita leukemia limpoblastik akut
seperti berikut ( Ester, 2013 dikutip dalam Supriadi 2018 ).
a. Demam tinggi
Demam tinggi disebkan karena adanya penurunan leukosit,
secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh kerena
leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan
tubuh tidak dapat bekerja secara optimal PendarahanPendarahan
dapat dilihat dan dikaji dari adanya pendarahan mukosa seperti
gusi, hidung ( epistaksis ) atau pendarahan bawah kulit yang
sering disebut peteki. Pendarahan ini dapat terjadi secara
spontan atau kerana trauma. Apabila kadar trombosit sangat
rendah, pendarahan dapat terjadi secara spontan.
b. Anemia
Anemia disebabkan kerana produksi sel darah merah kurang,
akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel
hemoglobin, turunnya hemotokrit, jumlah sel darah merah
kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat,
mudah lelah, kadang-kadang sesak napas.
c. Nyeri abdomen
Nyeri abdomen muncul akibat adanya pembengkakan atau rasa
tidak nyaman di perut ( akibat pembesaran limpah ).
Serta beberapa gejalah lain yang bisa muncul seperti gejalah:
pasien mengalami penurunan berat badan, malaise, nyeri tulang,
kejang, sakit kepala, dan diplopia.

2.6 komplikasi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya
perubahan struktur gen (T cell leukemia lymphoma
virus/HTLV).
b. Tingkat radiasi yang sangat tinggi
c. Obat – obatan imunosupresif, obat – obat karsinogenik seperti
diethylstilbestrol.
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down syndrome
(Suriadi & Yuliani, 2010).

2.7 Penatalaksanaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

1. Pemeriksaan darah tepi. Kadar Hb menunjukkan penurunan ringan


hingga berat dengan morfologi normokromik normositer. Kadar Hb yang
rendah menunjukkan durasi leukemia yang lebih panjang, sedangkan
kadar Hb yang tinggi menunjukkan leukemia dengan proliferasi yang
lebih cepat.

2. Sel darah putih dapat normal, menurun atau meningkat.

3. Sebanyak 92% dengan kadar trombosit dibawah normal.

4. Pada hapusan darah tepi dapat ditemukan adanya sel blas. Sel blas pada
pasien dengan leukopenia umumnya hanya sedikit atau bahkan tidak
tampak. Sel blas banyak ditemukan pada pasien dengan jumlah leukosit
lebih dari 10 x 103/µL ( Ward, 2014 ).

5. Sumsul tulang Jumlah normal sel blas pada sumsum tulang adalah kurang dari
5%. Sediaan hapusan sumsum tulang pada LLA menunjukkan peningkatan
kepadatan sel dengan trombopoesis, eritropoesis dan granulopoesis yang
tertekan, disertai jumlah sel blas >25%. Berdasarkan morfologi blas pada
hapusan sumsum tulang, French-American British (FAB) membedakan LLA
menjadi 3 antara lain:

6. terdiri dari sel-sel limfoblast kecil serupa, dengan kromatin homogen,


anak inti umumnya tidak tampak dan sitoplasma sempit. L2 : terdiri dari
sel-sel limfoblas yang lebih besar tetapi ukurannya bervariasi, kromatin
lebih kasar dengan satu atau lebih anak inti.

7. terdiri dari sel limfoblas besar, homogen dengan kromatin berbercak,

8. banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan


bervakuolisasi ( Ward, 2014 ). Pemeriksaan immunophenotyping

Pemeriksaan ini menjadi sangat penting untuk menentukan klasifikasi


imunologik leukemia akut. Pemeriksaan ini dikerjakan untuk
pemeriksaan surfacemarker guna membedakan jenis leukemia
(Pudiastuti, 2013 dikutip dalam Supriadi 2018 ).Pemeriksaan imunologi
atau sering disebut dengan imunophenotyping digunakan untuk
identifikasi dan kuantifikasi antigen seluler. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan menggunakan sampel darah perifer dan sumsum tulang untuk
membedakan leukemia sel T atau sel B ( Gupta, 2015 ).

9. Pemeriksaan sitogenik Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan


yang sangat diperlukan dalam diagnosis leukemia karena kelainan
kromosom dapat dihubungkan dengan prognosis (Pudiastuti, 2013
dikutip dalam Supriadi 2018 ).

2.8 pemeriksaan medis


A. Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan
masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda –
tanda DIC dapat diberikan heparin (Ngastiyah, 2018).
1. Terapi leukemia
meliputi pemakaian agens kemoterapeutik, tujuannya untuk
membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker,
kemoterapi dapat membunuh sel kanker yang telah lepas dari
sel kanker induk atau bermetastase melalui darah dan limfe
ke bagian tubuh lain. Prose kemoterapi terbagi dalam empat
fase, yaitu :
2. Terapi induksiYang menghasilkan remisi total atau remisi
dengan kurang dari 5% sel – sel leukemia dalam sum – sum
tulang. Hampir segera setelah diagnosis ditegakkan, trrapi
induksi dimulai dan berlangsung selama 4 hingga 6
minggu. Obat – obatan utama yang dipakai untuk induksi
pada ALL adalah kortikosteroid (terutama prednison),
vinkristin, dan L-asparaginase, dengan atau tanpa
doksorubisin. Terapi obat pada AML meliputi doksorubisin
atau daunorubisin (daunomisin) dan sitosin arabinosida.
3. Terapi profilaksis SSP
Yang mencegah agar sel – sel leukemia tidak menginvasi
SSP. Penanganan SSP terdiri atas terapi profilaksis melalui
kemoterapi intratekal dengan metotreksat, sitarabin, dan
hidrokortison. Karena adanya kekhawatiran terhadap
terhadap efek samping iradiasi kranial, terapi ini hanya
dialakukan pada pasien – pasien yang beresiko tinggi dan
yang memiliki penyakit SSP.
4. Terapi intensifikasi (konsolidasi)
Yang menghilangkan sel – sel leukemia yang masih tersisa,
diikuti dengan terapi intensifikasi lambat (delayed
intensification), yang mencegah timbulnya klon leukemik
yang resisten. Penyuntikan intratekal yang menyertai
kemoterapi sistemik meliputi pemberian Lasparaginase,
metotreksat dosis tinggi atau sedang, sitarabin, vinkristin dan
merkaptopurin.
5. Terapi rumatan
Yang berfungsi untuk mempertahankan fase remisi. Terapi
rumatan dimulai sesudah terapi induksi dan konsolidasi
selesai dan berhasil dengan baik untuk memelihara remisi
selanjutnya mengurangi jumlah sel leukemia. Regimen
terapi obat kombinasi yang meliputi pemberian
merkaptopurin setiap hari, metotreksat seminggu sekali, dan
terapi intratekal secara periodik diberikan selama 1 tahun
kemudian. Demikian juga selama terapi rumatan, harus
dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap untuk
mengevaluasi respons sum – sum tulang terhadap obat –
obatan yang dilakukan.
Efek samping kemoterapi disebabkan dari efek non-spesifik dari obat –
obat sitotoksik sehingga menghambat proliferasi tidak hanya sel – sel kanker
melainkan juga sel normal. Efek samping obat kemoterapi atau obat sitotoksik
dapat berupa :
a. Sel – sel darah
Sel – sel ini melawan infeksi, membantu darah membeku, dan
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ketika sel – sel terpengaruh,
penderita leukemia lebih mudah mengalami infeksi, memar,
perdarahan, dan rasa lemah serta lelah.
b. Sel – sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menimbulkan kerontokan rambut.
c. Sel – sel yang melapisi pencernaan
Kemoterapi dapat menyebabkan luka mulut dan bibir, mual dan
muntah, diare, serta penurunan nafsu makan (Maharani, 2009).
Melaksanakan tindakan kewaspadaan dalam memberi dan menangani agens
kemoterapi. Banyak agens kemoterapi bersifat vesikan (menimbulkan
sklerosis) yang dapat menimbulkan kerusakan sel yang berat. Untuk mengatasi
ektravasasi dengan cara obat – obatan kemoterapi harus diberikan melalui slang
infus. Pemberian dihentikan apabila terlihat tanda – tanda infiltrasi seperti nyeri,
rasa tersengat, pembengkakan atau kemerahan pada tempat pemasangan kanula
infus.
Memberikan perawatan fisik dan dukungan emosional secara
berkesinambungan (Apriany, 2016).
BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan

Leukimia adalah suatu penyakit keganasan yang dikarenakan adanya


abnormalitas gen pada sel hematopoetik sehingga menyebabkan poliferasi klonal
dari sel yang tidak terkendali, dan sekitar 40% leukimia terjadi pada anak
( Widagdo, 2012 di kutip oleh Rahmadina, 2018 ).

Leukemia limfoblastik akut (LLA) merupakan bentuk leukemia yang paling


lazim dan paling umum dijumpai pada anak yaitu terhitung sekitar 74% ( ACS,
2018 dikutip dalam Wulandari, 2018 ).

3.2 Saran
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa mampu meningkatkan pengetahuan
tentang penyakit gangguan system hematologi terkhususnya
tentang Leukimia dan juga kemampuan dalam menyusun dan
membuat asuhan keperawatan yang benar dan terupdate.

2. Bagi tenaga kesehatan


Diharapkan agar tenaga kesehatan mampu meningkatkan
keterampilan dalam proses penegakan asuhan keperawatan, serta
selalu menambah ilmu dan wawasan dalam mewujudkan
pelayanan keperawatan yang maksimal dan mempu menjadi
educator yang baik bagi pasien dan juga keluarga.
3. Bagi masyarakat
Diharapkan Karya Ilmia Akhir ini dapat memberikan gambaran
betapa pentingnya penanganan Leukimia yang tepat melalui
pemberian Asuhan Keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Apriany, Dyna. 2016. Asuhan Keperawatan Anak dengan Keganasan. Bandung :


PT Refika Aditama.
Herdman. H.T & Kamitsuru. S. (β015). NANDA Internasional, Inc: Nursing
Diagnoses, Definitions & Classification 2015- 2017 (10th ed). Jakarta : EGC
Herdman. H.T & Kamitsuru. S. (β015). NANDA Internasional, Inc: Nursing
Diagnoses, Definitions & Classification 2015- 2017 (10th ed). Jakarta : EGC
Ariyawati, K. ( 2016 ) Toksisitass Kemoterapi Leukimia Limpoblastik Akut pada
Fase Induksi dan Profilaksi Susunan saraf pusat Dengan
Metotreksat1Gram.Diakses19Oktober2019 https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/download/726/661
Arningsih, W. ( 2017 ) Bab II Tinjauan Pustaka 2.1. Darah 2.1.1 Devinisi
darah.Diakses 22Oktober2019.
file:///C:/Users/ACER/Downloads/4.%2520BAB%2520II.pdf
Heather Herdman.T.( 2015 ). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Mansjoer, A dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3.
Jakarta: Media Aesculapius.
Nurjannah Intansari ( 2015 ). Nursing Outcome Classification (NOC) Pengukuran
Outcome Kesehatan Edisi 5. Elsevier : Jakarta
Nurjannah Intansari ( 2015 ). Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi 6.
Elsevier : Jakartaa
Rahmadina eka, LF. ( 2018 ) Bab 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Leukimia.
Diakses 19 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai